LBM 3 Dea Irbah
LBM 3 Dea Irbah
Underfilled Theory
Overfilled, retensi natrium renal dan air tidak bergantung pada stimulasi sistemik perifer
tetapi pada mekanisme intrarenal primer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan
ekspansi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Overfilling cairan ke dalam ruang
interstisial menyebabkan terbentuknya edema.
Overfilled theory
EdemaKlinis edema menunjukkan adanya penimbunan cairan dalam ruang interstisial
diseluruh tubuh, dapat diketahui dengan cara inspeksi dan palpasi. Mekanisme terjadinya
edema dipengaruhi beberapa faktor yaitu dengan meningkatnya permeabilitas kapiler
glumerulus, albumin keluar menimbulkan albuminuria dan hipoalbuminemia, sehingga
menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma intravaskuler dan keadaan ini menyebabkan
meningkatnya cairan transudat melewati dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang
interstitial yang menyebabkan terbentuknya edema. Mekanisme renal, penurunan tekanan
onkotik plasma protein dalam kapiler glomerulus menyebabkan penurunan volume darah
efektif dan diikuti aktivitas sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, rangsangan ini
menyebabkan kenaikan plasma renin dan angiotensinuntuk sekresi hormon aldosteron.
Kenaikan hormon aldosteron ini akan mempengaruhi sel-sel tubulus proksimal untuk
mereabsorbsi ion Na sehingga ekskresi natrium atau natriuresis menurun. Kemudian dapat
juga terjadi aktifitas saraf simpatik dan kenaikan konsentrasi circulating catecholamine,
sehingga menyebabkan kenaikan tahanan atau resistensi vaskuler renal.yang dapat juga
menyebabkan penurunan dan berkurangnya filtrasi garam Na dan air. Dari kedua hal diatas
akan menyebabkan kenaikan volume cairan seluler (VCES) dan edema. Edema mula-mula
nampak pada kelopak mata terutama waktu bangun tidur. Edema yang hebat/anasarca sering
disertai edema genitalia eksterna. Edema anasarca terjadi bila kadar albumin darah < 2 gr/
100 ml. Selain itu, edema anasarca ini dapat menimbulkan diare dan hilangnya nafsu
makan karena edema mukosa usus.
Glomeruli adalah bagian dari ginjal yang berfungsi untuk menyaring darah. Pada
nefrotik sindrom, glomeruli mengalami kerusakan sehingga terjadi perubahan permeabilitas
karena inflamasi dan hialinisasi sehingga hilangnya plasma protein, terutama albumin
kedalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak
mampu untuk terus mempertahankannya. Jika albumin terus menerus hilang maka akan
terjadi hipoalbuminemia.
Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan onkotik yang menyebabkan
edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari system vaskuler ke dalam ruang cairan
ekstraseluler. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulli sistem renin-angio-tensin, yang
mengakibatkan disekresinya hormon anti diuretik (ADH) dan aldosteron menyebabkan
reabsorbsi natrium (Na) dan air sehingga mengalami peningkatan dan akhirnya menambah
volume intravaskuler.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis LDL ( Low Density
Lipoprotein) dalam hati dan peningkatan kosentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).
Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang
timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin
( lipiduria ). (Toto Suharyanto, 2009).
Menurunya respon immune karena sel immune tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. Penyebab mencakup
glomerulo sklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit lupus erythematosus sistemik,
dan trombosis vena renal.
Edema merupakan gejala utama, bervariasi dari bentuk ringan sampai berat dan
merupakan gejala satu-satunya yang Nampak. Edema mula-mula Nampak pada kelopak mata
terutama waktu bangun tidur. Edema yang hebat atau anasarka sering disertai edema pada
genetalia eksterna. Edema pada perut terjadi karena penimbunan cairan. Sesak napas terjadi
karena adanya cairan dirongga sekitar paru-paru (efusi pleura). Gejala yang lainnya adalah
edema lutut dan kantung zakar (pada pria). Edema yang terjadi seringkali berpindah-pindah,
pada pagi hari cairan tertimbun di kelopak mata atau setelah berjalan, cairan akan tertimbun
di pergelangan kaki. Pengkisutan otot bias tertutupi oleh edema.Selain itu edema anasarka ini
dapat menimbulkan diare dan hilangnya nafsu makan karena edema mukosa usus.
