Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN MATERNITAS

MAKALAH KANKER SERVIX

DISUSUN OLEH :
MIFTAHUL ILA SAKDYAH
201910300511016
DOSEN PEMBIMBING :
JUWITASARI,S,Kep,Ns,MS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
KANKER SERVIKS
1 Definisi
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-
55 tahun. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Ahmad, 2020). HPV
(Human Papilloma Virus) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya karsinoma (kanker) leher rahim. Demikian juga sperma yang
mengandung komplemen histone yang dapat bereaksi dengan DNA (Deoxyribonucleic
Acid) sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan
neoplasia sel leher rahim. Kanker leher rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-
sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal) (Ahmad, 2020)

2. Etiologi

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) (Rasjidi,
2009; ESMO, 2010; Yayasan Kanker Indonesia, 2014; CDC, 2015). Proses terjadinya
karsinoma serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Perubahan
biasanya terjadi pada daerah sambungan skuamous kolumnar atau daerah transformasi
(Rasjidi, 2009). HPV ditularkan melalui kontak kulit dengan area yang terinfeksi HPV,
melalui hubungan seksual (American Cancer Society, 2016). HPV mempunyai lebih dari
150 jenis, 13 diantaranya adalah penyebab kanker yang dikenal sebagai tipe risiko tinggi.
HPV yang mempunyai risiko tinggi penyebab kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18.
HPV tipe ini ditularkan melalui kontak seksual dan kebanyakan orang terinfeksi HPV
sesaat setelah onset aktivitas seksual, namun untuk menjadi kanker membutuhkan waktu
bertahun-tahun (WHO, 2016; American Cancer Society, 2016)

3. klasifikasi kanker serviks


1. Kanker serviks stadium 0

Stadium ini disebut juga dengan kanker noninvasif atau carcinoma in situ (CIS). Pada tahap
ini, sel kanker hanya terdapat di sel-sel permukaan terluar serviks (leher rahim).
Dengan kata lain, sel-sel kanker tersebut masih belum menjangkau lapisan jaringan leher
rahim yang terletak lebih dalam.

2. Kanker serviks stadium 1

Kanker serviks stadium 1 adalah suatu kondisi saat sel kanker telah menyerang leher rahim,
tapi tidak menyebar sampai ke jaringan maupun organ lain di sekitarnya.

Artinya, sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening yang ada di dekatnya ataupun
bergerak ke tempat yang lebih jauh. Gejala kanker serviks stadium 1 adalah perdarahan
abnormal dari vagina, sakit panggul saat seks, keputihan tidak normal, dan susah buang air
besar (BAB).
Sekitar 95 persen wanita dengan kondisi ini kemungkinan memiliki harapan hidup sekitar 5
tahun. Namun, angka itu bukanlah patokan utama, karena bisa saja pasien pada stadium ini
bisa bertahan hidup lebih lama.

Kanker leher rahim stadium 1 dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:

Stadium 1A

Kanker serviks stadium 1A merupakan bentuk awal dari tahap 1. Sel kanker yang muncul
pada tahap ini adalah sel kanker dalam jumlah kecil sudah menyerang serviks dan hanya bisa
dilihat di bawah mikroskop.

Tahap ini dibagi lagi menjadi:

 Stadium IA1: Sel kanker sudah menyerang jaringan serviks dengan kedalaman <3
mm dan mempunyai lebar <7 mm
 Stadium IA2: Sel kanker sudah ada di jaringan serviks dengan kedalaman antara 3-5
mm dan lebar <7 mm
Stadium 1B

Pada tahap ini, sel kanker sudah bisa dilihat tanpa bantuan mikroskop. Ukuran sel kanker
sudah lebih besar dibandingkan stadium 1A, tapi masih hanya menyebar di jaringan serviks.

Stadium ini dibagi menjadi:

 Stadium IB1: Kanker sudah bisa dilihat dan mempunyai ukuran ≤4 cm


 Stadium IB2: Ukuran sel kanker sudah lebih besar dari 4 cm
3. Kanker serviks stadium 2

Ketika perkembangan kanker leher rahim sudah melewati stadium 1, artinya kondisi tersebut
kini memasuki stadium 2. Pada stadium 2, sel kanker telah menyebar hingga ke luar leher
rahim dan rahim. Akan tetapi, sel itu belum sampai ke dinding panggul atau bagian bawah
vagina.

