Oleh :
Andi Irmayasari Basri
K1A1 13 148
Pembimbing
dr. Suryani Rustam, Sp.M
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : -
Umur : 74 tahun
Tanggal lahir :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :-
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Keluhan utama mata kanan menonjol
Anamnesis Terpimpin:
Seorang wanita 74 tahun datang ke poliklinik Rekonstruksi, Okuloplasti dan
Onkologi Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo pada 13 Desember 2018 dengan
keluhan utama mata kanan menonjol sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan mata kanan
menonjol dirasakan secara perlahan – lahan. Keluhan mata merah, berair, nyeri,
nyeri pergerakan bola mata, penglihatan buram dan penglihatan ganda disangkal.
Keluhan nyeri kepala, mual, muntah, berdebar- debar, berkeringat saat udara
dingin dan tangan bergetar disangkal. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya,
trauma kepala, hipertensi, diabetes, alergi dan tiroid disangkal. Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama dan tumor disangkal. Pasien menggunakan kacamata
untuk penglihatan jauh sejak 3 tahun yang lalu.
C. PEMERIKSAAN GENERALIS
Sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/70mmHg, nadi
80x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu 36,40C
D. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Tajam Penglihatan Mata Kanan
- 0.25 Pin Hole 0.4
2. Tajam Penglihatan Mata Kiri
1
- 0.25 Pin Hole 0.5 F
3. Tekanan intraokular
Normal
4. Pemeriksaan Gerak Bola Mata
Bebas Kesegala Arah pada kedua mata
5. Pemeriksaan Hertel
Jarak kedua mata 98 milimeter, mata kanan 22 milimeter dan mata kiri 18
milimeter
6. Pemeriksaan Segmen Anterior Kanan
Palpebra superior di superotemporal teraba masa konsistensi kenyal, berbatas
tegas, nyeri tekan tidak ada, permukaan rata, tidak dapat digerakan dari dasar
dan mendesak bola mata kearah inferior. Mata kanan didapatkan proptosis,
arkus senilis pada kornea dan lensa agak keruh.
7. Pemeriksaan Segmen Anterior Kiri
Arkus senilis pada kornea dan lensa agak keruh
8. Pemeriksaan Segmen Posterior
Normal pada kiri dan kanan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan CT-Scan Orbita-Kepala
Massa kistik bersepta di retrobulbar superior OD disertai proptosis
OP.
F. RESUME
Seorang wanita 74 tahun datang ke poliklinik Rekonstruksi, Okuloplasti dan
Onkologi Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo pada 13 Desember 2018 dengan
keluhan utama mata kanan menonjol sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan mata kanan
menonjol dirasakan secara perlahan – lahan. Keluhan mata merah, berair, nyeri,
nyeri pergerakan bola mata, penglihatan buram dan penglihatan ganda disangkal.
Keluhan nyeri kepala, mual, muntah, berdebar- debar, berkeringat saat udara
2
dingin dan tangan bergetar disangkal. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya,
trauma kepala, hipertensi, diabetes, alergi dan tiroid disangkal. Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama dan tumor disangkal. Pasien menggunakan kacamata
untuk penglihatan jauh sejak 3 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan Generalis didapatkan pasien Sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 110/70mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi napas
18x/menit, suhu 36,40C. Pemeriksaan status oftalmologis didapatkan tajam
penglihatan mata kanan 0.25 Pin Hole 0.4 dan tajam penglihatan mata kiri 0.25
Pin Hole 0.5 F. Tekanan intraokular palpasi kedua mata normal. Gerak bola mata
bebas kesegala arah pada kedua mata. Pemeriksaan Hertel didapatkan jarak kedua
mata 98 milimeter, mata kanan 22 milimeter dan mata kiri 18 milimeter.
Pemeriksaan segmen anterior mata kanan pada palpebra superior di
superotemporal teraba masa konsistensi kenyal, berbatas tegas, nyeri tekan tidak
ada, permukaan rata, tidak dapat digerakan dari dasar dan mendesak bola mata
kearah inferior. Mata kanan didapatkan proptosis, arkus senilis pada kornea dan
lensa agak keruh. Pemeriksaan segmen posterior dalam batas normal.
Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan arkus senilis pada kornea dan
lensa agak keruh. Pemeriksaan segmen posterior dalam batas normal.
3
G. DIAGNOSIS
Proptosis OD et causa massa retrobulbar dan Katarak senilis imatur ODS.
H. TERAPI
Dilakukan tindakan bedah pengangkatan tumor dengan pendekatan orbitotomi
lateral pada mata kanan dalam narkose umum dan pemeriksaan patologi anatomi
jaringan tumor.
4
BAB II
A. PENDAHULUAN
mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma, karena bola mata
terletak pada permukaan tulang-tulang yang kuat. Selain dilindungi oleh tulang-
tulang, didalam rongga bola mata terdapat sebagian besar lemak dan otot yang
aliran di permukaan mata, dan ekskresi dari air mata. Sistem lakrimal terbagi
Sistem sekresi ini tersusun atas suatu kelenjar lakrimal yang terbagi atas
kelenjar lakrimal utama (mayor) dan kelenjar lakrimal aksesorius (minor). Kelenjar
lakrimal utama mempunyai ukuran yang lebih besar dan terletak di sudut temporal
atas orbita. Kelenjar lakrimal ini dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus orbita dan
palpebra yang dipisahkan secara anatomis oleh aponeurosis levator bagian lateral.2
5
squamos, karsinoma mukoepidermoid, dan limfoma maligna. Karsinoma kistik
adenoid adalah paling sering ditemukan, sekitar 50% dari tumor ganas lakrimal
B. ANATOMI
Anatomi sistem lakrimal terbagi menjadi dua sistem, bagian pertama adalah
sistem sekretori dan bagian kedua adalah sistem ekskretori. Sistem sekretori terdiri
atas kelenjar lakrimal yang merupakan organ yang menghasilkan air mata. Sistem
SISTEM EKSKRESI
lakrimal utama dan kelenjar lakrimal aksesorius. Kelenjar lakrimal utama dibagi
menjadi dua lobus, yaitu lobus orbita dan palpebra yang dipisahkan secara anatomis
6
Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar yang terletak pada lapisan atas terluar
orbita pada inferior dari tulang frontalis. Pada area tersebut terdapat suatu ruang
yang dinamakan fossa glandula lakrimalis. Batas permukaan superior kelenjar ini
adalah tulang frontalis sedangkan batas inferiornya adalah permukaan bola mata
erat dengan sisi lateral dari aponeurosis levator, kelenjar ini memiliki bentuk yang
bervariasi. Adanya aponeurosis ini seolah membentuk suatu celah yang hampir
membagi kelenjar menjadi dua lobus, yaitu lobus orbita yang terletak di atas
Permukaan lobus orbita (superior) kelenjar lakrimal ditutup oleh fossa tulang
frontal. Pada lobus tersebut kelenjar lakrimal terhubung dengan periosteum oleh
suatu jaringan serat konektif yang disebut dengan ligamen Soemmering. Batas
bawah lobus orbita terhubung dengan lapisan otot levator. Batas anterior kelenjar
lakrimal berada di posterior margin superior orbital tertutup oleh berbagai lapisan,
berturut-turut dari posterior ke anterior: septum orbita, lapisan tipis lemak, serat otot
orbikularis dan kulit kelopak mata. Batas posterior kelenjar berhubungan erat dengan
lemak orbita dan memiliki jaringan konektif longgar dengan struktur orbital. Ujung
medial terletak pada sisi lateral dari otot levator dan ujung lateral berhubungan
7
Cairan serous disekresi oleh lobus orbita dari empat hingga enam duktus yang
