Anda di halaman 1dari 29

01

SEDIAAN SIRUP
By Kelompok 2 02

03

04
Anggota Kelompok

Wahyuning Ameliyana 01
4313420002 4313420004

Anggota 02
Kelompok

Nurul fajar agustina


Muhammad aris . I . 03
4313420006
4313420008
Lina nurhayati
4313420010 04
Sub materi
Pengertian dan Jenis Sirup
01

Kekurangan & kelebihan Sirup


02
Komponen penyusun sirup dan
kestabilan sirup

03
Cara pembuatan sirup

Evaluasi pembuatan sirup 04


01

Pengertian 02
dan
Jenis Sirup
03

04
Menurut Farmakope III, sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa, C2H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan
tidak lebih dari 66,0%.
Sirup (Sirupi) merupakan larutan jernih 01
berasa manis yang dapat ditambahkan Gliserol,
Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit
dengan maksud untuk meningkatnya kelarutan obat 02
dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa.
Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba untuk
mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. 03
Sirup efektif dalam pemberian obat
untuk anak-anak, karena rasanya yang enak
biasanya menghilangkan keengganan pada anak- 04
anak untuk meminum obat
Jenis-Jenis Sirup

01

02

Sirup obat mengandung 1 Sirup pewangi tidak mengandung


Sirup simpleks 03
jenis obat atau lebih dengan obat tetapi mengandung zat
mengandung 65% gula pewangi atau zat penyedap lain.
atau tanpa zat tambahan
dengan larutan Tujuan pengembangan sirup ini
dan digunakan untuk adalah untuk menutupi rasa dan 04
nipagin 0,25% b/v
pengobatan bau obat tidak enak.
01

Kekurangan
dan 02

kelebihan
Sirup 03

04
• Merupakanaa campuran yang homogeny
• Dosis dapaat di ubah-ubah dalam 01
pembuatan
Kelebihan • Obat lebih mudah di absorbsi
02
Sirup • Mempunyai rasa manis
• Mudah diberi bau-bauan, perasa dan
warna sehingga menimbulkan daya tarik 03
untuk anak
• Membantu pasien yang tidak dapat
04
menelan obat tablet
• Ada obat yang tidak stabil dalam 01
larutan
• Volume dan bentuk larutan lebih Kekurangan
02
besar dan ada yang sukar di Sirup
tutupi rasa dan baunya
• Harga relatif mahal karena 03
memerlukan formula khusus dan
kemasan yang khusus pula.
04
01

Komponen 02

penyusun sirup
03

04
Komponen utama sirup terdiri atas
1) Zat aktif, yang berupa obat sintesis murni, bahan alam atau herbal;
2) Pelarut, yang berupa cairan untuk melarutkan zat aktif atau biasa disebut zat 01
pembawa (air, gliserol, propilenglikol, etanol, dan eter);
3) Pemanis, yaitu zat tambahan dalam sirup untuk memberikan rasa manis pada sirup
02
(sukrosa, madu);
4) Zat penstabil, yaitu zat untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil dan tidak
memisah (antioksidan, pendapar, pengkompleks); 03
5) Pengawet, yaitu zat yang ditambahkan pada sediaan sirup supaya sirup tahan lama
dan dapat dipakai berulang-ulang (Voight, 1995).
04
Gula dan Pengganti Gula

• Sukrose atau pengganti yang memberikan rasa manis dan viskositas


• Sukrose adalah gula yang paling banyak digunakan, dalam keadaan tertentu, sebagai/seluruhnya 01
diganti dengan gula lain: dektrosa
• Sebagai penganti gula dapat dipakai sorbitol, gliserin, propilen glikol, atau bahan glikogenetik (Metil
Celulose dan Hidroksi Etil Celulosa) 02
• Selulose tidak dihidrolisasi dan tidak diabsorbsi dalam tubuh sehingga dipakai untuk orang yang
menghindari gula seperti penderita diabetes atau diet. Biasanya ditambahkan pemanis buatan.
• Dengan mengatur kemanisan dari viskositas bisa didapat syrup yang baik untuk syrup obat 03
• Syrup yang encer mempunyai sifat stabil, mudah ditumbuhi mikroba terutama ragi dan jamur.
• Syrup kental (kadar gula tinggi) resisten terhadap pertumbuhan mikroba karena ketidak cukupan air
04
yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba
Pengawet