Penyebaran kanker juga belum sampai ke kelenjar bening atau bagian tubuh lain yang lebih
jauh. Dinding panggul merupakan jaringan yang melapisi area tubuh di antara pinggul.

Stadium 2A

Pada kanker serviks stadium 2A, kanker belum menyebar ke jaringan yang ada di dekat
serviks, tapi mungkin sudah menyebar ke bagian atas vagina (belum keseluruhan vagina).
Stadium ini dibagi lagi menjadi:

 Stadium IIA1: Kanker dapat dilihat tapi masih tidak lebih besar dari 4 cm
 Stadium IIA2: Kanker sudah lebih besar dari 4 cm
Stadium 2B

Pada stadium 2B, sel kanker mulai menyebar ke jaringan di sekitar leher rahim. Pengobatan
yang diberikan biasanya berupa operasi dan kemoradioterapi.

4. Kanker serviks stadium 3

Ketika perkembangan kanker ini sudah melalui stadium 1 dan 2, maka kanker sudah
memasuki tahapan stadium 3. Pada tahapan ini, kanker sudah menyebar ke bagian bawah
vagina atau dinding panggul. Tak hanya itu, saluran kencing mungkin saja terhalang.

Hampir sekitar 40% wanita dengan penyakit kanker serviks stadium 3, memiliki angka
harapan hidup selama 5 tahun atau bahkan lebih. Peluang angka harapan hidup dari salah satu
jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita ini terhitung mulai dari waktu Anda
didiagnosis memiliki kanker leher rahim stadium 3.

Pada saat pasien mengalami kanker pada tahapan ini, sel kanker belum menyebar ke kelenjar
getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain yang lebih jauh. Stadium ini juga terbagi lagi
ke dalam dua kelompok, yaitu:

Stadium 3A

Kanker sudah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, tapi tidak mencapai dinding
panggul.
Stadium 3B

Ada dua kemungkinan kondisi pada kanker serviks stadium 3B ini, yaitu:

 Kanker sudah tumbuh mencapai dinding panggul dan/atau telah menghalangi satu
atau kedua saluran kencing. Hal ini kemudian dapat menyebabkan masalah ginjal.
 Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar panggul tapi tidak sampai
ke bagian tubuh yang jauh. Tumor pada stadium 3B ini bisa dalam berbagai ukuran
dan mungkin sudah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul.
Pada stadium ini, pasien mungkin harus menjalani operasi pengangkatan kelenjar getah
bening, yang kemudian diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.

5. Kanker serviks stadium 4

Ini merupakan stadium akhir dari kanker leher rahim. Kanker tidak hanya menyerang serviks,
tapi juga ke bagian terdekat serviks atau ke bagian tubuh lainnya yang bahkan jauh dari
serviks.

Berdasarkan diagnosis yang dilakukan National Cancer Database pada penderita kanker
serviks di tahun 2000 dan 2002, angka harapan hidup lima tahun (5 Years Survival Rate) jika
kondisi ini berhasil dideteksi dan diobati pada stadium 4 sekitar 16% dan 15% untuk 4B.
Artinya, pada penelitian ini, hanya 15-16% pasien-pasien dengan stadium 4 yang diobati
yang dapat bertahan hidup hingga 5 tahun.

Stadium 4 kanker leher rahim dapat dibagi menjadi:

Stadium 4A

Sel kanker telah menyebar ke kandung kemih atau rektum. Keduanya adalah organ terdekat
dengan serviks. Namun, pada stadium ini sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah
bening terdekat atau ke bagian tubuh lain.

Stadium IVB

Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain yang jauh dari serviks, seperti sampai paru-
paru atau hati.

Menurut American Cancer Society, kesempatan pasien untuk sembuh dari kanker serviks
sangatlah kecil jika ada dalam tahap ini. Dokter pun tidak akan merekomendasikan operasi
untuk menangani pasien yang berada dalam stadium ini.

