Anda di halaman 1dari 22

Kajian Akuntansi,

1 Pebruari 2009, Hal: 1 - 12 Vol. 1 No. 1

ISSN : 1979-4886

PERSEPSI WAJIB PAJAK : DAMPAK PERTENTANGAN DIAMETRAL PADA TAX

EVASION WAJIB PAJAK DALAM ASPEK KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA

KECURANGAN, KEADILAN, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI

SISTEM PERPAJAKAN, DAN KECENDERUNGAN PERSONAL.

(STUDI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI)

Oleh: Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti

Fakultas Ekonomi UNIKA Soegijapranata Semarang

Abstract

Since tax becomes prime government revenue then developing this sector

must be optimalized. Tax is compulsary contibution from the person, deprey inccured

in common interest of all, without reference to special benefit coffere. Belongs to that

definition, tax make diametral conflict between fiskus and tax payers, because there

are only tax payers obligation, never tax payers right. Variance in types and nature

of tax payers lead tax evasion problems. Refer to those kind of problem, this

research try to answer whether there are influences between: (1) probability of cheat

detact ; (2) tax fairness (3) Government Expenditure (4) Tax System and Technology,

(5) Tax payers personalitiy to tax evasion . It is hypothesed that there are influences

between those variables. Using random sampling of 66 individual tax payers, we

distributed questioner in order to get valid data. Analysis with SPSS shows us that

only two of hypothesis are proved.

Key words: fiskus, wajib pajak, tax evasion


2 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

PENDAHULUAN dari negara secara langsung, namun untuk

memelihara kesejahteraan umum.


Perekonomian suatu negara tidak
Sedangkan secara lebih spesifik pajak bagi
dapat dilepaskan dari kebijakan ekonomi
negara Indonesia, diartikan oleh Andini
makro yang dilakukan negara tersebut.
(Suandy, 2003), yaitu iuran kepada negara
Salah satu unsur pemasukan yang utama
(dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
adalah pajak. Selligman, dalam Sunarto
wajib membayarnya menurut peraturan–
(2003) yang menyatakan bahwa pajak
peraturan, dengan tidak mendapatkan
adalah kontribusi wajib bagi seseorang
prestasi kembali, yang gunanya adalah
untuk mengeluarkan biaya bagi kepentingan
untuk membiayai pengeluaran–pengeluaran
umum tanpa adanya manfaat khusus bagi
umum yang berhubung dengan tugas negara
orang tersebut akibat perbuatannya (Sunarto,
menyelenggarakan pemerintahan
2003:1) Pengertian senada juga
(Brotodihardjo, 1992:2).
dikemukakan oleh Djadjaningrat, dalam

Munawir (1992) yang menyatakan bahwa Pengertian–pengertian pajak

pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan menurut para ahli tersebut jelas menunjukan

sebagian dari kekayaan kepada negara bahwa pajak mempunyai karakteristik

disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan hubungan searah, di mana pihak yang satu

perbuatan yang memberikan kedudukan mempunyai kewajiban membayar, namun

tertentu. Kewajiban tersebut bukan sebagai pihak yang lain tidak mempunyai kewajiban

hukuman, menurut peraturan–peraturan apapun secara langsung terhadap pihak yang

yang ditetapkan pemerintah serta dapat membayarnya tersebut. Hal ini

dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik menyebabkan munculnya kesenjangan

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 3

kepentingan antara pemungut pajak yang pembayaran pajak dapat dilakukan dengan

kemudian menimbulkan pertentangan Tax Avoidance maupun dengan Tax Evasion.

diametral. Pertentangan diametral disini Meskipun keduanya mempunyai tujuan

berarti (Halim, 2005:50) bahwa fiskus yang sama, namun karakteristik keduanya

sebagai pihak yang diuntungkan dalam sangatlah berebeda. Tax avoidance diartikan

proses penerimaan pajak, akan selalu sebagai kegiatan penghindaran pajak dengan

berusaha untuk mencapai target pemasukan memanfaatkan celah–celah (loops) dari

ke dalam kas negara sebesar–besarnya. Di peraturan–peraturan dan perundang–

lain pihak, masyarakat pembayar pajak undangan perpajakan yang berlaku di negara

sebagai pihak yang harus membayar pajak tempat masyarakat pembayar pajak berada

tanpa mendapatkan pengembalian jasa (Asri, 2003:23). Sulitnya penerapan tax

secara langsung akibat pembayaran yang avoidance membuat seorang wajib pajak

dilakukannya, akan berupaya sebaliknya, cenderung untuk melakukan tax evasion,

yaitu mencari cara agar dapat mengurangi yaitu melakukan penghematan pajak dengan

pajak terutang yang harus dibayar kepada menggunakan cara–cara yang melanggar

kas Negara. Hal ini terjadi karena dari sudut ketentuan pajak (www. irs.com, 2005).

