KELAS BESAR IV
p s s p
CH3 CH3–CH2–CH2–CH3
2-metilpropana Butana
• Konformasi Stagger (bersilangan) lebih stabil
dari pada konformasi eklips.
Sifat Kimia Alkana
• Alkana : Hidrokarbon jenuh, cukup stabil atau
kurang reaktif, tidak bereaksi dgn kebanyakan
asam, basa, oksidator, dan reduktor.
• Namun demikian pada kondisi khusus alkana
dapat mengalami :
1. Reaksi subtitusi.
CH4 + Cl2 hv CH3Cl (metilklorida) + HCl
2. Reaksi oksidasi.
CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) + Energi
3. Pirolisis = Cracking (Pemecahan alkana
dengan pemanasan pd suhu tinggi 1000 oC).
CH4 1000 C 2H2 + C
Sintesis Alkana
1 Cara khusus (untuk metana)
• metana diperoleh dari pemanasan unsur-unsurnya pada 12000C
C + 2 H2 CH4
• Metana diperoleh melalui metode Berthelot.
CS2 + 8Cu + 2 H2S 4 Cu2S + CH4
• Metana diperoleh dari pemberian air pada aluminium karbida
Al4C3 + 12 H2O 4 Al(OH)3 + 3CH4
• Reduksi katalis dari karbon monoksida dan hidrogen akan menghasilkan
metana
CO + 3 H2 CH4 + H2O
• Metana dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa kuat tanpa air.
CH3COONa + NaOH CH4 + Na2CO3
2 Cara Umum
• Alkana diperoleh dari reduksi alkil halida dengan logam Zn.
C2H5Cl C2H6 + HCl
• Alkana diperoleh dari alkil halida melalui senyawa Grignard kemudian dihirolisis.
C2H5Br + Mg C2H5 – Mg – Br
C2H5 – MgBr + H2O C2H6 + Mg (OH) Br
• Alkana diperoleh dari alkil halida oleh logam Na (reaksi Wurtz).
2C2H5Cl + 2Na C2H5– C2H5 + 2 NaCl
Alkena
• Alkena memiliki ikatan rangkap-dua karbon-karbon
dengan hiridisasi sp2.
• Memiliki ikatan “phi”( p ).
• Geometri molekulnya adalah trigonal planar dengan sudut
ikatan 1200.
• panjang ikatan karbon-karbon adalah 1,33 Ao.
• Rumus empirik CnH2n.
• Alkena mengandung lebih daripada satu ikatan rangkap,
dikenal sebagai alkadiena, -triena, -tetraena, dan -poliena.
• Jika suatu alkena memiliki lebih daripada satu ikatan
grangkap, maka strukturnya dapat dikelompokkan
berdasarkan letak ikatan-ikatan rangkap tersebut.
1. Terakumulasi : CH2 = C = CH2
2. Terkonjugasi : CH2 = CH - CH = CH2
3. Terisolasi : CH2 = CH – CH2- CH = CH2
Tata Nama Alkena
• Penamaan alkena menyerupai cara-cara penamaan alkana,
kecuali tambahan untuk menyatakan letak dari ikatan rangkap-
dua, sebagai berikut:
(a) Ikatan rangkap-dua diberi akhiran ena untuk satu ikatan
rangkap, diena dan triena, untuk dua dan tiga ikatan
rangkap-dua, begitu juga selanjutnya.
(b) Penomoran diberikan sedemikian rupa sehingga ikatan
rangkap terletak pada karbon dengan bilangan terendah.
(c) Nomor yang menunjukkan ikatan rangkap dituliskan di
depan nama senyawa.
Contoh :
CH3-CH2-CH=CH-CH3 CH3-C=CH-CH3 CH3-C=CH-CH3
2-pentena 2-butena CH3
2-metil-2-butena
Isomer Alkena
Selain menghasilkan isomer struktur, alkena
dapat pula memiliki isomer geometrik, notasi cis
dan trans. Hal ini disebabkan karena ikatan
rangkap tidak dapat berputar secara bebas.
Contoh
1. Isomer struktur : 1-butena dan 2-metilpropena
2. Isomer geometrik : cis-2-butena dan trans-2-butena
sp3 sp2 sp
25%, s 33,3 %, s 50 %, s
75%, p 66,6 %, p 50 %, p
keasaman meningkat
Reaksi Alkuna
1. Subtitusi.
2. Addisi (Brominasi, Hidrogenasi dan hidrasi).
3. Polimerisasi.
Sintesis Alkuna
1. Asetilen dihasilkan dari Kalsium karbida dengan air
C + CaO CaC2 , lalu CaC2 + H2O HC≡CH + Ca(OH)2
2. Alkilhalida dengan KOH dalam alkohol
CH3–CH2–CH2Br + 2KOH CH3–CCH + 2KBr + 2H2O
3. Alkiltetrahalida dengan logam aktif
CH3–CBr2–CHBr2 + 2Zn CH3–CCH + 2ZnBr2
4. Dari Iodoform dengan perak
Hidrokarbon Siklik
Hidrokarbon siklik berdasarkan atom penyusunnya ada dua :
1. Jika atom-atom pembentuk cincin semua terdiri atas karbon
maka dikenal sebagai alisiklik
2. Jika terdapat satu atau lebih atom lain (selain karbon) sebagai
penyusun rantai utama dari cincin tersebut maka disebut
dengan heterosiklik.