4. Faktor risiko

Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker serviks menurut American Cancer
Society (2016); CDC (2016); Rasjidi (2009), adalah : a. Infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) Human Papilloma Virus (HPV) dapat menginfeksi sel-sel di permukaan kulit, dan
mereka yang melapisi alat kelamin, anus, mulut, dan tenggorokan. HPV dapat menyebar dari
satu orang ke orang lain melalui kontak kulit ke kulit. Salah satu cara HPV menyebar adalah
melaui hubungan seks, termasuk seks vaginal, anal, dan bahkan oral. Infeksi HPV pada
wanita tidak semua bisa menyebabkan kanker serviks. Virus ini akan hilang dengan
sendirinya apabila wanita yang terinfeksi virus HPV memiliki sistem kekebalan tubuh yang
baik. Ada 150 jenis HPV yang dikelompokan menjadi jenis HPV berisiko rendah dan HPV
beririko tinggi. Jenis HPV berisiko rendah merupakan penyebab kutil pada bibir atau lidah,
sekitar organ

kelamin wanita dan laki-laki dan di daerah anus. HPV tipe berisiko rendah jarang
menyebabkan kanker. Jenis HPV lainnya disebut tipe risiko tinggi karena sangat terkait
dengan kanker. Tipe HPV yang mempunyai risiko tertinggi terjadinya kanker serviks adalah
tipe HPV 16 dan HPV 18. Waktu yang dibutuhkan dari infeksi HPV risiko-tinggi sampai
terjadinya kanker adalah 15 tahun.
b. Merokok
Wanita yang merokok mempunyai risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker serviks
dibandingkan dengan yang tidak merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat
dijumpai pada lendir serviks wanita yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini dapat
merusak DNA sel serviks dan dapat berkontribusi pada perkembangan kanker serviks.
Merokok juga membuat system kekebalan tubuh kurang efektif dalam melawan infeksi HPV.

C Sistem kekebalan tubuh yang lemah Human Immunodeficiency Virus (HIV), adalah virus
yang menyebabkan AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh sehingga wanita penderita AIDS
memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV yang bisa menyebabkan kanker serviks. Wanita
dengan penyakit autoimun yang menkonsumsi obat untuk menekan respon kekebalan tubuh
juga berisiko terserang kanker serviks.

D. Infeksi chlamidia Chlamidia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi sistem
reproduksi, menyebar melalui kontak seksual. Infeksi chlamidia dapat menyebabkan
peradangan panggul dan infertilitas.

E. Hubungan seksual Berdasarkan etiologi infeksinya, wanita dengan pasangan seksual lebih
dari satu dan wanita yang memulai berhubungan

F Status ekonomi Wanita dengan kelas ekonomi paling rendah memiliki faktor risiko lima
kali lebih besar daripada wanita di kelas ekonomi paling tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan
wanita dengan kelas ekonomi paling rendah tidak memiliki akses yang mudah ke pelayanan
kesehatan.

G Diet Wanita yang diet rendah buah dan sayuran memiliki risiko tinggi terkena kanker
serviks
Manifestasi Klinis

Tahap awal: Perdarahan atau bercak pada vagina yang tidak dapat dijelaskan sifatnya bisa
intermenstruasi atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium
selanjutnya.
Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
Biasanya menyerupai air, kadang - kadang timbulnya sebelum ada perdarahan;
Perdarahan pasca coitus,
keluar cairan dari vagina: Berair, purulen atau mucoid; Perdarahan paska koitus.
Tahap lanjut ditandai perdarahan, keputihan dan berbau; Nyeri pelvis, iritasi, vulvitis; Gejala
perkemihan, kebocoran urin atau feses dari vagina; Anoreksia dan penurunan berat badan.

5. Komplikasi

“Kanker Serviks”, (2015) menyatakan, komplikasi kanker serviks bisa disebabkan oleh
karena efek daari pemberian terapi dan akibat dari stadium lanjut. a. Komplikasi dari efek
pemberian terapi kanker
1) Menopause dini Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui operasi atau
karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Gejala yang timbul akibat kondisi
ini adalah vagina kering, menstruasi berhenti atau tidak keluar, menurunnya libido,
sensasi rasa panas dan berkeringat berlebihan meski di malam hari, dan osteoporosis.

2) Penyempitan vagina Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali
menyebabkan penyempitan vagina.

3) Limfedema atau penumpukan cairan Limfedema adalah pembengkakan yang


umumnya muncul pada tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem
limfatik berfungsi untuk membuang cairan berlebihan dari dalam jaringan tubuh.
Gannguan pada sistem ini menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh.
Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.