pandang pembayar pajak, pajak merupakan Penelitian mengenai tax evasion

biaya yang akan mengurangi laba atau pernah dilakukan oleh Andres (2002) di

kenikmatan yang diperolehnya. Pandangan Argentina. Hasil penelitiannya menunjukkan

inilah yang kemudian mendorong bahwa factor utama yang mendorong wajib

munculnnya perencanaan pengurangan pajak melakukan penghindaran pajak adalah

pajak yang harus dibayar. persepsi menjadi cemas akan diperiksa

Perencanaan Pajak (Tax Planning) pajaknya. Meskipun demikian indikator-

yang bertujuan untuk mengurangi jumlah indikator yang lain juga berpengaruh
4 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

terhadap penghindaran pajak, meskipun yaitu persepsi mengenai kemungkinan

tidak sekuat yang pertama. terdeteksinya ketidakpatuhan pajak,

keadilan sistem perpajakan, ketepatan


Penelitian ini merupakan replikasi
alokasi pengeluaran pemerintah, teknologi
penelitian Andres (2002). Hal ini penting
dan informasi perpajakan yang digunakan.
dilakukan untuk mengetahui apakah

fenomena yang terjadi di Argentina juga

terjadi di Indonesia mengingat pajak TELAAH LITERATUR

merupakan sumber pendapatan penting 1.1.

dalam menopang APBN. Penelitian ini 1.2. Pengertian Pajak

menguji faktor–faktor yang mendorong atau Definisi pajak menurut Soemitro

mencegah seseorang untuk melakukan tax (1990), seperti dikutip Waluyo dan Ilyas

evasion. (2000) menyatakan bahwa pajak adalah

Faktor yang mendukung atau iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

mencegah pelaksanaan tax evasion oleh undang-undang (yang dapat dipaksakan)

wajib pajak dibedakan menjadi dua yaitu dengan tidak mendapat jasa timbal

ekternal dan internal wajib pajak itu sendiri. (kontraprestasi), yang langsung dapat

Faktor internal yang dimaksudkan disini ditunjukkan dan yang digunakan untuk

adalah kecenderungan personal (sifat dasar) membayar pengeluaran umum.

seseorang untuk melakukan tax evasion. Sebagaimana ciri-ciri yang melekat

Sementara itu faktor eksternal bersumber pada pengertian pajak seperti tersebut di

dari persepsi wajib pajak mengenai atas, terlihat dua fungsi pajak, yaitu:

bagaimana peraturan dan pelaksanaan a. Fungsi penerimaan (budgetair): pajak

perpajakan di Indonesia sendiri akan berfungsi sebagai sumber dana yang

dikelompokan menjadi empat golongan

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 5

diperuntukkan bagi pembiayaan koridor atau bingkai ketentuan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah. perpajakan (lawful).

b. Fungsi mengatur (regular): pajak b. Tax evasion: adalah rekayasa pajak

berfungsi sebagai alat untuk mengatur yang sudah di luar koridor atau

atau melaksanakan kebijakan di bidang bingkai ketentuan perpajakan

social dan ekonomi. (unlawful).

1.3. 1.5.

1.4. Perencanaan pajak (Tax Planning): 1.6. Pemeriksaan Pajak

Segala proses dalam fungsi ini Pemeriksaan pajak dilaksanakan

adalah dalam upaya meminimumkan dalam rangka melaksanakan ketentuan

kewajiban pajak; sebagaimana definisi tax peraturan perundang-undangan

planning menurut Larry (1994 dalam perpajakan.Pasal 1 huruf s UU No. 6/ 1983

Suandy, 2003). Meminimumkan kewajiban tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

perpajakan, sebenarnya dapat dilakukan Perpajakan, sebagaimana telah diubah

dengan berbagai cara, baik dengan dengan UU No 9/1994 memberikan batasan

memenuhi ketentuan peraturan dan tentang pemeriksaan sehingga sasaran

perundang-undangan yang berlaku maupun pemeriksaan dapat diidentifikasi sebagai

dengan melanggarnya. Oleh karena itu berikut: (1)Penafsiran UU perpajakan yang

terdapat dua istilah dan pengertian dalam salah,(2) Kesalahan hitung, (3) Pelaporan

