Anda di halaman 1dari 37

KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA DAN DOSEN

PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI


Analisis Komunikasi Interpersonal Mahasiswa dan Dosen Pembimbing
dalam Penyusunan Skripsi di Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa
Indonesia
PROPOSAL SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH HERMANA YOCIPIA B.S.TAWO


NIM: 052190005

PROGRAM STUDI LMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NUSA NIPA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................

i
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.4.1. Manfaat Teoritis.................................................................................4
1.4.2. Manfaat Praktis..................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
2.1. Penelitian Terdahulu..................................................................................6
2.2. Landasan Teori..........................................................................................9
2.2.1. Teori Komunikasi Interpersonal........................................................9
2.2.2. Teori Efektivitas Komunikasi..........................................................22
2.3. Kerangka Berpikir...................................................................................28
BAB III
METODE PENELITIAN.......................................................................................29
3.1. Jenis dan Metode Penelitian....................................................................29
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................29
3.3. Objek dan Subjek Penelitian...................................................................29
3.4. Jenis Data.................................................................................................29
3.4.1. Data Primer......................................................................................29
3.4.2. Data Sekunder..................................................................................29
3.5. Teknik Pengambilan Data.......................................................................30
3.6. Teknik Analisis Data...............................................................................30
3.7. Keabsahan Data.......................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyusunan skripsi merupakan salah satu tugas akademik penting bagi
mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Proses penyusunan skripsi
membutuhkan kerja sama antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Dalam proses ini, komunikasi
interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing harus efektif akan
membantu mahasiswa dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya serta
memperoleh bimbingan yang tepat dan akurat dalam setiap tahapan
penyusunan skripsi.
Komunikasi interpersonal dalam konteks akademik memegang peran
penting dalam membentuk hubungan antara mahasiswa dengan dosen
pembimbing. Mahasiswa yang mampu membangun komunikasi interpersonal
yang baik dengan dosen pembimbing dapat memperoleh manfaat seperti
dukungan,bimbingan,dan keterampilan yang diperlukan dalam menyelesaikan
skripsi. Selain itu, komunikasi interpersonal membantu mengatasi perbedaan
pandangan atau masalah yang muncul selama proses penyusunan skrpisi.
Tantangan dalam komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal
dalam konteks akademik memiliki tantangan tersendiri. Mahasiswa dan dosen
pembimbing berasal dari latar belakang dan pengalaman yang berbeda,
sehingga mungkin terdapat kesulitan dalam memahami pandangan atau sudut
pandang yang berbeda. Selain itu, peran yang berbeda dalam proses
penyusunan skripsi sehingga memerlukan keterampilan dalam membangun
komunikasi interpersonal yang efektif.
Pentingnya peran dosen pembimbing dalam membimbing mahasiswa
dalam menyelesaikan skripsi. Dosen pembimbing memiliki peran yang sangat
penting dalam membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir
mereka. Selain itu, komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen

1
pembimbing juga memainkan peran penting dalam menunjang keberhasilan
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi.
Analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen
pembimbing dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi.
Sebagai contoh, mahasiswa yang merasa sulit untuk berkomunikasi dengan
dosen pembimbingnya mungkin mengalami kesulitan dalam memperoleh
bantuan atau saran dari dosen tersebut. Selain itu mahasiswa yang tidak dapat
mengekspresikan pendapatnya dengan jelas dapat mengalami kesulitan dalam
mengemukakan argument mereka dalam skripsi mereka.
Faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan penyusunan skripsi
adalah komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing.
Komunikasi interpersonal yang efektif dapat membantu mempercepat proses
penyusunan skripsi dan meningkatkan kualitas skripsi yang dihasilkan.
Namun, komunikasi interpersonal yang tidak efektif dapat menghambat
proses penyusunan skripsi dan menghasilkan skripsi yang tidak berkualitas.
Tidak jarang terjadi kendala-kendala dalam proses, terutama dalam
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan doesn pembimbing. Titik
kendala-kendala tersebut dapat mempengaruhi efektivitas dan kualitas
penyusunan skripsi. Maka, untuk memastikan efektivitas komunikasi
interpersonal dalam konteks akademik, termasuk dalam dalam penelitian
analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing
dalam penyusunan skripsi, di perlukan adanya teori efektivitas dalam
komunikasi interpersonal. Teori–teori ini dapat membantu peneliti memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal,
dengan demikian penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan efektivitas
komunikasi interpersonal.

2
Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi komunikasi
interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Lingkungan yang
kondusif dan nyaman dapat memudahkan mahasiswa dan dosen pembimbing
untuk berkomunikasi dengan baik. Sebaliknya lingkungan yang tidak
kondusif dapat menghambat proses komunikasi interpersonal antara
keduanya.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk menganalisis
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
penyusunan skripsi. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Yulia, Puput C., dkk(2015), yang mempelajari pengaruh komunikasi
interpersonal mahasiswa dalam menyusun skripsi, dengan hasil penelitian
yang menunjukana bahwa pentingnya menganalisis komunikasi interpersonal
antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyususnan skripsi guna
untuk meningkatkan kualitas bimbingan bimbingan skripsi dan mengurangi
gejala stress yang di alami mahasiswa. Penelitian lainnya dilakukan oleh
peneliti dari Universitas Negeri Surabaya yang meneliti skripsi tentang proses
komunikasi interpersonal antara dosen dan mahasiswa dalam membangun
motivasi melalui media. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa proses
komunikasi interpersonal antara dosen dan mahasiswa dalam penyusunan
skripsi sangat penting dalam memotivasi mahasiswa.
Dari beberapa penelitian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana proses komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen
pembimbing di Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa Indonesia tidak
hanya berdasarkan langkah-langkah perbaikan yang efektif perlu
dipertimbangkan tetapi juga memperhatikan komunikasi interpersonal yang
terjadi selama proses tersebut. Mengapa peneliti memilih Fakultas Hukum
sebagai objek penelitian adalah karena fakultas hukum tergolong kedalam
jurusan baru yang masih memiliki banyak potensi untuk diteliti. Selain itu,
peneltian di fakultas hukum dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam perkembangan ilmu komunikasi di dunia ilmu hukum. Meskipun
penelitian sebelumnya telah banyak diteliti di fakultas komunikasi, namun

3
penelitian fakultas hukum dapat memberikan sudut pandang yang berbeda
dan menarik untuk diteliti.
Peneliti tidak hanya ingin mendeskripsikan komunikasi mengenai
skripsi saja, tetapi juga hal-hal diluar skripsi. Maka dari itu narasumber yang
akan dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen pembimbing
yang tidak hanya berkomunikasi mengenai skripsi saja, tetapi juga hal diluar
skripsi dengan judul penelitian “ANALISIS PROSES KOMUNIKASI
INTERPERSONAL MAHASISWA DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM
PENYUSUNAN SKRIPSI” di Universitas Nusa Nipa Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi?