Jumlah pengawet yang ditambahkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba bervariasi,


tergantung pada:
01
• Jumlah air untuk pertumbuhan mikroba
• Jenis dan material yang mempunyai daya anti mikroba (minyak ensesial)
• Kemampuan pengawet itu sendiri
02
Pengawet yang lazin digunakan:
• Asam benzoat 0.2%
• Na-benzoat 0.1-0.2% 03
• Kombinasi: metil, propil butil paraben, total 0.1%
• Alkohol 18%
• Gliserin 50%
04
• Syrup simplek 100%
Flavoran
• Sebagian besar sirup farmasi ditambahkan flavoran sintesis/natural seperti minyak menguap
(misal: minyak orange), vanilin, dll. tujuannya supaya sirup terasa enak.
• Karena sirup vehiculumnya air, maka flavoran harus mempunyai kelarutan yang cukup dalam air. 01
Sering sedikit alkohol ditambahkan untuk menjaga kelarutan flavoran yang tidak larut/ sukar
larut air.

Pewarna 02

• Untuk menaikkan penampilan sirup


• Pewarnaan yang digunakan disesuaikan dengan rasa (merah = rasa strawbery dll) 03
• Pewarna idealnya water soluble, tidak bereaksi dengan komponen lain, stabil pada ph range yang
lebar dan stabil terhadap cahaya.
04
01

Kestabilan 02

sirup
03

04
Sediaan sirup yang stabil adalah sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat di
terima selama periode penyimpanan dan penggunaan

• Kadar sukrosa dalam sirup tidak kurang dari 64% dan tidak lebih 66% kecuali dinyatakan lain
(Anonim,1979). Kandungan sukrosa yang tercantum dalam Farmakope Indonesia terletak antara 50% 01
sampai 65% akan tetapi umumnya antara 60% sampai 65%.

• Pengujian pH merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai pH yang stabil dari larutan
menunjukkan bahwa proses distribusi dari bahan dasar dalam sediaan merata. Nilai pH yang 02
dianjurkan untuk sirup adalah berkisar antara 4 – 7 (Anonim, 1995).

• Untuk menjaga sirup dalam keadaan stabil maka s penyimpanan sirup dalam botol menjadi hal yang 03
cukup penting agar sirup tidak berjamur ( awet ).
• Penambahan metil paraben 0,25 % atau pengawet lainya ( FI III ) untuk menjaga kesetabilan sirup
agar tidak cepat rusak. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan 04
pengawet misalnya nipagin.
Persyaratan mutu dalam kesetabilan sediaan sirup menurut (Djelang, 2018), yaitu :

• Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa)
dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
01
• Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula
invert. Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar
bidang polarisasi kekiri. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer
sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah 02
terjadinya oksidasi dari bahan obat.
• Pada sirup yang mengandung sakarosa 60 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur,
03
meskipun jamur tidak mati. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat
tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.

04
01

Cara 02
pembuatan
sirup
03

04
Pencampuran (mixing)

Cek IPC : 01
Penyaringan (filtran)
Cek IPC : Organoleptis, kadar
Penampilan, zat aktif, pH, bobot
kebocoran,
Pengisian dan penutupan botol (filling & cropping)
jenis, viskositas 02
volume Cek IPC :
Labeling
Penampilan,
kelengkapan, 03
Pengemasan sekunder penandaan

04
01

Evaluasi 02
pembuatan
sirup
03

04
Tujuan evaluasi dari sediaan sirup yaitu untuk mengetahui apakah sediaan sirup yang
dibuat dapat layak digunakan atau dikonsumsi nantinya dan memenuhi standar mutularutan yang
telah ditentukan. Evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan pH, uji
kejernihan, pemeriksaan BJ, pemeriksaan viskositas, identifikasi bahan aktif dalam sediaan,
penetapan kadar zat aktif dalam sediaan, uji waktu tuang. 01

1. Uji organoleptis
Tujuan : Memeriksa kesesuaian dari bentuk, bau, rasa dan warna sediaan dengan spesifikasi yang 02
telah ditentukan.
Prinsip : Dilakukan pemeriksaan bentuk, bau, rasa, dan warna menggunakan panca indera. Bentuk
dengan indera peraba, bau dengan indera pembau, rasa dengan indera pengecap, dan warna dengan 03
indera penglihatan.
Syarat : Bentuk, bau, rasa, dan warna sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
04
2. Pemeriksaan pH
Pengujian pH merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai pH yang stabil
dari larutan menunjukkan bahwa proses distribusi dari bahan dasar dalam sediaan merata. Nilai
pH yang dianjurkan untuk sirup adalah berkisar antara 4 – 7 (Anonim, 1995). 01
Tujuan : Untuk melihat tingkat keasamaan dari sediaan siruo.
Untuk sediaan oral diusahakan pH mendekati netral.
02
Cara kerja :
a) Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan sirup.
b) Ditunggu beberapa menit 03
c) Diamati kertas pH
d) Dibandingkan dengan indicator pH
e) Diamati warna yang terjadi dan tulis hasil. 04
3. Uji kejernihan
Tujuan : Untuk memastikan bahwa sediaan yang dibuat terbebas dari zat pengotor
Alat uji kejernihan : Tabung reaksi alas datar dengan diameter 15 mm-25 mm, tidak berwarna,
transparan, dan terbuat dari kaca netral. 01

