Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2355-4721 Faktor Penyebab Mengendapnya Barang Berbahaya

dan Prosedur Pemusnahannya di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta

FAKTOR PENYEBAB MENGENDAPNYA BARANG


BERBAHAYA DAN PROSEDUR PEMUSNAHANNYA
DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO-HATTA

FACTOR CAUSING UNCLAIMED DANGEROUS GOODS


AND THE DISPOSING PROCHEDURE
AT SOEKARNO HATTA CARGO TERMINAL

Wynd Rizaldy R. Didiet Rachmat Hidayat Irwan Chairuddin


Sekolah Tinggi Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen
Transportasi Trisakti Transportasi Trisakti Transportasi Trisakti
wyndrizaldy@gmail.com didiet.hidayat@yahoo.com Irwan.trisakti@yahoo.co.id

ABSTRACT

The objective of the research is to analyze and determine the factors that cause unclaimed
dangerous goods and find the right procedure of disposing them at Import warehouse
line 1 area Soekarrno Hatta Airport. The research was conducted due to a lot unclaimed
hazardous cargo laying at import storage terminal cargo recently. The research was using
5 (five) dimensions (Environment, Method, Equipment, Procedures, and Man Power).
The method used qualitatif descriptive approach with Fishbone as a tool, then continue
with five why keys to find out the solution for the main problem. Based on the result, the
warehouse operators still need to improve the way of handling and storaging as well
as disposing the cargo by coordinating more with other institution concerned to ensure
safety compliance based on national and international regulation.

Keywords : unclaimed dangerous goods; warehousing; disposing

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa dan menentukan faktor-faktor penyebab
mengendap atau tidak diambilnya barang berbahaya dan untuk menemukan prosedur yang
benar untuk memusnahkan endapan tersebut di pegudangan lini 1 area Import Soekarno
Hatta. Latar belakang pengkajian karena banyaknya barang berbahaya yang tidak diambil
berada dalam gudang impor terminal kargo Soekarno-hatta. Riset ini menggunakan 5
dimensi (lingkungan, metode, peralatan, prosedur dan sumber daya manusia), analisa data
menggunakan Fishbone (tulang ikan) dilanjutkan dengan five why keys untuk menemukan
solusi dari akar mesalah. Berdasarkan hasilnya, pengelola pergudangan masih perlu
memperbaiki cara penanganan dan penyimpanan sebagaimana memusnahkan kargo
tersebut dengan lebih melakukan koordinasi dengan institusi terkait untuk memastikan
keselamatan dapat dipenuhi berdasarkan peraturan nasional dan internasional.

Kata Kunci : pengendapan barang berbahaya; penyimpanan; pemusnahan

277
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Wynd Rizaldy, R. Didiet Rachmat Hidayat, Irwan Chairuddin ISSN 2355-4721