berjalan ke lobus palpebra dan sepanjang enam hingga delapan duktus dari lobus
setengah dari ukuran lobus orbital dan dibentuk oleh beberapa lobulus. Terletak di
inferior dan anterior dari aponeurosis levator dan strukturnya tidak seperti bagian
superior, memanjang hingga margin orbital yang terletak di atas dari forniks
Secara histologis, kelenjar lakrimal terdiri atas kelenjar tubulus alveolar dengan
tubular cabang pendek yang strukturnya menyerupai kelenjar parotis. Setiap lobus
terdiri dari banyak asini atau kelenjar kecil yang terhubung melalui saluran atau
duktuli dan menuju pada duktus yang lebih besar, yang pada akhirnya terkumpul
Sel asini merupakan unit sekresi, tersusun dari lapisan sel myoepitel basal
dan suatu bagian dalam dengan sel-sel asinar. Sel asini terdiri dari dua lapisan sel
yang terletak pada dasar membran hialin dan di sekitar kanalis sentralis. Sel pada
lapisan basal bentuknya datar dan kontraktil, sementara sel lain berbentuk silindris
8
Gambar 2. Histologi struktur kelenjar lakrimalis.4
SISTEM EKSKRETORI
Saluran cairan mata atau biasa disebut kanalikuli lakrimalis melewati batas
berada di dinding lateral sakus lakrimalis. Sakus lakrimalis atau yang biasa disebut
yaitu depresi tulang antara tulang lakrimal dan prosesus frontalis tulang maksila
sudut nya sed i k it lateroposter ior membuka ke meatus nasal inferior dan ke
bawah turbinasi inferior. Membukanya duktus secara parsial tertutupi oleh lipatan
9
Gambar 3. Letak kelenjar aksesorius. Kelenjar Krause (panah) dan Wolfring
(mata panah).4
Kelenjar lakrimal aksesorius terdiri dari kelenjar Krause, Wolfring, Zeiss,
Moll, dan Meibom. Kelenjar ini tidak mempunyai suatu sistem saluran dan terletak
palpebra adalah tarsus yang terdiri atas suatu lapisan jaringan fibrosa padat. Tarsus
palpebra ini didapatkan pada palpebra superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
permukaan air mata (tear film), substansi ini akan mengurangi tingkat penguapan
air mata dan juga akan menjaga kelopak mata atas dan bawah agar tidak lengket
10
saat berkedip. Kelenjar Meibom ini berjumlah 40–50 buah di palpebra bagian atas
Struktur ini terdiri dari sel-sel asinar yang terhubung ke sebuah pusat
junction) di tepian palpebra. Kelenjar Meibom ini tampak berderet sejajar pada
muaranya (orifisium). Sekresi lipid yang mengandung minyak dan wax disintesis
dan disekresikan secara perlahan akibat dorongan kelenjar Meibom dari pusat ke
orifisium. Selain itu, eksudasi basalis, kontraksi sepasang otot Riolan, dan ditambah
11
refleks berkedip dari mata juga mendorong sekresi kelenjar Meibom tersebar di
permukaan okular.
(grey line) menjadi margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu
mata, kelenjar Zeis dan Moll. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata berbentuk suatu saluran seperti
tabungberukuran kecil yang tak bercabang dan hulu nya berbentuk saluran spiral
biasa dan bukan seperti bentuk glomerulus pada kelenjar keringat. Margo posterior
kontak dengan bola mata, dan di sepanjang margo ini terdapat lubang-lubang kecil
dari kelenjar sebaseus yang telah termodifikasi (kelenjar Meibom atau tarsal).