Umbilikalis, dilatasi vena, prolaks rectum, dan sesak dapat pula terjadi akibat edema anasarka
ini.
Proteinuria & Hipoalbuminemia Proteinuria masif merupakan kelainan dasar dari
sindrom nefrotik. Proteinuria inisebagian besar berasal dari kebocoran glumerulus
(proteinuria glumerulus) dan hanyasebagian kecil yang berasal dari sekresi tubulus
(proteinuria tubulus). Pada dasarnya proteinuria masif ini mengakibatkan dua hal :
a. Jumlah serum protein yang difiltrasi glumerulus meningkat sehingga serum
proteintersebut masuk ke dalam lumen tubulus.
b. Kapasitas faal tubulus ginjal menurun untuk mereabsorbsi serum protein
yang telah difiltrasi glomerulus.
Salah satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif
yang biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal.
Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif
tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus. Hipoalbuminemia merupakan
akibat utama dari proteinuria yang hebat. Dikatakan hipoalbuminemia apabila kadar
albumin dalam darah <2,5 gr/100 ml. Edema muncul akibat rendahnya kadar albumin
serum yang menyebabkan turunnya tekananonkotik plasma dengan konsekuensi
terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial.
Plasma mengandung banyak macam protein dan sebagian besar akan mengisi
ruangekstra vaskuler (EV). Plasma atau serum protein terutama terdiri dari IgG,
transferin dan albumin yang mempunyai BM kecil (69.000), sehingga mudah
diekskresikan melalui urin.Oleh karena itu istilah hipoproteinemia identik dengan
hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia dapat terjadi bila proteinuria lebih dari 3-5
gram/hari, katabolisme albumin meningkat,
intake protein berkurang karena penderita mengalami anoreksia atau bertambahnya ut
ilisasi(pemakaian) asam amino, kehilangan protein melalui usus atau protein loosing
enteropathy.
Hati memegang peranan penting untuk sintesis protein bila tubuh kehilangan
sejumlah protein, renal maupun ekstra renal. Mekanisme kompensasi untuk meningka
tkan sintesis protein (albumin) terutama untuk mempertahankan komposisi protein da
lam ruangan ekstravaskuler (EV) dan intravaskuler (IV). Pada sindrom nefrotik
sintesis
proteinhati biasanya meningkat tetapi mungkin normal atau menurun. Sintesis prot
ein oleh hati bisa meningkat 2 kali normal tetapi tidak adekuat untuk mengimbangi
kehilangan protein sehinggasecara keseluruhan terjadi pengurangan total protein
tubuh termasuk otot-otot, bilamekanisme kompensasi sintesis albumin dalam hati
tidak cukup adekuat sering disertai penurunan albumin (hipoalbuminemia).
Hiperlipidemia Hiperlipidemia muncul akibat penurunan tekanan onkotik, disertai
pula oleh penurunan aktivitas degradasi lemak karena hilangnya a-glikoprotein
sebagai perangsang lipase. Apabila kadar albumin serum kembali normal, baik secara
spontan ataupun dengan pemberian infusalbumin, maka umumnya kadar lipid
kembali normal. Dikatakan hiperlipidemia karena bukan hanya kolesterol saja yang
meninggi ( kolesterol > 250 mg/100 ml ) tetapi juga beberapa konstituen lemak
meninggi dalam darah. Konstituen lemak itu adalah kolesterol, Low Density
Lipoprotein(LDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL), dan trigliserida (baru
meningkat bila plasma albumin < 1gr/100 mL. Akibat hipoalbuminemia, sel-sel hepar
terpacu untukmembuat albumin sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan sintesis
albumin ini, sel
hepar juga akan membuat VLDL. Dalam keadaan normal VLDLLDL oleh
lipoprotein lipase. Tetapi, pada SN aktivitas enzim ini terhambat oleh adanya
hipoalbuminemia dan tingginya kadar asam lemak bebas. Disamping itu menurunnya
aktivitas lipoprotein lipase ini disebabkan pula oleh rendahnya kadar apolipoprotein
plasma sebagai akibat keluarnya protein ke dalam urine.
6. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjangnya ?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis. Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang
mengarah kepada infeksi saluran kemih.
b. Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari
c. Pemeriksaan darah
Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit,
trombosit, hematokrit, LED)
Albumin dan kolesterol serum
Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau
dengan rumus Schwartz Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus
eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4,
ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA
7. Jelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang beserta interpretasinya dari scenario ?