DISUSUN OLEH :
MIFTAHUL ILA SAKDYAH
201910300511016
DOSEN PEMBIMBING :
JUWITASARI,S,Kep,Ns,MS
2. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) (Rasjidi,
2009; ESMO, 2010; Yayasan Kanker Indonesia, 2014; CDC, 2015). Proses terjadinya
karsinoma serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Perubahan
biasanya terjadi pada daerah sambungan skuamous kolumnar atau daerah transformasi
(Rasjidi, 2009). HPV ditularkan melalui kontak kulit dengan area yang terinfeksi HPV,
melalui hubungan seksual (American Cancer Society, 2016). HPV mempunyai lebih dari
150 jenis, 13 diantaranya adalah penyebab kanker yang dikenal sebagai tipe risiko tinggi.
HPV yang mempunyai risiko tinggi penyebab kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18.
HPV tipe ini ditularkan melalui kontak seksual dan kebanyakan orang terinfeksi HPV
sesaat setelah onset aktivitas seksual, namun untuk menjadi kanker membutuhkan waktu
bertahun-tahun (WHO, 2016; American Cancer Society, 2016)
Stadium ini disebut juga dengan kanker noninvasif atau carcinoma in situ (CIS). Pada tahap
ini, sel kanker hanya terdapat di sel-sel permukaan terluar serviks (leher rahim).
Dengan kata lain, sel-sel kanker tersebut masih belum menjangkau lapisan jaringan leher
rahim yang terletak lebih dalam.
Kanker serviks stadium 1 adalah suatu kondisi saat sel kanker telah menyerang leher rahim,
tapi tidak menyebar sampai ke jaringan maupun organ lain di sekitarnya.
Artinya, sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening yang ada di dekatnya ataupun
bergerak ke tempat yang lebih jauh. Gejala kanker serviks stadium 1 adalah perdarahan
abnormal dari vagina, sakit panggul saat seks, keputihan tidak normal, dan susah buang air
besar (BAB).
Sekitar 95 persen wanita dengan kondisi ini kemungkinan memiliki harapan hidup sekitar 5
tahun. Namun, angka itu bukanlah patokan utama, karena bisa saja pasien pada stadium ini
bisa bertahan hidup lebih lama.
Kanker leher rahim stadium 1 dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
Stadium 1A
Kanker serviks stadium 1A merupakan bentuk awal dari tahap 1. Sel kanker yang muncul
pada tahap ini adalah sel kanker dalam jumlah kecil sudah menyerang serviks dan hanya bisa
dilihat di bawah mikroskop.
Stadium IA1: Sel kanker sudah menyerang jaringan serviks dengan kedalaman <3
mm dan mempunyai lebar <7 mm
Stadium IA2: Sel kanker sudah ada di jaringan serviks dengan kedalaman antara 3-5
mm dan lebar <7 mm
Stadium 1B
Pada tahap ini, sel kanker sudah bisa dilihat tanpa bantuan mikroskop. Ukuran sel kanker
sudah lebih besar dibandingkan stadium 1A, tapi masih hanya menyebar di jaringan serviks.
Ketika perkembangan kanker leher rahim sudah melewati stadium 1, artinya kondisi tersebut
kini memasuki stadium 2. Pada stadium 2, sel kanker telah menyebar hingga ke luar leher
rahim dan rahim. Akan tetapi, sel itu belum sampai ke dinding panggul atau bagian bawah
vagina.
Penyebaran kanker juga belum sampai ke kelenjar bening atau bagian tubuh lain yang lebih
jauh. Dinding panggul merupakan jaringan yang melapisi area tubuh di antara pinggul.
Stadium 2A
Pada kanker serviks stadium 2A, kanker belum menyebar ke jaringan yang ada di dekat
serviks, tapi mungkin sudah menyebar ke bagian atas vagina (belum keseluruhan vagina).
Stadium ini dibagi lagi menjadi:
Stadium IIA1: Kanker dapat dilihat tapi masih tidak lebih besar dari 4 cm
Stadium IIA2: Kanker sudah lebih besar dari 4 cm
Stadium 2B
Pada stadium 2B, sel kanker mulai menyebar ke jaringan di sekitar leher rahim. Pengobatan
yang diberikan biasanya berupa operasi dan kemoradioterapi.
