net/publication/337331281
CITATIONS READS
0 6,147
1 author:
Yuliana Rakhmawati
Universitas Trunojoyo Madura
12 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Yuliana Rakhmawati on 18 November 2019.
Metode Penelitian
Komunikasi
Yuliana Rakhmawati
2019
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KATALOG DALAM TERBITAN ( KDT )
Penulis
Yuliana Rakhmawati
Desain Cover
Luberta Orbawan Wahyudi
Layout
Mohammad Soeroso, BE
ISBN : 978-602-1187-61-6
Yuliana Rakhmawati
DAFTAR TABEL
A. LATAR BELAKANG
Manusia bergerak, beraktivitas dihadapkan pada sejumlah
setting, peristiwa dan perilaku dari individu lain. Konteks
tersebut hadir dalam realitas dalam bentuk fenomena dan
noumena. Fenomena akan menampakkan diri dalam bentuk
aktivitas fisik seperti perilaku dan tindakan sedangkan noumena
hadir dalam kata-kata sifat keseharian seperti sayang, panas,
dingin, segar, nyaman dan sebagainya. Fenomena dan noumena
hadir dengan membawa beragam “misteri” yang memerlukan
solusi dan jawaban. Bagaimana kita dapat mendapatkan jawaban
dari sebuah misteri atas fenomena dan noumena?
Salah satu cara untuk mendapatkan jawaban atas
kebenaran dari solusi atas fenomena atau noumena adalah dengan
penelitian (riset). Apa yang dimaksud dengan penelitian?. Secara
etimologis penelitian merupakan padanan dari kata bahasa
Inggris research yang berarti mencari kembali, Dalam konteks ini
pencarian diarahkan untuk mendapatkan kebenaran. Filsafat ilmu
megajarkan tentang beragam cara mendapatkan kebenaran
diantaranya melalui mekanisme trial and error, kebenaran
performatik, kebenaran pragmatism, kebenaran intuisi.
Mungkin kita pernah memasak dan menemukan “masalah”
karena ternyata masakan kita tidak sesuai dengan harapan. Pada
waktu yang lain ketika kita ingin memasak resep yang sama kita
mencoba untuk merubah komposisi bumbunya dan ternyata hasil
masakan setelah kita rasakan sangat memuaskan. Aktivitas
tersebut secara substansi merupakan penelitian tetapi untuk men-
Capaian Pembelajaran
Kebenaran korespondensi
Merupakan kebenaran dengan menganut logika induktif dengan sifatnya
factual atau empiris.
Contoh dalam pembuatan logika inferensial maka akan dikomfirmkan
apakah objek yang disampaikan sesuai dengan faktanya.
Knower
Capaian Pembelajaran
A. PARADIGMA POSITIVISTIK
Dalam paradigma positivistik menempatkan gejala
komunikasi seperti ilmu alam dengan asumsi aposteriori yaitu ada
hokum atau teori yang berlaku secara universal (Marvasti, 2004).
Paradigma ini menggunakan logika deduktif dengan pengamatan
empiris untuk menemukan hubungan kausalitas diantara dua variabel
atau lebih guna memprediksi pola-pola umum dari suatu fenomena
atau gejala komunikasi. Positivis memandang ilmu sosial sebagai
suatu metodologi yang terorganisir untuk memadukan logika deduktif
dengan pengujian empiris pada perilaku individu untuk menemukan
dan mengkonfirmasikan seperangkat kemungkinan hukum sebab
akibat yang dapat digunakan untuk memprediksi pola-pola umum
dalam aktivitas manusia.
Seperangkat
teori
Gambar 3.1. Logika berfikir deduktif
B. PARADIGMA INTERPRETIF(KONSTRUKTIVISME)
Paradigma interpretif atau konstuktivis pertama kali diguna-
kan oleh sosiolog Jerman yaitu Max Weber (1864 – 1920) dan filsuf
Jerman Wilhelm Dailthey (1833 – 1911). Inti dari pemikiran
interpretif adalah melakukan telaah historis dari fenomena yang
diamati. Weber mengatakan bahwa ilmu sosial membutuhkan studi
mengenai “makna” dalam setiap aktivitas sosial atau tujuan dari suatu
aktivitas sosial. Menempatkan /melihat ilmu sosial dlm suatu
kerangka analisis sistematis melalui pengamatan atas tindakan
individu –individu yang mempunyai arti dalam satu arena sosial yang
tertentu. Hal ini dilakukan untuk memahami dan menafsirkan panda-
ngan serta bagaimana individu tersebut dalam dunianya. Logika dalam
Interpret
asi/pena
fsiran teoritisasi
terhadap
gejala
gejala./feno
mena sosial
Gambar 3.2 Logika Induktif
E. DAFTAR PUSTAKA
Henn, M. M. (2006). A Short Introduction To Social Research. London:
Sage Publication.
