Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA TELAAH JURNAL

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2020


UNIVERSITAS HALU OLEO

Carsinoma Glandula Lacrimal

Oleh :
Andi Irmayasari Basri
K1A1 13 148

Pembimbing
dr. Suryani Rustam, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIANILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:


Nama : Andi Irmayasari Basri, S.Ked
Nim : K1A1 13 148
Judul Telaah Jurnal : Carsinoma Glandula Lacrimal
Telah menyelesaikan tugas Ttelaah jurnal dalam rangka kepaniteraan klinik
pada Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, November 2020


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Suryani Rustam, Sp.M

ii
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : -
Umur : 74 tahun
Tanggal lahir :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :-
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Keluhan utama mata kanan menonjol
Anamnesis Terpimpin:
Seorang wanita 74 tahun datang ke poliklinik Rekonstruksi, Okuloplasti dan
Onkologi Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo pada 13 Desember 2018 dengan
keluhan utama mata kanan menonjol sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan mata kanan
menonjol dirasakan secara perlahan – lahan. Keluhan mata merah, berair, nyeri,
nyeri pergerakan bola mata, penglihatan buram dan penglihatan ganda disangkal.
Keluhan nyeri kepala, mual, muntah, berdebar- debar, berkeringat saat udara
dingin dan tangan bergetar disangkal. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya,
trauma kepala, hipertensi, diabetes, alergi dan tiroid disangkal. Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama dan tumor disangkal. Pasien menggunakan kacamata
untuk penglihatan jauh sejak 3 tahun yang lalu.
C. PEMERIKSAAN GENERALIS
Sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/70mmHg, nadi
80x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu 36,40C
D. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Tajam Penglihatan Mata Kanan
- 0.25 Pin Hole 0.4
2. Tajam Penglihatan Mata Kiri

1
- 0.25 Pin Hole 0.5 F
3. Tekanan intraokular
Normal
4. Pemeriksaan Gerak Bola Mata
Bebas Kesegala Arah pada kedua mata
5. Pemeriksaan Hertel
Jarak kedua mata 98 milimeter, mata kanan 22 milimeter dan mata kiri 18
milimeter
6. Pemeriksaan Segmen Anterior Kanan
Palpebra superior di superotemporal teraba masa konsistensi kenyal, berbatas
tegas, nyeri tekan tidak ada, permukaan rata, tidak dapat digerakan dari dasar
dan mendesak bola mata kearah inferior. Mata kanan didapatkan proptosis,
arkus senilis pada kornea dan lensa agak keruh.
7. Pemeriksaan Segmen Anterior Kiri
Arkus senilis pada kornea dan lensa agak keruh
8. Pemeriksaan Segmen Posterior
Normal pada kiri dan kanan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan CT-Scan Orbita-Kepala
Massa kistik bersepta di retrobulbar superior OD disertai proptosis
OP.
F. RESUME
Seorang wanita 74 tahun datang ke poliklinik Rekonstruksi, Okuloplasti dan
Onkologi Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo pada 13 Desember 2018 dengan
keluhan utama mata kanan menonjol sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan mata kanan
menonjol dirasakan secara perlahan – lahan. Keluhan mata merah, berair, nyeri,
nyeri pergerakan bola mata, penglihatan buram dan penglihatan ganda disangkal.
Keluhan nyeri kepala, mual, muntah, berdebar- debar, berkeringat saat udara

2
dingin dan tangan bergetar disangkal. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya,
trauma kepala, hipertensi, diabetes, alergi dan tiroid disangkal. Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama dan tumor disangkal. Pasien menggunakan kacamata
untuk penglihatan jauh sejak 3 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan Generalis didapatkan pasien Sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 110/70mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi napas
18x/menit, suhu 36,40C. Pemeriksaan status oftalmologis didapatkan tajam
penglihatan mata kanan 0.25 Pin Hole 0.4 dan tajam penglihatan mata kiri 0.25
Pin Hole 0.5 F. Tekanan intraokular palpasi kedua mata normal. Gerak bola mata
bebas kesegala arah pada kedua mata. Pemeriksaan Hertel didapatkan jarak kedua
mata 98 milimeter, mata kanan 22 milimeter dan mata kiri 18 milimeter.
Pemeriksaan segmen anterior mata kanan pada palpebra superior di
superotemporal teraba masa konsistensi kenyal, berbatas tegas, nyeri tekan tidak
ada, permukaan rata, tidak dapat digerakan dari dasar dan mendesak bola mata
kearah inferior. Mata kanan didapatkan proptosis, arkus senilis pada kornea dan
lensa agak keruh. Pemeriksaan segmen posterior dalam batas normal.
Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan arkus senilis pada kornea dan
lensa agak keruh. Pemeriksaan segmen posterior dalam batas normal.

Gambar 1. Tampak mata kanan proptosis

3
G. DIAGNOSIS
Proptosis OD et causa massa retrobulbar dan Katarak senilis imatur ODS.
H. TERAPI
Dilakukan tindakan bedah pengangkatan tumor dengan pendekatan orbitotomi
lateral pada mata kanan dalam narkose umum dan pemeriksaan patologi anatomi
jaringan tumor.