ini mirip dengan kelenjar apokrin yang lain. Unit kelenjar apokrin terdiri atas dua
bagian, yaitu 1) bagian proksimal yang melingkar dan merupakan bagian sekretorik
serta, 2) bagian saluran (duktus) yang merupakan bagian utama dan berjalan melalui
12
dermis. Secara histologis dan fungsi apokrin, kelenjar Moll terbagi menjadi dua
jenis, yaitu kelenjar apokrin yang aktif dan inaktif. Kelenjar Moll yang aktif
tampak sebagai sel kelenjar yang tinggi, tebal, dan padat yang tersusun saling
kelenjar yang inaktif hanya tampak lapisan sel kelenjar tipis pada lapisan
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Sedangkan kelenjar la k r i mal
memasok cairan ke kantong konjungtiva dan kornea. Kedua kelenjar ini berfungsi
13
sebagai sekresi basal yang menghasilkan air mata secara terus menerus dalam
Sistem lakrimalis terdiri atas kanalikuli (atas dan bawah), kanalikulus, sakus
minggu kehidupan prenatal. Sistem lakrimal dimulai dari pungtum lakrimalis yang
terletak di dekat nasal di tiap kelopak, kemudian menuju kantus medial di sakus
lakrimalis. Pungtum inferior terletak di lateral dan lebih ke atas. Kedua pungtum
tersebut berbentuk seperti lubang dengan rata-rata diameter 0,5–1,5 mm. Pada sekitar
delapan puluh dua persen (82%) bayi yang lahir cukup bulan, sekresi basal dimulai
dalam 24 jam pertama post natal dan sekresi refleks baru terjadi beberapa hari sampai
Air mata merupakan cairan yang terdiri dari lapisan mukoid di bagian terdalam,
lapisan aqueos intermediate dan lapisan minyak paling luar. Lapisan aqueos
intermediate adalah hasil dari dua jenis kelenjar yang berkaitan dengan suplai konstan
kelenjar lakrimalis (sekresi basal atau dasar) dan kelenjar yang bertanggung jawab
14
Gambar 9. Unit sistem lakrimalis.8
Stratum korneum berfungsi sebagai penghalang air pada epidermis, yang
Cairan yang disekresi oleh kelenjar lakrimalis merupakan kompleks ion dan protein
yang diproduksi oleh dua sel sekretori, yaitu sel plasma dari sistem imun tubuh dan
sel-sel asinar serta saluran epitel sekresi kelenjar. Sel-sel plasma yang ditemukan di
ruang interstitial kelenjar bermigrasi dari organ limfoid. Sel plasma ini mengeluarkan
dari infeksi. Sel-sel asinar dari epitel sekretori memiliki tiga fungsi utama, yaitu
mengeluarkan air, dan untuk mengangkut IgA disekresikan oleh sel-sel plasma dari
Lapisan akuos/air mata atau biasa disebut film air mata (tear film) sebagian besar
terdiri dari air yang di dalamnya terlarut komponen air mata, seperti protein, garam
15
Air mata mengandung 98,2% air, di mana kadar air tersebut dibutuhkan untuk
membasahi konjungtiva dan permukaan kornea. Penguapan air di antara dua kedipan
mata akan memengaruhi kepekatan air mata. Kecepatan penguapan air mata berkisar
antara 8 –10,1 x 10-7 gm.cm-2det-1. Penguapan air mata ini akan memengaruhi
ketebalan permukaan air mata dan konsentrasinya. Dalam selang waktu 10 detik
antara kedua kedipan mata akan mengurangi ketebalan air mata sekitar 0,1 μm dan
mata yang berfungsi dalam proses metabolisme lapisan kornea serta berperan penting
pada kejernihan kornea mata. Saat mata membuka, oksigen dari udara masuk ke
dalam air mata sehingga didapatkan tekanan oksigen sebesar 155 mmHg. Sedangkan
saat mata menutup didapatkan tekanan oksigen sebesar 55 mmHg dari pembuluh
darah konjungtiva.2
16
Gambar 10. Skematik struktur lapisan air mata.9
Lapisan air mata atau film air mata terdiri atas tiga (3) komponen lapisan
penyusun, yaitu lemak (lipid), akuos, dan musin. Lapisan lemak atau lipid (TFLL/tear
film lipid layer) disekresi oleh kelenjar Meibom, Moll, dan Zeis. Fungsi lapisan
lemak ini adalah mencegah penguapan dari lapisan di bawahnya dan membentuk
pertahanan di sepanjang tepi kelopak mata agar air mata tidak jatuh ke kulit. Lapisan
lemak ini juga memiliki fungsi mengurangi tekanan permukaan air mata. Lapisan
lemak ini memiliki ketebalan yang sangat tipis, yaitu sekitar 0,1 μm yang terdiri atas
kolesterol ester.
