Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU AKHLAK DAN KONSEPSINYA


TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN

Dosen Pengampu: Dr. Anas Alamsyah, M.Ag.

Disusun Oleh:

Ana Najmuddin (07020320028)

Annisa Ilmi Safira (07020320032)

Bernika Rossa Hafidza (07020320036)

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tujuan penulisan makalah ini adalah
demi memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Anas Alamsyah,


selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Adanya tugas pembuatan makalah ini
diharapkan mampu membantu penulis dalam memahami materi ini lebih baik lagi
ke depannya.

Selain itu, penulis sampaikan pula terima kasih kepada seluruh pihak yang
turut andil dalam proses pembuatan hingga terselesaikannya makalah ini. Bantuan
baik dalam bentuk fisik, moral, material, maupun psikis berperan penting dalam
terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
terwujudnya karya tulis yang lebih baik ke depannya. Demikian makalah ini
dibuat dan penulis harap supaya makalah ini bermanfaat bagi kita semua, baik
bagi penulis maupun pembaca.

Surabaya, 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
A. Akhlak dan Ilmu Akhlak...............................................................................3
B. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Akhlak................................................................3
C. Hak dan Kewajiban.......................................................................................5
D. Hubungan Hak dan Kewajiban dengan Akhlak............................................8
BAB III....................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Kritik dan Saran............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki kadar pengukuran yang berbeda di mata
orang lain. Orang akan melihat sesorang dari akhlak mereka. Manusia
perlu memiliki akhlak yang baik agar bisa diterima di masyarakat dan
hidup di dalamnya. Jika akhlak mereka baik, orang akan senang dan
gembira atasnya. Namun, jika akhlak seseorang buruk, orang akan
memandang sebelah mata bahkan mengucilkannya. Maka dari itu, kita
sebagai umat muslim diharapkan memiliki akhlak yang baik sebagaimana
baginda Rasulullah SAW.
Dalam materi kali ini, kami akan menyajikan aliran-aliran akhlak serta
konsepsi hak dan kewajiban. Aliran-aliran dalam akhlak tersebut
menjadikan kita untuk memilih pribadi yang terpuji atau tercela. Diyakini
bahwa pandangan-pandangan itulah yang menentukan arah dan pola serta
ragam perilaku penganutnya.
Hak adalah semacam milik, kepunyaan, yang tidak hanya benda saja,
melainkan pula tindakan, pikiran dan hasil pikiran itu. Kewajiban
merupakan suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.
Oleh karena itu, hak dan kewajiban ini memiliki hubungan erat dengan
akhlak. Apakah dengan adanya akhlak hak dan kewajiban akan terlaksana
dengan baik, atau apakah menjadi berantakan?
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, kita dapat menyimpulkan
beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak dan ilmu akhlak?
2. Apa saja aliran-aliran dalam ilmu akhlak?
3. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban?
4. Apa saja hubungan antara hak dan kewajiban dengan akhlak?
C. Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini meliputi:

1
1. Memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.
2. Mengetahui pengertian akhlak, hak, dan kewajiban.
3. Mengetahui apa saja aliran dalam Ilmu Akhlak.
4. Mengetahui keterkaitan antara hak dan kewajiban dengan akhlak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlak dan Ilmu Akhlak


Akhlak secara etimologi berasal dari kata bahasa arab (- ‫خلق – يخلق‬
‫ )اخالقا‬bentuk jarnak dari (‫ )خلق‬yang berarti budi pekerti, sinonimnya adalah
etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin etos yang berarti
kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti juga
kebiasaan.1
Sedangkan secara istilah,menurut Ibnu Maskawaih akhlak ialah
keadaan jiwa seseorang yang mengajaknya untuk melakukan perbuatan
tanpa pertimbangan pikira terlebhi dahulu.2
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menjelaskan apa yang seharusnya dilaksanakan sebagaian orang kepada
orang lain, tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan yang seharusnya diperbuat.3
B. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Akhlak
Dalam berakhlak dan berkehidupan kita tidak luput dari apa yang
dinamakan baik dan buruknya tingkah seseorang. Dengan adanya ilmu
akhlak, kita dapat mempelajari dan mengamalkannya. Ilmu akhlak juga
mempunyai beberapa aliran yaitu4:
1. Aliran Hedonism atau Kebahagiaan
Kata hedonisme datang dari bahasa Yunani yaitu hedonismos. Juga
akar kata dari hedone, yang artinya kenikmatan dan kesenangan.5
Maksud dari aliran ini adalah kebahagiaan dalam hidup. Karena setiap
perbuatan dapat mendatangkan hal kebahagiaan, maka dengan itu
dapat dikatakan positif. Hubungannya dengan akhlak, maka kita dapat
menjadikan akhlak kita dengan sesuatu yang berguna dan semestinya.

