MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Dosen Pengampu :
Disusun oleh
TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini yang berjudul
“Asuransi Dan Instrumen Derivatif”. Adapun maksud dari tugas ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “Manajemen Risiko BMT”.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh islam semesta.
Dalam menyelesaikan makalah yang merupakan salah satu pemenuhan tugas kuliah
ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Maftukhin, M. Ag, selaku Rektor UIN SATU Tulungagung yang telah
memberi kesempatan untuk kami dapat menempuh pendidikan di UIN SATU
Tulungagung
2. H. Dede Nurrohman, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan makalah ini
3. M. Aqim Adlan M.E.I, selaku ketua jurusan Perbankan Syariah yang telah
mengarahkan dan memberikan wawasan dalam pembuatan makalah ini
4. Fatwa Adhma Khoiri S.E., M. Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Risiko BMT yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kami, sehingga
kami mendapatkan pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Akhirnya, penyusunan makalah yang telah ditugaskan kepada kami selesai walaupun
masih jauh dari kata sempurna, namun kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
orang lain dan kami sendiri. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan demi keesokan yang lebih baik.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen resiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan
bisnis atau perusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta
meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya
tingkat resiko yang dihadapi perusahaan. sasaran utama dari implementasi manajemen
resiko adalah untuk melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul.
Lembaga perusahaan mengelola resiko dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis
dengan pengelolaan resikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil optimal
dari operasionalnya.
Resiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa
baik yang diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan dan dapat menimbulkan
dampak bagi pencapaian tujuan. Dalam melakukan suatu aktivitas usaha, akan selalu
dihadapi oleh suatu tantangan resiko, karena apa yang akan terjadi dimasa yang akan
datang tidak dapat diketahui secara pasti. Besarnya tingkat kerugian karena resiko
yang dihadapi sangat bervariasi bergantung penyebab dan efek pengaruhnya. Jika saja
suatu resiko sudah dapat diketahui secara pasti bentuk dan besarannya maka tentu saja
ini dapat diperlakukan seperti biaya karena resiko merupakan suatu ketidakpastian
maka akan menjadi masalah penting bagi semua pihak.
Manajemen resiko ditunjukan untuk menanggulangi suatu permasalahan
sesuai dengan sesuai dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas
dalam suatu organisasi dimasa lalu, masa kini dan masa depan. Selain itu, manajemen
resiko juga sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian
tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu
organisasi, dimana setiap manager dan pekerja memandang manajemen resiko sebagai
bagian dari deskripsi kerja.
Resiko merupakan berbagai kemungkinan yang terjadi pada periode tertentu.
Dan resiko sering dikaitkan dengan kerugian. Jadi, resiko adalah ketidakpastian yang
mungkin akan terjadi kerugian atau peluang terjadi sesuatu. Untuk itu setiap
perusahaan perlu adanya strategi untuk meminimalisir terjadinya resiko. Dengan
demikian diharapkan bisnis yang dijalaninya dapat sukse meraih tujuan dengan
mudah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan definisi asuransi?
2. Bagaimana karakteristik asuransi?
3. Bagaimana prinsip-prinsip asuransi?
4. Bagaimana industry asuransi?
5. Bagaimana fungsi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi?
6. Apa yang dimaksud dengan forward?
7. Apa yang dimaksud dengan futures?
8. Apa yang dimaksud dengan opsi?
9. Bagaimna manajemen risiko dengan swap?
10. Bagaimana penjualan kredit dan sekuritisasi?
11. Bagaimana instrument derivative lainnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan definisi asuransi
2. Untuk mengetahui karakteristik asuransi
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asuransi
4. Untuk mengetahui industry asuransi
5. Untuk mengetahui fungsi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi
6. Untuk mengetahui forward
7. Untuk mengetahui futures
8. Untuk mengetahui opssi
9. Untuk mengetahui manajemen risiko dengan swap
10. Untuk mengetahui penjualan kredit dan sekuritisasi
11. Untuk mengetahui instrument derivative lainnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Deny Guntara, “Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya”, Jurnal Justisi Ilmu Hukum,
Vol. 1, No. 1 (2016), hlm. 30.
2
Ibid., hlm. 31.
3
sangat tinggi. 3Tetapi jika eksposur atau risiko kematian tersebut dikumpulkan oleh
perusahaan asuransi, risiko kematian tersebut menjadi lebih mudah dan lebih akurat
untuk dihitung. Mengasuransikan satu risiko kematian dengan membayar premi, misal
Rp 1 juta, maka tidak berbeda banyak dengan perjudian. Jika jumlah risiko kematian
dikumpulkan menjadi 100, ketidakpastian (penyimpangan dari yang diperhitungkan)
berkurang, tetapi masih besar. Jika eksposur atau risiko kematian yang dikumpulkan
mencapai 500.000, maka kematian yang sesungguhnya akan menyimpang dari yang
diperkirakan tidak lebih dari 1%. Dengan demikian perusahaan asuransi bisa
memperkirakan kematian yang cukup akurat, dan bisa menentukan besarnya premi
berdasarkan perhitungan risiko tersebut. Elemen gambling (perjudian) bisa
dihilangkan dalam situasi tersebut.
Ada dua masalah yang inheren dalam kontrak asuransi, yaitu problem moral
hazard dan adverse selection. Moral hazard adalah perilaku yang tidak berhati-hati
(ceroboh). 4Asuransi cenderung mendorong terjadinya perilaku moral hazard. Sebagai
contoh, misalkan saya adalah seorang yang sangatlah berhati-hati dalam menjalankan
mobil saya di jalanan. Kemudian saya membeli asuransi kecelakaan mobil. Setelah
membeli asuransi karena dia merasa membutuhkan perlindungan untuk perilakunya
yang ceroboh. Orang berhati-hati akan lebih berhati-hati pula dalam membeli
asuransi, karena kebutuhan akan perlindungan (asuransi) tidak sebesar kebutuhan dari
orang yang tidak berhati-hati. Sekali lagi perusahaan asuransi akan dirugikan karena
nasabah asuransi akan terisi oleh orang perilakunya ceroboh.
Jika kedua problem tersebut muncul, maka perusahaan asuransi akan
dirugikan, karena keduanya dulunya baik menjadi ceroboh (moral hazard), atau orang
yang ceroboh akan cenderung membeli asuransi (adverse selection).5 Kedua perilaku
tersebut akan meningkatkan kerugian perusahaan asuransi, yang pada gilirannya
berikutnya akan meningkatkan premi asuransi. Premi asuransi yang tinggi tersebut
akan semakin memperparah kedua problem tersebut. Orang yang berhati-hati menjadi
semakin tidak tertarik dengan asuransi, karena premi asuransi yang terlalu tinggi.
Pada akhirnya perusahaan asuransi hanya diisi oleh orang yang ceroboh, dan premi
menjadi terlalu tinggi. Perusahaan asuransi pada akhirnya tidak bertahan dalam situasi
tersebut. Perusahaan asuransi bisa mencegah atau mengurangi risiko semacam itu
3
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (UPPSTIM YKPN:Ypgyakarta, 2014, hlm. 277.
4
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (UPPSTIM YKPN:Ypgyakarta, 2014, hlm. 278.
5
Ibid.,
4
melalui beberapa mekanisme, misal dengan membebani premi yang berbeda. Nasabah
yang risikonya tinggi harus membayar premi yang lebih tinggi dibandingkan nasabah
yang risikonya lebih rendah. Tetapi bagaimanapun juga problem tersebut merupakan
problem yang inheren pada bisnis asuransi.
Risiko Yang Bisa Diasuransikan
Meskipun asuransi mempunyai manfaat yang besar untuk manajemen risiko,
tidak semua risiko layak diasuransikan. Bagian berikut ini membicarakan tipe-tipe
risiko yang layak diasuransikan dari sudut pandang perusahaan asuransi (insurers).
1. Kerugian Karena Risiko Bisa Ditentukan Dan Diukur
Jika kerugian tidak bisa diukur, maka perusahaan asuransi tidak akan
bisa membuat kontrak asuransi. Secara teoretis sebagian besar risiko bisa
ditentukan dan diukur. Tetapi dalam praktik, penentuan dan pengukuran risiko
tidak semudah yang dibayangkan.6 Sebagai contoh perusahaan asuransi
bersedia menanggung asuransi ketidakmampuan bekerja lagi (disability)
dengan menerima premi tertentu. Kemudian orang tersebut mengalami
kecelakaan dan mengklaim tidak bisa lagi bekerja, dan karena itu menuntut
uang pertanggungan. Bagaimana menentukan bahwa klaim orang tersebut
sudah benar? Apa definisi tidak mampu lagi bekerja?. Seringkali perusahaan
asuransi percaya saja dengan klaim nasabahnya. Setelah kejadian tersebut
ditentukan, pertanyaan berikutnya adalah seberapa besar kerugian yang bisa
dibayarkan? Dan bagaimana jika nasabah mengklaim mengalami penderitaan
akibat kecelakaan tersebut senilai Rp 10 miliar? Nilai atau kerugian dari
penderitaan atau kesedihan semacam itu akan sangat sulit ditentukan.
Biasanya pengadilan yang akan memutuskan seberapa besar ganti rugi yang
pantas meskipun mungkin juga tidak ada dasar yang memuaskan untuk sampai
pada angka ganti rugi tersebut.
2. Risiko Yang Mempunyai Kemiripan Dan Banyak
Salah satu persyaratan penting dari sudut pandang perusahaan asuransi
adalah risiko yang diasuransikan bisa diperkirakan di muka. 7Perusahaan
asuransi bisa memperkirakan lebih baik jika risiko tersebut cukup banyak dan
mirip satu sama lain. Jika hanya satu risiko terjadi dalam waktu sekian lama,
maka perusahaan asuransi akan menghadapi ketidakpastian yang sama dengan
6
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (UPPSTIM YKPN:Ypgyakarta, 2014) hlm. 279.
7
Ibid.,
5
pihak yang mengasuransikan (insured). Contoh tipe risiko semacam itu adalah
risiko kematian manusia yang sudah dibicarakan di bagian awal bab ini.
Risiko kematian itu untuk individu merupakan sesuatu yang sangat tidak pasti.