4
BAB II
A. PENDAHULUAN

Orbita merupakan suatu rongga yang secara skematis

digambarkan sebagai piramida yang berkonvergensi ke arah posterior. Struktur bola

mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma, karena bola mata

terletak pada permukaan tulang-tulang yang kuat. Selain dilindungi oleh tulang-

tulang, didalam rongga bola mata terdapat sebagian besar lemak dan otot yang

berfungsi juga sebagai pelindung dan pergerakan bola mata.1

Sistem lakrimal adalah struktur kompleks yang memfasilitasi sekresi,

aliran di permukaan mata, dan ekskresi dari air mata. Sistem lakrimal terbagi

menjadi dua macam sistem, yaitu sistem sekresi dan ekskresi.2

Sistem sekresi ini tersusun atas suatu kelenjar lakrimal yang terbagi atas

kelenjar lakrimal utama (mayor) dan kelenjar lakrimal aksesorius (minor). Kelenjar

lakrimal utama mempunyai ukuran yang lebih besar dan terletak di sudut temporal

atas orbita. Kelenjar lakrimal ini dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus orbita dan

palpebra yang dipisahkan secara anatomis oleh aponeurosis levator bagian lateral.2

Semua Struktur Anatomi orbita bisa berkembang menjadi neoplasia. Invasi

dari struktur yang berdekatan, gangguan limfoproliferatif dan metastasis secara

hematogen juga bisa menyebabkan pertumbuhan tumor orbita skunder. Carsinoma

glandula lacrimal termasuk karsinoma adenoid kistik, adenokarsinoma, karsinoma sel

5
squamos, karsinoma mukoepidermoid, dan limfoma maligna. Karsinoma kistik

adenoid adalah paling sering ditemukan, sekitar 50% dari tumor ganas lakrimal

B. ANATOMI

Anatomi sistem lakrimal terbagi menjadi dua sistem, bagian pertama adalah

sistem sekretori dan bagian kedua adalah sistem ekskretori. Sistem sekretori terdiri

atas kelenjar lakrimal yang merupakan organ yang menghasilkan air mata. Sistem

ekskretori terdiri atas kanalikuli lakrimal hingga duktus nasolakrimalis.2

SISTEM EKSKRESI

Menurut fungsi sekresinya, kelenjar lakrimal terbagi menjadi kelenjar

lakrimal utama dan kelenjar lakrimal aksesorius. Kelenjar lakrimal utama dibagi

menjadi dua lobus, yaitu lobus orbita dan palpebra yang dipisahkan secara anatomis

oleh aponeurosis levator bagian lateral.2

Gambar 1. Anatomi kelenjar lakrimalis.3

6
Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar yang terletak pada lapisan atas terluar

orbita pada inferior dari tulang frontalis. Pada area tersebut terdapat suatu ruang

yang dinamakan fossa glandula lakrimalis. Batas permukaan superior kelenjar ini

adalah tulang frontalis sedangkan batas inferiornya adalah permukaan bola mata

yang di antaranya dipisahkan oleh aponeurosis levator. Karena hubungan yang

erat dengan sisi lateral dari aponeurosis levator, kelenjar ini memiliki bentuk yang

bervariasi. Adanya aponeurosis ini seolah membentuk suatu celah yang hampir

membagi kelenjar menjadi dua lobus, yaitu lobus orbita yang terletak di atas

aponeurosis dan lobus palpebra di bawahnya. Di atas dan di belakang celah

aponeurosis terdapat kelanjutan dari kelenjar lakrimal.

Permukaan lobus orbita (superior) kelenjar lakrimal ditutup oleh fossa tulang

frontal. Pada lobus tersebut kelenjar lakrimal terhubung dengan periosteum oleh

suatu jaringan serat konektif yang disebut dengan ligamen Soemmering. Batas

bawah lobus orbita terhubung dengan lapisan otot levator. Batas anterior kelenjar

lakrimal berada di posterior margin superior orbital tertutup oleh berbagai lapisan,

berturut-turut dari posterior ke anterior: septum orbita, lapisan tipis lemak, serat otot

orbikularis dan kulit kelopak mata. Batas posterior kelenjar berhubungan erat dengan

lemak orbita dan memiliki jaringan konektif longgar dengan struktur orbital. Ujung

medial terletak pada sisi lateral dari otot levator dan ujung lateral berhubungan

dengan otot rektus lateralis.

7
Cairan serous disekresi oleh lobus orbita dari empat hingga enam duktus yang

berjalan ke lobus palpebra dan sepanjang enam hingga delapan duktus dari lobus

palpebra, dialirkan ke kantung konjungtiva, sepertiga temporal dari forniks

konjungtiva superior. Lobus palpebra (inferior) dari kelenjar lakrimal sekitar

setengah dari ukuran lobus orbital dan dibentuk oleh beberapa lobulus. Terletak di

inferior dan anterior dari aponeurosis levator dan strukturnya tidak seperti bagian

superior, memanjang hingga margin orbital yang terletak di atas dari forniks

konjungtiva superior, di mana duktus terbuka.

Secara histologis, kelenjar lakrimal terdiri atas kelenjar tubulus alveolar dengan

tubular cabang pendek yang strukturnya menyerupai kelenjar parotis. Setiap lobus

terdiri dari banyak asini atau kelenjar kecil yang terhubung melalui saluran atau

duktuli dan menuju pada duktus yang lebih besar, yang pada akhirnya terkumpul

menjadi 6-12 duktus sekretori yang terbuka pada forniks konjungtiva.