PENDAHULUAN yang mampu menghancurkan logam atau


merusak jaringan kulit, dan yang terakhir;
Semakin tumbuhnya perdagangan kesembilan bahan yang mengandung
antar negara serta kebutuhan suatu negara potensi bahaya yang lain di luar klasifikasi
akan bahan baku untuk menyempurnakan pertama hingga kedelapan. Menurut
produk jadi, maka arus barang kiriman (Rizaldy, W & Rifni, M, 2015), dapat di
dalam hal ini barang impor yang definisikan kembali berdasarkan ketiga
menggunakan jasa transportasi udara akan sumber di atas bahwa barang berbahaya
dimasukan ke area kargo di mana barang adalah bahan mentah atau barang jadi
tersebut akan disimpan dalam gudang lini yang dapat menimbulkan reaksi dan risiko
satu sebelum diambil oleh pengurus barang berbahaya terhadap kesehatan manusia,
atau pemilik barang. keselamatan manusia dan penerbangan
Terminal kargo Soekarno Hatta ataupun transportasi yang mengangkut,
adalah salah satu simpul transportasi atau barang-barang atau gedung yang diletakkan
merupakan titik temu antara jaringan atau ditempatkan bersama dengan barang
pelayanan transportasi darat dan udara berbahaya tersebut, serta lingkungan di
baik domestik maupun antarnegara mana barang dan bahan tersebut berada bila
(Rizaldy & Setiawan, n.d.) . Dalam proses barang tersebut tidak dikontrol, ditangani
penyimpanan tersebut dapat terjadi hal-hal secara profesional. Dan barang berbahaya
yang tidak diinginkan dan mengganggu tersebut terdaftar pada daftar barang-barang
arus keluar barang, di mana barang-barang berbahaya di mana peraturan tersebut
impor tidak semuanya dapat dikeluarkan diberlakukan.
sesuai dengan waktu pengendapan yang Bagi operator atau pengelola
ideal baik oleh pengurus maupun operator pergudangan di mana aktivitas kegiatan
pergudangan. penyimpanan dan proses pengeluaran
Permasalahan utama dalam berlangsung setiap hari dalam waktu
pengendapan ini lebih difokuskan terhadap 24 jam kerja, terdapat pelaku yang
barang-barang berbahaya atau barang berkepentingan dalam proses pengeluaran
yang mengandung bahaya tersembunyi di yaitu: staf pekerja baik staf pengawas
mana barang tersebut telah diklasifikasikan maupun pelaksana penanganan barang,
oleh peraturan IATA (International Air staf kepabeanan, staf keamanan, para
Transport Association). Jenis barang pelanggan pengurus barang atau pemilik
berbahaya tersebut telah diidentifikasi dan barang. Tempat penimbunan sementara ini
terklasifikasi dalam 9 (sembilan) klasifikasi menjadi tempat bertemunya pelanggan dan
dengan potensi atau sifat sebagai berikut: pengurus serta staf pemeriksa dan pekerja.
pertama, sebagai bahan yang dapat Maka sudah seyogianya tempat penimbunan
meledak, kedua bahan yang mengandung sementara ini mampu membuat nyaman
gas yang mudah terbakar, gas yang tidak dan memastikan keselamatan pekerja dan
beracun dan tidak mudah terbakar, gas orang-orang yang terlibat dalam proses
beracun; ketiga bahan cair yang mudah pengeluaran barang. Selain itu bagi
terbakar; keempat bahan padat yang mudah kegiatan pengusahaan di bandar udara Pasal
terbakar, bahan yang secara spontan mudah 232 ayat 1,2b mengenai pelayanan jasa
terbakar, bahan yang bilamana basah akan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud
berbahaya; kelima adalah bahan oksidasi pada ayat (1) huruf a meliputi pelayanan
atau organik berperoksida; keenam bahan jasa pesawat udara, penumpang, barang,
beracun cair atau padat dan bahan yang dan pos yang terdiri atas penyediaan dan/
membuat orang terinfeksi penyakit karena atau pengembangan: fasilitas terminal
virus; ketujuh barang yang memiliki untuk pelayanan angkutan penumpang,
radiasi; kedelapan adalah barang korosif kargo, dan pos; dan ayat 3 Pelayanan

278
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Faktor Penyebab Mengendapnya Barang Berbahaya
dan Prosedur Pemusnahannya di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta

jasa terkait bandar udara sebagaimana have to be considered to get a balanced


dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi service level that includes transit time,
kegiatan: jasa terkait untuk menunjang reliability and above all, cost” atau Sistem
kegiatan pelayanan operasi pesawat udara logistik yang efisien dan efektif memerlukan
di bandar udara, terdiri atas: pergudangan; pendekatan terpadu dimana semua elemen
lalu pada Pasal 233 (1) Pelayanan jasa logistik harus dipertimbangkan untuk
kebandarudaraan sebagaimana dalam Pasal mendapatkan tingkat layanan yang seimbang
232 ayat (2) dapat diselenggarakan oleh: yang mencakup waktu transit, keandalan dan
1). badan usaha bandar udara untuk bandar yang terpenting, biaya. Lebih lanjut, (Chang,
udara yang diusahakan secara komersial Yeh, & Liu, 2006) menyatakan “Prioritizing
setelah memperoleh izin dari Menteri; atau safety-related management issues at links
b) unit penyelenggara bandar udara untuk in the transportation chain is of strategic
bandar udara yang belum diusahakan importance for the government in setting up
secara komersial yang dibentuk oleh dan an action plan to ensure the safe transport of
bertanggung jawab kepada pemerintah dangerous goods by air”. Memprioritaskan
dan/atau pemerintah daerah. isu-isu manajemen terkait keselamatan di
PT XYZ sebagai salah satu badan link di rantai transportasi adalah kepentingan
usaha bandar udara yang diusahakan secara strategis untuk pemerintah dalam menyusun
komersial telah memperoleh izin di mana rencana aksi untuk menjamin keamanan
untuk pelayanan yang dimaksud pada UU 1 pengangkutan barang berbahaya melalui
tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 232 udara.
ayat 3 di atas beroperasi pada pergudangan
lini 1 yang terletak di kargo area Soekarno
Hatta sebagai terminal kargo merupakan METODE PENELITIAN
area pergudangan udara terbesar di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan deskriptif
Dalam pelayanan angkutan kualitatif dengan diagram tulang ikan ataui
barang kiriman, diindikasikan adanya Fish Bone alat analisisnya Sebagai data
permasalahan pada pelayanan jasa primer melalui kuantitatif rekaman jumlah
pendukung layanan kargo dimana sebagian barang berbahaya berbagai kelas yang
barang atau bahan berbahaya tidak dapat telah dinyatakan barang yang tidak diklaim
diproses atau dikeluarkan sesuai waktu lagi pemiliknya atau sudah tidak diurus
penimbunan yang ditentukan sehingga oleh pengurus barang. Fishbone bagi tim
mengganggu aktifitas arus keluar barang. peneliti sangat memadai dalam melakukan
Masalah yang timbul akhir-akhir penyaringan dan menemukan akar masalah
ini pada pergudangan adalah saat makin dari penyebab permasalahan tersebut. Lalu
banyaknya barang yang ditimbun termasuk dengan bantuan data sekunder berupa
bahan atau barang berbahaya yang makin data yang dimiliki dimulai dari tahun
banyak menumpuk, sebagaimana bandara 2010 hingga 2015, barang ini datang dari
yang baru maka diperlukan prosedur yang penerbangan yang dilayani oleh ground
tepat dengan koordinasi bersama guna handling, dan melibatkan setidaknya 10
mengatasi permasalahan barang endapan penerbangan asing, dengan jumlah terakhir
tersebut . terdata pada 21 September 2015, ada
Diperlukannya manajemen logistik sebanyak 839 koli atau seberat 7 ton 299
dari barang-barang tersebut sebagaimana kilogram barang berbahaya yang masih ada
dikatakan Islam, Fabian Meier, Aditjandra, dalam tempat tenimbunan.
Zunder, & Pace, (2013) “An efficient and Sementara yang dioperasikan ground
effective logistics system needs an integrated handling. Luas area penempatan barang
approach where all the elements of logistics berbahaya termasuk yang mengendap

279
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Wynd Rizaldy, R. Didiet Rachmat Hidayat, Irwan Chairuddin ISSN 2355-4721

tersebut menghabiskan setidaknya 2,9 Langkah pertama melakukan analisa


persen dari luas keseluruhan gudang impor kuantitatif rekaman barang berbahaya yang
yang digunakan untuk penempatan barang sudah lama tidak diambil adalah sebagai
atau sekitar 100,8 meter persegi dari luas berikut: bila dikonversikan ke dalam
tempat penyimpanan barang impor secara kubikasi barang dengan seberat 7 (tujuh)
keseluruhan yaitu 3371,76 meter persegi. ton tersebut membutuhkan kurang lebih 15
Selanjutnya dilakukan penelitian (lima belas) meter kubik ruang, sebagaimana
lanjutan dengan membagi kuesioner yang data pada Tabel 1. Meskipun telah tersedia
diisi oleh staf senior yang berhubungan ruang atau khusus barang berbahaya di
langsung dengan penanganan gudang. gudang impor, namun karena keterbatasan
Dengan menggunakan metode deskriptif ruang khusus barang berbahaya tersebut,
kualitatif dengan pendekatan kuantitatif, maka barang berbahaya yang menumpuk
di mana perhitungan kuantitatif dari hasil dan tidak diambil oleh pengurus barang
kuesioner dijelaskan secara kualitatif dan tersebut ditempatkan di luar ruang khusus
digambarkan dengan pembahasan dan barang berbahaya dan bercampur dengan
hasil yang diperoleh (Tongco, 2007) The barang umum. Hal tersebut mengakibatkan
purposive sampling technique is a type adanya ancaman bahwa barang berbahaya
of non-probability sampling that is most tersebut mengganggu keselamatan para
effective when one needs to study a certain staf yang bekerja di area penimbunan
cultural domain with knowledgeable barang.
experts within. Purposive sampling may Menunjuk data yang diambil dari
also be used with both qualitative and tabel 1, kita mendapatkan informasi
quantitative re-search technique atau bahwa barang berbahaya paling banyak
Teknik purposive sampling adalah jenis dat ang yaitu dari Asia melalui Hong Kong
sampling non-probabilitas yang paling yaitu sebanyak 2.366 kilogram, disusul
efektif bila seseorang perlu mempelajari melalui Taipei sebanyak 1.676 kilogram
domain budaya tertentu dengan ahli yang dan Singapura sebanyak 1.259 kilogram
berpengetahuan luas. Sampling aktif juga dengan total dari Asia sebanyak kurang
dapat digunakan dengan teknik penelitian lebih 5 ton. Dari Timur Tengah melalui
kualitatif dan kuantitatif. Sampel penelitian Dubai sebanyak 241 kilogram dan melalui
ini adalah 7 karyawan senior bagian Doha sebanyak 741 kilogram dengan total
penyimpanan barang yang baru datang sebanyak 1 ton secara pembulatan ke
dari luar negeri pada PT XYZ yang juga atas.
merupakan Warehouse Operator di Cargo Berikutnya dari Eropa melalui
area di Soekarno-Hatta . Amsterdam sebanyak 399 kilogram,
Selain dari studi kepustakaan, melalui Frankfurt sebanyak 82 kilo dengan
konsep analisis dan teori pertama yang total dari Eropa sebanyak 480 kilogram atau
terkait dengan faktor-fakotr penyebab hampir 500 kilogram. Dari daratan Australia
pengendapan barang berbahaya di gudang melalui Sydney sebanyak 300 kilogram.
impor lini 1, maka faktor-faktor tersebut Barang tersebut di atas telah dilaporkan
dianalisis melalui 5 parameter yaitu 1). ke pihak kepabeanan 2 (dua) kali setiap
Environment/lingkungan; 2) Methods; tahun, namun pada kenyataannya belum
3) Man Power/sumber daya manusia; 4) berhasil mengeluarkan dengan minimal
Measurements/Prosedur dan 5) Materials/ penimbunan hanya sebesar 1 meter kubik
Peralatan yang digunakan untuk menangani. atau 100 kilogram barang berbahaya dan
masih bisa ditempatkan di gudang khusus
HASIL DAN PEMBAHASAN barang berbahaya.
Menurut ketentuan di beberapa
A. Analisis Data Sekunder negara yang ketat dalam pengurusan barang