Tetapi jika dikelompokkan dalam jumlah yang besar maka risiko tersebut
menjadi bisa diperkirakan lebih akurat. Perusahaan asuransi sudah menghitung
risiko semacam itu jika dikelompokkan dalam jumlah yang besar, dan karena
bisa dihitung (menjadi lebih pasti).
Disamping itu risiko yang ideal untuk bisa diasuransikan adalah mirip
satu sama lain. Risiko kematian merupakan contoh risiko yang seperti itu,
sehingga bisa dikelompokkan ke dalam satu jenis risiko yang akan dikelola.
Risiko kematian tidak akan bisa digabungkan dengan, misal risiko kebakaran,
karena keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Faktor lain, misal
sosial dan geografis juga harus diperhitungkan untuk menentukan kemiripan
risiko tersebut. Sebagai contoh eksposur badai di daerah Florida Amerika
Serikat dengan daerah Yogyakarta akan berlainan, karena Florida menjadi
langganan badai (setiap tahun hampir selalu terkena badai), sedangkan
Yogyakarta relatif aman dari badai. Eksposur kematian untuk orang yang
bekerja sebagai misal tentara akan berlainan dengan eksposur orang yang
bekerja di lingkungan perkantoran. Meskipun namanya sama (risiko bencana
alam atau risiko kematian), tetapi risiko dalam contoh diatas tidak homogen.
Untuk tujuan menyamakan risiko maka eksposur bisa dikelompokkan lebih
jauh sehingga eksposur yang lebih homogen bisa diperoleh.
Di lain pihak, perusahaan asuransi akan mengalami kesulitan untuk
memperkirakan risiko ledakan nuklir, kerusuhan sosial, dan semacamnya.
Risiko tersebut jarang terjadi, sehingga sulit diperkirakan.
3. Kerugian Harus Terjadi Karena Ketidaksengajaan atau Karena Kecelakaan
Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Jika ketidakpastian bisa
dihilangkan maka tidak ada risiko dan karenanya tidak akan ada asuransi. Jika
seseorang sudah bisa memperkirakan besarnya risiko, maka dia tidak akan
membutuhkan asuransi. Kesengajaan merupakan contoh lain dari kepastian.
Jika seseorang sengaja membakar pabriknya untuk memperoleh tanggungan
asuransi, maka orang tersebut tidak menghadapi risiko karena dia sudah
merencanakan tindakannya.
6
Ketidaksengajaan merupakan persyaratan dari asuransi. Perusahaan
asuransi biasanya mengeluarkan kerugian yang disengaja dalam polis asuransi
mereka. Kerugian semacam itu tidak akan ditanggung oleh perusahaan
asuransi. Dari sudut pandang perusahaan asuransi, kesengajaan semacam itu
akan mendorong timbulnya moral hazard. Sebagai contoh misalkan saya
membeli asuransi kecelakaan. Misalkan saya sudah bosen dengan mobil
tersebut, dan ingin mengganti dengan yang baru. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah menabrakkan mobil tersebut sampai rusak, kemudian saya
bisa memperoleh ganti rugi kerusakan tersebut dari perusahaan asuransi. Uang
ganti rugi tersebut bisa saya gunakan untuk membeli mobil baru lagi.
Dalam situasi semacam itu secara umum perusahaan asuransi akan
membayarkan tanggungan lebih besar dari yang mereka perkirakan yang
mengakibatkan kerugian lebih besar. Kerugian tersebut akan dibebankan pada
premi yang semakin meningkat tahun berikutnya. Premi yang terlalu tinggi
tersebut menjadi tidak menarik bagi calon pembeli asuransi yang berhati-hati
cenderung menaikkan moral hazard, yang kemudian menaikkan kerugian,
menaikkan premi, dan akhirnya perusahaan asuransi terlibat pada lingkaran
setan (death spiral), yang bisa mengakibatkan kebangkrutan.
4. Kerugian Tidak Diakibatkan Oleh Bencana
Salah satu tujuan mengumpulkan (mem-pool-kan) eksposur risiko
adalah agar terjadi diversifikasi yaitu kerugian yang muncul (tanggungan) bisa
ditanggung oleh premi dari nasabah lainnya yang tidak mengalami risiko
tersebut. Jika sebagian risiko ternyata muncul pada saat yang bersamaan maka
prinsip diversifikasi atau pengumpulan eksposur semacam itu tidak terjadi.
Perusahaan asuransi menghadapi risiko membayar tanggungan yang sangat
besar, yang bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan asuransi tersebut.
Sebagai contoh misal perusahaan asuransi menjual risiko kerusakan rumah
kepada banyak penduduk di suatu kota. Kemudian terjadi gempa bumi yang
mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah di kota tersebut, sehingga
perusahaan asuransi akan menanggung risiko dimana kerugian itu sangat besar
(bisa mengakibatkan kebangkrutan), karena risiko tersebut muncul pada saat
yang bersamaan. Dalam situasi tersebut, risiko yang bersifat bencana
(cathastrophic) semacam itu tidak ideal lagi untuk diasuransikan. Perusahaan
asuransi bisa mendiversifikasikan lebih lanjut, misal dengan memperluas
7
asuransi ke negara lain, atau dengan mengasuransikan lagi ke perusahaan
asuransi lain (reinsurance).
5. Kerugian Yang Besar
Perusahaan atau individu seharusnya mengasuransikan risiko yang
mempunyai potensi kerugian yang besar. Tidak akan ekonomis jika
perusahaan atau individu mengasuransikan risiko yang potensinya kerugian
kecil. Untuk risiko tersebut perusahaan atau individu bisa menanggung risiko
tersebut dengan dana internal, misal menyiapkan cadangan kerugian, atau
individu menggunakan sebagian penghasilan untuk mendanai kerugian
tersebut. Sebagai contoh kerugian karena ban mobil pecah barangkali tidak
ekonomis untuk diasuransikan, karena biaya untuk memperbaiki ban pecak
tidak akan terlalu tinggi. Premi untuk risiko tersebut justru akan lebih tinggi
dibandingkan dengan cadangan dari tabungan seseorang. Tetapi risiko
kecelakaan mobil dimana kerugian bisa mencapai puluhan juta rupiah, akan
lebih layak untuk diasuransikan.
6. Probabilitas Terjadinya Kerugian Tidak Terlalu Tinggi
Jika probabilitas terjadi kerugian yang tinggi misalnya yang berarti
pasti akan terjadi, maka premi yang dibebankan oleh perusahaan asuransi
menjadi sangat tinggi. 8Premi total tersebut menjadi sama dengan kerugian
yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi karena risiko tersebut,
ditambah dengan biaya overhead perusahaan asuransi dan target keuntungan
perusahaan asuransi tersebut. Dalam situasi semacam itu pihak
mengasuransikan (insured) akan lebih baik jika tidak usah membeli asuransi
dan menanggung sendiri kerugian tersebut. Kerugian yang akan ditanggung
tersebut akan lebih lebih kecil dibandingkan dengan total premi yang
dibayarkan ke perusahaan asuransi. Dengan demikian kontrak asuransi tidak
akan terjadi.
Tabel berikut ini menyajikan beberapa risiko yang bisa diasuransikan
dengan karakteristik beberapa persyaratan. Sebagai perbandingan, tabel
berikut menyajikan beberapa risiko spekulatif yang tidak layak diasuransikan
dengan alasannya.
Tabel 1. Contoh Risiko yang Layak Diasuransikan
8
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (UPPSTIM YKPN:Ypgyakarta, 2014, hlm. 281.
8
Persyaratan Risiko Risiko Risiko disability (tidak
kebanjiran topan bisa bekerja lagi)
Jumlah yang banyak Ya Ya Ya
Kecelakaan atau tidak disengaja Ya Ya Barangkali
Bisa ditentukan dan diukur Ya Ya Barangkali
Bukan bersifat bencana Tidak Barangkali Ya
Kerugian besar Ya Ya Barangkali
Probabilitas tidak terlalu tinggi Barangkali Ya Barangkali
9
C. Prinsip-Prinsip Asuransi
Ada beberapa prinsip yang mendasari perjanjian kontrak asuransi. Berikut ini
pembicaraan mengenai prinsip-prinsip tersebut. Secara umum prinsip-prinsip tersebut
mendasari kontrak asuransi yang dibuat, meskipun dalam beberapa kasus tertentu, ada
pengecualian-pengecualian dalam pelaksanaan prinsip tersebut. Dalam kasus tertentu
tersebut, prinsip bisa terjadi jika tidak dilaksanakan.
1. Principle of Indemnity
Prinsip tersebut mengatakan bahwa pihak yang mengasuransikan
(insured) tidak bisa memperoleh uang pertanggungan lebih dari kerugian yang
sebenarnya pada saat terjadi kerjadian yang merugikan, berapapun asuransi
yang dibeli. Sebagai contoh misalkan terjadi kebakaran yang menghabiskan
bangunan yang diasuransikan. Kerugian tersebut bernilai Rp 1 miliar. Pihak
yang mengasuransikan tidak bisa memperoleh uang pertanggungan lebih besar
dari Rp 1 miliar kerugian tersebut. Prinsip semacam itu bisa mengendalikan
problem moral hazard. Asuransi dalam hal ini dirancang untuk
mengembalikan kondisi ke situasi sebelum terjadinya kerugian (indemnity).
Dengan prinsip semacam itu kemungkinan seseorang melakukan moral hazard
misal sengaja membakar bangunan agar asuransinya bisa dibayarkan, bisa
dikurangi secara signifikan.
Prinsip lainnya juga penting dan berkaitan dengan prinsip indemnity
adalah kehadiran asuransi lain. Dalam hal ini pihak yang mengasuransikan
(insured) tidak bisa memperoleh uang pertanggungan dari lebih dari satu
perusahaan asuransi. Jika ada dua perusahaan asuransi yang terlibat biasanya
kedua perusahaan tersebut akan berbagi pertanggungan tersebut.
