BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mengamanatkan kepada setiap orang
untuk senantiasa turut serta melakukan penanggulangan bencana bagi komunitasnya.
Salah satu perwujudan dari pelaksanaan amanat ini adalah disusunnya Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB) Desa Wonolelo untuk Periode 2010 – 2014. RPB ini
disahkan dengan Peraturan Desa, sebagai wujud komitmen politik antara semua elemen
pemerintahan desa yang direpresentasikan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan
Desa untuk penanggulangan bencana di tingkat desa. RPB Desa ini disusun secara
partisipatif, dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses penyusunannya,
sekaligus proses legalisasinya.
Hal ini sesuai dengan semangat pembangunan desa yang dibawa oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Sehingga, penyusunan dan legalisasi
RPB ini dimaknai sebagai bentuk kewenangan desa berdasarkan hak asal-usul desa
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang
Desa.
RPB adalah dokumen resmi desa yang memuat data informasi tentang resiko
bencana di desa Wonolelo dalam waktu tertentu dan rencana segenap elemen
masyarakat desa untuk mengurangi risiko bencana tersebut melalui program-program dan
kegiatan pembangunan fisik maupun non fisik. RPB mengandung juga strategi, kebijakkan
dan langkah-langkah teknis administratif yang dibutuhkan untuk mewujudkan
kesiapsiagaan terhadap bencana, kapasitas tanggap yang memadai dan upaya-upaya
mitigasi yang efektif.
2. Tujuan
RPB Desa Wonolelo disusun dengan tujuan untuk menjadi bagian dari perencanaan
pembangunan desa secara terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan yang ada, sehingga dapat menurunkan risiko bencana di
desa Wonolelo secara signifikan.
C. LANDASAN HUKUM
Dalam penyusunan RPB Desa Wonolelo, peraturan perundangan yang digunakan
sebagai rujukan adalah :
1. Landasan Idiil
Dasar Negara RI, yaitu pancasila
2. Landasan konstitusional
Undang-undang dasar Negara RI, yaitu Undang-undang dasar 1945.
1
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
3. Landasan operasional
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah junctis
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
h. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;
i. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor …. Tentang Penanggulangan
Bencana;
j. Peraturan Desa Wonolelo Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa Wonolelo tahun 2008 – 2013
2. Sistematika Penulisan
RPB Desa Wonolelo disusun dengan sisitematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
2
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Bab VI : Penutup
E. PENGERTIAN ISTILAH
Sebelum membahas isu dalam penangulangan bencana lebih lanjut, kita perlu
memiliki pemahaman yang sama atas beberapa istilah dan konsep dasar yang digunakan
dalam buku sumber ini. Bagian berikut akan memberikan penjelasan singkat atas
beberapa istilah dan konsep yang perlu dipahami para pembaca dan pengguna buku kecil
ini.
Ancaman / bahaya:
Suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan kehilangan jiwa manusia,
kerusakan asset atau kehancuran lingkungan hidup.
Bencana:
Suatu peristiwa atau kejadian yang disebabkan oleh alam atau manusia yang
menyebabkan gangguan terhadap kebefungsian suatu masyarakat, hilangnya jiwa
manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan serta melampaui kemampuan dan
sumber daya masyarakat untuk menanggulanginya.
Kapasitas:
Aset, sumber daya, kekuatan dan ketrampilan yang dimiliki masyarakat / lembaga yang
memungkinkan masyarakat untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah,
menanggulangi, meredam serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.
Kerentanan:
Kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mncegah, meredam, mencapai
kesiapan dan menanggapi dampak ancaman tertentu.
Kesiapsiagaan:
Mitigasi:
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana baik secara fisik-struktural.
Penanggulangan bencana:
3
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Peringatan dini:
Rehabilitasi:
Perbaikan semua aspek dan fungsi kehidupan masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah bencana.
Reskonstruksi:
Upaya perbaikan jangka menengah dan jangka panjang berupa perbaikan fisik, sosial,
ekonomi dan budaya untuk mengembalikan semua aspek dan fungsi kehidupan pada
kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelum bencana.
Risiko Bencana:
Kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah pada kurun waktu tertentu karena
suatu ancaman, berubah menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, terluka, sakit,
gangguan kejiwaan, terpaksa mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta benda,
hilangnya rasa aman dan terganggunya kegiatan masyarakat.
Tanggap darurat:
Segala upaya yang dilakukan segera setelah terjadi bencana untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan bencana, yang terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian.
4
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
B. Sejarah Desa
Kata wonolelo berasal dari dua kata, wono dan lelo. Kata Wono berarti alas dan
Lelo diambilkan dari nama orang ’Kyai Rogo Lelo’, dia yang pertama kali tinggal di desa
Wonolelo atau yang sering disebut dengan istilah jawa ‘sing babat alas’.
Awalnya desa ini adalah alas/hutan belantara yang sama sekali belum ada orang
yang menjamahnya. Kemudian datanglah Kyai Rogo Lelo, seorang berdarah Arab Jawa
Kraton yang membabat alas ini dan mengasingkan diri dari berbagai masalah kehidupan
Kraton untuk beberapa waktu. Kemudian dia kembali ke Kraton dan mengajak
temannya untuk kembali ke alas tempat dia mengasingkan diri tersebut dan sekaligus
5
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
mempunyai tujuan memperluas wilayah kerajaan Mataram yang saat itu masih
dipimpin oleh Sultan Agung I.
Pada saat itu Kyai Rogo Lelo pertama kali tinggal di wilayah dusun Wonolelo,
tepatnya di masjid (nama saat ini) sedangkan teman – temannya bermukim dan
beranak pinak di daerah yang kemudian dinamakan Purworejo. Setelah Purworejo
berkembang menjadi sebuah dusun, teman – teman Kyai Rogo Lelo menempati lahan
baru yang kemudian dinamakan dusun Ploso. Kemudian setelah itu, dengan proses
yang sama muncullah nama dusun yang lain.
Setelah beberapa dusun terbentuk, akhirya orang – orang yang pernah datang ke
wilayah ini menyebutnya dengan Wonolelo, tidak lepas dari nama Kyai Wonolelo.