Selanjutnya berdasarkan jenis ikatan didalam rantainya terbagi :
1. Sikloalkana : Apabila rantai karbon siklik yang bersangkutan
berupa hidrokarbon jenuh.
2. sikloalkena : Jika terdapat ikatan rangkap-dua pada rantai
karbon siklik. maka disebut dengan sikloalkena.
Jika dibandingkan dengan alkana rantai terbuka dengan jumlah
atom karbon yang sama, maka sikloalkana memiliki atom
hidrogen lebih sedikit (kurang dua), dengan formula CnH2n ,
menyerupai alkena.
Cara Penulisan Hidrokarbon Siklik
• Penulisan senyawa hidrokarbon siklik yang lazim, adalah
dengan menggambarkan satu sistem siklik tanpa
menuliskan atom karbon hidrogennya, kecuali terdapat
hetero atom. Berikut ini adalah penulisan siklobutana
dan siklopentana.
CH3
CH3
CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil Trans 1,2-dimetil Cis 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana siklopropana siklopropana
Tarikan dan Kestabilan cincin
Sikloalkana
• Umumnya sikloalkana mengalami tegangan dalam molekul karena
terjadinya deviasi sudut molekul dibandingkan sudut tetrahedron normal.
• Semakin jauh deviasi sudut molekul dari sudut 109,50 semakin besar
tegangan dalam molekul, semakin tidak stabil molekul tersebut.
• Berdasarkan ketentuan itu, siklopropana sangat tidak stabil dengan sudut
60o dan sangat mudah putus membentuk propana rantai lurus.
• Demikian pula penyebab ketidakstabilan siklobutana (sudut 90o).
• Siklopentana (108o) lebih stabil dari siklopropana dan siklobutana sebab
deviasi sudutnya lebih kecil.
• Jika sikloheksana palanar (datar) maka sudut-sudutnya 120o melampaui
sudut 109,5o dan juga atom-atom hidrogennya teroeklipskan antara satu
dengan yang lain, maka sangat tidak stabil.
• Kenyataanya sikloheksana ternyata mempunyai tegangan dalam molekul
paling kecil, hal ini karena adanya tarikan cincin maka sikloheksana
mengalami tekukan membentuk struktur konformasi kursi, sehingga sudut-
sudut molekulnya bukan 120o melainkan 109,50 lagi pula atom-atom
hidrogen pada sikloheksana dapat membentuk konformasi berkedudukan
steggered (goyang) antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor
tersebut yang menyebabkan sikloheksana adalah sikloalkana yang
paling satabil dan paling banyak dijumpai pada senyawa bahan alam.
Hidrokarbon Aromatik
• Hidrokarbon aromatik secara kimia dicirikan oleh ikatan rangkap
terkonjugasi dalam cincin, dimana Jumlah elektron harus sesuai
dengan hukum Hückel dengan rumus:
Elektron = 4n + 2, di mana n = 0, 1, 2, 3, …(bilangan bulat)
• Benzena memiliki 6 elektron , sehingga 6 = 4n + 2 jadi n = 1. Tiga
pasang elktron dalam benzena beresonansi (terdelokalisasi secara
sempurna) dalam cincin segi enam, sebagaimana gambar berikut :
bromobenze Nitrobenzena
stirena anilin CH3
toluena fenol na
COOH
SO3H CH3 CH3
Br Br
Br
Asam
Asam bensensulfonat o-bromotoluena o-bromotoluena
benzoat p-bromotoluena
• Istilah orto (o), para (p) dan meta (m) digunakan untuk
benzen yang mengandung subtituen lebih daripada
satu.
• Orto digunakan untuk dua subtituen yang
berdampingan, meta jika subtituen tersebut berselang
satu atom karbon dan para jika berselang dua atom
karbon.
Energi Resonansi Benzena
• Energi Resonansi adalah energi yang
dilepaskan oleh karena terjadinya resonansi.
Besarnya energi resonansi benzena 36,0
kkal/mol, berikut diperlihatkan diagramnya :
E
36,0
55,4
85,8
49,8
28,6
Reaksi Pada Benzena
• Walaupun benzena memiliki tiga ikatan rangkap namun tidak
mengalami reaksi adisi sebagaimana pada alkena.
• Reaksi benzena adalah subtitusi menyerupai reaksi alkana
(reaksi subtitusi elektrofilik).
• Kenyataan ini karena adanya ikatan rangkap pada benzena
yang mengalami delokalisasi sepanjang resonansinya, hal ini
mengakibatkan benzena menjadi stabil dan tidak mengalami
adisi.
• Reaksi subtitusi benzena dapat berlangsung jika diolah dengan
katalisator di antaranya :
1. Brominasi
2. Nitrasi
3. Sulfonasi
4. Metilasi.
Sekian dan Terimah Kasih
Selamat Belajar