1
Dr. H. Ali Mas’ud, M.Ag, M.Pdi, Akhlak Tasawuf (Surabaya: UINSA Press, 2014) hal. 4
2
Ibid, hal. 5
3
Ibid, hal. 8
4
Unknown, 2015, Makalah Akhlaq (Aliran-Aliran dalam Etika) | Kumpulan Makalah
(makalahe19.blogspot.com), diakses pada 13 September 2021, pukul 19.00 WIB
5
Unknown, 2017, Makalah Akhlak (Madzhab-Madzhab Etika) | Kumpulan Makalah
(makalahe19.blogspot.com), diakses pada 13 September 2021, pukul 19.50 WIB

3
Sedangkan jika perbuatan itu jelek atau negatif, maka akan
mendatangkan penderitaan.
Oleh karena itu, dalam aliran ini, hedonism atau kebahagiaan dan
kelezatan merupakan takaran dari perbuatan manusia. Setiap individu
selalu ingin kebahagiaan yang menjadikan dorongan dan kebahagiaan
tersebut menjadi tujuan akhir dari hidup manusia.
2. Aliran Konsumenrisme
Paham atau ideologi ini mengartikannya sebagai seseorang
melakukan proses konsumsi atau penerapan barang-barang secara
berlebihan. Mereka mengonsumsi barang tidak sesuai dengan
kebutuhan, baik dilakukan secara sadar dan bergilir terus menerus
dalam jangka waktu dekat. Oleh karena itu, paham ini menjadikan
seseorang menjadi orang yang sangat konsumtif. Bentuk konsumtif
seperti kita berbelanja baju sebulan sepuluh kali, dll.
3. Aliran Materialisme
Materialisme berasal dari dua kata yaitu materi dan isme. 6
Materialisme memandang semua bahan, benda atau segala sesuatu
yang tampak. Materialisme ini adalah pemikiran yang hanya
memikirkan dan mencari kesenangan dan kekayaan.
Ideologi materialisme ini juga menjadikan seseorang melalaikan
nilai-nilai rohani. Terlebih lagi materialisme tidak mengetahui adanya
sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak percaya adanya Tuhan,
hantu, dll. Orang-orang yang hidupnya bergantung pada materi
disebut "materialis". Orang-orang ini adalah orang yang mengusung
suatu paham atau ajaran materialisme yang mementingkan harta,
jabatan, uang, dan lain-lain.7
4. Aliran Eudemonisme
Eudemonisme berasal dari kata eudomonia yang berasal dari
Bahasa Yunani. Eudomonia mempunyai arti Bahagia atau kebahagian

6
Viki Fadzila, 2018, https://www.kompasiana.com/vikifadzila/5bb5c441bde5756a5c47a5a2/gaya-
hidup-materialisme-dan-peran-tasawuf-dalam-kehidupan-manusia, diakses pada 13 September
2021, pukul 20.08 WIB
7
Ibid

4
yang tertuju pada rasa bahagia. 8 Aliran ini adalah ajaran etika dari
Yunani Kuno. Beberapa filsuf termasuk Aristoteles mengarahkan
puncak dari pencapaian manusia adalah eudomonisme ini.
Beberapa pendapat mengenai eudemonisme antara lain9:
a. Tujuan hidup dan kegiatan manusia adalah tercapainya
kebahagiaan dan kesejahteraan yang sifatnya hanya sementara
b. Kesenangan dan kebahagiaan jasmaniah adalah satu-satunya
hal yang baik dalam dirinya sendiri, sedangkan kejahatan
dianggap sebagai penyebab utama segala bentuk rasa sakit dan
kesedihan
5. Aliran Individualisme
Individualisme berasal dari kata individuus, Bahasa Latin. Kata
sifatnya berarti indivisualis. Kata individuss dan individualis berarti
perorangan, pribadi, dan bersifat perseorangan. Doktrin ini
menegaskan pada hal individu atau pribadi.
Menurut paham ini, individualisme mempunyai tahta yang
tertinggi dan utama serta kepentingannya merupakan kepentingan
yang urgen. Menurut mereka, setiap individu itu sangat berharga.
Setiap manusia berhak menjadi diri sendiri dan bebas melakukan hak
dan inisiatifnya.
C. Hak dan Kewajiban
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang
yang telah ada baik itu sejak lahir, semasa hidup, sebelum mati dan
sesudah mati.10 Hak sendiri telah tercantum dalam undang-undang nomor
39 tahun 1990 tentang hak asasi manusia. dimana dalam undang-undang
tersebut ditetapkan berbagai hak yang dimiliki manusia meliputi hak untuk
hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan
diri, dan lain sebagainya.11 K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika
memaparkan bahwa dalam pemikiran romawi kuno kara ius-iurus yang