280
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Faktor Penyebab Mengendapnya Barang Berbahaya
dan Prosedur Pemusnahannya di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta

berbahaya agar tidak membebani negara what in the organization’s systems and
mereka di kemudian hari dan dapat diambil processes are causing the problem, so they
sebagai rujukan untuk mengeluarkan can be addressed” atau nilai menggunakan
atau menerbitkan prosedur penertiban diagram tulang ikan adalah menggali lebih
penyimpanan dan pengeluarang barang dalam, melampaui laporan kejadian awal,
berbahaya adalah negara Saudi Arabia, menjadi lebih baik memahami apa yang
pada IATA DGR bagian 2.8 dengan kode ada dalam sistem dan proses organisasi
SAG 02 dengan bunyi sebagai berikut: yang menyebabkan masalah, sehingga bisa
“The shipper of any dangerous goods by air jadi dialamatkan
shall provide a written undertaking to re- 1). Environment/lingkungan
ship the consignment, at the shipper’s cost Ruang yang kurang atau terbatas dalam
and risk, if the shipment is not cleared and proses penyimpanan barang endapan
received by the consignee within 15 working barang berbahaya baik dalam TPS lini
days from the arrival of the consignment 1 milik otoritas bandara yang dioperasikan
to any destination in Saudi Arabia” oleh ground handling atau pengelola
yang artinya pengirim barang berbahaya pergudangan maupun TPP milik pabean.
melalui udara akan mempersiapkan 2). Method/metode
pernyataan tertulis mengambil tanggung Cara pelaporan yang perlu dibenahi terkait
jawab atau risiko untuk mengirim kembali konsistensi waktu, dan data yang ada
barang kiriman, dengan menggunakan pada form pelaporan dilengkapi dengan
biaya dan risiko pengirim, jika barang prioritas, waktu kedatangan dan penyebab
kiriman tersebut tidak dikeluarkan dan tidak diambilnya barang.
diterima oleh penerima barang dalam 3). Man Power/sumber daya manusia
waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak Jumlah dan kualitas sumber daya manusia
kedatangan barang kiriman pada setiap yang melakukan koordinasi dengan pihak
negara di Saudi Arabia. Hal ini dilakukan terkait perlu ditinjau kembali.
oleh sebuah negara untuk menjaga agar 4). Procedure/prosedur
negara atau tempat di mana barang disebut SOP terkait pemusnahan barang berbahaya
diperkirakan akan ditimbun akan menjadi belum ada dan hal ini diperlukan sebagai
tempat yang bersih dari ketidakpastian pedoman dalam manajemen pemusnahan
pengurusan atau pengeluaran barang yang didukung seluruh pihak yang terlibat
berbahaya yang berdampak bagi kesehatan di dalamnya.
dan keselamatan bagi orang yang bekerja 5). Equipment/peralatan yang digunakan
di sekitar lingkungan area penyimpanan Peralatan pengaman dalam proses
barang tersebut. pemindahan dan pemusnahan belum
lengkap seperti masker oksigen,
B. Analisis Fishbone sarung tangan khusus, alat deteksi radiasi
Langkah kedua yaitu menganalisa dan pembersih kontaminasi yang bisa
permasalahan yang ditemui di lapangan berpindah-pindah
penyebab terjadinya penanganan barang Diperoleh hasil bahwa 4 dimensi
endapan yang tidak benar berdasarkan nomor 1 sampai dengan 4 dianggap penting
diagram ishikawa atau fishbone dengan bahkan sangat penting untuk diperhatikan
5 (lima) dimensi yaitu (1). environment/ keberadaanya, sehingga bila pihak
lingkungan (2) . method, (3) man/sumber pergudangan belum memiliki atau sudah
daya manusia, (4) prosedur dan (5) peralatan memiliki namun masih kurang memenuhi
yang digunakan untuk menangani. (Kane, syarat, maka hal tersebut dipastikan akan
2012) “The value of using the fishbone membawa dampak masalah ke depan
diagram is to dig deeper, to go beyond the dalam penanganan penyimpanan barang-
initial incident report, to better understand barang berbahaya. Yang tidak bermasalah