1.3. Tujuan Penelitian


Untuk menganalisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Menambah pemahaman tentang teori-teori komunikasi interpersonal dan
penerapannya dalam konteks akademi khususnya dalam proses
penyusunan skripsi serta memberikan pemahaman lebih lanjut tentang
bagaimana analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi dan wawasan kepada mahasiswa dan dosen
pembimbing mengenai cara-cara yang efektif dalam berkomunikas
selama penyusunan skripsi.
2. Meningkatkan hubungan interpersonal antara mahasiswa dan dosen
pembimbing sehingga pross pembimbingan menjadi lebih efektif dan
efesien.

4
3. Menyediakan informasi yang berguna bagi universitas atau institusi
pendidikan dalam mengembangkan strategi pembimbingan skripsi
yang lebih baik.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


No Nama Peneltian Judul & Tahun Hasil Penelitian
1 Santosa, Y.R., & Analisis komunikasi Hasil penelitian ini
Nurohman, s. interpersonal menunjukan bahwa
mahasiswa dan kualitas komunikasi antara
pembimbing skripsi mahasiswa dan dosen
dalam rangka pembimbing skripsi sangat
menunjang penting dalam
pembelajaran. Junal meningkatkan kualitas
pendidikan dan pembelajaran dan
pengajaran,51(1),89- pembimbing. Artikel ni
96 2018. membahas tentang
pentingnya komunikasi
interpersonal yang efektif
antara mahasiswa dan
pembimbing skripsi dalam
menunjang promembutses
pembelajaran. Penulis
berpendapat bahwa
mahasiswa menerima
bimbingan dan dukungan
yang diperlukan untuk
menyelesaikan tesis
mereka dengan
sukses.Temuan penelitian
mengungkapkan bahwa
komunikasi yang efektif

6
antara siswa dan
pembimbing
membutuhkan kedua belah
pihak untuk terlibat secara
aktif dalam proses
tersebut, Para penulis
mencatat bahwa siswa
harus proaktif dalam
mencari umpan balik dan
bimbingan dari penasihat
mereka, sementara
penasihat perlu
memberikan umpan balik
yang jelas dan konstruktif
untuk membantu siswa
meningkatkan pekerjaan
mereka.

2 Priyanto,S.,Sutrisno, Analisis komunikasi .Hasil penelitian


A.,& Sunardi. interpersonal antara menunjukan bahwa
mahasiswa dan kualitas komunikasi
pembimbing skripi interpersonal antara
di fakultas teknik mahasiswa dan dosen
universitas negeri pembimbng skripsi
semarang. Jurnal berpengaruh positif
Teknik industry, terhadap kualitas skripsi.
19(1), 1-12 2017 Temukan penelitian
mengungkapkan bahwa
komunikasi yang efektif
antara mahasiswa dan
dosen pembimbing

7
berkolerasi positif dengan
kepuasan mahasiswa
terhadap proses penulisan
skripsi. Para penulis
mencatat bahwa
mahasiswa yang
melaporkan komunikasi
yang lebih baik dengan
penasihat mereka lebih
cenderung merasa di
dukung.termotivasi dan
percaya diri dalam
menyelesaikan tesis.
3 Febrina, I., & Analisis komunikasi Hasil penelitian ini
Wahyu, Y. interpersonal menunjukan bahwa
mahasiswa dan komunikasi interpersonal
pembimbing skripsi yang efektif antara
di fakultas teknik mahasiswa dan dosen
universitas mataram. pembimbing skripsi dapat
Jurnal kajian meningkatkan kualitas
komunikasi , 4(2), skripsi dan kepuasan
142-150 2016. mahasiswa terhadap
pembimbingnya. Temuan
penelitian mengungkapkan
bahwa komunikasi yang
efektif antara siswa dan
pembimbing
membutuhkan kedua belah
pihak untuk terlibat secara
aktif dalam proses tersebut
. Para penulis mencatat

8
bahwa siswa harus
produktif dalam mencari
umpan balik dam
bimbingan dari penasihat
mereka, sementara
penasihat perlu
memberikan umpan balik
yang jelas dan konstruktif
untuk membantu siswa
meningkatkan pekerjaan
mereka.

2.2. Landasan Teori


Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan dalam penelitian analisis
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
penyusunan skripsi. Berikut adalah beberapa teori yang dapat dijadikan
acuan.
2.2.1. Teori Komunikasi Interpersonal
Dalam proses bimbingan skripsi tentunya mahasiswa akan menjalin
komunikasi dengan dosen pembimbingnya. DeVito dalam bukunya
(1989, h.4) mengemukakan “Interpersonal communication is the process
of sending and receiving messages between two persons, or among a
small group of persons, with some effect and some immediate feedback”.
komunikasi antar pribadi adalah sebuah proses pengiriman pesan oleh
orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan
juga umpan balik secara langsung.
Teori komunikasi interpersonal menurut Joseph A. De Vito adalah
salah satu teori komunikasi interpersonal yang populer dan sering
digunakan dalam penelitian komunikasi. Teori ini menekankan bahwa
komunikasi interpersonal terdiri dari enam unsur utama, yaitu
komunikator, komunikan, pesan, media, efektivitas, dan privasi.