8
Lukiita Sundy, 2017, http://lutfi-cilut.blogspot.com/2017/03/makalah-tasawuf-bab-baik-dan-
buruk.html, diakses pada 13 September 2021, pukul 20.32 WIB
9
Dea Prasmanita, 2015, https://deaprasmanita.wordpress.com/2015/06/09/akhlak-tasawuf-baik-
dan-buruk/, diakses pada 13 September 2021, pukul 20.33 WIB
10
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas Hak

5
memiliki arti hak hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya
hak dilihat sebgai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga
yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum. Kemudian
pada akhir abad pertengahan hak dialihkan menjadi pengertian subjektif
yaitu kesanggupan seseprang untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau
melakukan sesuatu.
Hak merupakan hak kodrat, hak dasar manusia. hak mutlak 12 menurut
Jan Matenson, HAM adalah hak yang melekat pada manusia, yang tanpa
dengannya menusia mustahil dapat hidup dalam manusia.13 Dalam
ketetapan MPR RI Nomor : XVII/1998 disebutkan bahwa HAM
merupakan hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya
Kodrati, Universal Dan Abadi Sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa
dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan,
perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak boleh diabaikan,
dirampas atau diganggu.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 32 tentang hukuman qhisas
bagi pelaku pembunuhan.14 Dengan adanya hukum dalam ayat tersebut
dapat diambil hikmah bahwa sebuah nyawa dilindungi dan dijunjung
tinggi. Kemudian dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariat Ayat 1915, yang
memiliki arti ”dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bagian” dapat
diambil kesimpulan bahwa dalam ayat tersebut memiliki arti bahwa
kehidupan fakir miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama
orang yang memiliki kekayaan yang cukup banyak.
Dalam pandangan Buya Hamka berkenaan tentang makna kewajiban.
Buya Hamka menjelaskan bahwa makna kewajiban ada beberapa macam.

Komnasham Undang-Undang Republik Indonesia No.39 Tahun 1990 Tentang Hak Asasi
11

Manusia. Hal 2-3


12
H.A. Mansyur Effendi, Hak Azasi Manusia Dalam Hukum International, Ghaliah Indonesia
Jakarta 1994, Hal.15
13
Baharudin Lopa Al-Qur’an Dan HAM PT Dana Bakti Prima Yasa Jokjakarta 1996, Hal,1
14
Q,S Al-Maidah Ayat 32, Tentang Hukuman Qhisas
15
Q.S Az-Zariat Ayat 19, Tentang Hak Bagi Orang Fakir Miskin

6
Jika mengacu kepada cabang ilmu akhlak maka yang dimaksud kewajiban
adalah pekerjaan yang dirasa oleh hati sendiri mesti yang dikerjakan atau
mesti ditinggalkan, sebab ketetapan pendirian manusia memandang baik
barang yang baik menurut kebenaran, dan menghentikan barang yang jahat
menurut kebenaran. Karena yang menyuarakan kewajiban didalam batin
adalah hati itu sendiri atau perasaan halus yang ada pada tiap-tiap manusia
yang berfungsi sebagai pelita dalam menjalani hidup.
Jadi wajiblah tiap-tiap orang mengingatkan saudaranya baik itu
sedarah seagama bahkan sebangsa akan kewajiban yang mesti dipikulnya.
Walaupun nanti mendapatkan respon yang bermacam-macam, entah itu
respon yang positif atau yang negatif misalnya penolakan atau mungkin
bahkan mendapatkan kebencian dari orang lain. Sebab mengingatkan
kewajiban itu juga sebuah kewajiban.
Jika kita ingin mengukur harga suatu kewajiban, maka sesungguhnya
ada beberapa ragam manusia dan corak kewajiban namun wujudnya hanya
satu yakni kewajiban. Maka tidak dapat dikatakan pekerjaan tukang kayu
lebih berat dari petani atau mengatakan pekerjaan guru lebih berat dari
seorang murid. Sebab kewajiban itu sepadan dengan jenis dan pekerjaan.
Tetapi yang terpuji bukan besar atau kecilnya tetapi kesanggupannya
mengerjakannya. Maka pembayaran kewajiban yang paling tinggi dan
mulia adalah yang dikerjakan atas perintah hatinya. Bukan lantaran
paksaan atau pujian dan tidakp ula berhenti lantaran makian dan celaan.16
Buya Hamka menjelaskan bahwa manusia memilki dua sisi kehidupan
yakni terhadap diri sendiri dan orang lain atau masyarakat sekitar. Beliau
mengatakan bahwa kepentingan Masyarakat sekitar lebih penting atau
utama karena itu adalah tiang dari tegaknya masyarakat. Sebab diri kita
terikat dengan undang-undang ataupun oleh aturan adat sekitar.
Maka buya hamka menyimpulkan bahwa antara Hak dan kewajiban
itu bertali dan bersambung. Dimana yang dilarang oleh kewajiban,