Prinsip : Perbandingan kejernihan sediaan dengan cairan yang cernih missal air.
Kejernihan dapat diamati di dalam beker gelas bersih dan diamati kejernihannya. Sediaan 02
sirup dituan ke dalam beaker gelas sehingga dapat diamati kejernihannya. Evaluasi juga dapat
dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam dua tabung masing-masing sampel dan
perbandingan pelarut hingga (t= 40 nm). Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam 03
tegak lurus.

04
4. Uji Bobot Jenis
Tujuan : Untuk menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan

Pada uji BJ ini menggunakan alat yaitu piknometer yang bersih, kering dan sudah 01
dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang telah didihkan pada suhu 25
C. Atur suhu zat uji hingga kurang lebih 20 C dan dimasukkan piknometer yang sudah diisi zat uji
hingga suhu 25 C buang kelebihan lalu timbang. Kurangkan bobot pikno koosong dari bobot pikno 02
yang telah diisi
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 − 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜)
Bobot jenis =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 − 𝑎𝑖𝑟 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑦 = 𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 03
Syarat : Bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

04
5. Uji viskositas
Tujuan : Memeriksa kesesuaian viskoistas dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
Metode : Mengukur viskositas adalah mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan volume
tertentu untuk mengalir melewati kapiler. Dapat juga dilakukan dengan mengkalibrasi alat yang 01
telah diketahui viskositasnya dan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan terhadap kekentalan
cairan yang telah diketahui.
02
6 Identifikasi bahan aktif dalam sediaan
Tujuan : Secara kualitatif memastikan bahwa bahan aktif yang ada dalam sediaan sirup memang
benar-benar zat aktif yang digunakan.
03
Metode : Sesuai dengan yang tertera pada monografi sediaan dengan kandungan zat aktif tertenru
pada farmakope Indonesia.

04
7. Penetapan kadar zataktif dalamsediaan
Tujuan : Secara kuantitatif mengetahui konsentrasi zat aktif dalam sediaan.
Metode : Sesuai dengan yang tertera pada monografi sediaan dengan kandungan zat aktif
tertentu pada monografi. 01

8. Uji homogenitas
Pada uji homogenitas semua sirup yang diuji tidak memiliki gumpalan dan endapan dalam 02
larutan, hal ini karena tidak terdapat perbedaan sifat antara bahan dan zat aktif yang
digunakan (Lachman, 1994).
03

04
9. Uji waktu tuang atau volume terpindahkan

Uji waktu tuang dilakukan untuk mengetahui kemudahan tuang sediaan saat nanti akan
dikonsumsi. Uji ini berhubungan erat dengan kekentalan suatu sediaan. Jika kekentalan yang rendah
01
menjadikan cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya, jika viskositas/kekentalan semakin
besar, maka cairan akan semakin sukar dituang (Ansel, 1989).

Untuk menetapkan volume terpindahkan, tuang isis perlahan-lahan dari tiap wadah ke 02
dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasita gelas ukur tidak lebih dari 2 setengan kali volume
yang diukur dan telah dikalibrasi. Secara hati-hati untuk menghindari pembentukan gelembung udra
pada waktu penuangan dan di dalam tidak lebih dari 30 menit. 03

04
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 01
Ansel H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press, pp : 605 -19.
Djelang, Z. F. (2018). Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti Alergi Dengan Bahan Aktif 02
Chlorpheniramin Maleat (Ctm). Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika, 1(1), 16–24.
Fickri, D. Z. (2019). Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti Alergi Dengan Bahan Aktif
Chlorpheniramin Maleat (CTM). Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika, 1(1). 03
Lachman, L., A. H. Lieberman., J.L.Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan Siti
Suyatmi. UI-Pres,: Jakarta.
Voight, R. (1995). Buku pelajaran teknologi farmasi. Edisi V (Soendoro Noerono, Penerjemah.). 04
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
01

02

03

04

Anda mungkin juga menyukai