4) Dampak emosional Didiagnosis kanker serviks dan menghadapi efek samping


pengobatan bisa memicu terjadinya depresi. Tanda-tanda depresi adalah merasa sedih,
putus harapan, dan tidak menikmati hal-hal yang biasanya disukai.

b. Akibat dari kanker serviks stadium lanjut


1) Nyeri akibat penyebaran kanker Nyeri akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke
saraf, tulang, atau otot.
2) Pendarahan berlebihan Pendarahan berlebihan terjadi jika kanker menyebar hingga ke
vagina, usus, atau kandung kemih.
3) Penggumpalan darah setelah pengobatan Kanker bisa membuat darah menjadi lebih
kental dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah meningkat
setelah menjalani kemoteapi dan istirahat pasca operasi.
4) Produksi cairan vagina yang tidak normal Cairan vagina bisa berbau tidak sedap akibat
kanker serviks stadium lanjut
5) Gagal ginjal Kanker serviks pada stadium lanjut akan menekan ureter, menyebabkan
terhalangnya aliran urin untuk keluar dari ginjal sehingga urin terkumpul di ginjal
(hidronefrosis). parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya.

6) Fistula Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua
bagian dari tubuh. Fistula pada kasus kanker serviks terbentuk antara kandung kemih dan
vagina, sehingga mengakibatkan urin keluar melalui vagina

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI

kanker serviks (WHO): skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun.
Jika fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55
tahun.
Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Ideal atau
optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.

Test PAP
Secara umum, kasus kanker mulut rahim dan kematian akibat kanker mulut rahim bisa
dideteksi dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan cara
pemeriksaan sitologi menggunakan tes Pap. American College of Obstetrician and
Gynecologists (ACOG), American Cancer Society (ACS), dan US Preventive Task Force
(USPSTF) mengeluarkan panduan
bahwa setiap wanita seharusnya melakukan tes Pap untuk skrining kanker mulut rahim saat 3
tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21 tahun. Karena tes ini
mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%, Tes Pap yang kedua seharusnya dilakukan satu
tahun pemeriksaan

IVA
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2 %) dan
larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang
terjadi setelah dilakukan olesan.
Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita
pascamenopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan
tidak tampak dengan
pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna putih dan
permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona transformasi.

Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mengobati kanker pada stadium awal, dan mencegah kanker
tumbuh dan menyebar. Pembedahan dilakukan berdasarkan sejauh mana kanker serviks
menginvasi jaringan-jaringan yang sehat.
1) Hysterectomy sederhana, pembedahan ini dilakukan pada stadium awal kanker serviks,
dimana invasi kurang dari 3mm ke dalam serviks. Pembedahan ini menghilangkan servik
dan, uterus tetapi tidak menghilangkan vagina dan kelenjar getah bening di area panggul.
2) Hysterectomy radikal, pembedahan ini dilakukan melalui sayatan perut, dilakukan jika
invasi lebih besar dari 3mm ke dalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding
pelvis. Pembedahan ini menghilangkan serviks, uterus, sebagian jaringan vagina, dan nodus
limfe dalam area pelvis.

Efek samping dari pembedahan ini menimbulkan komplikasi berupa pendarahan yang
berlebihan, infeksi luka, atau kerusakan sistem saluran kemih dan pencernaan. Hysterectomy
juga menyebabkan wanita tidak bisa hamil dan mengalami disfungsi seksual berupa kesulitan
dalam orgasme.
b. Radiasi

Terapi radiasi menggunakan sinar x energy tinggi atau partikel radiaktif untuk membunuh sel
kanker. Jenis terapi radiasi yang sering digunakan adalah radiasi eksternal dan radiasi internal
(brachytherapy).
1) Radiasi eksternal yaitu, pemberian sinar radiasi dari luar tubuh dengan menggunakan
mesin yang besar untuk menyinari pelvis. Terapi radiasi ini hanya membutuhkan waktu
beberapa menit tetapi memerlukan proses yang agak lama. Terapi ini dilakukan 5 hari dalam
seminggu dengan total 6 sampai 7 minggu. Prosedur ini tidak meninbulkan rasa sakit.
2) Radiasi internal (brachytherapy) yaitu, terapi ini menggunakan bahan kapsul yang diisi
material radioaktif yang ditempatkan di serviks. Brachytherapy bertujuan untuk memberikan
radiasi yang besar langsung pada sumber kanker serviks.