17
Gambar 11. Skematik struktur lapisan lipid air mata.9
Lapisan akuos disekresi oleh kelenjar lakrimal primer dan aksesorius, yaitu
kelenjar Krause dan Wolfring. Fungsi dari lapisan akuos ini adalah memberi nutrisi
untuk metabolisme epitel kornea. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal,
sekitar 6–7 μm yang terdiri atas air, elektrolit, glukosa, albumin, globulin, dan
lisozim. Sedangkan lapisan musin disekresi oleh sel goblet dan sedikit dari kelenjar
lakrimal. Lapisan ini terletak yang paling dalam dan terdiri atas gliko protein. Lapisan
musin ini sebagian diserap oleh epitel kornea yang merubah sifat hidrofobik menjadi
D. EPIDEMIOLOGI
Tumor jinak dan ganas pada glandula lakrimal berkisar 5-7% dari neoplasma
pada orbita. Tumor glandula lakrimal lebih jarang terjadi pada anak. Perbandingan
18
sering terjadi yaitu umor epitelial glandula lakrimal sedangkan pada tumor ganas
E. KALSIFIKASI
2. Adenomacarsinoma kelenjar
lakrimal
3. Pleomorphic adenocarcinoma
Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor ganas kelenjar liur. Etiologi dari
tumor ini masih belum diketahui. Sering terjadi pada kelenjar liur mayor dan minor
dengan predileksi yang tinggi pada palatum. Tumor ini tumbbuh dengan lambat,
mengalami invasi perineural, infeksi dan metastatis ke daerah yang lain baik melalui
limfe maupun pembuluh darah. Pasien dengan karsinoma adenoid kistik umumnya
datang dengan keluhan adanya benjolan di bagian temporal yang onsetnya cepat,
yaitu kurang dari satu tahun, selain itu juga disertai pendesakan bola mata ke arah
inferonasal, pandangan dobel, penurunan visus, ptosis, dan epifora. Nyeri juga
dapat timbul yang dikarenakan adanya invasi perineural dan ke struktur tulang di
19
Gambar 12. Gambaran proptosis dan pendesakan bola mata ke arah inferior
pada pasien Karsinoma Kistik Adenoid.12
sebagai massa yang berbentuk bulat atau lonjong dengan batas yang ireguler dibalik
dinding lateral orbita. Fossa lakrimalis biasanya tampak membesar seiring dengan
invasi tulang. Terdapat lima puluh persen dari kasus karsinoma adenoid kistik
destruksi dari tulang orbita, erosi tulang orbita dan juga ditemukan kalsifikasi
ditemukan berukuran kecil, padat disertai dengan sel basal dan agregasi sel ini
20
dipisahkan oleh rongga yang diisi mukus sehingga seakan mempunyai bentukan
Terapi reseksi tumor lengkap pada derajat keganasan yang sangat tinggi lebih
disarankan. Pada suatu kasus, jika tumor terbukti jinak, maka terapi pembedahan
yang tepat bila dilakukan eksisi massa in toto. Jika tumor terbukti malignan,
21
Gambar 14. Gambaran histologis karsinoma kistik adenoid dengan adanya
pria yang usianya berkisar antara 18 hingga 80 tahun (usia rerata 56 tahun). Sifat
tumor adenokarsinoma, yaitu lebih cepat bermetastasis dan angka keselamatan hidup
manifestasi dari jenis tumor ini yaitu cepat berkembang, maka bedah eksisi perlu
kelenjar lakrimal, yaitu bola mata yang menonjol yang disertai nyeri, pendesakan
posisi bola mata, penurunan tajam penglihatan, diplopia, dan ptosis. Temuan pada