9
Menurut De Vito, komunikator adalah orang yang melakukan
komunikasi, sedangkan komunikan adalah orang yang menerima pesan
atau informasi yang disampaikan oleh komunikator. Pesan adalah
informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,
sedangkan media adalah alat atau cara yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tersebut. Efektivitas merujuk pada sejauh mana
pesan yang disampaikan berhasil mencapai tujuan komunikasi, sementara
privasi merujuk pada sejauh mana pesan tersebut dipertukarkan dengan
cara yang sesuai dengan norma dan etika sosial.
Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis proses komunikasi
interpersonal dalam berbagai konteks, termasuk hubungan antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi. Dalam hal
ini, teori De Vito dapat membantu dalam menganalisis pengiriman dan
penerimaan pesan antara mahasiswa dan dosen pembimbing, serta
mengukur efektivitas dari proses komunikasi interpersonal tersebut.
Selain itu, teori ini juga dapat membantu dalam memahami
pentingnya privasi dalam proses komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing, serta dalam memahami penggunaan
media atau cara yang tepat untuk menyampaikan pesan yang efektif.
Oleh karena itu, teori komunikasi interpersonal menurut De Vito dapat
menjadi dasar yang baik dalam penelitian analisis komunikasi
interpersonal mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi.
Dalam penelitian analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, teori De Vito dapat
digunakan untuk menganalisis berbagai aspek dari proses komunikasi
interpersonal, seperti:
1. Pengiriman dan penerimaan pesan: Teori De Vito dapat membantu
dalam menganalisis bagaimana mahasiswa dan dosen pembimbing
saling mengirim dan menerima pesan atau informasi terkait dengan
penyusunan skripsi. Dengan memahami faktor-faktor yang

10
memengaruhi pengiriman dan penerimaan pesan, seperti bahasa, nada
suara, dan cara menyampaikan pesan, peneliti dapat mengevaluasi
efektivitas dari proses komunikasi interpersonal tersebut.
2. Penggunaan media komunikasi: Teori De Vito juga dapat membantu
dalam menganalisis media atau cara yang digunakan oleh mahasiswa
dan dosen pembimbing untuk menyampaikan pesan atau informasi
terkait dengan penyusunan skripsi. Dalam hal ini, peneliti dapat
mengevaluasi efektivitas dari penggunaan media komunikasi tertentu,
seperti email, telepon, atau tatap muka, serta menganalisis faktor-
faktor yang memengaruhi pemilihan media komunikasi tersebut.
3. Privasi: Teori De Vito juga dapat membantu dalam memahami
pentingnya privasi dalam proses komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing. Dalam hal ini, peneliti dapat
menganalisis bagaimana mahasiswa dan dosen pembimbing
memperhatikan privasi satu sama lain, serta bagaimana hal ini
memengaruhi efektivitas Dari proses komunikasi interpersonal
tersebut. Misalnya, sejauh mana mahasiswa merasa nyaman untuk
membuka diri dan membagikan ide-ide mereka kepada dosen
pembimbing, atau sejauh mana dosen pembimbing memberikan ruang
privasi bagi mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide mereka
sendiri.
4. Efektivitas komunikasi: Salah satu aspek penting dari teori De Vito
adalah efektivitas komunikasi, yaitu sejauh mana pesan yang
disampaikan berhasil mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan.
Dalam hal ini, peneliti dapat menganalisis efektivitas komunikasi
antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi,
baik dalam hal pemahaman tugas, pengembangan ide, maupun aspek
teknis lainnya. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi
efektivitas komunikasi, peneliti dapat memberikan rekomendasi yang
bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses
penyusunan skripsi.

11
Secara keseluruhan, teori komunikasi interpersonal menurut De
Vito dapat memberikan panduan dan kerangka kerja yang bermanfaat
bagi penelitian analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan dosen
pembimbing dalam penyusunan skripsi. Dengan menganalisis aspek-
aspek penting dari proses komunikasi interpersonal, peneliti dapat
memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen
pembimbing untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas proses
penyusunan skripsi.
Definisi lain, dikemukakan oleh Suranto (2011, h.5), komunikasi
antar pribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara
pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara
langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat
saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi
tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media
tertentu.
Mahasiswa akan mendapatkan arahan dari dosen pembimbing,
serta sebaliknya mahasiswa juga mengajukan pertanyaan mengenai
skripsi yang dikerjakan dan komunikasi yang terjadi diantara mereka
terjadi secara langsung dalam pertemuan tatap muka. Suranto A.W.
(2011, h.19) juga menjelaskan salah satu tujuan dari komunikasi antar
pribadi adalah memberikan bantuan (konseling), komunikasi antarpribadi
dapat dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi orang yang
memerlukan. Mahasiswa perlu mendapatkan batuan dari seseorang yang
tentunya sudah mengetahui dengan benar bagaimana menyusun sebuah
skrispsi, dosen merupakan sosok yang dapat mememenuhi peran
konseling dalam proses pengerjaan sebuah Skripsi maupun Tugas Akhir.
Komunikasi yang terjalin antara mahasiswa dan dosen pembimbing
tentunya tidak terlepas dari ranah komunikasi antarpribadi, namun
seringkali komunikasi diantara keduanya terdapat hambatan. S. Djuarsa
Senjaja (dalam Suranto, 2011) menyebutkan salah satu karakteristik

12
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi interpersonal menempatkan
kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu dengan
lain nya (interdependensi), namun karakteristik ini tidak terjadi pada
proses bimbingan skripsi antara mahasiswa dengan dosen
pembimbingnya dikarenakan komunikasi yang terjadi diantara keduanya
tidak melibatkan emosi, sehingga tidak terdapat saling ketergantungan
emosional. Komunikasi antara mahasiswa dengan dosen
pembimbingnya terkesan dingin hanya sebatas hubungan professional
seperti seorang dokter dengan pasiennya. Seringkali mahasiswa
menempatkan posisi dosen sebagai sosok superior yang menyebabkan
kecemasan komunikasi saat melakukan bimbingan skripsi dengan dosen
pembimbing atau konsultasi.
Tujuan Komunikasi antar pribadi, Menurut H.A.W Widja adalah:
1. Untuk Mengetahui dunia luar,
2. Menciptakan dan memelihara hubungan,
3. Mengubah sikap dan Perilaku,
4. Bermain dan mencari hiburan,
5. Membantu orang lain (H.A.W. Widjaja, 2000:115).
Sedangkan menurut Arni Muhammad, tujuan komunikasi antar
pribadi adalah:
1. Menemukan diri sendiri,
2. Menemukan dunia luar,
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti,
4. Merubah Sikap dan perilaku,
5. Untuk bermain dan Kesenangan
6. Untuk membantu orang lain (Arni Muhammad, 2002:94).
Dari kedua pendapat tentang tujuan komunikasi antar pribadi
tersebut, maka pada dasarnya komunikasi antar pribadi yang terjadi pada
lembaga pendidikan dituntut untuk mampu memahami hakikat tujuan
komunikasi antar pribadi dengan semua pihak yang terlibat di lembaga
tersebut, misalnya kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah, guru, staf