perencanaan pajak (Susan, 1996 dalam penghasilan yang tidak sesuai keadaan

Suandy, 2003), yaitu: sebenarnya (penggelapan), (4)Pemotongan/

a. Tax avoidance: adalah rekayasa pemungutan dan pembebanan biaya yang

pajak yang masih tetap dalam dilakukan wajib pajak tidak sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan perpajakan.


6 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

1.7. dalam APBN dan APBD dalam pos belanja.

1.8. Keadilan Sistem Perpajakan Anggaran daerah atau APBD merupakan

Equility theory (Adams 1963, 1965 rencana kebijakan daerah yang diwujudkan

dalam Wartick 1994) menyatakan equity dalam satuan uang. APBD merupakan

dalam istilah input dan outcome. Ketika sarana untuk melihat kemampuan daerah

seseorang mempunyai rasio outcome melaksanakan pembangunan. Dengan

terhadap input yang berbeda dengan yang APBD kita dapat menilai kinerja

seharusnya maka terjadilah inequity pemerintah. Anggaran berfungsi untuk

(distributive justice). Asas equality dalam mengalokasikan sejumlah dana sesuai

Smith dalam Waluyo dan Ilyas (2000) dengan jumlah sektor. APBD dapat

mnyeatakan bahwa pemungutan pajak harus berfungsi sebagai stabilisasi karena dapat

bersifat final, adil, dan merata. Asas ini membuka lapangan pekerjaan bagi

kemudian dibedakan Musgrave dalam masyarakat. Sehingga APBD adalah

Waluyo dan Ilyas (2000) menjadi dua : instrumen teknis operasional. Sayangnya,

(1)Benefit principle (prinsip manfaat yang Kaunang (2005) memaparkan bahwa

diperoleh) dan (2)Ability principle(prinsip Pemerintahan yang partisipatif belum

biaya). terlihat dalam penyelenggaraan

pemerintahan karena belum terbukanya

1.9. Pengalokasikan Pengeluaran ruang partisipasi masyarakat. Sementara itu

Pemerintah ciri dasar pemerintahan yang partisipatif

Tidak dapat diingkari bahwa pajak adalah adanya transformasi dan perubahan

merupakan sumber penerimaan terbesar bagi yang berkaitan dengan perencanaan dan

negara dalam membiayai pengeluarannya. sistem anggaran. Dengan demikian barulah

Alokasi pengeluaran pemerintah tercermin

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 7

dapat dinilai aefektifitas penggunaan dana 1.12.

yang bersumber dari pajak. 1.13. Kecenderungan Personil Untuk

1.10. Melakukan Tax Evasion

1.11. Teknologi dan Informasi Perlawanan terhadap pajak terdiri dari

Perpajakan perlawanan aktif dan perlawanan pasif.

Ditjen Pajak Pajak telah melakukan

beberapa reformasi perpajakan dan Perlawanan Pasif

modernisasi administrasi perpajakan Perlawanan yang inisiatifnya bukan

berlandaskan case management. dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi

Modernisasi lebih lanjut ditandai dengan karena keadaan yang ada di sekitar wajib

penerapan teknologi informasi terkini dalam pajak itu. Hambatan-hambatan tersebut

pelayanan perpajakan (on line payment, e- berasal dari struktur ekonomi,

SPT, e-filling, e-registration dan sistem perkembangan moral dan intelektual

informasi DJP). Seiring dengan itu, Ditjen penduduk, dan teknik pemungutan pajak itu

Pajak juga melakukan kampanye sadar dan sendiri.

peduli pajak, pengembangan bank data dan

Single Identification Number serta langkah- Perlawanan Aktif

langkah lainnya yang sedang dan terus Perlawanan aktif adalah perlawanan

dikembangkan. Kedepan, Ditjen Pajak yang inisiatifnya berasal dari wajib pajak itu

merencanakan mengimplementasikan sendiri. Hal ini merupakan usaha dan

program modernisasi perpajakan secara perbuatan yang secara langsung ditujukan

komprehensif yang mencakup semua lini terhadap fiscus dan bertujuan untuk

operasi organisasi secara nasional (Sadhani, menghindari pajak atau mengurangi

2005). kewajiban pajak yang seharusnya dibayar.