Sel asini merupakan unit sekresi, tersusun dari lapisan sel myoepitel basal

dan suatu bagian dalam dengan sel-sel asinar. Sel asini terdiri dari dua lapisan sel

yang terletak pada dasar membran hialin dan di sekitar kanalis sentralis. Sel pada

lapisan basal bentuknya datar dan kontraktil, sementara sel lain berbentuk silindris

dan mengandung granul sekretori.

8
Gambar 2. Histologi struktur kelenjar lakrimalis.4

SISTEM EKSKRETORI

Saluran cairan mata atau biasa disebut kanalikuli lakrimalis melewati batas

kelopak mata (ampula) sekitar 2 mm secara vertikal. Kanalikuli superior dan

inferior rata-rata bersatu membentuk kanalikulus. Ujung terbuka kanalikulus

berada di dinding lateral sakus lakrimalis. Sakus lakrimalis atau yang biasa disebut

kantong lakrimal memiliki panjang sekitar 10 mm dan terletak di fossa lakrimalis,

yaitu depresi tulang antara tulang lakrimal dan prosesus frontalis tulang maksila

antara puncak anterior dan posterior.

Siklus lakrimalis memanjang dan berlanjut ke dukt us nasolakrimalis.

Bagian ini mempunyai panjang sekitar 12 mm. Du kt us i n i menu r u n da n

sudut nya sed i k it lateroposter ior membuka ke meatus nasal inferior dan ke

bawah turbinasi inferior. Membukanya duktus secara parsial tertutupi oleh lipatan

mukosa seperti katup atau disebut valve of Hasner.

9
Gambar 3. Letak kelenjar aksesorius. Kelenjar Krause (panah) dan Wolfring
(mata panah).4
Kelenjar lakrimal aksesorius terdiri dari kelenjar Krause, Wolfring, Zeiss,

Moll, dan Meibom. Kelenjar ini tidak mempunyai suatu sistem saluran dan terletak

di dalam substantia propria konjungtiva palpebra. Struktur pendukung utama

palpebra adalah tarsus yang terdiri atas suatu lapisan jaringan fibrosa padat. Tarsus

palpebra ini didapatkan pada palpebra superior dan inferior. Tarsus terdiri atas

jaringan pendukung palpebra dengan kelenjar Meibom yang ada di dalamnya.

Kelenjar Meibom berfungsi menghasilkan substansi lemak berminyak pada

permukaan air mata (tear film), substansi ini akan mengurangi tingkat penguapan

air mata dan juga akan menjaga kelopak mata atas dan bawah agar tidak lengket

10
saat berkedip. Kelenjar Meibom ini berjumlah 40–50 buah di palpebra bagian atas

dan 20-30 buah di palpebra bagian bawah.

Gambar 4. Skematik kelenjar lakrimal aksesorius.5

Struktur ini terdiri dari sel-sel asinar yang terhubung ke sebuah pusat

saluran yang ujungnya terbuka pada persimpangan mukokutaneus (mucocutaneus

junction) di tepian palpebra. Kelenjar Meibom ini tampak berderet sejajar pada

muaranya (orifisium). Sekresi lipid yang mengandung minyak dan wax disintesis

dan disekresikan secara perlahan akibat dorongan kelenjar Meibom dari pusat ke

orifisium. Selain itu, eksudasi basalis, kontraksi sepasang otot Riolan, dan ditambah

11
refleks berkedip dari mata juga mendorong sekresi kelenjar Meibom tersebar di

permukaan okular.

Margo (tepi) palpebra dipisa h ka n oleh gar is abu batas mukokutan

(grey line) menjadi margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu

mata, kelenjar Zeis dan Moll. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat

yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata berbentuk suatu saluran seperti

tabungberukuran kecil yang tak bercabang dan hulu nya berbentuk saluran spiral

biasa dan bukan seperti bentuk glomerulus pada kelenjar keringat. Margo posterior

kontak dengan bola mata, dan di sepanjang margo ini terdapat lubang-lubang kecil

dari kelenjar sebaseus yang telah termodifikasi (kelenjar Meibom atau tarsal).

Gambar 5. Muara kelenjar Meibom (panah).6

Kelenjar Moll tergolong kelenjar apokrin. Secara histologist kelenjar Moll

ini mirip dengan kelenjar apokrin yang lain. Unit kelenjar apokrin terdiri atas dua

bagian, yaitu 1) bagian proksimal yang melingkar dan merupakan bagian sekretorik

serta, 2) bagian saluran (duktus) yang merupakan bagian utama dan berjalan melalui

12
dermis. Secara histologis dan fungsi apokrin, kelenjar Moll terbagi menjadi dua

jenis, yaitu kelenjar apokrin yang aktif dan inaktif. Kelenjar Moll yang aktif

tampak sebagai sel kelenjar yang tinggi, tebal, dan padat yang tersusun saling

berdesakan pada lapisan myoepitelial sehingga lumen tampak sempit, sedangkan

kelenjar yang inaktif hanya tampak lapisan sel kelenjar tipis pada lapisan

myoepitelial sehingga lumen tampak lebar.