superolateral dari orbital disertai dengan erosi tulang di sekitarnya dan terlibatnya
tumor yang menginfiltrasi kapsul yang berdekatan dan jaringan lunak kelenjar
22
lakrimal dan tampak adanya sel poligonal besar dengan inti vesikuler, nukleolus yang
3. KARSINOMAEKS-ADENOMA PLEOMORFIK
(malignant mixed tumor) dengan insiden berkisar 4 hingga 15% dari seluruh tumor
epitelial kelenjar lakrimal. Jenis tumor ini merupakan jenis tumor yang tumbuh dari
rekurensi adenoma pleomorfik yang diderita sebelumnya oleh pasien. Gejala klinis
pasien dengan diagnosis awal benign mixed tumor yang tidak direseksi secara total
dan terjadi rekurensi beberapa tahun kemudian. Kedua, pasien dengan riwayat tumor
kelenjar lakrimal selama beberapa tahun dan mendadak terjadi ekspansi dari massa
23
Ketiga, pasien dengan gejala nyeri dan adanya destruksi tulang sekitar kelenjar
lakrimal dan tumor yang diderita telah didiagnosis sebagai tumor ganas sejak awal
Karsinoma kelenjar sebaseus paling sering melibatkan kelopak mata atas pada
orang tua. Karsinoma kelenjar sebaseus adalah tumor yang sangat jarang,
perkembangannya lambat dan sering terjadi pada usia tua, sekitar lebih dari 50 tahun
dengan predisposisi pada wanita. Angka kematian akibat karsinoma ini mencapai
22%
24
Manifestasi Klinis
kelenjar Meibom dengan kerusakan folikel bulu mata menyebabkan rontoknya bulu
mata.2
Tidak seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa, karsinoma
kelenjar sebaseus terjadi di kelopak mata atas di mana terdapat banyak kelenjar
Meibom. Karsinoma ini dapat secara stimultan mengenai kedua kelopak mata pada
satu sisi (5%).Tumor ini berwarna kekuningan (Yellowish material) karena adanya
Oleh karena itu, secara klinis sering terlewat atau tertunda karena lesi menyerupai
bentuk nodular tampak seperti sebuah jaringan yang berbeda, nodul yang padat,
sering berada di lempeng tarsus atas (upper tarsal plate) dan mungkin tampak
25
Gambar 17. Karsinoma sebasea bentuk nodul
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
26
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Dakrioadenitis
akibat peradangan. Dakrioadenitis dibagi menjadi sindrom akut dan kronik
konjungtiva. Hal ini disebabkan oleh trauma, infeksi, dan inflamasi konjungtiva.
penderita merasa tidak nyaman, rasa mengganjal, nampak massa, distorsi paplpebra y
H. PENATALAKSANAAN
27
2. pembedahan ekstirpasi. 16
3. Koordinasi dengan ahli onkologi radiasi jika tuormengarah ke keganasan dan lesi
limfoma.16
I. PROGNOSIS
untuk perawatan rumah sakit untuk mendapatkan agen kemoterapi.16 Karsinoma kistik
dapat bermetastase ke tulang dan menginfiltrasi ke perineural. Pasien ini memiliki
angka kematian 50% pada 5 tahun pertama dan 75% pada 15 tahun. Kematian
28
BAB III
PEMBAHASAN
Orbita adalah suatu struktur anatomi yang komplek yang terdiri dari bola
mata, otot ekstraokular, tulang, lemak, saraf, kelenjar, pembuluh darah dan jaringan
ikat. Struktur penyusun orbita dapat berkembang menjadi lesi yaitu inflamasi atau
tumor. Tumor orbita yang jarang terjadi salah satunya adalah tumor kelenjar lakrimal.