13
dan karyawan. Hal ini bisa diawali dengan proses pengenalan diri,
kemudian mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara
hubungan antarpribadi, mampu membantu orang lain,dapat menciptakan
permainan dan kesenangan,mampu membantu orang lain serta yang
paling penting adalah mampu merubah sikap dan perilaku lingkungannya
(H.A.W. Widjaja, 2000:112)
Devito dalam buku Suranto mengemukakan lima sikap positif yang
perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi antar
pribadi. Lima Sikap positif tersebut, meliputi:
a. Keterbukaan (Openness).
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang
lain, serta berkenaan menyampaikan informasi penting kepada orang
lain. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal yaitu:
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus Terbuka
kepada orang yang diajak berinteraksi. Ini tidaklah berarti Bahwa
orang-orang harus dengan segera membukakan semua Riwayat
hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya Tidak
membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan Untuk
membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk Bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang Diam, tidak
kritis dan tidak tanggap pada umumnya merupakan Peserta
percakapan yang menjemukan. Kita ingin agar orang Bereaksi secara
terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita Berhak
mengharapkan hal ini. Kita memperlihatkan keterbukaan Dengan cara
bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Ketiga menyangkut “kepemilikan perasaan dan pikiran.Terbuka
dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran
yang kita lontarkan adalah memang milik kita dan kita

14
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung
jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata
ganti orang pertama tunggal).
b. Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang
dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain,
melalui kaca mata orang lain. Orang yang empatik mampu memahami
motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta
harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat
mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan:
1) Keterlibatan aktif melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai;
2) Konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang
penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta
3) Kentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya masing-masing
pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung
terselenggaranya interaksi secara terbuka
d. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku.
Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan
sikap, antara lain:
1) Menghargai orang lain
2) Berfikiran positif terhadap orang lain
3) Tidak menaruh curiga secara berlebihan

15
4) Meyakini pentingnya orang lain
5) Memberikan pujian dan penghargaan
6) Komitmen menjalin kerjasama
7) Kesetaraan (equality)
Pada sisi lain, bimbingan adalah upaya atau tindakan pendidikan
yang lebih terfokus pada membantu pengembangan domain afektif, tetapi
domain kognitif dan domain psikomotor tetap diperhatikan
(Sukmadinata. N.S, 2003:8).Bimbingan skripsi dimaksudkan untuk
membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi yang meliputi
penambahan pengetahuan, Pengorganisasian pengetahuan dan
pengalaman yang telah didapat mahasiswa sewaktu mengikuti proses
belajar mengajar terdahulu. Tujuan dari peran pembimbingan adalah
membantu anak didik untuk mengembangkan diri dan mengatasi
kesulitan yang dialami (Djamarah. S.B, 2004: 46). Pendampingan dan
pembimbingan akan Efektif jika dilakukan secara dialogis.
Pembimbingan dialogis menempatkan mahasiswa dan dosen sama-sama
sebagai subjek dan juga objek, sehingga akan tercipta rasa saling
menghormati, saling terbuka dan saling percaya. Senada dengan
pernyataan menyatakan bahwa proses bimbingan skripsi menggunakan
Pendekatan atau metode yang bersifat Konsultatif, individual,
percontohan, dan Pendekatan lain yang mengandung hubungan Yang
akrab, dekat, bersahabat. Pendekatan tersebut hanya dapat dilakukan
melalui proses Komunikasi antar pribadi yang efektif antara mahasiswa
dengan dosen pembimbing skripsi (Sukmadinata. N.S, 2003: 9).
Dosen pembimbing akademik pun tentunya paham apa yang
sedang dialami ketika mahasiswa memasukan semester akhir.
Mendukung komunikasi berlangsung secara efektif tentunya kita
memerlukan situasi yang terbuka satu sama yang lain. Komunikasi
interpersonal yang efektif itu merupakan hubungan dimana terdapat sikap
mendukung. Tentunya dosen pembimbing akademik memperlihatkan
sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan

16
bukan strategik. Dalam konteks yang mendalam untuk setiap dosen
mengaku selalu memberikan dukungan penuh bagi mahasiswa anak
bimbingannya. Apalagi mahasiswa yang sedang menginjak di semester
akhir ini yang mana mereka berupaya untuk menyelesaikan tugas akhir
mereka. Akan tetapi ada beberapa mahasiswa yang merasa kurangnya
ada dukungan secara langsung dari dosen pembimbing akademik.
Mahasiswa ini jarang ada komunikasi antar pribadi dengan dosen
bersangkutan. Sikap menerima keadaan dari komunikan dan komunikator
yang dapat menjadi dorongan untuk kelangsungan komunikasi yang baik.
Jadi dosen pembimbing akademik maupun mahasiswa bimbingannya
harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya sendiri, dimana rasa
positif ini dapat mendorong lawan bicaranya untuk lebih aktif
berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk
interaksi yang efektif. Jadi apa yang di rasakan mahasiswa tingkat akhir
ini tentunya akan membuat mereka membutuhkan dorongan dari orang
yang lebih memahami betul masalah- masalah yang ada di akhir semester
mereka.
Dalam hasil penelitian ditemukan bahwa semua informan yang
diteliti mengakui memiliki dan merasakan rasa positif dari lawan bicara
mereka. Dalam kesetaraan ini antara komunikan dan komunikator dapat
memberikan pengakuan bahwa saling menghargai, dan mengakui nilai,
ataupun rasa berharga dan tentunya penting. Tentunya komunikasi
antarpribadi dosen dan mahasiswa akan berjalan lebih efektif apabila
suasananya setara. Dalam konteks penelitian ini, ada pengakuan secara
diam-diam bahwa dosen pembimbing akademik dan mahasiswa
bimbingannya menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk di sumbangkan. Tidak boleh ada satu pihak yang merasa
lebih penting atau lebih berguna dari pihak lain. Dosen ini semua
berupaya untuk menyetarakan hubungan antara mahasiswa dan dosen
melalui komunikasi antar pribadi dan dapat dilihat juga dosen berupaya
untuk memfungsikan dosen pembimbing mereka dengan cara