8 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

Ada 3 cara perlawanan aktif terhadap pajak, 1.14.

yaitu: Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), 1.15. Pengembangan Hipótesis

Pengelakan Pajak (Tax Evasion), Melalaikan 1.16. Penelitian ini merupakan

Pajak, dan Pelimpahan pajak. pengembangan penelitian Andres (2002)

yang meneliti determinan-determinan atas

kecenderungan untuk melakukan

penghindaran pajak dengan menggunakan

studi kasus di Argentina. Pada penelitian ini

penghindaran pajak secara spesifik

ditujukan untuk model penghindaran pajak

secara illegal (tax evasion). Pada penelitian

Andres ( 2002 ) Satu-satunya indikator yang

benar-benar mempengaruhi pembayar pajak

melakukan penghindaran pajak adalah

persepsi menjadi cemas akan diperiksa

pajaknya. Meskipun demikian indikator –

indikator yang lain juga berpengaruh

terhadap penghindaran pajak, meskipun

tidak sekuat yang pertama.

1.17.

1.18. Pengaruh Kemungkinan

Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Tax

-Evasion

Pemeriksaan pajak dilaksanakan

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 9

dalam rangka melaksanakan ketentuan berpengaruh negatif terhadap tax

peraturan perundang-undangan perpajakan. evasion.

Porsentase kemungkinan suatu pemeriksaan 2.9.1.

pajak dilakukan sesuai dengan aturan 2.9.2. Pengaruh Persepsi Tentang

perpajakan dapat mendeteksi kecurangan Keadilan Sistem Perpajakan Terhadap

yang dilakukan wajib pajak sehingga Tax Evasion

berpengaruh pada Tax Evasion. Ketika Adanya berbagai pemikiran tentang

seseorang menganggap bahwa porsentase perntingnya keadilan bagi seseorang

kemungkinan terdeteksinya kecurangan termasuk dalam pembayaran pajak juga

melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan akan mempengaruhi sikap mereka dalam

tinggi maka dia akan cenderung untuk patuh melakukan pembayaran pajak. Semakin

terhadap aturan perpajakan dalam hal ini tidak adil sistem pajak yang berlaku

berati tidak melakukan penghindaran Pajak menurut pesepsi seorang wajib pajak maka

(Tax Evasion), karena ia takut jika ketika tingkat kepatuhannya akan semakin

diperiksa dan ternyata dia melakukan menurun hal ini berarti bahwa

kecurangan maka dana yang akan kecenderungannya untuk melakukan

dikeluarkan untuk membayar denda akan penghindaran pajak akan semakin tinggi,

jauh lebih besar daripada pajak yang karena dia merasa bahwa sistem pajak yang

sebenarnya harus ia bayar. Hal ini sejalan ada belum cukup baik mengakomodir segala

dengan hasil penelitian Andres (2002). Oleh kepentingannya. Meskipun tidak secara

karena itu, hipotesis pertama dirumuskan signifikan, penelitian Andres (2002)

sebagai berikut: mengindikasikan kondisi tersebut.Oleh

H1: Persepsi terhadap Kemungkinan karena itu, hipotesis kedua dalam penelitian

terdeteksinya Kecurangan dirumuskan sebagai berikut :


10 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

penelitian Andres (2002) mengindikasikan

H2: Persepsi terhadap Keadilan Sistem kondisi tersebut Oleh karena itu, hipotesis

Perpajakan berpengaruh negatif ketiga dalam penelitian dirumuskan sebagai

terhadap tax evasion. berikut:

2.9.3. H3: Persepsi terhadap Pemanfaatan Hasil

2.9.4. Pengaruh Persepsi Tentang Pajak berpengaruh negatif terhadap

Ketepatan Pengalokasikan Pengeluaran tax evasion.