Tumor kelenjar lakrimal diklasifikasikan menjadi tumor epitel dan non- epitel. 21
Pasien seorang perempuan berusia 74 tahun. Hal ini sesuai dengan tanda dan
insiden tumor adenoma pleomorfik pada rentang usia kejadian 16 tahun sampai 81
tahun. Keluhan mata kanan menonjol selama 3 tahun yang tidak disertai nyeri sesuai
dengan gejala dan tanda klinis tumor adenoma pleomorfik yaitu proptosis unilateral,
konsistensi kenyal, berbatas tegas, nyeri tekan tidak ada, permukaan rata, tidak dapat
digerakan dari dasar dan mendesak bola mata kearah inferior. Ini menunjukan lokasi
dari suatu massa pada fosa lakrimal yang merupakan lokasi kelenjar lakrimal. 21
gambaran massa berbentuk bulat atau oval berbatas tegas dan homogen pada kontras
29
pemeriksaan CT-Scan pasien adalah massa kistik bersepta di retrobulbar superior OD
merupakan tumor kelenjar berbentuk kistik pada regio retrobulbar superior orbita dan
histologi meliputi pseudokapsul, membentuk struktur duktus dan kistik yang terdiri
dari sel – sel berbentuk bulat, oval, spindel, stelata dan polygonal. Gambaran
histologi lainya yaitu ditemukan sel musin, osteoid, kartilago, dan degenerasi
sel – sel bentuk bulat oval sampai spindle yang tumbuh hiperplastis, memadat,
jaringan ikat sebagian mengalami degenerasi myxoid, dan tidak tampak sel tumor
ganas. Hasil pemeriksaan patologi anatomi pasien sesuai dengan karakteristik tumor
orbitotomi lateral karena lokasi tumor terletak pada retrobulbar superior mata kanan.
Observasi dilakukan untuk menilai fungsi penglihatan, gerak bola mata dan
penonjolan bola mata. Pada pasien tidak didapatkan gangguan fungsi penglihatan,
30
tidak ada gangguan gerak bola mata akibat tumor dan direncanakan kontrol 3 bulan
kekambuhan dan perubahan kearah keganasan. Eksisi tumor yang komplit resiko
kekambuhan dalam waktu lima tahun tidak ada tetapi pada eksisi tumor tidak komplit
sebesar 10% pada kekambuhan dalam waktu dua puluh tahun setelah terapi dan
sebesar 30% dalam waktu tiga puluh tahun. Pasien telah menjalani pengangkatan
tumor keseluruhan tanpa ada jaringan yang tersisa. Prognosis pada pasien quo ad
vitam ad bonam karena tidak ada resiko yang dapat mengancam jiwa. Prognosis quo
ad functionam ad bonam karena tidak ada gangguan fungsi penglihatan dan gerak
kekambuhan rendah.21
31
DAFTAR PUSTAKA
4.
3. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. 2009. Gray’s Anatomy for Students.
4. Conrady CD, Joos ZP, and Patel CK. 2016. Review: The Lacrimal Gland
5. Ansari MW, and Nadeem A. 2016. Anatomy of the Eyelids. In: Atlas of
Ocular Anatomy.
6. Abelson MB, Ousler G, Shapiro A, and Rimmer D. 2016. The Form and
reviewofophthalmology.com/article/the-form-and-function-of-
meibomian-glands.
32
8. Harvey TM, Fernandez AGA, Patel R, Goldman D, and Ciralsky J. 2013.
(eds). Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film. London:
Elsevier.
9. Cwiklik L. 2016. Tear Film Lipid Layer: A Molecular Level View. Biochim.
Biophys.
10. Lang GK.2006. Ophtalmology A pocket Textbook Atlas. 2nd ed. New York.
11. Bertha V.2011. Patologi adenoid karsinoma dan diagnosis bandingnya. FKG-
Usakti. Jakarta
12. Andersen LE, Beebe J, and Allen RC. 2016. Adenoid Cystic Carcinoma of
carcinoma-lacrimal-gland.htm.
14. Alkatan HM, Al-Harkan DH, Al-Mutlaq M, Maktabi A, and Elkhamary SM.
33
15. Daniel L, Rao S, Muthusamy R, Yerramsetti D. 2014. Mucoepidermoid
Presentation.
from: http://reference.medscape.com.
Availablefrom: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/4011117.
18. Riodan- Eva p, Whitcher JP. Lids. 2004. Lacrimal Apparatus, and tears In.
19. Antony J, Gopalan V, Smith RA, and Lam AK. 2011. Carcinoma ex
Molecular Data.
20. Yoon Duck Kim. 2004. Lacrimal Gland Tumor. Diagnosis and Treatment. USA
Januari 2019.
34