Sumber: http://supraba15.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-asal-usul-wayang.html
Asal-usul dan perkembangan wayang tidak tercatat secara akurat seperti sejarah. Namun orang selalu ingat dan
merasakan kehadiran wayang dalam kehidupan masyarakat. Wayang akrab dengan masyarakat sejak dahulu hingga
sekarang, karena memang wayang itu merupakan salah satu buah usaha akal budi bangsa Indonesia. Wayang tampil
sebagai seni budaya tradisional, dan merupakan puncak budaya daerah.
Wayang yang kita lihat sekarang ini berbeda dengan wayang pada masa
lalu, begitu pula wayang di masa depan akan berubah sesuai zamannya. Tidak ada sesuatu seni budaya yang mandeg.
Seni budaya akan selalu berubah dan berkembang, namun perubahan seni budaya wayang ini tidak berpengaruh
terhadap jati dirinya, karena wayang telah memiliki landasan yang kokoh. Landasan utamanya adalah sifat "hamot,
hamong, hamemangkat yang menyebabkannya memiliki daya tahan dan daya kembang wayang sepanjang zaman.
Pegelaran Wayang Kulit Modern
Hamot adalah keterbukaan untuk menerima pengaruh dan masukan dari
dalam dan luar; Hamong adalah kemampuan untuk menyaring unsur-unsur
baru itu sesuai nilai-nilai wayang yang ada, untuk selanjutnya diangkat
menjadi nilai-nilai yang cocok dengan wayang sebagai bekal untuk bergerak
maju sesuai perkembangan masyarakat.
Hamemangkat atau memangkat sesuatu nilai menjadi nilai baru. Dan, ini jelas
tidak mudah. Harus melalui proses panjang yang dicerna dengan cermat.
Wayang dan seni pedalangan sudah membuktikan kemampuan itu, berawal
dari zaman kuna, zaman Hindu, masuknya agama Islam, zaman penjajahan
hingga zaman merdeka, dan pada masa pembangunan nasional dewasa ini. Kehidupan global juga merupakan
tantangan dan sudah barang tentu wayang akan diuji ketahanannya dalam menghadapinya.
Periodisasi
( pembabakan suatu masa )
Berasal dari zaman animisme, wayang terus mengikuti perjalanan sejarah bangsa sampai pada masuknya agama Hindu
di Indonesia sekitar abad keenam. Bangsa Indonesia mulai berseniuhan dengan peradaban tinggi dan berhasil
membangun kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara, bahkan Sriwijaya yang besar dan jaya. Pada masa itu
wayang pun berkembang pesat, mendapat pondasi yang kokoh sebagai suatu karya seni yang bermutu tinggi.
Begitu pula para dalang semakin profesional dalam menggelar pertunjukan wayang,
tak henti-hentinya terus mengembangkan seni tradisional ini. Dengan upaya yang tak kunjung henti ini, membuahkan
hasil yang menggembirakan dan membanggakan, wayang dan seni pedalangan menjadi seni yang bermutu tinggi,
dengan sebutan "Adiluhung". Wayang terbukti mampu tampil sebagai tontonan yang menarik sekaligus
menyampaikan pesan-pesan moral keutamaan hidup. Dari landasan perkembangan wayang tersebut di atas, tampak
bahwa memang wayang itu berasal dari pemujaan nenek moyang pada zaman kuna, dikembangkan pada zaman
Hindu, kemudian diadakan pembaharuan pada zaman masuknya agama Islam dan terus mengalami perkembangan
dari zaman kerajaan-kerajaan Jawa, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan hingga kini.
Indonesia Asli
Asal-usul wayang menjadi jelas, asli Indonesia yang berkembang sesuai budi daya masyarakat dengan Wayang
Indonesia memiliki ciri khas yang merupakan jatidirinya. Sangat mudah dibedakan dengan seni budaya sejenis yang
berkembang di India, Cina, dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Tidak saja berbeda bentuk serta cara
pementasannya, cerita Ramayana dan Mahabarata yang digunakan juga bisa berbeda. Cerita terkenal ini sudah
digubah sesuai nilai dan kondisi yang hidup dan berkembang di Indonesia.
Keaslian wayang bisa ditelusuri dari penggunaan bahasa seperti wayang, kelir, blencong, kepyak, dalang, kotak, dan
lain-lain. Kesemuanya itu bahasa Jawa Asli. Berbeda misalnya dengan cempala yaitu alat pengetuk kotak, adalah
bahasa Sansekerta. Wayang asli menerima pengaruh dari India. Bahasa dalam wayang ini terus berkembang secara
pelan namun pasti dari bahasa Jawa Kuna atau bahasa Kawi, bahasa Jawa Baru dan bukan tidak mungkin kelak wayang
ini akan menggunakan bahasa Indonesia. Wayang selalu menggunakan bahasa campuran yang biasa disebut 'basa
rinengga' maksudnya bahasa yang telah disusun indah sesuai kegunaannya. Dalam seni pedalangan, kedudukan sastra
amat penting dan harus dikuasai dengan baik oleh para dalang.
Sendratari Ramayana
Bentuk peraga wayang juga mengujudkan keaslian wayang Indonesia,
karena bentuk stilasi peraga wayang yang imajinatif dan indah itu
merupakan proses panjang seni kriya wayang yang dilakukan oleh para
pujangga dan seniman perajin Indonesia sejak dahulu. Begitu majunya
dan seni rupa, wayang sudah mencapai tingkat 'sempurna'. Penilaian ini
obyektif, tidak berlebihan, apabila dibandingkan dengan bentuk-bentuk
peraga wayang atau seni boneka dari mancanegara.
Bertolak dari pemujaan nenek moyang, wayang yang sudah sangat religius, mendapat masukan agama Hindu, sehingga
wayang semakin kuat sebagai media ritual dan pembawa pesan etika. Memasuki pengaruh agama Islam, kokoh sudah
landasan wayang sebagai tontonan yang mengandung tuntutan yaitu acuan moral budi luhur menuju terwujudnya
'akhlaqulkarimah'.
PEPADI organisasi profesi yang beranggotakan para dalang, pengrawit dan swarawati
memiliki cabang di seluruh wilayah Indonesia. Banyak bergerak dalam kegiatan
pagelaran wayang, pendidikan dan pelatihan dan lain-lain.