Pemerintah Terhadap Tax Evasion

Tidak dapat diingkari bahwa pajak 2.9.5. Pengaruh Persepsi Tentang

merupakan sumber penerimaan terbesar bagi Teknologi dan Informasi Perpajakan

negara dalam membiayai pengeluarannya. Terhadap Tax Evasion

Alokasi pengeluaran pemerintah tercermin Modernisasi layanan perpajakan

dalam APBN dan APBD dalam pos belanja. yang dilakukan pemerintah diharapkan

Oleh karana itu perlu adanya akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas layanan.

publik dari pemerintah karena sumber Sehingga diharapkan kepatuhan wajib pajak

pengeluaran berasal dari pajak. Pajak secara dapat meningkat seiring dengan

garis besar seharusnya dimanfaatkan demi dipermudahnya cara pembayaran dan

kepentingan umum, oleh karena itu pelaporan pajak. Sehingga dugaan yang

seharusnya dengan adanya pajak maka dibangun dari sisi teknologi ini adalah

ketersediaan fasilitas umum akan semakin semakin tinggi dan modern teknologi yang

banyak. Ketika pengeluaran pemerintah digunakan pemerintah, maka semakin

dianggap tidak baik maka kecenderungan rendah tingkat atau upaya tax evasion yang

untuk melakukan tax evasion akan semakin dapat dilakukan oleh wajib pajak. Meskipun

tinggi. Meskipun tidak secara signifikan, tidak secara signifikan, penelitian Andres

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 1

(2002) mengindikasikan kondisi tersebut 2.9.6.

Oleh karena itu, hipotesis keempat dalam 2.9.7. Kecenderungan Melakukan Tax

penelitian dirumuskan sebagai berikut : Evasion

H4: Teknologi dan Informasi berpeng Kecenderungan melakukan tax evasion

aruh negatif terhadap tax evasion. merupakan aspek personal dari diri pribadi

wajib pajak baik secara pasif maupun aktif.

Tiap orang mempunyai standar perlawanan

dan standar moral yang berbeda. Tarik

menarik antara kedua hal inilah yang

kemudin menentukan apakah orang tersebut

cenderung memandang masyarakat untuk

mengambil resiko melangar hukum untuk

melakukan tax – evsion atau tidak. Semakin

tinggi kecenderungan diri wajib pajak untuk

melakukan tax evasion maka semakin tinggi

pula tax evasion yang diukur. Meskipun

tidak secara signifikan, penelitian Andres

(2002) mengindikasikan kondisi tersebut

Oleh karena itu, hipotesis kelima dalam

penelitian dirumuskan sebagai berikut :

H5: Kecenderungan wajib pajak untuk

melakukan tax evasion berpengaruh

positif terhadap tax evasion.


12 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

1.19. METODE PENELITIAN dapat dideteksi oleh para wajib pajak. Skor

1.20. 1 diberikan ketika responden menganggap

1.21. Populasi dan Sampel sama sekali tidak mungkin kecurangan yang

Populasi yang dipilih dalam dilakukan terdeteksi, skor 5 diberikan untuk

penelitian ini adalah Wajib Pajak orang kondisi sebaliknya.

pribadi yang berlokasi di Semarang. 2.9.10.

Populasi ini dipilih berdasarkan 2.9.11. Keadilan Sistem Perpajakan

pertimbangan bahwa orang pribadi lebih (FAIR)

bisa mewakili persepsi wajib pajak terhadap Keadilan sistem perpajakan

berbagai jenis pajak yang ada. Sampel didifinisikan sebagai persepsi responden

yang dipergunakan dalam penelitian ini adal tentang seberapa adil sistem perpajakan

166 responden yang berasal wajib pajak yang ada di Indonesia. Semakin adil sistem

yang terdaftar di 4 KPP yang berada di perpajakan diberi skor 5, sedangkan

Semarang. semakin tidak adil sistem perpajakan diberi

1.22. skor 1.

1.23. Definisi Operasional dan 2.9.12.

Pengukuran Variabel 2.9.13. Ketepatan Pengalokasian

2.9.8. Pengeluaran (GUNA)

2.9.9. Kemungkinan Terdeteksinya Ketepatan pengalokasian

Kecurangan (DET_CUR) pengeluaran didifinisikan sebagai persepsi

Variabel Kemungkinan terdeteksinya responden tentang seberapa baik

kecurangan adalah persepsi responden, pemanfaatan pajak yang ada di Indonesia,

terhadap seberapa mungkin suatu yang tercermin dalam pengeluaran

kecurangan yang dilakukan wajib pajak pemerintahan. Semakin baik pemanfaatan

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 1

hasil pajak diberi skor 5, sedangkan skor 1 cenderung melakukan tax evasion diberi

untuk kondisi sebaliknya. skor 1.