Ketika perkembangan kanker ini sudah melalui stadium 1 dan 2, maka kanker sudah
memasuki tahapan stadium 3. Pada tahapan ini, kanker sudah menyebar ke bagian bawah
vagina atau dinding panggul. Tak hanya itu, saluran kencing mungkin saja terhalang.
Hampir sekitar 40% wanita dengan penyakit kanker serviks stadium 3, memiliki angka
harapan hidup selama 5 tahun atau bahkan lebih. Peluang angka harapan hidup dari salah satu
jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita ini terhitung mulai dari waktu Anda
didiagnosis memiliki kanker leher rahim stadium 3.
Pada saat pasien mengalami kanker pada tahapan ini, sel kanker belum menyebar ke kelenjar
getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain yang lebih jauh. Stadium ini juga terbagi lagi
ke dalam dua kelompok, yaitu:
Stadium 3A
Kanker sudah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, tapi tidak mencapai dinding
panggul.
Stadium 3B
Ada dua kemungkinan kondisi pada kanker serviks stadium 3B ini, yaitu:
Kanker sudah tumbuh mencapai dinding panggul dan/atau telah menghalangi satu
atau kedua saluran kencing. Hal ini kemudian dapat menyebabkan masalah ginjal.
Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar panggul tapi tidak sampai
ke bagian tubuh yang jauh. Tumor pada stadium 3B ini bisa dalam berbagai ukuran
dan mungkin sudah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul.
Pada stadium ini, pasien mungkin harus menjalani operasi pengangkatan kelenjar getah
bening, yang kemudian diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.
Ini merupakan stadium akhir dari kanker leher rahim. Kanker tidak hanya menyerang serviks,
tapi juga ke bagian terdekat serviks atau ke bagian tubuh lainnya yang bahkan jauh dari
serviks.
Berdasarkan diagnosis yang dilakukan National Cancer Database pada penderita kanker
serviks di tahun 2000 dan 2002, angka harapan hidup lima tahun (5 Years Survival Rate) jika
kondisi ini berhasil dideteksi dan diobati pada stadium 4 sekitar 16% dan 15% untuk 4B.
Artinya, pada penelitian ini, hanya 15-16% pasien-pasien dengan stadium 4 yang diobati
yang dapat bertahan hidup hingga 5 tahun.
Stadium 4A
Sel kanker telah menyebar ke kandung kemih atau rektum. Keduanya adalah organ terdekat
dengan serviks. Namun, pada stadium ini sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah
bening terdekat atau ke bagian tubuh lain.
Stadium IVB
Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain yang jauh dari serviks, seperti sampai paru-
paru atau hati.
Menurut American Cancer Society, kesempatan pasien untuk sembuh dari kanker serviks
sangatlah kecil jika ada dalam tahap ini. Dokter pun tidak akan merekomendasikan operasi
untuk menangani pasien yang berada dalam stadium ini.
4. Faktor risiko
Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker serviks menurut American Cancer
Society (2016); CDC (2016); Rasjidi (2009), adalah : a. Infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) Human Papilloma Virus (HPV) dapat menginfeksi sel-sel di permukaan kulit, dan
mereka yang melapisi alat kelamin, anus, mulut, dan tenggorokan. HPV dapat menyebar dari
satu orang ke orang lain melalui kontak kulit ke kulit. Salah satu cara HPV menyebar adalah
melaui hubungan seks, termasuk seks vaginal, anal, dan bahkan oral. Infeksi HPV pada
wanita tidak semua bisa menyebabkan kanker serviks. Virus ini akan hilang dengan
sendirinya apabila wanita yang terinfeksi virus HPV memiliki sistem kekebalan tubuh yang
baik. Ada 150 jenis HPV yang dikelompokan menjadi jenis HPV berisiko rendah dan HPV
beririko tinggi. Jenis HPV berisiko rendah merupakan penyebab kutil pada bibir atau lidah,
sekitar organ
kelamin wanita dan laki-laki dan di daerah anus. HPV tipe berisiko rendah jarang
menyebabkan kanker. Jenis HPV lainnya disebut tipe risiko tinggi karena sangat terkait
dengan kanker. Tipe HPV yang mempunyai risiko tertinggi terjadinya kanker serviks adalah
tipe HPV 16 dan HPV 18. Waktu yang dibutuhkan dari infeksi HPV risiko-tinggi sampai
terjadinya kanker adalah 15 tahun.
b. Merokok
Wanita yang merokok mempunyai risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker serviks
dibandingkan dengan yang tidak merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat
dijumpai pada lendir serviks wanita yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini dapat
merusak DNA sel serviks dan dapat berkontribusi pada perkembangan kanker serviks.