Efek samping terapi radiasi adalah kelelahan, nyeri perut, diare, anemia, mual dan muntah.
Terapi radiasi juga menyebabkan cystitis, nyeri pada vagina, menopause dini, berkurangnya
elastisitas vagina, kekeringan pada vagina yang bisa menyebabkan nyeri pada saat
berhubungan seksual.

c. Kemoterapi

Kemoterapi menggunakan obat anti kanker yang diberikan melalui suntikan atau oral.
Kemoterapi bertujuan unttuk membunuh sel-sel kanker. Obat-obatan kemoterapi yang
digunakan adalah cisplatin, carboplatin, paclitaxel, topotecan, gemcitabine atau menggunakan
kombinasi dari beberapa obat-obatan tersebut.
Efek samping kemoterapi adalah mual, muntah, anoreksia, rambut rontok, mulut kering,
kelelahan. menopause dini, dan infertilitas.

PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI


A) Dengan menerapkan pola hygine yang bersih
B) Tidak mencuci area vagina secara sering dengan menggunakan sabun khusus
kewanitaan
C) Menggunakan mtode relaxsasi untuk mengurangi nyeri ca cervix
D) Menggunakan kondom saat berhubungan seksual

PENCEGAHAN
Pencegahan memiliki arti yang sama dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, yaitu
pemeriksaan atau tes yang dilakukan pada orang yang belum menunjukkan adanya gejala
penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau masih berada pada stadium
praklinik
1) Menunda Onset Aktivitas Seksual Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan
berhubungan secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
2) Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papiloma
Virus, karena
mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari vaksin propilaktik dan vaksin pencegah
adalah untuk
mencegah perkembangan infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke kanker
serviks.
Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral dengan penghasilan antibodi yang
menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Sebagai tambahan, prevelansi tinggi
infeksi HPV mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa dekade
untuk program imunisasi yang sukses dalam usaha
mengurangi insiden kanker serviks
3) gaya hdup sehat serta pola hygine yang bersih
4)meningkatkan daya tahan tubuh
5) menghentikan merokok
6) berhubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom

ASKEP TENTANG CA CERVIX


Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri atas lima
tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu
sama lain (Budiono, 2015).
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan.Pada tahap pengkajian,
kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya
(catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur) (Hutahaen, 2010).
Setelah didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah diagnosis. Diagnosa
keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat profesional
untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respon klien
terhadap penyakit atau kondisi klien (aktual/potensial) sebagai akibat dari
penyakitt yang diderita. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
mevalidasi data, mengoreksi dan mengelompokkan data, menginterpretasikan
data, mengidentifikasi masalah dari kelompok data, dan merumuskan
diagnosis keperawatan (Hutahaen, 2010).
Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah,
merumuskan tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan,
melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau
mendokumentasikan renacana asuhan keperawatan (Hutahaen, 2010).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan.


Tahap implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat pada
klien. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi meliputi
pengkajian ulang, memperbaharui data dasar, meninjau dan merevisi rencana
asuhan yang telah dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang
telah direncanakan (Hutahaen, 2010).
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Pada tahap ini,
kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan
intervensi keperawatan, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi, dan mengkaji
ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Hutahaen, 2010).
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan empat cara yaitu inspeksi, perkusi,
palpasi, dan auskultasi (IPPA). Inspeksi dilakukan dengan menggunakan
indra penglihatan, memerlukan bantuan pencahayaan yang baik, dan
pengamatan yang teliti. Perkusi adalah pemeriksaan yang menggunakan
prinsip vibrasi dan getaran udara, dengan cara mengetuk permukaan tubuh
dengan tangan pemeriksa untuk memperkirakan densitas organ
tubuh/jaringan yang diperiksa. Palpasi menggunakan serabut saraf sensori di
permukaan telapak tangan untuk mengetahui kelembaban, suhu, tekstur,
adanya massa, dan penonjolan, lokasi dan ukuran organ, serta pembengkakan.
Auskultasi menggunakan indera pendengaran, bisa menggunakan alat bantu
(stetoskop) ataupun tidak. Suara di dalam tubuh dihasilkan oleh gerakan
udara (misalnya suara nafas) atau gerakan organ (misalnya peristaltik usus).
(Debora, 2012)

Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,
pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.

2. Identitas penanggung jawab


Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan

seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada


pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan
dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit
HIV/AIDS (Ariani, 2015).

d. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluarga yang tidak ada riwayat di dalam keluarganya
(Diananda, 2008).

4. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi
wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang
merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).

5. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:

1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche
dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus
menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker
serviks.