281
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Wynd Rizaldy, R. Didiet Rachmat Hidayat, Irwan Chairuddin ISSN 2355-4721

Tabel 1 Total Pengendapan Barang Berbahaya dari 10 Penerbangan Asing


dari tahun 2010-2015
Kode Penerbangan Negara Asal Piece
No. Berat (kg)
(IATA Code) (IATA Code) atau koli
1 CX HKG 410 2.366
2 EK DXB 32 241
3 BR TPE 59 1.676
4 KL AMS 54 399
5 LH FRA 33 82
6 PR MNL 5 7
7 QF SYD 10 300
8 QR DOH 16 794
9 SQ SIN 159 1.259
10 Lain-lain Negara lain 61 175
Total 839 7299

karena dianggap kurang penting (KP) atau opname harian. (Molero, Santarremigia,
memiliki jawaban dari responden lebih Aragonés-Beltrán, & Pastor-Ferrando,
dari 20% dari indikator yang ada pada 2017) “Criteria regarding safety and
dimensi peralatan, maka hal tersebut bisa security, environmental care, productivity
dilengkapi kemudian atau dengan kata and information and communication
lain tidak menjadi prioritas perbaikan dan technologies (ICT) have been considered
solusi pada faktor-faktor yang bermasalah. simultaneously into a total performance
dimensi ke-5 yaitu equipment (peralatan) management system” atau . Kriteria tentang
berupa komputer dan log book (buku untuk keselamatan dan keamanan, perawatan
merekam data) tidak dimasukkan dalam lingkungan, produktivitas dan informasi
kategori penyebab yang berarti dan dianggap dan teknologi komunikasi (ICT) telah
kurang penting karena masing-masing dipertimbangkan secara simultan menjadi
dari indikator dalam dimensi tersebut kinerja total sistem manajemen.
mendapatkan response lebih dari satu atau Dengan aplikasi serta penggunaan
dua jawaban kurang penting (KP). Dan bar code scanner dapat mengurangi
peralatan tersebut dilapangan faktanya penggunaan media penyimpanan data
memang sudah tersedia dan selalu berupa kertas, mempermudah koordinasi
diperbaharui keberadaannya. antarbagian yang terlibat dalam sistem ini,
di mana proses pelaporan dan pendataan
3. Prosedur pelaporan dan pemusnahan ini sebelum diaplikasikan perlu dibuatkan
barang endapan kurikulum pelatihan serta ditraining para
Langkah terakhir adalah petugas penyimpanan dan pencacahan
menyempurnakan atau menambahkan barang keluar sehingga akan tercipta alur
prosedur sebagai rekomendasi dari hasil proses SCM yang lebih baik sehingga
analisa data primer dan diagram fishbone tercapai tujuan pergudangan PT XYZ
Untuk mengatasi permasalahan dalam penanggulangan pengendapan yang
tersebut peneliti mengajukan usulan sistem makin menumpuk dan dengan proses
atau metoda dengan menerapkan pelaporan pemusnahan dan pemindahan barang
dari hasil penggunaan aplikasi komputer berbahaya yang ditentukan waktunya agar
Supply Chain Management (SCM) untuk sesuai dengan kapasitas dan tingkat bahaya
pengolahan data kargo yang akan terintegrasi barang berbahaya tersebut.
mulai dari proses pengadaan, pergudangan Perlu direncanakan pengadaan
seperti COSYS (Cargo Operation System) sarana dan prasarana serta anggaran
yang di gabungkan dengan hasil stok yang mendukung proses pengendapan,