Merokok juga membuat system kekebalan tubuh kurang efektif dalam melawan infeksi HPV.
C Sistem kekebalan tubuh yang lemah Human Immunodeficiency Virus (HIV), adalah virus
yang menyebabkan AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh sehingga wanita penderita AIDS
memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV yang bisa menyebabkan kanker serviks. Wanita
dengan penyakit autoimun yang menkonsumsi obat untuk menekan respon kekebalan tubuh
juga berisiko terserang kanker serviks.
D. Infeksi chlamidia Chlamidia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi sistem
reproduksi, menyebar melalui kontak seksual. Infeksi chlamidia dapat menyebabkan
peradangan panggul dan infertilitas.
E. Hubungan seksual Berdasarkan etiologi infeksinya, wanita dengan pasangan seksual lebih
dari satu dan wanita yang memulai berhubungan
F Status ekonomi Wanita dengan kelas ekonomi paling rendah memiliki faktor risiko lima
kali lebih besar daripada wanita di kelas ekonomi paling tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan
wanita dengan kelas ekonomi paling rendah tidak memiliki akses yang mudah ke pelayanan
kesehatan.
G Diet Wanita yang diet rendah buah dan sayuran memiliki risiko tinggi terkena kanker
serviks
Manifestasi Klinis
Tahap awal: Perdarahan atau bercak pada vagina yang tidak dapat dijelaskan sifatnya bisa
intermenstruasi atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium
selanjutnya.
Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
Biasanya menyerupai air, kadang - kadang timbulnya sebelum ada perdarahan;
Perdarahan pasca coitus,
keluar cairan dari vagina: Berair, purulen atau mucoid; Perdarahan paska koitus.
Tahap lanjut ditandai perdarahan, keputihan dan berbau; Nyeri pelvis, iritasi, vulvitis; Gejala
perkemihan, kebocoran urin atau feses dari vagina; Anoreksia dan penurunan berat badan.
5. Komplikasi
“Kanker Serviks”, (2015) menyatakan, komplikasi kanker serviks bisa disebabkan oleh
karena efek daari pemberian terapi dan akibat dari stadium lanjut. a. Komplikasi dari efek
pemberian terapi kanker
1) Menopause dini Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui operasi atau
karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Gejala yang timbul akibat kondisi
ini adalah vagina kering, menstruasi berhenti atau tidak keluar, menurunnya libido,
sensasi rasa panas dan berkeringat berlebihan meski di malam hari, dan osteoporosis.
2) Penyempitan vagina Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali
menyebabkan penyempitan vagina.
6) Fistula Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua
bagian dari tubuh. Fistula pada kasus kanker serviks terbentuk antara kandung kemih dan
vagina, sehingga mengakibatkan urin keluar melalui vagina
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI
kanker serviks (WHO): skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun.
Jika fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55
tahun.
Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Ideal atau
optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
Test PAP
Secara umum, kasus kanker mulut rahim dan kematian akibat kanker mulut rahim bisa
dideteksi dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan cara
pemeriksaan sitologi menggunakan tes Pap. American College of Obstetrician and
Gynecologists (ACOG), American Cancer Society (ACS), dan US Preventive Task Force
(USPSTF) mengeluarkan panduan
bahwa setiap wanita seharusnya melakukan tes Pap untuk skrining kanker mulut rahim saat 3
tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21 tahun. Karena tes ini
mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%, Tes Pap yang kedua seharusnya dilakukan satu
tahun pemeriksaan
IVA
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2 %) dan
larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang
terjadi setelah dilakukan olesan.
Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita
pascamenopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan
tidak tampak dengan
pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna putih dan
permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona transformasi.
Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mengobati kanker pada stadium awal, dan mencegah kanker
tumbuh dan menyebar. Pembedahan dilakukan berdasarkan sejauh mana kanker serviks
menginvasi jaringan-jaringan yang sehat.
1) Hysterectomy sederhana, pembedahan ini dilakukan pada stadium awal kanker serviks,
dimana invasi kurang dari 3mm ke dalam serviks. Pembedahan ini menghilangkan servik
dan, uterus tetapi tidak menghilangkan vagina dan kelenjar getah bening di area panggul.