2) Riwayat kehamilan dan persalinan


Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker
serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin
sering partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma
serviks (Aspiani, 2017).
b. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada
malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, ansietas dan keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan dan tingkat stress yang tinggi (Mitayani, 2009).

c. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari
pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang
lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai
diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).

d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis,
misalnya nyeri (Mitayani, 2009).

e. Makan dan minum


Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet (Mitayani, 2009).

f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).

g. Nyeri dan kenyamanan


Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan
proses penyakit (Mitayani, 2009).
h. Keamanan
Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
(Mitayani, 2009).

i. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (Mitayani, 2009).

j. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan
lingkungan, perasaan acuh (Mitayani, 2009).

k. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,
servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila,
2015). Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi
karna biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai
normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013).
l. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok dan mudah tercabut
2) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium
lanjut.
27

4) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
akibat tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).

5) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).

6) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner, 2013). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1 Data subjektif : Penurunan konsentrasi Perfusi perifer tidak efektif
 Pasien mengatakan Hemoglobin (D.0009)
keluar darah
bergumpal dari kemaluan
 Pasien mengatakan
terkadang kepala
terasa pusing
Data Objektif :
 Pasien terlihat pucat
 Konjungtiva anemis
 CRT > 2 detik
 Hemoglobin 7,9 g/dl
 Hematokrit 24,5 %

2
Nyeri kronis (D.0078

Data subjektif :
 Pasien mengatakan Penekanan syaraf
nyeri perut bagian Lumbosakralis
bawah
P : nyeri kanker serviks
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri perut bagian
bawah hingga
vagina
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
Data Objektif :
 Pasien terlihat meringis
ketika nyeri
timbul
3  Nyeri tekan pada perut
bagian bawah
 TD : 140/80 mmHg
 N : 98 x/menit
Ansietas ( D.0080)

Data subjektif :
 Pasien mengatakan Kurang terpapar informasi
cemas akan kondisi
Penyakitnya
Pasien mengatakan takut
perdarahan akan
terus terjadi
 Pasien mengatakan
takut penyakitnya
semakin memburuk
setelah kemoterapi
Data Objektif :
 Pasien sering
menanyakan tentang
kondisinya pada perawat
 Pasien terlihat murung
4  Hasil pemeriksaan
patologi anatomi:
Kesimpulan :
Cervix, biopsi : carsinoma
cervix Resiko infeksi (D.0142)
Invasive

Data subjektif : -
Data Objektif : Ketidakadekuatan
 Pasien terlihat lemas pertahanan tubuh sekunder
 Leukosit : 15,86 (imunosupresi)
10^3/𝜇L
No Tanggal Diagnosa keperawatan
ditemukan

1 30/04/2019 Perfusi perifer tidak efektif b.d


penurunan konsentrasi hemoglobin
(D.0009)

2
30/04/2019 Nyeri kronis b.d penekanan syaraf
lumbosakrlis (D.0078)
3

30/04/2019 Ansietas b.d kurang terpapar


informasi (D.0080)
4
30/04/2019
30/04/2019
Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder
(imunosupresi) (D.0142)

NO DX SDKI Diagnosa Intervensi


Keperawatan Keperawatan
30/04/2019 Perfusi perifer tidak SIKI :
efektif b.d penurunan Perawatan Sirkulasi
konsentrasi I.02079
hemoglobin (D.0009 1.1. Periksa sirkulasi
perifer
1.2. Identifikasi faktor
resiko
gangguan pada sirkulasi
1.3. Monitor adanya
panas,
kemerahan, nyeri atau
bengkak ekstermitas
1.4. Catat hasil lab Hb
dan Ht
1.5. Lakukan hidrasi
1.6. Jelaskan kepada
pasien
dan keluarga tentang
tindakan pemberian
tranfusi darah
1.7. Berikan tranfusi
darah

30/04/2019 Nyeri kronis b.d SIKI :


penekanan syaraf Manajemen Nyeri
lumbosakrlis I.08238
(D.0078) 2.1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
2.2. Identifikasi skala
nyeri
2.3. Identifikasi respons
nyeri
non verbal
2.4. Kontrol lingkungan
yang
memperberat rasa nyeri
2.5. Fasilitasi istirahat
dan
tidur
2.6. Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
2.7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2.8. Berikan
analgetik