(Sumber Majalah Dinding Sadeworo Edisi Perdana Radio Komunitas Sadewo)
C. Kependudukan
1. Berdasarkan jenis kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 2190 orang
- Perempuan : 2222 orang
Jumlah : 4412 orang
6
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Karena mayoritas penduduk Desa Wonolelo adalah petani maka 40% penduduk
miskin adalah mayoritas petani. Petani di wonolelo hanya memiliki lahan usaha tani
rata-rata 800m2, dengan luasan ini tentu sangat sulit untuk dapat mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya. Terlebih produktifitas lahan yang relatif rendah. Untuk
meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan sistem ekonomi yang terpadu dengan
usaha tani, seperti peternakan, dan juga diperlukan usaha lain yang dekat dengan usaha
tani
2. Kesehatan
Sarana kesehatan yang dimiliki di Desa Wonolelo antara lain Posyandu yang
tersebar di 8 dusun dengan jadwal kegiatan setiap bulan sekali, Puskesmas Pembantu
yang berada di Dusun Guyangan dengan jam buka setiap hari Senin – Sabtu dan
sekaligus sebagai tempat praktik bidan desa sejumlah 1 orang.
Keberadaan Puskesmas Pembantu dengan tenaga medisnya cukup membantu
dalam penanganan kesehatan di Wilayah Desa Wonolelo, akan tetapi sebagian besar
7
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
masyarakat khususnya yang mampu lebih sering memanfaatkan jasa para medis di
luar Wilayah Dea. Rata-rata mereka beralasan bahwa sarana pustu khususnya obat-
obatan dianggap kurang bagus jika dibanding dengan yang diperoleh dari paramedic
lain. Masyarakat yang paling banyak memanfaatkan jasa pustu adalah mereka yang
termasuk warga miskin.
4. Air Bersih
Sebagan wilayah Desa Wonolelo merupakan daerah yang kesulitan air
bersih/air minum pada musim kemarau, terlebih pasca gempa bumi 27 Mei 2006,
banyak sumber air yang menjadi kering. Pembangunan sumur bor yang diproyeksikan
sebagai penopang kebutuhan air minum belum operasi, jaringan pipa pembagi juga
belum menyentuh kawasan yang sulit air.
8
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
E. Kelembagaan Desa
1. Pemerintah Desa
Tabel 2.5 Pemerintah Desa Wonolelo
No Jabatan Nama Pendidikan
1 Lurah Desa Basuki SMA
2 Carik Fahrudin SMA
3 Kabag Pemerintahan Slamet Riyanto SMA
4 Kabag Ekonomi Pembangunan Munajad SMP
5 Kabag Kesra Chairil Anwar SMA
6 Kabag Keuangan Indaryanto PT
7 Kabag Umum Prapto Wiyono SD
8 KTU BPD Tri Tunggal SMA
9 Dukuh Kedungrejo Winardiharjo SD
10 Dukuh Cegokan Sugito SD
11 Dukuh Mojosari Keniran SMP
12 Dukuh Depok Paiman SMP
13 Dukuh Ploso Wagiman SMA
14 Dukuh Purworejo Ponijan SD
15 Dukuh Bojong Andam Kusbiyanto SMA
16 Dukuh Guyangan Zainudin SMA
17 Staf Pemerintahan Suhardi SD
18 Staf Keuangan Sutrisno SD
19 Staf Umum Basiran SD
BPD merupakan mitra kerja Pemerintah Desa dalam hal peraturan dan
penganggaran. Selama ini masih vacuum, dimungkinkan karena Ketua yang kurang
aktif, anggota BPD yang belum memahami tugas dan fungsi. Efek yang ditimbulkan
akhirnya proses penganggaran tidak berjalan sebagaimana mestinya. Diadakan
9
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
koordinasi internal pada Senin 18012010 sebagai pertemuan awal dengan salah satu
agenda pembahasan anggaran monitoring.
3. LPMD
Ketua : Muhyidin
Sekretaris : Dalhar
Bendahara : Dahudi
Anggaran dan : Slamet
Pembangunan
Pemuda dan Olahraga : Pardion
Pendidikan dan : Marwanto
Perpustakaan
Banyak pengurus yang tidak aktif, salah satu penyebabnya adala faktor usia,
sehingga motor penggerak hanya pada ketua. Merupakan penanggungjawab
pelaksanaan Musrenbangdes dengan menghasilkan RPJMDes.
4. PKK
Ketua : Rusmartini (Bu Kades/Lurah)
Wakil Ketua : Khulil Khasanah
Sekretaris : Supriyati Idi S
Anggota : 60 orang
Perwakilan setiap dusun 6 orang
Ada 4 Pokja
I : Keimanan
II : Pendidikan
III : Kerumahtanggan dan
Lingkungan
IV : Kesehatan
10
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
11
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
12
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
9. KSM
Ketua : Muhyidin
Sekretaris : Suryadi
Bendahara : Khulil
Anggota : Jumadi
Samijo
Daudi
Subo
Waridi
H. Kasiani
13
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Purwanto, MPd.
Munazat
Drs. Sriana
Rusmatini
Gadis
Hatmi
Salah satu produknya adalah RPP/CSP.
RPJMDes, Pro Nangkis dan RPP, ketiganya digunakan sebagai acuan arah
pembangunan desa.
Karang Taruna di Desa Wonolelo telah mengalami masa vacoom yang cukup
panjang, sehingga bisa dikatakan kegiatannya tidak berjalan sebagaimana mestinya
sebuah organisasi pemuda di tingkat desa. Tahun 2010 dimulai b abak baru Karang
Taruna Desa Wonolelo melalui pemilihan Pengurus. Pada saat pembnetukan
pengurus, terpilih Wawan sebagai Ketua Karang Taruna. Tahun 2010 masih
merupakan tahun konsolidasi awal penguatan kembali lembaga.
14
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
BAB III
PENILAIAN RISIKO BENCANA
2. Longsor
Gerakan tanah atau tanah longsor akibat kondisi tanah yang tidak stabil yang
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena tekanan atau beban tanah menahan
benda/ bangunan diatasnya, kemiringan tanah yang curam hingga tidak ada vegetasi
yang menahan luncuran air, sehingga air mengalir membawa material tanah dan
terjadi longsoran ataupun banjir bandang.
Tanah longsor yang terjadi dicontrol oleh beberapa faktor alam yaitu : geologi,
struktur perlapisan batuan, litologi, bentuk lahan, lereng, tebal tanah/ batuan lapuk
dan tutupan vegetasi. Sedangkan curah hujan yang lebat dan lama waktu hujan adalah
faktor pemicu terjadinya longsor. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian longsor
secara tidak langsung adalah : pemotongan lereng untuk jalan/ bangunan dan kejadian
gempa bumi yang getarannya mampu mereaktifasi system kekar/ patahan yang sudah
ada sehingga kembali aktif lagi. Jenis gerakan tanah pada lereng yang terjadi dapat
15
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
berupa longsoran tanah yang sering terjadi pada tanah tebal, atau reruntuhan batuan
(rockfall) yang biasanya terjadi pada wilayah yang didominasi oleh batuan gamping.
Sebagian Wilayah Wonolelo merupakan perbukitan (267,6969 Ha atau 60 % dari
luas lahan) yang masuk dalam rangkaian pegunungan sewu. Pegunungan Sewu
merupakan wilayah dengan struktur Geologi utama Batuan Gamping. Hal inilah
yangmemicu terjadinya tingkat kerawanan longsor di Wonolelo.
Wilayah desa Wonolelo yang dimungkinkan terjadinya Longsor (sumber data : Tim
Pengelola Kegiatan PPK 2009) antara lain ;
Kedungrejo (RT 2 dan 3) dengan jumlah penduduk 31 KK/104 jiwa.
Cegokan RT 3 dengan jumlah penduduk 48 KK/165 jiwa
Ploso RT 1 dan 4, dengan jumlah penduduk 18 KK/54 jiwa
Purworejo RT 6, dengan jumlah penduduk 19 KK/64 jiwa
Bojong RT 4, dengan jumlah penduduk 18 KK/59 jiwa
Guyangan RT 3, dengan jumlah penduduk 17 KK/145 jiwa
Depok, dengan jumlah penduduk 39 KK/145 jiwa
3. Banjir
Banjir terjadi di samping karena faktor alam juga disebabkan faktor manusia
seperti pembuangan sampah yang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan
badan air sungai yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga
aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Yang kedua, kurangnya
daya serap tanah disebabkan terhadap air karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan
raya dan bangunan-bangunan yang jelas tidak tembus air, sehingga air tidak mengalir
dan hanya menggenang. Bisa jadi daya serap tanah disebabkan ulah penebang-
penebang pohon di hutan yang tidak menerapkan system reboisasi (penanaman
pohon kembali) pada lahan yang gundul, sehingga daerah resapan air sudah sangat
sedikit. Faktor alam lainnya adalah karena curah hujan yang tinggi dan tanah tidak
mampu meresap air, sehingga luncuran air sangat deras.
Banjir genangan dan banjir bandang, keduanya bersifat merusak. Aliran arus air
yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan
manusia dan binatang. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan
mampu menyeret material berupa batuan yang lebih berat, sehingga daya rusaknya
akan semakin tinggi. Banjir air pekat ini akan mampu merusakkan fondasi bangunan
yang dilewatinya terutama fondasi jembatan sehingga menyebabkan kerusakan yang
parah pada bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan
menghanyutkannya. Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir
akan diendapkan di tempat tersebut yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman,
perumahan serta timbulnya wabah penyakit.
Banjir di Wonolelo berasal dari aliran Sungai Pesing yang ketika hujan lebat
meluap menggenangi sebagian permukiman dan persawahan. Aliran sungai ini berasal
dari wilayah timur, yaitu Pegunungan Sewu yang mempunyai topologi lebih tinggi.
Atau bisa dikatakan merupakan banjir kiriman dari daerah yang lebih tinggi. Dampak
yang ditimbulkan dari banjir ini antara lain kerusakan dan hanyutnya sebagian
bangunan, vegetasi dan persawahan. Pada saat air surut, material yang diendapkan
dari sungai dapat merusak tanaman, perumahan dan timbulnya wabah penyakit.
16
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Ancaman Banjir di desa Wonolelo meliputi wilayah RT 1 dan 2 Dusun Depok, RT 1 dan
3 Dusun Guyangan.
4. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa alam yang dipengaruhi oleh proses tektonik
maupun vulkanik. Gempa bumi vulkanik hanya bisa dirasakan oleh masyarakat yang
tinggal di sekitar gunung, gempa ini disebabkan oleh pergerakan dan tekanan magma
di dalam perut bumi yang keluar melalui gunung. Sedangkan gempa bumi tektonik
disebabkan dari pergerakan tektonik lempeng bumi.
Tanggal 27 Mei 2006, pukul 06.50 WIB Provinsi DIY diguncang gempa dengan
kekuatan 5,8 – 6,2 pada SR (BMG dan Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi). Pusat Gempa diperkirakan di pinggir pantai selatan Kabupaten Bantul
dengan kedalaman 17 km-33 km di bawah permukaan tanah.
Setelah dilakukan kajian lapangan, ternyata gempa bumi disebabkan adanya
gerakan sesar aktif di Provinsi DIY yang kemudian disebut Sesar Kali Opak. Gempa
bumi 27 Mei 2006 terjadi karena lempengan Australia yang bergerak menunjam di
bawah lempeng Eurasia dengan pergerakan 5-7 cm tiap tahunnya. Episentrum
diperkirakan terjadi di muara S. Opak-Oyo.
Dengan kata lain Gempa dipicu oleh pergerakan dari dalam bumi dan diperparah
dengan struktur Geologi atau batuan serta jarak dengan daerah rawan Gempa
sekaligus bentuk penggunaan lahan terbangun. Provinsi DIY diapit oleh 2 sistem sungai
besar yang merupakan sungai patahan dilihat dari morfologinya yaitu; S.Opak-Oya,
dan S. Progo. Pergerakan lempeng tersebut dapat pula mempengaruhi patahan
sehingga menimbulkan gempa bumi. Desa Wonoelelo berada di sebelah timur jalur
Sesar Sungai Opak – Oya yang berjarak radius kurang lebih 3 km.
Catatan sejarah menyebutkan bahwa gempa besar sering terjadi di DIY pada
masa lalu diantaranya pada 1867, 1937, 1943, 1976, 1981, 2001 dan 2006. Diantara
sekian kejadian tersebut, gempa dengan jumlah kerusakan atau korban besar terjadi
pada 1867, 1943 dan 2006. Gempa Bumi hampir mengancam seluruh wilayah
Wonolelo, terutama pada wilayah pertemuan antara dataran dan perbukitan,
mengingat Wonolelo berada di sekitar sesar Opak.
17
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
sangat mempengaruhi tekanan udara local. Angin ribut jarang dijumpai di daerah
perbukitan dan seringnya terjadi di daerah hamparan dan atau daerah yang berada
diantara 2 celah bukit. Dengan kata lain letak geografis dan topografis juga sangat
mempengaruhi kejadian angin ribut.
Kondisi Geografis dan Topografis Wonolelo yang merupakan wilayah perbukitan
menyebabkan beberapa wilayah desa mempunyai potensi yang terjadinya Putting
Beliung. Wilayah yang berpotensi tersebut berada diantara celah bukit ataupun
wilayah dataran. Berdasarkan penilaian tersebut, maka dimungkinkan angin ribut
ataupun putting beliungterjadi pada wilayah tertentu, antara lain ;
Bojong RT 1,3, 4
Purworejo RT 1,2,3,4,5
Ploso RT 3,4
Mojosari RT 2,4,5
Guyangan RT 1,
Depok RT 1,2,
Cegokan RT 2,
Kedungrejo RT 1
6. Kebakaran
Kebakarann disebabkan oleh berbagai macam hal. Kecenderungan di Wilayah
pedesaan adalah kebakaran pada lahan tanaman kering atau hutan dan rumah
penduduk yang dikarenakan keteledoran dalam penggunaan perapian baik untuk
keperluan dapur rumah tangga maupun lampu penerangan (lilin, sentir, teplok, obor,
maupun obat nyamuk). Perkembangan saat ini mengenai meledaknya tabung kompor
gas menjadikan suatu kekhawatiran tentang terjadinya kebakaran. Sebagian besar
warga Wonolelo mendapatkan subsidi konversi minyak tanah ke tabung gas. Maka
wilayah yang kemungkinan terkena dampak kebakaran adalah seluruh desa Wonolelo
baik kebakaran rumah tangga maupun lading.
7. Epidemi Penyakit
Epidemic, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman bencana yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjnagkit di suatu daerah
tertentu dan waktu tertentu. Pada skala besar, epidemi/wabah/KLB dapat
mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa.
Penyebaran penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi, sehingga kejadian yang
pada awalnya merupakan kejadian local dalam waktu singkat bisa menjadi bencana
nasional yang banyak menimbulkan korban jiwa dan sudah masuk kategori wabah.
Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat
yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini.
Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat yang
sangat luas meliputi :
(1) Jumlah kesakitan, bila wabah tidak dikendalikan maka dapat menyerang
masyarakat dalam jumlah yang snagat besar, bukan snagat dimungkinkan wabah
akan menyerang lintas Negara bahkan lintas benua.
18
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
(2) Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidka berhasil dikendalikan, maka
jumlah kematian juga akan meningkat secara tajam.
(3) Aspek ekonomi, dengan adanya wabah maka akan memberikan dampak pada
merosotnya roda ekonomi. Sebagai contoh apabila wabah flu burung benar terjadi
maka triliunan asset usaha perunggasan akan lenyap. Begitu juga akibat
merosotnya kunjungan wisata karena adanya travel warning dan beberapa Negara
maka akan melumpuhkan usaha biro perjalanan, hotel maupun restoran.
(4) Aspek politik, bila wabah terjadi maka akan menimbulkan keresahan masyarakat
yang sangat hebat, dan kondisi ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh pihak-
pihak tertentu guna menciptakan kondisi tidak stabil.
B. Ancaman Sosial
a. Pergaulan Bebas
Perkembangan kehidupan social sangat pesat melalui berbagai bentuk dan
media. Perkembangan yang terus pesat akan menjadikan suatu kondisi dimana
orang akan mudah mengenal dan bergaul dengan siapa saja. Secara sederhana
dan terlihat, remaja dan anak – anak sering dijadikan alas an adanya pergaulan
bebas. Lebih daripada itu tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang tua
dan disinilah letak pentingnya peran orang tua.
19
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
pemikiran dampak yang ditimbulkan bagi yang berada di bawah maupun sekitar
aliran SUTET. Apakah Sutet tidak menimbulkan bahaya khususnya bagi kesehatan
atau tidak.
e. Konflik Bantuan
Adanya bantuan yang masuk ke desa terkadang memberikan dampak tersendiri
apabila telah disalurkan kepada masyarakat. Dalam proses pendataan terkadang
terjadi kejannggalan data. Demikian pula dalam proses penyalurannya. Beberapa
warga yang tidak mendapatkan jatah terkadang mengalami kecemburuan social.
Disinilah peran pengelola dantuan diperlukan untuk berlaku bijak dan adil.
Kecemburuan dan ketidakadilan inilah yang memicu terjadinya konflik social.
20
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
21
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
c. TB Sampah lingkungan jorok / Terjangkitnya pekanan Fluktuatif Setiap saat pekanan Permukiman
d. Flu Burung Unggas kumuh lebih dari 2 lingkungan warga dan
e. Gizi Buruk makanan orang dalam lingkungan
suatu area
f.
Analisa Ancaman Sosial
22
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
a. Pergaulan Broken home Bolos sekolah Lambat/cepat Setiap saat Kalo jaman dulu
Bebas Pengaruh Media siang hari ada
Kenakalan remaja jago yang
berkokok maka
bisa dipastikan
ada seorang
perawan/ gadis
yang hamil
disuatu tempat
b. Sampah Rumah tangga bau Keresahan Lambat-Cepat singkat Setiap saat Menyebabkan
dan Ternak karena aktifitas konflik antara
kotoran kandang terganggu pemilik ternak
teletong dengan tetangga
sekitar
c. Sutet dan Aliran listrik lahan kurang Terganggunya lama lama Kurun waktu tahunan Bahaya radiasi
BTS tegangan tinggi produktif kesehatan dan tertentu pada fungsi
Gelombang fungsi organ organ tubuh
electromagnetic
radiasi
d. Penebanga Kebutuhan ekonomi pemanasan lambat lama Setiap saat tahunan Dapat
n dan Potensi sumberdaya penggundulan menyebabkan
perburuan hutan terjadinya
Liar ketrampilan bencana lain
e. Konflik Kebutuhan ekonomi keregangan Pembicaraan isu lama lambat Selama proses bulanan Memicu konflik
Bantuan kecemburuan hubungan sosial ketidakadilan hinngga social
beberapa terganggunya
waktu hubungan social
sesudahnya antar warga
23
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
2. Sarana Prasarana
Industri, dapat menjadi kerentanan dikarenakan merupakan sumber
penghidupan bagi warga. Kondisi lain juga dapat menjadi faktor penyebab
ancaman apabila pengelolaan limbah kurang diperhatikan.
Tambang, daerah yang digunakan sebagai lokasi tambang cenderung memicu
terjadinya ancaman, karena penanganan yang kurang perhatian terhadap
lingkungan atau mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Di samping itu,
tambang merupakan sumber penghidupan, sehingga apabila rusak karena
bencana dapat mempengaruhi kondisi perekonomian.
3. Lahan
Terbangun, menjadi rentan karena menjadi lokasi kegiatan aktifitas manusia,
apalagi bila daerah terbangun pada keadaan saling berdekatan atau padat.
Pertanian, merupakan sumber penghidupan yang dimungkinkan dapat rusak
atau tidak bisa diolah karena terkena dampak bencana
24
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
2. Kapasitas
Dibalik kondisi Ancaman dan kerentanan tersebut di atas, di desa Wonolelo juga
mempunyai kapasitas yang dapat meminimalisir terjadinya bencana. Serupa dengan
kerentanan, beberapa Faktor Kapasitas juga dapat digunakan untuk menilai lebih dari
satu jenis ancaman.
1. Sarana Prasarana
Sekolah
Pasar
Kerapatan Jalan
Jalur Evakuasi
25
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
2. Kesehatan
RS
Puskesmas / Pembantu
Posyandu
Apotek
Tenaga medis
Para medis
Selain faktor Kerentanan dan Kapasitas yang dapat terukur tersebut, perlu
diingat bahwa di desa juga memiliki system social dan system pemerintahan yang
dapat mempengaruhi pengurangan Kerentanan dan penguatan Kapasitas. Faktor
tersebut adakalanya tidak dapat terukur secara Kuantitatif, namun dapat diuraikan
secara kualitatif naratif.
Di Desa Wonolelo memiliki perangkat desa yang terbuka dengan segala masukan
dari seluruh warga. Hal ini dapat mempengaruhi dalam proses koordinasi apabila
terjadinya bencana. Namun terkadang di tataran warga sendiri masih ditemui konflik
social missal dalam pembagian bantuan yang dapat memicu masalah atau bencana
baru berupa bencana social.
26
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
27
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Tabel 3.4. Analisa Ancaman terhadap Kerentanan dan Kapasitas Desa Wonolelo
PROFIL UNSUR KERENTANAN
BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
Analisa Ancaman Alam
1. Kekeringan Tanah Tanah kering, Sawah Penggunaan Pencegahan Anjuran Anjuran dari Belum
retak-retak kedungrejo pupuk kimia penggunaan dinas terkait dilaksanakan
(RT2) berlebihan, pupuk kimia seluruh petani
Cegokan Kurang secara
(tegalrejo) Pepohonan, berimbang
Ploso(pelemko Kurang kampanye
dok, kulon sumber air, reboisasi
petung, kedalaman Mitigasi Pembuatan 12 embung Kesadaran
wareng, muka air embung 2000 an petani
ngasinan) tanah, Saluran irigasi pohon di menggunakan
Purworejo Perbukitan Sumur sawah, perbukitan pupuk masih
(mbulak kapur, bendungan (pogog), rendah karena
Tengahan, (cek dam), Bendungan pupuk organic
migit, clangap, Pengenalan (pethek) yg dibuat
mejing, talun, penggunaan Sumur sawah untuk dijual,
nglaban, pupuk merata, Masyarakat
kulongunung, organic, 2 sumur bur menebang
penthuk) Reboisasi Pembuatan pohon
Bojong (bojong – pupuk organic semaunya
(ndangsili,ngas pogog – oleh gapoktan demi
em,dadap,surp kedungrejo, di Purworejo kebutuhan
ethek) kowangrejo, – ploso, ekonomi,
Mojosari punthukrejo, Reboisasi
(pelgading) guyangan) (bojong,
Depok kedungrejo,
(Ngepos) kowangrejo,
punthukrejo,
guyangan)
Kesiapsiagaan Kemampuan Kearifan local Pengetahuan
mendeteksi deteksi sumber mendeteksi
28
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
29
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
30
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
31
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
32
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
33
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
34
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
35
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
36
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
37
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
38
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
39
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
40
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
41
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
42
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Industri/kerajinan berskala rumah tangga yang terdapat di wonolelo meliputi Roti Bolu di Purworejo dan
Ploso, Kerajinan bamboo di Bojong, mebel di Cegokan, Mojosari, Guyangan, dan Ploso, Krecek di Cegokan, Ploso,
dan Guyangan, emping di Kedungrejo, Cegokan, Mojosari. Industri/kerajinan ini banyak menyerap tenaga kerja
sehingga pendampingan terhadap usaha ini berupa penguatan modal, perluasan akses pasar dan pengayaan
produk akan memperluas skala usaha sehingga daya serap terhadap tenaga kerja meningkat dan akan
memberikan dukungan terhadap peningkatan perekonomian warga
43
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Ancaman x Kerentanan
Risiko Bencana
Kapasitas
Parameter yang digunakan untuk penilaian risiko bencana dengan menggunakan tabel
dibawah ini, maka tingkat risiko bencana dapat dianalisa baik secara satu ancaman
(single hazard) ataupun multi ancaman (multi hazard).
44
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Analisis risiko dalam RPB Provinsi DIY ini didasarkan pada ancaman tunggal
(single hazard). Namun demikian, perlu digaris bawahi pula bahwa ancaman bencana
dapat terjadi berurutan saling mempengaruhi (multi hazard) seperti gempa bumi yang
memicu tanah longsor dan banjir, banjir yang memicu terjadinyatanah longsor dan
penyalit menular.
a. Risiko Tinggi
45
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
b. Risiko Sedang
c. Risiko Rendah
Tabel 3.9. Wilayah Risiko Rendah Desa Wonolelo
Dusun
Jenis
Kedungrej Cegoka Depo Mojosa Guyanga Plos Purworej Bojon
Bencana
o n k ri n o o g
1. Gempa
- - - - - - - -
Bumi
2. Tanah RT 1, RT 1, 2, RT 3,
- RT 4 RT 1, 2 - RT 4, 5
Longsor 2, 3 3, 5
3. Banjir - - - - - - - -
4. Kekeringa RT 3
- - RT 2 RT 1, 2 - RT 1, 2 RT 5
n dan 4
5. Angin RT 1,
RT 1, 2, 3 RT 4 RT 4 RT 3 - - RT 5
Ribut 2
6. Kebakara
- - - - - - - -
n
7. Epidemi - - - - - - - -
8. Bencana
- - - - - - - -
Sosial
Analisa multi ancaman dengan melihat pada risiko ancaman tinggi pada suatu wilayah,
sehingga akan nampak wilayah dengan tingkat risiko tinggi dikarenakan memiliki jumlah
ancaman paling banyak.
46
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Tabel 3.10. Wilayah dengan risiko tinggi terhadap lebih dari satu jenis bencana
Dusun RT Jenis Ancaman Risiko tinggi
Kedungrejo 1
2 Gempa, Tanah Longsor, Kekeringan
3 Gempa, Tanah Longsor,
Cegokan 1 Gempa, Kekeringan
2 Gempa, Kekeringan, Angin Ribut
3 Gempa, Tanah Longsor, Kekeringan
4
Depok 1
2 Gempa, Angin Ribut
3
4 Gempa, Kekeringan
Mojosari 1 Gempa, Kekeringan
2 Gempa, Kekeringan, Angin Ribut
3
4 Gempa, Angin Ribut
5 Gempa, Angin Ribut
Guyangan 1 Gempa, Banjir, Angin Ribut
2 Gempa, Banjir
3 Gempa, Banjir
Ploso 1 Gempa, Tanah Longsor, Kekeringan
2 Gempa, Kekeringan
3
4 Gempa, Tanah Longsor, Angin Ribut
Purworejo 1 Gempa, Angin Ribut
2 Gempa, Angin Ribut
3 Gempa, Kekeringan , Angin Ribut
4 Gempa, Kekeringan
5
6 Gempa, Tanah Longsor
Bojong 1 Gempa, Kekeringan, Angin Ribut
2 Gempa, Kekeringan
3 Gempa, Angin Ribut
4 Gempa, Tanah Longsor, Angin Ribut
5
47
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
48
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Dengan beragamnya potensi bencana yang ada di Desa Wonolelo, dibutuhkan skala
prioritas dalam program pengerungan risikonya. Skala prioritas ini dikelompokkan dalam 3
tingkat yang mana masing‐masing tingkat ditentukan berdasarkan faktor kemungkinan
terjadinya bencana, kerentanan masyarakatnya, dan kapasitas sumber daya yang dimiliki.
Ketiga tingkatan tersebut adalah Tingkat Risiko 1 yaitu yang paling mendesak untuk
ditangani, Tingkat Risiko 2 yaitu yang segera harus ditangani, dan Tingkat Risiko 3 yaitu yang
dapat ditangani secara bertahap.
Tingkat Risiko 1
Tingkat Risiko I adalah jika potensi jumlah korban dan kerugian/ kerusakan yang timbul
amat besar dengan potensi terjadinya bencana amat tinggi. Bencana yang tergolong pada
Tingkat Resiko I ini mendesak untuk ditangani. Di Desa Wonolelo, potensi bencana yang
termasuk dalam kategori ini adalah:
1. Gempa Bumi (indeks risiko : 15)
2. Kekeringan (indeks risiko : 15)
3. Konflik Telethong (indeks risiko : 16)
Tingkat Risiko 2
Tingkat Resiko II adalah jika potensi jumlah korban korban dan kerugian/ kerusakan yang
timbul amat besar sedangkan kemungkinan terjadinya rendah atau potensi jumlah korban
49
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
dan kerugian/ kerusakan yang timbul kecil, tetapi potensi terjadinya bencana tinggi. Tingkat
Risiko II harus segera ditangani namun belum mendesak. Di Desa Wonolelo, potensi
bencana yang termasuk dalam kategori ini adalah:
1. Banjir (indeks risiko : 8)
Kemungkinan Kejadian (likelihood)
5 Kekeringan
TBC
1 Flu
Burung
1 2 3 4 5
Dampak (consequnces)
50
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
BAB IV
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Dalam gambaran skema, hubungan antara tahap penanggulangan bencana dan rencana
yang dibutuhkan dapat diperiksa dalam skema di bawah ini:
51
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
Gambar 4.1 Skema hubungan antara tahap penanggulangan bencana dan rencana penanggulangan bencana
B. KETERKAITAN ANTARA RPB DESA WONOLELO 2010 – 2015 DENGAN RPJM DESA
WONOLELO 2008 – 2013
52
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
b. RPB Desa Wonolelo 2010-2015, Dokumen Turunannya, dan RKP Desa Wonolelo
53
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
54
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
sama dengan pihak lain. Landasan yuridis dari Forum PRB Desa ini adalah Keputusan
Kepala Desa. Anggota forum ini adalah stakeholders desa, baik pemerintah maupun non-
pemerintah.
55
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
FPRB Desa adalah lembaga desa, yang dalam menjalankan peranannya akan beririsan
dengan lembaga lain di tingkat desa. Pola hubungan yang tercipta tercermin dalam skema di
bawah ini:
Gambar 4.3 Skema Kedudukan dan Peranan FPRB Desa diantara Stakeholders Pembangunan Tingkat Desa
56
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
BAB V
PILIHAN TINDAKAN DAN MEKANISME PENANGGULANGAN BENCANA
57
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
berkontribusi ke
desa
8 Lain-Lain (tidak bisa Mengakomodir Memiliki sumber daya berdasarkan Mendukun
disebutkan satu per potensi dari pihak- program dan anggaran yang dimiliki g
satu) pihak seperti : untuk Penanggulangan Bencana
Palang Merah
Indonesia,
Masyarakat Umum,
Forum RT, dll
9 Pemerintah Pemerintah Desa, 4) Memiliki Mendukun
Kabupaten beserta regulasi g
SKPD terkait dan dan
kecamatan, kebijakan,
Provinsi beserta sekaligus
SKPD terkait, dan skema
Pemerintah Pusat pendanaan
dalam
anggaran
pendapata
n dan
belanjanya.
5) Memiliki
program,
SDM, dan
dana untuk
Penanggula
ngan Benca
na
Sumber Daya untuk semua Pilihan Tindakan dalam Rencana Penanggulangan
Bencana ini dinilai dengan nilai Rupiah, dengan asumsi merupakan penilaian gabungan
antara sumber daya berupa uang tunai (in cash) maupun material non-uang (in kind).
Untuk sumber daya yang bersifat in-kind dapat berasal dari:
a. Keswadayaan masyarakat dalam bentuk barang maupun jasa;
b. Tenaga, pikiran, waktu yang diperlukan untuk kegiatan Penanggulangan
Bencana;
c. Bantuan material dari pihak eksternal;
d. Dan lain-lain sumber yang sah.
Untuk sumber daya yang bersifat dana cash dapat berasal dari:
a. Swadaya masyarakat;
b. ADD/APBDes
c. Satker/Musren/Stimulan
d. Proyek Khusus
e. Kerjasama lembaga.
58
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH
LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA
TOKOH AGAMA
DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN
FPRB DESA
KABUPATEN
PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN
PUSAT
DESA
I Tahap Pra-Bencana (Tahap Pengurangan Risiko Bencana)
Dalam Konteks Mitigasi dan Pencegahan Bencana
Pengenalan dan Pemetaan Risiko Bencana Desa; V V V V V V V V V
Pembaharuan Hukum dan Kebijakan Kebencanaan Desa.
a. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Komunitas Desa; V V V V V V
b. Memasukkan Rencana Penanggulangan Bencana ke dalam RPJM Desa; V V V V V
c. Memasukkan Rencana Aksi Komunitas ke dalam RKP Desa; V V V V V
d. Mengawal RPB Desa dan RPJM Desa supaya menjadi bagian dari perencanaan
pembangunan desa di luar mekanisme RPJMDes dan RKP Desa (Misal: CSP/RPP, CAP, dan V V V V V
bentuk lain);
e. Penyusunan Regulasi Desa (Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, Keputusan Kepala
V V
Desa) terkait kebencanaan.
f. Penegakan Regulasi Tata Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana di Tingkat Desa. V V
Peredaman Ancaman Bencana
a. Pembangunan dan pemeliharaan tanggul sungai. V V V V V V V V V V V Masyarakat umum
Pengurangan kerentanan bencana
a. Penyediaan alat pemadam kebakaran. V V Masyarakat umum
b. Program kebersihan lingkungan desa. V V V V Masyarakat umum
c. Manajemen konflik. V V Forum RT
d. Penyuluhan budaya sadar lingkungan. V V V V V V V V V V V Masyarakat umum
e. Program Pemberantasan Penyakit Menular. V V V V V V V V V V V Masyarakat umum
f. Edukasi warga tentang standar bangunan aman gempa. V V V V V V
Peningkatan Kapasitas Terhadap Bencana.
a. Edukasi dan kampanye pengurangan risiko bencana. V V V V V V V V V V V
b. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. V V V V V V V
59
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH
LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA
TOKOH AGAMA
DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN
FPRB DESA
KABUPATEN
PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN
PUSAT
DESA
c. Penguatan koordinasi dan jejaring antar pelaku pengurangan risiko bencana. V V V V V
d. Penyediaan sarana dan prasarana edukasi kebencanaan desa. V V V V V PMI
e. Penumbuhan budaya sadar bencana dengan integrasi isu kebencanaan dengan materi Desa
V V V V V
Budaya Wonolelo.
f. Pembentukan dan pengelolaan satuan tugas penanggulangan bencana desa. V V
g. Edukasi masyarakat tentang Perubahan Iklim. V V V V V V V V V V
Dalam konteks Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Penyusunan rencana kontinjensi bencana V V V V V V V V V V V
Penyiapan system evakuasi bencana (transportasi, jalur evakuasi) V V V V V V V V V V Warga pemilik kendaraan
Simulasi tanggap darurat. V V V V
Penyiapan sumber daya untuk penanganan kedaruratan. V V V V
Penyiapan sistem komunikasi dan peringatan dini. V V V
Penyediaan sumber daya siap pakai (dana, materi non-dana) untuk tanggap darurat
V V V V V
bencana.
Penyediaan akses system informasi bencana dan peringatan dini. V V V
II Tahap Tanggap Darurat
a) Untuk Bencana Sosial, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan adalah:
Penindakan awal terhadap sumber bencana sosial, misalnya peleraian Ketua RT/Pak Dukuh
perseteruan/tawuran, pemberian bantuan sosial kepada KK miskin, pendampingan korban V V V
KDRT, dll.
Koordinasi dengan yang berwajib. V V V V
b) Untuk bencana alam, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan adalah:
Pendataan korban, kerusakan, kerugian. V V V V V V V PMI
Pertolongan pertama kepada korban bencana. V V V PMI+ TNI/POLRI
Pendirian dan pengelolaan posko bencana. V V V V V V PMI+ TNI/POLRI
Penyelamatan asset yang masih dapat digunakan. V V Masyarakat umum
Pemulihan psikologis masyarakat korban bencana. V V V V V V PMI
60
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH
LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA
TOKOH AGAMA
DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN
FPRB DESA
KABUPATEN
PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN
PUSAT
DESA
Mobilisasi bantuan dan relawan tanggap darurat. V V V V V V PMI
Menyiarkan kejadian bencana melalui media massa/radio komunitas. V V V V V V V V V PMI, lembaga lain
61
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH
LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA
TOKOH AGAMA
DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN
FPRB DESA
KABUPATEN
PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN
PUSAT
DESA
PMI/Puskesmas/Kader
Posyandu
e. pelayanan kesehatan; V V
62
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
I Tahap Pra-Bencana (Tahap Pengurangan Risiko Bencana)
Dalam Konteks Mitigasi dan Pencegahan Bencana
Pengenalan dan Pemetaan Risiko Bencana Desa; 14.000.000 V V V V V
Pembaharuan Hukum dan Kebijakan Kebencanaan Desa.
a. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan
15.000.000 V V V
Rencana Aksi Komunitas Desa;
b. Memasukkan Rencana Penanggulangan Bencana ke dalam
3.000.000 V
RPJM Desa;
c. Memasukkan Rencana Aksi Komunitas ke dalam RKP Desa; 2.500.000 V
d. Mengawal RPB Desa dan RPJM Desa supaya menjadi bagian
dari perencanaan pembangunan desa di luar mekanisme
3.000.000 V V V
RPJMDes dan RKP Desa (Misal: CSP/RPP, CAP, dan bentuk
lain);
e. Penyusunan Regulasi Desa (Peraturan Desa, Peraturan
2.000.000 V V
Kepala Desa, Keputusan Kepala Desa) terkait kebencanaan.
f. Penegakan Regulasi Tata Ruang Berbasis Pengurangan 30.000.000.00
V V V
Risiko Bencana di Tingkat Desa. 0
Peredaman Ancaman Bencana
a. Pembangunan dan pemeliharaan 15.000.000.00
V V V
tanggul sungai. 0
Pengurangan kerentanan bencana
a. Penyediaan alat pemadam kebakaran. 7.000.000 V V V
b. Program kebersihan lingkungan desa. 7.000.000 V
c. Manajemen konflik. 2.000.000 V V
d. Penyuluhan budaya sadar lingkungan. 7.000.000 V
e. Program Pemberantasan Penyakit Menular. 10.000.000 V V
f. Edukasi warga tentang standar bangunan aman gempa. 7.000.000 V V V V V
Peningkatan Kapasitas Terhadap Bencana.
63
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
a. Edukasi dan kampanye pengurangan risiko bencana. 7.000.000 V V V V V
b. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. 80.000.000 V V V V
c. Penguatan koordinasi dan jejaring antar pelaku
5.000.000 V V V V V
pengurangan risiko bencana.
d. Penyediaan sarana dan prasarana edukasi kebencanaan
10.000.000 V V
desa.
e. Penumbuhan budaya sadar bencana dengan integrasi isu
30.000.000 V V V V
kebencanaan dengan materi Desa Budaya Wonolelo.
f. Pembentukan dan pengelolaan satuan tugas
5.000.000 V V
penanggulangan bencana desa.
g. Edukasi masyarakat tentang Perubahan Iklim. 7.000.000 V V V
Dalam konteks Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Penyusunan rencana kontinjensi bencana 20.000.000 V V V
Penyiapan system evakuasi bencana (transportasi, jalur
5.000.000 V V V V
evakuasi)
Simulasi tanggap darurat. 50.000.000 V V V
Penyiapan sumber daya untuk penanganan kedaruratan. 10.000.000 V V
Penyiapan sistem komunikasi dan peringatan dini. 20.000.000 V V
Penyediaan sumber daya siap pakai (dana, materi non-dana)
10.000.000 V V
untuk tanggap darurat bencana.
Penyediaan akses system informasi bencana dan peringatan dini. 5.000.000 V
II Tahap Tanggap Darurat
a) Untuk Bencana Sosial, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan
adalah:
Penindakan awal terhadap sumber bencana sosial, misalnya
peleraian perseteruan/tawuran, pemberian bantuan sosial 5.000.000 V V
kepada KK miskin, pendampingan korban KDRT, dll.
Koordinasi dengan yang berwajib. 4.000.000 V V
b) Untuk bencana alam, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan
adalah:
Pendataan korban, kerusakan, kerugian. 4.000.000 V V V
64
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
Pertolongan pertama kepada korban bencana. 20.000.000 V V V V
Pendirian dan pengelolaan posko bencana. 50.000.000 V V V V
65
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
pihak eksternal.
Pemulihan sarana dan prasarana vital.
III Tahap Pasca Bencana
1) Rehabilitasi
a. perbaikan lingkungan daerah bencana; 200.000.000 V V V V V
b. perbaikan prasarana dan sarana umum; 250.000.000 V V V V V
c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; 200.000.000 V V V V V
d. pemulihan sosial psikologis; 20.000.000 V V
e. pelayanan kesehatan; 50.000.000 V V V V
f. rekonsiliasi dan resolusi konflik; 20.000.000 V V V
g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya; 100.000.000 V V V V V
h. pemulihan keamanan dan ketertiban; 15.000.000 V V V
i. pemulihan fungsi pemerintahan; dan 10.000.000 V V V
j. pemulihan fungsi pelayanan public 10.000.000 V V V
2) Rekonstruksi
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana; 50.000.000 V V V
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; 20.000.000 V V V V
c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat 25.000.000 V V V v
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
100.000.000 V V V
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
100.000.000 V V
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; 100.000.000 V V V V V
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau 20.000.000 V V V V V
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. 10.000.000 V V V V
66
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
BAB VI.
PENUTUP
Rencana Penanggulangan Bencana Desa Wonolelo ini dimaksudkan untuk menjadi acuan
bagi semua pihak dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Desa Wonolelo, sebelum,
saat dan setelah terjadinya bencana. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan Penanggulangan
Bencana dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan terkoordinasi dengan baik.
Rencana Penanggulangan Bencana Desa Wonolelo ini akan diikuti dengan penyusunan
Rencana Aksi Pengurangan Resiko Bencana (RAK) dan Rencana Kontingency Desa (Renkonjen).
Untuk kebutuhan monitoring dan evaluasi dokumen RPB ini akan dievaluasi setiap tahun
sekali. Sedangkan pembaharuan akan dilakukan setiap 5 tahun sekali. Dalam hal ini Forum PRB Desa
mengambil peran untuk berjalannya monitoring dan evaluasi ini.
Do’a dan harapan semua pihak, semoga rencana penaggulangan bencana ini dapat
terimplementasikan dengan baik dan lancar.
67