282
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Faktor Penyebab Mengendapnya Barang Berbahaya
dan Prosedur Pemusnahannya di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta

Gambar 2 Analisa Fishbone

Tabel 2 Tabel Lima Dimensi Dan Indikator Penyebab Pengendapan


Barang Berbahaya Di Gudang PT XYZ Tahun 2010-2015
No Dimensi penyebab pengendapan barang berbahaya di gudang impor Lini 1

1 Environment (tempat penyimpanan endapan barang berbahaya)


1a Fasilitas sarana dan prasarana digunakan secara baik sesuai dengan fungsinya, termasuk memadainya tempat penyimpanan
khusus barang berbahaya (close storage untuk barang berbahaya ukuran kecil dan normal).
1b Penambahan fasilitas sarana dan prasarana untuk pendukung proses penyimpanan dan pendukung proses pengeluaran barang
berbahaya tersebut.
(open storage khusus barang berbahaya yang besar).
2 Method (cara penanggulangan/yang digunakan dalam penanganan penempatan endapan barang berbahaya.
2a Metode penyimpanan sudah mengikuti peraturan IATA seperti segregasi berdasarkan tabel.
2b Penempatan barang sudah sesuai dengan jenis klasifikasi atau label yang diberikan di setiap raknya.
2c Pendataan barang sudah dilakukan setiap bulannya untuk tiap barang yang tidak diambil oleh pemilik barang.
3 Sumber Daya Manusia dalam penanganan penempatan endapan barang berbahaya
3a Adanya pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan ketrampilan dalam penanganan penempatan barang bila terjadi
kelebihan barang.
3b Terciptanya kerja sama yang baik antara pihak administrasi pencatatan barang berbahaya yang sudah lebih dari 30 hari
untuk dilakukan penempatan ulang dengan pihak luar kepabeanan, dan pihak operasional yang melakukan penempatan ulang
tersebut, baik di dalam atau di luar gudang impor.
4 Prosedur penanganan endapan barang berbahaya
4a Adanya prosedur khusus dalam penanganan endapan barang berbahaya.
4b Adanya prosedur pendukung dari pihak luar baik penerbangan maupupemerintah yang diwakili otoritas bandara untuk
penanganan endapan barang berbahaya tersebut.
5 Peralatan yang digunakan untuk menangani
5a komputer yang menyimpan Sistim pendataan barang berbahaya termasuk program pendeteksi dan seleksi barang yang telah
melebihi 30 hari berada pada atau dekat area penyimpanan endapan barang berbahaya tersebut.
5b Sistim penunjang seperti log book sebagai back up manual yang diberikan tanda saat suatu barang berbahaya telah melebihi
masa 30 hari untuk segera dilakukan tindakan khusus.

pemindahan dan pemusnahan barang agar pengendapan tidak terlalu lama serta
berbahaya dan perlu koordinasi yang lebih melancarkan proses pemusnahan barang
baik antara pengirim dan penerima barang tersebut. Menurut: UU 24 tahun 2007 Pasal
serta bilamana perlu diberikan sanksi oleh 29 ayat 3, lembaga usaha berkewajiban
pemerintah kepada pengirim/agent yang mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam
barang kiriman berbahayanya bermasalah melaksanakan fungsi ekonominya dalam

283
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Wynd Rizaldy, R. Didiet Rachmat Hidayat, Irwan Chairuddin ISSN 2355-4721

Tabel 3 Hasil Pengolahan 5 dimensi oleh 7 responden


1. Environment 2. Method 3. SDM 4. Prosedur 5. Equipment

Respon- Lama 1a 1b 2a 2b 2c 3a. 3b 4a 4b 5a 5b


Posisi
No den Gender Usia bekerja
(jabatan)
(initial) (Th) Facility Based on team work support compu- Log Book
follow record special
close Class Training coordi- pro- ter not >
open str IATA ar rack
@ month
nation
procedur
cedure for rec 30 d
str
1 AM L 40-50 11 < Supvr SP SP P P P SP P P P KP KP