Gambar 6. Histologi kelenjar Moll. Kelenjar apokrin aktif (anak panah)

dan kelenjar apokrin inaktif (panah).7

Kelenjar Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebaseus kecil yang bermuara

dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Sedangkan kelenjar la k r i mal

Krausse da n Wolf r i ng terdapat di bawa h konjungtiva palpebra. Kelenjar ini

memasok cairan ke kantong konjungtiva dan kornea. Kedua kelenjar ini berfungsi

13
sebagai sekresi basal yang menghasilkan air mata secara terus menerus dalam

jumlah yang relatif kecil, yaitu sekitar 30 μl per menit.2

C. Fisiologi Sistem Lakrimal

Sistem lakrimalis terdiri atas kanalikuli (atas dan bawah), kanalikulus, sakus

lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Apparatus nasolakrimalis terbentuk ketika 6

minggu kehidupan prenatal. Sistem lakrimal dimulai dari pungtum lakrimalis yang

terletak di dekat nasal di tiap kelopak, kemudian menuju kantus medial di sakus

lakrimalis. Pungtum inferior terletak di lateral dan lebih ke atas. Kedua pungtum

tersebut berbentuk seperti lubang dengan rata-rata diameter 0,5–1,5 mm. Pada sekitar

delapan puluh dua persen (82%) bayi yang lahir cukup bulan, sekresi basal dimulai

dalam 24 jam pertama post natal dan sekresi refleks baru terjadi beberapa hari sampai

beberapa minggu post natal.

Air mata merupakan cairan yang terdiri dari lapisan mukoid di bagian terdalam,

lapisan aqueos intermediate dan lapisan minyak paling luar. Lapisan aqueos

intermediate adalah hasil dari dua jenis kelenjar yang berkaitan dengan suplai konstan

kelenjar lakrimalis (sekresi basal atau dasar) dan kelenjar yang bertanggung jawab

terhadap suplai tambahan lakrimalis secara motorik (refleks sekresi).2

14
Gambar 9. Unit sistem lakrimalis.8
Stratum korneum berfungsi sebagai penghalang air pada epidermis, yang

Cairan yang disekresi oleh kelenjar lakrimalis merupakan kompleks ion dan protein

yang diproduksi oleh dua sel sekretori, yaitu sel plasma dari sistem imun tubuh dan

sel-sel asinar serta saluran epitel sekresi kelenjar. Sel-sel plasma yang ditemukan di

ruang interstitial kelenjar bermigrasi dari organ limfoid. Sel plasma ini mengeluarkan

immunoglobin A (IgA) yang berperan penting dalam melindungi permukaan mata

dari infeksi. Sel-sel asinar dari epitel sekretori memiliki tiga fungsi utama, yaitu

untuk menyintesis dan menyekresi sejumlah protein lakrimalis khusus, untuk

mengeluarkan air, dan untuk mengangkut IgA disekresikan oleh sel-sel plasma dari

kompartemen interstitial ke dalam lumen kelenjar.2

KOMPOSISI AIR MATA

Lapisan akuos/air mata atau biasa disebut film air mata (tear film) sebagian besar

terdiri dari air yang di dalamnya terlarut komponen air mata, seperti protein, garam

anorganik, struktur makromolekul, serta oksigen.

15
Air mata mengandung 98,2% air, di mana kadar air tersebut dibutuhkan untuk

membasahi konjungtiva dan permukaan kornea. Penguapan air di antara dua kedipan

mata akan memengaruhi kepekatan air mata. Kecepatan penguapan air mata berkisar

antara 8 –10,1 x 10-7 gm.cm-2det-1. Penguapan air mata ini akan memengaruhi

ketebalan permukaan air mata dan konsentrasinya. Dalam selang waktu 10 detik

antara kedua kedipan mata akan mengurangi ketebalan air mata sekitar 0,1 μm dan

konsentrasi air mata berkurang sebesar 1-2%.2

Tabel 1. Komposisi lapisan air mata

Ketika berkedip, maka kandungan oksigen akan memengaruhi tekanan dalam

mata yang berfungsi dalam proses metabolisme lapisan kornea serta berperan penting

pada kejernihan kornea mata. Saat mata membuka, oksigen dari udara masuk ke

dalam air mata sehingga didapatkan tekanan oksigen sebesar 155 mmHg. Sedangkan

saat mata menutup didapatkan tekanan oksigen sebesar 55 mmHg dari pembuluh

darah konjungtiva.2

16
Gambar 10. Skematik struktur lapisan air mata.9

Lapisan air mata atau film air mata terdiri atas tiga (3) komponen lapisan

penyusun, yaitu lemak (lipid), akuos, dan musin. Lapisan lemak atau lipid (TFLL/tear

film lipid layer) disekresi oleh kelenjar Meibom, Moll, dan Zeis. Fungsi lapisan

lemak ini adalah mencegah penguapan dari lapisan di bawahnya dan membentuk

pertahanan di sepanjang tepi kelopak mata agar air mata tidak jatuh ke kulit. Lapisan

lemak ini juga memiliki fungsi mengurangi tekanan permukaan air mata. Lapisan

lemak ini memiliki ketebalan yang sangat tipis, yaitu sekitar 0,1 μm yang terdiri atas

kolesterol ester.

