Anda di halaman 1dari 2

LatarBelakang

Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek
(Stunting). Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan hasil berada di bawah normal,
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Masalah balita pendek
menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan
masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak
hanya terkait masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak
langsung mempengaruhi kesehatan. Oleh karenanya upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk
mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk
mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Intervensi gizi
spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi 30%, sedangkan 70% nya
merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif. Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek
difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan
Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK.
Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang
dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan
sehingga ada yang menyebutnya sebagai "periode emas" dan "periode kritis".
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh
darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang
berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.2

Permasalahan
Masih kurangnya pemahamanan masyarakat mengenai Stunting dengan segala faktor risikonya hingga
dampak yang akan terjadi pada anak dengan Stunting.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan mengenai pencegahan Stunting dapat dilakukan secara berkala untuk memberiksan dan
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Stunting, khususnya kepada calon Ibu maupun Ibu yang
sudah memiliki anak. Penyuluhan ini dapat dirangkaikan dengan kegiatan Posyandu di masing-masing
Desa. Materi penyuluhan Stunting dapat berisikan segala upaya intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi 30%,
sedangkan 70% nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang melibatkan berbagai sektor seperti
ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial,
dan sebagainya. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terpenuhinya cakupan kunjungan Posyandu di
masing-masing Desa.

Pelaksanaan
Adanya pandemi infeksi virus Covid-19 mengakibatkan kegiatan ini tidak dapat dilakukan sebagaimana
yang diharapkan. Target kegiatan ini selanjutnya diubah. Penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan
kegiatan Rembuk Stunting pada tanggal 1 September 2020 di Desa Margo Mulyo. Penyuluhan diikuti
masing-masing kader posyandu desa, aparatur desa, bidan desa, guru PAUD serta kader PKK.
Penyuluhan yang telah disampaikan dengan pembahasan mengenai intervensi gizi spesifik maupun
sensitif ini diharapkan dapat menjadi wadah penyaluran informasi Stunting kepada masing-masing
masyarakat desa, khusunya para Calon ibu maupun Ibu saat mengikuti posyandu tiap bulannya.
Penyuluhan ini tetap mematuhi protokol kesehatan di era adapatasi baru.

Monitoring
Kekuatan:
1. Semua kader posyandu cukup antusias dan berperan aktif dalam penyuluhan yang telah
dilaksanakan ini.
Kelemahan:
1. Akibat pandemi Covid-19 sehingga penyampaian penyuluhan kepada para calon Ibu maupun Ibu
di masing-masing desa dilaksanakan secara tidak langsung melalui para kader posyandu, bidan desa
maupun guru PAUD.
Tantangan
1. Masih adanya para calon Ibu dan Ibu di masing-masing desa yang tidak mengikuti Posyandu.

Anda mungkin juga menyukai