2.9.14. 2.9.17. Tax Evasion (EVAS)

2.9.15. Teknologi dan Informasi Tax Evasion didifinisikan sebagai

(TECH) seberapa mungkin responden dalam

Teknologi yang digunakan melakukan Tax Evasion. Semakin tinggi tax

Pemerintah didifinisikan sebagai persepsi evasion yang dilakukan responden maka

responden tentang seberapa baik teknologi akan diberi skor 5, sebaliknya semakin ia

dan informasi perpajakan yang ada di tidak melakukan tax evasion diberi skor 1.

Indonesia. Semakin baik teknologi 1.24.

perpajakan menurut sudut pandang 1.25. Metode Analisis Data

responden maka akan diberi skor 5,sedang Hipotesis dalam penelitian ini akan

skor 1 untuk kondisi sebaliknya. diuji dengan menggunakan analisis regresi

2.9.16. Kecenderungan Melakukan Tax berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Evasion (KEC_EVAS)

Kecenderungan melakukan Tax EVAS = b0 - b1DET_CUR - b2FAIR -

Evasion didifinisikan sebagai persepsi b3GUNA - b4TECH + b5KEC_EVAS

responden tentang seberapa mungkin Hipotesis diterima jika masing-masing

seseorang (sebagai personal) melakukan Tax koefisien regresi variable independent

Evasion. Semakin seseorang mempunyai memiliki probabilitas value kurang dari

kecenderungan melakukan tax evasion alpha (α).

menurut sudut pandang responden maka

akan diberi skor 5, skor 1 untuk menunjukan

kondisi sebaliknya semakin ia tidak


14 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

1.26. PEMBAHASAN diperoleh dari pajak, teknologi yang

1.27. dipergunakan untuk sistem perpajakan, dan

1.28. Statistik Deskriptif pelaksanaan tax evasion oleh wajib pajak

Persepsi responden dalam jawaban adalah rendah.

kuesioner yang kembali, secara diskriptif

ditunjukan pada Tabel 4.1 berikut ini. Uji Asumsi Klasik

Tabel 1 1. Uji Normalitas

Descriptive Statistics Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi


Std.
variable pengganggu atau residual
Mini Maxi Deviati

N mum mum Mean on memiliki distribusi normal (Ghozali,


DET_CUR 166 1.00 5.00 3.2711 .89036
FAIR 166 1.00 5.00 2.4578 .80606 2005 : 110). Penelitian ini
GUNA 166 1.00 5.00 2.6566 .91263
TECH 166 1.00 5.00 2.6145 .88532 menggunakan metode pengujian
KEC_EVAS 166 1.50 5.00 3.5181 .71962
EVAS 166 1.00 4.50 2.6145 .80651 Kolmogorov-Smirnov yang hasilnya
Valid N (listwise) 166

ditunjukan pada tabel 2. Nilai


Hasil analisa statistik deskriptif
signifikansi 0.102 yang lebih besar
terhadap sampel dengan menggunakan
dari 0.05 menunjukan bahwa data
terlihat bahwa para wajib pajak berpersepsi
yang dioleh berdistribusi normal.
kemungkinan kecurangan yang dilakukan

terdeteksi, kecenderungan para wajib pajak

untuk melakukan kecurangan adalah tinggi.


Tabel 2
Sedangkan, persepsi responden tentang
Pengujian Normalitas :
seberapa keadilan sistem perpajakan yang
Kolmogorov - Smirnov
ada di Indonesia, ketepatan penggunaan atau
Unstandardized

pengalokasian pengeluaran pemerintah yang Residual

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 1

N 139 Model Tolerance VIF


Normal Parameters Mean 1,520937E-09 (Constant)
Std. ,6744613 DET_CUR ,881 1,135
Deviation FAIR ,799 1,252
Most Extreme Absolute ,104 GUNA ,537 1,861
TECH ,543 1,841
Differences KEC_EVAS ,879 1,137
Positive ,104
Negative -,065
Kolmogorov-Smirnov Z 1,221
Asymp. Sig. (2-tailed) ,102 3. Uji Heteroskedastisitas
a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.


