NIM : PO7120121012
Kelas : 1A
Secara umum kecerdasan atau intelegensi adalah kesanggupan mental untuk memahami, menganalisis
secara kritis, cermat, dan teliti, serta menghasilkan ide baru secara efektif dan efisien. komponen utama
dari intelegensi yaitu, kemampuan verbal, keterampilan memecahkan masalah, kemampuan belajar dan
beradaptasi dengan pengalaman dalam hehidupan sehari - hari.
Salah satu cara untuk mmengukur intelegensi ialah dengan menggunakan tes intelegensi atau sering
disebut tes IQ. untuk menghasilkan kualitas yang baik, diperlikan pengukuran yang signifikan serta valid
dan hasilnya bukan kebetulan. klasifikasi kecerdasan menurut Binet dan Simon yaitu; pertama, retardasi
mental yamg meliputi idiot ( IQ 30 ke bawah), embisil (IQ 31- 50), debil (IQ 51 – 70); kedua, slow-learner
(IQ 71-90); ketiga, normal atau rata-rata (IQ 91 – 110); keempat, rapid-learner (IQ 111 – 130) dan kelima
gifted (IQ 131 ke atas).
Rangsangan dimasa kecil, hal ini bias mengubah ukuran dan fungsi kimiawi dari otak.
Factor keturunan juga dapat menentukan batas tertinggi bagi taraf kecerdasan anak. Anak sudah
mencapai setengah dari kemampuan kecerdasannya ketika berumur 4 tahun, pada umur 8 tahun, ia
mencapai 80% kemampuan kecerdasannya, setelah umur 8 tahjun kemampuan kecerdasanya hanya
dapat diubah 20%.
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuuan untuk berpikirsesuatu yang baru dan
tidak biasa dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. Perlu kita ketahui
ciri-ciri yang mencerminkan kepribadian kreatif, diantaranya, mempunyai daya imajinasi yang kuat,
mempunyai inisiatif dan minatyang luas, bebas dalam berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat
pengalaman baru, percaya diri, penuh semangat dan berani mengambil resiko.
Intelegensi menyagkut pada cara berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas berkenaan
dengan cara berpikir divergen ( menyebar). Penelitian Torrance (1965) mengungkapkan bahwa anak
yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ teman sebayanya.
Dalam konteks keberbakatan, ia menyatakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan sebagai criteria tungal
untuk mengidentifikasi orang-orang yang berbakat.
Berbagai penelitian mengenai hubungan intelegensi dan kreativitas melaporkan hasil yang berbeda –
beda. Pada intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hubungan
antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada tingkat IQ di atas 120, hamper tidak ada hubungan
antara keduanya.Artinya, orang yang IQ-nya tinggi, mungkin kreativitasnya rendah atau sebaliknya.
Dengan demikian, kreativitas dan intelegensi merupakan dua domain kecakapan manusia yang berbeda.
Baik intelegensi maupun kreativitas, dijadikan criteria untuk menentukan bakat seseorang.
a. Kucing
b. Bajing
c. Keledai
d. Lembu
e. Anjing
a. Duka
b. Putus asa
c. Sengsara
d. Cinta
e. Benci
a. Jarang
b. Selalu
c. Pada dasarnya
d. Biasanya
e. Jauh
a. Penakut
b. Penakluk
c. Penjahat
d. Pengecut
e. Lakon
a. Kandang
b. Kuping
c. Pawang
d. Belalai
e. Ekor
Materi yang terdapat dalam Skala Stanford – Binet berupa sebuah kotak berisi bermacam-macam benda
mainan tertentu yang akan disajikan kepada anak-anak, dua buah buku kecil yang memuat cetakan
kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk mencatat jawaban dan skornya, dan sebuah manual/petunjuk
pelaksanaan pemberian tes.
Skala Weschler pertama kali diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Weschler-Bellevue (W-B).
Sasaran utama test ini adalah untuk menyediakan test intelegensi bagi orang dewasa. Test ini dirancang
untuk anak-anak sekolah dan diadaptasikan untuk orang dewasa dengan menambahkan beberapa soal
yang lebih sulit. Penekanan berlebihan pada kecepatan yang tidak menguntungkan bagi orang dewasa,
manipulasi yang relatif rutin atas kata-kata, dan tidak dapat diterapkannya norma umur pada orang-
orang dewasa membuat test W-B dikembangkan.
SPM merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual
maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C. Raven dan diterbitkan terakhir kali oleh H. K.
Lewis & Co. Ltd. London pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi
soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-
gambar. Karena instruksi pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan untuk
subjek yang buta huruf. Diciptakan pertama kali di tahun 1936, diterbitkan pertama kali di tahun 1938,
SPM telah mengalami berbagai revisi sampai revisi terakhir yang dijumpai di Indonesia yaitu revisi tahun
1960.
Tes inteligensi K-ABC merupakan baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-
anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun (Kaufman, kamphaus, & Kaurman, 1985, dalam Azwar 1996). Tes ini
diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari the University of Alabama.