Kalof, L. D. (2008). Essentials of Social Research. New York, NY.:
McGraw Hill Open University Press.
Lindlof, T. R. (2002). Qualitative Communication Research Methods.
Thousand Oaks, CA.: Sage Publication, Inc.
Marvasti, A. B. (2004). Qualitative Research in Sociology. London:
Sage Publication.
Puch, K. F. (2005). Introduction to Social Research Quantitative and
Qualitative Approaches . London: Sage Publication.
Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta:
CAPS.
Capaian Pembelajaran
A. KONSEP DASAR
Penelitian fenomenologis berkembang sebagai bentuk
antitesis dari paradigma positivistik. Pada abad ke-19 dominasi
positivistik dengan dalil realitas diperintahkan, rasional dan logis
menjadikan cara berfikir atas penelitian pada masa itu secara
mainstream melakukan pengukuran secara objektif atas pengetahuan.
Interaksi manusia sebagai bagian dari fenomena menjadi entitas yang
secara pasif menerima stimulus (Reiners, 2012). Metode penelitian
dalam paradigma positivistik meniadakan subjekivitas manusia
melalui teknik pengumpulan dan analisis data yang dikontrol secara
ketat. Logika ini mendasari temuan-temuan penelitian positivistik
kuantitatif menganut prinsip empirisme dan reduksionisme.
Berakar pada tradisi filsafat abad ke-20 fenomenologi
berkembang menjadi salah satu metode penelitian dengan paradigma
induktif interpretif (konstruktivism). Memahami pengalaman manusia
adalah dasar dari pendekatan fenomenologis untuk penelitian, sebuah
konsep yang diperkenalkan oleh filsuf Jerman Edmund Husserl di
awal 1900-an (Jones, 2001). Pandangan Husserl dikembangkan
B. OPERASIONAL
Penelitian dengan menggunakan metode fenomenologi
memiliki beberapa karakteristik diantaranya : (1) fokus pada sesuatu
yang tampak, (2) tertarik dengan keseluruhan, (3) mencari makna dan
hakikat dari penampakkan, (4) deskripsi pengalaman BUKAN
menjelaskan atau menganalisisnya, (5) berakar pada pertanyaan
tentang fenomena yang diamati, (6) integrasi subjek dan objek, (7)
investigasi dalam kerangka Intersubjektifitas.
Objek Kesengajaan
(Benda fenomena) (intentionality)
Noesis Intersubjektif
Noema
Intersubjektif
INTUISI
Intersubjektif
C. CONTOH RISET
D. LATIHAN
E. DAFTAR PUSTAKA
Barbour, R. (2007). Introducing Qualitative Research: A Student’s
Guide to the Craft of Doing Qualitative Research. London: Sage
Publications.
Dahlberg, K. D. (2008). Reflective Lifeliworld Research (2nd ed).
Sweden: Student Littlerayur.
Eatough, V. S. (2017). Interpretative Phenomenological Analysis. . In
C. R. Willig, The Sage Handbook of Qualitative Research in
Psychology 2nd ed. (p. 193). London. : Sage Publication.