17
memberikan masukan yang mudah di mengerti oleh anak bimbingan
mereka.
Selain unsur-unsur penting dalam komunikasi interpersonal yang
telah disebutkan, De Vito juga mengidentifikasi beberapa faktor yang
memengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Faktor psikologis: faktor-faktor seperti persepsi, emosi, sikap, dan
nilai-nilai individu dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal. Misalnya, ketika seseorang memiliki sikap negatif
terhadap orang lain, hal ini dapat menghalangi terjadinya komunikasi
yang efektif antara mereka.
2. Faktor sosial: faktor-faktor seperti norma sosial, status sosial, dan
peran sosial juga dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal. Misalnya, dalam konteks hubungan antara mahasiswa
dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, perbedaan status
sosial dan peran sosial antara keduanya dapat memengaruhi cara
mereka berkomunikasi dan tingkat efektivitas komunikasi
interpersonal yang terjadi antara mereka.
3. Faktor budaya: faktor-faktor seperti bahasa, nilai-nilai budaya, dan
keyakinan budaya juga dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal. Misalnya, jika terdapat perbedaan budaya dalam cara
orang berkomunikasi atau memahami makna suatu pesan, hal ini dapat
menghambat terjadinya komunikasi interpersonal yang efektif.
4. Faktor lingkungan: faktor-faktor seperti kebisingan, gangguan visual,
dan lingkungan fisik yang tidak nyaman juga dapat memengaruhi
efektivitas komunikasi interpersonal. Misalnya, jika mahasiswa dan
dosen pembimbing berada dalam ruangan yang bising atau kurang
nyaman, hal ini dapat menghambat terjadinya komunikasi
interpersonal yang efektif.
Teori faktor-faktor ini dapat membantu peneliti untuk memahami
bagaimana faktor-faktor tertentu dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing

18
dalam penyusunan skripsi, dan bagaimana faktor-faktor ini dapat diatasi
atau dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi
interpersonal.
Selain faktor-faktor tersebut, De Vito juga mengemukakan bahwa
komunikasi interpersonal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
yang berkaitan dengan karakteristik individu, seperti:
1. Kemampuan komunikasi: kemampuan individu dalam
mengungkapkan ide, pemikiran, dan perasaannya dengan jelas dan
terstruktur sangat memengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal.
Kemampuan untuk memahami dan mengikuti aturan-aturan dasar
dalam berkomunikasi, seperti menghindari kebiasaan berbicara terlalu
cepat atau terlalu lambat, juga sangat penting dalam menciptakan
komunikasi interpersonal yang efektif.
2. Keterampilan sosial: individu yang memiliki keterampilan sosial yang
baik, seperti kemampuan mendengarkan, berempati, dan memahami
perspektif orang lain, cenderung memiliki komunikasi interpersonal
yang lebih efektif. Keterampilan sosial yang baik juga membantu
individu untuk menghindari konflik dan mencapai kesepakatan dalam
berkomunikasi.
3. Karakteristik kepribadian: karakteristik kepribadian seperti
kepercayaan diri, kejujuran, dan keterbukaan juga dapat memengaruhi
efektivitas komunikasi interpersonal. Individu yang memiliki
karakteristik kepribadian yang baik cenderung lebih mudah untuk
membangun hubungan yang baik dan menciptakan komunikasi
interpersonal yang efektif.
Dalam konteks penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, faktor-
faktor tersebut dapat menjadi pertimbangan penting dalam memahami
bagaimana individu-individu tersebut dapat berinteraksi secara efektif
dan mencapai tujuan komunikasi mereka. Peneliti dapat menggunakan
teori De Vito ini sebagai dasar untuk menganalisis faktor-faktor tersebut

19
dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing
dalam penyusunan skripsi.
Selain itu, De Vito juga menekankan bahwa efektivitas komunikasi
interpersonal dapat dipengaruhi oleh konteks dan situasi komunikasi.
Beberapa faktor situasional yang dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing
dalam penyusunan skripsi, antara lain:
1. Tujuan komunikasi: komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi memiliki tujuan yang
jelas, yaitu untuk memperoleh arahan dan bimbingan dari dosen
pembimbing dalam menyelesaikan skripsi. Kedua pihak harus
memiliki pemahaman yang sama mengenai tujuan tersebut agar
komunikasi interpersonal dapat mencapai hasil yang diinginkan.
2. Konteks: konteks komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi melibatkan peran dan
hubungan yang berbeda antara kedua pihak. Dosen pembimbing
berperan sebagai pembimbing dan penilai, sementara mahasiswa
berperan sebagai pelaksana dan penulis skripsi. Konteks tersebut
dapat memengaruhi cara kedua pihak berkomunikasi dan dapat
mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal.
3. Waktu: waktu yang tersedia untuk berkomunikasi antara mahasiswa
dan dosen pembimbing juga dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal. Jika waktu yang tersedia terbatas, maka
komunikasi interpersonal harus dilakukan dengan efektif dan efisien
untuk memperoleh informasi yang diperlukan dan mencapai tujuan
komunikasi.
4. Channel komunikasi: komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi dapat dilakukan melalui
berbagai channel, seperti tatap muka, telepon, atau email. Pemilihan

20
channel yang tepat dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal.
5. Budaya: budaya yang berbeda antara mahasiswa dan dosen
pembimbing dapat memengaruhi cara mereka berkomunikasi dan
memahami pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, penting bagi
kedua pihak untuk memahami perbedaan budaya dan menghindari
kesalahan interpretasi dalam komunikasi interpersonal.
Dalam penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, faktor-
faktor situasional tersebut juga perlu diperhatikan oleh peneliti. Dengan
memahami faktor-faktor tersebut, peneliti dapat memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal
antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi,
misalnya dengan memperhatikan waktu yang tersedia untuk
berkomunikasi dan memilih channel komunikasi yang tepat.
Selain faktor situasional dan pribadi, De Vito juga mengidentifikasi
faktor kontekstual yang dapat memengaruhi komunikasi interpersonal,
seperti:
1. Budaya: budaya yang berbeda dapat memengaruhi cara individu
berkomunikasi dan memahami pesan. Bahasa, norma-norma sosial,
dan nilai-nilai budaya dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal.
2. Kondisi kesehatan: kondisi fisik dan psikologis individu dapat
memengaruhi kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik.
Kondisi kesehatan yang buruk dapat menghambat kemampuan
individu untuk memproses dan menyampaikan informasi.
3. Teknologi: teknologi juga dapat memengaruhi komunikasi
interpersonal. Penggunaan teknologi yang tepat dapat membantu
individu untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan efisien,
sementara penggunaan teknologi yang tidak tepat dapat mengganggu
komunikasi interpersonal.