2. Principle of Insurable Interest
Prinsip tersebut mengatakan bahwa asuransi didasarkan pada adanya
kepentingan yang diasuransikan. Pihak yang mengasuransikan harus bisa
menunjukkan hal tersebut pada waktu meminta uang pertanggungan. Sebagai
contoh misalkan keluarga mengasuransikan jiwa ayah (karena sebagai kepala
keluarga). Jika ayah tersebut meninggal dunia maka ahli warisnya berhak
memperoleh uang pertanggungan misal Rp 1 miliar. Keluarga tersebut
mempunyai kepentingan terhadap hidupnya bapak tersebut, karena jika bapak
tersebut meninggal maka keluarga tersebut akan kehilangan kesempatan
memperoleh pendapatan (yang diperoleh dari bapak tersebut). Dengan kata
10
lain keluarga tersebut mempunyai kepentingan yang bisa diasuransikan. Bukti
kepemilikan kepentingan tersebut bisa diperlihatkan melalui, misal hubungan
keluarga (ahli waris adalah anak dari bapak tersebut).
Untuk kasus yang lain adalah sebagai berikut, misal seseorang bertemu
dengan orang lain yang belum pernah dikenalnya, kemudian terlibat
pembicaraan kemudian satu orang bersedia mengasuransikan dirinya atas
nama orang yang baru dikenalnya. Orang yang membeli asuransi tersebut
meninggal esok harinya. Dalam situasi tersebut sangat mungkin prinsip
insurable interest tidak terpenuhi, sehingga klaim orang tersebut atas asuransi
orang yang meninggal bisa ditolak oleh perusahaan asuransi.
Bukti adanya kepentingan yang diasuransikan bisa ditunjukkan melalui
9
bukti kepemilikan, sewa, dan lainnya. Sebagai contoh misalkan saya
mempunyai gudang yang kemudian saya asuransikan. Kemudian terjadi
kebakaran yang menghanguskan gudang tersebut. Saya sebagai pemilik bisa
menunjukkan prinsip insurable interest tersebut. Sebagai contoh sebagai
pemilik saya bisa menyewakan gudang tersebut sehingga saya bisa
memperoleh pendapatan tambahan. Tetapi karena gudang tersebut terbakar
habis, maka kepentingan saya (atau kesempatan bisa menyewakan gudang
tersebut) menjadi hilang. Contoh lainnya adalah perusahaan yang
mengasuransikan key employee (pegawai kunci). Jika pegawai kunci tersebut
meninggal, maka perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang yang
bisa dipakai oleh perusahaan untuk mencari tenaga lainnya yang
kemampuannya sama dengan yang meninggal tersebut. Prinsip semacam itu
cukup bermanfaat untuk mengurangi problem moral hazard. Yang secara
efektif juga bisa menghalangi penggunaan asuransi sebagai alat perjudian
(gambling).
3. Principle of Subrogation
Prinsip subrogation mengatakan bahwa seseorang membeli asuransi
maka perusahaan asuransi berhak atas kas yang diterima pihak yang
mengasuransikan dari pihak ketiga. Sebagai contoh misal Aditya
mengasuransikan pabriknya. Kemudian pabriknya tersebut terbakar habis
karena PT X, perusahaan yang memasok bahan bakar ke pabrik tersebut,
9
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (UPPSTIM YKPN:Ypgyakarta, 2014, hlm. 284
11
melakukan tindakan yang ceroboh yang mengakibatkan kebakaran tersebut.
Kemudian Aditya menuntut ganti rugi ke PT X . maka perusahaan asuransi
berhak menerima uang ganti rugi yang diberikan oleh PT X kepada Aditya.
Prinsip tersebut merupakan konsekuensi lanjutan dari prinsip
indemnity. Pihak yang mengasuransikan (insured) tidak bisa memperoleh
ganti rugi dari beberapa pihak sekaligus. Prinsip subrogasi juga menghalangi
moral hazard yang mungkin muncul. Sebagai contoh, Aditya bisa berkomplot
dengan oknum dari PT X untuk membakar pabriknya. Setelah pabrik tersebut
terbakar, Aditya bisa memperoleh uang lebih besar dari kerugian yang
sebenarnya. Kemudian Aditya bisa berbagi uang dengan oknum dari PT X
tersebut. Prinsip semacam itu bermanfaat untuk menurunkan premi asuransi.
Pada beberapa jenis asuransi (misal kecelakaan), kas yang diperoleh dari pihak
ketiga yang teledor (ceroboh, mengakibatkan kecelakaan) bisa cukup
signifikan. Kas masuk tersebut bisa dipakai oleh perusahaan asuransi untuk
mengurangi kerugiannya yang mempunyai implikasi pada penurunan premi
yang dibebankan perusahaan asuransi tersebut. Alasan lain adalah prinsip
semacam itu menaruh orang yang teledor (ceroboh) sebagai pihak yang
bertanggungjawab atas kecerobohannya dan karenanya harus menanggung
akibat dari perbuatannya.
4. Principle of Utmost Good Faith
Kontrak asuransi didasarkan pada kepercayaan bersama. Standar
kejujuran yang tinggi dipegang untuk kontrak asuransi. Jika terjadi
pelanggaran terhadap standar kejujuran tersbut maka kontrak asuransi bisa
dibatalkan. Berikut ini contoh bagaimana standar kejujuran yang tinggi
tersebut diaplikasikan ke kontrak asuransi, melalui representasi, warranties,
penyembunyian, dan kesalahan.
a. Reprensentasi
Dalam hal ini adalah pernyataan yang dibuat oleh pemohon
asuransi (pembeli) sebelum polis asuransi dikeluarkan. Jika informasi
yang disampaikan oleh pemohon tersbut ternyata tidak benar, dan
ketidakjujuran tersebut material, maka kontrak asuransi tersebut bisa
dibatalkan. Dalam hal ini perusahaan asuransi tidak berkewajiban
untuk membayarkan uang pertanggungan seperti yang tertera pada
kontrak asuransi tersebut. Jika perusahaan asuransi tidak dengan cepat
12
membatalkan kontrak tersebut, bisa mengakibatkan hak perusahaan
asuransi untuk membatalkan kontrak tersebut menjadi hilang.
b. Warranties
Waranti adalah klausul dalam kontrak asuransi yang
mengatakan bahwa sebelum perusahaan asuransi mempunyai
kewajiban maka kondisi, fakta, atau situasi tertentu untuk
mempengaruhi risiko harus ada. Sebagai contoh perusahaan asuransi
menjamin kebakaran bangunan dengan kondisi alat pengaman api
(detektor asap) dipasang pada gedung tersebut. Jika ternyata pada
bangunan tersebut tidak ada detektor asap maka perjanjian kontrak
asuransi bisa dibatalkan. Jika waranti dilanggar, maka perjanjian bisa
dibatalkan meskipun wiranti tersebut barangkali tidak material.
c. Penyembunyian
Menyembunyikan informasi berarti diam (tidak memberitahu)
ketika dia harus memberitahukan. Karena asuransi didasarkan pada
prinsip kepercayaan, maka pemohon asuransi harus secara sukarela
memberitahu informasi yang material, meskipun sudah ditanyakan.
Informasi penting harus disampaikan meskipun barangkali akan
berakibat ditolaknya asuransi atau meningkatnya premi asuransi.
d. Kesalahan
Jika kesalahan terjadi dalam kontrak, perbaikan bisa dilakukan
setelah polis asuransi dikeluarkan. Kesalahan dalam hal ini adalah
kesalahan yang dilakukan bersama atau kesalahan yang diketahui oleh
pihak lain meskipun tidak disebutkan pada waktu perjanjian dibuat.
10
Kesalahan dalam hal ini bukan kesalahan karena salah keputusan,
tetapi kesalahan yang bisa ditunjukkan bahwa perjanjian asuransi yang
terjadi bukan perjanjian yang seharusnya. Contoh ilustrasinya dalam
kontrak asuransi seharusnya seseorang yang membeli asuransi akan
memperoleh pertanggungan sebesar Rp 1 juta perbulan selama 10
tahun mendatang mulai tahun kelima dari sekarang. Tetapi petugas
asuransi salah mengetik sehingga tertulis Rp 10 juta perbulan.
Kesalahan tersebut diketahui lima tahun mendatang. Perusahaan
10
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (UPPSTIM YKPN:Ypgyakarta, 2014, hlm. 285.
13
berusaha memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tersebut
menolak. Ketika persoalan tersebut dibawa ke pengadilan, maka
pengadilan memutuskan bahwa kesalahan tersebut dilakukan bersama
(mutual mistakes). Perusahaan asuransi salah mengetik. Orang tersebut
melakukan kesalahan yaitu tidak memperhatikan angka yang tertera
atau gagal untuk tidak mengatakan angka yang seharusnya padahal
barangkali dia tahu angka yang seharunya. Akhirnya pengadilan
memutuskan bahwa angka Rp 1 juta adalah pentanggungan yang
benar.
D. Industri Asuransi
Asuransi menanggung banyak tipe resiko. Bagian berikut ini membicarakan
kategorisasi perusahaan asuransi.
1. Asuransi personal dan asuransi property dan kecelakaan
Asuransi personal berkaitan langsung dengan individu. Resiko yang
bisa diasuransikan adalah resiko yang timbul dari kejadian yang bisa
menganggu pendapatan dari seseorang. Kejadian semacam itu contohnya
adalah kematian, kecelakaan, sakit, pengangguran. Seseorang yang mengalami
kecelakaan sehingga mengalami cacat permanen sehingga tidak bisa bekerja
sebagaimana semula, akan terganggu pendapatanya. Risiko semacam ini bisa
diasuransikan.
Asuransi property dan kecelakaan menanggung resiko yang bisa
mengahncurkan property (kekayaan) yang ada. Asuransi tersebut berbeda
dengan asuransi personal. Dalam asuransi personal, fokus kita adalah
kemampuan untuk memperoleh property (kekayaan) dimasa mendatang dari
seseorang. Dalam asuransi kecelakaan fokus kita adalah pada kekayaan yang
sudah ada. Asuransi property dan kecelakaan mencakup anatara lain,
kebakaran, kecelakaan, kewajiban yang timbul (missal karena tuntunan ganti
rugi). 11
2. Asuransi Sukurela dan Wajib
Nasabah bissa secara sukarela mengasuransikan eksposurnya. Sebagai
contoh, jika saya membeli asuransi jiwa, maka saya secara sukarela
mengasuransikan eksposur kematian saya. Jika perusahaan membeli asuransi
11
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.286
14
kebakaran, maka perusahaan tersebut secara sukarela mengasuransikan
eksposur tersebut. Dalam situasi lain, nasabah diharuskan membeli asuransi.
Sebagai contoh, hukum di Amerika Serikat mengharuskan pemilik mobil
untuk mengasuransikan mobilnya. Pada waktu perpanjangan STNK, pemilik
harus menunjukkan bukti bahwa mobil tersebut sudah diasuransikan pemilik.
Mobil dengan demikian wajib membeli asuransi mobil tersebut.
3. Asuransi Publik dan Swasta
Perusahaan asuransi bisa merupakan perusahaan swasta, dan bisa juga
merupakan perusahaan yang dimiliki oleh negara. Beberapa contoh
perusahaan asuransi swasta adalah asuransi Tata Wahana, Asuransi Beringi,
dan lainnya. Beberpa contoh perusahaan asuransi yang dimiliki atau
diselenggarakan oleh negara adalah Jamsostek, Asuransi Kesehatan (Askes).
4. Reasuransi
Reasuransi merupakan bagian penting dari industry asuransi.
Reasuransi berarti mengasuransikan asuransi. Sebagai contoh, misalkan suatu
perusahaan asuransi mengasuransikan jiwa seseorang dengan nilai
pertanggungan sebesar Rp. 50 miliar. Perusahaan tersebut tidak kehilangan
bisnis, tetapi juga tidak ingin menanggung resiko atau kerugian yang terlalu
tinggi. Perusahaan tersebut bisa mengajak perusahaan asuransi lain untuk
bergabung mengasuransikan resiko tersebut. Melalui reasuransi, perusahaan
asuransi bisa bekerja sama untuk menghadapi resiko sehingga risiko yang
sangat besar (seperti resiko bencana alam, atau resiko yang bersifat
cathastrophic) bisa dihadapi. Meskipun sebagai konsekuensi lanjutan, kejadian
bencana disatu tempat bisa mempengaruhi perusahaan asuransi dan pemegang
polis asuransi dibagian dunia yang lain.
Reasuransi bisa dilakukan melalui perjanjian kerjasama antar
perusahaan asuransi. Dalam hal ini perusahaan asuransi bergabung untuk
menanggung risiko bersama. Reasuransi juga bisa dilakukan dengan membeli
asuransi dari perusahaan asuransi lain, atau dari perusahaan asuransi yang
memfokuskan pada risiko asuransi. Perusahaan asuransi yang mentransfer
resiko tersebut disebut sebagai ceding company. Perusahaan lain yang
menerima rsiko tersebut dinamakan sebagai reinsurer. Resiko yang
dipertahankan oleh perusahaan asuransi dinamakan sebagai cession. Proses
mentransfer resiko tersebut dinamakan sebagai retrocession.
15
Tabel berikur ini menyajikan perkembangan perusahaan asuransi di
Indonesia dari tahun 1996-2000.12
Market Strukture 1996 1997 1998 1999 2000
12
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.287
16
Tabel berikur ini menyajikan perkembangan asuransi jiwa di Indonesia tahun
(1996-2000)
1996 1997 1998 1999 2000
13
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.288
17
Gross premium (Rp 3.617.400 4.078.456 6.707.396 6.421.693 7.287.619
million)
Net premium (Rp million):
Otomotif: 104.44 46
a. Kewajiban 67.355
18
b. Kerusakan fisik 37.088
Kewajiban lainnya 21.140 9,3
Homeowner’s multiple perils 20.477 9,0
Commerical multiple perils 16.432 7,2
Farmowner multiple perils 1.046 0,5
Kebakaran dan lainnya yg berkaitan 7.089 3,1
Kopensasi pekerja 29.703 13,1
Inland marine 4.273 1,9
Ocean marine 1.227 0,5
Surety and fidelity 2.825 1,2
Financial guaranty 988 0,4
Burglary and theft 109 0,0
Boiler and machinery 696 0,3
Glass 18 0,0
Aircraft 496 0,2
Accident and health 5.384 2,4
Asuransi lainnya 11.153 4,9
Total 227.500 100%
14
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.289
19
tidak menghasilkan kerugian yang menyimpang jauh dari yang dipcrkirakan
oleh perusahaan astiransi. Sebagai contoh, misalkan perusahaan asuransi akan
menanggung risiko kematian dari seorang pria yang berusia 35 tahun.
Perusahaan asuransi sudah menghitung probabilitas kematian untuk kelompok
usia tersebut adalah (misal) 0,05, dengan tingkat keschatan yang standar. Jika
pemohon tersebut mempunyai kccenderungan memperoleh penyakit serius
(misal pernah mengalami gagal ginjal), maka prababilitas kematian orang
tersebut akan jauh lebih tinggi dibandingkan orang lain seusianya. Perusahaan
asuransi bisa menolak permohonan orang tersebut, atau meningkatkan premi
asuransi untuk orang tersebut (agar sesuai dengan tingkat risikonya).
15
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.290
20
dengari lebih mudah. Tetapi pada enis asutansi lain, misal kecelakaan,
penentuan premi lebih sulit dan iebih kompleks. Pada prinsipnya penentuan
premi dilakukan dengan menghitung kerugian yang diperkirakan untuk kelas
risiko tertentu, ditambah target keuntungan, kemudian menghitung jumlah
cksposur (kontrak) yang akan diperoleh, kemnudian membagi kerugian yang
diharapkan tersebut dengan jumlah kontrak. Pada beberapa situasi penentuan
kelas risiko mudah dilakukan, sementara pada situasi lainnya, penertuan
ersebut sulit ditakukan. Sebagai contoh; pada risiko kematian, kelas risiko
pada unumnya menggunakan gender (pria dan wanita) dan kelompok usia (0-
10 tahun, 10- 20 talhun, dan seterusnya) untuk memperkirakan tingkat
kematian pada kelas tersebut. Karakteristik lain bisa ditambahkan, misal
pekerjaan, merokok tidak, dan semacamaya. Pada risiko lain, seperti
kebakaran, penentuan kelas risiko menjadi lebih sulit. Kelas risiko bisa dibuat
misal dengan menggolongkan bangunan yang ada alat pencegalı kebakaran
dungan yang tidak, geografis tertentu, kota-desa, dan atribut lain yang relevan
untuk menentukan kemungkinan terjacti ticdaknya kebakaran.
Berikut ini ilustrasi penentuar premi risiko. Misalkan di suatu daerah
diperkirakan perusahaan asuransi akan membayar kerugian karena kecelakaan
mobil yang mencapai Rpl miliar pertahunnya. Perusahaan asuransi
memperkirakan bisa memperoleh 1.000 kontrak asuransi. Perusahaan asuransi
mentargetkan laba dan cadangan untuk menutup biaya sebesar Rp200.000
parkontrak asuransi. Dengan demikian premi asuransi bisa dihitung sebagai
berikut:
Premi sebelum target laba = Rpl miliar/1.000 = Rp1 juta
Premi (setelah target laba dimasukkan) = Rpl juta + Rp200 ribu =
Rp1,2 juta
Dengan demikian perusahaan asuransi tersebut akan membebankan
Rp1,2 juta pertahun kepada nasabahnya. Alternatif lain adalah cadangan laba
bisa dinyatakan dalam persentase. Sebagai contoh, perusahaan asuransi
mentargetkan marjin kotor sebesar 30% dari premium untuk menutup biaya
dan target keuntungan. Premi yang, dibebankan bisa dihitung sebagai berikut:
Premi = Premi sebelum marjin + (marjin x Premi)
Premi = Rpl juta + (0,3 x Premi) P Premi = Rp1,428 juta
21
Secara umum, premi yang ideal adalah tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah, adil untuk semua nasabah, bisa direvisi, mendorong usaha
pencegahan kerugian. Premi yang tidak terlalu tinggi/rendah bisa menutup
biaya dan target keuntungan perusahaan asuransi, dan tidak bisa mengundang
kontroversi dan campur tangan16 pihak yang berwenang bisa masuk. Jika
persaingan cukup ketat, maka peesaira akan menentukan batas atas asuransi.
Penentuan premi juga menjadi sulit kaan data historis sering digunakan untuk
memperkirakan kerugian di masa mendatan Kejadian yang tidak diinginkan
sering terjadi tanpa terduga. Sebagai conte kejadian seperti tsunami sangat
sulit diperkirakan dengan menggunakan data m lampau. Bagaimana
menentukan premi untuk asuransi kerugian tsunami.
Premi juga harus aclil terhadap nasabah individual, dalam arti lbesar
keritau seharusnya memperhitungkan tingkat risiko atau perilaku tidak hati-
hati (uo hazard) dari nasabah. Nasabah yang moral hazard-nya lebih tinggi
mestinya membay premi asuransi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
nasabah yang lebih berhat hati. Dengan skema semacam itu, nasabah yang
baik tidak mensubsidi nasabah yang moral hazard-nya tinggi, dan karenanya
akan lebih adil. Sebagai contoh asuransi mobil untuk pengendara remaja
biasanya membebankan premi yang lebih tinggi dibandingkan dengan untuk
orang dewasa. Statistik menunjukkan kecelakaan untuk pengendara remaja
lebih banyak dibandingkan dengan untuk orang dewasa.
Di samping itu, premi seharusnya mendorong orang untuk melakukan
pencegahan risiko, Sebagai contoh, premi kebakaran untuk bangunan yang
tidak mempunyai sistem pendeteksi api, seharusnya lebih tinggi dibanding
untuk bangunan yang mempunyai sistem semacam itu. Dengan skema
semacam itu, individu akan berusaha mencegah risiko (misal dengan
memasang sistem pendeteksi api) jika ingin menurunkan premi risikonya.
Terakhir, premi sebaiknya juga bisa direvisi untuk menceminkan perubahan
kerugian yang diharapkan. Perubahan tersebut akan terjadi jika ada informasi
baru yang berkaitan.
16
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.291
22
4. Manajemen Klaim
Jika kejadian yang merugikan terjadi, maka nasabah akan mengajukan
klaim pertanggungan atas kerugian yang moreka derita. Perusahaan asturansi
harus bisa mengelola klaim tersebut dengan baik, meliputi inspeksi di
lapangan untuk membuktikan benar tidaknya klaim, menentukan besarnya
kerugian, menentukan apakah perlu ada penyesuaian terhadap klaim atau
tidak, dan seberapa besar penyesuaian tersebut, dan menyetujui dan
membayarkan klaim tersebut. Petugas lapangan yang melakukan inspeksi
seperti itu sering dinamakan sebagai adjusters, yang bisa merupakan pegawal
tetap perusahaan asuransi, bisa juga pihak luar yang independen. Penyelesaian
klaim yang cepat, berhati-hati (akurat) diperlukan dalam hal ini. Penyelesaian
yang lamban membuat nasabah menjadi tidak puas. Penyelesaian yang tidak
berhati-hati bisa memunculkan kecurangan/penipuan yang dilakukan oleh
pihak nasabah.
5. Investasi Oleh Perusahaan Asuransi
Pendapatan perusahaan asuransi sebagian diperoleh dari pendapatan
investas Premi yang diterima olch porusahaan asuransi akan 'diputar' dulu
(diinvestasikan) scbelum dibayarkan kepada pemegang polis asuransi.
Pendapatan perusahaan asuransi dari investasi bisa cukup signifikan. Sebagai
contoh,, di Amerika Sorikat, pendapatan investasi tersebut rata-rata mencapai
50% dari pendapatan dari premi17 untuk asuransi jiwa, dan sekitar 12,5% dari
pendapatan premi untuk asuransi properti dan kewajiban (kecelakaan).
Perusahaan asuransi jiwa lebih banyak menginvestasikan dananya pada
obligasi dan hipotik, sedangkan perusahaan asuransi properti dan kecelakaan
lebih banyak melakukan investasi pada satam biasa dan saham preferen.
Pendapalan dari investasi tersebut bisa digunakan untuk mengurangi premi
yung dibebankan kepada nasabah. Premi yang lebih kecil menjadikan daya
saing perusahaan asuransi lebih baik, sehingga semakin banyak polis (kontrak)
asuransi yang bisa diterbitkan, dan semakin mempermudah dan
mengefektifkan bisnis asuransi tersebut (the law of large numbers bisa
terpenuhi).
17
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.292
23
6. Fungsi lainnya
Sama seperti pada perusahaan lainnya, di samping fungsi penting seperti
yang telah disebutkan, perusahaan asuransi juga melakukan fungsi lain seperti
yang dilakukan oleh perusahaan biasa. Sebagai contoh, perusahaan asuransi
menjalankar fungsi riset pemasaran, manajemen sumber daya manusia,
pendanaan (mencari dana), dan fungsi akuntansi (pencatatan dan pelaporan
transaksi).18
18
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.293
19
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.295
24
Tabel. Perbedaan Transaksi Spot dengan Forward (1)
Alternatif lain, jika ia menjual 3 bulan dolar forward (short forward $), dengan
kurs Rp.9.000/$, table berikut ini meringkaskan hasil tersebut.
20
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.296
25
Apa manfaat dari transaksi semacam itu? Seperti akan terlihat berikut ini,
transaksi semacam itu mempunyai banyak manfaat, khususnya untuk hedging.
Spekulan juga bisa memanfaatkan transaksi tersebut untuk tujuan spekulasi. Bagian
berikut ini menjelaskan lebih lanjut ilustrasi penggunaaan kontrak forward.
26
2. Tetapi kita untung di forward obligasi, karena kita bisa menjual dengan harga
Rp.1,2 miliar, sementra harga pasar obligasi adalah Rp.900 juta. Kita untung
sebesar Rp.300 juta
3. Total keuntungan = keuntungan di posisi spot + keuntungan di posisi forward,
total keuntugan = -Rp.300 juta + Rp.300 juta = 021
Jika kita tidak melakukan headging, kita akan rugi sebesar Rp.300 juta.
Setelah memasuki kontrak heading, kerugian di obligasi kita bisa dikompensasi oleh
keuntungan diposisi forward, dengan nilai yang sama, sehingga total keuntungan
menjadi 0. Dengan kata lain, perubahan tingkat bunga tidak akan mempengaruhi nilai
obligasi kita. Nilai obligasi kita tiga bulan mendatang akan tetap pada nilai Rp.1,2
miliar.
Dengan menggunakan grafik, posisi long obligasi (mempunyai obligasi) bisa
digambarkan sebagai berikut:
Bagan. Posisi Spot Long Obligasi
Posisi long obligasi digambarkan dengan garis miring 45 derajat, slope +1,
seperti terlihat bagan diatas. Jika harga obligsi meningkat, manajer investasi tersebut
akan memperoleh keuntungan. Semakin besar peningkatan harga obligsi, semakin
besar keuntungan manager investasi tersebut. Tetapi jika harga obligasi turun, dia
akan mengalami kerugian. Yang menjadi kekhawatiran dia adalah jika harga obligasi
turun (daerah sebelah kiri). Untuk mencegah kerugian karena penurunan harga
obligasi tersebut, dia bisa memasuki kontrak forward dengan jalan menjual obligasi
forward. Posisi jual mempunyai ciri sedemikian rupa, sehingga jika harga obligasi
meningkat, investor akan mengalami kerugian, dan sebalikny. Posisi tersebut
21
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.297
27
digambarkan sebagai garis miring 45 derajat dengan slope -1 seperti terlihat pada
bagan berikut ini.22
Bagan di atas menujukkan, jika harga obligasi turun, kita mengalami kerugian
pada posisi spot tetapi memperoleh keuntungan pada posisi forward. Hasil bersih
adalah kita tidak memperoleh kerugian atau keuntungan dari perubahan harga
22
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm. 298
28
obligasi. Dengan kata lain, perubahan tingakat bunga (yang berarti perubahan harga
obligasi) tidak akan mengakibatkan kurugian dan keuntungan pada posisi total kita.
Dengan kata lain, forward obligasi bisa dipakai untuk meng-hedge portofolio obligasi
manajer investasi tersebut.23
G. FUTURES
1. Karakteristik Futures
Ada beberapa kelemahan dari forward. Pertama kontrak forward
merupakan hasil negoisasi langsung antara pihak pembeli dengan penjual
forward. Mereka bertemu langsung dan melakukan negoisasi. Jika terjadi
kesepakatan, maka kontrak forward akan disepakati. Pasar yang semacam itu
sering dusebut dengan pasar over-the- counter. Disatu sisi negoisasi semacam
ini memungkinkan fleksibiitas yang tinggi, disisi lain, negoisasi tersebut
mengakibatkan variasi yang cukup tinggi, variasi tersbeut membuat kontrak
future tidak terstandardisir. Produk yang tidak terstandardisir cenderung lebih
sulit diperdagangkan (kurang likuid) karena kurang likuid, produk tersebut
cenderung mempunyai biaya transaksi yang lebih tinggi.
Kedua, pada kontrak forward, resiko default cenderung tinggi.
Tinggginya risiko default tersebut disebabkan oleh dua factor. Factor pertama,
risiko dalam kontral forward diakumulasikan sampai jatuh tempo. Misalnya
saya membeli dolar forward 3 bulan dengan harga Rp10.000/$ saat ini saya
menandatangai kontrak dengan partner saya. Kemudian selama tiga bulan
mendatang, praktis saya tidak bertemu dengan dia, sampai pada bulan ketiga,
saya bertemu dengan partner saya untuk menyelesaikan kontrak tersebut.
Misalnya tiga bulan mendatang pada saat menyelesaikan kontrak akan
dilakukan kurs berubah menadi Rp20.000/$ saya akan memperoleh kuntungan
tetapi counterparty saya akan memperoleh kerugian yang sangat besar. Dalam
situasi ini counterparty akan kaget dan mempunyai insntif untuk tidak
melunasi kewajibannya. Faktor kedua, saya dan counterparty saya pada
dasarnya perusahaan biasa, perusahaan biasa secara umum mempunyai risiko
default yang lebih tinggi dibandingkan dengan Lembaga pemerintah atau semi
pemerintah. Filtures menggunakan Lembaga semi pemerintah, seperti yang
akan terlihat berikut:
23
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.299
29
Secara ringkas, kelemahan dari kontrak forward adalah:
a) Kurang likuid karena kontrak relative kurang terstandardisir
b) Risiko default cenderung lebih tinggi
Futures didesain untuk mengurangi dua kelemahan forward yang
utama tersebut, adapun desain futures tersebut adalah:
a) Standardisasi kontrak
b) Mekanisme marking to market (penyesuaian terhadap harga pasar) setiap
hari dan perdagangan yang dilakukan melalui bursa
2. Standardisasi Kontrak
Untuk meningkatkan likuiditas, futures menggunakan strategi yaitu
menstrandarkan kontrak futures. Standardisasi tersbeut meliputi:
a) Besarnya kontrak: misalnya kontrak untuk futures dolar Australia
ditetapkan sebesar A$100.000 per kontraknya (Bursa menetapkan besaran
kontrak tersebut). Misalnya kita mempunyai eksposur sebesar A$150.000,
maka kita tidak bisa membeli 1,5 kontral. Kita harus membeli 1 kontrak
atau 2 kontrak futures
b) Jatuh tempo: missal jatuh temp futures ditetapkan setiap bulan Maret,
Juni, September, dan Desember (Bursa menentapkan wkatu tersebut).
Misalkan kita mempunyai eksposur yang jatuh tempo bulan Februari, kita
tidak bisa meminta kontrak yang jatuh tempo bulan tersebut. Kita harus
memilih apakah beli kontrak pada jatuh tempo bulan Desember atau
Maret.
c) Kualitas komoditas: busa menentukan kualitas komofitas yang di
Futureskan, sebagai contoh: untuk kopi barangkali bursa menentapkan
kopi dengan kualitas A yang bisa di futures-kan. Kualitas dibawah itu
tidak bisa difutures-kan
3. Mekanisme Marking To Market
Perdagangan futures dilakukan melalui bursa, bursa menggunakan
mkanisme marking to market setiap hari. Melalui mekanisme tersebut, posisi
kontrak disesuaikan dengan harga pasar setiap hari. Untung atau rugi karena
proses penyesuaian tersebut akan ditambah ke rekening kita. Untung berarti
menambahkan saldo, sementara rugi akan mengurangi saldo. Untuk
memperjelas situasi tersebut, misalkan seorang investor membeli (long) satu
kontrak futures euro pada pagi hari, dengan harga ¥ (200)/€, misalkan besar
30
kontrak adalah €1.000. jatuh tempo kontrak tersebut adalah dua hari
mendatang, misalkan kurs atau harga futures yen/euro untuk dua hari
mendatang adalah sebagai berikut,:
hari Kurs Futures
0 (penutupan) (Y250)/€
1 (Y160/€
2 (Y100)/ €
24
Ibid. hlm. 301
31
sampai hari kedua. Kolom ketiga menunjukkan untung/rugi karena perubahan
kurs futures tersebut. Karena investor tersebut memegang posisi long
futureseuro, jika yen melemah terhadap euro (euro menguat terhadap yen), ia
akan memperoleh keuntungan. Pada hari pertama, yen melemah terhadap euro.
Investor tersebut akan memperoleh keuntunga, keuntungan tersebut adalah
50.000 yen
(Y250/e) x e 1.000 = +Y50.000
Keuntungan tersebut ditambahkan ke deposit, sehingga saldo pada
penutupan hari pertama adalah 150.000 yen. Pada hari kedua, yen menguat
terhadap euro, sehingga investor tersebut mengalami kerugian. Kerugian yang
terjadi adalah 90.000 yen. Kerugian tersebut dikurangkan dari saldo
sebelumnya, sehingga saldo akhir menjadi 60.000 yen. Karena saldo tersebut
dibawah saldo mnimal, bursa akan menelpon investor tersebut dan
memintanya untuk menambah kas agar saldo minimal tetap terjaga. Telepon
tersebut dinamakan sebgai margin call, hari berikutnya, pagi hari investor
tersebut harus menyerahkan tambahan kas sebesar 40.000 yen. Kemudian
pada penutupan yen menguat lagi sehingga investor tersebut mengalami
kerugian lagi. Tetapi karena kontrak sudah ditutup, investor tersebut
menyerahkan uang sebesar 100.000 yen, kemudian ia akan menerima 1.000
euro, jika investor tersebut menolak untuk memberi tambahan kas (pada waktu
dia kena margin call), maka kontraknya akan dibatalkan oleh bursa.25
Dengan cara penyesuaian setiap hari seperti yang dijelaskan si muka,
risiko default bisa dikurangi. Berbeda dengan forward, futures bisa
menghindari akumulasi kerugian pada akhir periode. Pedagang yang tidak
mempunyai modal yang cukup kuat dan mempunyai posisi yang merugikam,
bisa keluar dari kontrak futures sebelum jatuh tempo. Pada Forward, karena
tidak ada mekanisme marking to market akumulasi kerugian pada akhir
periode bisa terjadi dan bisa membuat perusahaan yang membeli forward
mengalami kebangkrutan.
Kontrak futures bisa ditutup dengan mengambil posisi berlawanan.
Sebagai contoh, dalam kontrak diatas, misalkan futures yang dipegang
pedagang dimuka ternyata menguntungkan, dia bisa mengambil posisi yang
25
Ibid. hlm. 302
32
berlawanan (short) yang berarti menjual kontrak futures sebelum jatuh tempo.
Dua posisi tersebut saling menghilangkan dan kemudian pedagang tersebut
menerima keuntungan dalam bentuk kas. Pedagang tersebut tidk perlu benar-
beenar membeli euro pada jatuh tempo (tidak perlu melakukan actual
delivery), sebelum jatuh tempo pedagang bisa menyelesaikan kontraknya.
4. Perdagangan Melalui Bursa
Jika forward diperdagangkan melalui pasar over the counter (OTC),
futures diperdagangkan melalui bursa. Bagan berikut ini menjelaskan
perbedaan antara keduanya.
Struktur Perdagangan Forward dan Futures
26
Ibid. hlm. 303
33
5. Hedging Dengan Futures
Futures mempunyai sruktur pay-off yang sama dengan forward
misalkan kita membeli $ forward maka posisi tersebut sama dengan membeli
(long) futures $. Pay Off semacam ini mempunyai karakteristik garis miring
45 derajat dengan slope +1. Sebaliknya, jika short (jual) futures $ maka posisi
tersebut sama dengan jual dolae fordward, yaitu gais miring 45 derajat dnegan
slope -1. Hedging dengan futures dengan demikian pada dasarnya sama
dengan hedging dengan forward perbedaaannya adalah timing aliran kas. Jika
pada forward semua kas tersebut diselesaikan (muncul) pada akhir periode,
maka pada futures aliran kas tersebut bisa muncul setiap hari, hal semcam ini
disebabkan karena adanya mekanisme daily wark in market.
Misalnya seorang manajer invetasi mempunyai portopolio obligasi
dengan nilai Rp 1,2 Miliar, untuk meng-hedge posisinya, agar perubahan
tingkat bunga tidak mempengaruhi kinerja portofolionya, ia bisa masuk
kontrak futures, yaitu short futures obligasi. Jika tingkat bunga meningkat,
nilai obligasi akan turun, tetapi futures obligasi akan memperoleh keuntungan.
Kerugian pada posisi spot obligasi bisa dikempensasi oleh keuntungan dari
posisi futures obligasi.
6. Risiko Basis (Basis Risk)
Selama ini kita mengansumsikan bahwa gedging bisa dilakukan
dengan sempurna, sedemikian rupa sehingga kerugian pada asset spot bisa
dikompensasi 100% oleh keuntungan pada kontrak futures. Dalam
kenyataannya hal semacam ini kemungkina besar tidak bisa terjadi 100%.
Beberapa alasan kenapa demikian:
a. Aset yang di-hedge tidak sama dengan asset yang menjadi underlying
asset dari futures. Sebagi contoh: kita barangkali ingin meng-hedge risiko
harga bahan bakar psawat terbang. Tetapi futures avtur tidak tersedia. Kita
kemudian mencari komoditas yang pergerakannya mirip dengan avtur,
misalkan minyak mentah, kita bisa meng-hedge risiko perubahan harga
avtur dnegan futures minyak.
b. Dalam beberapa situasi, jatuh tempo asset spot dengan futures tidak sama,
misalkan kita akan membayar $ bulan mei, kemudian futures jatuh tempo
pada bulan April. Dalam situasi ini kita akan menghadapi risiko basis
34
c. Pasar futures dengan pasar spot merupakan dua pasar yang berbeda
dengan mekanisme yang berbeda juga. Karena itu ada kemungkinan
pergerakan antara keduanya tidak sama persis, meskipun perbedaan
tersebut tidak terlalu besar karena bisa memunculkan arbitrase.
Konsekuensi risiko pada basis adalah jumlah futures yang dibeli tidak akan
sama dengan jumlah (nilai) eksposur yang di-hedge. Dalam hal ini kita perlu
menghitung minimum variance hedge ratio. Rasio tersebut dirumuskan
berikut ini:27
h* = r ( / )
dimana r = korelasi antara perubahan harga asset spt dengan perubahan
harga futures
= standar deviasi perubahan harga spot
Perhatikan jika tidak ada risiko basis, korelasi antara kedua asset
tersebut adalah 1. Jika strandar deviasi futures dngan spot sama, maka jumlah
kontrak yang diperlukan adalah:
27
Ibid. hlm. 304
35
H. OPSI
1. Karakteristik Opsi
Opsi merupakan instrument derivative lainnya. Ada dua tipe opsi, yaitu
opsi call dan opsi put. Opsi call bisa didefinisikan sebagai hak untuk membeli
asset dengan harga tertentu. Opsi put bisa didfinisikan sebagai hak menjual
asset pada harga tertentu. Harga tertentu tersebut disebut juga sebagai harga
eksekusi. Hak tersebut tidak harus dieksekusi (bukan kewajiban seperti dalam
forward atau futures) opsi mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
forward atau futures. Instrumen forward atau futures mempunyai potensi
kerugian yang tidak terbatas, potensi kerugian tersebut merupakan hal yang
tidak disukai oleh kebanyakan orang, oleh karena itu akan lebih baik jika
potensi kerugian tersebut dihilangkan atau dibatasi. Instrument keuangan opsi
diciptakan dengan tujuan semacam itu, pada kenyataannya, pembeli opsi akan
membayar premia tau fee opsi dimuka kepada penjual opsi. Dengan demikian,
kelebihan opsi tersebut bukannya gratis ada biaya yang akan ditanggung untuk
kelebihan opsi tersebut.28
Bagan dibawah ini menggambarkan struktur pay-off untuk opsi call,
misalkan underlying asset nya adalah saham PT A, dengan harga eksekusi
sebesar Rp 5.000
Struktur Pay Off Opsi call
36
bagi pemegang opsi call tersebut, akan lebih menguntungkan jika opsi tersebut
di eksekusi. Dengan kata lain, ia bisa membeli saham PT A dengan harga
Rp5.000. Harga tersebut lebih murah dibandingkan dengan pasar, sehingga ia
akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 5.000 (Rp10.000-5.000), keutungan
bersih dari transaksi tersebut adalah Rp4.800 (Rp5.000-Rp200) sebaliknya,
penjual opsi mengalami kerugian sebesar keuntungan dari pembeli opsi
tersebut (kerugian bersih sebesar Rp4.800)
Dalam bagan diatas transaksi opsi bisa dilihat sebagai zero-sum game.
Keuntungan pembeli opsi menjdi kerugian penjual opsi dan sebaliknya
Jika harga saham PT A adalah Rp 10.000, maka akan lebih baik bagi
pemegang opsi put (beli atau long opsi put) untuk membiarkan kontrak opsi
29
Ibid. hlm. 306
37
put nya tidak dieksekusi bagi dia akan lebih menguntungkan menjual opsinya
di pasar, dimana harga saham mencapai Rp10.000. dia akan rugi sebesar premi
opsi yang dibayarkan dimuka, sebaliknya, jika harga saham PT A adalah Rp
3.000 maka akan lebih menguntungkan bagi dia untuk mengekskusi haknya,
yaitu hak untuk menjual saham dengan harga Rp 5.000. harga tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan harga pasar. Karena itu dia akan untung sebesar
Rp 2000, keuntungan bersih adalah Rp 2.000-Rp150= Rp 1.850. keuntungan
(kerugian) dari pembeli opsi merupakamn kerugian (keuntungan) dari penjual
opsi, karena itu opsi put juga merupakan zero-sum game.
30
Ibid. hlm. 307
38
harga obligasi turun, manajer investasi mengalami kerugian pada posisi spot-
nya, tetapi ia akan memperoleh keuntungan dari posisi opsi put nya,
keuntungan dari opsi put tersebut bisa dipakai untuk mengkompensasi
kerugian pada posisi spot-nya.
Jika harga obligasi meningkat, ia akan memperoleh keuntungan dari
obligasinya, sementara dia akan memperoleh kerugian dari opsi put-nya.
Tetapi kerugian tersebut sebatas premi yang dia bayarkan di muka kepada
penjual opsi. Dengan deikian ia bisa membatasi potensi kerugian, tetapi ia bisa
menjaga potensi keuntungan dari posisinya. Karakteristik semavcam itu yang
menjadi salah satu daya Tarik dari kontrak opsi.
3. Penilaian Opsi
Penilaian opsi yaitu berapa premia tau harga opsi yang fair (adill),
sebagai contoh seorang yang akan membeli saham barangkali akan bertanya-
tanya berapa harga yang pantas untuk saham itu, harga saham yang pantas bisa
dihitung dengan menggunakan konsep present value sari aliran kas yang akan
diterima investor di masa mendatang (dari dividen dan capital gain). Tetapi
untuk opsi, model semacam itu tidak bisa digunakan. Model penilaian opsi
lebih banyak menggunakan konsep arbitrase. Karena opsi adalah intrumen
derivative, kekonsistenan antara harga asset yang menjadi underlying opsi
tersebut (misal saham) dengan harga opsi menjadi penting, karena itu konsep
arbitrase bisa dipakai untuk menilai premi opsi. Dua orang akademisi yaitu
Flascher Black dan Myron Scholas mengembangkan formula penilaian premi
opsi dengan menggunakan dasar seperti itu, sebelum masuk ke formula
tersebut, berikut ini factor-faktor yang mempengaruhi harga atau premi opsi.31
Opsi Call Opsi Put
+ -
Harga asset saat ini
- +
Harga eksekusi
+ +
Jangka waktu
+ +
Volatilitas
+ -
Tingkat bunga bebas risiko
- +
Dividen
31
Ibid. hlm. 308
39
a. Harga asset saat ini dan harga eksekusi
Untuk opsi call, kentungan dari opsi adalah selisih antara harga asset dengan
harga eksekusi, semakin besar selisih itu, semakin besar keuntungann dari opsi
tersebut. Dengan demikian jika harga pasar asset meningkat, harga opsi call
cenderung meningkat. Tetapi jika harga ekskusi meningkat, harga opsi call
cenderung turun. Hal yang berkebalikan terjadi untuk opsi put.
b. Jangka waktu
Semakin lama jangka waktu seakin besar kemungkinan harga meningkat atau
turun dimasa mendatang dengan demikian semakin lama jangka waktu,
semakin tinggi harga opsi call maupun harga opsi put.
c. Volatilitas
Semakin tinggi volatilitas, semakin tinggi kemungkinan harga asset untuk
berubah, baik naik atau turun. Jika harga meningkat maka opsi call akan
meningkakan nilainya. Kenaikan volatilitas akan meningkatkan risiko saham.
Hal semacam itu tidak beraku untuk opsi. Volatilitas harga asset meningkatkan
kemungkinan harga turun, sehingga nampaknya akan menurunkan opsi call.
Tetapi karena batas minimum opsi call adalah nol (sebesar premi opsi jika kita
memperhitungkan premi opsi), maka risiko penurunan harga asset tersebut
tidak relevan. Argument yang sama huga berlaku untuk opsi put
d. Tingkat bunga bebas risiko
Membeli opsi call bisa dianggap seperti membeli harga asset dengan harga
eksekusi yang tertentu, selisih atara kedua harga terebut merupakan ‘tabungan’
seakin besar bunga, semakin besar bunga tabungan, sehingga semakin tinggi
tingkat bunga dan semakin tinggi premi opsi call. Sebaliknya opsi put bisa
dianggap sebagai penunda penjualan saham, jika tingkat bunga meningkat,
maka investor kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan bunga
yang lebih tinggi. Karena itu semakin tinggo tingkat bunga, semakin rendah
nilai opsi put.32
e. Dividen
Jika dividen dibayarkan, ada kas yang keluar dari perusahaan sebagai
akibatnya harga saham akan turun. Penurunan harga saham akan menurunkan
nilai opsi call tetapi sebaliknya akan menaikkan nilai opsi put
32
Ibid. hlm. 309
40
Model Black Scholes
Formula Black Scholes untuk perhitungan premi opsi call dan put tipe Eropa
bisa dilihat berikut ini:
c = S0 N (d1) – Xe-rT N (d2)
p = Xe-rT N (-d2) - S0 N (-d1)
dimana
√
√
c = harga opsi call
p = harga opsi put
S0 = harga pasar asset
X = harga eksekusi
r = tingkat keuntungan bebas risiko
T = jangka waktu
= varians dalam tahunan
N (d) = probabilitas normal kumulatif
Sebagai ilustrasi misalkan harga asset= 164, harga eksekusi = 163,
tingkat bunga bebas risiko adalah5,21% per tahun, varians return asset adalah
0,0841 (standar deviasi adalah 29% per tahun atau 0,29 per tahun), jangka
waktu adalah 0,0959 tahun (1,15 bulan). Berapa harga opsi call?
33
Ibid. Hlm 310
41
Kondisi paritas put-call mengatakan hubungan antara harga opsi call
dengan harga opsi put adalah sebagai berikut ini34
C + Xe-rT = p + S0
34
Ibid. Hlm. 311
42
Misalkan kita membentuk portofolio yang terdiri dari long ∆ saham
dan short (jual) 1 opsi call. Portofolio tersebut akan tanpa risiko (riskless) jika
kondisi tersebut berikut terjadi35
22 ∆ - 1 = ∆18
∆ = 0,25
Dengan kata lain jika kita membentuk portofolio yang terdiri dari 0,25
saham dan short 1 opsi call, maka nilai portfolio kita tiga bulan mendatang
adalah pasti 4,5 ((22 x 0,25)-1) atau (18 x 0,25). Nilai sekarang dari portofolio
tersebut adalah :
35
Ibid. hlm. 312
43
Nilai N (0,03) adalah nilai probabilitas kumulatif dari sebelah kiri
sampai dengan nilai Z= 0,03. Kurva distribusi normal diatas bisa dilihat
sebagai wilayah probabilitas dengan nilai total sama dengan 1. Niali total dari
distribusi normal diatas bisa dilihat pada table ditribusi normal, untuk niai Z =
0,03 kita akan melihat pada kolom pertama yang tertulis z, sebesar 0 kemudian
bergerak ke kanan sampai pada titik 0,03 dan kita akan menemukan angka
0,0120
Distibusi normal berbentk simetris, nilai daerah sebelah kiri z=0 adalah
0,5 dengan demikian untuk Z= 0,03 nilai probabilitasnyaa adalah 0,512 (0,5 +
0,0120).
Dengan cara yang sama kita bisa menghitung N (-0,06) adalah
0,4761(1 – (0,5 + 0,0239). Setelah nilai dihitung maka bisa menghitung nilai
opsi call seperti berikut inii:
44
Dengan demikian premi opse dengan karakteristik yang disebutkan
adalah 5,803
C + Xe-rT = p + S0
36
Ibid. Hlm. 311
45
Misalkan kita membentuk portofolio yang terdiri dari long ∆ saham
dan short (jual) 1 opsi call. Portofolio tersebut akan tanpa risiko (riskless) jika
kondisi tersebut berikut terjadi37
22 ∆ - 1 = ∆18
∆ = 0,25
Dengan kata lain jika kita membentuk portofolio yang terdiri dari 0,25
saham dan short 1 opsi call, maka nilai portfolio kita tiga bulan mendatang
adalah pasti 4,5 ((22 x 0,25)-1) atau (18 x 0,25). Nilai sekarang dari portofolio
tersebut adalah :
Nilai Sekarang = 4,5e – 0,12x0,25 = 4,3670
Nilai sekarang dari saham tersebut adalah 0,25 x 20 = 5. Nilai opsi call
dengan demikian adalah
Nilai opsi call = 5 – 4,367 = 0,633
Denga menggunakan metode binomial nilai opsi call tersebut adalah $0,633
Dalam kenyataannya kita ingim memperhalus periode waktu
perhitungan. Jika dalam contoh diatas, kita hanya menggunakan satu kali
perubahan (jangka waktu 3 bulan), kita bisa memperhalus menjadi missal 1
hari. Dengan demikian ada sekitar 90 kali perubahan harga untuk periode satu
hari tersebut. Isu lain adalah menentukan berapa persen perubahan harga
saham/asset. Dalam contoh diatas harga saham berubah sebesar 20%. Salah
satu pendekatan adalah dengan menetapkan perubahan harga asset dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
u = e √∆t
d = e √∆t
dimana = standar deviasi return saham
∆t = interval waktu38
I. Manajemen Resiko Dengan Swap
Swap suku bunga adalah pertukaran aliran kas berdasarkan suku bunga tetap
dan mengambang dan nilai prinsipal (notional) tertentu. Karena nilai prinsipal tidak
berubah selama umur swap, prinsipal swap suku bunga tidak perlu dipertukarkan pada
37
Ibid. hlm. 312
38
Ibid. Hlm. 313
46
akhir periode. Bagi pelaku swap, nilai pada awal periode adalah nol. Namun, pada
periode berikutnya, nilai swap dapat menjadi positif (in the money) atau negatif (out
of the money). Nilai swap berubah karena pergerakan suku bunga. Bagi penerima
suku bunga tetap, nilai swap akan menjadi negatif apabila suku bunga naik. Di lain
pihak, bagi penerima suku bunga mengambang, nilai swap akan menjadi positif
apabila suku bunga naik.