16
Hamka, Lembaga Hidup (Jakarta: Republika Penerbit, 2016) hal. 3

7
tidaklah berhak melanggarnya. Oleh sebab itu maka hak orang lain mesti
kita jaga sebagaimana merekan menghormati hak kita sendiri.17
D. Hubungan Hak dan Kewajiban dengan Akhlak

Telah dikemukakan bahwa akhlak adalah perbuatan yang telah


dilakukan dengan sengaja, mendarah daging, sebenarnya dengan tulus
ikhlas karena Allah. Hubungan dengan hak dapat dilihat pada arti dari hak,
yaitu sebagai milik yang dapat digunakan oleh seseorang tanpa ada yang
menghalanginya.
Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari
kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanaknya tanpa merasa berat. Dengan terlaksananya hak dan
kewajiban maka dengan sendirinya akan mendukung perbuatan yang
akhlaki.

17
Hamka, Lembaga Hidup (Jakarta: Republika Penerbit, 2016) hal. 132-133

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak merupakan perangai seseorang, budi pekerti, tingkah laku,
atau tabiat. Ia berkaitan dengan tentang apa yang baik dan apa yang buruk,
juga tentang hak dan kewajiban moral. Telah dikemukakan bahwa akhlak
adalah perbuatan yang telah dilakukan dengan sengaja, mendarah daging,
sebenarnya dengan tulus ikhlas karena Allah. Hubungan dengan hak dapat
dilihat pada arti dari hak, yaitu sebagai milik yang dapat digunakan oleh
seseorang tanpa ada yang menghalanginya.
Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari
kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanaknya tanpa merasa berat. Dengan terlaksananya hak dan
kewajiban maka dengan sendirinya akan mendukung perbuatan yang
akhlaki.
B. Kritik dan Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis harap kita semua mampu
menerapkan konsep akhlak dengan hak dan kewajiban dalam kehidupan
kita. Semoga dengan kemampuan kita dalam mengamalkan ini dapat
membentuk pribadi yang lebih baik ke depannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Ali Mas'ud, M. M. (2014). Akhlak Tasawuf. Surabaya: UINSA Press.

Effendi, H. M. (1994). Hak Azasi Manusia Dalam Hukum Internasional. Jakarta:


Ghaliah Indonesia.

Fadzila, V. (2018, Oktober 4). Gaya Hidup Materialisme dan Peran Tasawuf
dalam Kehidupan Manusia. Diambil kembali dari Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/vikifadzila/5bb5c441bde5756a5c47a5a2/ga
ya-hidup-materialisme-dan-peran-tasawuf-dalam-kehidupan-manusia

Hak. (t.thn.). Diambil kembali dari Wikipedia bahasa Indonesia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Hak

Hamka. (2016). Lembaga Hidup. Jakarta: Republik Penerbit.

Komnasham. (t.thn.). Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1990


Tentang Hak Asasi Manusia.

Prasmanita, D. (2015, Juni 9). Akhlak Tasawuf Baik dan Buruk. Diambil kembali
dari Deaprasmanita:
https://deaprasmanita.wordpress.com/2015/06/09/akhlak-tasawuf-baik-
dan-buruk/,

Sundy, L. (2017, Maret 17). Makalah Tasawuf Bab Baik dan Buruk. Diambil
kembali dari Afhie Blog: http://lutfi-cilut.blogspot.com/2017/03/makalah-
tasawuf-bab-baik-dan-buruk.html

Unknown. (2015, December). Makalah Akhlak (Aliran-Aliran dalam Etika).


Diambil kembali dari Kumpulan Makalah:
https://makalahe19.blogspot.com/2015/12/makalah-akhlaq-aliran-aliran-
dalam-etika.html

Unknown. (2017, April). Makalah Akhlak (Madzhab-Madzhab Etika). Diambil


kembali dari Kumpulan Makalah:
https://makalahe19.blogspot.com/2017/04/makalah-akhlak-madzhab-
madzhab-etika.html

10

Anda mungkin juga menyukai