2 SUK L 40-50 11 < Supvr P SP P SP SP SP SP SP SP P P

3 KRIS L 40-50 11 < Supvr SP SP SP SP SP SP P SP SP SP P

4 BAS L 40-50 11 < Asst Mngr SP SP P P KP SP KP SP P KP SP

5 SUD L 30-40 11 < Asst Mngr SP SP SP SP SP SP SP P P P P

6 WAH L 40-50 11 < Asst supvr SP SP SP SP SP KP SP SP KP SP KP

7 DT L 40-50 11 < Asst Suovr SP SP SP SP SP SP SP SP SP P P

SP= sangat penting/ P = Penting / KP = Kurang Penting

penanggulangan bencana. prosedur keamanan dan keselamatan untuk


Melakukan safety campaign minimal proses penyimpanan dan pemusnahan
sekali setahun agar karyawan peduli dan barang berbahaya tersebut. Menurut
menambahkan prosedur pengamanan dan Visvanathan, (1996) “disposal of hazardous
penempatan khusus atas barang berbahaya wastes lies as the final and vital step of an
yang telah lama mengendap begitupun effective hazardous waste management
saat akan diproses untuk dimusnahkan. plan” atau pembuangan limbah berbahaya
Pada UU 24 tahun 2007 Pasal 37 ayat terletak pada tahap akhir dan vital dari
1, dinyatakan bahwa pengurangan bahaya yang efektif rencana pengelolaan
risiko bencana sebagaimana dimaksud sampah
dalam Pasal 35 huruf b dilakukan untuk
mengurangi dampak buruk yang mungkin
timbul, terutama dilakukan dalam situasi
sedang tidak terjadi bencana, dan ayat
2, Kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi: b). perencanaan
partisipatif penanggulangan bencana; c).
pengembangan budaya sadar bencana; d).
peningkatan komitmen terhadap pelaku
penanggulangan bencana; dan

Pembuatan Prosedur Keamanan


Quality assurance menitikberatkan
pada kualitas keamanan dan keselamatan
barang saat mengendap dan memproses
pemusnahannya diatur dalam sebuah
prosedur standar, dan pihak otoritas
bandara mengharuskan setiap penerbangan,
pengelola pergudangan untuk memiliki

284
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Faktor Penyebab Mengendapnya Barang Berbahaya
dan Prosedur Pemusnahannya di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta

Tabel 4 Tabel Solusi pada Akar Masalah yang Ditemukan pada


Pengendapan Barang Berbahaya di PT. XYZ Tahun 2010-2015

No. Dimensi Akar Permasalahan Solusi


melakukan pengawasan saat
kurangnya pengawasan dan
merapikan barang , lalu menghimbau
ketegasan dalam merapikan
gent/pengirim benar-benar
penempatan barang berbahaya dan
meengkapi dokumen saat clearance
dokumen barang belum lengkap saat
serta memasukkan kurikulum
1 Method pengeluaran serta bagian training
pengetahuan barang berbahaya
belum memasukkan kurikilum atau
yang profesional pada saat mendata
silabus “ pentingnya mendata dan
barang berbahaya yang mengendap
memusnahkan barang berbahaya
dan pemusnahannya.
yang mengendap
perlu direncanakan pengadaan sarana
dan prasarana serta anggaran yang
belum direncanakan pengadaannya mendukung proses pengendapan,
dan tidak dianggarkan oleh pemindahan dan pemusnahan
perusahaan dan kurangnya barang berbahaya, dan perlu
Lingkungan area
koordinasi dari pengirim barang dan koordinasi yang lebih baik anatara
penyimpanan
2 penerima barang saat korespondensi pengirim dan penerima barang, serta
barang
dan juga ketegasan dari pemerintah bilamana perlu diberikan sanksi
berbahaya
agar bisa melakukan sanksi bila oleh pemerintah kepada pengirim/
barang tidak diambil pada waktu agent agar pengendapan tidak terlalu
tertentu lama serta melancarkan proses
pemusnahn barang tersebut.

kurangngya sosialisasi dan safety


campaign dari bagian K3/quality
control terhadap kepedulian melakukan safety campaign minimal
karyawan agar terampil meresponse sekali setahun agar karyawan pedulu
penempatan barang berbahaya, dan membuat prosedur pemgamanan
Sumber daya
3 belum adanya prosedur pengamanan dan penempatan khusus atas
manusia
dan penempatan khusus saat barang barang berbahaya yang telah lama
akan dikeluarkan belum disusun mengendap begitupun saat akan di
oleh pihak quality control termastuk proses untuk dimusnahkan.
proses adminitrasi yang teratur,
aman dan berkesinambungan
quality assurance seharusnua
Pihak quality assurance belum menitik beratkan pada kualitas
menitik beratkan pada kualitas keamanan dan keselamatan barang
keamanan dan keselamatan di gudang saat mengendap dan menproses
terkait pengendapan dan proses pemusnahannya diatur dalam
pemusnahan barang berbahaya , sebuah prosedur standar, dan pihak
4 Prosedur dan pihak otoritas bandara belum otoritas bandara mengharuskan
memberikan penekanan pada pihak setiap penerbangan, pengelola
pengelola akan pentingnya memiliki pergudangan untuk memiliki
prosedur keamanan dan keselamatan prosedur keamanan dan keselamatan
penyimpanan dan pemusnahan untuk proses penyimpanan dan
barang berbahaya pemusnahan barang berbahya
tersebut.