30/04/2019 Ansietas b.d kurang SIKI :


terpapar informasi Reduksi Ansietas
(D.0080) I.09314
3.1. Monitor tanda-tanda
ansietas
3.2. Ciptakan suasana
yang
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
3.3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
3.4. Dengarkan dengan
penuh
perhatian
3.5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
3.6. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
3.7. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3.8. Anjurkan keluarga
agar
tetap bersama pasien,
jika
perlu
3.9. Latih teknik
relaksasi

30/04/2019 Resiko infeksi b.d SIKI :


ketidakadekuatan Pencegahan Infeksi
pertahanan tubuh I.14539
sekunder 4.1. Monitor tanda dan
(imunosupresi) gejala
(D.0142) infeksi lokal dan
sistemik
4.2. Cuci tangan sebelum
dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
4.3. Jelaskan tanda dan
gejala
infeksi
4.4. Jelaskan cara
mencuci
tangan dengan benar
4.5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
4.6. Berikan antibiotik
Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
Keperawatan
30/04/2019 08.35 1.2. Menanyakan adanya Pasien mengatakan
perdarahan pervaginam keluar darah
08.55 2.8. Memberikan obat bergumpal dari
injeksi kemaluan
Asam Traneksamat 1 Tidak ada reaksi alergi
amp/IV dan antrain 1 P : nyeri kanker serviks
amp/IV Q : seperti ditusuk-tusuk
09.08 2.2. Mengkaji skala R :nyeri perut bagian
nyeri bawah hingga
berdasarkan PQRST vagina
09.10 2.3. Melihat reaksi S : skala nyeri 4
nonverbal dari T : hilang timbul
ketidaknyamanan Ny.U terlihat meringis
09.11 2.6. Memberikan menahan sakit
penjelasan Ny.U mengatakan
tentang penyebab nyeri mengerti, dan
09.15 1.1. Melihat adanya dapat menyebutkan
tanda dan kembali
gejala gangguan sirkulasi penyebab nyeri
perifer CRT > 2 detik,
09.17 2.7. Mengajarkan teknik konjungtiva anemis,
relaksasi muka pucat
nafas dalam Ny. U mengatakan
10.46 1.4. Melihat hasil merasa lebih
laboratorium nyaman setelah
(hemoglobin dan melakukan nafas
hematokrit) dalam secara berulang-
ulang
Hemoglobin 7,9 g/dl
Hematokrit 24,5 %

10.47 1.6. Menjelaskan kepada Ny.U dan keluarga


pasien memahami
dan keluarga tentang pentingnya tranfusi
tindakan darah
pemberian tranfusi darah Keluarga pasien
10.50 3.8. Mendorong keluarga mengatakan akan
untuk selalu menemani pasien
menemani pasien Ny. U telah dipasang
11.05 1.5. Memasang blood set
perlengkapan dengan Nacl 0.9 % 20
tranfusi tpm
11.15 3.1. Mengukur tanda- TD : 130/80 mmHg
tanda vital
11.28 1.7 Memberi transfusi
darah N :84x/menit
Suhu : 36,4⁰C
13.03 4.1. Melihat hasil RR :18x/menit
laboratorium Ny.U dan keluarga
(leukosit) memahami dan
3.1 Melihat tanda gejala dapat menyebutkan
13.05 cemas tanda dan gejala
13.14 3.6. Menjelaskan alergi darah dan akan
prosedur yang melapor jika
akan dilakukan selama salah satu tanda muncul
pengobatan Ny.U terpasang tranfusi
13.15 4.3. Menjelaskan tanda darah
dan gejala Golongan Darah : O
Infeksi No.PDUT : 14968
Jenis tranfusi : PRC
Volume : 265 cc
Leukosit : 15,86
10^3/𝜇L
Ny.U terlihat murung
dan ekspresi
wajah sedih
Ny.U mengatakan
paham dengan
prosedur yang akan
dilakukan dan
akan mengikuti
pengobatan yang
telah diberikan oleh
dokter
Ny.U dan keluarga
memahami tanda
dan gejala infeksi