21
Dalam konteks penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, faktor
kontekstual seperti budaya, kondisi kesehatan, dan teknologi juga dapat
mempengaruhi efektivitas komunikasi. Sebagai contoh, jika mahasiswa
dan dosen pembimbing berasal dari budaya yang berbeda, perbedaan
bahasa dan norma-norma sosial dapat memengaruhi cara mereka
berkomunikasi dan memahami pesan. Kondisi kesehatan individu juga
dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkomunikasi, seperti
kondisi kesehatan mental yang buruk yang dapat menghambat
kemampuan individu untuk memproses informasi dan memahami
perspektif orang lain. Penggunaan teknologi yang tepat, seperti aplikasi
komunikasi online, dapat membantu mahasiswa dan dosen pembimbing
untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan efisien, sementara
penggunaan teknologi yang tidak tepat, seperti sinyal internet yang
lemah, dapat mengganggu komunikasi interpersonal.
2.2.2. Teori Efektivitas Komunikasi
Teori ini menekankan pentingnya efektivitas dalam komunikasi
interpersonal. Teori ini dapat membantu mahasiswa dan dosen
pembimbing dapat berkomunikasi dengan lebih efektif dalam
penyusunan skripsi. Berdasarkan tentang komunikasi efektif, Habermas
(1973) menjelaskkan bahwa komunikasi merupakan interaksi yang
diantarkan secara simbolis, menurut Bahasa dan mengikuti norma-norma.
Bahasa harus dapat dimengerti, benar, jujur dan tepat. Keberlakuan
norma-norma itu hanya dapat dijamin melalui kesepakatan dan
pengakuan bersama bahwa kita terikat olehnya. Interaksi komunikasi
mengembangkan kepribadian orang melalui internalisasi peran-peran
sosial, komunikasi yang salah diganjari sanksi. Sebelumnya Habermas
menjelaskan bahwa di dalam komunikasi itu, para partisipan membuat
lawan bicaranya memahami maksudnya dengan berusaha mencapai apa
yang disebutnya. “Klaim-klaim keabsahan (validity claims), yang terdiri
atas:

22
1. Klaim kebenaran (truth), ini akan tercapai apabila masing-masing dari
kita dapat bersepakat tentang dunia alamiah dan obyektif.
2. Klaim ketepatan (raightness), ini akan tercapai kalau sepakat tentang
pelaksanaan norma-norma dalam dunia social.
3. Klaim otentitas atau kejujuran (sincerety), akan tercapai kalau sepakat
tentang kesesuaian antara dunia batiniah dan ekspresi seseorang.
4. Klaim comprehensibilitas (comperehensibility) akan tercapai jika kita
dapat menjelaskan macam-macam klaim itu dan mencapai
kesepakatan atasnya.
Setiap komunikasi yang efektif perlu mencapai klaim-klaim
tersebut, dan orang–orang yang mampu berkomunikasi dalam arti
menghasilkan klaim-klaim itu, disebutnya memiliki “kompetensi
komunikasi”. Masyarakat komunikatif adalah masyarakat yang
melakukan kritik melalui argumentasi. Klaim-klaim diatas oleh
Habermas dipandang sebagai rasional dan akan diterima tanpa paksaan
sebagai hasil konsensus. Montgomer (1983), menyatakan bahwa faktor
penting dalam komunikasi efekttif, tetapi juga mendengarkan yang
efektif. Dalam model komunikasi convergen semua pihak yang terlibat
akan melakukan tukar pikiran menuju pemahaman bersama, disini
berbicara dan mendengar jelas sama-sama pentingnya. Inilah sisi penting
belajar mendengarkan yang efektif. Seperti halnya di dalam hidup,
dalam komunikasi pun berbicara dan mendengarkan hendaknya
didudukan dalam posisi yang seimbang. Banyak faktor atau kondisi yang
memungkinkan kapan seseorang berbicara dan kapan seseorang
mendengarkan secara efektif.
Mengacu pada substansi dasar komunikasi yang dikemukakan oleh
Berio (1960), Rogers dan Shoemaker (1996), bahwa faktor-faktor yang
menenutukan efektivitas komunikasi adalah sebagai berikut pertama,
sumber (source), yang harus diperhatikan dalam hal ini meliputi
keterampilan berkomunikasi, sikap terhadap diri sendiri, sikap terhadap
materi, sikap terhadap pelaku lain, media komunikasi, metode

23
pendekatan (perorangan, kelompok, massal), informasi dan pengetahuan
antara semua pihak yang terlibat dalam komunikasi, dan sistem sosial
budaya, Kedua isi pesan /informasi, yang harus diperhatikan terdiri dari
kode, kelengkapan pesan dan pengaturan atau treatment, yang ketiga
media atau saluran, yang harus diperhatikan terdiri dari kesesuaiannya
dengan kebutuhan dan kepentingan semua pelaku, sesuai dengan metdose
yang digunakan, memungkinkan dikuasai oleh komunikan, dan
sebagainya.
a. Teori efektivitas komunikasi menurut Berlo (1960):
1) Sumber (Source)
Sumber merujuk pada orang atau kelompok yang
menghasilkan pesan. Menurut Berlo, kemampuan sumber dalam
mengirimkan pesan dengan jelas dan akurat sangat penting dalam
mencapai efektivitas komunikasi. Sumber yang kredibel dan
mempunyai otoritas dalam bidangnya, dapat mempengaruhi
penerima untuk menerima pesan dengan baik.
2) Pesan (Message)
Pesan merujuk pada informasi yang ingin disampaikan oleh
sumber kepada penerima. Pesan harus disampaikan dengan jelas
dan sesuai dengan maksud sumber, sehingga dapat dimengerti oleh
penerima.
3) Saluran (Channel)
Saluran merujuk pada media atau cara yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber ke penerima. Saluran yang
digunakan harus sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan
karakteristik penerima, sehingga dapat mencapai efektivitas
komunikasi.
4) Penerima (Receiver)
Penerima merujuk pada orang atau kelompok yang menerima
pesan dari sumber. Penerima harus dapat memahami dan merespon
pesan dengan baik agar efektivitas komunikasi tercapai.

24
Selain itu, Berlo juga menekankan bahwa efektivitas
komunikasi tidak hanya tergantung pada kemampuan sumber, tetapi
juga pada kemampuan penerima untuk memahami dan merespon
pesan yang diterima. Oleh karena itu, sumber harus memperhatikan
karakteristik penerima dalam menyampaikan pesan agar pesan dapat
diterima dengan baik.
Dalam teori efektivitas komunikasi menurut Berlo, komunikasi
yang efektif terjadi ketika pesan yang disampaikan oleh sumber dapat
diterima dan dimengerti dengan baik oleh penerima, serta memperoleh
respon yang sesuai dengan maksud sumber. Berlo juga menambahkan
dua faktor tambahan yang dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi, yaitu konteks (context) dan efek (effect).
1) Konteks (Context)
Konteks merujuk pada situasi atau kondisi di mana
komunikasi terjadi. Berlo menyatakan bahwa efektivitas
komunikasi juga dipengaruhi oleh konteks yang meliputi faktor-
faktor seperti waktu, tempat, budaya, dan lingkungan sosial. Oleh
karena itu, sumber harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut
dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh penerima
dengan baik.
2) Efek (Effect)
Efek merujuk pada reaksi atau hasil yang diinginkan dari
komunikasi. Berlo menyatakan bahwa efektivitas komunikasi dapat
diukur berdasarkan sejauh mana pesan yang disampaikan oleh
sumber dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu,
sumber harus mempertimbangkan efek yang diinginkan dari
komunikasi agar pesan yang disampaikan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
Secara keseluruhan, teori efektivitas komunikasi menurut Berlo
menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi tidak hanya tergantung
pada kemampuan sumber dalam menyampaikan pesan, tetapi juga

25
melibatkan faktor-faktor lain seperti saluran, pesan, penerima,
konteks, dan efek. Oleh karena itu, sumber harus memperhatikan
semua faktor tersebut dalam menyampaikan pesan agar dapat
mencapai efektivitas komunikasi yang optimal.
b. Teori komunikasi menurut Rogers dan Shoemaker (1996):
Adalah teori difusi inovasi, teori ini menjelaskan bagaimana
inovasi atau gagasan baru menyebar dalam masyarakat dan
mempengaruhi perilaku individu. Teori ini berguna dalam konteks
media dan pemasaran, di mana pengembangan dan penyebaran produk
baru dapat dilihat sebagai inovasi yang perlu dipahami dan dikelola
dengan baik.Menurut Rogers dan Shoemaker, terdapat lima tahap
proses difusi inovasi, yaitu:
1) Penyebaran pengetahuan (knowledge)
Tahap pertama adalah penyebaran pengetahuan tentang
inovasi. Hal ini meliputi pengenalan terhadap inovasi, fungsinya,
serta bagaimana cara menggunakannya.
2) Persuasi
Tahap kedua adalah persuasi, yaitu upaya untuk meyakinkan
individu agar mau mencoba inovasi. Persuasi dapat dilakukan
dengan menghadirkan informasi yang meyakinkan dan
memperlihatkan manfaat dari inovasi tersebut.
3) Keputusan
Tahap ketiga adalah keputusan, yaitu saat individu
memutuskan apakah akan mencoba inovasi atau tidak. Keputusan
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti manfaat, risiko, serta
kondisi dan karakteristik individu.
4) Implementasi
Tahap keempat adalah implementasi, yaitu saat individu
mencoba menggunakan inovasi dalam kehidupan sehari-hari.

26
5) Konfirmasi
Tahap terakhir adalah konfirmasi, yaitu saat individu
mengevaluasi penggunaan inovasi dan memutuskan apakah akan
terus menggunakannya atau tidak.
Menurut teori difusi inovasi ini, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi penyebaran inovasi, yaitu:
1) Karakteristik inovasi (innovation characteristics)
Karakteristik inovasi meliputi hal-hal seperti kompleksitas,
keuntungan relatif, kesesuaian, dan observabilitas. Semakin mudah
inovasi dipahami dan semakin besar manfaatnya, maka semakin
tinggi kemungkinan inovasi tersebut akan diterima dan digunakan.
2) Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)
Komunikasi interpersonal melibatkan interaksi antara
individu yang saling berbicara tentang inovasi. Hal ini dapat
meningkatkan efektivitas dalam mempromosikan dan
memperkenalkan inovasi.
3) Sumber informasi (information source)
Sumber informasi merujuk pada sumber yang memberikan
informasi tentang inovasi. Sumber informasi yang dapat dipercaya
dan memiliki reputasi yang baik dapat mempengaruhi penyebaran
inovasi.
4) Karakteristik penerima (recipient characteristics)
Karakteristik penerima termasuk hal-hal seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan sikap. Hal ini dapat mempengaruhi
kemampuan individu dalam memahami dan menerima inovasi.
5) Saluran komunikasi (communication channel)
Saluran komunikasi meliputi media yang digunakan dalam
menyampaikan informasi tentang inovasi. Memilih saluran
komunikasi yang tepat dapat meningkatkan ektivitas dalam
memperkenalkan inovasi dan mempengaruhi penyebarannya.

27
6) Konteks sosial (social context)
Konteks sosial merujuk pada situasi atau lingkungan sosial di
mana inovasi diperkenalkan. Hal ini dapat mempengaruhi
bagaimana inovasi diterima dan digunakan oleh individu.
Teori difusi inovasi ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang,
seperti bisnis, teknologi, kesehatan, dan pendidikan. Misalnya, dalam
bisnis, pengenalan produk baru dapat dianggap sebagai inovasi yang
perlu dipromosikan dan dipasarkan dengan baik agar diterima oleh
konsumen. Dalam teknologi, pengenalan teknologi baru dapat
mempengaruhi adopsi dan penggunaannya oleh masyarakat.

2.3. Kerangka Berpikir


Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan
berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun
kerangka pemikiran yang memuat pokok-pokok pikiran yang
menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.

DOSEN MAHASISWA

KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
(TEORI DE VITO) SUMBER
(SOURCE)
TEORI EFEKTIVITAS
ISI PESAN/
(BERIO (1960),
RONGERS DAN INFORMASI
SHOEMAKER (1996))
MEDIA DAN
SALURAN

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengunakan
analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif dapat membantu dalam
memperdalam pemahaman tentang komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses peyusunan skripsi.
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian akademik, penelitian ini juga
merupakan saran edukatif sehingga lebih mementingkan validitas (caranya
yang harus benar).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu yang diambil untuk melakukan penelitian ialah selama kurang
lebih 1 bulan yang bertempat di kampus Universitas Nusa Nipa Indonesia,
Maumere, Kabupaten Sikka.

3.3. Objek dan Subjek Penelitian


Objek penelitian ini tentang komunikasi antara mahasiswa dan dosen
pembimbing dalam proses penyususnan skripsi di kampus Universitas Nusa Nipa
Indonesia, Maumere, Kabupaten Sikka. Subjek penelitian ini meliputi para
mahasiswa dan dosen pembimbing yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi.

3.4. Jenis Data


3.4.1. Data Primer
Pada sumber data primer ini peneliti menggunakan hasil wawancara,
obesrvasi mendalam dari responden atau narasumber.
3.4.2. Data Sekunder
Pada sumber data sekunder ini peneliti menggunakan referensi berupa
jurnal, artikel penelitian terdahulu serta sumber lainya yang berhubungan
dengan penelitian yang akan diteliti.

29
3.5. Teknik Pengambilan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam yang
prosesnya memperoleh keterangan atau tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancara. Peneliti melakukan wawancara untuk
mengetauhi ”Bagaimana analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi di Kampus
Universitas Nusa Nipa Indonesia dengan mewawancarai 5 mahasiswa
bersama dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi mereka masing-
masing.

b. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara peneliti melihat aktivitas
mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan yang sedang
melaksanakan bimbingan bersama dosen pembimbing di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa Indonesia.
c. Dokumentasi
Dalam melakukan wawancara pada orang-orang yang bersangkutan
atau ke narasumber, peneliti langsung mengumpulkan data–data untuk
dijadikan dokumen.

3.6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang dapat digunakan adalah analisis kualitatif. Teknik
analisis kualitatif dapat membantu dalam memperdalam pemahaman tentang
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
proses peyusunan skripsi seperti motivasi, kebutuhan, emosi, dan dinamika
hubungan antara keduanya. Dalam melakukan analisis kualitatif, beberapa
langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:

30
a. Pengumpulan Data
Kumpulkan data yang relevan dan diperlukan untuk memahami
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing,
seperti catatan pertemuan, rekaman audio atau video, atau wawancara
dengan mahasiswa dan dosen pembimbing.
b. Transkripsi Data
Transkripsi data yang telah dikumpulkan menjadi teks tertulis yang
dapat dianalisis.
c. Pengkodean Data
Lakukan pengkodean data dengan mengidentifikasi tema dan pola
yang muncul dalam teks transkripsi. Pengkodean dapat dilakukan dengan
menggunakan metode analisis isi.
d. Analisis Data
Analisis data dengan menggunakan metode yang sesuai, seperti
analisis tematik atau analisis naratif. Metode ini akan membantu dalam
mengidentifikasi pola dan tema yang muncul dalam komunikasi
interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing.
e. Interpretasi Data
Interpretasi hasil analisis data dan di buat kesimpulan tentang
interaksi komunikasi interpersonal anatra mahasiswa dan dosen
pembimbing dalam penyusunan skripsi.

3.7. Keabsahan Data


Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah , juga merupakan sebagai unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong,2007:320).
Agar data dalam penulisan penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan:

31
1. Credibility
Uji Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan
tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
2. Transferability
Merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas
eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil
(Sugiyono,2007:276). Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer
sampai saat ini masih dapat diterapkan dalam situasi lain. Bagi peneliti
nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika
penelitian dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial
yang bebeda validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.
Pene litian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila
penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang
sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability
dilakukan dengan cara audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Dengan cara auditior yang independen atau pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti
mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data,
melaksanakan analisis data ,melakukan uji keabsahan data, sampai pada
pembuatan laporan hasil pengamatan.
4. Confirmability
Objektivitas penguji kualitatif disebut juga dengan uji confirmability
penelitian. Penelitian bisa di katakan objektif apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability
berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah

32
dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar confirmability. Validitas atau keabsahan data adalah data yang
tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang
terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang
telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.

33
DAFTAR PUSTAKA

A, P. S., & Sunardi. (2017). Analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa


dan pembimbing skripsi di fakultas teknik universitas negeri semarang.
jurnal teknik industry, 19(1), 1-12.
A., D. J. (2009). The interpersonal communication book. pearson.
DeVito . (1989). “Interpersonal communication is the process of sending and
receiving messages between two persons, or among a small group of
persons, with some effect and some immediate feedback”.
Habermas. (1973). Komunikasi merupakan interaksi yang diantarkan secara
simbolis, menurut Bahasa dan mengikuti norma-norma.
Herdiani . (2012). menyebutkan bahwa kendala yang menghadang dalam
penyusunan skripsi membuat proses pengerjaan skripsi menjadi terhambat.
I, F., & Y, w. (2016). Analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan
pembimbing skripsi di fakultas teknik universitas mataram . jurnal kajian
komunikasi, 4(2), 142-150.
John T. Cacioppo, R. (1986). Teori ini menyatakan bahwa orang dapat
memproses informasi secara sistematis dan logis (melalui jalur sentral)
atau tidak sistematis dan berdasarkan faktor-faktor non-substansial
(melalui jalur perife.
M.Pd., Z. N. (2011). Persepsi Mahasiswa Tentang Peranan Dosen Pembibing
Dalam Pembuatan Tugas Akhir (Skripsi) Mahasiswa Pada Program Studi
Administrasi Pendidikan FIKP Universitas Riau PekanBaru.
Montgomer. (1983). Faktor penting dalam komunikasi efekttif, tetapi juga
mendengarkan yang efektif.
Mukarom, Z. (2020). Teori-teori Komunikasi.
Perbawaningsih, Y. (2000). Menyoal Elaboration likelohood Model(ELM).
Pratama, R. A., Anggraini, R., & Hermano, D. H. (n.d.). Kualitas Komunikasi
Interpersonal Dosen dan Motivasi Mahasiswa Dalam Menulis Skriipsi.
jurnal komunikasi, 2548-3749.
R, S. Y., & S, N. (2018). Analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan
pembimbing skripsi dalam rangka menunjang pembelajaran . jurnal
pendidikan dan pengajaran, 51(10, 89-96.

34
Raudah, H., & Santi, T. (2018). Komunikasi interpersonal pustakawan dan
pemustaka di perpustakan Universitas islam sumatera utara medan.
Libraria, 257-279.
Setiani, A., Yulinar, N., & Rahmawaty. (2019). Komunikasi interpersonal yang
berlangsung antara dosen pembimbing utama skripsi dan mahasiswa
tingkat akhir ilmu komunikasi Universitas pramita indonesia tangerang.
jurnal komunikasi , 0845-7904.
sitompul, h. (2018). Kualitas Dosen Dalam Pembimbingan Skripsi Mahasiswa
Faklutas Teknik Universitas Negeri Medan.
Suranto . (2011). Komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian dan
penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima
(receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung.
Wahyu, F. (n.d.). Analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan pembimbing
skripsi di fakultas teknik universitas mataram.
Widodo, P. F. ( 2014). persepsi mahasiswa tentang peran pembimbing Memiliki
dampak positif terhadap pelaksanaan perkuliahan, ujian, dan pelayanan
akademik.

35

Anda mungkin juga menyukai