285
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Wynd Rizaldy, R. Didiet Rachmat Hidayat, Irwan Chairuddin ISSN 2355-4721

SIMPULAN and-Certification/QAPI/downloads/
FishboneRevised.pdf
Dari analisis dan hasil penentuan Kiran, D. R., & Kiran, D. R. (2017).
faktor-faktor penyebab mengendap atau Chapter 20 – Seven Traditional
tidak diambilnya barang berbahaya tersebut Tools of TQM. In Total Quality
telah tersusun prosedur yang sistimatis Management (pp. 271–290). https://
atau tahapan untuk dapat memusnahkan doi.org/10.1016/B978-0-12-811035-
5.00020-9
endapan tersebut di pergudangan lini 1 area
Molero, G. D., Santarremigia, F. E.,
import Soekarno Hatta tanpa mengalami
Aragonés-Beltrán, P., & Pastor-
dampak pada proses penyimpanan dan Ferrando, J. P. (2017). Total safety
arus pengeluaran barang lainnya. Dan by design: Increased safety and
dengan prosedur tersebut pengendapan operability of supply chain of
barang berbahaya dapat dikurangi dan inland terminals for containers with
besar harapan risiko bahaya pun berkurang dangerous goods. Safety Science, 100,
sehingga keselamatan para pengguna jasa, 168–182. https://doi.org/10.1016/j.
pekerja yang melakukan aktivitas dalam ssci.2016.10.007
area pergudangan dapat terjamin [ Permenkeu RI] Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor
62/PMK.04/ tahun 2011, tentang
DAFTAR PUSTAKA Penyelesaian terhadap Barang yang
Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang
Anonim. (2007). UU no. 24 tahun 2007 yang Dikuasai Negara, dan Barang
tentang Penanggulangan Bencana. yang Menjadi Milik Negara. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia, Permenkeu RI
1–50. Retrieved from http://www. Rizaldy, W., & Setiawan, A. (n.d.).
litbang.depkes.go.id/sites/download/ Kompetensi dan kualitas layanan
regulasi/uu/UU_No._24_Th_2007_ karyawan terhadap keselamatan
ttg_Penanggulangan_Bencana.pdf penerbangan, Vol 1 No 2 Jurnal
Chang, Y. H., Yeh, C. H., & Liu, Y. L. Manajemen Bisnis Transportasi dan
(2006). Prioritizing management Logistik 177–192.
issues of moving dangerous goods Rizaldy, W & Rifni , M, 2015, Manajemen
by air transport. Journal of Air Penanganan Barang Barang
Transport Management, 12(4), Berbahaya Pada Angkutan Udara
191–196. https://doi.org/10.1016/j. Edisi Ketiga, in media
jairtraman.2006.01.007 Tongco, M. D. C. (2007). Purposive
International Air Transport Association sampling as a tool for informant
(IATA) Dangerous Goods Regulation selection. Ethnobotany Research and
54th Edition (2013) Section 2.8 State Applications, 5, 147–158. https://doi.
Variation SAG02. org/10.17348/era.5.0.147-158
Islam, D. M. Z., Fabian Meier, J., [UU RI] Undang-Undang Republik
Aditjandra, P. T., Zunder, T. H., & Indonesia 2009. Undang-Undang
Pace, G. (2013). Logistics and supply Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
chain management. Research in 2009 tentang Penerbangan. Jakarta
Transportation Economics, 41(1), UU RI
3–16. https://doi.org/10.1016/j. Visvanathan, C. (1996). Hazardous waste
retrec.2012.10.006 disposal. In Resources, Conservation
Kane, R. (2012). How to Use the Fishbone and Recycling (Vol. 16, pp. 201–
Tool for Root Cause Analysis. QAPI. 212). https://doi.org/10.1016/0921-
Retrieved from https://www.cms. 3449(95)00057-7
gov/Medicare/Provider-Enrollment-

286
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017

Anda mungkin juga menyukai