2) Hysterectomy radikal, pembedahan ini dilakukan melalui sayatan perut, dilakukan jika
invasi lebih besar dari 3mm ke dalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding
pelvis. Pembedahan ini menghilangkan serviks, uterus, sebagian jaringan vagina, dan nodus
limfe dalam area pelvis.
Efek samping dari pembedahan ini menimbulkan komplikasi berupa pendarahan yang
berlebihan, infeksi luka, atau kerusakan sistem saluran kemih dan pencernaan. Hysterectomy
juga menyebabkan wanita tidak bisa hamil dan mengalami disfungsi seksual berupa kesulitan
dalam orgasme.
b. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar x energy tinggi atau partikel radiaktif untuk membunuh sel
kanker. Jenis terapi radiasi yang sering digunakan adalah radiasi eksternal dan radiasi internal
(brachytherapy).
1) Radiasi eksternal yaitu, pemberian sinar radiasi dari luar tubuh dengan menggunakan
mesin yang besar untuk menyinari pelvis. Terapi radiasi ini hanya membutuhkan waktu
beberapa menit tetapi memerlukan proses yang agak lama. Terapi ini dilakukan 5 hari dalam
seminggu dengan total 6 sampai 7 minggu. Prosedur ini tidak meninbulkan rasa sakit.
2) Radiasi internal (brachytherapy) yaitu, terapi ini menggunakan bahan kapsul yang diisi
material radioaktif yang ditempatkan di serviks. Brachytherapy bertujuan untuk memberikan
radiasi yang besar langsung pada sumber kanker serviks.
Efek samping terapi radiasi adalah kelelahan, nyeri perut, diare, anemia, mual dan muntah.
Terapi radiasi juga menyebabkan cystitis, nyeri pada vagina, menopause dini, berkurangnya
elastisitas vagina, kekeringan pada vagina yang bisa menyebabkan nyeri pada saat
berhubungan seksual.
c. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat anti kanker yang diberikan melalui suntikan atau oral.
Kemoterapi bertujuan unttuk membunuh sel-sel kanker. Obat-obatan kemoterapi yang
digunakan adalah cisplatin, carboplatin, paclitaxel, topotecan, gemcitabine atau menggunakan
kombinasi dari beberapa obat-obatan tersebut.
Efek samping kemoterapi adalah mual, muntah, anoreksia, rambut rontok, mulut kering,
kelelahan. menopause dini, dan infertilitas.
PENCEGAHAN
Pencegahan memiliki arti yang sama dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, yaitu
pemeriksaan atau tes yang dilakukan pada orang yang belum menunjukkan adanya gejala
penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau masih berada pada stadium
praklinik
1) Menunda Onset Aktivitas Seksual Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan
berhubungan secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
2) Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papiloma
Virus, karena
mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari vaksin propilaktik dan vaksin pencegah
adalah untuk
mencegah perkembangan infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke kanker
serviks.
Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral dengan penghasilan antibodi yang
menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Sebagai tambahan, prevelansi tinggi
infeksi HPV mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa dekade
untuk program imunisasi yang sukses dalam usaha
mengurangi insiden kanker serviks
3) gaya hdup sehat serta pola hygine yang bersih
4)meningkatkan daya tahan tubuh
5) menghentikan merokok
6) berhubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom
Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu
sama lain (Budiono, 2015).
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan.Pada tahap pengkajian,
kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya
(catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur) (Hutahaen, 2010).
Setelah didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah diagnosis. Diagnosa
keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat profesional
untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respon klien
terhadap penyakit atau kondisi klien (aktual/potensial) sebagai akibat dari
penyakitt yang diderita. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
mevalidasi data, mengoreksi dan mengelompokkan data, menginterpretasikan
data, mengidentifikasi masalah dari kelompok data, dan merumuskan
diagnosis keperawatan (Hutahaen, 2010).
Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah,
merumuskan tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan,
melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau
mendokumentasikan renacana asuhan keperawatan (Hutahaen, 2010).
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,
pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
4. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi
wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang
merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
5. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche
dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus
menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker
serviks.
c. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari
pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang
lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai
diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis,
misalnya nyeri (Mitayani, 2009).
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
i. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (Mitayani, 2009).
j. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan
lingkungan, perasaan acuh (Mitayani, 2009).
k. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,
servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila,
2015). Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi
karna biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai
normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013).
l. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok dan mudah tercabut
2) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium
lanjut.