17
Gambar 11. Skematik struktur lapisan lipid air mata.9

Lapisan akuos disekresi oleh kelenjar lakrimal primer dan aksesorius, yaitu

kelenjar Krause dan Wolfring. Fungsi dari lapisan akuos ini adalah memberi nutrisi

untuk metabolisme epitel kornea. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal,

sekitar 6–7 μm yang terdiri atas air, elektrolit, glukosa, albumin, globulin, dan

lisozim. Sedangkan lapisan musin disekresi oleh sel goblet dan sedikit dari kelenjar

lakrimal. Lapisan ini terletak yang paling dalam dan terdiri atas gliko protein. Lapisan

musin ini sebagian diserap oleh epitel kornea yang merubah sifat hidrofobik menjadi

hidrofilik sehingga akuos menyebar merata di permukaan kornea.2

D. EPIDEMIOLOGI

Tumor jinak dan ganas pada glandula lakrimal berkisar 5-7% dari neoplasma

pada orbita. Tumor glandula lakrimal lebih jarang terjadi pada anak. Perbandingan

antara tumor jinak dan ganas yaitu 10:1. Frekuensi neoplasma jinak paling

18
sering terjadi yaitu umor epitelial glandula lakrimal sedangkan pada tumor ganas

yaitu karsinomakistik denoid dan adenokarsinoma pleomorfik.10

E. KALSIFIKASI

Carsinoma Glandula Lakrimal 1. Adeno cystic carsinoma

2. Adenomacarsinoma kelenjar

lakrimal

3. Pleomorphic adenocarcinoma

4. Sebaceous cell carcinoma

Tabel 2. Kalsifikasi carsinoma glandula lakrimal.18

1. Adeno cystic carsinoma

Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor ganas kelenjar liur. Etiologi dari

tumor ini masih belum diketahui. Sering terjadi pada kelenjar liur mayor dan minor

dengan predileksi yang tinggi pada palatum. Tumor ini tumbbuh dengan lambat,

mengalami invasi perineural, infeksi dan metastatis ke daerah yang lain baik melalui

limfe maupun pembuluh darah. Pasien dengan karsinoma adenoid kistik umumnya

datang dengan keluhan adanya benjolan di bagian temporal yang onsetnya cepat,

yaitu kurang dari satu tahun, selain itu juga disertai pendesakan bola mata ke arah

inferonasal, pandangan dobel, penurunan visus, ptosis, dan epifora. Nyeri juga

dapat timbul yang dikarenakan adanya invasi perineural dan ke struktur tulang di

sekitarnya (35 hingga 45% dari kasus).2 11

19
Gambar 12. Gambaran proptosis dan pendesakan bola mata ke arah inferior
pada pasien Karsinoma Kistik Adenoid.12

Pada pemeriksaan menggunakan CT-Scan, karsinoma adenoid kistik tampak

sebagai massa yang berbentuk bulat atau lonjong dengan batas yang ireguler dibalik

dinding lateral orbita. Fossa lakrimalis biasanya tampak membesar seiring dengan

invasi tulang. Terdapat lima puluh persen dari kasus karsinoma adenoid kistik

mempunyai sifat yang invasif terhadap tulang disekitarnya sehingga menyebabkan

destruksi dari tulang orbita, erosi tulang orbita dan juga ditemukan kalsifikasi

jaringan lunak.Secara patologi anatomi, karsinoma adenoid kistik berbeda dengan

tampilan sel-sel pada karsinoma eks-adenoma pleomorfik. Sel-sel inti yang

ditemukan berukuran kecil, padat disertai dengan sel basal dan agregasi sel ini

20
dipisahkan oleh rongga yang diisi mukus sehingga seakan mempunyai bentukan

kribriformis atau seperti keju Swiss.2

Gambar 13. Gambaran CT Scan pada penderita karsinoma kistik adenoid.11

Terapi reseksi tumor lengkap pada derajat keganasan yang sangat tinggi lebih

disarankan. Pada suatu kasus, jika tumor terbukti jinak, maka terapi pembedahan

yang tepat bila dilakukan eksisi massa in toto. Jika tumor terbukti malignan,

eksenterasi, dan kemoterapi ajuvan lebih disarankan.

21
Gambar 14. Gambaran histologis karsinoma kistik adenoid dengan adanya

transformasi sel-sel dengan pola kribriformis.13

2. ADENOKARSINOMA KELENJAR LAKRIMAL

Adenokarsinoma merupakan salah satu tumor kelenjar lakrimal dengan kasus

terbanyak ketiga dari seluruh tumor kelenjar lakrimal Penyakit Sistem

Lakrimal78(sebanyak 5% dari kasus karsinoma lakrimal). Sebagian besar penderita

adenokarsinoma kelenjar lakrimal mempunyai prognosis yang buruk (angka kematian

berkisar 50-80%). Sebagian besar penderita adenokarsinoma kelenjar lakrimal adalah

pria yang usianya berkisar antara 18 hingga 80 tahun (usia rerata 56 tahun). Sifat

tumor adenokarsinoma, yaitu lebih cepat bermetastasis dan angka keselamatan hidup

lebih pendek dibandingkan dengan karsinoma adenoid kistik. Dikarenakan

manifestasi dari jenis tumor ini yaitu cepat berkembang, maka bedah eksisi perlu

segera dilakukan. Gejala yang biasa dikeluhkan oleh penderita adenokarsinoma

kelenjar lakrimal, yaitu bola mata yang menonjol yang disertai nyeri, pendesakan

posisi bola mata, penurunan tajam penglihatan, diplopia, dan ptosis. Temuan pada

pemeriksaan CT Scan, yaitu didapatkan adanya gambaran massa tumor di area

superolateral dari orbital disertai dengan erosi tulang di sekitarnya dan terlibatnya