Capaian Pembelajaran
A. KONSEP DASAR
Istilah semiotika sebagai salah satu metode analisis tanda
berasal dari tradisi linguistic Ferdinand De Saussure. Ahli linguistik
Saussure menyebutnya sebagai semiologi yaitu makna dari tanda
sebagai bagian dari sistem bahasa. Dalam perkembangannya beberapa
ilmuwan pemerhati tanda juga menyertakan konsep-konsep tentang
semiotik. Umberto Eco melihat semiosis sebagai sebuah konsep
filosofis atas tanda. Sedangkan Charles Sanders Peirce leibh
mendekati semiotik sebagai bagian dari ilmu pengetahuan empiris
(science). Sebagai ilmu, semiotik menyediakan perangkat untuk
pengembangan teoretis dan praktis. Dalam semiotika dimungkina
untuk menggunakannya dalam mempelajari tentang tanda, proses
tanda (semiosis), indikasi, kemiripan, metafora, silogisme, makna dan
sistem bahasa. Sistem bahasa yang dipelajari dalam semiotika juga
melibatkan sistem tanda non-linguistik. Semiotika sering dibagi
menjadi tiga cabang: (1) sintaktik berhubungan dengan konsep baku
penggunaan bahasa dalam kaidah rules, (2) semantik kajian semiotik
yang membahas tentang makna dari tanda, (3) pragmatik, berkaitan
B. OPERASIONAL
Semiotika sebagai metode penelitian sudah dilakukan oleh
beberapa ahli semiotika pun sekaligus menyediakan perangkat ilmiah
untuk melakukan penelitian semiotika. Metode-metode tersebut
diinisiasi oleh : Charles Sanders Pierce dan Roland Barthes.
Charles Sanders Piercee
Filsuf dan ahli logika pragmatis Amerika –Charles Sanders
Peirce- merumuskan model tersendiri tentang tanda. Semeiotik
(sebagaimana Peirce menyebutnya) dan membuat taksonomi tanda.
Atau
Roland Barthes
Merupakan penganut aliran strukturalisme dan pengembang
kajian linguistik Saussure. Roland Barthes (Barthes, 1967)
Mengembangkan prinsip Saussure, Barthes memakai konsep
sintagmatik dan paradigmatik dalam menjelaskan simpton (gejala)
budaya, seperti sistem tradisi, sistem pakaian, sistem transportasi,
sistem furniture, karya seni, film, iklan, dan puisi. Penyemaian dua
perspektif dari tanda tersebut menjadi sebuah sistem bahasa. Dalam
sebuah sistem, bahasa memiliki elemen hubungan relasional dan
oposisi, Barthes menuliskan tentang dua elemen tanda yaitu: penanda
(signifier) dan petanda (signified). Penanda merujuk kepada nama dari
objek, sedangkan petanda merupakan konsep mental dari objek.
Sedangkan dalam sistem penandaan (signification) Barthes
memiliki dua terminologi konsep dalam analisisnya yaitu: denotasi
dan konotasi. Denotasi merujuk kepada penandaan sederhana dengan
membuat penanda dan petanda berlaku secara umum mengabaikan
dimensi substansi dan konteks. Denotasi menjadi skema tahap
pertama dari penandaan. Sedangkan dalam konotasi, Barthes
menawarkan konsep yang lebih khusus atas penandaan denotasi yang
sudah dilakukan. Model Barthes menempatkan konotasi sebagai tahap
kedua penandaan. Pada tahap ini, hasil penandaan denotasi akan
menjadi penanda pada tahap selanjutnya (konotasi). Petanda dalam
Denotasi
Konotasi
C. CONTOH RISET
1. Feminitas dalam Film Wonder Woman.
2. Komodifikasi Kecantikan dalam Iklan Sabun Mandi
3. Representasi Perlawanan Perempuan Aristokrta dalam Novel
Wiro Sableng 212
D. LATIHAN
E. DAFTAR PUSTAKA
Barthes, R. (1967). Elements of Semiolog. New York: Hill and Wang.
Barthes, R. (1972). Mythologies. New York: The Nooday Press.
Chandler, D. (2017.). Semiotics The Basics 3rd ed. Oxon, Rn. : Routledge
Taylor And Francis Group.
58 | Metode Penelitian Komunikasi
Eco, U. (1984. ). Semiotics and The Philosophy of language. . Hampshire,
RX.: McMillan.
Littlejohn, S. W. (2000.). Theoris of Human Communication. London.:
Wadsworth.
Merrel, F. (2001). Charles Sanders Peirce‟s Concept Of The Sign. In P.
Cobley, The Routledge Companion To Semiotics And Linguistics. .
London. : Routledge.
Short, T. (2007). Peirce’s Theory of Signs. Cambridge, UK: Cambridge
University Press.
Capaian Pembelajaran
A. KONSEP DASAR
Budaya dalam komunikasi memegang peranan yang sangat
penting. Manusia menyampaikan ide-ide, pikiran, ekspresi, dan emosi
melalui bentuk budaya yaitu tanda. Sebagai sarana penyampaian
makna, tanda dan sistem tanda (bahasa) menjadi media (kanal) dalam
proses komunikasi. Keberlangsungan proses komunikasi dengan
melibatkan segenap elemen pendukungnya (peserta komunikasi,
pesan, kanal, umpan balik, dan gangguan) membutuhkan aturan main
(rules) yang disepakati oleh peserta dalam sistem komunikasi tersebut.
Menyampaikan dan menerima pesan dalam konteks
keseharian seringkali dipandang sebagai aktivitas yang sederhana.
Manusia melakukan persepsi atas stimulus yang hadir dalam ragam
sensasi indera. Prose tersebut melibatkan kehadiran memori dan
pengetahuan yang cukup. Respon sebagai bentuk dari umpan balik
seringkali tidak menjadikan komunikasi menjadi efektif bahkan
cenderung menjadi potensi konflik. Manajemen konflik yang
dilakukan dengan pendekatan kultural seringkali justru lebih efektif
dibandingkan dengan perspektif koersif.
Metode Penelitian Komunikasi | 61
Budaya merupakan pintu masuk manusia dalam membangun
peradaban. Artifak, cara hidup, dan ide-ide merupakan manifestasi
dari budaya yang menjadi katalisator pada perubahan masyarakat.
Bahasa menjadi salah satu wujud dari sistem yang dikonstruksikan
melalui budaya, pun sebaliknya dengan budaya dapat berkembang
atau rusak karena kontribusi bahasa. Budaya perlu dikembangkan dan
melihat kontribusi bahasa dalam perkembangan tersebut dapat
menjadi sebuah kajian yang menarik dalam konteks pengembangan
ilmu pengetahuan. Budaya dan bahasa merupakan entitas idiosinkratis
yang membutuhkan metode khusus untuk mengkajinya. Sebagai objek
formil dari ilmu pengetahuan, penyelidikan tentang budaya dan
bahasa difasilitasi dengan metode etnografi.
Etnografi diarahkan untuk memahami dan menjelaskan
bagaimana orang memahami budaya mereka melalui sistem tanda
yang digunakan (Moerman, 1988). Studi etnografi menjadi inti pada
kajian para antropolog Amerika maupun Eropa (Inggris). Dalam
tradisi etnografi Amerika dipelopori oleh Frans Boaz dan Alfred
Koeber dengan kecenderungan pada kajian pola budaya yang statis
dan artifak budaya. Sedangkan dalam tradisi Inggris (disebut juga
tradisi fungsionalis) dikembangkan oleh A. R Radcliffe-Brown dan
Bronislaw Malinowski. Orientasi tradisi Inggris ini lebih tertarik pada
hadirnya “makna” sosial dan budaya pada tindakan, peristiwa, objek,
dan hukum yang beroperasi pada konteks budaya yang lebih besar
(Troike, 2003).
Dalam perkembangannya, etnografi semakin khusus melihat
dimensi budaya. Dell Hymes (Hymes, 1996) memperkenalkan
etnografi bahasa. Dalam perspektif Hymes, bahasa merupakan inti
dari budaya. Persinggungan bahasa dan budaya yang sangat intensif
C. OPERASIONAL
Penelitian dengan metode etnografi komunikasi selain
melibatkan pemilihan objek tertentu juga menggunakan prosedur yang
khusus. Secara umum penelitian etnografi dilakukan dengan empat
prosedur utama yaitu: (1) pemilihan topic kajian, (2) membuat desain
riset, (3) pengumpulan data (data collection), dan (4) analisis data dan
penulisan laporan etnografi (Murchison, 2010). Untuk melihat
prosedur secara lebih lengkap disampaikan dalam matriks berikut:
C. LATIHAN
1. Coba anda identifikasi komunitas dengan budaya bahasa
(tindak tutur) tertentu.
2. Sila dibuat desain penelitian dengan metode etnografi
komunikasi.
3. Observasi sebagian dari aktivitas komunikasi komunitas
tersebut.
4. Tuliskan hasil observasi anda dalam bentuk paper dengan
menyesuaikan dengan protokol metode etnografi komunikasi.
D. DAFTAR PUSTAKA
Hymes, D. (1996). Ethnography, Linguistics, Narrative Inequality
Toward an Understanding of Voice. . London. : Taylor Francis.
Moerman, M. (1988). Talking Culture Ethnography and Conversation
Analysis. . Philadelphia. : University of Pennsylvania Press.
Capaian Pembelajaran
A. URGENSI PENGUTIPAN
Sebagian mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UTM masih
mengalami kesulitan dalam sistem referensi (referencing system).
Untuk memberi panduan dalam sistematika penulisan membuat
referensi merujuk pada sistem APA (American Psychological
Association). Penulisan sistem kutipan yang berlaku pada sistematika
penulisan ilmiah ini berdasarkan pada manual publikasi APA edisi 6
(Publication Manual of the American Psychological Association 6th
edition.
Apakah referencing/pengutipan sumber itu?
Referensi adalah cara standar untuk mengakui sumber informasi dan
ide yang telah digunakan dalam sumber informasi dan ide dapat
diidentifikasi dan ditelusur kembali. Pengutipan sumber penting
untuk menghindari plagiarisme, untuk mengecek kebenaran
pengutipan dan untuk memudahkan pembaca mengerti apa yang kita
tulis, serta untuk lebih memahami karya yang dikutip.
Mengapa kita harus memberikan sumber kutipan?
1. Secara moral dan hukum penting bagi peneliti atau penulis untuk
mengakui ide-ide atau tulisan orang lain yang digunakan. Dalam
Enam atau tujuh penulis Perubahan dalam setiap tahapan DeVito, J., Mikosh, P., Hartley, P., Journal article
Jika sebuah karya memiliki komunikasi antarpribadi dilakukan dalam laubreiter, K., Griffin, EM.,
enam (6) atau lebih penulis, proses sekuensial (DeVito dkk, 2012) Stetner, H., & Littlejohn, SW.
kutip hanya nama belakang (2010). Interpersonal Approach
penulis pertama diikuti oleh dkk in Communication. Journal of
setiap kali Anda merujuk pada Communication, 66(4), 123-138
Kelompokkan sebagai penulis Badan Perencanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Report
tanpa singkatan Nasional, Komite Infrastruktur. (2007) Nasional, Komite Infrastruktur.
(2007, Juli). Pembangunan
Infrastruktur: laporan Riset
Kutipan pendek - kurang dari “penggunaan teknologi informasi Cartelli, A., & Palma, M. (2009). Book
40 kata dimungkinkan dengan melakuan transfer Encyclopedia of Information
penegtahuan dari negara industri kepada Communication Technology. .
Untuk menunjukkan kutipan negara berkembang”(Cartelli, 2009hal. New York.: InformatIon ScIence
pendek (kurang dari 40 kata), 10) Reference.
lampirkan kutipan dalam tanda
kutip ganda
Kutipan lebih panjang - 40 Penggunan teknologi dalam berbagai Cartelli, A., & Palma, M. (2009). Book
kata atau lebih dimensi komunikasi sudah dilakukan. Encyclopedia of Information
Perkembangan yang terjadi secara Communication Technology. .
Untuk kutipan yang 40 kata dinamis dalam penguatan kapasitas dan New York.: InformatIon ScIence
atau lebih, sertakan dalam kualitas teknologi informasi dan Reference.
naskah Anda sebagai bagian komunikasi membawa pengaruh kepada
Tips: Segala sesuatu yang Anda kutip dalam teks muncul di daftar referensi Anda dan, juga, segala sesuatu yang muncul dalam daftar
referensi Anda akan dikutip dalam teks! Periksa ini kasusnya sebelum menyerahkan tugas Anda.
Pedoman Penulisan :
1. Daftar referensi disusun dalam urutan abjad dari nama belakang penulis.
2. Jika ada lebih dari satu karya oleh penulis yang sama, tuliskan berdasarkan tanggal publikasi - terlama hingga terbaru (oleh karena
itu publikasi 2004 akan muncul sebelum publikasi 2008).
3. Jika tidak ada penulis, judul berpindah ke posisi itu dan entri tersebut diurutkan berdasarkan abjad dari kata penting pertama, tidak
termasuk kata-kata seperti "A" atau "The". Jika judulnya panjang, mungkin akan dipersingkat saat mengutip dalam teks.
4. Gunakan "&" dari pada "dan" saat menuliskan beberapa nama penulis sumber.
5. Baris pertama dari entri daftar referensi perataan kiri, sementara semua baris berikutnya secara konsisten indentasi.
6. Gunakan huruf kapital hanya kata pertama dari judul dan subtitle, jika ada, ditambah nama yang tepat – seperti: hanya kata-kata
yang biasanya ditulis dengan huruf besar.
7. Miringkan judul buku, judul jurnal / serial, dan judul dokumen web.
Catatan: APA edisi ke-6. tidak memerlukan tanggal pengambilan untuk sebagian besar informasi online, meskipun, APA
manual menyebutkan untuk tetap memasukkan tanggal pengambilan untuk materi yang dapat berubah dari waktu ke waktu (mis. Wiki)
Sumber Internet –Tidak ada (Pet therapy, n.d.). Pet therapy. (n.d.). Retrieved from Web site
tanggal, tidak ada penulis http://www.holisticonline.com/str
ess/stress_pet-therapy.htm
Saat menggunakan informasi
dari Internet, pertimbangkan
dengan cermat asal-usul
informasi tersebut. Apakah ini
A Saussure 51
A. R Radcliffe-Brown 62 deduktif 7, 8, 11, 19, 28, 29,
advertising 3, 17 30, 34
Alfred Koeber 62 Dell Hymes Hymes 62
Alfred Schutz 41
alternatif 2, 31, 34
American Psychological desain penelitian 3, 2, 10
Association 73, 75 Deskriptif 35, 52
APA7, 73, 75, 83, 88, 89, 95 Developing Emergent
aposteriori 11, 29 themes 47
apriori 11 Developmental
audience composition 17 communication 3
Dimensi Komunikasi 15
B dynamic impact 31
Barbour 43, 48, 93 E
broadcasting 3
Bronislaw Malinowski 62 Eatough 44, 45, 48, 93
budaya 22, 23, 25, 32, 56, Edmund Husserl 39, 40
57, 61, 62, 63, 64, 66, 67, effect 3
68, 69 ego 10
Business communication 3 Eksperimental 14, 34
Eksplanatif 35
C Eksploratif 35
Elemen Komunikasi 15
channel 3
emergent themes 47
Charles Sanders Peirce
emerging themes 20
Peirce 51, 53, 59, 94
empiris 2, 9, 14, 29, 30, 51,
common sense 9
52
Creswell 17, 26, 41, 93
enkulturasi 63
curiosity 7
epistemologis 17, 30, 42
Cyber 17
etimologis 1
D etnografi komunikasi63, 64,
65
Dahlberg 40, 41, 48, 93 etnokom 63
De Saussure Ferdinand De experience 42, 44
Metode Penelitian Komunikasi | 97
experimental research 13 ideologi 57
idiography 44
F Ikon 54
Face Negotiation 16 Indeks 54
Family 3, 48 indikator 3, 9, 10, 31
Faunal Zoosemiotic 53 induktif 7, 9, 11, 21, 28, 31,
Feminitas 58 34, 39, 44, 47, 69
fenomena1, 3, 8, 10, 18, 29, inference 11
30, 32, 34, 35, 36, 39, 43, 44 Initial noting 46
fenomenologi39, 40, 41, 42, Instrumen 23
43, 44, 46 intercultural 3
Fenomenologi klasik 40 International
Filosofis 32, 34 communication 3
Fisher 12 interpersonal 3
Fiske 12 interpreratitive layers 44, 46
formal 2, 70 interpretant 54
Frans Boaz 62 interpretation 44
Interpretative
G Phenomenology Analysis44
INTERPRETIF 30
Gadamer 40, 49, 93
intersubjektivitas 42, 44
gender 16
intertekstualitas 57
generalisasi 18, 20, 21, 45
intrapersonal 3, 15
Griffin 12, 77
Intuition based 28
group 3, 14
J
H
Jones 39, 49, 93
Health 3, 49, 81, 86, 87, 94
Heiddeger 40 K
Heidegger 41, 43, 49, 94
Henn 28, 37, 93 Kalof 28, 37, 93
heuristic 2 kausal 19, 20, 21, 42
hipotesis 18, 19, 21, 23 Kausal- Komparatif 36
kebenaran 1, 2, 8, 9, 10, 11,
I 24, 27, 28, 32, 40, 52, 73
kebenaran ilmiah 8
id 2, 10, 71, 80, 83, 89, 90
knower 9
Identitas Fantasi 16
knowing 9, 11
98 | Metode Penelitian Komunikasi
knowledge 9, 11 45, 51, 53, 62, 63, 64, 65, 66
known 9, 10