2) 01/05/2019
Ny. U mengatakan takut
karena
08.45 3.3. Menanyakan dirinya menderita kanker
penyebab dan takut
08.47 kecemasan pasien tidak dapat sembuh
3.6. Menjelaskan Ny.U mengatakan
prosedur yang paham dengan
akan dilakukan selama prosedur pengobatan
pengobatan yang dilakukan,
08.50 3.7. Melakukan Ny.U mengatakan lebih
penyuluhan tenang dan
kesehatan tentang efek akan mengikuti
samping dan penanganan pengobatan yang
dari diberikan oleh dokter
kemoradioterapi yang Ny.U dan keluarga
akan mendengarkan
09.03 dilakukan dengan antusias dan
2.8. Memberikan obat bertanya saat
injeksi Asam penyuluhan. Ny.U
Traneksamat 1 amp/IV menyebutkan efek
dan samping dan
09.05 antrain 1 amp/IV penanganannya dari
4.2. Mengajarkan kepada kemoradioterapi
pasien Tidak ada reaksi alergi
dan keluarga cara Ny.U dan keluarga dapat
mencuci mempraktekkan cara
tangan yang benar mencuci tangan
09.11 4.5. Menanyakan tentang yang benar
nafsu Ny.U mengatakan nafsu
makan pasien makan baik
dan tidak ada mual

Ny.U mengatakan darah


yang keluar
dari kemaluan berkurang
09.12 1.2. Menanyakan adanya TD : 120/70 mmHg
perdarahan pervaginam N : 80 x/menit
11.30 2.3. Mengukur tanda- RR : 20x/menit
tanda vital Suhu : 36,6⁰C
2.2. Mengkaji skala P : nyeri kanker serviks
11.32 nyeri Q : seperti ditusuk-tusuk
berdasarkan PQRST

Ny.U mengatakan dapat


04/05/2019 tidur
08.25 nyenyak dan tidak ada
2.5. Menanyakan tentang gangguan pola
pola tidur
tidur pasien Tidak ada reaksi obat
08.45 2.8. Memberikan obat Ny.U mengatakan
injeksi sekarang darah
Asam Traneksamat 1 hanya keluar sedikit
amp/IV P : nyeri kanker serviks
dan antain 1 amp/IV Q : seperti ditusuk-tusuk
08.46 1.2. Menanyakan adanya R : nyeri perut bagian
perdarahan pervaginam bawah
09.47 2.2. Mengkaji skala hingga vagina
nyeri S : skala nyeri 3
berdasarkan PQRST T : hilang timbul
09.48 2.7. Menganjurkan Pasien dapat
pasien untuk mempraktekkan teknik
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam
11.15 relaksasi secara berulang
nafas dalam Ny.U mengatakan
4.5. Menganjurkan banyak makan
pasien untuk terutama susu dan buah-
menjaga asupan nutrisi buahan
2.3. Mengukur tanda- TD : 120/70 mmHg
tanda vital N: 80x/menit

RR : 18x/menit
Suhu :36,7⁰C
Cairan infus telah
11.20 1.5. Mengganti cairan terpasang RL 500
infus cc 20 tpm, aliran infus
lancar

05/05/2019
09.05 Tidak ada reaksi alergi
2.8. Memberikan obat
injeksi Ny.U mengatakan
Asam Traneksamat 1 perdarahan telah
amp/IV berhenti
09.06 dan antain 1 amp/IV Ny.U dan keluarga
1.2. Menanyakan tentang mengatakan
adanya paham dan akan
perdarahan melaporkan kepada
11.40 1.3. Menganjurkan perawat jika terjadi tanda
pasien dan dan gejala
keluarga memonitor perdarahan
tanda dan TD : 110/70 mmHg
gejala perdarahan N: 76x/menit
11.45 2.3. Mengukur tanda- RR : 18x/menit
tanda vital Suhu :36,4⁰C
1.4. Melihat hasil Hemoglobin : 10,7 g/dl
laboratorium Hematokrit : 28,7 %
11.46 2.2. Mengkaji skala Leukosit : 14,76 10^3/𝜇L
nyeri Ny.U mengatakan nyeri
berkurang
P : nyeri kanker serviks
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri perut bagian
bawah
hingga vagina
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul

DAFTAR PUSTAKA

Erfina, Afiyanti, Rachmawati, (2010); Hughes (2009); Taylor & Basen-Engquist, (2004,
dalam Puspasari, Trisyani, Widiasih, 2013)
[ CITATION IMA09 \l 1057 ]

[ CITATION Ari13 \l 1057 ]

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.


Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan Kanker
Serviks Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri. Nurscope. Jurnal Keperawatan dan
Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 2(2), 49-6
Nurlaila, Shoufiah, R., & Hazanah, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Prilaku Melakukan Vaksin Kanker Serviks. Mahakam Midwifery Journal (Vol. 1)
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai