Anda di halaman 1dari 67

RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mengamanatkan kepada setiap orang
untuk senantiasa turut serta melakukan penanggulangan bencana bagi komunitasnya.
Salah satu perwujudan dari pelaksanaan amanat ini adalah disusunnya Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB) Desa Wonolelo untuk Periode 2010 – 2014. RPB ini
disahkan dengan Peraturan Desa, sebagai wujud komitmen politik antara semua elemen
pemerintahan desa yang direpresentasikan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan
Desa untuk penanggulangan bencana di tingkat desa. RPB Desa ini disusun secara
partisipatif, dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses penyusunannya,
sekaligus proses legalisasinya.
Hal ini sesuai dengan semangat pembangunan desa yang dibawa oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Sehingga, penyusunan dan legalisasi
RPB ini dimaknai sebagai bentuk kewenangan desa berdasarkan hak asal-usul desa
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang
Desa.
RPB adalah dokumen resmi desa yang memuat data informasi tentang resiko
bencana di desa Wonolelo dalam waktu tertentu dan rencana segenap elemen
masyarakat desa untuk mengurangi risiko bencana tersebut melalui program-program dan
kegiatan pembangunan fisik maupun non fisik. RPB mengandung juga strategi, kebijakkan
dan langkah-langkah teknis administratif yang dibutuhkan untuk mewujudkan
kesiapsiagaan terhadap bencana, kapasitas tanggap yang memadai dan upaya-upaya
mitigasi yang efektif.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Penyusunan RPB Desa Wonolelo dimaksudkan untuk memberikan acuan dan dasar
hukum bagi upaya penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayah desa
Wonolelo dalam waktu lima tahun mendatang.

2. Tujuan
RPB Desa Wonolelo disusun dengan tujuan untuk menjadi bagian dari perencanaan
pembangunan desa secara terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan yang ada, sehingga dapat menurunkan risiko bencana di
desa Wonolelo secara signifikan.

C. LANDASAN HUKUM
Dalam penyusunan RPB Desa Wonolelo, peraturan perundangan yang digunakan
sebagai rujukan adalah :

1. Landasan Idiil
Dasar Negara RI, yaitu pancasila

2. Landasan konstitusional
Undang-undang dasar Negara RI, yaitu Undang-undang dasar 1945.

1
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

3. Landasan operasional
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah junctis
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
h. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;
i. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor …. Tentang Penanggulangan
Bencana;
j. Peraturan Desa Wonolelo Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa Wonolelo tahun 2008 – 2013

D. KERANGKA PIKIR DAN SISTEMATIKA PENULISAN


1. Kerangka Pikir
Penyusunan RPB Desa Wonolelo diawali dengan analisis ancaman, kerentanan dan
kapasitas yang ada di Desa Wonolelo yang menyangkut hasil yang telah dicapai dan
masalah serta tantangan yang dihadapi. Perumusan visi dan misi, analisis kondisi yang
diharapkan, strategi dan arah kebijakan serta program penanggulangan bencana
dilakukan dengan mengacu hasil analisis tersebut.
Lingkup RPB meliputi analisis ancaman bencana, kerentanan dan kapasitas (analisis
risiko bencana), perencanaan tindakan yang meliputi ketiga tahapan penanggulangan
bencana (pra-saat- pasca bencana), mekanisme dan pembagian tugas Forum PRB dan
stakeholders, dan alokasi anggaran. Analisis risiko bencana yang disajikan berbasiskan
ancaman, kerentanan, kapasitas dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas
tentang potensi bencana wilayah desa.

2. Sistematika Penulisan
RPB Desa Wonolelo disusun dengan sisitematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Gambaran Umum Wilayah

Bab III : Penilaian Risiko Bencana

2
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Bab IV : Kebijakan Penanggulangan Bencana

Bab V : Pilihan Tindakan dan Mekanisme Penanggulangan Bencana

Bab VI : Penutup

E. PENGERTIAN ISTILAH
Sebelum membahas isu dalam penangulangan bencana lebih lanjut, kita perlu
memiliki pemahaman yang sama atas beberapa istilah dan konsep dasar yang digunakan
dalam buku sumber ini. Bagian berikut akan memberikan penjelasan singkat atas
beberapa istilah dan konsep yang perlu dipahami para pembaca dan pengguna buku kecil
ini.

Ancaman / bahaya:

Suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan kehilangan jiwa manusia,
kerusakan asset atau kehancuran lingkungan hidup.

Bencana:

Suatu peristiwa atau kejadian yang disebabkan oleh alam atau manusia yang
menyebabkan gangguan terhadap kebefungsian suatu masyarakat, hilangnya jiwa
manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan serta melampaui kemampuan dan
sumber daya masyarakat untuk menanggulanginya.

Kapasitas:

Aset, sumber daya, kekuatan dan ketrampilan yang dimiliki masyarakat / lembaga yang
memungkinkan masyarakat untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah,
menanggulangi, meredam serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.

Kerentanan:

Kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mncegah, meredam, mencapai
kesiapan dan menanggapi dampak ancaman tertentu.

Kesiapsiagaan:

Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian langkah-


langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Mitigasi:

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana baik secara fisik-struktural.

Penanggulangan bencana:

Upaya yang meliputi ; penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya


bencana; pencegahan bencana; mitigasi bencana; kesiapsiagaan; rehabilitasi dan
reskonstruksi.

3
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Pengurangan resiko bencana:

Upaya sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan, strategi dan


tindakan yang dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan hilang atau rusaknya asset
serta harta benda akibat bencana, baik melalui upaya mitigasi bencana (pencegahan,
peningkatan kesiapsiagaan) ataupun upaya mengurangi kerentanan (fisik, material,
sosial, kelembagaan, perilaku/ sikap).

Peringatan dini:

Upaya pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang


kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Rehabilitasi:

Perbaikan semua aspek dan fungsi kehidupan masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah bencana.

Reskonstruksi:

Upaya perbaikan jangka menengah dan jangka panjang berupa perbaikan fisik, sosial,
ekonomi dan budaya untuk mengembalikan semua aspek dan fungsi kehidupan pada
kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelum bencana.

Risiko Bencana:

Kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah pada kurun waktu tertentu karena
suatu ancaman, berubah menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, terluka, sakit,
gangguan kejiwaan, terpaksa mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta benda,
hilangnya rasa aman dan terganggunya kegiatan masyarakat.

Tanggap darurat:

Segala upaya yang dilakukan segera setelah terjadi bencana untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan bencana, yang terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian.

4
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Letak dan Lingkungan Desa


Desa Wonolelo terletak di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berbatasan dengan wilayah-wilayah:
- Sebelah utara : Desa Sitimulyo
- Sebelah selatan : Desa Wukirsari
- Sebelah barat : Desa Bawuran
- Sebelah timur : Desa Muntuk
Desa Wonolelo memiliki luas wilayah 453,4705 Ha yang terdiri dari 185.7736 Ha
daratan (40% dari luas lahan) dan 267,6969 Ha berupa perbukitan/pegunungan (60 %
dari luas lahan).
o Luas Pemukiman 144.2770 Ha,
o Hutan 25 Ha,
o Sawah tadah hujan 120.2450 Ha,
o Sawah pengairan setengah teknis 2.3880 Ha,
o Tegalan 96.2796 Ha,
o Hutan 25 Ha.
Dari data di atas dapat disimpulkan, bahwa Luas areal sawah, pemukiman, tegalan
hampir berimbang. Luas wilayah Desa Wonolelo terbagi dalam 8 wilayah pedukuhan,
yaitu :
a. Guyangan
b. Ploso
c. Mojosari
d. Kedungrejo
e. Purworejo
f. Bojong
g. Depok
h. Cegokan
Wilayah Desa Wonolelo sesungguhnya merupakan wilayah strategis karena
menghubungkan sebagian wilayah Bantul dengan wilayah Kabupaten Gunung Kidul.
Transportasi dari dan ke arah wilayah lain melalui Desa Wonolelo merupakan kebutuhan
agar akses ekonomi terbuka lebar.

B. Sejarah Desa
Kata wonolelo berasal dari dua kata, wono dan lelo. Kata Wono berarti alas dan
Lelo diambilkan dari nama orang ’Kyai Rogo Lelo’, dia yang pertama kali tinggal di desa
Wonolelo atau yang sering disebut dengan istilah jawa ‘sing babat alas’.
Awalnya desa ini adalah alas/hutan belantara yang sama sekali belum ada orang
yang menjamahnya. Kemudian datanglah Kyai Rogo Lelo, seorang berdarah Arab Jawa
Kraton yang membabat alas ini dan mengasingkan diri dari berbagai masalah kehidupan
Kraton untuk beberapa waktu. Kemudian dia kembali ke Kraton dan mengajak
temannya untuk kembali ke alas tempat dia mengasingkan diri tersebut dan sekaligus

5
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

mempunyai tujuan memperluas wilayah kerajaan Mataram yang saat itu masih
dipimpin oleh Sultan Agung I.
Pada saat itu Kyai Rogo Lelo pertama kali tinggal di wilayah dusun Wonolelo,
tepatnya di masjid (nama saat ini) sedangkan teman – temannya bermukim dan
beranak pinak di daerah yang kemudian dinamakan Purworejo. Setelah Purworejo
berkembang menjadi sebuah dusun, teman – teman Kyai Rogo Lelo menempati lahan
baru yang kemudian dinamakan dusun Ploso. Kemudian setelah itu, dengan proses
yang sama muncullah nama dusun yang lain.
Setelah beberapa dusun terbentuk, akhirya orang – orang yang pernah datang ke
wilayah ini menyebutnya dengan Wonolelo, tidak lepas dari nama Kyai Wonolelo.
(Sumber Majalah Dinding Sadeworo Edisi Perdana Radio Komunitas Sadewo)

C. Kependudukan
1. Berdasarkan jenis kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 2190 orang
- Perempuan : 2222 orang
Jumlah : 4412 orang

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Wonolelo Berdasarkan Jenis Kelamin


Jumlah Jumlah Penduduk
No Padukuhan
KK LK Pr Jumlah Orang Miskin
1 Kedungrejo 177 174 184 358 199
2 Cegokan 216 362 371 733 247
3 Mojosari 171 261 264 525 249
4 Depok 187 262 263 525 273
5 Ploso 187 310 332 642 280
6 Purworejo 219 323 313 636 301
7 Bojong 170 269 247 516 194
8 Guyangan 169 229 248 477 189
Total 1496 2190 2222 4412 1932

Berdasarkan ADD tercatat jumlah KK miskin sebanyak 371 KK

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat


Tingkat pendidikan masyarakat Wonolelo terbayak adalah lulusan SD=1781 orang,
dan SMP=1582 orang, lulus SLTA=822, dan lulus perguruan tinggi=59 orang. Tempat
pendidikan formal di Desa Wonolelo meliputi 2 buah TK Masyithoh, 3 buah SD/MI dan 1
buah PKBM. Sedangkan untuk tempat pendidikan non formal meliputi 3 pesantren, 3
Madrasah Diniyah, 14 TPA , dan 8 Play Group

6
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Wonolelo Berdasarkan Tingkat Pendidikan


NO PENDIDIKAN JUMLAH (ORANG)
1 SD 1781
2 SLTP 1582
3 SLTA 822
4 Diploma I –III dan Sarjana / S1 – S3 59

3. Berdasarkan Mata pencaharian utama

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Desa Wonolelo Berdasarkan Mata pencaharian


utama
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH (ORANG)
1 PNS / TNI / POLRI 66
2 Petani dan Buruh tani 1423
3 Pertukangan Kayu 125
4 Tukang Batu 150
5 Pengrajin 219
Sumber : RPJMDes 2008 – 2013

Karena mayoritas penduduk Desa Wonolelo adalah petani maka 40% penduduk
miskin adalah mayoritas petani. Petani di wonolelo hanya memiliki lahan usaha tani
rata-rata 800m2, dengan luasan ini tentu sangat sulit untuk dapat mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya. Terlebih produktifitas lahan yang relatif rendah. Untuk
meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan sistem ekonomi yang terpadu dengan
usaha tani, seperti peternakan, dan juga diperlukan usaha lain yang dekat dengan usaha
tani

D. Sarana dan Prasarana


1. Pendidikan
Sarana pendidikan formal di Desa Wonolelo meliputi 2 buah TK Masyithoh, 3
buah SD/MI dan 1 buah PKBM. Sedangkan untuk Sarana pendidikan non formal
meliputi 3 pesantren, 3 Madrasah Diniyah, 14 TPA, dan 8 Play Group/PAUD.

2. Kesehatan
Sarana kesehatan yang dimiliki di Desa Wonolelo antara lain Posyandu yang
tersebar di 8 dusun dengan jadwal kegiatan setiap bulan sekali, Puskesmas Pembantu
yang berada di Dusun Guyangan dengan jam buka setiap hari Senin – Sabtu dan
sekaligus sebagai tempat praktik bidan desa sejumlah 1 orang.
Keberadaan Puskesmas Pembantu dengan tenaga medisnya cukup membantu
dalam penanganan kesehatan di Wilayah Desa Wonolelo, akan tetapi sebagian besar

7
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

masyarakat khususnya yang mampu lebih sering memanfaatkan jasa para medis di
luar Wilayah Dea. Rata-rata mereka beralasan bahwa sarana pustu khususnya obat-
obatan dianggap kurang bagus jika dibanding dengan yang diperoleh dari paramedic
lain. Masyarakat yang paling banyak memanfaatkan jasa pustu adalah mereka yang
termasuk warga miskin.

Tabel 2.4 Sarana dan Prasarana Desa Wonolelo


NO Sarana Prasana Jumlah Keterangan
1 Pos klinik KB tidak ada
2 Pos Yandu 8 ada
3 Puskesmas - tidak ada
4 Puskesmas Pembantu 1 ada
5 Praktek dokter umum - tidak ada
6 Praktek Bidan Desa 1 ada
7 Dukun bayi - tidak ada

3. Jalan dan Jembatan


Kondisi jalan Desa (jalan poros) seluruhnya sudah beraspal, akan tetapi
pemeliharaan jalan aspal secara bertahap perlu dilakukan mengingat laju kerusakan
jalan juga selalu terjadi.
Sedangkan untuk jalan kampung 70% sudah cor blok sehingga masih 30% lagi
perlu diteruskan dengan cor blok.
Di beberapa dusun masih mempunyai permukiman yang cukup terisolasi
sehingga perlu dibuka akses jalan.
Di Wonolelo terdapat 15 buah jembatan besar maupun kecil yang tersebar di
seluruh pedusunan. Kondisi jembatan tersebut pasca gempa menunjukkan tingkat
kerusakan dengan intensitas yang berbeda-beda. Untuk mencegah kerusakan yang
lebih parah maka perlu dilakukan perbaikan.

4. Air Bersih
Sebagan wilayah Desa Wonolelo merupakan daerah yang kesulitan air
bersih/air minum pada musim kemarau, terlebih pasca gempa bumi 27 Mei 2006,
banyak sumber air yang menjadi kering. Pembangunan sumur bor yang diproyeksikan
sebagai penopang kebutuhan air minum belum operasi, jaringan pipa pembagi juga
belum menyentuh kawasan yang sulit air.

8
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

E. Kelembagaan Desa
1. Pemerintah Desa
Tabel 2.5 Pemerintah Desa Wonolelo
No Jabatan Nama Pendidikan
1 Lurah Desa Basuki SMA
2 Carik Fahrudin SMA
3 Kabag Pemerintahan Slamet Riyanto SMA
4 Kabag Ekonomi Pembangunan Munajad SMP
5 Kabag Kesra Chairil Anwar SMA
6 Kabag Keuangan Indaryanto PT
7 Kabag Umum Prapto Wiyono SD
8 KTU BPD Tri Tunggal SMA
9 Dukuh Kedungrejo Winardiharjo SD
10 Dukuh Cegokan Sugito SD
11 Dukuh Mojosari Keniran SMP
12 Dukuh Depok Paiman SMP
13 Dukuh Ploso Wagiman SMA
14 Dukuh Purworejo Ponijan SD
15 Dukuh Bojong Andam Kusbiyanto SMA
16 Dukuh Guyangan Zainudin SMA
17 Staf Pemerintahan Suhardi SD
18 Staf Keuangan Sutrisno SD
19 Staf Umum Basiran SD

Pertemuan Pamong diadakan 1 kali dalam sebulan pada minggu terakhir


2. BPD
Ketua : Drs. Sriyono
Wakil Ketua : Sukirno, SAg.
Sekretaris : Rismantoro, AMd.
Anggota : Junaidi
Sukadi
Jumali
Sudarwanto
Waridi
Suhardi
Purwanto, SPd.
Widoyoto

BPD merupakan mitra kerja Pemerintah Desa dalam hal peraturan dan
penganggaran. Selama ini masih vacuum, dimungkinkan karena Ketua yang kurang
aktif, anggota BPD yang belum memahami tugas dan fungsi. Efek yang ditimbulkan
akhirnya proses penganggaran tidak berjalan sebagaimana mestinya. Diadakan

9
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

koordinasi internal pada Senin 18012010 sebagai pertemuan awal dengan salah satu
agenda pembahasan anggaran monitoring.

3. LPMD
Ketua : Muhyidin
Sekretaris : Dalhar
Bendahara : Dahudi
Anggaran dan : Slamet
Pembangunan
Pemuda dan Olahraga : Pardion
Pendidikan dan : Marwanto
Perpustakaan

Banyak pengurus yang tidak aktif, salah satu penyebabnya adala faktor usia,
sehingga motor penggerak hanya pada ketua. Merupakan penanggungjawab
pelaksanaan Musrenbangdes dengan menghasilkan RPJMDes.

4. PKK
Ketua : Rusmartini (Bu Kades/Lurah)
Wakil Ketua : Khulil Khasanah
Sekretaris : Supriyati Idi S
Anggota : 60 orang
Perwakilan setiap dusun 6 orang
Ada 4 Pokja
I : Keimanan
II : Pendidikan
III : Kerumahtanggan dan
Lingkungan
IV : Kesehatan

Pemilihan pengurus setiap 5 tahun sekali. Pertemuan Rutin setiap tanggal 7. Di


tingkat dusun juga terbentuk PKK, namun sebagian yang aktif adalah DasaWisma (BSO
PKK). PKK di Wonolelo termasuk yang paling aktif di antara desa lain di Kecamatan
Pleret
PKK desa (setiap tanggal 15)
Dharma Wanita (setiap tgl 25)

5. Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)


Ketua : Zuhdi Syakuri
Wakil Ketua : Slamet Widodo
Sekretaris I : Munasir
Sekretaris II : Suyanto
Bendahara : Aslam Hadi

10
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Di Tingkat Desa terdapat Gapoktan, sedangkan di tingkat dusun terdapat


Kelompok Tani (Poktan). Dari 8 Dusun yang ada hanya 4 kelompok tani yang aktif,
sehingga jika ada pertemuan maka diadakan penggabungan. Kelompok tersebut tidak
aktif dikarenakan salah satunya adalah bahwa petani di dusun yang tidak aktif adalah
petani penggarap bukan petani pemilik, kemudian disisi lain di dusunnya memang
tidak ada sawah atau posisi sawahnya didusun yang lain. Adapun kelompok tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kelompok Tani Dusun Kedungrejo
Ketua : Slamet Widodo
2. Kelompok Tani Dusun Cegokan
Ketua : Zamroni
3. Kelompok Tani Dusun Mojosari
Ketua : Jemiran
4. Kelompok Tani Dusun Depok
Ketua : Subandi
5. Kelompok Tani Dusun Guyangan
Ketua : Samsuhadi
6. Kelompok Tani Dusun Ploso
Ketua : Samsudin
7. Kelompok Tani Dusun Purworejo
Ketua : Zuhdi Syakuri
8. Kelompok Tani Dusun Bojong
Ketua : Aslam Hadi

Untuk Pertemuannya diadakan penggabungan sbb :


1. Kelompok Tani Dusun Kedungrejo dan Cegokan
2. Kelompok Tani Dusun Mojosari dan Depok
3. Kelompok Tani Dusun Ploso dan Guyangan
4. Kelompok Tani Dusun Purworejo dan Bojong
Pertemuan diadakan 35 hari sekali ditiap kelompok tani.
Program-program yang berjalan yaitu melaksanakan program pemerintah
seperti :
1. Bantuan Subsidi Pupuk
2. Bantuan Subsidi Benih
3. Sekolah Lapang Pengendalian Tanaman Terpadu (SL-PTT)
4. Penanaman Padi dan Jagung Gogo subsidi dari pemerintah
5. FEATI (Farmer Empowerment Through Agricultural Technology And
Information)

11
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

6. FKKP (Forum Komunikasi Kader Posyandu)


Posyandu digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi balita. Pada
akhirnya sesuai program pemerintah, maka posyandu juga menajalankan beberapa
fungsi sebagai sarana penyuluhan dan penerapan hidup sehat. Kegiatan pelayanan
kesehatan rutin Posyandu dilaksanakan satu bulan sekali dengan jadwal sebagai
berikut :

Tabel 2.6 Jadwal Pelayanan Posyandu


No. Dusun Tanggal
1. Bojong 5
2. Depok 9
3. Kedungrejo 10
4. Purworejo 12
5. Cegokan 15
6. Guyangan 18
7. Mojosari 20
8. Ploso 26
Banyaknya kegiatan yang dilakukan Posyandu membuat para kader tergerak
untuk membentuk Forum Komunikasi Kader Posyandu (FKKP). Termasuk kegiatan
antara lain Jumantik Nyamuk dan PAUD. Adapun kepengurursannya dikoordinatori
oleh Khulil Khasanah dengan anggota 53 kader perempuan yang menjadi kader
penggerak Posyandu. Fokus program adalah Balita, PAUD, Lansia serta kesehatan dan
Lingkungan (jentik nyamuk)

Untuk koordinasi PAUD ditingkat Desa dilaksanakan disetiap bulan dengan


tanggal menyesuaikan dari kegiatan PAUD. Kegiatan PAUD dilaksanakan seminggu 3
kali di setiap dusun dengan jadwal sebagai berikut ;

Tabel 2.7 Jadwal Pelaksanaan PAUD


No. Dusun Jadwal
1. Bojong senin, selasa, rabu
2. Depok jum'at, minggu
3. Kedungrejo senin, rabu, jum'at
4. Purworejo senin, rabu, jum'at
5. Cegokan senin, rabu, sabtu
6. Guyangan senin, rabu, sabtu
7. Mojosari  
8. Ploso senin, rabu, sabtu

7. KBM (Kelompok Belajar Masyarakat)


Merupakan aktifitas pendidikan non formal warga yang menangani masalah
program Kelompok Belajar (kejar) untuk penyetaraan ijasah sekolah, namun
pelaksanaannya dalam sekup Kecamatan (gabungan 3 Desa). Ada Program Kejar
Paket, namun pelaksanaannya dalam sekup Kecamatan (gabungan 3 Desa)

12
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

8. LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat Desa)

Ketua : Khulil Khasanah


Sekretaris : Muhyidin

Dulu bernama BKM, merupakan bentukan dari program PNPM, namun


diharapkan nantinya dapat menjadi salah satu lembaga Desa. Fokus program adalah
Fisik, Sosial dan lingkungan. Salah satu produknya adalah RPJM Pro Nangkis.

9. KSM

Merupakan lembaga pelaksana program yang berada di Tingkat Dusun

1. KSM Dusun Kedungrejo


Ketua : Kuat
2. KSM Dusun Cegokan
Ketua : Purwadi
3. KSM Dusun Mojosari
Ketua : Sujadi
4. KSM Dusun Depok
Ketua : Dahudi
5. KSM Dusun Guyangan
Ketua : Kardiman
6. KSM Dusun Purworejo
Ketua : Suryadi
7. KSM Dusun Bojong
Ketua : Risdiyanto
8. KSM Dusun Ploso I
Ketua : Waridi
9. KSM Dusun Ploso II
Ketua : Taslip Sulaiman

10. BDL (Bantuan Dana Lingkungan)

Merupakan program Rekompak dan dibentuk TIP.

Ketua : Muhyidin
Sekretaris : Suryadi
Bendahara : Khulil
Anggota : Jumadi
Samijo
Daudi
Subo
Waridi
H. Kasiani

13
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Purwanto, MPd.
Munazat
Drs. Sriana
Rusmatini
Gadis
Hatmi
Salah satu produknya adalah RPP/CSP.

RPJMDes, Pro Nangkis dan RPP, ketiganya digunakan sebagai acuan arah
pembangunan desa.

11. FKPM (Forum Kemitraan Polisi Masyarakat)

Tidak berjalan sebagaiman mestinya. Ketua/coordinator pak Aman/Suhhardi,


maka langsung dihandle oleh Babinmas Polsek Pleret pak Sudi.

12. Karang Taruna

Karang Taruna di Desa Wonolelo telah mengalami masa vacoom yang cukup
panjang, sehingga bisa dikatakan kegiatannya tidak berjalan sebagaimana mestinya
sebuah organisasi pemuda di tingkat desa. Tahun 2010 dimulai b abak baru Karang
Taruna Desa Wonolelo melalui pemilihan Pengurus. Pada saat pembnetukan
pengurus, terpilih Wawan sebagai Ketua Karang Taruna. Tahun 2010 masih
merupakan tahun konsolidasi awal penguatan kembali lembaga.

13. Radio Komunitas Sadewo (Suara Desa Wonolelo)


Di Desa Wonolelo terdapat stasiun Radio yang sudah mengudara dengan
jangkauan local desa. Radio tersebut dikelola oleh sekelompok orang dengan nama
Radio Komunitas Sadewo (Suara Desa Wonolelo). Saat ini merupakan masa
kepengerusan kedua karena tahun 2010 dilaksanakan pemilihan pengurus baru dan
terpilih Misbah sebagai Direktur Radio Komunitas

14
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

BAB III
PENILAIAN RISIKO BENCANA

1. PROFIL ANCAMAN DESA WONOLELO


A. Ancaman Alam
1. Kekeringan
Potensi ancaman kekeringan yang dimaksud adalah jumlah ketersediaan air
untuk kebutuhan hidup manusia, dan biota lain termasuk tanaman dan ternak dimana
jika keadaan kering bertambah panjang waktunya akan menimbulkan kerugian
sedikitnya harta benda patut diwaspadai dan dilakukan tindakan penanganan
Kekeringan yang terjadi biasanya di pengaruhi oleh beberapa faktor fisik yaitu
bentuk lahan, curah hujan, kedalaman air tanah dan tekstur tanah bagian atas yang
berpengaruh terhadap daya meresapkan air hujan. Faktor-faktor tersebut digunakan
sebagai pendekatan untuk menentukan potensi kekeringan.
Kekeringan yang terjadi di Wonolelo setiap tahunnya adalah kekeringan di
permukiman dan persawahan. Kekeringan ini berdampak pada kesehatan manusia,
tanaman serta hewan baik langsung maupun tidak langsung. Secara umum kekeringan
di Wonolelo dipengaruhi oleh Morfologi wilayah yaitu Perbukitan dengan batuan
induk karst (Pegunungan Sewu). Pengaruh yang muncul adalah dalamnya muka air
tanah karena banyak meresap ke dalam tanah ataupun masuk ke dalam sungai bawah
tanah, sehingga tidak banyak ditemui sumber air di permukaan.
Wilayah Wonolelo yang terancam kekeringan meliputi ;
 Kedungrejo (RT1,2,3,4)
 Cegokan (RT1,2,3,4)
 Ploso (RT1,2,3,4),
 Purworejo (RT1,2,3,4,5,6)
 Bojong (RT1,2,3,4,5)
 Mojosari (RT1,2,5,6),
 Depok (RT1,3,4)
 Guyangan (RT3)

2. Longsor
Gerakan tanah atau tanah longsor akibat kondisi tanah yang tidak stabil yang
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena tekanan atau beban tanah menahan
benda/ bangunan diatasnya, kemiringan tanah yang curam hingga tidak ada vegetasi
yang menahan luncuran air, sehingga air mengalir membawa material tanah dan
terjadi longsoran ataupun banjir bandang.
Tanah longsor yang terjadi dicontrol oleh beberapa faktor alam yaitu : geologi,
struktur perlapisan batuan, litologi, bentuk lahan, lereng, tebal tanah/ batuan lapuk
dan tutupan vegetasi. Sedangkan curah hujan yang lebat dan lama waktu hujan adalah
faktor pemicu terjadinya longsor. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian longsor
secara tidak langsung adalah : pemotongan lereng untuk jalan/ bangunan dan kejadian
gempa bumi yang getarannya mampu mereaktifasi system kekar/ patahan yang sudah
ada sehingga kembali aktif lagi. Jenis gerakan tanah pada lereng yang terjadi dapat

15
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

berupa longsoran tanah yang sering terjadi pada tanah tebal, atau reruntuhan batuan
(rockfall) yang biasanya terjadi pada wilayah yang didominasi oleh batuan gamping.
Sebagian Wilayah Wonolelo merupakan perbukitan (267,6969 Ha atau 60 % dari
luas lahan) yang masuk dalam rangkaian pegunungan sewu. Pegunungan Sewu
merupakan wilayah dengan struktur Geologi utama Batuan Gamping. Hal inilah
yangmemicu terjadinya tingkat kerawanan longsor di Wonolelo.
Wilayah desa Wonolelo yang dimungkinkan terjadinya Longsor (sumber data : Tim
Pengelola Kegiatan PPK 2009) antara lain ;
 Kedungrejo (RT 2 dan 3) dengan jumlah penduduk 31 KK/104 jiwa.
 Cegokan RT 3 dengan jumlah penduduk 48 KK/165 jiwa
 Ploso RT 1 dan 4, dengan jumlah penduduk 18 KK/54 jiwa
 Purworejo RT 6, dengan jumlah penduduk 19 KK/64 jiwa
 Bojong RT 4, dengan jumlah penduduk 18 KK/59 jiwa
 Guyangan RT 3, dengan jumlah penduduk 17 KK/145 jiwa
 Depok, dengan jumlah penduduk 39 KK/145 jiwa

3. Banjir
Banjir terjadi di samping karena faktor alam juga disebabkan faktor manusia
seperti pembuangan sampah yang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan
badan air sungai yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga
aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Yang kedua, kurangnya
daya serap tanah disebabkan terhadap air karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan
raya dan bangunan-bangunan yang jelas tidak tembus air, sehingga air tidak mengalir
dan hanya menggenang. Bisa jadi daya serap tanah disebabkan ulah penebang-
penebang pohon di hutan yang tidak menerapkan system reboisasi (penanaman
pohon kembali) pada lahan yang gundul, sehingga daerah resapan air sudah sangat
sedikit. Faktor alam lainnya adalah karena curah hujan yang tinggi dan tanah tidak
mampu meresap air, sehingga luncuran air sangat deras.
Banjir genangan dan banjir bandang, keduanya bersifat merusak. Aliran arus air
yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan
manusia dan binatang. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan
mampu menyeret material berupa batuan yang lebih berat, sehingga daya rusaknya
akan semakin tinggi. Banjir air pekat ini akan mampu merusakkan fondasi bangunan
yang dilewatinya terutama fondasi jembatan sehingga menyebabkan kerusakan yang
parah pada bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan
menghanyutkannya. Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir
akan diendapkan di tempat tersebut yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman,
perumahan serta timbulnya wabah penyakit.
Banjir di Wonolelo berasal dari aliran Sungai Pesing yang ketika hujan lebat
meluap menggenangi sebagian permukiman dan persawahan. Aliran sungai ini berasal
dari wilayah timur, yaitu Pegunungan Sewu yang mempunyai topologi lebih tinggi.
Atau bisa dikatakan merupakan banjir kiriman dari daerah yang lebih tinggi. Dampak
yang ditimbulkan dari banjir ini antara lain kerusakan dan hanyutnya sebagian
bangunan, vegetasi dan persawahan. Pada saat air surut, material yang diendapkan
dari sungai dapat merusak tanaman, perumahan dan timbulnya wabah penyakit.

16
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Ancaman Banjir di desa Wonolelo meliputi wilayah RT 1 dan 2 Dusun Depok, RT 1 dan
3 Dusun Guyangan.

4. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa alam yang dipengaruhi oleh proses tektonik
maupun vulkanik. Gempa bumi vulkanik hanya bisa dirasakan oleh masyarakat yang
tinggal di sekitar gunung, gempa ini disebabkan oleh pergerakan dan tekanan magma
di dalam perut bumi yang keluar melalui gunung. Sedangkan gempa bumi tektonik
disebabkan dari pergerakan tektonik lempeng bumi.
Tanggal 27 Mei 2006, pukul 06.50 WIB Provinsi DIY diguncang gempa dengan
kekuatan 5,8 – 6,2 pada SR (BMG dan Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi). Pusat Gempa diperkirakan di pinggir pantai selatan Kabupaten Bantul
dengan kedalaman 17 km-33 km di bawah permukaan tanah.
Setelah dilakukan kajian lapangan, ternyata gempa bumi disebabkan adanya
gerakan sesar aktif di Provinsi DIY yang kemudian disebut Sesar Kali Opak. Gempa
bumi 27 Mei 2006 terjadi karena lempengan Australia yang bergerak menunjam di
bawah lempeng Eurasia dengan pergerakan 5-7 cm tiap tahunnya. Episentrum
diperkirakan terjadi di muara S. Opak-Oyo.
Dengan kata lain Gempa dipicu oleh pergerakan dari dalam bumi dan diperparah
dengan struktur Geologi atau batuan serta jarak dengan daerah rawan Gempa
sekaligus bentuk penggunaan lahan terbangun. Provinsi DIY diapit oleh 2 sistem sungai
besar yang merupakan sungai patahan dilihat dari morfologinya yaitu; S.Opak-Oya,
dan S. Progo. Pergerakan lempeng tersebut dapat pula mempengaruhi patahan
sehingga menimbulkan gempa bumi. Desa Wonoelelo berada di sebelah timur jalur
Sesar Sungai Opak – Oya yang berjarak radius kurang lebih 3 km.
Catatan sejarah menyebutkan bahwa gempa besar sering terjadi di DIY pada
masa lalu diantaranya pada 1867, 1937, 1943, 1976, 1981, 2001 dan 2006. Diantara
sekian kejadian tersebut, gempa dengan jumlah kerusakan atau korban besar terjadi
pada 1867, 1943 dan 2006. Gempa Bumi hampir mengancam seluruh wilayah
Wonolelo, terutama pada wilayah pertemuan antara dataran dan perbukitan,
mengingat Wonolelo berada di sekitar sesar Opak.

5. Angin Ribut / Puting Beliung


Angin putting beliung terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang
sangat ekstrim, biasanya terjadi pada musim hujan sehingga berbentuk angin disertai
putaran yang kencang dan berpotensi menimbulkan kerusakan. Putaran angin yang
kencang tersebut berbentuk melingkar dengan radius antara 5 hingga 10 m dan
kecepatan mencapai 20 hingga 30 knot. Angin putting beliung yang masuk kategori
tornado lemah mempunyai ciri bisa menyebabkan kematian kurang dari 5% memiliki
tenggang waktu 1 sampai dengan 10 menit dengan kecepatan angin kurang dari 110
mph.
Biasanya kejadian angin ribut dapat dijumpai pada saat musim pancaroba
pergantian dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya pergantian dari
musim hujan ke musim kemarau. Kejadiannya sangat dipengaruhi oleh tekanan udara
local sehingga sulit diprediksi maupun dipantau dari citra satelit. Konversi lahan juga

17
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

sangat mempengaruhi tekanan udara local. Angin ribut jarang dijumpai di daerah
perbukitan dan seringnya terjadi di daerah hamparan dan atau daerah yang berada
diantara 2 celah bukit. Dengan kata lain letak geografis dan topografis juga sangat
mempengaruhi kejadian angin ribut.
Kondisi Geografis dan Topografis Wonolelo yang merupakan wilayah perbukitan
menyebabkan beberapa wilayah desa mempunyai potensi yang terjadinya Putting
Beliung. Wilayah yang berpotensi tersebut berada diantara celah bukit ataupun
wilayah dataran. Berdasarkan penilaian tersebut, maka dimungkinkan angin ribut
ataupun putting beliungterjadi pada wilayah tertentu, antara lain ;
 Bojong RT 1,3, 4
 Purworejo RT 1,2,3,4,5
 Ploso RT 3,4
 Mojosari RT 2,4,5
 Guyangan RT 1,
 Depok RT 1,2,
 Cegokan RT 2,
 Kedungrejo RT 1

6. Kebakaran
Kebakarann disebabkan oleh berbagai macam hal. Kecenderungan di Wilayah
pedesaan adalah kebakaran pada lahan tanaman kering atau hutan dan rumah
penduduk yang dikarenakan keteledoran dalam penggunaan perapian baik untuk
keperluan dapur rumah tangga maupun lampu penerangan (lilin, sentir, teplok, obor,
maupun obat nyamuk). Perkembangan saat ini mengenai meledaknya tabung kompor
gas menjadikan suatu kekhawatiran tentang terjadinya kebakaran. Sebagian besar
warga Wonolelo mendapatkan subsidi konversi minyak tanah ke tabung gas. Maka
wilayah yang kemungkinan terkena dampak kebakaran adalah seluruh desa Wonolelo
baik kebakaran rumah tangga maupun lading.

7. Epidemi Penyakit
Epidemic, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman bencana yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjnagkit di suatu daerah
tertentu dan waktu tertentu. Pada skala besar, epidemi/wabah/KLB dapat
mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa.
Penyebaran penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi, sehingga kejadian yang
pada awalnya merupakan kejadian local dalam waktu singkat bisa menjadi bencana
nasional yang banyak menimbulkan korban jiwa dan sudah masuk kategori wabah.
Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat
yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini.
Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat yang
sangat luas meliputi :
(1) Jumlah kesakitan, bila wabah tidak dikendalikan maka dapat menyerang
masyarakat dalam jumlah yang snagat besar, bukan snagat dimungkinkan wabah
akan menyerang lintas Negara bahkan lintas benua.

18
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

(2) Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidka berhasil dikendalikan, maka
jumlah kematian juga akan meningkat secara tajam.
(3) Aspek ekonomi, dengan adanya wabah maka akan memberikan dampak pada
merosotnya roda ekonomi. Sebagai contoh apabila wabah flu burung benar terjadi
maka triliunan asset usaha perunggasan akan lenyap. Begitu juga akibat
merosotnya kunjungan wisata karena adanya travel warning dan beberapa Negara
maka akan melumpuhkan usaha biro perjalanan, hotel maupun restoran.
(4) Aspek politik, bila wabah terjadi maka akan menimbulkan keresahan masyarakat
yang sangat hebat, dan kondisi ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh pihak-
pihak tertentu guna menciptakan kondisi tidak stabil.

Yang termasuk dalam epidemi penyakit di Wonolelo antara lain :


a. Demam Berdarah (DB)
b. Cikungunya
c. TB
d. Flu Burung
e. Gizi Buruk

Wilayah yang dimungkinkan menjadi daerah epidemik penyakit adalah di


seluruh wilayah desa dikarenakan belum adanya pengelolaan sampah dan penataan
lingkungan yang baik

B. Ancaman Sosial

a. Pergaulan Bebas
Perkembangan kehidupan social sangat pesat melalui berbagai bentuk dan
media. Perkembangan yang terus pesat akan menjadikan suatu kondisi dimana
orang akan mudah mengenal dan bergaul dengan siapa saja. Secara sederhana
dan terlihat, remaja dan anak – anak sering dijadikan alas an adanya pergaulan
bebas. Lebih daripada itu tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang tua
dan disinilah letak pentingnya peran orang tua.

b. Sampah dan kotoran teletong


Setiap hari warga mengelaurakan dan membuang sampah, baik dari rumah
tangga, pribadi, maupun usaha yang dilakukan. Pengelolaan sampah yang kurang
baik, bahkan belum berjalan menjadikan permasalahan yang bisa menyebabkan
terjadinya bencana.
Banyaknya warga yang memiliki binatang ternak juga tidak terlepas dari
pengelolaan kotoran yang dihasilkan, terutama kotoran sapi (teletong). Sampai
saat ini pengelolaan kandang dan kotoran yang belum baik telah meresahkan
beberapa warga yang berada di sekitar kandang atau pemilik ternak yang kurang
baik dalam pemeliharaan.

c. Sutet dan BTS


Desa Wonolelo merupakan bagian dari jalur Saluran Udara Tegagangan Tinggi
(SUTET). Beberapa warga yang areanya berada langsung di bawah aliran SUTET
telah mendapatkan kompensasi ganti rugi atas lahan yang dilalui. Muncul

19
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

pemikiran dampak yang ditimbulkan bagi yang berada di bawah maupun sekitar
aliran SUTET. Apakah Sutet tidak menimbulkan bahaya khususnya bagi kesehatan
atau tidak.

d. Penebangan dan perburuan Liar


Luas wilayah hutan Wonolelo menjadikan munculnya keinginan warga untuk
melakukan usaha berdasarkan potensi yang ada di hutan. Dari kondisi inilah
muncul penebangan liar yang tidak terkendali untuk usaha home industry. Selain
itu beberapa area ditemukan perburuan bailk hanya sekedar hoby ataupun
sebagai bagian dari usaha mendayagunakan potensi sumberdaya hutan.

e. Konflik Bantuan
Adanya bantuan yang masuk ke desa terkadang memberikan dampak tersendiri
apabila telah disalurkan kepada masyarakat. Dalam proses pendataan terkadang
terjadi kejannggalan data. Demikian pula dalam proses penyalurannya. Beberapa
warga yang tidak mendapatkan jatah terkadang mengalami kecemburuan social.
Disinilah peran pengelola dantuan diperlukan untuk berlaku bijak dan adil.
Kecemburuan dan ketidakadilan inilah yang memicu terjadinya konflik social.

20
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Tabel 3.1 Profil Ancaman Alam Desa Wonolelo


NO ANCAMAN FAKTOR PENDORONG TANDA PERINGATAN PERINGATAN KECEPATAN FREKUENSI KAPAN DURASI KETERANGAN
(ALAM) AWAL (MASY) TERJADI
Analisa Ancaman Alam
1 Kekeringan  Vegetasi kurang  Sumur tidak berair lambat 1 th sekali ½ th
 Kurang resapan air  Dam berguguran
 Rekahan tanah
2 Longsor  Penebangan  Tanah bergerak Curah hujan Tidak teduga Tidak Tidak Tidak
 Kemiringan tanah  Rekahan tanah tinggi terprediksi terprediksi terprediksi
 Struktur tanah labil
 Curah hujan tinggi
 Gempa bumi
3 Banjir  Banyaknya sampah  Sungai meluap Curah hujan cepat Tidak Musim hujan + 5 jam
yang masuk sungai. tinggi terprediksi
 Kurangnya pohon
untuk menahan air
& tanah.
 Curah hujan tinggi
 Sungai dangkal
 Saluran irigasi
kurang
4 Angin ribut  Hujan + angin  Pohon2 bergoyang Teriakan2 Cepat Tidak Tidak Hitungan Sewaktu tengah
 Cuaca ekstrim  Angin kencang “claret taun” terprediksi terprediksi menit terjadi hujan
berubah  Adanya “cleret dari masyarakat deras
tahun” (awan hitam masyarakat
tebal disertai angin) membuang
senjata 2 (sabit
dll) & pant ke
atas atap rumah
yang mereka
punya.
5 Gempa  WnLelo dilewati  Suara ‘BLUNG’ SOS Cepat Tidak Tidak Hitungan Menurut ahli
Cesar Opak.  Hewan2 turun dari Ada teriakan Bedundukan/ti terprediksi terprediksi menit tanah,
gunung “kukuh bako” ba2 sebenarnya
 Hewan dalam tanah dan reaksi faktor tanah

21
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

keluar manusia lainnya jelas tapi juga


 Dilangit ada garis yang ada faktor dari
putih membentang mendengar manusia yang
setiap malam hari langsung berlari sering terjadi
sebelum yterjadi menyelamatkan penambangan
gempa diri. dan pemerataan
bukit dan
dijadikan
pemukiman (di
daerah Mojosari
daerah
perbukitan telah
diratakan
menjadi
pemukiman
warga.)
6 Kebakaran  Lampu minyak  Konsleting kentonngan fluktuatif Setiap saat Permukiman,
 Lilin  Kebocoran ketika teledor Hutan,
 Punting rokok  asap Pekarangan
 Obat nyamuk
 Aliran listrik
 Kompor gas
Analisa Ancaman Non Alam
7 Epidemic  Nyamuk  Standart penyakit Lambat/cepat Setiap saat pekanan
Penyeakit  Sanitasi DB (demam tinggi,
bintik2 merah )
a. Demam
Berdarah
b. Cikungunya

c. TB  Sampah  lingkungan jorok / Terjangkitnya pekanan Fluktuatif Setiap saat pekanan Permukiman
d. Flu Burung  Unggas kumuh lebih dari 2 lingkungan warga dan
e. Gizi Buruk  makanan orang dalam lingkungan
suatu area
f.  
Analisa Ancaman Sosial

22
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

a. Pergaulan  Broken home  Bolos sekolah Lambat/cepat Setiap saat Kalo jaman dulu
Bebas  Pengaruh Media siang hari ada
 Kenakalan remaja jago yang
berkokok maka
bisa dipastikan
ada seorang
perawan/ gadis
yang hamil
disuatu tempat
b. Sampah  Rumah tangga  bau Keresahan Lambat-Cepat singkat Setiap saat Menyebabkan
dan  Ternak karena aktifitas konflik antara
kotoran  kandang terganggu pemilik ternak
teletong dengan tetangga
sekitar
c. Sutet dan  Aliran listrik  lahan kurang Terganggunya lama lama Kurun waktu tahunan Bahaya radiasi
BTS tegangan tinggi produktif kesehatan dan tertentu pada fungsi
 Gelombang fungsi organ organ tubuh
electromagnetic
 radiasi
d. Penebanga  Kebutuhan ekonomi  pemanasan lambat lama Setiap saat tahunan Dapat
n dan  Potensi sumberdaya  penggundulan menyebabkan
perburuan hutan terjadinya
Liar  ketrampilan bencana lain
e. Konflik  Kebutuhan ekonomi  keregangan Pembicaraan isu lama lambat Selama proses bulanan Memicu konflik
Bantuan  kecemburuan hubungan sosial ketidakadilan hinngga social
beberapa terganggunya
waktu hubungan social
sesudahnya antar warga

23
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

2. PROFIL KERENTANAN DAN KAPASITAS MASYARAKAT DESA WONOLELO


1. Kerentanan
Kondisi kerentanan desa dapat memperburuk dampak yang ditimbulkan oleh
ancaman. Kerentanan tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor yang terukur.
Beberapa faktor kerentanan dapat digunakan tidak hanya untuk satu jenis ancaman,
maka ada faktor kerentanan yang bersifat umum untuk semua jenis ancaman
diantaranya :
1. Jumlah Penduduk
 Total
 Lansia
 Cacat
 Miskin
 Ibu Hamil
 Balita
 Usia sekolah

2. Sarana Prasarana
 Industri, dapat menjadi kerentanan dikarenakan merupakan sumber
penghidupan bagi warga. Kondisi lain juga dapat menjadi faktor penyebab
ancaman apabila pengelolaan limbah kurang diperhatikan.
 Tambang, daerah yang digunakan sebagai lokasi tambang cenderung memicu
terjadinya ancaman, karena penanganan yang kurang perhatian terhadap
lingkungan atau mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Di samping itu,
tambang merupakan sumber penghidupan, sehingga apabila rusak karena
bencana dapat mempengaruhi kondisi perekonomian.

3. Lahan
 Terbangun, menjadi rentan karena menjadi lokasi kegiatan aktifitas manusia,
apalagi bila daerah terbangun pada keadaan saling berdekatan atau padat.
 Pertanian, merupakan sumber penghidupan yang dimungkinkan dapat rusak
atau tidak bisa diolah karena terkena dampak bencana

Selain faktor yang berpengaruh secara umum, terdapat beberapa faktor


kerentanan yang dapat mempengaruhi dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya
bencana. Beberapa diantaranya adalah akses jalan atau transportasi yang rusak

24
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Tabel 3.2 Profil Kerentanan Desa Wonolelo


Fisik Sosial Motivasi
1. Jarak bangunan 1. Pengangguran terjadi di seluruh # Rendahnya
dari sungai kurang dusun (8 dusun) dengan kesadaran pada
dari 5 meter perkiraan pembagian warga :
2. Tidak ada talut persentase, pengangguran Fisik :
sungai pada daerah terbuka 35% dari jumlah  Penataan
yang aliran air penduduk produktif dan sisanya lingkungan
sungainya deras Musiman  Tebang pilih
3. Banyak rumah di 2. Kenakalan remaja juga terjadi di  Penghijauan
bawah lerang bukit seluruh dusun (8 Dusun )  Pengelolaan
4. Limbah industry dengan faktor pendorongnya sampah
krecek dan roti antara lain :  Ceroboh
yang belum - narkoba 20% (kebakaran)
dikelola baik - Pergaulan bebas
5. Bukit yang gundul - Facebook Sosial :
6. Berkurangnya 3. Konflik sosial juga terjadi di  Pilih – pilih
tanaman bambu di seluruh wilayah 8 dusun. Konflik pekerjaan
pinggir sungai yang sering terjadi antara lain  Perhatian
7. Jalan desa rusak bantuan yang tidak tepat keluarga
8. Tanah perbukitan sasaran, Sengketa tanah, KDRT terhadap remaja
yang diratakan 4. Kurangnya kesadaran akan  Pengetahuan
untuk pemukiman pendidikan diperkirakan 20% pendidikan
9. Sumur bur dari jumlah penduduk  Penyalahgunaan
berpengaruh 5. Pelayanan kesehatan bagi Gakin wewenang
terhadap sumber2 kurang optimal  Keswadayaan
air di sekitarnya 6. Pupuk Langka dan mahal masyarakat
10. Jembatan rusak 7. Minimnya perhatian pemerintah  Kreativitas
11. Belum ada pada produk/hasil pertanian petani dan
pengelolaan 8. Susahnya pemasaran hasil usaha pengrajin
sampah dan limbah (ex. : mebel, lincak)
ternak 9. Kurangnya koordinasi
12. Sawah jauh dari masyarakat dan pemdes
sumber air 10. Sikap individualis masyarakat

2. Kapasitas
Dibalik kondisi Ancaman dan kerentanan tersebut di atas, di desa Wonolelo juga
mempunyai kapasitas yang dapat meminimalisir terjadinya bencana. Serupa dengan
kerentanan, beberapa Faktor Kapasitas juga dapat digunakan untuk menilai lebih dari
satu jenis ancaman.
1. Sarana Prasarana
 Sekolah
 Pasar
 Kerapatan Jalan
 Jalur Evakuasi

25
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

 Posko evakuasi / t4 pengungsi


 EWS
 Masjid
 Poskamling
Secara khusus kapasitas juga dapat disesuaikan dengan jenis ancamannya, missal
jumlah sumur bur atau embung, saluran irigasi untuk ancaman kekeringan, Talud
atau tanggul sungai untuk longsor dan banjir.

2. Kesehatan
 RS
 Puskesmas / Pembantu
 Posyandu
 Apotek
 Tenaga medis
 Para medis

Selain faktor Kerentanan dan Kapasitas yang dapat terukur tersebut, perlu
diingat bahwa di desa juga memiliki system social dan system pemerintahan yang
dapat mempengaruhi pengurangan Kerentanan dan penguatan Kapasitas. Faktor
tersebut adakalanya tidak dapat terukur secara Kuantitatif, namun dapat diuraikan
secara kualitatif naratif.
Di Desa Wonolelo memiliki perangkat desa yang terbuka dengan segala masukan
dari seluruh warga. Hal ini dapat mempengaruhi dalam proses koordinasi apabila
terjadinya bencana. Namun terkadang di tataran warga sendiri masih ditemui konflik
social missal dalam pembagian bantuan yang dapat memicu masalah atau bencana
baru berupa bencana social.

26
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Tabel 3.3 Profil Kapasitas Desa Wonolelo


Fisik Sosial Motivasi
 Embung :  Gotong royong  Sadewo yang aktif
o Mojosari - masih banyak terhadap
o Depok 1  Komunitas di permasalahan desa
o Cegokan 1 berbagai bidang :  Standart peduli
o Ploso 3 o Standart terhadap bencana
o Purworejo 2 o Dasawisma alam
o Bojong 2 o Kesenian /  FKKP peduli terhadap
o Kedungrejo kethoprak kesehatan
o Guyangan o Karang taruna masyarakat dan
 Sumur Bur 3 : Kedungrejo, , / organisasi PAUD (bencana
Purworejo pemuda sosial)
 Puskesmas tingkat dusun  Pemuda peduli
 Lapangan o PKK terhadap kebersihan
 Tenda evakuasi o FKKP lingkungan, sosial,
 Kendaraan pengangkut o Ormas (NU. pendidikan
 Sekolah : SD 4, TK 2, PAUD 2 Muhammadiy  Warga masyarakat
bersikap terbuka
 Gedung serbaguna : 2 ah)
o Sadewo terhadap hal baru
 WC Umum
o Polmas yang bersifat
 Pasar Desa
membangun
 Tempat relokasi kas desa (FKPM)
 Mata air pegunungan o KTW
 Kandang kelompok (kelompok
 Tempat ibadah Tani Wanita)
 Pos kamling o Gapoktan
o Koperasi
o UPFMA
(English)
o LKM
o KSM
o PKBM
 Pondok Pesantren
 TPA
 Radio Komunitas +
majalah dinding
‘Sadewo’

27
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Tabel 3.4. Analisa Ancaman terhadap Kerentanan dan Kapasitas Desa Wonolelo
PROFIL UNSUR KERENTANAN
BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
Analisa Ancaman Alam
1. Kekeringan Tanah Tanah kering,  Sawah  Penggunaan Pencegahan  Anjuran Anjuran dari Belum
retak-retak kedungrejo pupuk kimia penggunaan dinas terkait dilaksanakan
(RT2) berlebihan, pupuk kimia seluruh petani
 Cegokan  Kurang secara
(tegalrejo) Pepohonan, berimbang
 Ploso(pelemko  Kurang  kampanye
dok, kulon sumber air, reboisasi
petung, kedalaman Mitigasi  Pembuatan  12 embung  Kesadaran
wareng, muka air embung 2000 an petani
ngasinan) tanah,  Saluran irigasi pohon di menggunakan
 Purworejo  Perbukitan  Sumur sawah, perbukitan pupuk masih
(mbulak kapur, bendungan (pogog), rendah karena
Tengahan, (cek dam),  Bendungan pupuk organic
migit, clangap,  Pengenalan (pethek) yg dibuat
mejing, talun, penggunaan  Sumur sawah untuk dijual,
nglaban, pupuk merata,  Masyarakat
kulongunung, organic,  2 sumur bur menebang
penthuk)  Reboisasi  Pembuatan pohon
 Bojong (bojong – pupuk organic semaunya
(ndangsili,ngas pogog – oleh gapoktan demi
em,dadap,surp kedungrejo, di Purworejo kebutuhan
ethek) kowangrejo, – ploso, ekonomi,
 Mojosari punthukrejo,  Reboisasi
(pelgading) guyangan) (bojong,
 Depok kedungrejo,
(Ngepos) kowangrejo,
punthukrejo,
guyangan)
Kesiapsiagaan Kemampuan Kearifan local Pengetahuan
mendeteksi deteksi sumber mendeteksi

28
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
sumber air air dengan daun sumber air
tanah, pisang (pada secara lebih
musim kemarau modern,
menggali tanah
seperlunya,
kemudian
malam hari
ditutup daun
pisang,
pinggirnya
ditutup tanah,
pagi hari dibuka,
apabila ada
banyak air
tertampung,
maka ada
sumber air),
Manusia  Kekurangan  Kedung  Peneba Pencegahan Pengenalan jenis Pengetahuan,
pasokan air rejo ngan liar, Pohon akar kuat kesadaran
 Merugi (RT1,2,3,4)  Kurang menahan air kurang
(ekonomi,  Cegoka resapan air Mitigasi  Reboisasi,  Reboisasi  Reboisasi
waktu, n (RT1,2,3,4)  Bak biopori, sudah di belum
tenaga),  Ploso penampungan  Sumur pinggir pogog, merata,
 konflik (RT1,2,3,4), belum sungai untuk  Jaringan air  Jaringan air
 Purwor berfungsi dilasurkan ke bersih dari belum
ejo dengan baik daerah pegunungan berfungsi,
(RT1,2,3,4,5,6)  Lokasi kekeringan, bocor,
 Bojong permukiman  Bak
(RT1,2,3,4,5) di daerah penampungan
 Mojosar pegunungan dan
i (RT1,2,5,6), kapur penyaluran air
 Depok  Muka ke rumah
(RT1,3,4) air tanah penduduk
 Guyang terlalu dalam Kesiapsiagaan Hemat air, Pengetahuan kesadaran

29
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
an (RT3) penyulingan air tentang hemat kurang tentang
air cukup hemat air
Ternak  Kurus kering Seluruh desa  Mengutamak Pencegahan
 Harga jual an kebutuhan Mitigasi  Pembuatan  kandang Kurangnya
rendah air untuk kandang kelompok kemauan
 Produktifitas manusia kelompok sapi di RT4 membuat
rendah  Kandang jauh dekat sumber purworejo Kandang
 Kesulitan dari sumber air dan depok kelompok,
sumber pakan air,  Menanam  kandang Kandang
sumber pakan kelompok kelompok depok
di sekitar kambing (RT3 belum
kandang purworejo, difungsikan,
kelompok
secara terpola
pemanfaatann
ya
 System
berternak tiap
3 bulan
(penggemukan
)
Kesiapsiagaan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan bagi
pengolahan sudah dilakukan petani di setiap
pakan ternak, di Purworejo dusun

Tanaman  Kesulitan 7 dusun  Sawah jauh Pencegahan Larangan  Himbauan


Pangan budidaya dari sumber menanam menanam padi
tanaman air tanaman umur variatas tahan
 Turunnya  Belum ada panjang air
produktifitas irigasi  Adanya lahan
hasil tanaman percontohan
pangan (demplot)
 Gagal panen Mitigasi  Penyediaan  Bahan pupuk  Sumur bur
 Keringnya varitas organic belum

30
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
sumber air tanaman (kotoran difungsikan
pangan umur ternak dan untuk irigasi
pendek, dedaunan)  Belum ada
 Penggunaan  Pengolahan saluran irigasi
pupuk organic, pupuk organic  Lokasi
 Optimalisasi di RT 04 Dusun pengolahan
sumur bur, Purworejo pupuk organic
 Pengadaan  2 Sumur Bur di di 7 dusun
saluran irigasi, RT 01 selain
Purworejo purworejo
Kesiapsiagaan  Mengenal Tenaga penyuluh  Penyuluhan
macam pertanian tanaman
tanaman umur pangan umur
panjang dan panjang dan
pendek pendek,
 Pelatihan  Pelatihan
pengolahan Pengetahuan
pupuk organic dan
ketrampilan
pengolahan
pupuk organic,
Perikanan  Kesulitan  Kedungrejo  Minimnya Pencegahan Larangan Himbauan untuk
pembibitan, (RT1), pengetahuan memelihara ikan tidak
 Kesulitan  Purworejo tentang yg memelihara ikan
budidaya ikan, (nglaban), budidaya ikan membutuhkan yg
 Turunnya  Ploso (RT3),  Lokasi rotasi air di membutuhkan
produktifitas pemiliharaan daerah sulit air, rotasi air di
ikan, ikan di daerah daerah sulit air,
 Gagal panen sulit air, Mitigasi  Membuat kolam kedap air  Jadwal
jadwal (deklit, cor) pemeliharaan
pemeliharaan ikan,
ikan di awal  Penentuan
musim hujan wilayah
 Membuat pemeliharaan

31
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
kolam kedap ikan
air (deklit, cor)
 Penentuan
wilayah
pemeliharaan
ikan
Kesiapsiagaan Pelatihan Pelatihan
budidaya ikan budidaya ikan
2. Longsor Manusia  Meninggal,  Kedungrejo  Minimnya Pencegahan Larangan
 Cidera, (RT 2 dan 3), pengetahuan mendirikan
 Penghidupan  Cegokan RT 3, mengenai bangunan di
terganggu,  Ploso RT 1 gejala dan cara lokasi rawan
 Hilang dan  Purworejo RT menghindari longsor
rusaknya harta 6, longsor, Mitigasi Jalur evakuasi, Penentuan Jalur
benda  Bojong  Ketidakpedulia Menutup celah evakuasi,
 Guyangan RT 3 n warga tanah, Penutupan celah
 Kedungrejo mengenai Drainase, tanah belum
 Kedungrejo gejala longsor, dilakukan warga
 Cegokan  Kesadaran Kesiapsiagaan  Simulasi Tim Standart  Simulasi
 Ploso RT 1 dan untuk tidak longsor longsor,
4, menempati  Edukasi  Edukasi
 Purworejo lokasi rawan bahaya bahaya
 Bojong longsor, longsor longsor
 Guyangan RT 2  Pelatihan  Pelatihan
kegawatdarura kegawatdarur
tan atan
 Protap / SOP  Protap / SOP
 Tim Tanggap  EWS/Sistem
darurat peringatan
 EWS/Sistem dini,
peringatan dini

Bangunan Rusak, roboh, Lokasi di daerah Pencegahan


hancur rawan Mitigasi  Relokasi Tanah kas Kemauan warga

32
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
 Lokasi baru dan biaya
Kesiapsiagaan - - -
Ladang Rusak, tidak bisa Lokasi di daerah Pencegahan - - -
diolah lagi rawan Mitigasi Sistem
terasering
Kesiapsiagaan - - -
Sarana Umum Jalan tertutup, Lokasi di daerah Pencegahan - - -
Jembatan rusak rawan Mitigasi Drainase Drainase Ploso  Drainase
RT 4 dusun
Kedungrejo
 Cegokan
 Ploso RT 1,
 Purworejo
 Bojong
 Guyangan RT
2
Kesiapsiagaan
Ternak Mati,  Kedungrejo Lokasi Pencegahan
 Cegokan pemeliharaan di Mitigasi relokasi Tanah kas untuk Belum ada
 Ploso RT 1 daerah rawan relokasi relokasi
dan 4, Kesiapsiagaan
 Purworejo
 Bojong
Tanaman Rusak, Kedungrejo Lokasi di daerah Pencegahan Penanaman Reboisasi di Penanaman
Cegokan rawan pohon berakar Pogok Purworejo pohon di daerah
Ploso RT 1, kuat di daerah rawan
Purworejo rawan
Bojong Mitigasi Tidak menanam
tanaman pangan
di lokasi rawan
Kesiapsiagaan
3. Banjir Manusia  Terganggu RT 1 – 2 Depok,  Lansia Pencegahan Larangan
kesehatan RT 1 – 3  Balita membuang
Guyangan sampah (plastic,

33
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
(disentri,  Obesitas kaca, botol, dll)
diare, typus,  Tingkat di sungai,
ispa, penyakit kesadaran menebang
kulit, membuang pohon
muntaber), sampah, sembarangan
 Terganggu menanam Mitigasi  Kotak/Tas  Pos Kesehatan  Kotak/Tas P3K
kejiwaan / pohon P3K di setiap (Pustu/Puskes di setiap
psikologis, penahan rumah, Pos mas rumah,
 Terganggu banjir masih Kesehatan Pembantu)  Tempat
aktifitas, rendah, (Pustu/Puske  Kader evakuasi
 Tingkat smas Kesehatan (depok - atas,
pemahaman Pembantu) guyangan RT 2
mengenai  Kader –lap.Voli, RT 1
fenomena Kesehatan, Ponpes
banjir, jalur dan Walisongo, RT
tempat 3 – masjid Al
evakuasi Muttaqin)
Kesiapsiagaan  Sosialisasi,  Sosialisasi,
 Edukasi,  Edukasi,
 Simulasi,  Simulasi,
 Menerapkan  Menerapkan
pola hidup pola hidup
sehat, sehat
 Alat  Alat
peringatan peringatan
dini dini
Rumah / terendam,  Jarak Pencegahan
bangunan hanyut, bangunan dari Mitigasi  Talud dan Talud di Depok, Tanggul di Depok
rusak, sungai kurang tanggul sungai tanggul di RT 1 RT 1-2 dan di RT
erosi bangunan, dari 5 meter,  Pondasi rumah Guyangan 2-3 Guyangan,
roboh  Tidak ada talut dibuat lebih
di daerah sun tinggi dan kuat
gai yang / rumah
mempunyai panggung,

34
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
aliran deras,  Menanam
 Bukit yang bamboo,poho
gundul, n penyerap air
 Berkurangnya (preh, dan
tanaman lainnya) di
bambu di sepanjang
sekitar sungai, sungai,
Saluran irigasi Kesiapsiagaan
kurang,
 Tanah
perbukitan
yang diratakan
untuk area
permukiman
Ternak  Mati, Kandang/kolam Pencegahan
 Hanyut dekat sungai, Mitigasi  Lokasi  Lokasi kandang
 Cacat kandang jauh jauh dan lebih
 sakit dan lebih tinggi dari
(kembung/mas tinggi dari sungai,
uk angin) sungai  Tembok/tangg
 stress  Tembok/tangg ul kolam
ul kolam dibuat lebih
dibuat lebih tinggi,
tinggi  Pagar kandang
 Pagar kandang unggas dibuat
unggas dibuat lebih tinggi,
lebih tinggi
Kesiapsiagaan  Tenaga  Tenaga
kesehatan kesehatan
hewan, obat hewan, obat
penetralisir penetralisir
hewan/ikan, hewan/ikan,
 Sosialisasi  Sosialisasi
kesehatan kesehatan

35
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
hewan hewan
Harta benda  Rusak Sulit/tidak Pencegahan
 Hilang/hanyut sempat Mitigasi Tas Siaga Tas Siaga
dipindahkan dokumen dokumen
Kesiapsiagaan
Tanaman Rusak, hanyut, Sawah dekat Pencegahan
gagal panen sungai, Mitigasi Menanam Menanam
Rumput Gajah Rumput Gajah
(kolojono) dan (kolojono) dan
sejenisnya di sejenisnya di
pinggir sawah pinggir sawah
Kesiapsiagaan
4. Gempa Manusia Manusia terluka Seluruh Desa  Kurangnya Pencegahan
bahkan Wonolelo pengetahuan Mitigasi  Sosialisasi  Sosialisasi
meninggal masyarakat  Penyuluhan  Penyuluhan
Cacat, trauma mengenai  Pelatihan P3K  Pelatihan P3K
kegempaan Kesiapsiagaan Jalur Evakuasi, Kader Jalur Evakuasi,
 pengetahuan Tempat/POSKO Kesehatan, Tempat/POSKO
masyarakat evakuasi, Tempat evakuasi evakuasi,
tentang P3K Simulasi, SOP, (Lapangan Simulasi, SOP,
kurang.. P3K(tenaga Wonolelo) P3K(tenaga
kesehatan), kesehatan),
Transportasi Transportasi
Bangunan/infras Bangunan rusak/ Seluruh Desa Penataan Pencegahan
truktur roboh Wonolelo permukiman Mitigasi Sosialisasi Sudah pernah Sosialisasi
putusnya belum baik standar dibagikan standar
jaringan jalan, Struktur bangunan tahan kalender dll yang bangunantahan
jembatan, listrik, Bangunan yang gempa , berkaitan gempa ,
tidak sesuai Penataan dengan Penataan
dengan lingkungan, kontruksi lingkungan,
ketentuan bangunan yang
kelayakan standar gempa
bangunan. yang pernah
diberikan paska

36
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
gempa.
Kesiapsiagaan Membangun dan Contoh Belum semua
memperbaiki bangunan bangunan
bangunan sesuai standar tahan memenuhi
dengan standar gempa, standar tahan
bangunan tahan tersedianya gempa.
gempa. tenaga dan
tukang yang ahli
di bidangnya.
Bahan bangunan
galian C.
Ternak Mati, Cacat, Se-Desa Sulit/tidak Pencegahan
Stres, Wonolelo sempat Mitigasi Membenahi Contoh kandang
dipindahkan kontruksi yang baik.
kandang yang
memudahkan
evakuasi ternak
saat terjadi
bencana.
Kesiapsiagaan
5. Angin Ribut Manusia terluka, cacat,  Bojong RT Tidak faham Pencegahan
(puting meninggal, 1,3, 4 gejala angin Mitigasi
beliung) kehilangan harta  Purworejo RT ribut, Kesiapsiagaan Sosialisasi dan
benda, material, 1,2,3,4,5 Tidak faham edukasi,
mata  Ploso RT 3,4 antisipasi dan Peringatan dini,
pencaharian  Mojosari RT cara Protap (Ren Kon)
2,4,5 menghadapi, Jalur evakuasi
 Guyangan RT
Bangunan Rusak, roboh, 1,  Bangunan Pencegahan
hancur  Depok RT 2, dekat Mitigasi Penataan
 Cegokan RT pepohonan, lingkungan
2,  Bangunan Kesiapsiagaan Sosialisasi
semi dan kontruksi
tidak bangunan

37
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
permanen,
 Kontruksi
atap tidak
tahan angin,
Tanaman Rusak/ Roboh  Akar tidak Pencegahan
kokoh,
 Usia tanaman Mitigasi Monitoring /
saat ditebang pemeriksaan
tetapi pohon rutin,
dibiarkan, Kesiapsiagaan  Alat tebang
 Tanaman /  Alat angkut
pohon terlalu  Tim relawan
rimbun, tinggi,
Rapuh
Ternak terluka, cacat, Lokasi kandang Pencegahan
meninggal, dekat
hilang pepohonan, Mitigasi Penataan
Kandang mudah lingkungan
roboh terkena Kesiapsiagaan Diamankan
angin, ketika muncul
gejala angin
6. Kebakaran Manusia Manusia bisa Seluruh desa  Teledor, Pencegahan Tidak melakukan
terluka, (unprictabel)  Masyarakat pembakaran di
kehilangan lalai dalam sembarang
rumah (materi) penggunaan tempat
bahkan sampai kompor gas,
bisa meninggal minyak, obat Mitigasi Sosialisasi dan
nyamuk bakar, edukasi,
lampu minyak, pelatihan tim
BBM, setrika pemadam
listrik, lilin,
puntung Kesiapsiagaan APAR (Alat
rokok, Pemadam
 Instalasi listrik Kebakaran) per

38
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
yang kurang dusun
baik, Tim Pemadam
 Anak main api, Kebakaran
petasan Aturan,
Protap,
Bangunan Rusak/ Terbakar Bangunan tidak
habis dan semi
permanen
Perkebunan / Rusak/ Terbakar Pembersihan
hutan habis dengan
pembakaran,
ternak Terbakar, mati Lokasi kandang
dekat
pembakaran
Analisa Ancaman Non Alam
7. Berbagai Manusia Sakit, meninggal Seluruh desa Minimnya Pencegahan Penerapan pola
Jenis pengetahuan hidup sehat,
Penyakit kesehatan, Foging,
(Epidemi) Pola hidup tidak Vaksinasi (flu
 DBD sehat, burung),
 Cikunguya Sanitasi Pola makan dan
 Gizi Buruk Lingkungan gizi seimbang
 TBC buruk (jorok), (Gizi Buruk),
 Flu Burung Pemeriksaan
rutin,
Posyandu,
Jumantik,
Gerakan 3M,
Abate (sumur)
Mitigasi Sosialisasi dan
edukasi,
(Metode dan
Media )
Kesiapsiagaan Tenaga

39
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
kesehatan,
Pos Kesehatan
(Puskesmas
Pembantu)
8. Sutet, BTS Manusia Radiasi Area sekitar jalur  Pengetahuan Pencegahan Tidak
gelombang Sutet dan Tower bahaya radiasi, beraktifitas di
elektromaknetig,  Kesadaran sekitar Sutet,
Cacat Fisik kurang, Mitigasi Sosialisasi dan
Mental,  Keras kepala, edukasi,
Kanker,  Tidak Pemeriksaan
Meninggal, mempunyai rutin,
tanah di lokasi Kesiapsiagaan
Lingkungan Tanah tidak bisa lain
diolah (tandus),
Tanaman tidak
tumbuh dengan
baik,
Analisa Ancaman Sosial
9. Pergaulan Manusia  Free sex Seluruh desa  Kelalaian Pencegahan  Penyuluhan,
Bebas  Penyalahguna pengawasan  Kampanye
an obat dan perhatian  Ronda
(NAPZA), Miras orang tua  Kegiatan
(mabuk),  Solidaritas keagamaan
kenakalan salah persepsi (Pengajian,
remaja,  Mudah siraman
tawuran terprovokasi rohani, dll)
 Criminal  Lemahnya  Terlibat
(pencurian, iman dalam
perampokan)  Pengendalian kegiatan
 Perselingkuha diri desa /
n  pengangguran kampong,
 Penyalahguna Mitigasi
an ITE Kesiapsiagaan
Lingkungan  Vandalisme

40
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
 Perusaka
 Pencemaran
lingkungan
10. Sampah, Manusia  Terganggu Seluruh desa Kesadaran, Pencegahan Himbauan,
kotoran, kesehatan System dan Kampanye
telethonk  Polusi/penec Sarana (Plangisasi,
emaran, pengelolaan stikerisasi, audio
belum ada, visual, dll)
Mitigasi  Pengelolaan
dan Bak
Sampah
(pemilahan,
TPS)
 Pengolahan
sampah dan
kotoran
 Pupuk
Organik, Bio
Gas,
 Sistem
Pertanian
terpadu
 Sosialisasi dan
edukasi
 Pelatihan
Kesiapsiagaan
11. Penebangan Manusia Bencana Alam Seluruh desa  Kesadaran Pencegahan  Himbauan/Lar
Liar, kurang angan
Perburuan  Pengetahua penebangan
Liar n system dan perburuan
tebang pilih liar
 Kebutuhan  Kampanye
ekonomi (nebang dan
nanam)

41
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PROFIL UNSUR KERENTANAN


BENTUK RISIKO LOKASI PENANGANAN KEBUTUHAN KETERSEDIAAN KEKURANGAN
ANCAMAN BERISIKO YG DIMILIKI
 Tidak ada Mitigasi - -
aturan Kesiapsiagaan - - -
Lingkungan  Rusak Pencegahan - - -
 Tercemar Mitigasi - - -
 Ekosistem Kesiapsiagaan - - -
terganggu
12. Konflik Manusia  Perang Mulut Seluruh desa  Egois Pencegahan - - -
Bantuan  Perang dingin  Kebutuhan Mitigasi - - -
ekonomi Kesiapsiagaan - - -
 kekuasaan

3. KAPASITAS EKONOMI MASYARAKAT


Tabel 3.5 Hasil Mapping Aset Desa Wonolelo
1 2 3 4 5 6 7
Program Pemberdayaan yg
SDM SDA SD Sosial SD Keuangan SD Infrastruktur SD Spiritual ada
Pendidikan tanah Gotong royong kredit Jaringan jalan pengajian PNPM
Jaringan
Ketrampilan kayu kenduri Arisan Yasinan BDL/ JRF
Komunikasi
Kerajinan Hutan kerja bakti koperasi Jaringan informasi hadroh PUAP -> Gapoktan
IDT ( simpan pinjam tingkat
kesehatan batu putih siskamling tabungan Transportasi Sholawatan
dusun)
sawah, tegalan, kiriman uang Gedung (balai
Kesenian   Raskin
pekarangan wesel desa,masjid)
Ternak (kambing,
KUBE ( kelompok usaha
  sapi, unggas,   pendapatan desa Jaringan irigasi
betrsama )
perikanan)
bantuan ternak kambing
        Jaringan air bersih  
( CDMK )

42
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Industri/kerajinan berskala rumah tangga yang terdapat di wonolelo meliputi Roti Bolu di Purworejo dan
Ploso, Kerajinan bamboo di Bojong, mebel di Cegokan, Mojosari, Guyangan, dan Ploso, Krecek di Cegokan, Ploso,
dan Guyangan, emping di Kedungrejo, Cegokan, Mojosari. Industri/kerajinan ini banyak menyerap tenaga kerja
sehingga pendampingan terhadap usaha ini berupa penguatan modal, perluasan akses pasar dan pengayaan
produk akan memperluas skala usaha sehingga daya serap terhadap tenaga kerja meningkat dan akan
memberikan dukungan terhadap peningkatan perekonomian warga

43
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

4. ANALISA RISIKO BENCANA

1. Tingkat Risiko Bencana

1.1 Analisa Single Hazard

Analisis risiko bencana berdasarkan pada ancaman, kerentanan dan kapasitas


yang telah diuraikan sebelumnya. Perhitungan risiko bencana sesuai dengan rumus
risiko bencana yaitu :

Ancaman x Kerentanan
Risiko Bencana 
Kapasitas

Parameter yang digunakan untuk penilaian risiko bencana dengan menggunakan tabel
dibawah ini, maka tingkat risiko bencana dapat dianalisa baik secara satu ancaman
(single hazard) ataupun multi ancaman (multi hazard).

Tabel 3.6 Parameter Penilaian Risiko Bencana


Kerentanan Kapasitas
Ancaman r
Khusus Umum Khusus
Kekeringan 1. Struktur tanah Jenis sawah 1. Penduduk 1. SarPras 1. Sumur bur
2. Struktur batuan  Total  Sekolah 2. Embung
3. Curah hujan  Lansia  Pasar 3. Saluran
4. Vegetasi irigasi
Dll  Cacat  Kerapatan Jalan
Longsor 1. Kemiringan lereng lokasi bangunan  Miskin  Jalur Evakuasi 1. drainase
2. Struktur tanah  Ibu Hamil  Posko evakuasi / t4
3. Struktur batuan  Balita pengungsi
4. Vegetasi  Usia sekolah  EWS
5. Curah hujan 2. SarPras  Masjid
Dll
Banjir 1. Sungai Jarak dari sungai
 industri  Poskamling 1. Tanggul
 Kedalaman  tambang 2. Kesehatan
sungai /
 Lebar 3. Lahan  RS talud
 Kapasitas  Terbangun  Puskesmas
(volume)  pertanian  Posyandu
 debit  Apotek
Gempa 1. Bentuk lahan  Tenaga medis
bumi
Angin 1. Bentuk lahan
 Para medis
Ribut 2. vegetasi

Tingkat risiko bencana dapat dibagi dalam :


- Risiko Tinggi :
Risiko tinggi terhadap bencana dapat disebabkan karena ancaman yang tinggi,
tingginya kerentanan dan rendahnya kapasitas untuk menanggulangi bencana
- Risiko Sedang :
Risiko sedang terhadap bencana dapat disebabkan karena ancaman yang tinggi,
namun tingkat kerentanan dan kapasitas dikategorikan tinggi. Atau, tingkat ancaman
bencana adalah sedang
- Risiko Rendah :

44
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

- Rendahnya tigkat risiko disebabkan karena ancaman yang rendah, tingkat


kerentanan yang rendah pula dan kapasitas yang dikategorikan tinggi. Atau tingkat
ancaman bencana adalah tinggi namun kapasitas untuk menanggulangi bencana
tinggi

Model dan cara perhitungan terlampir.

Analisis risiko dalam RPB Provinsi DIY ini didasarkan pada ancaman tunggal
(single hazard). Namun demikian, perlu digaris bawahi pula bahwa ancaman bencana
dapat terjadi berurutan saling mempengaruhi (multi hazard) seperti gempa bumi yang
memicu tanah longsor dan banjir, banjir yang memicu terjadinyatanah longsor dan
penyalit menular.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan parameter dan metode yang


diatas dapat disarikan wilayah cakupan bencana dengan tingkat resiko untuk masing-
masing jenis bencana seperti disajikan pada tabel dibawah ini.

a. Risiko Tinggi

Tabel 3.7. Wilayah Risiko Tinggi Desa Wonolelo


Dusun
Jenis
Kedungrej Cegoka Depo Mojosa Guyanga Plos Purworej Bojon
Bencana
o n k ri n o o g
1. Gempa
Seluruh wilayah
Bumi
2. Tanah RT 1,
RT 2, 3 RT 3 - - - RT 6 RT 4
Longsor 4
3. Banjir - - - - RT 1, 2, 3 - - -
4. Kekeringa RT 1, 2, RT 1, RT 1,
RT 2 RT 4 RT 1, 2 - RT 3, 4
n 3 2 2
5. Angin RT 2, 4, RT 1,
- RT 2 RT 2 RT 1 RT 4 RT 1, 2, 3
Ribut 5 3, 4
6. Kebakara
- - - - - - - -
n
7. Epidemi - - - - - - - -
8. Bencana
- - - - - - - -
Sosial

45
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

b. Risiko Sedang

Tabel 3.8 Wilayah Risiko Sedang Desa Wonolelo


Dusun
Jenis
Kedungrej Cegoka Depo Mojosa Guyanga Plos Purworej Bojon
Bencana
o n k ri n o o g
1. Gempa
- - - - - - - -
Bumi
2. Tanah RT 2, RT 1,
RT 1 RT 1, 2 RT 4 RT 4, 5 RT 3 RT 1, 2, 3
Longsor 3 2
RT 1,
3. Banjir - - - - - - -
2
4. Kekeringa RT 1, RT 3, RT 3,
RT 1, 3 RT 4 RT 5,6 RT 3 RT 5, 6
n 3 4 4
5. Angin RT 1,
- RT 1, 3 RT 1 RT 2, 3 RT 3 RT 4,5 RT 2
Ribut 3
6. Kebakara
Tak terduga di seluruh wilayah
n
7. Epidemi Tak terduga di seluruh wilayah
8. Bencana
Tak terduga di seluruh wilayah
Sosial

c. Risiko Rendah
Tabel 3.9. Wilayah Risiko Rendah Desa Wonolelo
Dusun
Jenis
Kedungrej Cegoka Depo Mojosa Guyanga Plos Purworej Bojon
Bencana
o n k ri n o o g
1. Gempa
- - - - - - - -
Bumi
2. Tanah RT 1, RT 1, 2, RT 3,
- RT 4 RT 1, 2 - RT 4, 5
Longsor 2, 3 3, 5
3. Banjir - - - - - - - -
4. Kekeringa RT 3
- - RT 2 RT 1, 2 - RT 1, 2 RT 5
n dan 4
5. Angin RT 1,
RT 1, 2, 3 RT 4 RT 4 RT 3 - - RT 5
Ribut 2
6. Kebakara
- - - - - - - -
n
7. Epidemi - - - - - - - -
8. Bencana
- - - - - - - -
Sosial

1.2 Analisa Multihazard

Analisa multi ancaman dengan melihat pada risiko ancaman tinggi pada suatu wilayah,
sehingga akan nampak wilayah dengan tingkat risiko tinggi dikarenakan memiliki jumlah
ancaman paling banyak.

46
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Berdasarkan hasil analisis risiko tersebut, perlu mendapatkan prioritas penanggulangan


bencana pada wilayah-wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap lebih dari satu jenis
bencana.
Pada Tabel 3.10 dibawah ini disajikan wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap lebih dari
satu bencana

Tabel 3.10. Wilayah dengan risiko tinggi terhadap lebih dari satu jenis bencana
Dusun RT Jenis Ancaman Risiko tinggi
Kedungrejo 1
2 Gempa, Tanah Longsor, Kekeringan
3 Gempa, Tanah Longsor,
Cegokan 1 Gempa, Kekeringan
2 Gempa, Kekeringan, Angin Ribut
3 Gempa, Tanah Longsor, Kekeringan
4
Depok 1
2 Gempa, Angin Ribut
3
4 Gempa, Kekeringan
Mojosari 1 Gempa, Kekeringan
2 Gempa, Kekeringan, Angin Ribut
3
4 Gempa, Angin Ribut
5 Gempa, Angin Ribut
Guyangan 1 Gempa, Banjir, Angin Ribut
2 Gempa, Banjir
3 Gempa, Banjir
Ploso 1 Gempa, Tanah Longsor, Kekeringan
2 Gempa, Kekeringan
3
4 Gempa, Tanah Longsor, Angin Ribut
Purworejo 1 Gempa, Angin Ribut
2 Gempa, Angin Ribut
3 Gempa, Kekeringan , Angin Ribut
4 Gempa, Kekeringan
5
6 Gempa, Tanah Longsor
Bojong 1 Gempa, Kekeringan, Angin Ribut
2 Gempa, Kekeringan
3 Gempa, Angin Ribut
4 Gempa, Tanah Longsor, Angin Ribut
5

47
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

1.3 Prioritas Penanggulangan Bencana


Guna menentukan tingkat prioritas dalam penanggulangan bencana di desa Wonolelo
digunakan metode kualitatif PEP- Canada. Tabel 3.10 menyajikan analisis dampak dan
kemungkinan kejadian, serta gambar 3.1 menyajikan matrik indek risiko bencana.

Tabel 3.11 Analisis Dampak dan Kemungkinan Kejadian


Penilaian
P D
Jenis Ancaman Rincian Dampak dan Kerentanan

1 Kekeringan Kekeringan terjadi karena kurangnya ketersediaan untuk kebutuhan


hidup sehari-hari. Berdampak pada sumber penghidupan dan
kesejahteraan sosial. Kerentanan : penduduk, balita, lanjut usia, 5 3
penderita penyakit, usia sekolah, ekonomi, bangunan penampung air
terbatas.
2 Tanah Longsor Tanah longsor terjadi pada lahan dengan kemiringan lebih dari 40
derajat di perbukitan atau tebing sungai. Dampak kerugian relatif lokal
yang dapat pulih dalam beberapa hari. Kerentanan : bangunan, balita,
4 3
lanjut usia, orang berkebutuhan khusus, penduduk miskin, tanggap
darurat lambat, peringatan dini terbatas, jalur dan tempat evakuasi
terbatas, jalan dan jembatan rusak.
3 Banjir Banjir terjadi pada wilayah genangan seperti dataran rendah,
bantaran sungai. Dampak banjir bersifat lokal, namun dapat
merugikan sumber penghidupan, kehilangan jiwa, terjangkiti penyakit. 4 2
Kerentanan : lahan pertanian, pemukiman jalan/jembatan, tidak ada
jalur dan tempat evakuasi, tanggap darurat lambat.
4 Gempa Bumi Gempa bumi menyebabkan kerugian yang sangat besar di Desa dan
sumber penghidupan, kerusakan berat hak milik, hingga korban jiwa.
Kerentanan : sekolah, balita, orang lanjut usia, orang berkebutuhan 3 5
khusus, rumah sakit, jalan dan jembatan, tata pemerintahan, tidak
adanya jalur dan tempat evakuasi.
5 Angin Ribut Angin ribut merupakan ancaman yang relatif sulit diperkirakan
kemungkinan terjadinya terutama bila terjadi perubahan cuaca yang
sangat cepat. Ancaman angin ribut ini akan merusak bangunan dan 4 3
dapat menimbulkan korban jiwa. Kerentanan : balita, lanjut usia,
pemukiman kumuh, harta milik.
6 Bencana Non
Alam
 DBD Epidemi Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan karena nyamuk
dengan penyebaran yang relatif sulit diperkirakan terutama yang
4 3
dibawa oleh manusia. Kerentanan : balita, lanjut usia, pekerja lintas
daerah, daerah bencana.
 Cikungunya Cikungunya juga disebabkan oleh nyamuk. Kondisi terparah dari
penyakit ini adalah terjadinya kelumpuhan pada organ tubuh. Apabila
3 2
suatu area terjangkit dapat menyebabkan bencana local kelumpuhan
warga sekitar.
 Gizi Buruk Dampak dari kurang perhatian pada makanan konsumsi dapat
menjadikan gizi buruk. Selain itu kondisi ekonomi juga dapat memicu 2 2
terjadinya gizi buruk karena kebutuhan gizi kurang terpenuhi.
 TBC Kondisi lingkungan khususnya perumahan yang kurang sehat 1 1

48
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

menjadikan mudah terserang penyakit, termasuk untuk TBC dengan


gejala batuk yang tak kunjung sembuh. Kondisi ini apabila tidak
ditangani dengan baik dan segera dapat menyebabkan kematian.
Mengingat penyakit ini dapat menyebar, maka perlu dilakukan upaya
pencegahan
 Flu Burung Pemeliharaan unggas yang kurang baik dapat memicu terjadinya
berbagai penyakit, salah satunya flu burung. Di Desa Wonolelo
1 1
memang belum banyak yang memelihara unggas, namun alangkah
lebih baik apabila telah dilakukan upaya pencegahan.
7 Bencana Sosial
 Pergaulan Kebebasan dalam bergaul mennjadikan banyak informasi dan cara
bebas memandang hidup berkembang dari berbagai sisi. Ditambah dengan
perkembangan teknologi yang cukup pesat perlunya pengawasan
dalam penggunaannya sehingga tidak salah arah. Demikian pula di 2 4
Wonolelo dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan
penyeberan akses kehidupan dapat memicu munculnya kebiasaan
kehidupan baru yang kurang baik
 Sampah Sampah memang menjadi permasalahan tersendiri, demikian pula di
Kotoran Wonolelo yang belum adanya pengelolaan sampah dengan baik. 4 4
telethong Termasuk dalam pengelolaan kotoran ternak dan kandang ternak.
 Penebangan Potensi sumber daya hutan yang dimilki Wonolelo menjadikan
liar/Perburuan munculnya keinginan warga untuk melakukan usaha pengolahan hasil 4 3
Liar hutan.
 Konflik Pembagian dan penyaluran bantuan terkadang dirasakan warga
Bantuan kurang adil sehingga memunculkan perasaan kecemburuan dan
2 2
menimbulkan konflik, terlepas dari cara atau proses pendataan yang
sudah dilakukan benar atau salah

Keterangan : P (probabilitas/Kemungkinan) D (Dampak)

Dengan beragamnya potensi bencana yang ada di Desa Wonolelo, dibutuhkan skala
prioritas dalam program pengerungan risikonya. Skala prioritas ini dikelompokkan dalam 3
tingkat yang mana masing‐masing tingkat ditentukan berdasarkan faktor kemungkinan
terjadinya bencana, kerentanan masyarakatnya, dan kapasitas sumber daya yang dimiliki.
Ketiga tingkatan tersebut adalah Tingkat Risiko 1 yaitu yang paling mendesak untuk
ditangani, Tingkat Risiko 2 yaitu yang segera harus ditangani, dan Tingkat Risiko 3 yaitu yang
dapat ditangani secara bertahap.

Tingkat Risiko 1
Tingkat Risiko I adalah jika potensi jumlah korban dan kerugian/ kerusakan yang timbul
amat besar dengan potensi terjadinya bencana amat tinggi. Bencana yang tergolong pada
Tingkat Resiko I ini mendesak untuk ditangani. Di Desa Wonolelo, potensi bencana yang
termasuk dalam kategori ini adalah:
1. Gempa Bumi (indeks risiko : 15)
2. Kekeringan (indeks risiko : 15)
3. Konflik Telethong (indeks risiko : 16)

Tingkat Risiko 2
Tingkat Resiko II adalah jika potensi jumlah korban korban dan kerugian/ kerusakan yang
timbul amat besar sedangkan kemungkinan terjadinya rendah atau potensi jumlah korban

49
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

dan kerugian/ kerusakan yang timbul kecil, tetapi potensi terjadinya bencana tinggi. Tingkat
Risiko II harus segera ditangani namun belum mendesak. Di Desa Wonolelo, potensi
bencana yang termasuk dalam kategori ini adalah:
1. Banjir (indeks risiko : 8)
Kemungkinan Kejadian (likelihood)

2. Longsor (indeks risiko : 12)


3. Angin ribut (indeks risiko : 12)
4. Kebakaran (indeks risiko : 9)
5. Bencana Non Alam (DBD, indeks risiko : 12), (Cikungunya, indeks risiko : 6)
6. Bencana Sosial (Penebangan liar, indeks risiko : 12), ( Pergaulan bebas, indeks
risiko : 8)
Bab 2 Gambaran Resiko Bencana
Tingkat Risiko 3
Tingkat Risiko III adalah jika potensi jumlah korban dan kerugian/ kerusakan sedang dan
potensi terjadinya bencana rendah. Tingkat Resiko III dapat ditangani secara bertahap. Di
Desa Wonolelo, potensi bencana yang termasuk dalam kategori ini adalah:
1. Bencana Non Alam (Gizi Buruk, indeks risiko : 4)(TBC,indeks risiko : 1), ( Flu
Burung : indeks risiko : 1)
2. Bencana Sosial (Konflik Bantuan, indeks risiko : 4)

5  Kekeringan

 Banjir  Longsor  Konflik kotoran


 Angin rebut telethong
4
 DBD
 Penebangan liar

 Cikungunya  Kebakaran  Gempa Bumi


3

 Gizi Buruk  Pergaulan Bebas


2
 Konflik bantuan

 TBC
1  Flu
Burung
1 2 3 4 5

Dampak (consequnces)

Gambar 3.1 Matrik Indeks Prioritas Risiko Bencana

50
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

BAB IV
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

A. KERANGKA KONSEPTUAL PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana pasal 33, penanganan bencana dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu:
a. Prabencana, meliputi situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi terjadinya
bencana;
b. Saat tanggap darurat, yakni saat terjadi bencana dan penanganan kegawatdaruratan; dan
c. Pascabencana, yakni saat rehabilitasi dan rekonstruksi.
Di samping itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana juga mengamanatkan penanggulangan bencana yang terencana seperti
terumuskan pada pasal 4 huruf c, sehingga, setiap tahap penanggulangan bencana harus
direncanakan dalam berbagai bentuk dan sistematika rencana yang disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang ada di masing-masing tahapan, sekaligus sebuah rencana
penanggulangan bencana yang menjadi landasan yuridis bagi setiap perencanaan di setiap
tahapan. Berikut ini tabel yang mengindikasikan tahap dan rencana yang dibutuhkan.

Tabel 4.1 Tabel Tahap dan Rencana Penanggulangan Bencana


No Tahap Rencana Yang Dibutuhkan
1 Semua Tahap Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), catatan:
RPB ini dibuat pada tahap prabencana, saat tidak
terjadi bencana.
2 Tahap Prabencana
a. Mitigasi dan Pencegahan Rencana Aksi Komunitas (RAK)
b. Kesiapsiagaan a. Rencana Aksi Komunitas (RAK)
b. Rencana Kontinjensi Bencana (Renkon)
3 Tahap Tanggap Darurat Rencana Operasi Tanggap Darurat
4 Tahap Pascabencana Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Dalam gambaran skema, hubungan antara tahap penanggulangan bencana dan rencana
yang dibutuhkan dapat diperiksa dalam skema di bawah ini:

51
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Gambar 4.1 Skema hubungan antara tahap penanggulangan bencana dan rencana penanggulangan bencana

B. KETERKAITAN ANTARA RPB DESA WONOLELO 2010 – 2015 DENGAN RPJM DESA
WONOLELO 2008 – 2013

Sebagai sebuah dokumen perencanaan yang diinisiasi berdasarkan Undang-Undang


Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015
mengandung pilihan tindakan penanggulangan bencana, keharusan pelibatan stakeholders,
dan keharusan mengerahkan sumber daya yang diperlukan. Untuk itulah inisiasi dokumen
perencanaan ini mengandung 2 (dua) konsekuensi logis, yaitu:
1. Konsekuensi terhadap regulasi desa.
RPB Desa Wonolelo 2010-2015 dilegalkan dengan Peraturan Desa (Perdes). Sehingga,
setiap regulasi maupun kebijakan yang telah ada maupun yang akan ada tentang
pembangunan desa Wonolelo harus memperhatikan isi dari RPB Desa Wonolelo 2010-
2015 ini, agar pengurangan risiko bencana di seluruh wilayah desa dapat ditegakkan.

2. Konsekuensi terhadap perencanaan pembangunan desa.

52
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

a. RPB Desa Wonolelo dengan RPJM Desa Wonolelo

Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari perencanaan


pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini merupakan
program/ kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan yang
dimasukkan dalam perencanaan pembangunan pedesaan (RPJMDes/RKPDes).
Perencanaan pembangunan yang lain di luar skema pemerintah juga harus bersumber
kepada RPB Desa ini.
Rencana penanggulangan bencana (RPB) disusun berdasarkan mandate dari Undang-
undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Tentu saja dalam
penyusunan RPB ini juga mesti mengacu pada kaidah-kaidah yang terdapat dalam
Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang system perencanaan pembangunan
nasional.
Kurun waktu pelaksanaan RPB adalah sama dengan Rencana Pembangunan Jangka
menengah (RPJM), yaitu 5 (lima) tahun. Disini RPB memberi masukkan kepada RPJM,
khususnya masukkan di bidang penanggulangan bencana. Didalam RPJM tersebut ada 1
(satu) bab khusus yang berisi mengenai upaya-upaya penanggulangan bencana.

b. RPB Desa Wonolelo 2010-2015, Dokumen Turunannya, dan RKP Desa Wonolelo

1) RPB Desa Wonolelo 2010-2015 memiliki beberapa


dokumen perencanaan turunan, yaitu: Rencana Pra-
Bencana Desa Wonolelo, terdiri dari:

a) Rencana Aksi Komunitas untuk Pengurangan Risiko


Bencana Desa, yaitu sebuah rencana indikatif
mengenai kegiatan Pengurangan Risiko Bencana Desa
yang berlaku selama 3 (tahun). Rencana ini ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Desa. Rencana ini sifatnya
rutin dan terencana.

b) Rencana Kontinjensi Bencana, yaitu sebuah rencana


tentatif untuk pengerahan sumber daya yang ada di
masyarakat dalam mengantisipasi datangnya bencana
yang diduga kuat akan terjadi. Rencana Kontinjensi
Bencana ini diaktifkan jika bencana benar-benar
terjadi, dan tidak diaktifkan jika bencana tidak terjadi.
Rencana ini sifatnya insidental, hanya dibuat kalau ada
potensi bencana.

2) Rencana Saat Tanggap Darurat Desa Wonolelo, terdiri


dari:

a) Rencana Operasi Tanggap Darurat Bencana, yakni


rencana indikatif mengenai mekanisme pelaksanaan
operasi tanggap darurat bencana. Salah satu point
penting dalam rencana tanggap darurat ini adalah

53
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

aktivasi rencana kontinjensi bencana. Rencana ini


sifatnya insidental, hanya dibuat kalau ada bencana.

3) Rencana Pasca Bencana, terdiri dari:

a) Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana,


yaitu rencana pemulihan semua aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat pasca bencana terjadi,
seperti rehabilitasi dan rekonstruksi pemukiman,
lembaga pemerintahan desa, ekonomi desa, dan
budaya desa. Rencana ini sifatnya insidental, hanya
dibuat kalau ada bencana.

Konsekuensi dari dimasukkannya RPB Desa Wonolelo 2010-2015 ke dalam RPJM


Desa Wonolelo adalah substansi kegiatan dalam dokumen turunan RPB Desa Wonolelo
2010-2015 dimasukkan ke dalam RKP Desa, sehingga dapat menjadi landasan yuridis bagi
pemerintah desa maupun masyarakat untuk menyelenggarakan program maupun
kegiatan penanggulangan bencana.
Untuk lebih jelasnya, dapat diperiksa dalam skema di bawah ini:

Gambar 4.2 Skema Alur Perencanaan Pembangunan Desa Wonolelo

C. TENTANG FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DESA

Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa adalah Badan Penanggulangan Bencana


Desa, yang berperan sebagai fasilitator dan inisiator penyelenggaraan kegiatan
penanggulangan bencana di tingkat desa, yang didirikan di tingkat desa dan memiliki
peran dalam penanggulangan bencana, baik secara tersendiri maupun secara bersama-

54
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

sama dengan pihak lain. Landasan yuridis dari Forum PRB Desa ini adalah Keputusan
Kepala Desa. Anggota forum ini adalah stakeholders desa, baik pemerintah maupun non-
pemerintah.

1) FUNGSI DAN TUGAS FPRB DESA


Adapun Fungsi dan Tugas FPRB Desa adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan kepengurusan FPRB Desa dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga FPRB Desa.
b) Berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa, agar
berwawasan sadar bencana.
c) Fasilitasi perumusan regulasi dan peraturan bidang penanggulangan bencana di
wilayah Desa Wonolelo, termasuk di antaranya adalah RPB Desa Wonolelo 2010-
2015 dan RAK Desa Wonolelo.
d) Penyelenggaraan dan pengkoordinasian kegiatan penanggulangan bencana di
wilayah desa sesuai RPB Desa Wonolelo 2010-2015 dan RAK Desa Wonolelo.
e) Perumusan Pedoman dan Pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi,
dan rekonstruksi secara adil dan setara.
f) Fasilitasi penetapan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
peraturan desa.
g) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana yang ada dan
melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Pemerintah
Desa setiap bulan pada kondisi normal, dan pada setiap saat dalam kondisi
darurat bencana.
h) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan penggunaan
dana/sumbangan/bantuan yang masuk ke Forum Pengurangan Risiko Bencana
Desa.
i) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
j) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dan
Peraturan Desa; dan menyusun pedoman pembentukan Forum Pengurangan
Risiko Bencana Desa.
k) Menyampaikan laporan kerja dan penggunaan anggaran tahunan kepada
pemerintah desa, stakeholders desa, dan masyarakat desa, serta pihak-pihak lain
yang berkepentingan.

2) ALOKASI SUMBER DAYA UNTUK FPRB DESA


Ada beberapa catatan untuk alokasi sumber daya untuk FPRB Desa, yaitu:
a) Sumber daya untuk FPRB Desa bisa berupa dana (uang tunai), atau material.
b) Sumber daya untuk FPRB Desa dapat diperoleh dari:
1)) Swadaya Masyarakat Desa;
2)) APBDes/ADD;
3)) Satker/Musren/Stimulan;
4)) Proyek Khusus;

55
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

5)) Kerjasama Lembaga. (Lihat di Pilihan Tindakan Penanggulangan


Bencana)
c) Selain memperoleh sumber daya dari pihak lain, Forum PRB Desa juga dapat
membuat unit usaha sendiri sebagai sarana penggalian dana.

3) KEDUDUKAN DAN PERANAN FPRB DESA DI ANTARA STAKE HOLDERS


PEMBANGUNAN DI TINGKAT DESA

FPRB Desa adalah lembaga desa, yang dalam menjalankan peranannya akan beririsan
dengan lembaga lain di tingkat desa. Pola hubungan yang tercipta tercermin dalam skema di
bawah ini:

Gambar 4.3 Skema Kedudukan dan Peranan FPRB Desa diantara Stakeholders Pembangunan Tingkat Desa

56
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

BAB V
PILIHAN TINDAKAN DAN MEKANISME PENANGGULANGAN BENCANA

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana, kegiatan penanggulangan bencana terbagi ke dalam 3 (tiga) tahap:
a) Tahap Pra-Bencana;
b) Tahap Saat Tanggap Darurat;
c) Tahap Pasca-Bencana.
Pilihan tindakan penanggulangan bencana ini melibatkan peranan berbagai aktor,
baik dalam konteks perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan maupun monitoring dan
evaluasi kebijakan penanggulangan bencana. Berikut ini hasil identifikasi terhadap
stakeholders yang harus terlibat dalam Penanggulangan Bencana tingkat desa.

Tabel 5.1 Identifikasi Stakeholder yang terlibat dalam Penanggulangan Bencana


N Keterangan Stake Proyeksi
Stakeholders Alasan Dilibatkan
o Holders Dukungan
1 FPRB Desa Forum Menjadi aktor utama dalam Mendukun
Pengurangan Risiko penanggulangan bencana desa g
Bencana Desa yang
diinisiasi melalui
Program Desa
Tangguh 2010.
2 Tokoh Masyarakat Misalnya: Tokoh Memiliki kedudukan dan pengaruh di Mendukun
politik, tokoh masyarakat sehingga dapat diberi g
pemberdayaan, peranan.
tokoh pendidikan
(guru), dan tokoh
penggerak
perempuan.
3 Tokoh Budaya Para Tokoh Telah berperan dalam memperjuangkan Mendukun
Penggerak dan Desa Wonolelo menjadi Desa Budaya, g
Pelaku Seni Budaya dan dapat menampilkan ajaran-ajaran
Desa Wonolelo. kemanusiaan, termasuk mengenai
kebencanaan dalam upaya
pengembangan potensi budaya desa.
4 Tokoh Agama Para pemuka Memberikan motivasi spiritual kepada Mendukun
agama dari semua masyarakat untuk Penanggulangan g
agama yang dianut Bencana
masyarakat di desa
Wonolelo
5 Perguruan tinggi Misalnya: Program Memiliki sumber daya pengetahuan Mendukun
KKN, Program yang bermanfaat untuk Penanggulangan g
Penelitian, Bencana
Pemberdayaan, dll
6 LSM/Donatur/Progra Misalnya: Program Memiliki sumber daya (pengetahuan, Mendukun
m Donor Desa Tangguh 2010 SDM, dan dana) untuk Penanggulangan g
SCDRR UNDP- Bencana
Pemerintah-YP2SU
Yogyakarta, RPP
CSP JRF
7 Pihak Swasta Para pelaku usaha Memiliki sumber daya untuk Mendukun
di desa dan atau sponsorship kegiatan kebencanaan desa g
luar desa yang

57
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

berkontribusi ke
desa
8 Lain-Lain (tidak bisa Mengakomodir Memiliki sumber daya berdasarkan Mendukun
disebutkan satu per potensi dari pihak- program dan anggaran yang dimiliki g
satu) pihak seperti : untuk Penanggulangan Bencana
Palang Merah
Indonesia,
Masyarakat Umum,
Forum RT, dll
9 Pemerintah Pemerintah Desa, 4) Memiliki Mendukun
Kabupaten beserta regulasi g
SKPD terkait dan dan
kecamatan, kebijakan,
Provinsi beserta sekaligus
SKPD terkait, dan skema
Pemerintah Pusat pendanaan
dalam
anggaran
pendapata
n dan
belanjanya.
5) Memiliki
program,
SDM, dan
dana untuk
Penanggula
ngan Benca
na
Sumber Daya untuk semua Pilihan Tindakan dalam Rencana Penanggulangan
Bencana ini dinilai dengan nilai Rupiah, dengan asumsi merupakan penilaian gabungan
antara sumber daya berupa uang tunai (in cash) maupun material non-uang (in kind).
Untuk sumber daya yang bersifat in-kind dapat berasal dari:
a. Keswadayaan masyarakat dalam bentuk barang maupun jasa;
b. Tenaga, pikiran, waktu yang diperlukan untuk kegiatan Penanggulangan
Bencana;
c. Bantuan material dari pihak eksternal;
d. Dan lain-lain sumber yang sah.
Untuk sumber daya yang bersifat dana cash dapat berasal dari:
a. Swadaya masyarakat;
b. ADD/APBDes
c. Satker/Musren/Stimulan
d. Proyek Khusus
e. Kerjasama lembaga.

58
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Tabel 5.2 Matriks Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana

PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH

LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA

TOKOH AGAMA

DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN

FPRB DESA

KABUPATEN

PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN

PUSAT
DESA
I Tahap Pra-Bencana (Tahap Pengurangan Risiko Bencana)
Dalam Konteks Mitigasi dan Pencegahan Bencana
 Pengenalan dan Pemetaan Risiko Bencana Desa; V V V V V V V V V
 Pembaharuan Hukum dan Kebijakan Kebencanaan Desa.
a. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Komunitas Desa; V V V V V V
b. Memasukkan Rencana Penanggulangan Bencana ke dalam RPJM Desa; V V V V V
c. Memasukkan Rencana Aksi Komunitas ke dalam RKP Desa; V V V V V
d. Mengawal RPB Desa dan RPJM Desa supaya menjadi bagian dari perencanaan
pembangunan desa di luar mekanisme RPJMDes dan RKP Desa (Misal: CSP/RPP, CAP, dan V V V V V
bentuk lain);
e. Penyusunan Regulasi Desa (Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, Keputusan Kepala
V V
Desa) terkait kebencanaan.
f. Penegakan Regulasi Tata Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana di Tingkat Desa. V V
 Peredaman Ancaman Bencana
a. Pembangunan dan pemeliharaan tanggul sungai. V V V V V V V V V V V Masyarakat umum
 Pengurangan kerentanan bencana
a. Penyediaan alat pemadam kebakaran. V V Masyarakat umum
b. Program kebersihan lingkungan desa. V V V V Masyarakat umum
c. Manajemen konflik. V V Forum RT
d. Penyuluhan budaya sadar lingkungan. V V V V V V V V V V V Masyarakat umum
e. Program Pemberantasan Penyakit Menular. V V V V V V V V V V V Masyarakat umum
f. Edukasi warga tentang standar bangunan aman gempa. V V V V V V
 Peningkatan Kapasitas Terhadap Bencana.
a. Edukasi dan kampanye pengurangan risiko bencana. V V V V V V V V V V V
b. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. V V V V V V V

59
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH

LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA

TOKOH AGAMA

DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN

FPRB DESA

KABUPATEN

PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN

PUSAT
DESA
c. Penguatan koordinasi dan jejaring antar pelaku pengurangan risiko bencana. V V V V V
d. Penyediaan sarana dan prasarana edukasi kebencanaan desa. V V V V V PMI
e. Penumbuhan budaya sadar bencana dengan integrasi isu kebencanaan dengan materi Desa
V V V V V
Budaya Wonolelo.
f. Pembentukan dan pengelolaan satuan tugas penanggulangan bencana desa. V V
g. Edukasi masyarakat tentang Perubahan Iklim. V V V V V V V V V V
Dalam konteks Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
 Penyusunan rencana kontinjensi bencana V V V V V V V V V V V
 Penyiapan system evakuasi bencana (transportasi, jalur evakuasi) V V V V V V V V V V Warga pemilik kendaraan
 Simulasi tanggap darurat. V V V V
 Penyiapan sumber daya untuk penanganan kedaruratan. V V V V
 Penyiapan sistem komunikasi dan peringatan dini. V V V
 Penyediaan sumber daya siap pakai (dana, materi non-dana) untuk tanggap darurat
V V V V V
bencana.
 Penyediaan akses system informasi bencana dan peringatan dini. V V V
II Tahap Tanggap Darurat
a) Untuk Bencana Sosial, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan adalah:
 Penindakan awal terhadap sumber bencana sosial, misalnya peleraian Ketua RT/Pak Dukuh
perseteruan/tawuran, pemberian bantuan sosial kepada KK miskin, pendampingan korban V V V
KDRT, dll.
 Koordinasi dengan yang berwajib. V V V V
b) Untuk bencana alam, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan adalah:
 Pendataan korban, kerusakan, kerugian. V V V V V V V PMI
 Pertolongan pertama kepada korban bencana. V V V PMI+ TNI/POLRI
 Pendirian dan pengelolaan posko bencana. V V V V V V PMI+ TNI/POLRI
 Penyelamatan asset yang masih dapat digunakan. V V Masyarakat umum
 Pemulihan psikologis masyarakat korban bencana. V V V V V V PMI

60
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH

LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA

TOKOH AGAMA

DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN

FPRB DESA

KABUPATEN

PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN

PUSAT
DESA
 Mobilisasi bantuan dan relawan tanggap darurat. V V V V V V PMI
 Menyiarkan kejadian bencana melalui media massa/radio komunitas. V V V V V V V V V PMI, lembaga lain

 Menjalin koordinasi dengan pemerintah/non-pemerintah untuk penanganan lebih lanjut. V V V V V V


c) Untuk bencana non alam, maka tindakan yang akan dilakukan adalah:
PMI, TNI/POLRI, SAR,
 Penyelamatan korban. V V KESBANGLINMAS,
masyarakat
 Mengambil tindakan untuk mengatasi sumber bencana, misalnya pemadaman kebakaran, Masyarakat
pemberian tanda larangan, fogging nyamuk DB, isolasi/pemusnahan ternak yang kena flu V V V V
burung, dll.
 Koordinasi dengan pemerintah/non-pemerintah untuk penanganan lebih lanjut. V V V V V V
Di samping itu, ada beberapa pilihan tindakan yang akan dilakukan ke semua jenis bencana,
yaitu:
 Penyusunan Rencana Operasi untuk bencana yang memerlukan rencana operasi. V V
 Penyusunan dan Pemberlakuan Sistem Komando Tanggap darurat Desa. V V
 Pengamanan Desa dari segala tindak kejahatan dan pelanggaran pada saat bencana terjadi. Masyarakat/ TNI-POLRI
 Koordinasi antar pemangku kepentingan, dan pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan
V V V V
kontinjensi bencana yang terjadi (jika ada).
 Manajemen konflik antar warga, ataupun antara warga dengan pihak eksternal. V V V RT/Dukuh
 Pemulihan sarana dan prasarana vital. V V V
III Tahap Pasca Bencana
1) Rehabilitasi
a. perbaikan lingkungan daerah bencana; V V V V V
b. perbaikan prasarana dan sarana umum; V V V V V
c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; V V
d. pemulihan sosial psikologis; V V V V V

61
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

PENANGGUNGJAWAB/PEMEGANG PERANAN
AKTOR NON-PEMERINTAH PEMERINTAH

LSM / DONATUR
TOKOH BUDAYA

TOKOH AGAMA

DUNIA USAHA
TOKOH MASY.
NO PILIHAN TINDAKAN

FPRB DESA

KABUPATEN

PROVINSI
KAMPUS
LAIN-LAIN

PUSAT
DESA
PMI/Puskesmas/Kader
Posyandu
e. pelayanan kesehatan; V V

f. rekonsiliasi dan resolusi konflik; V V V V V


g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya; V V V V V V V V
h. pemulihan keamanan dan ketertiban; V V V V Masyarakat/TNI-POLRI
i. pemulihan fungsi pemerintahan; dan V V V V
j. pemulihan fungsi pelayanan publik V V V V
2) Rekonstruksi
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana; V V V V
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; V V
c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat V V V V V V V V
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan
V V V V V V V
tahan bencana;
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan
V V V V V V V V V V V
masyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; V V V V
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau V V V V
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. V V V V

62
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

Tabel 5.3 Mekanisme Mobilisasi Sumberdaya Penanggulangan Bencana

SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
I Tahap Pra-Bencana (Tahap Pengurangan Risiko Bencana)
Dalam Konteks Mitigasi dan Pencegahan Bencana
 Pengenalan dan Pemetaan Risiko Bencana Desa; 14.000.000 V V V V V
 Pembaharuan Hukum dan Kebijakan Kebencanaan Desa.
a. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan
15.000.000 V V V
Rencana Aksi Komunitas Desa;
b. Memasukkan Rencana Penanggulangan Bencana ke dalam
3.000.000 V
RPJM Desa;
c. Memasukkan Rencana Aksi Komunitas ke dalam RKP Desa; 2.500.000 V
d. Mengawal RPB Desa dan RPJM Desa supaya menjadi bagian
dari perencanaan pembangunan desa di luar mekanisme
3.000.000 V V V
RPJMDes dan RKP Desa (Misal: CSP/RPP, CAP, dan bentuk
lain);
e. Penyusunan Regulasi Desa (Peraturan Desa, Peraturan
2.000.000 V V
Kepala Desa, Keputusan Kepala Desa) terkait kebencanaan.
f. Penegakan Regulasi Tata Ruang Berbasis Pengurangan 30.000.000.00
V V V
Risiko Bencana di Tingkat Desa. 0
 Peredaman Ancaman Bencana
a. Pembangunan dan pemeliharaan 15.000.000.00
V V V
tanggul sungai. 0
 Pengurangan kerentanan bencana
a. Penyediaan alat pemadam kebakaran. 7.000.000 V V V
b. Program kebersihan lingkungan desa. 7.000.000 V
c. Manajemen konflik. 2.000.000 V V
d. Penyuluhan budaya sadar lingkungan. 7.000.000 V
e. Program Pemberantasan Penyakit Menular. 10.000.000 V V
f. Edukasi warga tentang standar bangunan aman gempa. 7.000.000 V V V V V
 Peningkatan Kapasitas Terhadap Bencana.

63
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
a. Edukasi dan kampanye pengurangan risiko bencana. 7.000.000 V V V V V
b. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. 80.000.000 V V V V
c. Penguatan koordinasi dan jejaring antar pelaku
5.000.000 V V V V V
pengurangan risiko bencana.
d. Penyediaan sarana dan prasarana edukasi kebencanaan
10.000.000 V V
desa.
e. Penumbuhan budaya sadar bencana dengan integrasi isu
30.000.000 V V V V
kebencanaan dengan materi Desa Budaya Wonolelo.
f. Pembentukan dan pengelolaan satuan tugas
5.000.000 V V
penanggulangan bencana desa.
g. Edukasi masyarakat tentang Perubahan Iklim. 7.000.000 V V V
Dalam konteks Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
 Penyusunan rencana kontinjensi bencana 20.000.000 V V V
 Penyiapan system evakuasi bencana (transportasi, jalur
5.000.000 V V V V
evakuasi)
 Simulasi tanggap darurat. 50.000.000 V V V
 Penyiapan sumber daya untuk penanganan kedaruratan. 10.000.000 V V
 Penyiapan sistem komunikasi dan peringatan dini. 20.000.000 V V
 Penyediaan sumber daya siap pakai (dana, materi non-dana)
10.000.000 V V
untuk tanggap darurat bencana.
 Penyediaan akses system informasi bencana dan peringatan dini. 5.000.000 V
II Tahap Tanggap Darurat
a) Untuk Bencana Sosial, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan
adalah:
 Penindakan awal terhadap sumber bencana sosial, misalnya
peleraian perseteruan/tawuran, pemberian bantuan sosial 5.000.000 V V
kepada KK miskin, pendampingan korban KDRT, dll.
 Koordinasi dengan yang berwajib. 4.000.000 V V
b) Untuk bencana alam, maka pilihan tindakan yang akan dilakukan
adalah:
 Pendataan korban, kerusakan, kerugian. 4.000.000 V V V

64
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
 Pertolongan pertama kepada korban bencana. 20.000.000 V V V V
 Pendirian dan pengelolaan posko bencana. 50.000.000 V V V V

 Penyelamatan asset yang masih dapat digunakan. 8.000.000 V V

 Pemulihan psikologis masyarakat korban bencana. 16.000.000 V V V V


 Mobilisasi bantuan dan relawan tanggap darurat. 10.000.000 V V V
 Menyiarkan kejadian bencana melalui media massa/radio
5.000.000 V V V V
komunitas.
 Menjalin koordinasi dengan pemerintah/non-pemerintah untuk
8.000.000 V V V V
penanganan lebih lanjut.
c) Untuk bencana non alam, maka tindakan yang akan dilakukan
adalah:
 Penyelamatan korban. 8.000.000 V V
 Mengambil tindakan untuk mengatasi sumber bencana,
misalnya pemadaman kebakaran, pemberian tanda larangan,
8.000.000 V V V V
fogging nyamuk DB, isolasi/pemusnahan ternak yang kena flu
burung, dll.
 Koordinasi dengan pemerintah/non-pemerintah untuk
5.000.000 V V V
penanganan lebih lanjut.
Di samping itu, ada beberapa pilihan tindakan yang akan dilakukan
ke semua jenis bencana, yaitu:
 Penyusunan Rencana Operasi untuk bencana yang memerlukan
8.000.000 V V V V
rencana operasi.
 Penyusunan dan Pemberlakuan Sistem Komando Tanggap
5.000.000 V V V V
darurat Desa.
 Pengamanan Desa dari segala tindak kejahatan dan pelanggaran
10.000.000 V V
pada saat bencana terjadi.
 Koordinasi antar pemangku kepentingan, dan pihak-pihak yang
terlibat dalam perencanaan kontinjensi bencana yang terjadi 5.000.000 V V V V
(jika ada).
 Manajemen konflik antar warga, ataupun antara warga dengan 8.000.000 V V V

65
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

SUMBER DANA
JUMLAH
Satker/
NO PILIHAN TINDAKAN DANA YANG Swadaya ADD Proyek Kerjasama
Musren/
DIBUTUHKAN Masyarakat /APBDes Khusus lembaga
Stimulan
pihak eksternal.
 Pemulihan sarana dan prasarana vital.
III Tahap Pasca Bencana
1) Rehabilitasi
a. perbaikan lingkungan daerah bencana; 200.000.000 V V V V V
b. perbaikan prasarana dan sarana umum; 250.000.000 V V V V V
c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; 200.000.000 V V V V V
d. pemulihan sosial psikologis; 20.000.000 V V
e. pelayanan kesehatan; 50.000.000 V V V V
f. rekonsiliasi dan resolusi konflik; 20.000.000 V V V
g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya; 100.000.000 V V V V V
h. pemulihan keamanan dan ketertiban; 15.000.000 V V V
i. pemulihan fungsi pemerintahan; dan 10.000.000 V V V
j. pemulihan fungsi pelayanan public 10.000.000 V V V
2) Rekonstruksi
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana; 50.000.000 V V V
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; 20.000.000 V V V V
c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat 25.000.000 V V V v
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
100.000.000 V V V
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
100.000.000 V V
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; 100.000.000 V V V V V
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau 20.000.000 V V V V V
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. 10.000.000 V V V V

66
RPB Desa Wonolelo 2010 – 2015

BAB VI.
PENUTUP

Rencana Penanggulangan Bencana Desa Wonolelo ini dimaksudkan untuk menjadi acuan
bagi semua pihak dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Desa Wonolelo, sebelum,
saat dan setelah terjadinya bencana. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan Penanggulangan
Bencana dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan terkoordinasi dengan baik.
Rencana Penanggulangan Bencana Desa Wonolelo ini akan diikuti dengan penyusunan
Rencana Aksi Pengurangan Resiko Bencana (RAK) dan Rencana Kontingency Desa (Renkonjen).
Untuk kebutuhan monitoring dan evaluasi dokumen RPB ini akan dievaluasi setiap tahun
sekali. Sedangkan pembaharuan akan dilakukan setiap 5 tahun sekali. Dalam hal ini Forum PRB Desa
mengambil peran untuk berjalannya monitoring dan evaluasi ini.
Do’a dan harapan semua pihak, semoga rencana penaggulangan bencana ini dapat
terimplementasikan dengan baik dan lancar.

67

Anda mungkin juga menyukai