Koch 40, 49, 94 metodologi3, 4, 5, 9, 10, 11,
Koersif 15 12, 17, 18, 29
kognisi 9 metodologis2, 11, 17, 30, 42
Komodifikasi 58 Metodologis 2
Komunikasi Persuasif 15 Miller 12, 85
konatif 10, 17 mitos 53, 57, 58
konotasi 56, 57, 58
Konstruktivis- me 19 N
Korelasional 36 network analysis 14
kredibel 8, 90 Neuwman 17, 26, 94
Kuantitatif 18 next cases 47
noumena 1, 10
L
Langdridge 45, 47, 49, 94 O
Lindlof 32, 37, 94 objek 2, 3, 9, 10, 11, 12, 15,
Littlejohn12, 52, 59, 77, 94 23, 28, 32, 36, 41, 42, 43,
Local Wisdom 16 44, 45, 52, 54, 56, 62, 64,
Logika 7, 11, 30, 31, 39, 42 65, 66, 68, 69, 70
Lopez 43, 44, 49, 94 objek pengamatan 3
Objektivisme 18
M
Observasi partisipatif 14, 67
Marleau Ponty 41 observational research 13
Marvasti 17, 29, 31, 37, 94 ontologi 10, 31, 41
mass 3 operasionalisasi 12, 18, 33
masyarakat tutur 63 organization 3
material 2, 13
mekanisme 1, 4, 12, 27 P
Merrel 54, 59, 94 paradigma 3, 4, 14, 17, 23,
message 3 24, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
Message-or-artifact-oriented 37, 39
13 partisipatif 25, 32, 67
metafisik 11 patterns 47
metode 3, 5, 8, 9, 11, 12, 13, penelitian ilmiah 2, 8, 28
14, 18, 20, 21, 22, 23, 24, penelitian komunikasi. 2, 4,
28, 33, 39, 40, 42, 43, 44, 21
Metode Penelitian Komunikasi | 99
Resepsi 15
revelation 11
People-behaviour-oriented Robert T Craig 12
13 Roland Barthes Barthes 7,
Peristiwa komunikasi 64 53, 56, 57
Political communication 3 rules 11, 51, 61
Positivisme 18, 32
postpositivis 31 S
pragmatik 51 Schutz 41, 42, 49, 95
Pringle 42, 44, 49, 94 science 11, 51
Propaganda 3 Selective 28
prosedur 12, 13, 19, 30, 42, self- administrated) 14
65, 66 Self Concept 16
psikolinguistik 63 semantik 51
public 3 Semiotik Analitik 52
Public Relations 17 Semiotik Naratif 53
Punch 29, 94 Semiotik Natural 53
pure 33 Semiotik Sosial 53
sender 3
R
sense of perception 11
reach/audience size 17 setting 1, 64, 65
Reading and re-reading 46 sign 52
realitas 1, 2, 7, 8, 9, 10, 11, signification 56
14, 15, 28, 30, 31, 32, 37, signified 56
39, 42 signifier 56
Realitas komunikasi 2 simbol 12, 20, 54
Realitas objektif 18 Simbol 54
receiver 3 sintaktik 51
Reduksi Eidetis 43 sistematis 2, 12, 19, 27, 30,
Reduksi Fenomenologis 43 33, 34, 74
Reduksi Transedental 43 Sistematis 2
Reiners 39, 49, 94 Situasi komunikasi 64
relativisme 64 Smith 44, 47, 49, 86, 95
representamen 54 Social communication 3
Representasi 15, 58, 71 soft data 20
research 1, 8, 13, 33, 49, 81, Stack 12
94, 95 student centre learning 4
100 | Metode Penelitian Komunikasi
subjek penelitian 20, 42, 43, Troike 62, 65, 72, 95
45, 64, 68, 70 Tujuan Komunikasi 15
subjektif 11, 19, 32, 42, 43
Subjektivis- me 19 U
superego 10 Umberto Eco 51, 52
survey 13 utilitarianisme 25
T V
taksonomi 20, 53, 54 valid 8, 90
tanda7, 3, 12, 20, 41, 51, 52, variabel 18, 21, 23, 29, 30,
53, 54, 55, 56, 57, 58, 61, 36
62, 65, 80, 82, 83, 85, 86
teacher centre learning 4 W
Theory based 28
Weber 30
Tindak komunikasi 64
Traditional 3
trial and error 1