otot-otot rektal superior dan lateral.2

Sedangkan pada pemeriksaan histopatologi adenokarsinoma didapatkan sel-sel

tumor yang menginfiltrasi kapsul yang berdekatan dan jaringan lunak kelenjar

22
lakrimal dan tampak adanya sel poligonal besar dengan inti vesikuler, nukleolus yang

menonjol dan sitoplasma amfofilik.2

Gambar 15 Presentasi klinis pada kasus adenokarsinoma kelenjar lakrimal dengan

proptosis mata kiri dan pendesakan posisi bola mata.14

3. KARSINOMAEKS-ADENOMA PLEOMORFIK

Karsinoma eks-adenoma pleomorfik disebut juga sebagai tumor ganas campuran

(malignant mixed tumor) dengan insiden berkisar 4 hingga 15% dari seluruh tumor

epitelial kelenjar lakrimal. Jenis tumor ini merupakan jenis tumor yang tumbuh dari

rekurensi adenoma pleomorfik yang diderita sebelumnya oleh pasien. Gejala klinis

karsinoma eks-adenoma pleomorfik ini digolongkan menjadi tiga, yakni pertama,

pasien dengan diagnosis awal benign mixed tumor yang tidak direseksi secara total

dan terjadi rekurensi beberapa tahun kemudian. Kedua, pasien dengan riwayat tumor

kelenjar lakrimal selama beberapa tahun dan mendadak terjadi ekspansi dari massa

tumor disertai nyeri dan pembengkakan dari kelopak mata atas.

23
Ketiga, pasien dengan gejala nyeri dan adanya destruksi tulang sekitar kelenjar

lakrimal dan tumor yang diderita telah didiagnosis sebagai tumor ganas sejak awal

sehingga pada tahap ini dipertimbangkan sebagai karsinoma eks-adenoma

Gambar 16. Gambaran klinis penderita karsinoma eks-adenoma pleomorfik.

Tampak adanya penurunan bola mata.15

Gambar 17. Gambaran histopatologi pada penderita karsinoma eks-adenoma.19

4. KARSINOMA KELENJAR SEBASEUS

Karsinoma kelenjar sebaseus paling sering melibatkan kelopak mata atas pada

orang tua. Karsinoma kelenjar sebaseus adalah tumor yang sangat jarang,

perkembangannya lambat dan sering terjadi pada usia tua, sekitar lebih dari 50 tahun

dengan predisposisi pada wanita. Angka kematian akibat karsinoma ini mencapai

22%

24
Manifestasi Klinis

Secara klinis, karsinoma kelenjar sebaseus seperti kalazion, blefaritis kronis,

karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, pemphigoid membrane mucus,

keratokonjungtivitis limbal superior maupun pannus. Penipisan dari orifisium

kelenjar Meibom dengan kerusakan folikel bulu mata menyebabkan rontoknya bulu

mata.2

Tidak seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa, karsinoma

kelenjar sebaseus terjadi di kelopak mata atas di mana terdapat banyak kelenjar

Meibom. Karsinoma ini dapat secara stimultan mengenai kedua kelopak mata pada

satu sisi (5%).Tumor ini berwarna kekuningan (Yellowish material) karena adanya

material lipid dalam sel neoplasma. 2

Oleh karena itu, secara klinis sering terlewat atau tertunda karena lesi menyerupai

kalazion atau blefarokonjungtivitis kronis. Selain itu, karsinoma kelenjar sebasea

bentuk nodular tampak seperti sebuah jaringan yang berbeda, nodul yang padat,

sering berada di lempeng tarsus atas (upper tarsal plate) dan mungkin tampak

berwarna sedikit kekuningan karena adanya jaringan lemak.2

25
Gambar 17. Karsinoma sebasea bentuk nodul

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan

 Pemeriksaan gerakan bola mata dapat memberikan informasi

mengenaiinfiltrasi tumor ke otot ekstraokuler atau perubahan mekanik

pada bolamata akibat pertumbuhan tumor. Pergeseran lobus dengan atau

tanpa proptosis paling sering ditemukan pada keganasan yang

ditandai denganlesi non axial yang mengarah ke inferomedial.

 Densitas tumor pada pemeriksaan USG

 Pemeriksaan MRI dan CT scan untuk melihat lokasi dan perluasan

 Pemeriksaan biopsi digunakan untuk mengkonfirmasi adanya

keganasandan tipe tumor tersebut.

 Pemeriksaan imunohistokimia dapat membantu untuk membedakanantara

inflamasi, lesi jinak maupun ganas pada lesi limfoproliferatif.17

26
G. DIAGNOSIS BANDING

1. Dakrioadenitis

Dakrioadenitis merupakan pembesaran glandla lakrimalis

akibat peradangan. Dakrioadenitis dibagi menjadi sindrom akut dan kronik 

dengan penyebab infeksi atau penyakit sistemik.