27
4) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
akibat tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).
5) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
6) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner, 2013). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
2
Nyeri kronis (D.0078
Data subjektif :
Pasien mengatakan Penekanan syaraf
nyeri perut bagian Lumbosakralis
bawah
P : nyeri kanker serviks
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri perut bagian
bawah hingga
vagina
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
Data Objektif :
Pasien terlihat meringis
ketika nyeri
timbul
3 Nyeri tekan pada perut
bagian bawah
TD : 140/80 mmHg
N : 98 x/menit
Ansietas ( D.0080)
Data subjektif :
Pasien mengatakan Kurang terpapar informasi
cemas akan kondisi
Penyakitnya
Pasien mengatakan takut
perdarahan akan
terus terjadi
Pasien mengatakan
takut penyakitnya
semakin memburuk
setelah kemoterapi
Data Objektif :
Pasien sering
menanyakan tentang
kondisinya pada perawat
Pasien terlihat murung
4 Hasil pemeriksaan
patologi anatomi:
Kesimpulan :
Cervix, biopsi : carsinoma
cervix Resiko infeksi (D.0142)
Invasive
Data subjektif : -
Data Objektif : Ketidakadekuatan
Pasien terlihat lemas pertahanan tubuh sekunder
Leukosit : 15,86 (imunosupresi)
10^3/𝜇L
No Tanggal Diagnosa keperawatan
ditemukan
2
30/04/2019 Nyeri kronis b.d penekanan syaraf
lumbosakrlis (D.0078)
3
2) 01/05/2019
Ny. U mengatakan takut
karena
08.45 3.3. Menanyakan dirinya menderita kanker
penyebab dan takut
08.47 kecemasan pasien tidak dapat sembuh
3.6. Menjelaskan Ny.U mengatakan
prosedur yang paham dengan
akan dilakukan selama prosedur pengobatan
pengobatan yang dilakukan,
08.50 3.7. Melakukan Ny.U mengatakan lebih
penyuluhan tenang dan
kesehatan tentang efek akan mengikuti
samping dan penanganan pengobatan yang
dari diberikan oleh dokter
kemoradioterapi yang Ny.U dan keluarga
akan mendengarkan
09.03 dilakukan dengan antusias dan
2.8. Memberikan obat bertanya saat
injeksi Asam penyuluhan. Ny.U
Traneksamat 1 amp/IV menyebutkan efek
dan samping dan
09.05 antrain 1 amp/IV penanganannya dari
4.2. Mengajarkan kepada kemoradioterapi
pasien Tidak ada reaksi alergi
dan keluarga cara Ny.U dan keluarga dapat
mencuci mempraktekkan cara
tangan yang benar mencuci tangan
09.11 4.5. Menanyakan tentang yang benar
nafsu Ny.U mengatakan nafsu
makan pasien makan baik
dan tidak ada mual
RR : 18x/menit
Suhu :36,7⁰C
Cairan infus telah
11.20 1.5. Mengganti cairan terpasang RL 500
infus cc 20 tpm, aliran infus
lancar
05/05/2019
09.05 Tidak ada reaksi alergi
2.8. Memberikan obat
injeksi Ny.U mengatakan
Asam Traneksamat 1 perdarahan telah
amp/IV berhenti
09.06 dan antain 1 amp/IV Ny.U dan keluarga
1.2. Menanyakan tentang mengatakan
adanya paham dan akan
perdarahan melaporkan kepada
11.40 1.3. Menganjurkan perawat jika terjadi tanda
pasien dan dan gejala
keluarga memonitor perdarahan
tanda dan TD : 110/70 mmHg
gejala perdarahan N: 76x/menit
11.45 2.3. Mengukur tanda- RR : 18x/menit
tanda vital Suhu :36,4⁰C
1.4. Melihat hasil Hemoglobin : 10,7 g/dl
laboratorium Hematokrit : 28,7 %
11.46 2.2. Mengkaji skala Leukosit : 14,76 10^3/𝜇L
nyeri Ny.U mengatakan nyeri
berkurang
P : nyeri kanker serviks
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri perut bagian
bawah
hingga vagina
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
DAFTAR PUSTAKA
Erfina, Afiyanti, Rachmawati, (2010); Hughes (2009); Taylor & Basen-Engquist, (2004,
dalam Puspasari, Trisyani, Widiasih, 2013)
[ CITATION IMA09 \l 1057 ]