Posisi pada swap yang in the money menghadapi risiko kredit (default), yaitu
risiko mitra transaksi tidak membayar kewajibannya (default). Tentu saja, pihak
dengan posisi swap yang out of the money tidak menghadapi risiko kredit. Risiko
kredit ini akan membesar pada kasus swap nilai tukar pada akhir periode, karena di
dalamnya terjadi pertukaran prinsipal pada akhir periode. Bagi pihak yang menerima
prinsipal dengan mata uang yang terapresiasi akan menghadapi risiko kredit yang
lebih besar karena nilai penerimaan akan menjadi semakin besar karena pengaruh
apresiasi mata uang. Bab ini menganalisis risiko swap.39
Swap merupakan pertukaran aliran kas antara dua pihak. Misalkan ada dua
perusahaan yang mempunyai neraca sebagai berikut ini:
PT A PT B
39
T Sunaryo, Manajemen risiko financial ( Jakarta: Salemba Empat 2007), hlm 235.
47
PT A = 12% - (12% +2%) = -2%
Jika LIBOR turun menjadi 3%, berikut ini spread yang diperoleh PT A dan B
Dengan komponisi semacam itu terlihat bahwa perubahan tingkat bunga tidak
akan berpengaruh terhadap penghasilan kedua perusahaan tersebut. PT A memperoleh
spread sebesar 2%, sedangkan PT B juga memperoleh Spreand sebesar 2% tersebut
adalah pasti, tidak tergantung dari perubahan tingkat bunga. Dengan kata lain, swap
bisa dipakai untuk restrukturisasi aset sedemikian rupa sehingga manajemen risiko
bisa dilakukan (risiko perubahan tingkat bunga bisa berkurang)
Swap bisa dikembangkan lebih lanjut sehingga bisa diperoleh banyak variasi
dalam swap. Sebagai contoh, stap bisa dikembangkan untuk pertukaran aliran kas
yang melibatkan beberapa periode. Swap juga bisa dikembangkan untuk pertukaran
aliran kas yang melibatkan mata uang yang berbeda. Swap hutang saham juga bisa
dilakukan . term (detaill) pertukaran akan dari kekuatan yang tawar-menawar. Jika
kekuatan tawar menawar sama, maka term pertukaran swap yang dianggap adil bagi
pihak yang terkait yang akan dipakai. Pada dasarnya term tersebut akan menyamakan
present value aliran kas yang dipertukarkan. Tentu saja jika menyangkut biaya bunga
48
variabel, forecast bunga di masa mendatang menjadi sulit dilakukan. Di pasar
eurodollar, transaksi awap yang ditunjukkan untuk menghemat pembayaran bunga
cukup banyak dilakukan. Biasanya transaksi tersebut memanfaatkan asimetri premi
risiko di pasar mengambang dan pasar fixed, dengan tujuan arbitrase (memperoleh
tingkat bunga yang lebih kecil dibandingkan kalau tidak memasuki kontrak swap).40
40
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.314-315
41
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.315
49
Misalkan suatu bank memberikan kredit KPR (Kredit Kepemilikan Rumah)
kepada nasabah 1,2. sampai, misal ke 1.000. Kemudian KPR tersebut digabungkan (di
pool). Dengan dasar KPR tersebut, bank tersebut menerbitkan obligasi (sekurita yang
kemudian dijual ke investor di pasar keuangan. KPR tersebut secara efek dijadikan
sebagai jaminan untuk obligasi tersebut. Penjualan obligani terseb mendatangkan kas
masuk baru, yang kemudian dipakai untuk memberikan k KPR baru. Setelah KPR
tersebut terkumpul, kemudian diterbitkan lagi obligasi yang selanjutnya dijual lagi ke
pasar keuangan. Proses semacam itu akan diulang sampai dana investor habis.
Melalui cara semacam itu kredit yang semula kurang likuid (karena harus
dipegang sampai kredit tersebut dilunasi), dirubah menjadi instrumen yang lebih
likuid (melalui obligasi). Obligasi tersebut bisa diperjualbelikan di pasar keuangan.
Karena obligasi merupakan seklikuid, tingkat keuntungan yadinamakan sebagai
sekuritisasi. Selanjutnya, karena likuid, tingkat keuntungan yang diharapkan investor
bisa menjadi lebih rendah. Tingkat keuntungan yang lebih rendah tersebu bisa
ditransfer ke debitur (pembeli rumah) dalam bentuk tingkat bunga yang leba rendah.
Dengan demikian proses semacam itu pada akhirnya akan menguntungkan pembeli
rumah, karena tingkat bunga bisa turun.
K. Instrumen Derivatif Lainnya
Selain teknik yang kita bicarakan di bagian sebelumnya, masih banyak tipe
instrumen derivatif lainnya. Sebagai contoh, futures atas futures mempunya
underlying asset berupa futures (instrumen derivatif). Derivatif juga dikembangkan
untuk risiko kredit, risiko cuaca, risiko energi, dan lainnya. Sebagai contoh, futures
atas kredit akan memberikan kompensasi kepada bank yang mengalami masalah gagal
bayar nasabahnya. Instrumen-instrumen tersebut berkembang menjadi lebih
50
bervariasi. Satu hal yang jelas adalah manajer risiko yang ingin menggunaka
instrumen derivatif tersebut harus memahami benar karakteristik instrumen tersebut,
meliputi risiko dan keuntungannya. Instrumen derivatif cenderung lebih kompleks
dibandingkan dengan instrumen tradisional. Banyak contoh perusahaan yang
mengalami masalah karena mereka masuk dalam kontrak instrumen derivatif
Biasanya ketidaktahuan akan karakteristik tersebut yang menyebabkan mereka
terperangkap dalam kesulitan yang berkaitan dengan instrumen derivatif.42
42
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, hlm.316
51
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan, menurut Ketentuan Undang-undang No.2 Tahun 1992 tertanggal
11 Februari 1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”) yang sudah dicabut
oleh Undang-Undang No.40 Tahun 2014 tertanggal 17 Oktober 2014 tentang
perasuransian.
Perusahaan asuransi menggunakan the law of large numbers sebagai dasar
operasi mereka. Hukum tersebut dalam konteks asuransi mengatakan bahwa semakin
banyak eksposur atau risiko yang serupa maka semakin kecil penyimpangan kerugian
yang terjadi dari kerugian yang diperkirakan. Dengan kata lain, risiko atau
ketidakpastian menjadi semakin kecil apabila jumlah eksposur meningkat.
Perusahaan asuransi melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut ini: Prodid
(Penjualan), underwriting (memilih risiko yang akan diasuransikan), Penentu Premi
asuransi, Mengelola Tagihan (klaim), Investasi, Fungsi lainnya (akuritan riset
pemasaran, legal, manajemen personalia, dan lainnya).
Instrument forward barangarkali murupakan instrument keuangan derivative
yang paling tua. Kontrak forward bisa dibedakan dengan kontrak spot. Contoh
kontrak dan kurs spot yang sering kita jumpai adalah pada valuta asing. Misalkan,
surat kabar menyajikan informasi kurs rupiah/ dolar adalah Rp9.000/$. Bisanya kurs
tersebut adalah kurs spot .kurs spot mumpunyai arti berikut ini. Jika kita ingin
membeli (menjual) dolar, berarti kita harus menyediakan (memperoleh) rupiah
sebesar Rp9.000. dolar akan kita terima saat ini juga (pada saat transaksi dilakukan)
transaksi spot dengan demikian mempuyai arti kurs berlaku saat ini dan penyerahan
barang dilakukan pada saat ini juga.
52
Opsi merupakan instrument derivative lainnya. Ada dua tipe opsi, yaitu opsi
call dan opsi put. Opsi call bisa didefinisikan sebagai hak untuk membeli asset
dengan harga tertentu. Opsi put bisa didfinisikan sebagai hak menjual asset pada
harga tertentu. Harga tertentu tersebut disebut juga sebagai harga eksekusi. Hak
tersebut tidak harus dieksekusi (bukan kewajiban seperti dalam forward atau futures)
opsi mempunyai kelebihan dibandingkan dengan forward atau futures.
Swap suku bunga adalah pertukaran aliran kas berdasarkan suku bunga tetap
dan mengambang dan nilai prinsipal (notional) tertentu. Karena nilai prinsipal tidak
berubah selama umur swap, prinsipal swap suku bunga tidak perlu dipertukarkan pada
akhir periode. Bagi pelaku swap, nilai pada awal periode adalah nol. Namun, pada
periode berikutnya, nilai swap dapat menjadi positif (in the money) atau negatif (out
of the money).
Selain teknik yang kita bicarakan di bagian sebelumnya, masih banyak tipe
instrumen derivatif lainnya. Sebagai contoh, futures atas futures mempunya
underlying asset berupa futures (instrumen derivatif). Derivatif juga dikembangkan
untuk risiko kredit, risiko cuaca, risiko energi, dan lainnya. Sebagai contoh, futures
atas kredit akan memberikan kompensasi kepada bank yang mengalami masalah gagal
bayar nasabahnya. Instrumen-instrumen tersebut berkembang menjadi lebih
bervariasi.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, penulis tentunya menyadari jika makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, agar dapat kami perbaiki dan jadikan pedoman dalam
pembuatan makalah selanjutnya. Kami juga mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penjualan kredit merupakan teknik lain untuk mengelola risiko, khususnya
risiko kredit. Bank memberikan kredit kepada perusahaan. Jika bank menahan kredit
tersebut, bank akan memperoleh pendapatan bunga, sampai kredit tersebut dilunasi.
Tetapi di lain pihak, bank tersebut menghadapi risiko kredit, yaitu risiko nasabah
tidak bisa memenuhi kewajibannya (gagal bayar). Misalkan bank tersebut menjual
kredit tersebut ke pihak lain, maka bank tidak lagi memegang kredit tersebut.
53
DAFTAR PUSTAKA
Guntara, Deny. 2016. Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya. Jurnal
Justisi Ilmu Hukum.Vol. 1. No. 1.
Hanafi, Mamduh M. 2014. Manajemen Risiko. UPPSTIM YKPN. Yogyakarta.
T Sunaryo, T. 2007. Manajemen Risiko Financial. Jakarta. Salemba Empat.
54