Pengujian ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi

2. Uji Multikolinearitas ketidaksamaan variance dari residual

Pengujian ini ditujukan untuk menguji satu pengamatan ke pengamatan yang

apakah terjadi korelasi antara variabel lain. Berdasarkan hasil uji Park yang

bebasnya (Ghozali, 2005: 91). Pengujian dilakukan tidak terjadi

terhadap model regresi penelitian heteroskedastisitas pada model yang

ditunjukan dalam table 3 yang diteliti karena titik – titik dalam

menunjukan bahwa tidak terdapat nilai scaterplotsnya menyebar (gambar 2).

tolerance yang lebih kecil dari 10 %, dan 1.29.

tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar 1.30. Uji Hipotesis

dari 10, hal ini menunjukan bahwa tidak Hipotesis dalam penelitian ini akan

ada multikolienaritas antar variable diuji dengan menggunakan analisis regresi

bebas dalam model regresi yang berganda dengan persamaan sebagai berikut:

digunakan..

Tabel 3

Pengujian Multikolienaritas

Collinearity Statistics
16 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

EVAS = b0 - b1DET_CUR - b2FAIR - memiliki probabilitas value kurang dari

b3GUNA - b4TECH + b5KEC_EVAS alpha (α). Hasil pengujian hipotesis terhadap

data penelitian ditunjukan pada Tabel 4.4

Hipotesis diterima jika masing-masing berikut ini.

koefisien regresi variable independent

Tabel 4.4

Pengujian Hipotesis

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error Durbin-

Square of the Watson

Estimate
1 530 ,281 ,254 6870 ,402
a Predictors: (Constant), KEC_EVAS, DET_CUR, FAIR, TECH, GUNA

b Dependent Variable: EVAS

ANOVA

Model Sum of df Mean F Sig.


Squares Square
1 Regression 24,551 5 4,910 10,403 ,000
Residual 62,776 133 ,472

Total 87,327 38

a Predictors: (Constant), KEC_EVAS, DET_CUR, FAIR, TECH, GUNA

b Dependent Variable: EVAS

Coefficients

Unstandardized
Standardized Collinearity Statistics
Coefficients t Sig.
Coefficients

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF


(Constant) 4,751 ,599 7,927 ,000
DET_CUR -,501 ,076 -,515 -6,573 ,000 ,881 1,135
FAIR 3,383E-02 ,097 ,029 ,347 ,729 ,799 1,252

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 1

GUNA -,286 ,096 -,299 -2,982 ,003 ,537 1,861


TECH ,193 ,108 ,178 1,785 ,077 ,543 1,841
KEC_EVAS -8,485E-02 ,108 -,062 -,786 ,433 ,879 1,137
a Dependent Variable: EVA

S pemanfaatan hasil pajak di Indonesia masih


Berdasarkan pengujian yang rendah. Seiring dengan iklim reformasi
dilakukan dengan regresi liner ditemukan masyarakat di Indonesia lebih kritis
bahwa kemungkinan terdeteksinya menyikapi kebijakan pemerintah, hal
kecurangan terhadap tax evasion mempunya tersebut ternyata mempengaruhi tindakan
koefisien negatif ( -0.501 ) yang signifikan penghindaran pajak yang mereka lakukan.
(.00), berarti bahwa semakin tinggi Sedangkan persepsi terhadap
kemungkinan terdeteksinya kecurangan keadilan, penggunaan teknologi dan

kecenderungan tax evasion seseorang

ternyata tidak berpengaruh secara signifikan


maka tingkat tax – evasion semakin rendah. pada tingkat tax – evasion. Keadilan sistem
Hal ini sejalan dengan penelitian Andres perpajakan justru cenderung semakin
(2002). Hasil pengujian juga menunjukan memicu tax-evasion. Sedangkan
bahwa pengaruh ketepatan pemanfaatan penggunaan teknologi dalam pencarian
hasil pajak berpengaruh secara negatif informasi maupun pembayaran pajak oleh
(0.286) dan signifikan (.003) terhadap tax – orang pribadi masih sangat rendah. Sebagian
evasion. Hal ini berarti bahwa semakin besar Wajib Pajak masih menggunakan
pengeluaran pemerintah dianggap tepat sistem pembayaran manual, dan jarang
maka tingkat tax – evasion akan semakin membuka website dirjen pajak oleh karena
rendah. Hasil ini tidak sejalan dengan itu factor ini bukan merupakan factor yang
penelitian Andres (2002). Hal ini disebabkan mempengaruhi. perilaku tax evasion wajib
karena responden menganggap ketepatan pajak. Kecenderungan pribadi juga bukan
18 Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

menjadi hal yang berpengaruh pada perilaku negatif terhadap tax evasion. Yang perlu

tax evasion wajib pajak, karena pada wajib diwaspadai adalah penelitian ini

pajak, meskipun factor internal keinginan menunjukan rendahnya ketepatan alokasi

untuk melakukan tax evasion tinggi akan pengeluaran pemerintah yang berasal dari

tetapi factor eksternal ketakutan akan pajak. Kalau tidak segera diatasi persepsi

diperiksa ternyata lebih dominan. masyarakat ini secara jangka panjang akan

memicu krisis kepercayaan masyarakat

kepada pemerintah.