Pada anamnesis bersifat unilateral,nyeri berat, kemerahan dan rasa tertekan

pada regiosupratemporal orbita. Onset cepat dalam beberapa jam atau

hari.Dakrioadenitis kronik dapat terjadi bilateral tidak nyeri, pembesaranglandula

lakrimal yang lebih dari sebulan, lebih sering dari dakrioadenitisakut.16

2. Kista Duktus lakrimalis

Kista duktus lakrimal berkembang dari forniks bagian supra temporal

konjungtiva. Hal ini disebabkan oleh trauma, infeksi, dan inflamasi konjungtiva.

Gejala biasanya asimtomatik namun dapat menyebabkan

penderita merasa tidak nyaman, rasa mengganjal, nampak massa, distorsi paplpebra y

ang menyenbabkan ektropion. Ukuran berfluktuasi.Pengobatan dengan total reseksi.17

H. PENATALAKSANAAN

1. Jika memungkinkan, tumor harus diangkat seluruhnya. Eksenterasi orbitalmungkin

diperlukan. Pemberian kortikosteroid sistemik diindikasikan jikaterdapat tumor

yang tidak spesifik.10

27
2. pembedahan ekstirpasi. 16

3. Koordinasi dengan ahli onkologi radiasi jika tuormengarah ke keganasan dan lesi

limfoma.16

I. PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada derajat keganasan tumor. Pasien mungkindisarankan

untuk perawatan rumah sakit untuk mendapatkan agen kemoterapi.16 Karsinoma kistik

adenoid memiliki prognosis yang cukup jelek karena

dapat bermetastase ke tulang dan menginfiltrasi ke perineural. Pasien ini memiliki

angka kematian 50% pada 5 tahun pertama dan 75% pada 15 tahun. Kematian

biasanya akibat penyebaran ke intrakranial dan metastase ke paru-paru. Gambaran

histologis biasanya signifikan dengan prognosis dimana gambaran

cribriformmemiliki angka harapan hidup 5 tahun sebesar 70% dibandingkan

dengangambaran basaloid yang memiliki angka harapan hidup sebesar 20%.16

28
BAB III
PEMBAHASAN

Orbita adalah suatu struktur anatomi yang komplek yang terdiri dari bola

mata, otot ekstraokular, tulang, lemak, saraf, kelenjar, pembuluh darah dan jaringan

ikat. Struktur penyusun orbita dapat berkembang menjadi lesi yaitu inflamasi atau

tumor. Tumor orbita yang jarang terjadi salah satunya adalah tumor kelenjar lakrimal.

Tumor kelenjar lakrimal diklasifikasikan menjadi tumor epitel dan non- epitel. 21

Pasien seorang perempuan berusia 74 tahun. Hal ini sesuai dengan tanda dan

insiden tumor adenoma pleomorfik pada rentang usia kejadian 16 tahun sampai 81

tahun. Keluhan mata kanan menonjol selama 3 tahun yang tidak disertai nyeri sesuai

dengan gejala dan tanda klinis tumor adenoma pleomorfik yaitu proptosis unilateral,

perkembangan lambat lebih dari 12 bulan dan tanpa disertai nyeri. 21

Pemeriksaan fisik pada palpebra superior di superotemporal teraba masa

konsistensi kenyal, berbatas tegas, nyeri tekan tidak ada, permukaan rata, tidak dapat

digerakan dari dasar dan mendesak bola mata kearah inferior. Ini menunjukan lokasi

dari suatu massa pada fosa lakrimal yang merupakan lokasi kelenjar lakrimal. 21

Pemeriksaan penunjang tumor adenoma pleomorfik kelenjar lakrimal yaitu

pemeriksaan radiologi CT-Scan dan patologi anatomi. Pemeriksaan CT-Scan tampak

gambaran massa berbentuk bulat atau oval berbatas tegas dan homogen pada kontras

yang meningkat di regio superotemporal orbita. Gambaran tulang orbita meliputi

tulang normal, erosi kompresi, sklerosis, remodeling dan destruksi.. Hasil

29
pemeriksaan CT-Scan pasien adalah massa kistik bersepta di retrobulbar superior OD

disertai proptosis OP sesuai dengan karakteristik tumor adenoma pleomorfik yang

merupakan tumor kelenjar berbentuk kistik pada regio retrobulbar superior orbita dan

mendesak orbita kearah inferonasal. 21

Pemeriksaan patologi anatomi didapatkan karakteristik tumor adenoma

pleomorfik yaitu proliferasi jaringan epitel dan jaringan mesenkim. Gambaran

histologi meliputi pseudokapsul, membentuk struktur duktus dan kistik yang terdiri

dari sel – sel berbentuk bulat, oval, spindel, stelata dan polygonal. Gambaran

histologi lainya yaitu ditemukan sel musin, osteoid, kartilago, dan degenerasi

myxoid, hialin serta osseous. 21

Hasil pemeriksaan patologi anatomi pasien secara makroskopi ditemukan

massa tumor dilapisi pseudokapsul jaringan ikat fibrokolagen, subcapsular tampak

sel – sel bentuk bulat oval sampai spindle yang tumbuh hiperplastis, memadat,

sebagian berkelompok dan membentukstruktur glandular, sebagian kistik, stroma

jaringan ikat sebagian mengalami degenerasi myxoid, dan tidak tampak sel tumor

ganas. Hasil pemeriksaan patologi anatomi pasien sesuai dengan karakteristik tumor

adenoma pleomorfik secara histology. 21

Pasien dilakukan terapi bedah yaitu pengangkaatan tumor dengan pendekatan

orbitotomi lateral karena lokasi tumor terletak pada retrobulbar superior mata kanan.

Observasi dilakukan untuk menilai fungsi penglihatan, gerak bola mata dan

penonjolan bola mata. Pada pasien tidak didapatkan gangguan fungsi penglihatan,

30
tidak ada gangguan gerak bola mata akibat tumor dan direncanakan kontrol 3 bulan

yang akan datang. 21

Prognosis tumor adenoma pleomorfik kelenjar lakrimal ditentukan oleh resiko

kekambuhan dan perubahan kearah keganasan. Eksisi tumor yang komplit resiko

kekambuhan dalam waktu lima tahun tidak ada tetapi pada eksisi tumor tidak komplit

memiliki resiko kekambuhan sebesar 30 %. Insiden perubahan kearah keganasan

sebesar 10% pada kekambuhan dalam waktu dua puluh tahun setelah terapi dan

sebesar 30% dalam waktu tiga puluh tahun. Pasien telah menjalani pengangkatan

tumor keseluruhan tanpa ada jaringan yang tersisa. Prognosis pada pasien quo ad

vitam ad bonam karena tidak ada resiko yang dapat mengancam jiwa. Prognosis quo

ad functionam ad bonam karena tidak ada gangguan fungsi penglihatan dan gerak

bola mata. Prognosis quo ad sanationam ad dubia ad bonam karena resiko

kekambuhan rendah.21

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Tyers AG, Collin JRO. Anatomy. : Gabbody R, editor. Colour Atlas of

Ophthalmic Plastic Surgery. Edisi ke-3. Philadelphia: Elsevier; 2008. hlm. 2-

4.

2. Soebagjo, H.D. 2019. Penyakit Sistem Lakrimal. Departemen iImu Kesehatan

Mata Fakultask Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

3. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. 2009. Gray’s Anatomy for Students.

and ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier.

4. Conrady CD, Joos ZP, and Patel CK. 2016. Review: The Lacrimal Gland

and Its Role in Dry Eye.

5. Ansari MW, and Nadeem A. 2016. Anatomy of the Eyelids. In: Atlas of

Ocular Anatomy.

6. Abelson MB, Ousler G, Shapiro A, and Rimmer D. 2016. The Form and

Function of Meibomian Glands. Available at https://www.

reviewofophthalmology.com/article/the-form-and-function-of-

meibomian-glands.

7. Stoeckelhuber M, Stoeckelhuber BM, and Welsch U. 2003. Human Glands of

Moll: Histochemical and Ultrastructural Characterization of the Glands of

Moll in the Human Eyelid.

32
8. Harvey TM, Fernandez AGA, Patel R, Goldman D, and Ciralsky J. 2013.

Conjunctival Anatomy and Physiology. In Holland EJ, Mannis MJ, Lee WB

(eds). Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film. London:

Elsevier.

9. Cwiklik L. 2016. Tear Film Lipid Layer: A Molecular Level View. Biochim.

Biophys.

10. Lang GK.2006. Ophtalmology A pocket Textbook Atlas. 2nd ed. New York.

11. Bertha V.2011. Patologi adenoid karsinoma dan diagnosis bandingnya. FKG-

Usakti. Jakarta

12. Andersen LE, Beebe J, and Allen RC. 2016. Adenoid Cystic Carcinoma of

The Lacrimal Gland: 101-Year-Old Female with a 3-Year History of a Left

Orbital Mass [internet]. EyeRounds.org. June 3, 2016. Available at

ht t ps://webeye.opht h.uiowa.edu/eyefor um/cases/235 -Adenoid- cystic-

carcinoma-lacrimal-gland.htm.

13. Muttagi VK, Gairola M, Ahlawat P, Aggarwal A, Sharma K, Tandon S, et al.

2018. Rare Presentation of Adenoid Cystic Carcinoma Presenting as Retro-

Orbital Mass: a Case Report. Ophthalmol Case Rep, 1(2):28-31.

14. Alkatan HM, Al-Harkan DH, Al-Mutlaq M, Maktabi A, and Elkhamary SM.

2014. Epithelial Lacrimal Gland Tumors: A Comprehensive Clinicopathologic

Review of 26 Lesions with Radiologic Correlation.

33
15. Daniel L, Rao S, Muthusamy R, Yerramsetti D. 2014. Mucoepidermoid

Carcinoma ex Pleomorphic Adenoma of the Lacrimal Gland: A Rare

Presentation.

16. DeAngelis DD. Lacrimal Gland Tumors.2013 [cited 2014 January16. Available

from: http://reference.medscape.com.

17. Hornblass. Lacrimal gland duct cysts.2014.

Availablefrom: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/4011117. 

18. Riodan- Eva p, Whitcher JP. Lids. 2004. Lacrimal Apparatus, and tears In.

General Ophthalmology. 14 th ed New York

19. Antony J, Gopalan V, Smith RA, and Lam AK. 2011. Carcinoma ex

Pleomorphic Adenoma: a Comprehensive Review of Clinical, Pathological and

Molecular Data.

20. Yoon Duck Kim. 2004. Lacrimal Gland Tumor. Diagnosis and Treatment. USA

21. Soeprajogo MP. Penatalaksanaan Tumor Adenoma Pleomorfik Kelenjar

Lakrimal. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. 17

Januari 2019.

34

Anda mungkin juga menyukai