PENUTUP 1.31.

Kesimpulan 1.32. Saran

Hasil pengujian dengan Kecendurungan terjadinya tax evasion

menggunakan regresi linear berganda cukup tinggi oleh karena itu, seharusnya

menunjukan hasil bahwa persepsi terhadap fiskus (pemungut pajak) harus mulai

kemungkinan terdeteksinya kecurangan mempertimbangkan pengadaan data wajib

berpengaruh negatif terhadap tax evasion. pajak yang terintegrasi dengan departemen

Ketakutan masyarakat untuk membayar lain sehingga akan mampu menjaring tiap

denda jika tax evasion yang dilakukannya kemungkinan penyelewengan pajak.

ketahuan masih tinggi. Hal ini juga 2..

didukung statistik diskriptif yang 3.. DAFTAR PUSTAKA

memperlihatkan bahwa tingkat tax –


Andres, Luis. 2002. Determinants of
evasion pembayar pajak rendah.
Propensity to Tax Evasion: The
Hasil pengujian juga menunjukan
Argentinean Case. University of
hasil bahwa persepsi terhadap ketepatan
Chicago.
Pemanfaatan Hasil Pajak berpengaruh

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi


Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 1

Brotodihardjo, R. Santoso. 1981. Pengantar Sadhani, Djazoeli. Bisnis Indonesia Senin,

hukum Pajak. Bandung, Eresco. 23 Mei 2005. Menuju Good

Governance Melalui Modernisasi


Cooper, D.R, dan C.W. Emory. 1996.
Pajak.
Business Research Methods. 5th

edition. Richard D. Irwin Inc., USA. Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak.

Salemba Empat Jakarta.


Halim, Abdul. 2005. Secara Legal:

Bolehklah Tax-Avoidance? Waluyo dan Ilyas, Wirawan. 2000.

Usahawan XXXIV. (006). Juni 2005 Perpajakan Indonesia. Salemba

Empat Jakarta.
Harahap, Abdul Asri. 2003. Paradigma Baru

Perpajakan Indonesia: Perspektif Wartick, Martha L. 1994. Legislative

Ekonomi Politik. Jakarta: Integrita justification and the Perceived

Dinamika Preas. Fairness of Tax Law Changes: a

Referent Cognitions Theory


Larry dkk. 1994. Dictionary of Tax Terms.
Approach. The Journal of the
New York: Barron’s Bussiness.
American Taxation Association. 16.
Munawir. 1992. Perpajakan. Yogyakarta.
(2):106-123.
Liberty.
http://www. irs. com
PPA FE UMY. 2006. Materi workshop
http://id.wikipedia.org/wiki/Penghindaran_p
matakuliah dan praktikum akuntansi
ajak download tanggal 24 April
manajemen pemerintah daerah untuk
2007.
dosen akuntansi sektor publik.
Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

Gambar-1

Kerangka Pikir Penelitian


SETORAN PAJAK

PEMBAYAR PAJAK FISKUS


( PEMUNGUT PAJAK )

TIDAK ADA IMBALAN LANGSUNG

KECENDERUNGAN
PERSONAL MENGHINDARI PAJAK

PERTENTANGAN DIAMETRAL FISKUS DAN PEMBAYAR PAJAK

TAX PLANNING

TAX EVASION TAX AVOIDANCE

Kemungkinan terdeteksinya ketidkapatuhan


Keadilan sistem
pajakKetepatan
perpajakan
Alokasi Pengeluaran
Teknologi
Pemerintah
& Informasi Perpajakan

PERATURAN DAN PELASANAAN PERPAJAKAN DI INDONESIA

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian

Akuntansi
Vol. 1 No.
211, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi
Stephana Dyah Ayu R dan Rini Hastuti Kajian Akuntansi

Gambar-2

Pengujian Heteroskedastisitas

Scatterplot
Dependent Variable: LNR2
3

2
Regression Studentized Residual

-1

-2

-3

-4

-5
-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian

Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai