Anda di halaman 1dari 106

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyusunan skripsi merupakan salah satu tugas akademik penting bagi
mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Proses penyusunan skripsi
membutuhkan kerja sama antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Dalam proses ini, komunikasi
interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing harus efektif akan
membantu mahasiswa dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya serta
memperoleh bimbingan yang tepat dan akurat dalam setiap tahapan
penyusunan skripsi.
Komunikasi interpersonal dalam konteks akademik memegang peran
penting dalam membentuk hubungan antara mahasiswa dengan dosen
pembimbing. Mahasiswa yang mampu membangun komunikasi interpersonal
yang baik dengan dosen pembimbing dapat memperoleh manfaat seperti
dukungan,bimbingan,dan keterampilan yang diperlukan dalam menyelesaikan
skripsi. Selain itu, komunikasi interpersonal membantu mengatasi perbedaan
pandangan atau masalah yang muncul selama proses penyusunan skrpisi.
Tantangan dalam komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal
dalam konteks akademik memiliki tantangan tersendiri. Mahasiswa dan dosen
pembimbing berasal dari latar belakang dan pengalaman yang berbeda,
sehingga mungkin terdapat kesulitan dalam memahami pandangan atau sudut
pandang yang berbeda. Selain itu, peran yang berbeda dalam proses
penyusunan skripsi sehingga memerlukan keterampilan dalam membangun
komunikasi interpersonal yang efektif.
Pentingnya peran dosen pembimbing dalam membimbing mahasiswa
dalam menyelesaikan skripsi. Dosen pembimbing memiliki peran yang sangat
penting dalam membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir
mereka. Selain itu, komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen
pembimbing juga memainkan peran penting dalam menunjang keberhasilan
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi.
Analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen
pembimbing dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi.
Sebagai contoh, mahasiswa yang merasa sulit untuk berkomunikasi dengan
dosen pembimbingnya mungkin mengalami kesulitan dalam memperoleh
bantuan atau saran dari dosen tersebut. Selain itu mahasiswa yang tidak dapat
mengekspresikan pendapatnya dengan jelas dapat mengalami kesulitan dalam
mengemukakan argument mereka dalam skripsi mereka.
Faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan penyusunan skripsi
adalah komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing.
Komunikasi interpersonal yang efektif dapat membantu mempercepat proses
penyusunan skripsi dan meningkatkan kualitas skripsi yang dihasilkan.
Namun, komunikasi interpersonal yang tidak efektif dapat menghambat
proses penyusunan skripsi dan menghasilkan skripsi yang tidak berkualitas.
Tidak jarang terjadi kendala-kendala dalam proses, terutama dalam
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan doesn pembimbing. Titik
kendala-kendala tersebut dapat mempengaruhi efektivitas dan kualitas
penyusunan skripsi. Maka, untuk memastikan efektivitas komunikasi
interpersonal dalam konteks akademik, termasuk dalam dalam penelitian
analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing
dalam penyusunan skripsi, di perlukan adanya teori efektivitas dalam
komunikasi interpersonal. Teori–teori ini dapat membantu peneliti memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal,
dengan demikian penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan efektivitas
komunikasi interpersonal.
Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi komunikasi
interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Lingkungan yang
kondusif dan nyaman dapat memudahkan mahasiswa dan dosen pembimbing
untuk berkomunikasi dengan baik. Sebaliknya lingkungan yang tidak
kondusif dapat menghambat proses komunikasi interpersonal antara
keduanya.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk menganalisis
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
penyusunan skripsi. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Yulia, Puput C., dkk(2015), yang mempelajari pengaruh komunikasi
interpersonal mahasiswa dalam menyusun skripsi, dengan hasil penelitian
yang menunjukana bahwa pentingnya menganalisis komunikasi interpersonal
antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyususnan skripsi guna
untuk meningkatkan kualitas bimbingan bimbingan skripsi dan mengurangi
gejala stress yang di alami mahasiswa. Penelitian lainnya dilakukan oleh
peneliti dari Universitas Negeri Surabaya yang meneliti skripsi tentang proses
komunikasi interpersonal antara dosen dan mahasiswa dalam membangun
motivasi melalui media. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa proses
komunikasi interpersonal antara dosen dan mahasiswa dalam penyusunan
skripsi sangat penting dalam memotivasi mahasiswa.
Dari beberapa penelitian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana proses komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen
pembimbing di Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa Indonesia tidak
hanya berdasarkan langkah-langkah perbaikan yang efektif perlu
dipertimbangkan tetapi juga memperhatikan komunikasi interpersonal yang
terjadi selama proses tersebut. Alasan peneliti memilih Fakultas Hukum
sebagai objek penelitian adalah karena fakultas hukum tergolong kedalam
jurusan baru yang masih memiliki banyak potensi untuk diteliti. Selain itu,
peneltian di fakultas hukum dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam perkembangan ilmu komunikasi di dunia ilmu hukum. Meskipun
penelitian sebelumnya telah banyak diteliti di fakultas komunikasi, namun
penelitian fakultas hukum dapat memberikan sudut pandang yang berbeda
dan menarik untuk diteliti.
Peneliti tidak hanya ingin mendeskripsikan komunikasi mengenai
skripsi saja, tetapi juga mencari tau apakah bimbingan skripsi yang dilakukan
mengalami kendala entah dari pihak dosen ataupun dari pihak mahasiswa
untuk memastikan ke efektivitasan yang terjadi saat bimbingan skripsi
berlangsung. Dari penjelasan di atas, peneliti merumuskannya kedalam
sebuah penelitian yang berjudul “ANALISIS KOMUNIKASI
INTERPERSONAL MAHASISWA DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM
PENYUSUNAN SKRIPSI” dengan sub judul “Efektivitas Komunikasi
Interpersonal Mahasiswa dan Dosen Pembimbing Dalam Proses Bimbingan
Skripsi di Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa Indonesia”

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi?

1.3. Tujuan Penelitian


Untuk menganalisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Menambah pemahaman tentang teori-teori komunikasi interpersonal dan
penerapannya dalam konteks akademi khususnya dalam proses
penyusunan skripsi serta memberikan pemahaman lebih lanjut tentang
bagaimana analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Meningkatkan hubungan interpersonal antara mahasiswa dan dosen
pembimbing sehingga pross pembimbingan menjadi lebih efektif dan
efesien.
2. Memberikan manfaat bagi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
meningkatkan kualitas bimbingan skripsi dan mengurangi stress yang
mungkin dialami oleh mahasiswa selama proses penyusunan skripsi.
3. Menyediakan informasi yang berguna bagi universitas atau institusi
pendidikan dalam mengembangkan strategi pembimbingan skripsi
yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


No Nama Peneltian Judul & Tahun Hasil Penelitian

1 Santosa, Y.R., & Analisis komunikasi Hasil penelitian ini


Nurohman, s. interpersonal menunjukan bahwa
mahasiswa dan kualitas komunikasi antara
pembimbing skripsi mahasiswa dan dosen
dalam rangka pembimbing skripsi sangat
menunjang penting dalam
pembelajaran. Junal meningkatkan kualitas
pendidikan dan pembelajaran dan
pengajaran,51(1),89- pembimbing. Artikel ni
96 2018. membahas tentang
pentingnya komunikasi
interpersonal yang efektif
antara mahasiswa dan
pembimbing skripsi dalam
menunjang promembutses
pembelajaran. Penulis
berpendapat bahwa
mahasiswa menerima
bimbingan dan dukungan
yang diperlukan untuk
menyelesaikan tesis
mereka dengan
sukses.Temuan penelitian
mengungkapkan bahwa
komunikasi yang efektif
antara siswa dan
pembimbing
membutuhkan kedua belah
pihak untuk terlibat secara
aktif dalam proses
tersebut, Para penulis
mencatat bahwa siswa
harus proaktif dalam
mencari umpan balik dan
bimbingan dari penasihat
mereka, sementara
penasihat perlu
memberikan umpan balik
yang jelas dan konstruktif
untuk membantu siswa
meningkatkan pekerjaan
mereka.

2 Priyanto,S.,Sutrisno, Analisis komunikasi .Hasil penelitian


A.,& Sunardi. interpersonal antara menunjukan bahwa
mahasiswa dan kualitas komunikasi
pembimbing skripi interpersonal antara
di fakultas teknik mahasiswa dan dosen
universitas negeri pembimbng skripsi
semarang. Jurnal berpengaruh positif
Teknik industry, terhadap kualitas skripsi.
19(1), 1-12 2017 Temukan penelitian
mengungkapkan bahwa
komunikasi yang efektif
antara mahasiswa dan
dosen pembimbing
berkolerasi positif dengan
kepuasan mahasiswa
terhadap proses penulisan
skripsi. Para penulis
mencatat bahwa
mahasiswa yang
melaporkan komunikasi
yang lebih baik dengan
penasihat mereka lebih
cenderung merasa di
dukung.termotivasi dan
percaya diri dalam
menyelesaikan tesis.

3 Febrina, I., & Analisis komunikasi Hasil penelitian ini


Wahyu, Y. interpersonal menunjukan bahwa
mahasiswa dan komunikasi interpersonal
pembimbing skripsi yang efektif antara
di fakultas teknik mahasiswa dan dosen
universitas mataram. pembimbing skripsi dapat
Jurnal kajian meningkatkan kualitas
komunikasi , 4(2), skripsi dan kepuasan
142-150 2016. mahasiswa terhadap
pembimbingnya. Temuan
penelitian mengungkapkan
bahwa komunikasi yang
efektif antara siswa dan
pembimbing
membutuhkan kedua belah
pihak untuk terlibat secara
aktif dalam proses tersebut
. Para penulis mencatat
bahwa siswa harus
produktif dalam mencari
umpan balik dam
bimbingan dari penasihat
mereka, sementara
penasihat perlu
memberikan umpan balik
yang jelas dan konstruktif
untuk membantu siswa
meningkatkan pekerjaan
mereka.

2.2. Landasan Teori


Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan dalam penelitian analisis
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
penyusunan skripsi. Berikut adalah beberapa teori yang dapat dijadikan
acuan.
2.2.1. Konsep Dosen dan Mahasiswa Dalam Proses Penyusunan Skripsi
Dalam proses penyusunan skripsi, dosen memegang peran yang
sangat penting. Dosen bertindak sebagai pembimbing akademik yang
membantu mahasiswa dalam menentukan topik penelitian, menyusun
kerangka penelitian, memberikan saran dan masukan, serta membimbing
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi hingga selesai. Setelah
mahasiswa menentukan topik penelitian, dosen akan membantu dalam
mengevaluasi dan menyetujui topik tersebut. Selanjutnya, dosen akan
membantu dalam menyusun kerangka penelitian, yang meliputi rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis, dan metode penelitian yang akan
digunakan. Dosen juga akan membantu dalam mengevaluasi dan
memberikan masukan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
mahasiswa.

Pada proses penyusunan skripsi, mahasiswa harus memperhatikan


beberapa hal yang berkaitan dengan peran dosen. Pertama, mahasiswa
harus memilih dosen pembimbing yang tepat dan sesuai dengan topik
penelitian yang akan dilakukan. Kedua, mahasiswa harus memperhatikan
jadwal konsultasi dengan dosen pembimbing, sehingga proses
penyusunan skripsi dapat berjalan dengan lancar. Ketiga, mahasiswa
harus memperhatikan saran dan masukan yang diberikan oleh dosen
pembimbing, sehingga skripsi yang disusun dapat memenuhi standar
akademik yang ditetapkan.
Sebelum melakukan penyusunan skripsi, mahasiswa juga harus
memahami bahwa dosen pembimbing tidak bertindak sebagai pihak yang
menyelesaikan skripsi, melainkan sebagai pembimbing yang membantu
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu, mahasiswa
harus aktif dalam proses penyusunan skripsi dan memperhatikan saran
dan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing. Dengan demikian,
mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan memperoleh
hasil yang memuaskan.
Penyusunan skripsi merupakan salah satu tugas akhir yang harus
dilakukan oleh mahasiswa sebagai syarat untuk menyelesaikan studi.
Dalam proses penyusunan skripsi, konsep mahasiswa sangat penting
untuk diperhatikan. Mahasiswa harus memiliki niat dan semangat yang
kuat untuk menyelesaikan skripsi dengan baik. Selain itu, mahasiswa
juga harus menentukan topik yang sesuai dengan minat dan keresahan
yang ada pada dirinya. Setelah menentukan topik, mahasiswa harus
memahami kerangka penelitian yang digunakan dan memilih sumber
data yang terpercaya untuk menjadikan skripsi kredibel dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Sistematika penulisan skripsi juga harus diperhatikan oleh
mahasiswa. Skripsi terdiri dari beberapa bab, yaitu pendahuluan,
landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan,
kesimpulan, dan daftar pustaka. Setiap bab memiliki struktur yang
berbeda-beda, namun secara umum terdapat halaman judul, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, dan daftar isi. Pada bab landasan teori,
mahasiswa harus menyajikan kajian pustaka tentang objek penelitian,
kerangka pemikiran, dan perspektif pekerjaan sosial tentang penelitian.
Ketika sedang melakukan penyusunan skripsi, mahasiswa juga
harus memperhatikan peraturan dan pedoman yang berlaku di kampus
atau perguruan tinggi masing-masing. Setiap kampus atau perguruan
tinggi memiliki aturan yang berbeda-beda dalam penyusunan skripsi.
Oleh karena itu, mahasiswa harus memahami dan mengikuti pedoman
yang telah ditetapkan agar skripsi yang dihasilkan dapat diterima dan
diakui oleh pihak kampus atau perguruan tinggi.
Kesimpulannya, konsep mahasiswa dalam proses penyusunan
skripsi sangat penting untuk diperhatikan. Mahasiswa harus memiliki
niat dan semangat yang kuat, menentukan topik yang sesuai dengan
minat dan keresahan yang ada pada dirinya, memahami kerangka
penelitian yang digunakan, memilih sumber data yang terpercaya, dan
memperhatikan peraturan dan pedoman yang berlaku di kampus atau
perguruan tinggi masing-masing. Dengan memperhatikan konsep
mahasiswa tersebut, diharapkan skripsi yang dihasilkan dapat berkualitas
dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, terdapat
beberapa hal yang dapat digali untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang hubungan dan komunikasi antara kedua belah
pihak. Beberapa poin yang dapat dianalisis meliputi:
1. Gaya komunikasi: Meneliti gaya komunikasi yang digunakan oleh
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam interaksi mereka. Apakah
mereka cenderung menggunakan gaya komunikasi formal atau
informal? Bagaimana gaya komunikasi ini mempengaruhi pemahaman
dan saling pengertian antara keduanya?
2. Keterbukaan dan kejelasan komunikasi: Menganalisis sejauh mana
mahasiswa dan dosen pembimbing mampu menyampaikan pesan
dengan jelas dan terbuka. Apakah ada kesalahpahaman atau
kebingungan yang sering terjadi dalam komunikasi? Bagaimana
keterbukaan dan kejelasan komunikasi ini mempengaruhi efektivitas
komunikasi antara keduanya?
3. Umpan balik dan dukungan: Melihat bagaimana umpan balik dosen
pembimbing diterima dan direspons oleh mahasiswa. Apakah
mahasiswa merasa didukung dan terbantu oleh umpan balik tersebut?
Bagaimana umpan balik ini mempengaruhi kemajuan dan motivasi
mahasiswa dalam penyusunan skripsi?
4. Kesalingan pengertian: Menyelidiki sejauh mana mahasiswa dan
dosen pembimbing saling memahami satu sama lain. Apakah ada
perbedaan pemahaman yang sering terjadi dalam interaksi?
Bagaimana faktor-faktor seperti latar belakang budaya, pengalaman,
atau pengetahuan mempengaruhi kesalingan pengertian antara
keduanya?
5. Respon emosional: Menganalisis respon emosional yang muncul
selama komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Apakah
ada emosi positif seperti kegembiraan, rasa bangga, atau motivasi
yang muncul? Apakah ada emosi negatif seperti kecemasan, frustrasi,
atau ketidakpuasan yang muncul? Bagaimana respon emosional ini
mempengaruhi kualitas komunikasi dan hubungan antara keduanya?
Melalui analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan dosen
pembimbing dalam penyusunan skripsi, penelitian dapat menggali
pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi dan kualitas hubungan antara keduanya. Dengan
pemahaman ini, dapat ditemukan upaya-upaya yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan komunikasi dan memperbaiki hubungan antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam konteks penyusunan skripsi.

2.2.2. Teori Komunikasi Interpersonal


Dalam proses bimbingan skripsi tentunya mahasiswa akan menjalin
komunikasi dengan dosen pembimbingnya. DeVito dalam bukunya
(1989, h.4) mengemukakan “Interpersonal communication is the process
of sending and receiving messages between two persons, or among a
small group of persons, with some effect and some immediate feedback”.
komunikasi antar pribadi adalah sebuah proses pengiriman pesan oleh
orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan
juga umpan balik secara langsung.
Teori komunikasi interpersonal menurut Joseph A. De Vito adalah
salah satu teori komunikasi interpersonal yang populer dan sering
digunakan dalam penelitian komunikasi. Teori ini menekankan bahwa
komunikasi interpersonal terdiri dari enam unsur utama, yaitu
komunikator, komunikan, pesan, media, efektivitas, dan privasi.
Menurut De Vito, komunikator adalah orang yang melakukan
komunikasi, sedangkan komunikan adalah orang yang menerima pesan
atau informasi yang disampaikan oleh komunikator. Pesan adalah
informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,
sedangkan media adalah alat atau cara yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tersebut. Efektivitas merujuk pada sejauh mana
pesan yang disampaikan berhasil mencapai tujuan komunikasi, sementara
privasi merujuk pada sejauh mana pesan tersebut dipertukarkan dengan
cara yang sesuai dengan norma dan etika sosial.
Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis proses komunikasi
interpersonal dalam berbagai konteks, termasuk hubungan antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi. Dalam hal
ini, teori De Vito dapat membantu dalam menganalisis pengiriman dan
penerimaan pesan antara mahasiswa dan dosen pembimbing, serta
mengukur efektivitas dari proses komunikasi interpersonal tersebut.
Selain itu, teori ini juga dapat membantu dalam memahami
pentingnya privasi dalam proses komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing, serta dalam memahami penggunaan
media atau cara yang tepat untuk menyampaikan pesan yang efektif.
Oleh karena itu, teori komunikasi interpersonal menurut De Vito dapat
menjadi dasar yang baik dalam penelitian analisis komunikasi
interpersonal mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi.
Dalam penelitian analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, teori De Vito dapat
digunakan untuk menganalisis berbagai aspek dari proses komunikasi
interpersonal, seperti:
1. Pengiriman dan penerimaan pesan: Teori De Vito dapat membantu
dalam menganalisis bagaimana mahasiswa dan dosen pembimbing
saling mengirim dan menerima pesan atau informasi terkait dengan
penyusunan skripsi. Dengan memahami faktor-faktor yang
memengaruhi pengiriman dan penerimaan pesan, seperti bahasa, nada
suara, dan cara menyampaikan pesan, peneliti dapat mengevaluasi
efektivitas dari proses komunikasi interpersonal tersebut.
2. Penggunaan media komunikasi: Teori De Vito juga dapat membantu
dalam menganalisis media atau cara yang digunakan oleh mahasiswa
dan dosen pembimbing untuk menyampaikan pesan atau informasi
terkait dengan penyusunan skripsi. Dalam hal ini, peneliti dapat
mengevaluasi efektivitas dari penggunaan media komunikasi tertentu,
seperti email, telepon, atau tatap muka, serta menganalisis faktor-
faktor yang memengaruhi pemilihan media komunikasi tersebut.
3. Privasi: Teori De Vito juga dapat membantu dalam memahami
pentingnya privasi dalam proses komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing. Dalam hal ini, peneliti dapat
menganalisis bagaimana mahasiswa dan dosen pembimbing
memperhatikan privasi satu sama lain, serta bagaimana hal ini
memengaruhi efektivitas Dari proses komunikasi interpersonal
tersebut. Misalnya, sejauh mana mahasiswa merasa nyaman untuk
membuka diri dan membagikan ide-ide mereka kepada dosen
pembimbing, atau sejauh mana dosen pembimbing memberikan ruang
privasi bagi mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide mereka
sendiri.
4. Efektivitas komunikasi: Salah satu aspek penting dari teori De Vito
adalah efektivitas komunikasi, yaitu sejauh mana pesan yang
disampaikan berhasil mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan.
Dalam hal ini, peneliti dapat menganalisis efektivitas komunikasi
antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi,
baik dalam hal pemahaman tugas, pengembangan ide, maupun aspek
teknis lainnya. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi
efektivitas komunikasi, peneliti dapat memberikan rekomendasi yang
bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses
penyusunan skripsi.
Secara keseluruhan, teori komunikasi interpersonal menurut De
Vito dapat memberikan panduan dan kerangka kerja yang bermanfaat
bagi penelitian analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan dosen
pembimbing dalam penyusunan skripsi. Dengan menganalisis aspek-
aspek penting dari proses komunikasi interpersonal, peneliti dapat
memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen
pembimbing untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas proses
penyusunan skripsi.
Definisi lain, dikemukakan oleh Suranto (2011, h.5), komunikasi
antar pribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara
pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara
langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat
saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi
tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media
tertentu.
Mahasiswa akan mendapatkan arahan dari dosen pembimbing,
serta sebaliknya mahasiswa juga mengajukan pertanyaan mengenai
skripsi yang dikerjakan dan komunikasi yang terjadi diantara mereka
terjadi secara langsung dalam pertemuan tatap muka. Suranto A.W.
(2011, h.19) juga menjelaskan salah satu tujuan dari komunikasi antar
pribadi adalah memberikan bantuan (konseling), komunikasi antarpribadi
dapat dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi orang yang
memerlukan. Mahasiswa perlu mendapatkan batuan dari seseorang yang
tentunya sudah mengetahui dengan benar bagaimana menyusun sebuah
skrispsi, dosen merupakan sosok yang dapat mememenuhi peran
konseling dalam proses pengerjaan sebuah Skripsi maupun Tugas Akhir.
Komunikasi yang terjalin antara mahasiswa dan dosen pembimbing
tentunya tidak terlepas dari ranah komunikasi antarpribadi, namun
seringkali komunikasi diantara keduanya terdapat hambatan. S. Djuarsa
Senjaja (dalam Suranto, 2011) menyebutkan salah satu karakteristik
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi interpersonal menempatkan
kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu dengan
lain nya (interdependensi), namun karakteristik ini tidak terjadi pada
proses bimbingan skripsi antara mahasiswa dengan dosen
pembimbingnya dikarenakan komunikasi yang terjadi diantara keduanya
tidak melibatkan emosi, sehingga tidak terdapat saling ketergantungan
emosional. Komunikasi antara mahasiswa dengan dosen
pembimbingnya terkesan dingin hanya sebatas hubungan professional
seperti seorang dokter dengan pasiennya. Seringkali mahasiswa
menempatkan posisi dosen sebagai sosok superior yang menyebabkan
kecemasan komunikasi saat melakukan bimbingan skripsi dengan dosen
pembimbing atau konsultasi.
Tujuan Komunikasi antar pribadi, Menurut H.A.W Widja adalah:
1. Untuk Mengetahui dunia luar,
2. Menciptakan dan memelihara hubungan,
3. Mengubah sikap dan Perilaku,
4. Bermain dan mencari hiburan,
5. Membantu orang lain (H.A.W. Widjaja, 2000:115).
Sedangkan menurut Arni Muhammad, tujuan komunikasi antar
pribadi adalah:
1. Menemukan diri sendiri,
2. Menemukan dunia luar,
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti,
4. Merubah Sikap dan perilaku,
5. Untuk bermain dan Kesenangan
6. Untuk membantu orang lain (Arni Muhammad, 2002:94).
Dari kedua pendapat tentang tujuan komunikasi antar pribadi
tersebut, maka pada dasarnya komunikasi antar pribadi yang terjadi pada
lembaga pendidikan dituntut untuk mampu memahami hakikat tujuan
komunikasi antar pribadi dengan semua pihak yang terlibat di lembaga
tersebut, misalnya kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah, guru, staf
dan karyawan. Hal ini bisa diawali dengan proses pengenalan diri,
kemudian mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara
hubungan antarpribadi, mampu membantu orang lain,dapat menciptakan
permainan dan kesenangan,mampu membantu orang lain serta yang
paling penting adalah mampu merubah sikap dan perilaku lingkungannya
(H.A.W. Widjaja, 2000:112)
Devito dalam buku Suranto mengemukakan lima sikap positif yang
perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi antar
pribadi. Lima Sikap positif tersebut, meliputi:
a. Keterbukaan (Openness).
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang
lain, serta berkenaan menyampaikan informasi penting kepada orang
lain. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal yaitu:
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus Terbuka
kepada orang yang diajak berinteraksi. Ini tidaklah berarti Bahwa
orang-orang harus dengan segera membukakan semua Riwayat
hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya Tidak
membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan Untuk
membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk Bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang Diam, tidak
kritis dan tidak tanggap pada umumnya merupakan Peserta
percakapan yang menjemukan. Kita ingin agar orang Bereaksi secara
terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita Berhak
mengharapkan hal ini. Kita memperlihatkan keterbukaan Dengan cara
bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Ketiga menyangkut “kepemilikan perasaan dan pikiran.Terbuka
dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran
yang kita lontarkan adalah memang milik kita dan kita
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung
jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata
ganti orang pertama tunggal).
b. Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang
dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain,
melalui kaca mata orang lain. Orang yang empatik mampu memahami
motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta
harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat
mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan:
1) Keterlibatan aktif melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai;
2) Konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang
penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta
3) Kentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya masing-masing
pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung
terselenggaranya interaksi secara terbuka
d. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku.
Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan
sikap, antara lain:
1) Menghargai orang lain
2) Berfikiran positif terhadap orang lain
3) Tidak menaruh curiga secara berlebihan
4) Meyakini pentingnya orang lain
5) Memberikan pujian dan penghargaan
6) Komitmen menjalin kerjasama
7) Kesetaraan (equality)
Pada sisi lain, bimbingan adalah upaya atau tindakan pendidikan
yang lebih terfokus pada membantu pengembangan domain afektif, tetapi
domain kognitif dan domain psikomotor tetap diperhatikan
(Sukmadinata. N.S, 2003:8).Bimbingan skripsi dimaksudkan untuk
membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi yang meliputi
penambahan pengetahuan, Pengorganisasian pengetahuan dan
pengalaman yang telah didapat mahasiswa sewaktu mengikuti proses
belajar mengajar terdahulu. Tujuan dari peran pembimbingan adalah
membantu anak didik untuk mengembangkan diri dan mengatasi
kesulitan yang dialami (Djamarah. S.B, 2004: 46). Pendampingan dan
pembimbingan akan Efektif jika dilakukan secara dialogis.
Pembimbingan dialogis menempatkan mahasiswa dan dosen sama-sama
sebagai subjek dan juga objek, sehingga akan tercipta rasa saling
menghormati, saling terbuka dan saling percaya. Senada dengan
pernyataan menyatakan bahwa proses bimbingan skripsi menggunakan
Pendekatan atau metode yang bersifat Konsultatif, individual,
percontohan, dan Pendekatan lain yang mengandung hubungan Yang
akrab, dekat, bersahabat. Pendekatan tersebut hanya dapat dilakukan
melalui proses Komunikasi antar pribadi yang efektif antara mahasiswa
dengan dosen pembimbing skripsi (Sukmadinata. N.S, 2003: 9).
Dosen pembimbing akademik pun tentunya paham apa yang
sedang dialami ketika mahasiswa memasukan semester akhir.
Mendukung komunikasi berlangsung secara efektif tentunya kita
memerlukan situasi yang terbuka satu sama yang lain. Komunikasi
interpersonal yang efektif itu merupakan hubungan dimana terdapat sikap
mendukung. Tentunya dosen pembimbing akademik memperlihatkan
sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan
bukan strategik. Dalam konteks yang mendalam untuk setiap dosen
mengaku selalu memberikan dukungan penuh bagi mahasiswa anak
bimbingannya. Apalagi mahasiswa yang sedang menginjak di semester
akhir ini yang mana mereka berupaya untuk menyelesaikan tugas akhir
mereka. Akan tetapi ada beberapa mahasiswa yang merasa kurangnya
ada dukungan secara langsung dari dosen pembimbing akademik.
Mahasiswa ini jarang ada komunikasi antar pribadi dengan dosen
bersangkutan. Sikap menerima keadaan dari komunikan dan komunikator
yang dapat menjadi dorongan untuk kelangsungan komunikasi yang baik.
Jadi dosen pembimbing akademik maupun mahasiswa bimbingannya
harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya sendiri, dimana rasa
positif ini dapat mendorong lawan bicaranya untuk lebih aktif
berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk
interaksi yang efektif. Jadi apa yang di rasakan mahasiswa tingkat akhir
ini tentunya akan membuat mereka membutuhkan dorongan dari orang
yang lebih memahami betul masalah- masalah yang ada di akhir semester
mereka.
Dalam hasil penelitian ditemukan bahwa semua informan yang
diteliti mengakui memiliki dan merasakan rasa positif dari lawan bicara
mereka. Dalam kesetaraan ini antara komunikan dan komunikator dapat
memberikan pengakuan bahwa saling menghargai, dan mengakui nilai,
ataupun rasa berharga dan tentunya penting. Tentunya komunikasi
antarpribadi dosen dan mahasiswa akan berjalan lebih efektif apabila
suasananya setara. Dalam konteks penelitian ini, ada pengakuan secara
diam-diam bahwa dosen pembimbing akademik dan mahasiswa
bimbingannya menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk di sumbangkan. Tidak boleh ada satu pihak yang merasa
lebih penting atau lebih berguna dari pihak lain. Dosen ini semua
berupaya untuk menyetarakan hubungan antara mahasiswa dan dosen
melalui komunikasi antar pribadi dan dapat dilihat juga dosen berupaya
untuk memfungsikan dosen pembimbing mereka dengan cara
memberikan masukan yang mudah di mengerti oleh anak bimbingan
mereka.
Selain unsur-unsur penting dalam komunikasi interpersonal yang
telah disebutkan, De Vito juga mengidentifikasi beberapa faktor yang
memengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Faktor psikologis: faktor-faktor seperti persepsi, emosi, sikap, dan
nilai-nilai individu dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal. Misalnya, ketika seseorang memiliki sikap negatif
terhadap orang lain, hal ini dapat menghalangi terjadinya komunikasi
yang efektif antara mereka.
2. Faktor sosial: faktor-faktor seperti norma sosial, status sosial, dan
peran sosial juga dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal. Misalnya, dalam konteks hubungan antara mahasiswa
dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, perbedaan status
sosial dan peran sosial antara keduanya dapat memengaruhi cara
mereka berkomunikasi dan tingkat efektivitas komunikasi
interpersonal yang terjadi antara mereka.
3. Faktor budaya: faktor-faktor seperti bahasa, nilai-nilai budaya, dan
keyakinan budaya juga dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal. Misalnya, jika terdapat perbedaan budaya dalam cara
orang berkomunikasi atau memahami makna suatu pesan, hal ini dapat
menghambat terjadinya komunikasi interpersonal yang efektif.
4. Faktor lingkungan: faktor-faktor seperti kebisingan, gangguan visual,
dan lingkungan fisik yang tidak nyaman juga dapat memengaruhi
efektivitas komunikasi interpersonal. Misalnya, jika mahasiswa dan
dosen pembimbing berada dalam ruangan yang bising atau kurang
nyaman, hal ini dapat menghambat terjadinya komunikasi
interpersonal yang efektif.
Teori faktor-faktor ini dapat membantu peneliti untuk memahami
bagaimana faktor-faktor tertentu dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing
dalam penyusunan skripsi, dan bagaimana faktor-faktor ini dapat diatasi
atau dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi
interpersonal.
Selain faktor-faktor tersebut, De Vito juga mengemukakan bahwa
komunikasi interpersonal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
yang berkaitan dengan karakteristik individu, seperti:
1. Kemampuan komunikasi: kemampuan individu dalam
mengungkapkan ide, pemikiran, dan perasaannya dengan jelas dan
terstruktur sangat memengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal.
Kemampuan untuk memahami dan mengikuti aturan-aturan dasar
dalam berkomunikasi, seperti menghindari kebiasaan berbicara terlalu
cepat atau terlalu lambat, juga sangat penting dalam menciptakan
komunikasi interpersonal yang efektif.
2. Keterampilan sosial: individu yang memiliki keterampilan sosial yang
baik, seperti kemampuan mendengarkan, berempati, dan memahami
perspektif orang lain, cenderung memiliki komunikasi interpersonal
yang lebih efektif. Keterampilan sosial yang baik juga membantu
individu untuk menghindari konflik dan mencapai kesepakatan dalam
berkomunikasi.
3. Karakteristik kepribadian: karakteristik kepribadian seperti
kepercayaan diri, kejujuran, dan keterbukaan juga dapat memengaruhi
efektivitas komunikasi interpersonal. Individu yang memiliki
karakteristik kepribadian yang baik cenderung lebih mudah untuk
membangun hubungan yang baik dan menciptakan komunikasi
interpersonal yang efektif.
Dalam konteks penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, faktor-
faktor tersebut dapat menjadi pertimbangan penting dalam memahami
bagaimana individu-individu tersebut dapat berinteraksi secara efektif
dan mencapai tujuan komunikasi mereka. Peneliti dapat menggunakan
teori De Vito ini sebagai dasar untuk menganalisis faktor-faktor tersebut
dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing
dalam penyusunan skripsi.
Selain itu, De Vito juga menekankan bahwa efektivitas komunikasi
interpersonal dapat dipengaruhi oleh konteks dan situasi komunikasi.
Beberapa faktor situasional yang dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing
dalam penyusunan skripsi, antara lain:
1. Tujuan komunikasi: komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi memiliki tujuan yang
jelas, yaitu untuk memperoleh arahan dan bimbingan dari dosen
pembimbing dalam menyelesaikan skripsi. Kedua pihak harus
memiliki pemahaman yang sama mengenai tujuan tersebut agar
komunikasi interpersonal dapat mencapai hasil yang diinginkan.
2. Konteks: konteks komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi melibatkan peran dan
hubungan yang berbeda antara kedua pihak. Dosen pembimbing
berperan sebagai pembimbing dan penilai, sementara mahasiswa
berperan sebagai pelaksana dan penulis skripsi. Konteks tersebut
dapat memengaruhi cara kedua pihak berkomunikasi dan dapat
mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal.
3. Waktu: waktu yang tersedia untuk berkomunikasi antara mahasiswa
dan dosen pembimbing juga dapat memengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal. Jika waktu yang tersedia terbatas, maka
komunikasi interpersonal harus dilakukan dengan efektif dan efisien
untuk memperoleh informasi yang diperlukan dan mencapai tujuan
komunikasi.
4. Channel komunikasi: komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi dapat dilakukan melalui
berbagai channel, seperti tatap muka, telepon, atau email. Pemilihan
channel yang tepat dapat memengaruhi efektivitas komunikasi
interpersonal.
5. Budaya: budaya yang berbeda antara mahasiswa dan dosen
pembimbing dapat memengaruhi cara mereka berkomunikasi dan
memahami pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, penting bagi
kedua pihak untuk memahami perbedaan budaya dan menghindari
kesalahan interpretasi dalam komunikasi interpersonal.
Dalam penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, faktor-
faktor situasional tersebut juga perlu diperhatikan oleh peneliti. Dengan
memahami faktor-faktor tersebut, peneliti dapat memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal
antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi,
misalnya dengan memperhatikan waktu yang tersedia untuk
berkomunikasi dan memilih channel komunikasi yang tepat.
Selain faktor situasional dan pribadi, De Vito juga mengidentifikasi
faktor kontekstual yang dapat memengaruhi komunikasi interpersonal,
seperti:
1. Budaya: budaya yang berbeda dapat memengaruhi cara individu
berkomunikasi dan memahami pesan. Bahasa, norma-norma sosial,
dan nilai-nilai budaya dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal.
2. Kondisi kesehatan: kondisi fisik dan psikologis individu dapat
memengaruhi kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik.
Kondisi kesehatan yang buruk dapat menghambat kemampuan
individu untuk memproses dan menyampaikan informasi.
3. Teknologi: teknologi juga dapat memengaruhi komunikasi
interpersonal. Penggunaan teknologi yang tepat dapat membantu
individu untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan efisien,
sementara penggunaan teknologi yang tidak tepat dapat mengganggu
komunikasi interpersonal.
Dalam konteks penelitian analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi, faktor
kontekstual seperti budaya, kondisi kesehatan, dan teknologi juga dapat
mempengaruhi efektivitas komunikasi. Sebagai contoh, jika mahasiswa
dan dosen pembimbing berasal dari budaya yang berbeda, perbedaan
bahasa dan norma-norma sosial dapat memengaruhi cara mereka
berkomunikasi dan memahami pesan. Kondisi kesehatan individu juga
dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkomunikasi, seperti
kondisi kesehatan mental yang buruk yang dapat menghambat
kemampuan individu untuk memproses informasi dan memahami
perspektif orang lain. Penggunaan teknologi yang tepat, seperti aplikasi
komunikasi online, dapat membantu mahasiswa dan dosen pembimbing
untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan efisien, sementara
penggunaan teknologi yang tidak tepat, seperti sinyal internet yang
lemah, dapat mengganggu komunikasi interpersonal.
2.2.3. Teori Efektivitas Komunikasi
Teori ini menekankan pentingnya efektivitas dalam komunikasi
interpersonal. Teori ini dapat membantu mahasiswa dan dosen
pembimbing dapat berkomunikasi dengan lebih efektif dalam
penyusunan skripsi. Berdasarkan tentang komunikasi efektif, Habermas
(1973) menjelaskkan bahwa komunikasi merupakan interaksi yang
diantarkan secara simbolis, menurut Bahasa dan mengikuti norma-
norma. Bahasa harus dapat dimengerti, benar, jujur dan tepat.
Keberlakuan norma-norma itu hanya dapat dijamin melalui kesepakatan
dan pengakuan bersama bahwa kita terikat olehnya. Interaksi komunikasi
mengembangkan kepribadian orang melalui internalisasi peran-peran
sosial, komunikasi yang salah diganjari sanksi. Sebelumnya Habermas
menjelaskan bahwa di dalam komunikasi itu, para partisipan membuat
lawan bicaranya memahami maksudnya dengan berusaha mencapai apa
yang disebutnya. “Klaim-klaim keabsahan (validity claims), yang terdiri
atas:
1. Klaim kebenaran (truth), ini akan tercapai apabila masing-masing dari
kita dapat bersepakat tentang dunia alamiah dan obyektif.
2. Klaim ketepatan (raightness), ini akan tercapai kalau sepakat tentang
pelaksanaan norma-norma dalam dunia social.
3. Klaim otentitas atau kejujuran (sincerety), akan tercapai kalau sepakat
tentang kesesuaian antara dunia batiniah dan ekspresi seseorang.
4. Klaim comprehensibilitas (comperehensibility) akan tercapai jika kita
dapat menjelaskan macam-macam klaim itu dan mencapai
kesepakatan atasnya.
Setiap komunikasi yang efektif perlu mencapai klaim-klaim
tersebut, dan orang–orang yang mampu berkomunikasi dalam arti
menghasilkan klaim-klaim itu, disebutnya memiliki “kompetensi
komunikasi”. Masyarakat komunikatif adalah masyarakat yang
melakukan kritik melalui argumentasi. Klaim-klaim diatas oleh
Habermas dipandang sebagai rasional dan akan diterima tanpa paksaan
sebagai hasil konsensus. Montgomer (1983), menyatakan bahwa faktor
penting dalam komunikasi efekttif, tetapi juga mendengarkan yang
efektif. Dalam model komunikasi convergen semua pihak yang terlibat
akan melakukan tukar pikiran menuju pemahaman bersama, disini
berbicara dan mendengar jelas sama-sama pentingnya. Inilah sisi penting
belajar mendengarkan yang efektif. Seperti halnya di dalam hidup,
dalam komunikasi pun berbicara dan mendengarkan hendaknya
didudukan dalam posisi yang seimbang. Banyak faktor atau kondisi yang
memungkinkan kapan seseorang berbicara dan kapan seseorang
mendengarkan secara efektif.
Mengacu pada substansi dasar komunikasi yang dikemukakan oleh
Berio (1960), Rogers dan Shoemaker (1996), bahwa faktor-faktor yang
menenutukan efektivitas komunikasi adalah sebagai berikut pertama,
sumber (source), yang harus diperhatikan dalam hal ini meliputi
keterampilan berkomunikasi, sikap terhadap diri sendiri, sikap terhadap
materi, sikap terhadap pelaku lain, media komunikasi, metode
pendekatan (perorangan, kelompok, massal), informasi dan pengetahuan
antara semua pihak yang terlibat dalam komunikasi, dan sistem sosial
budaya, Kedua isi pesan /informasi, yang harus diperhatikan terdiri dari
kode, kelengkapan pesan dan pengaturan atau treatment, yang ketiga
media atau saluran, yang harus diperhatikan terdiri dari kesesuaiannya
dengan kebutuhan dan kepentingan semua pelaku, sesuai dengan
metdose yang digunakan, memungkinkan dikuasai oleh komunikan, dan
sebagainya.
a. Teori efektivitas komunikasi menurut Berlo (1960):
1) Sumber (Source)
Sumber merujuk pada orang atau kelompok yang
menghasilkan pesan. Menurut Berlo, kemampuan sumber dalam
mengirimkan pesan dengan jelas dan akurat sangat penting dalam
mencapai efektivitas komunikasi. Sumber yang kredibel dan
mempunyai otoritas dalam bidangnya, dapat mempengaruhi
penerima untuk menerima pesan dengan baik.
2) Pesan (Message)
Pesan merujuk pada informasi yang ingin disampaikan oleh
sumber kepada penerima. Pesan harus disampaikan dengan jelas
dan sesuai dengan maksud sumber, sehingga dapat dimengerti oleh
penerima.
3) Saluran (Channel)
Saluran merujuk pada media atau cara yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber ke penerima. Saluran yang
digunakan harus sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan
karakteristik penerima, sehingga dapat mencapai efektivitas
komunikasi.
4) Penerima (Receiver)
Penerima merujuk pada orang atau kelompok yang menerima
pesan dari sumber. Penerima harus dapat memahami dan merespon
pesan dengan baik agar efektivitas komunikasi tercapai.
Selain itu, Berlo juga menekankan bahwa efektivitas
komunikasi tidak hanya tergantung pada kemampuan sumber, tetapi
juga pada kemampuan penerima untuk memahami dan merespon
pesan yang diterima. Oleh karena itu, sumber harus memperhatikan
karakteristik penerima dalam menyampaikan pesan agar pesan dapat
diterima dengan baik.
Dalam teori efektivitas komunikasi menurut Berlo, komunikasi
yang efektif terjadi ketika pesan yang disampaikan oleh sumber dapat
diterima dan dimengerti dengan baik oleh penerima, serta memperoleh
respon yang sesuai dengan maksud sumber. Berlo juga menambahkan
dua faktor tambahan yang dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi, yaitu konteks (context) dan efek (effect).
1) Konteks (Context)
Konteks merujuk pada situasi atau kondisi di mana
komunikasi terjadi. Berlo menyatakan bahwa efektivitas
komunikasi juga dipengaruhi oleh konteks yang meliputi faktor-
faktor seperti waktu, tempat, budaya, dan lingkungan sosial. Oleh
karena itu, sumber harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut
dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh penerima
dengan baik.
2) Efek (Effect)
Efek merujuk pada reaksi atau hasil yang diinginkan dari
komunikasi. Berlo menyatakan bahwa efektivitas komunikasi dapat
diukur berdasarkan sejauh mana pesan yang disampaikan oleh
sumber dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu,
sumber harus mempertimbangkan efek yang diinginkan dari
komunikasi agar pesan yang disampaikan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
Secara keseluruhan, teori efektivitas komunikasi menurut Berlo
menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi tidak hanya tergantung
pada kemampuan sumber dalam menyampaikan pesan, tetapi juga
melibatkan faktor-faktor lain seperti saluran, pesan, penerima,
konteks, dan efek. Oleh karena itu, sumber harus memperhatikan
semua faktor tersebut dalam menyampaikan pesan agar dapat
mencapai efektivitas komunikasi yang optimal.
b. Teori komunikasi menurut Rogers dan Shoemaker (1996):
Adalah teori difusi inovasi, teori ini menjelaskan bagaimana
inovasi atau gagasan baru menyebar dalam masyarakat dan
mempengaruhi perilaku individu. Teori ini berguna dalam konteks
media dan pemasaran, di mana pengembangan dan penyebaran produk
baru dapat dilihat sebagai inovasi yang perlu dipahami dan dikelola
dengan baik.Menurut Rogers dan Shoemaker, terdapat lima tahap
proses difusi inovasi, yaitu:
1) Penyebaran pengetahuan (knowledge)
Tahap pertama adalah penyebaran pengetahuan tentang
inovasi. Hal ini meliputi pengenalan terhadap inovasi, fungsinya,
serta bagaimana cara menggunakannya.
2) Persuasi
Tahap kedua adalah persuasi, yaitu upaya untuk meyakinkan
individu agar mau mencoba inovasi. Persuasi dapat dilakukan
dengan menghadirkan informasi yang meyakinkan dan
memperlihatkan manfaat dari inovasi tersebut.
3) Keputusan
Tahap ketiga adalah keputusan, yaitu saat individu
memutuskan apakah akan mencoba inovasi atau tidak. Keputusan
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti manfaat, risiko, serta
kondisi dan karakteristik individu.
4) Implementasi
Tahap keempat adalah implementasi, yaitu saat individu
mencoba menggunakan inovasi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Konfirmasi
Tahap terakhir adalah konfirmasi, yaitu saat individu
mengevaluasi penggunaan inovasi dan memutuskan apakah akan
terus menggunakannya atau tidak.
Menurut teori difusi inovasi ini, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi penyebaran inovasi, yaitu:
1) Karakteristik inovasi (innovation characteristics)
Karakteristik inovasi meliputi hal-hal seperti kompleksitas,
keuntungan relatif, kesesuaian, dan observabilitas. Semakin mudah
inovasi dipahami dan semakin besar manfaatnya, maka semakin
tinggi kemungkinan inovasi tersebut akan diterima dan digunakan.
2) Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)
Komunikasi interpersonal melibatkan interaksi antara
individu yang saling berbicara tentang inovasi. Hal ini dapat
meningkatkan efektivitas dalam mempromosikan dan
memperkenalkan inovasi.
3) Sumber informasi (information source)
Sumber informasi merujuk pada sumber yang memberikan
informasi tentang inovasi. Sumber informasi yang dapat dipercaya
dan memiliki reputasi yang baik dapat mempengaruhi penyebaran
inovasi.
4) Karakteristik penerima (recipient characteristics)
Karakteristik penerima termasuk hal-hal seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan sikap. Hal ini dapat mempengaruhi
kemampuan individu dalam memahami dan menerima inovasi.
5) Saluran komunikasi (communication channel)
Saluran komunikasi meliputi media yang digunakan dalam
menyampaikan informasi tentang inovasi. Memilih saluran
komunikasi yang tepat dapat meningkatkan ektivitas dalam
memperkenalkan inovasi dan mempengaruhi penyebarannya.
6) Konteks sosial (social context)
Konteks sosial merujuk pada situasi atau lingkungan sosial di
mana inovasi diperkenalkan. Hal ini dapat mempengaruhi
bagaimana inovasi diterima dan digunakan oleh individu.
Teori difusi inovasi ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang,
seperti bisnis, teknologi, kesehatan, dan pendidikan. Misalnya, dalam
bisnis, pengenalan produk baru dapat dianggap sebagai inovasi yang
perlu dipromosikan dan dipasarkan dengan baik agar diterima oleh
konsumen. Dalam teknologi, pengenalan teknologi baru dapat
mempengaruhi adopsi dan penggunaannya oleh masyarakat.
2.3. Kerangka Berpikir
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan
berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun
kerangka pemikiran yang memuat pokok-pokok pikiran yang
menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.

KOMUNIKASI INTER PERSONAL

DOSEN MAHASISWA

TEORI DEVITO

PENGIRI PEUNGGUNAAN EFEKTIVITAS


MAN DAN PRIVASI
MEDIA KOMUNIKASI
PENERIM
AAN
PESAN TEORI EFEKTIVITAS
(BERLO (1960), RONGERS DAN
SHOEMAKER (1996))

SUMBE PESAN SALUR PERRI KONTE


EFEK(E
R (MESSA AN MA(RE KS(CON
FFECT)
(SOUR GE) (CHAN CEIVE TEXT)
CE) EL) R)

HASIL PENELITIAN

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengunakan
analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif dapat membantu dalam
memperdalam pemahaman tentang komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses peyusunan skripsi.
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian akademik, penelitian ini juga
merupakan saran edukatif sehingga lebih mementingkan validitas (caranya
yang harus benar).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu yang diambil untuk melakukan penelitian ialah selama kurang
lebih 1 bulan yang bertempat di kampus Universitas Nusa Nipa Indonesia,
Maumere, Kabupaten Sikka.

3.3. Objek dan Subjek Penelitian


Objek penelitian ini tentang komunikasi antara mahasiswa dan dosen
pembimbing dalam proses penyususnan skripsi di kampus Universitas Nusa Nipa
Indonesia, Maumere, Kabupaten Sikka. Subjek penelitian ini meliputi 3 dosen
pembimbing dan 4 mahasiswa yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi.

3.4. Jenis Data


3.4.1. Data Primer
Pada sumber data primer ini peneliti menggunakan hasil
wawancara, obesrvasi mendalam dari responden atau narasumber.
3.4.2. Data Sekunder
Pada sumber data sekunder ini peneliti menggunakan referensi
berupa jurnal, artikel penelitian terdahulu serta sumber lainya yang
berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti.

3.5. Teknik Pengambilan Data


a. Wawancara
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam yang
prosesnya memperoleh keterangan atau tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancara. Peneliti melakukan wawancara untuk
mengetauhi ”Bagaimana analisis komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi di Kampus
Universitas Nusa Nipa Indonesia dengan mewawancarai 4 mahasiswa
bersama dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi mereka masing-
masing.

b. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara peneliti melihat aktivitas
mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan yang sedang
melaksanakan bimbingan bersama dosen pembimbing di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa Indonesia.
c. Dokumentasi
Dalam melakukan wawancara pada orang-orang yang bersangkutan
atau ke narasumber, peneliti langsung mengumpulkan data–data untuk
dijadikan dokumen.

3.6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang dapat digunakan adalah analisis kualitatif. Teknik
analisis kualitatif dapat membantu dalam memperdalam pemahaman tentang
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam
proses peyusunan skripsi seperti motivasi, kebutuhan, emosi, dan dinamika
hubungan antara keduanya. Dalam melakukan analisis kualitatif, beberapa
langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pengumpulan Data
Kumpulkan data yang relevan dan diperlukan untuk memahami
komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing,
seperti catatan pertemuan, rekaman audio atau video, atau wawancara
dengan mahasiswa dan dosen pembimbing.
b. Transkripsi Data
Transkripsi data yang telah dikumpulkan menjadi teks tertulis yang
dapat dianalisis.
c. Pengkodean Data
Lakukan pengkodean data dengan mengidentifikasi tema dan pola
yang muncul dalam teks transkripsi. Pengkodean dapat dilakukan dengan
menggunakan metode analisis isi.
d. Analisis Data
Analisis data dengan menggunakan metode yang sesuai, seperti
analisis tematik atau analisis naratif. Metode ini akan membantu dalam
mengidentifikasi pola dan tema yang muncul dalam komunikasi
interpersonal antara mahasiswa dan dosen pembimbing.
e. Interpretasi Data
Interpretasi hasil analisis data dan di buat kesimpulan tentang
interaksi komunikasi interpersonal anatra mahasiswa dan dosen
pembimbing dalam penyusunan skripsi.

3.7. Keabsahan Data


Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah , juga merupakan sebagai unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong,2007:320).
Agar data dalam penulisan penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan:
1. Credibility
Uji Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan
tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
2. Transferability
Merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas
eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil
(Sugiyono,2007:276). Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer
sampai saat ini masih dapat diterapkan dalam situasi lain. Bagi peneliti
nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika
penelitian dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial
yang bebeda validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.
Pene litian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila
penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang
sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability
dilakukan dengan cara audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Dengan cara auditior yang independen atau pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti
mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data,
melaksanakan analisis data ,melakukan uji keabsahan data, sampai pada
pembuatan laporan hasil pengamatan.
4. Confirmability
Objektivitas penguji kualitatif disebut juga dengan uji confirmability
penelitian. Penelitian bisa di katakan objektif apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability
berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah
dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar confirmability. Validitas atau keabsahan data adalah data yang
tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang
terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang
telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Obyek Penelitian

4.1.1. Profil Kampus Universitas Nusa Nipa

Universitas Nusa Nipa (UNIPA) adalah lembaga pendidikan tinggi


yang dikelola oleh yayasan pendidikan Nusa Nipa Maumere, di bawah
lindungan pemerintah Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Universitas Nusa Nipa didirikan berdasarkan akta pendirian Nomor


05 tanggal 08 Oktober 2003 dan akte Nomor 21 Tanggal 22 Oktober
2004 yang telah disahkanngan t oleh Mentri Hukum dan HAM RI Nomor
: C- 187. HT. 01.02.Tahun 2005 tanggal 15 Februari 2005, dengan tujuan
untuk menghasilkan sarjana yang terampil, berwawasa, wirausaha,
mampu berkarya dan mengembangkan ilmu untuk memanfaatkan sumber
daya serta ikut serta mencerdaskan bangsa melalui pendidikan yang
berdimensi serta berorientasi global.

Nama”NUSA NIPA” adalah nama asli dari pulau Flores yang


artinya “Pulau Ular”. Secara operasional, Universitas Nusa Nipa
berjalan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 69/D/O/2005 tanggal 26 Mei 2005 dengan 6 Fakultas dan
memiliki 13 program studi yaitu Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan ( S-1
Keperawatan dan d-3 Keperawatan), Fakultas Teknik (Teknik
Informatik, Teknik Sipil, dan Teknik Arsitektur), Fakultas Pertanian
(Agribisnis dan Agroteknologi), Fakultas Ilmu Ilmu Sosial (Psikologi
dan Ilmu komunikasi), Fakultas Ekonomi (Akuntansi dan Manajemen),
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP Biologi, FKIP Kimia,
FKIP Fisika, FKIP Bahasa inggris, dan PGSD.)
Moto Universitas Nusa Nipa adalah Berwawasan Universal dan
Berkiprah Nasional dengan semboyan Non Scholae Sed Vitae Discimus
yang artinya : “kita belajar bukan untuk sekolah, melainkan untuk
hidup”. Moto tersebut bermakna bahwa Universitas Nusa Nipa
membentuk pendidikan untuk kepentingan universal artinya dapat
memenuhi kebutuhan regional dengan mempertimbangkan tujuan
pendidikan nasional. Artinya Universitas Nusa Nipa berupaya
melaksanakan pendidikan dalam rangka mencerdasakan dan mendidik
mahasiswa agar terampil sehingga mampu berkarya untuk keadaan
sekarang dan keadaan masa depan serta sekaligus dapat merupakan
penghubung antara dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan
kebutuhan nyata masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional
bahkan bukan hanya unuk kepentingan sekolah tetapi belajar untuk
hidup.

Ciri khas system pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan


Universitas Nusa Nipa bertitik berat pada tujuan pendidikan normal,
yakni meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, dan cinta tanah air
agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunanyang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atau
pembangunanbangsa.

Visi :
Universitas Nusa Nipa menjadi Universitas yang berkualitas,
berkarakter, unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni budaya dan mampu berkiprah di tingkat nasional.

Misi :

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas, berkarakter


dan unggul dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
budaya, berwawasan global mampu berkiprah di tingkat dalam
menghasilkan lulusan yang berdaya saing.
2. Menyelenggarakan penelitian yang berkualitas yang dapat memberi
kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni
budaya, memecahkan masalah( problem solving) dan kebutuhan
masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi
pada pemerdayaan masyarakat dan ketangguhan sosial.
4. Mengembangkan system tata kelola perguruan tinggi yang bai, taaat
azas, modern dan professional (good university governance) berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan:

1. Menghasilkan lulusan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,


berkualitas dan berkarakter, berkemampuan entrepreneurship berbasis
sains, mandiri, unggul dan berdaya saing, berjiwa Pancasila dan
berwawasan global.
2. Menghasilkan produk penelitian yang berkualitas dan bermanfaat
bagi masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni budaya.
3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya hasil
penelitian dalam bentuk pengebadian kepada masyarakat untuk
pemerdayaan masyarakat dan ketangguhan sosial.
4. Terciptanya tata kelola yang baik, taat azas, modern dan profesional
(good university governance), dan budaya mutu secara
berkelelanjutan agar dapat berkiprah di tingkat nasional.

4.1.2. Profil Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa

Fakultas hukum program studi hukum ini merupakan salah satu


fakultas jenjang S1 yang tergolong baru di kampus Universitas Nusa
Nipa. Berdiri pada tanggal 3 mei 2017 dengan SK Penyelenggaraan :
244/KPT/I/2017 dan tanggl SK: 2017-05-03.

Visi :
Menjadikan Fakultas Hukum yang mandiri, inovatif, berkarakter
dan berkualitas, serta mampu menghasilkan lulusan berdaya saing dalam
bidang hukum melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi pada tahun 2025.

Misi:

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan ilmu hukum


yang mandiri, inovatif, berkarakterdan berkualitas, sesuai dengan
standar pendidikan tinggi.
2. Menyelenggarakan kegiatan penelitian di bidang hukum yang mampu
merespon perubahan dan menyelesaikan masalah-masalah hukum
secara komperehensif.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat di bidang hukum.
4. Membin dan mengembangkan kerja sama dan kemitraan dengan
berbagai pihak unutuk meningkatkan relevansi dan kompetensi
lulusan.
5. Menciptakan tata kelola kelembagaan yang menganut prinsip-prinsip
tata kelola perguruan tinggi yang baik(good university goveranance)

4.1.3. Profil Dosen Sebagai Informan


Dari 9 dosen pembimbing di Program Studi Hukum, penulis
melakukan penelitian dengan tiga dosen pembimbing. Berikut adalah
deskripsinya :
1. Yosefina Daku, SH.,MH (Dosen di Fakultas Hukum Universitas
Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan)
Ibu yang bernama lengkapkan Yosefina Daku yang sekarang
masih aktif menjadi dosen tetap di program studi hukum. Dalam
pendidikannya, ibu Yofind menyelesaikan studi pendidikannya di
kampus Universitas Merdeka Malang dengan gelar akademi SH pada
tahun 2011 jenjang S1, lalu melanjutkan studinya lagi di kampus
Universitas Udayana dengan gelar MH pada tahun 2015 jenjang S2.
Beliau juga menjabat sebagai wakil dekan di Prodi hukum.

Gambar 4.1 Foto Dosen Informan 1


(sumber; dokumentasi penelitian)
2. Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa)
Ibu yang bernama lengkapkan Cindy Cephanie Manek yang
sekarang masih aktif menjadi dosen tetap di program studi hukum.
Dalam pendidikannya, ibu Cindy menyelesaikan studi pendidikannya
di kampus Universitas Uday ana dengan gelar SH pada tahun 2011
jenjang S1, lalu mengambil jenjang S2 dikampus yang sama pada
tahun 2014 dengan gelar akademik M.Kn. Beliau juga memiliki
sebuah kantor Notaris- PPAT CINDY CEPHANIE MANEK,
S.H.,M.Kn yang bertempat di jl. Sultan Hasanudin No.23,
Wairotang,Kec. Alok Tim., Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Tim.86111.

Gambar 4.2 Foto Dosen Informan 2


(sumber; dokumentasi penelitian)
3. Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa)
Bapak yang bernama lengkapkan Alfonsus Hilarius Ase yang
sekarang masih aktif menjadi dosen tetap di program studi hukum.
Dalam pendidikannya, pak Alfons menyelesaikan studi pendidikan
S1nya di kampus Universitas Merdeka Malang dengan gelar
akademik SH, lalu kemudian melanjudkan pendidikan S2 di kampus
yang sama dengan gelar M.Hum tahun 2005. Beliau juga merupakan
seorang pengacara.

Gambar 4.3 Foto Dosen Informan 3


(sumber; dokumentasi penelitian)

4.1.4. Profil Mahasiswa Sebagai Informan

1. Nama: Isco
Umur: 23 Tahun

2. Nama: Lia
Umur: 22 Tahun

3. Nama: Ardy
Umur: 27 Tahun

4. Nama: Anno
Umur: 26
4.2. Analisis Data

4.2.1. Komunikasi Interpersonal Dalam Bimbingan Skripsi

Komunikasi interpersonal akan terjadi jika ada pengirim pesan


yang menyampaikan informasi berupa verbal dan non verbal kepada
penerima pesan. Komunikasi interpersonal ini memegang peranan
penting dalam kegiatan membimbing, bahkan merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan keberhasilan bimbingan. Tanpa
komunikasi yang baik antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingan, maka proses bimbingan yang terjadi tidak memberi hasil
yang maksimal. Komunikasi dalam bimbingan berhasil apabila pikiran
disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya
komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan
tidak terkontrol.

Teori komunikasi menurut Joseph A De Vito adalah salah satu


teori komunikasi interpersonal yang popular dan sering digunakan dalam
penelitian komunikasi. Dalam penelitian analisis komunikasi
interpersonal mahasiswa dan dosen pembimbingdalam penyusunan
skripsi, teori De Vito dapat digunakan untuk menganalisis berbagai aspek
dari proses komunikasi interpersonal seperti :

1. Pengiriman dan Penerimaan Pesan


Dalam hal ini mengirim dan menerima pesan atau informasi
terkait dengan penyusunan skripsi oleh mahasiswa dan dosen
pembimbing dengan memahami faktor –faktor yang memengaruhi
pengiriman dan penerimaan pesan seperti bahasa, nada suara,dan cara
menyampaikan pesan.
Dari hasil wawancara bersama dosen pembimbing sebagai
informan pertama, diperoleh data yakni pada awal bimbingan skripsi,
mahasiswa sudah memiliki pengetahuan metode penelitian dari mata
kuliah sebelumna. Dosen pembimbing mengingatkan mereka tentang
jenis penelitian dan menanyakan judul serta alasanya. Jika mereka
bisa menjawab, artinya mereka sudah memahaminya. Dosen
pembimbing menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan jika ada
kebingungan, dosen pembimbing menyarankan mereka membaca
kembali materi metode penelitian sebelum janjian untuk menjelaskan
maksud penelitian sebelum janjian untuk menjelasakan maksud
penelitian yang diajukan.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Sebelumnya mahasiswa itu sudah mendapatkan mata kuliah
metode penelitian jadi setidak-tidaknya mereka sudah tau mengenai
penyusunan skripsi. Jadi ketika mereka sudah masuk di semester
bimbingan skripsi maka saya hanya pada mengingatkan mereka
kembali, kemudian menanyakan jenis penelitian yang di buat,
kalau sudah bisa menjawab judul dan alasannya, berarti mereka
juga sudah bisa membedakannya. Pada saat bimbingan
berlangsung saya juga menggunakan bahasa yang mudah di
mengerti oleh mahasiswa dan apa bila ditengah bimbingan mereka
masih kelihatan binggung maka saya akan menyuruh m ereka untuk
kembali membaca materi metode penelitian setelah itu janjian
untuk bertemu dan menjelaskan maksud dari penelitian yang dia
ajukan”.
(hasil wawancara dengan Yosefina Daku, SH, MH pada tanggal 20
juni 2023 yang bertempat di ruanganya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa saat awal bimbinga, mahasiswa diminta untuk
menjelaskan topik penelitian, namun mahasiswa lupa banyak hal
terkait mata kuliah metode penelitian. Dosen pembimbing
menyarankan mahasiswa untuk membaca pedoman, mencari tujuan
penelitian, dan memahami maksudnya. Hal ini membantu agar
pertemuan berikutnya dapat berlangsung lebih baik.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Pada awal bimbingan saya di tanya mau meneliti tentang apa, lalu
kemudian disuruh mengingat kembali mata kuliah metode
penelitian. Dan pada saat itu saya lupa dan tidak ingat banyak soal
mata kuliah tersebut, dan mungkin juga krena faktor ibu yang juga
tegas ketika bertanya jadi seketika itu saya gugup. Oleh sebab itu
Ibu Yofind menyarankan saya untuk kembali membaca pedoman
lalu mencari tahu apa maksud dan tujuan penelitian yang hendak
saya teliti sehingga pertemuan kali berikut sudah bisa bimbingan
dengan baik”. (hasil wawancara bersama isco pada tanggal 10 juli
2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua, diperoleh data yakni dalam penyampaian pesan,
dosen pembimbing cenderung menggunakan ilustrasi atau gambaran.
Jika mahasiswa masih kesulitan memahami, dosen pembimbing
menggambarkan dengan contoh konkret yang berhubungan dengan
kehidupan mereka sendiri.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Ketika menyampaikan pesan saya lebih sering menggunakan
ilustrasi atau gambaran, tetapi jika masih sulit untuk di pahami
walapun dari ide mereka sendiri, saya menggunakan contoh
kongkret. Jadi selain secara teori saya juga menggunakan contoh
kongkret seputaran kehiduppan mereka”. (hasil wawancara dengan
Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN mengenai pengiriman dan
peneriman pesan pada tanggal 11 juli 2023 di kantor notarisnya).
Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan kedua
menyatakan bahwa mahasiswa memulai bimbingan skripsi dari
November tahun lalu hingga selesai pada juli tahun ini, fokus pada
proposal skripsi. Sering datang bimbingan setiap minggu, terutama
dengan ibu cindy sebagai dosen pembimbing 2. Karena kami memiliki
korelasi di bidang hukum perdata, komunikasi kami lebih intens. Ibu
cindy sangat merangkul dan selalu menjelaskan kendala dalam skripsi
dengan cara yang mudah dipahami, sering menggunakan gambaran
atau ilustrasi. Komunikasi kami terasa seperti diskusi setiap kali
bimbingan berlangsung.
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Saya memulai bimbingan skripsi dari bulan November tahun lalu
sampe selesai juli tahun ini (proposal skripsi) hampir tiap1 minggu
datang bimbingan. Kebetulan ibu cindy dosen pembimbing 2 saya,
tetapi karena kami memiliki korelasi yang sama atau kami sama-
sama mengambil hukum perdata jadi membuat saya lebih banyak
berkomunikasi bersama ibu cindy. Beliau orang yang sangat
merangkul jadi kalau ada kendala dalam skripsi saya atau ada hal
yang saya kurang mengerti ia selalu menggunakan cara- cara yang
sangat mudah dipahami dengan memberikan gambaran atau
ilustrasi. Dan mungkin juga karena saya sering berkomunikasi
dengan beliau jadi kami seperti orang yang berdiskusi ketika
sedang melakukan bimbingan”. (hasil wawancara bersama Lia via
whatsaap pada 18 juli 2023).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan ketiga


menyatakan bahwa termasuk mahasiswa yang jarang berkonsultasi,
bahkan hampir 2 bulan tidak bertemu dengan dosen untuk bimbingan.
Namun, ketika ada hal yang kurang dipahami, dosen pembimbing
selalu menjelaskan dengan detail, menggunakan ilustrasi, contoh
konkret, dan penjelasan ramah serta sabar. Dengan pendekatan
tersebut, mahasiswa dapat memahami materi dengan baik.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“Saya adalah salah satu mahasiwa yang jarang konsul bahkan
hampir mau 2 bulan saya tidak bertemu dengan ibu untuk
melakukan bimbingan, oleh karena itu ketika ada hal yang kurang
saya pahami ketika bimbingan berlangsung ibu menjelaskannya
secara detail baik menggunakan ilustrasi, contoh kongreat dan
penjelasan lainya dengan ramah dan sabar sehingga dapat di
pahami oleh saya dengan baik”. (hasil wawancara Ardy yang
bertempat di halaman depan kampus Universitas Nusa Nipa pada
tanggal 20 juli 2023)

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga, diperoleh data yakni ketika memberikan bimbingan
dan melakukan koreksi tulisan mahasiswa, dosen pembimbing
cenderung memberikan perbaikan melalui catatan kecil pada proposal
mereka. Pada pertemuan berikutnya, mahasiswa membawa versi yang
belum diperbaiki dan yang sudah diperbaiki. Dosen pembimbing
menyadingkan keduanya untuk memastikan perbaikan telah
dilakukan. Jika dosen pembimbing berada diluar kota, dosen meminta
mahasiswa mengirimkan file PDF, kemudian memberikan catatan di
dalamnya setelah membaca koreksinya.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Ketika sedang melakukan bimbingan dan mengkoreksi tulisan dari
mahasiswa tersebut, biasanya supaya pesan yang di sampaikan bisa
di laksanakan dengan baik oleh mahasiswa, kalau saya biasanya
perbaikan yang sudah saya lakukan atau yang saya berikan lewat
catatan kecil pada proposal mereka, bimbingan kali berikut itu di
bawah bersamaan dengan yang sudah di rubah sehingga saya bisa
mengecek pesan yang saya sampaikan atau koreksi yang saya
berikan itu sudah di rubah atau belum karena untuk memastikan
pesan itu sudah tercapai atau belum saya harus menyandingan
catatan yang dibuat dengan perbaikan yang sudah dilakukan.
Kalau saya ada tugas di luar kota, baru saya menyuruh mereka
mengirimkan file pdfnya setelah saya baca koreksiannya saya tulis
di dalam file tersebut (hasil wawancara dengan Alfonsus Hilarius
Ase, SH.M.HUM pada tanggal 12 juli 2023 bertempat di depan
Fakultas Hukum).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan keempat


menyatakan bahwa mahasiswa telah melakukan bimbingan bersama
pak Alfons sekitar 5 kali pertemuan. Meskipun termasuk mahasiswa
yangkurang rajin berkonsultasi, beliau selalu memberikan catatan
perbaikan pada lembar proposal yang di bawa. Setelah itu, beliau
memberikan masukan dan kritikan dengan bahasa yang mudah di
mengerti oleh mahasiswa.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Saya melakukan bimbingan bersama Pak Alfons kurang lebih
sudah 5 kali pertemuan, saya adalah salah satu anak bimbinganya
yang cukup tidak rajin konsultasi mengenai tugas akhir saya.
Selama bimbingan beliau sering memberikan catatan kecil di
lembar proposal yang saya bawah saat melakukan bimbingan tatap
muka untuk saya perbaiki, lalu kemudian memberikan masukan
atau kritikan dengan memakai bahasa yang mudah di mengerti dan
dipahami oleh saya”. (hasil wawancara bersama Anno via
whastaap 24 juli 2023).
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Devito (19989)
yang mengatakan bahwa komusnikasi antar pribadi adalah suatu
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau
sekelompok kecil, maka berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di
katakan bahwa dosen pembimbing memiliki pendekatan yang
beragam dalam membimbing mahasiswa skripsi. Mereka memastikan
mahasiswa memahami metode penelitian dengan menanyakan
pertanyaan, memberikan saran untuk membaca kembali materi, dan
menggunakan ilustrasi atau contoh konkret dalam penyampaian pesan.

Komunikasi intens dan pendekatan yang ramah terlihat dalam


beberapa kasus, di mana dosen pembimbing memberikan perbaikan
melalui catatan pada proposal mahasiswa, menjelaskan dengan detail,
dan merangkul mahasiswa untuk memastikan pemahaman yang baik.
Meskipun beberapa mahasiswa kurang rajin berkonsultasi, dosen
pembimbing tetap memberikan catatan perbaikan dan masukan
dengan bahasa yang mudah dipahami, memastikan pembelajaran yang
efektif dalam proses bimbingan skripsi.

2. Penggunaan Media Komunikasi

Media atau cara lain yang digunakan oleh mahasiswa dan dosen
pembimbing untuk menyampaikan pesan atau nformasi terkait dengan
penyusunan skripsi seperti email, telepon, atau tatap muka.
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan pertama, diperoleh data yakni media yang dosen
pembimbing gunakan yaitu whatsapp, terutama saat dosen
pembimbing berada diluar kota. Pernah satu kali kejadian di mana
dosen dan mahasiswa berada di luar kota bersamaan. Mahasiswa
mengirimkan soft file lewat whatsapp, dan dosen pembimbing
melakukan koreksi dengan menandai menggunakan warna. Meski
tidak seoptimal pertemuan tatap muka, namun ini menjadi solusi
efektif untuk menyampaikan informasi.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“ Media yang saya gunakan yaitu pakai whastaap saja, itu pun
terjadi kalau memang saya lagi di luar kota. Pernah terjadi dua
kali saya yang di luar kota satunya lagi mahasiswa yang di kuar
kota. Jadi mereka mengirimkan soft file lewat whastaap, untuk
mengoreksinya paling saya menandai saja pakai warna, hanya
tidak semaksimal di bandingkan dengan kita pakai tatap muka bisa
langsung di coret atau tulis di lembaran proposal skripsi dan
tentunya informasinya lebih tersampaikan”. (hasil wawancara
dengan Yosefina Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni 2023 yang
bertempat di ruanganya).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa selama ini, mahasiswa belum pernah melakukan
bimbingan melalui media sosial. Dosen pembimbing memiliki
kepribadian yang tegas, sehingga mahasiswa tidak berani
menggunakan media sosial karena khawatir akan kesulitan
pemahaman. Oleh karena itu, mahasiswa lebih memilih bimbingan
langsung, mesikipun kadang-kadang mendapat kritik atau emosi
terutama terkait kesalahan dalam proposal skripsi. Namun, demi
kemajuan dan kebaikan, mahasiswa merasa perlu untuk tetap
mengikuti proses tersebut.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Sejauh ini saya tidak pernah bimbingan melalui media sosial, Ibu
Yofind juga orangnya tegas jadi saya tidak berani menggunakan
media sosial untuk melakukan bimbingan karena takut juga nanti
ada saya kurang paham. Oleh karena itu saya lebih memilih untuk
bimbingan secara langsung saja, walaupun sering kena marah
lantaran kesalahan pada proposal skrpsi yang saya buat sampai
terkadang saya emosi, tapi karena untuk kebaikan saya mau tidak
mau ya harus ikut”. (hasil wawancara bersama isco pada tanggal
10 juli 2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua, diperoleh data yakni dosen pembimbing biasanya
menggunakan berbagai media, termasuk pertemuan langsung dan
media sosial seperti Instagram, whatsapp dan facebook. Namun,
ketika mahasiswa memilih bimbingan melalui media sosial, dosen
pembimbing mengajak mereka untuk lebih baik bertemu secara
langsung. Menurut dosen pembimbing, tatap muka memiliki
keuntungan karena penyampaian informasi lebih jelas, interaksi lebih
baik, dan memungkinkan pertanyaan langsung, memastikan
pemahaman mahasiswa. Penggunaan media sosial lebih sering terjadi
ketika dosen tidak berada di kantor atau sedang sibuk.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Selama ini media yang sering saya gunakan itu adalah ketemu
langsung sedangkan untuk media sosial itu lewat instagram,
whastaap, facebook. Ketika mahasiswa melakukan bimbingan pada
media sosial saya balas dan mengajak mereka untuk lebih baik
bertemu langsung dengan saya karena menurut saya lebih merasa
punya keutungan kalau lewat tatap muka. Apa yang di sampaikan
lebih jelas, interaksinya lebih bagus, kalau tidak ada yang
dimengerti bisa langsung tanya. Dan apa yang saya sampaikan itu
presentasi kesalahan untuk dipahami itu kecil, Karena begitu saya
jelaskan saya bisa langsung melihat kalau kurang tanggap saya
jelaskan lagi. Media sosial tadi juga berlaku ketika saya tidak di
kantor atau saya sedang sibuk”. (hasil wawancara dengan Cindy
Cephanie Manek, SH.,M.KN pada tanggal 11 juli 2023 di kantor
notarisnya).
Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan kedua
menyatakan bahwa mahasiswa lebih sering melakukan bimbingan
dengan pertemuan langsung, sedangkan melalui whatsaap, mahasiswa
hanya mengirimkan file. Dosen kemudian membacanya, dan setelah
itu, kami membuat janji untuk bertemu di kantor notaris.
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Kalau saya lebih sering melakukan bimbingan dengan bertemu
secara langsung saja, di whastaap pun saya hanya kirim file saja
kemudian ibu membacanya dan setelah itu langsung buat janji
untuk bertemu di kantor notarisnya”. (hasil wawancara bersama
Lia via whatsaap pada 18 juli 2023).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


dan ketiga menyatakan bahwa meskipun mahasiswa kadang malas
untuk bimbingan, mahasiswa merasa bertatap muka langsung lebih
baik karena mahasiswa dapat langsung menanyakan hal-hal yang
belum dipahami. Media sosial seperti whastapp hanya digunakan
untuk menanyakan ketersedian ibu untuk bimbingan.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“walaupun saya malas untuk bimbingan tetapi saya rasa bertatap
muka secara langsung lebih baik karena kalau langsung saya bisa
tanyakan apa yang belum saya pahami. Sedangkan kalau media
sosial seperti whastaap cuman untuk menanyakan kesedian ibu
untuk melakukan bimbingan atau tidak”. (hasil wawancara Ardy
yang bertempat di halaman depan kampus Universitas Nusa Nipa
pada tanggal 20 juli 2023)

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga, diperoleh data yakni dosen pembimbing
menggunakan dua pola komunikasi dalam bimbingan, pertama
berhadapan langsung dengan mahasiswa, dan kedua me lalui telepon.
Penggunaan telepon terjadi ketika dosen pembimbing sedang tidak
berada di maumere, dan jika ada kendala jaringan saat telpon, dosen
biasanya beralih ke whastapp untuk menentukan waktu bertemu
setelah kembali. Media sosial dapat membantu, tetapi komunikasi
tatap muka dianggap lebih baik karena memastikan penyampaian
pesan yang lebih baik dan penanganan langsung terhadap kendala.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Saya menggunakan dua pola komunikasi yang biasa saya lakukan
yang pertama berhadapan langsung dengan mahasiswanya dan
yang kedua menggunakan telepon. Saya menggunakan via telepon
itu kecuali saya sedang tidak di maumere dan harus tetap
melaksanakan kewajiban saya sebagai dosen pembimbing. Tetapi
jika saat telepon sedang berlangung lalu kemudian kendala pada
jaringan, saya biasanya langsung whatsaap saja untuk menentukan
waktu bertemu setelah saya kembali . Karenan ada mahasiswa yang
cepat tanggap jadi walaupun via telepon dia bisa dengan cepat
memahami, tetapi ada juga yang meresapnya lama oleh karena itu
saya harus membuat janjian lewat chat. Sebaik- baiknya media
sosial lebih baik lagi komunikasi tatap muka karena kita bisa
memastikan penyampaian pesan itu di simpulkan dengan baik dan
kalau ada kendala bisa langsung segera ditangani”. (hasil
wawancara dengan Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM pada
tanggal 12 juli 2023 bertempat di depan Fakultas Hukum).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan keempat


menyatakan bahwa dalam bimbingan, selalu dilakukan secara tatap
muka tanpa menggunakan telepon. Media sosial terutama
whastapp,hanya digunakan untuk menanyakan jadwal dan posisi
dosen pembimbing. Semua kesulitan dan pertanyaan selalu
disampaikan dan dijelaskan saat bimbingan tatap muka.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Setiap kali hendak bimbingan itu semua terjadi selalu tatap muka
tidak pernah via telepon. Kalau media sosial mungkin hanya
whatsaap untuk menanyakan pak punya posisi, waktu untuk datang
bimbingan. Sehingga setiap kesulitan yang saya hadapi, saya selalu
menyampaikan dan minta penjelasan ketika bimbingan tatap muka
berlangsung. (hasil wawancara bersama Anno via whastaap 24 juli
2023).

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa untuk mengevaluasi


efektifitas dari proses komunikasi interpersonal dalam penggunaan
media sesuai dengan teori komunikasi Devito yang bisa membantu
memastikan bahwa pesan yang disampaikan melalui media dapat
diterima dengan baik oleh penerima. Dosen pembimbing
menggunakan berbagai media, termasuk WhatsApp, Instagram,
Facebook, dan pertemuan langsung dalam proses bimbingan
mahasiswa.

Meskipun media sosial digunakan sebagai alternatif saat dosen


berada di luar kota atau sibuk, tatap muka dianggap lebih efektif
karena memungkinkan penyampaian informasi yang lebih jelas,
interaksi yang lebih baik, dan pertanyaan langsung. Mahasiswa
cenderung memilih pertemuan langsung meskipun kadang-kadang
mendapat kritik atau emosi, karena dianggap lebih baik untuk
pemahaman dan kemajuan mereka. Beberapa dosen memilih media
sosial untuk mengatur jadwal atau pertanyaan singkat, tetapi
preferensi umum adalah bimbingan tatap muka dalam rangka
memastikan komunikasi yang lebih baik.
3. Privasi

Sejauh mana mahasiswa merasa nyaman untuk membuka diri


dan membagikan ide-ide mereka kepada dosen pembimbing, atau
sejauh mana dosen memberian ruang privasi bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ide-ide mereka sendiri.
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan pertama diperoleh data yakni dosen pembimbing cenderung
memasukan ide-ide dalam penelitian mahasiswa, selama tidak
terlaluluas, terstruktur, dan masih berkaitan dengan tulisan. Fokus
pada mahasiswa dan memberikan kebebasan asal tetap terarah,
nyaman, dan sesuai dengan konteks penelitian.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Kalau saya lebih kepada ide-ide itu mau di masukan dalam
penelitiannya, sepanjang tidak terlalu luas atau tidak terlalu
melebar dari penelitiannya. Terus sepanjang itu juga masih
memiliki hubungan dengan tulisan dan terstruktur dan yang
pastinya lebih ke mahasiswanya jadi jangan sampai ide saya yang
lebih banyak di situ. Saya juga memberikan kebebasan kepada
mahasiswa asal terarah, nyaman dan nyambung”. (hasil
wawancara dengan Yosefina Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni
2023 yang bertempat di ruanganya).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa dalam bimbingan, mahasiswa terbuka memberikan
ide atau gagasan yang didukung oleh dosen pembimbing. Terdapat
keterbukaan untuk berdiskusi seputarpenelitian, menjadikan
bimbingan efektif tanpa memakan waktu terlalu lama.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Saya sudah sangat terbuka memberikan ide atau gagasan yang
baik dan tentunya diterima serta didukung oleh dosen pembimbing.
Kemudian dosen pembimbing juga terbuka memberikan pendapat
yang membangun. Dan ketika sedang melakukan bimbingan kami
juga berdiskusi seputaran penelitian saja jadi bimbingan juga tidak
terlalu lama”.(hasil wawancara saudara Isco).

Dari hasil wawancara dengan Dosen pembimbing sebagai


informan kedua diperoleh data yakni dalam bimbingan, dosen
pembimbing tidak membicarakan kendala mahasiswa antara satu
dengan yang lain atau terhadap dosen lainnya. Dosen pembimbing
memandang diri sebagai mentor bukan guru, membantu mahasiswa
sesuai dengan ilmu yang dosen pembimbing miliki dan memberikan
kebebasan privasi sebebas mungkin. Ide dalam bimbingan berasal dari
mahasiswa, sedangkan dosen pembimbing memberikan arahan dan
rambu jika diperlukan. Sejauhini, belum ada masalah yang muncul.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Yang pertama saya tidak pernah membicarakan kendala di
mahasiswa satu kemahasiswa lainnya juga terhadap dosen satu ke
yang lainnya. Saya juga selalu memperlakukan diri saya sebagai
mantor bukan sebagai guru, jadi mahasiswa punya pemikiran saya
bantu pemikirannya sesuai dengan ilmu yang saya punya atau ilmu
hukum yang ada. Dan sangat membuka ruang privasi sebebas-
bebasnya. Semua ide bimbingan itu dari mereka, saya cuman
memberikan rambu, misalnya jangan bahas soal ini tidak sesuai
dengan penelitian lebih baik dari sini-sini. Oleh karena itu sejauh
ini belum ada masalah”. (hasil wawancara dengan Cindy Cephanie
Manek, SH.,M.KN pada tanggal 11 juli 2023 di kantor notarisnya).
Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan kedua
menyatakan bahwa dalam komunikasi, mahasiswa kadang membahas
ide diluar penelitian dengan dosen pembimbing. Meskipun topiknya
telah selesai, terkadang pembicaraan melenceng ke pertanyaan lain.
Mahasiswa sangat terbuka mengenai apa yang terjadi dalam proses
penelitian, seperti yang mahasiswa ungkapkan kepada dosen
pembimbing, ujar Lia
. Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Ketika saya berkomunikasi menyampaikan ide saya ke dosen
pembimbing kadang bahas sampai di luar penelitian bukan karena
tidak mengerti tetapi yang di bahas tentang penelitian itu sudah
selesai tapi pertanyaan lain kadang melenceng. Saya juga sangat
terbuka tentang apa yang terjadi dengan saya kepada dosen
pembimbing saya ucap Lia”. (hasil wawancara bersama Lia via
whatsaap pada 18 juli 2023).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan ketiga


menyatakan bahwa saat melakukan bimbingan, mahasiswa bersikap
sangat terbuka karena merasa penting untuk memastikan ketrbukaan
kedepannya. Namun, mahasiswa selalu membatasi pembicaraan hanya
seputar topik penelitian dan tidak membahas hal di luar dari penelitian
itu sendiri.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“Ketika melakukan bimbingan saya sangat terbuka karena takut
juga kalau tidak terbuka kedepannya bagaimana, tetapi tidak
pernah membicarakan hal di luar dari peneltian jadi hanya
berbicara seputaran soal peneitian saja”. (hasil wawancara Ardy
yang bertempat di halaman depan kampus Universitas Nusa Nipa
pada tanggal 20 juli 2023)
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan ketiga diperoleh data yakni dalam bimbingan, dosen
pembimbing berupaya menciptakan kenyamanan dengan menjadi
pendengar. Dosen pembimbing sering memulai dengan mengajak
mahasiswa bercerita tentang pikiran mereka terkait judul penelitian,
sehingga mereka merasa dihargai dan nyaman.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Supaya membuat mereka merasa nyaman, dan itu biasanya saya
menjadi pendengar. Saya memulai kata dengan coba engkau
ceritakan kira-kira apa yang ada dalam pikiranmu sehinggah
engkau menulis dengan judul seperti ini,lalu kemudian mereka
menyampaikan apa yang ada dalam pikiran mereka. Kalimat lain
yang biasa saya gunakan adalah membuat mereka merasa di
perhatikan jadi mereka akan merasa nyaman”. (hasil wawancara
dengan Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM pada tanggal 12 juli
2023 bertempat di depan Fakultas Hukum).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan keempat


menyatakan bahwa yakni dalam bimbingan, komunikasi terbuka
antara mahasiswa dan dosen pembimbing sangat ditekankan. Ide yang
masuk akal dan sesuai dengan skripsi mendapat dukungan,
menciptakan suasana akrab untuk memperoleh komunikasi yang lebih
rileks.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Saya bersama dosen pembimbing ketika sedang melakukan
bimbingan kami berkomunikasi secara terbuka dan menyampaikan
sesuai dengan prosinya. Kalau soal ide yang masuk akal atau
sesuai yang dibutuhkan didalam skripsi maka didukung oleh dosen.
Ia juga menciptakan suasana yang akrab agar komunikasi lebih
rileks. (hasil wawancara bersama Anno via whastaap 24 juli 2023).

Berdasarkan teori De Vito yang membantu dalam memahami


pentingnya privasi dalam proses komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing. Dalam hal ini, peneliti dapat
menganalisis bagaimana mahasiswa dan dosen pembimbing
memperhatikan privasi satu sama lain, serta bagaimana hal ini
mempengaruhi ekfetivitas dari proses komunikasi interpersonal
tersebut. Sesuai dengan pernyataan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa bimbingan skripsi melibatkan keterbukaan dan interaksi yang
positif antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Dosen pembimbing
memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk memasukkan ide
dalam penelitian, fokus pada kenyamanan, dan memberikan arahan
tanpa menghilangkan kebebasan mahasiswa. Keterbukaan dalam
diskusi mengenai penelitian, meskipun terkadang melenceng ke topik
lain, dianggap sebagai bagian dari proses bimbingan yang efektif.

Dalam komunikasi, mahasiswa merasa penting untuk menjaga


keterbukaan, meskipun pembicaraan lebih terfokus pada topik
penelitian. Dosen pembimbing berupaya menciptakan kenyamanan
sebagai pendengar, memulai bimbingan dengan membuka ruang bagi
mahasiswa untuk berbagi pikiran mereka terkait judul penelitian.
Keseluruhan, terdapat penekanan pada komunikasi terbuka, dukungan
terhadap ide yang masuk akal, dan penciptaan suasana akrab dalam
proses bimbingan skripsi.

4. Efektivitas Komunikasi

Sejauh mana pesan yang disampaikan berhasil mencapai tujuan


komunikasi yang diinginkan. Dalam hal ini efektivitas komunikasi
antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penyususunan skripsi
baik dalam hal pemahaman tugas, pengembangan ide, maupun aspek
tekniks lainnya.
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan pertama diperoleh data yakni dalam menghadapi mahasiswa
yang memiliki tingkat pemahaman dan keaktifan yang berbeda dosen
pembimbing harus melakukan evaluasi agar dapat melihat komunikasi
yang terjalin sudah mengalami sudah keefektifan atau belum.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Mau tidak mau saya harus evaluasi diri karena masing-masing
mahasiswa itu memiliki kemampuan yang berbeda- beda, ada yang
rajinya minta ampun 1 minggu bisa datang terus, ada yang tunggu
1 bulan dulu baru datang lagi, kemudian ada yang cepat tanggap,
ada yang lama sekali, ada yang lumayanlah, ada yang malasnya
minta ampun untuk mengikuti arahan dari dosen pembimbing maka
saya sendiri harus menyesuaikan dengan itu. Kalau yang agak
susah tadi ya biasanya saya jelaskan harus pelan-pelan dan catatan
yang diberikan juga harus lebih detail”. (hasil wawancara dengan
Yosefina Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni 2023 yang bertempat
di ruanganya).
Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan pertama
menyatakan bahwa selama menjalani proses bimbingan diperoleh
pemahaman yang mendalam dari informasi yang disampaikan oleh
dosen pembimbing. Selain itu, dosen pembimbing aktif dalam
mengajukan pertanyaan untuk memastikan pemahamannya, dan
mendapat manfaat dari koreksi tulisan yang diberikan oleh dosen
pembimbing, yang berkontribusi pada penguasaan materi dan
keberhasilan dalam menjawab ujian proposal.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“sejauh ini saya sangat paham informasi yang ibu sampaikan,
kalau ada perbaikan saya langsung tanyakan sampai dengan saya
mengerti betul. Ibu juga mengkoreksi tulisan saya jauh lebih baik
sehinga waktu ujian proposal saya kemarin saya sangat menguasai
materi dan bisa menjawabnya. (hasil wawancara bersama isco
pada tanggal 10 juli 2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua diperoleh data yakni dalam menilai efektifitas
komunikasi dengan anak bimbingan, dosen pembimbing biasanya
mengukurnya dengan menanyakan apakah mereka memahami
informasi yang disampaikan dan meminta mereka memberikan
jawaban yang mengindikasikan pemahaman yang baik. Dosen
pembimbing juga memahami bahwa setiap mahasiswa memiliki
karakteristik yang berbeda, seperti mahasiswa yang pendiam dan yang
lebih aktif berbicara. Oleh karena itu, gaya komunikasi disesuaikan
dengan kebutuhan masing-mahasiswa. Contohnya kepada mahasiswa
pendiam, dosen pembimbing menjelaskan dengan lebih tenang sambil
menunjukan tulisannya, sementara kepada mahasiswa aktif kami lebih
sering berdiskusi. Salah satu mahasiswa aktif lia mungkin dapat
memberikan gambaran lebih lanjut tentang proses bimbingan selama
bersama .dengan dosen pembimbing sebagai informan.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Biasanya untuk melihat efektivitas komunikasi antara saya dan
anak bimbingan yaitu apa yang saya sampaikan mereka pahami,
jadi kalau saya mengukur biasanya saya tanya sudah mengerti?
menurut kamu Ini masuk tidak jawaban saya, atau coba bisa tidak
kalau ada pertanyaan yang begini bisa di jawab tidak, kalau bisa
berarti komunikasi yang saya berikan sudah efektif. Karakter
mahasiswa kan beda- beda, mahasiswa yang kalau di dalam
kelasnya itu lebih pendiam dengan mahasiswa yang lebih aktif
berbicara/ berargumen itu beda pemahamannnya. Gaya komunikasi
saya ke masing-masing mahasiswa juga berbeda, kalau murid yang
pendiam saya jelaskan sambil tunjuk ketulisannya, lebih tenang
sedangkan mereka yang aktif biasanya kita diskusi. Saya punya
salah satu mahasiswa yang aktif namanya lia, mungkin bisa di
tanyakan langsung kepada Lia bagaiamana prosese bimbingan
selama dengan saya”. (hasil wawancara dengan Cindy Cephanie
Manek, SH.,M.KN pada tanggal 11 juli 2023 di kantor notarisnya).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


menyatakan bahwa sebagai mahasiswa yang awalnya sangat segan
terhadap keberadaan dosen, pengalaman bersama dosen pembimbing
membuka peluang untuk berbicara, berdiskusi dan berargumen dengan
lebih nyaman. Dosen membimbing secara teliti memerikaa setiap
halaman skripsi, melakukan revisi dan dengan penuh perhtian
menuliskan perbaikan langsung dihalaman terkait.
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Saya adalah salah satu mahasiswa yang sangat segan akan
keberadaan dosen, tetapi saat bersama ibu cindy kami bisa
bercerita satu sama lain, berdiskusi, berargumen satu sama lain.
Ibu selalu memeriksa satu persatu halaman dari skripsi saya
kemudian merevisi dan menuliskan revisi dihalaman tersebut”.
(hasil wawancara bersama Lia via whatsaap pada 18 juli 2023).

Sedikit berbeda dari pernyataan sebelumnya dari segi keaktifan


untuk melakukan bimbingan narasumber lainnya yakni mahasiswa
sebagai informan ketiga menyatakan bahwa ketika datang untuk
bimbingan setiap bulan terkadang agak lupa dan kurang
mempersiapkan diri dengan baik. Namun dosen pembimbing selalu
menjelaskan dan menyampaikan informasi dengan penuh kesabaran,
seringkali sambil menunjukan dengan tenang agar dapat
menangkapnya dengan baik meskipun persiapan kurang optimal.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“pernah waktu itu saya 1 bulan sekali datang bimbingan,pastinya
saya sudah agak lupa-lupa dan kurang mempersiapkan diri dengan
baik untuk datang bimbingan namun ibu menjelaskan dan
penyampaikan informasi sambil tunjuk dengan lebih tenang agar
saya bisa menangkapnya dengan baik” (hasil wawancara Ardy
yang bertempat di halaman depan kampus Universitas Nusa Nipa
pada tanggal 20 juli 2023)

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga diperoleh data yakni dalam praktik membimbing
anak-anak, dosen pembimbing sering menanyakan kembali pada akhir
sesi atau saat melakukan perbaikan apakah ada hal yang belum
mereka mengerti dari penjelasan sebelumnya. Pertanyaan ini bertujuan
untuk memastikan efektivitas komunikasi dosen pembimbing dengan
mahasiwa dengan harapan jika ada hal yang belum dipahami mereka
akan bertanya sehingga dosen pembimbing dapat memberikan
penjelasan tambahan dengan mengubah kata dan kalimat atau
memberikan contoh-contoh sederhana untuk memudahkan
pemahaman.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Kalau tanda- tanda komunikasi yang selama ini dalam praktek
ketika saya membimbing anak- anak itu biasanya pada akhir
bimbingan atau pada bagian perbaikan saya selalu menanyakan
kembali dari penjelasan tadi ada atau tidak adakah hal- hal yang
masih belum di mengerti, pertanyaan itu untuk apa untuk
memastikan komunikasi saya dengan dia efektif atau tidak ketika
saya membuka pertanyaan itu harapan saya adalah ketika ada hal-
hal yang saya jelaskan belum dia mengerti dia akan bertanya
kemudian saya akan menjelaskan lagi dengan merubah kata dan
kalimat sehingga membuat dia lebih cepat mengerti, atau membuat
contoh-contoh sederhana supaya dia paham apa yang saya
maksud”. (hasil wawancara dengan Alfonsus Hilarius Ase,
SH.M.HUM pada tanggal 12 juli 2023 bertempat di depan Fakultas
Hukum).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan keempat


diperoleh data yakni selama bimbingan, dosen selalu memberikan
masukan dan solusi yang membantu. Mahasiswa bisa menyampaikan
tapa rasa takut, karena jika ada kekurangan dosen pembimbing
akanmemberikan koreksi dan petunjuk tentang hal-hal yang
seharusnya dicakup dalam skripsi. Meskipun kurang aktif dan sibuk
dengan urusan luar komunikasi efektif bersama dosen pembimbing
telah terjaga. Keterlambatan dalam pengerjaan skripsi mengakibatkan
mahasiswa tersebut berada di semester 11 saat ini.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Selama bimbingan beliau selalu memberikan masukan dan
memberikan jalan keluarnya. Saya menyampaikan saja tanpa ada
rasa takut, apabila kurang atau tidak sesuai nanti pak yang
mengkoreksi dan menyampaikan hal yang seharusnya dituliskan
didalam skripsi. Sejauh ini efektivitas komunikasi ang terjadi antara
saya dan beliau efekftif, saya yang kurang aktf terlalu sibuk dengan
urusan luar sehingga lambat dalam pengerjaan skripsi sehingga
mengakibatkan saya berada di semester 11 ini”. (hasil wawancara
bersama Anno via whastaap 24 juli 2023).
Salah satu aspek penting dari teori De Vito adalah efektivitas
komunikasi. Dari hasil penjelasan diatas ketiga dosen memiliki cara
yang hampir sama dalam menghadapi keperbedaan dari anak
bimbingan masing-masing, dari yang aktif dan yang kurang aktif
bahkan tidak aktif sama sekali. Dan efektivitas komunikasi yang
terjadi di antara dosen dan anak bimbinganya berdasarkan hasil
wawancara di atas adalah efektif adanya, mahasiswa memahami
informasi yang di sampaikan oleh dosen pembimbingnya. Dosen
pembimbing juga berusaha agar pesan yang di sampaikan bisa di
mengerti oleh mahasiswa bimbingan

Komunikasi interpersonal yang terjadi antara dosen pembimbing


skripsi dengan mahasiswa tentu memiliki tujuan. Dalam hal ini, tujuan
komunikasi mereka adalah menyampaikan berbagai informasi yang
dapat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi dengan baik
dan benar. Dengan komunikasi interpersonal yang terjalin baik antara
dosen dengan mahasiswa, maka akan membantu tercapainya tujuan
tersebut. Dosen pembimbing menghadapi variasi tingkat pemahaman
dan keaktifan mahasiswa dengan melakukan evaluasi terhadap
efektivitas komunikasi.

Dosen pembimbing berperan aktif dalam memberikan


pemahaman mendalam melalui pertanyaan, koreksi tulisan, dan
penyesuaian gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik mahasiswa.
Mahasiswa mengalami perkembangan dalam berkomunikasi dengan
dosen pembimbing, terbuka untuk berbicara, berdiskusi, dan
berargumen dengan lebih nyaman. Meskipun ada keterlambatan dalam
pengerjaan skripsi, komunikasi efektif dengan dosen pembimbing
tetap terjaga melalui pemberian masukan, koreksi, dan solusi yang
membantu. Evaluasi efektivitas komunikasi dilakukan melalui
pertanyaan kembali pada akhir sesi untuk memastikan pemahaman
mahasiswa, dan dosen pembimbing berusaha memberikan penjelasan
tambahan jika diperlukan.

4.2.2. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Teori komunikas menekan pentingnya efektivitas dalam


komunikasi interpersonal. Teori ini dapat membantu mahasiswa dan
dosen pembimbing dapat berkomunikasi dengan lebih efektif dalam
penyususnan skripsi. Mengacu pada substansi dsar komunikasi yang
dikemukakan oleh Berlo(1960), Rogers dan Shoemoker(1996), bahwa
faktor-faktor yang menentukan efektivitas komunikasi adalah sumber,
pesan, saluran, penerima, konteks, dan efek.
1. Sumber (Source)
Sumber merujuk pada orang atau kelompok yang
menghasilakan pesan. Kemampuan sumber dalam mengirimkan pesan
dengan jelas dan akurat sangat penting dalam mencapai efektifitas
komunikasi. Sumber yang kredibel dan mempunyai otoritas dalam
bidangnya, dapat mempengaruhi penerima untuk menerima pesan
dengan baik.

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan pertama diperoleh data yakni dosen pembimbing biasanya
meminta waktu selama 2/3 hari untuk mempelajari materi. Dosen
pembimbing juga biasanya membaca tulisannya secara perlahan dan
mencari data yang mungkin tidak ditrmukan oleh mahasiswa. Jika
ada, dosen pembimbing mencari dan kemudian menyampaikan
sumbernya. Penelitian mahasiswa sering kali terkait dengan peratutran
perundang-undangan sehingga dosen pembimbing mendowload
peraturan tersebut dan menyimpannya dalam folder terpisah
berdasarkan mahasiswa yang bersangkutan. Cara ini membantu
mengelola informasi tanpa harus mengingat satu persatu.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Saya biasanya meminta waktu untuk dipelajari dulu 2/3 hari, saya
baca pelan-pelan tulisannya, lalu saya mencari misalnya ada data
yang saya suruh dia cari 2 kali tapi tidak menemukan nah, itu saya
cari lalu kemudian saya sampaikan sumbernya. Penelitian
mahasiswa Ini banyak terkait dengan peraturan perundang –
undangan, biasanya saya mendawload peraturan itu saya simpan
ke satu folder ini punyanya si a, ini punyanya si b dan seterusnya.
Karena saya tidak bisa mengingatnya satu persatu jadi saya buat
cara seperti itu”. (hasil wawancara dengan Yosefina Daku, SH,
MH pada tanggal 20 juni 2023 yang bertempat di ruanganya).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa pada saat bimbingan mahasiswa diminta
membawa proposal lalu dosen pembimbing membacanya dan
memberikan perbaikan serta sumber referensi untuk penyempurnaan
penelitian pada pertemuan berikutnya.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Jadi pernah waktu itu saya datang bimbingan lalu kemudian ibu
meminta proposal saya untuk dibaca dan di bawah pulang.
Kemudian pertemuan kali berikutnya ibu mulai menunjukan yang
salah dan yang harus diperbaiki serta memberi sumber lainya yang
bisa saya lihat untuk penyempurnaan penelitian saya”. (hasil
wawancara bersama isco pada tanggal 10 juli 2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua diperoleh data yakni saat janjian untuk bimbingan
dosen pembimbing selalu meriview materi sebelumnya agar lebih siap
dan memahami topik yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Biasanya saya janjian untuk melakukan bimbingan, jadi sebelum
bimbingan berlangsung saya sudah melihat kembali terakhir apa
yang kita bahas di pertemuan kemarin jadi saya belajar lagi
mereka punya materi”. (hasil wawancara dengan Cindy Cephanie
Manek, SH.,M.KN pada tanggal 11 juli 2023 di kantor notarisnya).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


dan ketiga menyatakan bahwa setelah pertemuan doen pembimbing
tidak memerlukan waktu lama untuk mempersiapkan diri sehingga
kedua mahasiswa tersebut dapat langsung berfokus pada pembelajaran
dan mencari jawaban. Komunikasipun berlangsung dengan baik
karena persiapan yang dilakukan, membuat diskusi menjadi lancar dan
efektif
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Setelah bertemu biasanya ibu tidak membutuhkan waktu lama lagi
untuk perpikir karena mungkin sudah ada persiapan. Kami pun ikut
belajar membaca lagi mencari jawaban, jadi pada saat komunikasi
berlangsung benar- benar nyambung dan diskusinya berjalan
dengan baik”. (hasil wawancara bersama Lia via whatsaap pada
18 juli 2023).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga diperoleh data yakni sebagai dosen pembimbing,
tidak perlu strategi khusus. Mahasiswa sering menganggap dosen tahu
segalanya, maka dosen pembimbing perlu siap dengan membaca buku
dan mencari literatur terkait penelitian mahasiswa. Ini membantu
menyediakan referensi untuk kesempurnaan penelitian yang ditulis.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“Sebagai dosen tidak perlu ada strategi khusus untuk membimbing
mahasiswa. Dalam pemikiran mahasiswa dosen itu adalah orang
yang tau segalanya maka agar ekspetasi mahasiswa terhadap dosen
itu tidak menimang, kami sebagai dosen pembimbing ya harus
menyiapkan diri salah satunya dengan membaca buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian yang dibuat atau mencari
literature-literatur yang kemudian dari literature itu bisa jadi
refrensi unt uk mahasiswa bersangkutan untuk kesempurnaan
penelitian yang di tulis”. (hasil wawancara Ardy yang bertempat di
halaman depan kampus Universitas Nusa Nipa pada tanggal 20 juli
2023)

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan keempat


menyatakan bahwa saat bimbingan mahasiswa hanya membawa
proposal dan perbaikan dari dosen pembimbing tanpa bpersiapan
tambahan. Mahasiswa mengandalkan dosen untuk mendapatkan
jawaban dan referensi yang relevan. Dosen memberikan literature
sebagai referensi untuk menyempurnakan skipsi yang dibuat.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Ketika saya datang bimbingan saya hanya membawah proposal
saya yang lama dan perbaikan yang di suruh oleh dosen
pembimbing, tidak ada persiapan apa-apa seperti mencari jawaban
atau refrensi yang relevan dengan penelitian saya. Mungkin karena
saya berpikir semua itu akan saya dapatkan dari dosen
pembimbing. Beliau memberikan memberikan literature yang bisa
saya jadikan refrensi untuk penyempurnaan skripsi yang saya
buat”. (hasil wawancara dengan Alfonsus Hilarius Ase,
SH.M.HUM pada tanggal 12 juli 2023 bertempat di depan Fakultas
Hukum).

Dari pernyataan di atas pada bagian sumber ini peneliti melihat


bahwa dosen pembimbing memiliki peran yang aktif dalam
membimbing mahasiswa, termasuk mempelajari materi, mencari
referensi, dan memberikan perbaikan serta literatur yang relevan.
Dosen pembimbing juga melakukan persiapan sebelum pertemuan,
yang membantu menjadikan bimbingan lebih efektif.

Mahasiswa cenderung mengandalkan dosen untuk mendapatkan


jawaban dan referensi yang diperlukan dalam penyusunan penelitian
mereka. Pernyataan diatas sesuai dengan landasan teori Berlo yang
mempengaruhi sumber dalam model komunikasi Berlo yaitu
keterampilan komunikasi, sikap, penegetahuan, system sosial dan
budaya.

2. Pesan (Message)
Informasi yang ingin disampaikan oleh sumber kepada
penerima, pesan yang disampaikan dengan jelas dan sesuai dengan
maksud sumber, sehingga dapat di mengerti oleh penerima.
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan pertma diperoleh data yakni dosen pembimbing
menyampaikan informasi seputar penelitian kepada mahasiswa.
Dalam memberikan pesan dosen pembimbing berusaha memilih
perlakuan dan bahasa yang tidak berlebihan agar tidak menghambat
komunikasi dan memastikan pemahaman yang baik dari mahasiswa.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Informasi yang saya sampaikan kepada mahasiswa seputaran
tentang penelitian yang dibuat. Ketika saya memberikan pesan
kepada mahasiswa sebisa mungkin perlakuan, bahasa, tidak
berlebihan karena justru akan menghambat jalanya komunikasi dan
pesan yang diberikan dapat memberikan efek umpan balik untuk
mahasiswa. Dengan begitu penyampaian pesan maupun informasi
dapat di mengerti dengan baik”. (hasil wawancara dengan Yosefina
Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni 2023 yang bertempat di
ruanganya)

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa mahasiswa dengan baik memahami pesan atau
informasi yang disampaikan oleh dosen pembimbing. Watak yang
tegas membuat mahasiwa fokus dan teliti selama bimbingan, sehingga
pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Penyampaian pesan atau informasi yang diberikan dosen
pembimbing kepada saya benar-benar saya pahami dengan baik.
Wataknya yang tegas membuat saya ketika sedang melakukan
bimbingan bersama beliau focus dan teliti sehingga bisa memahami
isi pesan yang di sampaikan”. (hasil wawancara bersama isco pada
tanggal 10 juli 2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua diperoleh data yakni saat menyampaikan pesan dosen
pembimbing memperhatikan kode pesan seperti bahasa tubuh dan
gestur. Kualitas pesan tergantung pada seberapa baik kode pesan
digunakan. Pesan menjadi jelas jika kode-kode pesan optimal,
sebaliknya, kode pesan yang kurang baik dapat menyebakan
kesalahpahaman.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Ketika saya menyampaikan pesan atau informasi merujuk pada
kode pesan dalam artian bagaiamana pesan yang saya berikan
misalnya bahasa tubuh, gestur dan lain sebagainya. Melalu kode-
kode saya memberikan pesan, pesan akan sangat jelas apabila
kode-kode pesan sangat baik sebaliknya, kode pesan yang tidak
baik dapat menimnulkan misinterpretasi”. (hasil wawancara
dengan Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN pada tanggal 11 juli
2023 di kantor notarisnya).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


menyatakan bahwa dalam bimbingan, dosen pembimbing
menyampaikan pesan dengan sante dan jelas. Mahasiswa menafsirkan
pesan sesuai pemahaman, menjadikan bimbingan lebih bersifat diskusi
untuk saling menyampaikan informasi antara keduanya.
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Saat sedang melakukan bimbingan bersama saya, dosen
pembimbing memberikan pesan atau informasi dengan santai,
pesan yang disampaikan juga begitu jelas. Dan saya menafsirkan
pesan yang diberikan sesuai dengan pemahaman saya sendiri. Oleh
karena itu setiap kali bimbingan kami lebih ke berdiskusi,
menyampaikan pesan atau informasi baik dari dosen pembimbing
maupaun dari saya”. (hasil wawancara bersama Lia via whatsaap
pada 18 juli 2023).

Narasumber lainya yakni mahasiswa sebagai informan ketiga


menyatakan bahwa penyampaian pesan dosen pembimbing saat
bimbingan berdampak pada keefektifan pesan. Gaya tubuh dan gestur
yang tenang, serta penjelasan yang diulang dengan pelan, membuat
mahasiswa mampu dengan baik menerima dan memahami pesan yang
disampaikan.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“Penyampaian pesan atau informasi yang dosen pembimbing
lakukan pada saat bimbingan berlangsung berdampak pada
keefektifan sebuah pesan. Pesan yang diberikan dapat di terima
baik oleh saya. Bagaiamana belia memposisikan diri dengan gaya
tubuh, gestur yang lebih tenang dan menjelaskanya berulang-ulang
kali dengan pelan agar bisa dimengerti”. (hasil wawancara Ardy
yang bertempat di halaman depan kampus Universitas Nusa Nipa
pada tanggal 20 juli 2023).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga diperoleh data yakni dosen pembimbing
menyampaikan pesan pada mahasiswa dengan memberikan koreksi
dan pentunjuk untuk memperbaiki tulisan mahasiswa. Pada pertemuan
berikutnya, mahasiswa membawa versi yang belum dan yang sudah
diperbaiki. Dosen pembimbing menyuruh mahasiswa membawah
keduanya untuk membandingkan, memastikan pesan dan pentunjuk
telah diimplementasikan dengan baik. Ketika berada diluar kota,
dosen mengirimkan pesan via whatsapp dan memberi catatan di dalam
file PDF untuk memastikan pesan tersampaikan dengan jelas.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Pesan atau informasi yang ingin saya sampaikan pada mahasiswa
itu ya terletak pada dimna saya mengkoreksi dan menyuruh mereka
memperbaiki hasil tulisan yang dibuat, lalu kemudian pada saat
bimbingan berikutnya mereka membawah yang belum diperbaiki
dan yang sudah di perbaiki. Mengapa saya menyuruh mereka
membawah keduanya untuk membandingkan, mengecek pesan
yang saya sampaikan itu sudah di lakukan atau belum, sudah
dimengerti dengan baik oleh mahasiswa belum. Hal ini juga
berlaku ketika saya berada di luar kota mengirimkan via wa lalu
saya beri catatan di dalam file pdf tersebut”. (hasil wawancara
dengan Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM pada tanggal 12 juli
2023 bertempat di depan Fakultas Hukum).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan


keempat menyatakan bahwa mahasiswa lebih suka melakukan
bimbingan langsung dengan dosen pembimbing untuk memastikan
pesan tersampikan dengan baik. Mahasiswa hanya menggunakan
media untuk menanyakan keberadaan dosen pembimbing, tetapi jika
respons lambat, mahasiswa memilih datang secara langsung ke
kampus untuk bertemu.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Selama bimbingan dosen pembimbing selalu memberikan
masukan untuk penyempurnaan penelitian yang saya tulis. Pesan
atau informasi biasanya diberikan pada catatan yang di tulis di
dalam lembar proposal skrpsi. Penyampaian pesan atau informasi
juga di lakukan dengan bahasa yang mudah untuk saya pahami”.
(hasil wawancara bersama Anno via whastaap 24 juli 2023).

Berdasarkan hasil wawancara pada pesan menurut Berlo,


Peneliti menyimpulkan bahwa dosen pembimbing memiliki kesadaran
akan pentingnya penyampaian pesan yang efektif kepada mahasiswa.
Dalam komunikasi, dosen memilih perlakuan dan bahasa yang tidak
berlebihan untuk memastikan pemahaman yang baik dari mahasiswa.
Kepribadian tegas dosen membantu mahasiswa fokus dan teliti selama
bimbingan, sehingga pesan disampaikan dengan baik.Dosen
pembimbing juga memperhatikan kode pesan seperti bahasa tubuh dan
gestur, karena kualitas pesan tergantung pada penggunaan kode pesan
yang optimal. Penyampaian pesan dilakukan dengan santai dan jelas,
menjadikan bimbingan lebih bersifat diskusi untuk saling
menyampaikan informasi.

Gaya tubuh yang tenang dan penjelasan yang diulang dengan


pelan berdampak pada keefektifan pesan. Dosen pembimbing
memberikan koreksi dan petunjuk pada mahasiswa, memastikan pesan
dan petunjuk diimplementasikan dengan baik, bahkan ketika berada
diluar kota menggunakan media sosial seperti WhatsApp untuk
memastikan pesan tersampaikan dengan jelas. Meskipun mahasiswa
menggunakan media untuk menanyakan keberadaan dosen
pembimbing, mereka lebih suka bimbingan langsung untuk
memastikan pesan tersampaikan dengan baik.

3. Saluran (Channel)
Media atau cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
sumber ke penerima.
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan pertama diperoleh data yakni dosen pembimbing
menyampaikan pesan atau informasi kepada anak bimbingan melalui
whatsapp, dengan jadwal yang disusun sesuai urusan difakultas.
Jadwal bimbingan di-share digrup atau secara pribadi, memudahkan
mereka datang sesuai jadwal. Menurut wawancara dengan saudara
isco, dosen memberikan jadwal bimbingan melalui whatsapp grup,
sementara sisannya dilakukan secara langsung.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Saluran yang biasa saya gunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi untuk anak bimbingan yaitu menggunakan aplikasi
WhatsApp. Semua jadwal yang saya susun sesuai dengan jam
kuliah dan urusan saya di fakultasdan biasanya terjadi di pagi hari
kemudian lanjud sore harinya. Dan itu saya sherekan di wa baik
grup maupun secara pribadi sehingga mereka bisa datang sesuai
jadwal yang sudah ditentukan”. (hasil wawancara dengan Yosefina
Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni 2023 yang bertempat di
ruanganya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa dosen pembimbing memberikan jadwal bimbingan
3 kali seminggu melalui whatsapp grup, sisanya dilakukan secara
langsung.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Dosen pembimbing hanya memberikan jadwal untuk datang
bimbingan 1 minggu 3 kali pertemuan dan itu di sherekan di grup
whatsaap. Selebihnya kami melakukan bimbingan secara
langsung”. (hasil wawancara bersama isco pada tanggal 10 juli
2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua diperoleh data yakni dosen pembimbing merespon
bimbingan melalui berbagai saluran media sesuai preferensi
mahasiswa. Untuk janjian bertemu, biasanya menggunakan whastapp.
Media ini praktis saat saya sibuk dan tidak dapat bertemu secara
langsung untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Kalau saya bebas dari mahasiswa mau bimbingan lewat saluran
media yang mana, saya akan tetap merespon. Sedangkan untuk
penyampaian pesan seperti janjian untuk bertemu biasanya
menggunakan media WhastApp. Media itu juga sering saya
gunakan apa bila saya sedang dalam keadaan sibuk dan tidak bisa
bertemu dengan mahasiswa untuk menyampaikan pesan atau
informasi secara langsung”. (hasil wawancara dengan Cindy
Cephanie Manek, SH.,M.KN pada tanggal 11 juli 2023 di kantor
notarisnya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


menyatakan bahwa mahasiswa biasanya menghubungi dosen
pembimbing melalui whatsapp untuk menanyakan jadwal bimbingan,
dan pertemuan biasanya dilakukan di kantor dosen pembimbing.
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Saya biasanya menghubungi ibu lewat whastapp untuk
menanyakan schaedule bimbingan dan biasanya bertemu di
kantornya ibu”. (hasil wawancara bersama Lia via whatsaap pada
18 juli 2023).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan ketiga


menyatakan bahwa mahasiswa pernah melakukan bimbingan melaui
whatsapp dengan dosen pembimbing saat berada di luar maumere,
namun pengelaman tersebut tidak seefektif seperti bimbingan secara
langsung.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“Waktu itu saya pernah melakukan bimbingan bersama dosen
pembimbing melalu whastapp di karenakan saya sedang berada di
luar maumere, namun tidak seefektif saat bimbingan secara
langsung”. (hasil wawancara Ardy yang bertempat di halaman
depan kampus Universitas Nusa Nipa pada tanggal 20 juli 2023).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga diperoleh data yakni saat menyampaikan pesan atau
informasi, dosen pembimbing biasanya menggunakan whatsapp
telepon. Namun, kendala seperti koneksi internet terputus atau
jaringan yang hilang sering terjadi. Penggunaan media ini terutama
saat dosen pembimbing sedang diluar kota. Namun, cara penyampaian
pesan yang paling sering dilakukan adalah berhadapan langsung.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Saat menyampaikan pesan atau informasi biasanya saya
menggunakan media whastaap telfon. Menggunakan media tersebut
rata-rata mengalami kendala seperti koneksi internet terjeda,
jaringan yang menghilang bahkan tidak ada baik dari pihak dosen
ataupun mahasiswa. Penggunaan media biasanya terjadi ketika
saya sedang ada tugas di luar kota. Kalau cara penyampaian pesan
yang paling sering dilakukan adalah berhadapan langsung”. (hasil
wawancara dengan Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM pada
tanggal 12 juli 2023 bertempat di depan Fakultas Hukum).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan


keempat menyatakan bahwa mahasiswa cenderung melakukan
bimbingan langsung dengan dosen pembimbing karena mahasiswa
merasa pesan lebih efektif tersampaikan secara langsung. Mahasiswa
menggunakan media hanya untuk menanyakan keberadaan dosen
pembimbing, tetapi jika respons lambat, mahasiswa memilih datang
langsung ke kampus untuk betemu.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Selama ini saya melakukan bimbingan bersama dosen
pembimbing secara langsung, saya lebih senang berhadapan
langsung dengan bapak agar pesan lebih tersampaikan.
Penggunaan media saya gunakan hanya untuk menanyakan
keberadaan dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan, namun
terkadang dosen pembimbing slow respon oleh sebab itu saya
langsung datang ke kampus dan menemui dosen pembimbing
tersebut”. (hasil wawancara bersama Anno via whastaap 24 juli
2023).

Dari pernyataan diatas peneliti menyimpulkan elemen ketiga


pada teori berlo yaitu saluran ini sama dengan penggunaan media pada
teori De Vito yang kedua. Dimana para dosen pembimbing
menggunakan berbagai saluran media, terutama WhatsApp, untuk
menyampaikan jadwal bimbingan dan informasi kepada mahasiswa.
Jadwal bimbingan sering dibagikan melalui grup WhatsApp,
memudahkan mahasiswa untuk datang sesuai jadwal. Respon dosen
pembimbing terhadap bimbingan melalui media sosial bergantung
pada preferensi mahasiswa, dan pertemuan secara langsung di kantor
dosen pembimbing masih menjadi pilihan umum.

Meskipun bimbingan melalui WhatsApp dilakukan saat dosen


pembimbing berada di luar kota, pengalaman tersebut tidak seefektif
seperti bimbingan langsung. Mahasiswa cenderung memilih
bimbingan langsung karena merasa pesan lebih efektif tersampaikan
secara langsung, dan media digunakan terutama untuk pertanyaan
mengenai jadwal atau keberadaan dosen pembimbing.

4. Penerima (Receiver)

Merujuk pada orang atau kelompok yang menerima pesan dari


sumber, harus dapat memahami dan merespon pesan dengan baik.

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan pertama diperoleh data yakni saat bimbingan, jika
mahasiswa tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik, maka akan
disuruh pulang untuk mempelajari materi. Sambil itu, dosen
pembimbing memberikan penjelasan yang benar. Jika pada pertemuan
berikutnya mahasiswa dapat menjawab tanpa ragu, maka mahasiswa
tersebut sudah menerima pesan dengan baik.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Ketika melakukasn bimbingan kemudian saya bertanya dan dia
tidak bisa menjawabnya dengan baik maka saya suruh dia pulang,
pelajari sambil saya memberikan penjelasan yang benar tentang
pertanyaan yang saya kasih kasih. Kali berikutnya ketika datang
bimbingan dan saya mulai bertanya lagi kalau sudah bisa
menjawab dengan baik tanpa dipikir dulu berarti saya rasa dia
sudah menerima pesan dari saya dengan baik”. (hasil wawancara
dengan Yosefina Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni 2023 yang
bertempat di ruanganya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa awalnya, mahasiswa merasa takut menjawab dan
menyampaikan ketidakpahaman saat bimbingan. Namun, setelah
beberapa pertemuan, mahasiswa datang dengan kesiapan dan bisa
langsung menjawab serta merespons pejelasan dosen dengan baik.
Hasilnya, berhasil menyelesaikan ujian proposal dengan baik.

Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan


pertama:
“Mungkin hanya awal bimbingan saja yang masih takut untuk
menjawab, menyampaikan hal yang saya kurang paham. Setelah
bimbingan berikut-berikutnya saya datang bimbingan dengan
kesiapan, ketika di tanya saya langsung menjawab, apa yang ibu
terangkan juga saya dapat memahami dan meresponsnya dengan
baik okeh karena itu saya sudah menyelesaikan ujian proposal
saya dengan baik ujar Isco”. (hasil wawancara bersama isco pada
tanggal 10 juli 2023 via whastapp).
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan kedua diperoleh data yakni dosen pembimbing menanyakan
kepada mahasiswa contoh pertanyaan seperti “apa?”, dan jika mereka
dapat menjawab serta mempertanggungjawabkan jawaban mereka,
maka dianggap mahasiswa sudah memahami pesan yang saya
sampaikan.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Ya yang pastinya saya tanyakan kepada mahasiswa yang
bersangkutan misalnya contoh kalau pertanyaannya begini
jawabanya apa?, kalau dia sudah bisa menjawab, sudah bisa
mempertanggungjawbkan yang dia katakan berarti saya anggap dia
sudah paham pesan yang saya sampaikan”. (hasil wawancara
dengan Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN pada tanggal 11 juli
2023 di kantor notarisnya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


menyatakan bahwa ibu selalau menciptakan suasana akrab dengan
anak bimbingannya, sehingga dalam menyampaikan pesan seperti
mengobrol atau berdebat, mahasiswa dengan cepat menangkap
arahan,koreksi, dan informasi yang diberikan.

Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan


kedua:
“Ibu selalu bisa menciptakan suasana yang akrab dengan anak
bimbinganya. Jadi ketika dia menyampaikan pesan kami seperti
mengobrol bahkan berdebat, saya juga cepat menagkap arahan,
koreksi, informasi yang di berikan dengan baik”. (hasil wawancara
bersama Lia via whatsaap pada 18 juli 2023).
Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan ketiga
menyatakan bahwa meskipun tidak secepat yang lain menangkap
pesan, dengan memberikan contoh kongreat, penyampaian yang pelan,
dan menunjukan areah perubahan beserta alasanya oleh dosen
pembimbing sehingga dapat menerima informasi dengan baik.

Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan


ketiga:
“Walaupun saya tidak secepat yang lain dalam menangkap pesan
yang di sampaikan ibu, tetapi dengan memberikan contoh- contoh
kongrit, menyampaikan secara pelan- pelan, di tunjuk yang mana
yang harus di rubah disertakan dengan alasanya, saya jadi dapat
menerima informasi yang disampaikan itu dengan baik”. (hasil
wawancara Ardy yang bertempat di halaman depan kampus
Universitas Nusa Nipa pada tanggal 20 juli 2023)

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga diperoleh data yakni dosen pembimbing melihat
bahwa mahasiswa telah menerima pesan yang di sampaikan melalui
perbaikan yang dilakukan. Jika perbaikan dilakukan sesuai dengan
intruksi itu menandakan pemahaman maksud, tujuan, dan pesan yang
diberikan. Dosen pembimbing berharap mahasiswa dapat terampil
dalam mencermati pesan-pesan dari pembimbing skripsi mengenai
bimbingan dan perbaikan.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Saya menanggap mahasiswa sudah menerima pesan yang saya
sampaikan itu melalui perbaikan yang dilakukan. Jika perbaikan di
lakukan sesuai dengan yang disampaikan berarti mereka sudah
memahami maksud dan tujuan serta pesan yang saya berikan.
Karena saya berharap mahasiswa bisa terampil mencermati pesan-
pesan yang di sampaikan pembimbing skripsi mengenai bimbingan
an perbaikan”. (hasil wawancara dengan Alfonsus Hilarius Ase,
SH.M.HUM pada tanggal 12 juli 2023 bertempat di depan Fakultas
Hukum).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan


keempat menyatakan bahwa dosen pembimbing sering memberikan
pesan atau informasi dengan baik. Mahasiswa selalu terbuka dan jujur;
jika saya belum memahaminya saya akan bertanya ulang dan berusaha
memahami perspektif dosen pembimbing, serta memberikan wawasan
dari sudut pandang saya sendiri.

Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan


keempat:
“Dosen pembimbing sering memberikan pesan atau informasi
dengan baik, dan saya selalu terbuka dan jujur jika saya belum bisa
menerima dengan baik saya akan menanyakan ulang tentang pesan
yang beliau sampaikan dan berusaha memahami perspektif mereka
dan memberikan wawasan menurut saya sendiri”. (hasil
wawancara bersama Anno via whastaap 24 juli 2023).

Pada pernyataan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan


bahwah penerima pesan (mahasiswa) adalah pihak yang ,menjadi
sasaran pesan yang diberikan oleh sumber atau komunikator (dosen
pembimbing). Sesuai pernyataan Berlo yang menekan bahwa
efektivitas komunikasi tidak hanya tergantung pada kemampuan
sumber, tetapi juga pada kemampuan penerima untuk memahami dan
merespon pesan yang di terima. Penerima harus mampu memahami
dan menjelaskan pesan yang di berikan oleh sumber (dosen
pembimbing) serta memberikan feedback atau tanggapan terhadap
pesan tersebut. Selain itu, kemampuan penerima dalam berkomunikasi
secara efektif juga dapat mempengaruhi perannya dalam proses
komunikasi. Komunikasi yang efektif mengharuskan sumber dan
penerima untuk mampu menyampaikan pesan secara akurat dan
memberikan umpan balik untuk memastikan bahwa pesan dipahami
dengan benar.

5. Konteks (Context)
Merajuk pada situasi atau kondisi dimana komunikasi terjadi
yang meliputi faktor seperti waktu, tempat, budaya, dan lingkungan
sosial
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan pertama diperoleh data yakni ketika melakukan bimbingan,
dosen pembimbing menghadapi situasi komunikasi yang melibatkan
faktor waktu. Penjadwalan dilakukan secara spesifik dengan ja,
tempat, dan lingkungan yang telah di tentuka. Komunikasi harus
diperhatikan agar bahasa dan informasi yang disampaikan sesuai
dengan keadan lingkungan yang telah diatur.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Kalau saya ketika melakukan bimbingan situasi komunikasi yang
terjadi salah satunya meliput i faktor waktu. Jadi ketika saya
memberikan jadwal itu otomatis langsung dengan jamnya,
tempatnya, lingkunganya jadi semuanya sudah terarah dan dengan
sendirinya. Dan komunikasi yang terjadi juga harus memperhatikan
agar bahasa dan informasi yang disampaikan sesuai dengan
keadaan lingkungan tersebut”. (hasil wawancara dengan Yosefina
Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni 2023 yang bertempat di
ruanganya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa selama bimbingan saya selalu mengikuti jadwal
yang ditentukan oleh dosen pembimbing dikampus. Suasana yang
akrab dilingkungan kampus membuat saya merasa lebih tenang
selama bimbingan. Terlebih lagi ruangan dosen pembimbing terpisah
dari dosen-dosen lain memberikan keleluasaan untuk mendengarkan
dan menjawab seputar penelitian yang saya lakukan.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Selama bimbingan ini berlangsung biasanya saya selalu
melakukan bimbingan di kampus, sesuai dengan jadwal yang
sudah di tentukan oleh dosen pembimbing. Suasana lingkungan
kampus yang sudah akrab membuat saya agak sedikit tenang
melakukan bimbingan, ditambh dengan ruangan dosen pembimbing
saya terpisah dari dosen-dosen lainya jadi membuat saya lebih
leluasa untuk mendegarkan dan menjawab seputaran penelitian
yang saya buat”. (hasil wawancara bersama isco pada tanggal 10
juli 2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua diproleh data yakni dosen pembimbing biasanya
berkomunikasi melalui whatsapp atau telfon untuk mengatur
bimbingan dikantor saya sendiri. Waktu dan situasi disesuaikan agar
sesuai bagi keduanya. Jika saya memiliki tugas khusus dosen
pembimbing meminta mahasiswa mengirimkan file melalui whatsapp
untuk mendapatkan catatan dan foto kesalahan, yang kemudian saya
kirim kembali.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Saya biasa wa/ telpon ajak untuk ketemu dan melakukan
bimbingan yang bertempat di kantornya saya sendiri. Waktu,
situasi semuanya yang pas dimana saya bisa/yang dia bisa.
Keculai saya ada tugas khusus, saya menyuruh mahasiswa
mengirimkan file lewat wa nanti saya catat kesalahan saya foto lalu
saya kirimkan”. (hasil wawancara dengan Cindy Cephanie Manek,
SH.,M.KN pada tanggal 11 juli 2023 di kantor notarisnya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


menyatakan bahwa mahasiswa selalu mengikuti bimbingan dikantor
ibu, jarang dikampus karena ibu memiliki kantor sendiri yang lebih
sering digunakan. Suasana kantor yang nyaman dan komunikasi yang
baik mungkin di pengaruhi oleh lingkungan tersebut, membantu dosen
pembimbing menyampaikan pesan secara lebih efektif.
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Saya selalu mengikuti bimbingan di kantornya ibu, jarang sekali
melakukan bimbingan dikampus, karena ibu juga kan punya kantor
jadi lebih banyak di kantornya. Suasana dikantornya juga nyaman
komunikasi yang terjalian juga sangat baik mungkin karena faktor
lingkungan yang membantu dosen pembimbing menyesuaiakan
pesan yang disampaikan agar lebih efekti”. (hasil wawancara
bersama Lia via whatsaap pada 18 juli 2023).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan ketiga


menyatakan bahwa mahasiswa sering melakukan bimbingan di kantor
dosen pembimbing, meskipun sedikit canggung dengan suasana
kantor. Namun , komunikasi berjalan dengan baik. Meskipun dosen
pembimbing bukan orang local, beliau selalu berusaha menggunakan
bahasa sehari-hari di sini dalam menyampaikan pesan agar bisa
dimengerti.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“Saya juga sering bimbingan di kantornya ibu walaupun sedkit
canggung dengan suasana kantornya, tetapi komunikasi yang
terjadi berjalan dengan baik. Beliau bukan orang sini tapi selalu
berusaha menggunakan bahasa sehari- hari di sini dalam
menyampaikan pesan supaya bisa di mengerti”. (hasil wawancara
Ardy yang bertempat di halaman depan kampus Universitas Nusa
Nipa pada tanggal 20 juli 2023)

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga diproleh data yakni komunikasi yang dibangun fokus
pada membuat mahasiswa memahami apa yang disampaikan dan
mengakomodasi keinginanan pembimbing. Tidak ada hal khusus
melainkan pertimbangan-pertimbangan dengan harapan mahasiswa
dapat memperbaiki skripsi sesuai arahan pembimbing. Pertemuan bisa
diatur di kampus atau kadang-kadang di rumah, dengan pemahaman
bahwa komunikasi di rumah mirip dengan antara anak dan orang tua,
mengunakan bahasa yang berbeda dibandingkan dengan bimbingan di
kampus.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Konteks komunikasi yang dibangun itu lebih ke komunikasi yang
harus membuat mahasiswa mengerti apa yang di komunikasikan
lalu apa keinginan pembimbing supaya bisa di tanggapi dengan
baik, kemudian dari penjelasan tersebut dengan harapan supaya
dia bisa memperbaiki sesuai dengan keinginan pembimbing. Jadi
tidak ada hal yang khusus tapi lebih ke pertimbangan-
pertimbangan itu, komunikasi yang di bangun baik dimaksudkan
bahwa supaya dia bisa menangkap maksud pembimbing untuk
menyempurnakan skripsi yang dia tulis. Situasi yang meliputi faktor
waktu dan tempat itu seperti kita janjian lalu bertemu di kampus
atau kadang ke rumah. Yang pastinya penyampaian pesan di
lingkungan kampus dan rumah berbeda. Di rumah komunikasi yang
terjalin antara saya dan mahasiswa layaknya sebagai anak dengan
orang tuanya dengan menggunakan bahasa yang berbeda dengan
bimbingan yang dilakukan pada saat di kampus”. (hasil wawancara
dengan Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM pada tanggal 12 juli
2023 bertempat di depan Fakultas Hukum).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan


keempat menyatakan bahwa mahasiswa melakukan bimbingan di
kampus, komunikasi antara keduanya bersifat terbuka dan tidak
formal. Dosen pembimbing menyampaikan pesan terkait skripsi
secara terbuka kepada mahasiswa, memastikan agar pesan tersebut
dapat diterima dengan baik. Mahasiswa juga dapat berkonsultasi di
berbagai tempat sesuai dengan waktu dan tempat yang ditentukan di
Wilayah Kampus.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Saya melakukan bimbingan di kampus, komunikasi antara saya
dengan dosen pembimbing adalah komunikasi secara terbuka dan
tidak formal artinya dosen pembimbing bisa menyampaikan pesan
terkait topik bimbingan skripsi kepada mahasiswa secara terbuka
agar segala pesan yang disampaikan dengan jelas dapat diterima
dengan baik. Dan saya bisa konsul dimana saja sesuai waktu dan
tempat yang di tentukan di wilayah kampu”. (hasil wawancara
bersama Anno via whastaap 24 juli 2023).

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa komunikasi


dalam bimbingan skripsi melibatkan faktor waktu dan situasi yang
telah dijadwalkan. Dosen pembimbing menggunakan berbagai metode
komunikasi, seperti WhatsApp, telepon, atau pertemuan langsung di
kampus atau kantor mereka. Lingkungan bimbingan, baik di kampus
maupun di kantor dosen pembimbing, memainkan peran penting
dalam menciptakan suasana yang nyaman dan efektif untuk
menyampaikan pesan.

Komunikasi dilakukan dengan berbagai cara, seperti pertemuan


di kantor, rumah, atau di kampus, dengan tujuan membuat mahasiswa
memahami dan memperbaiki skripsi sesuai arahan pembimbing.
Suasana yang akrab, pemilihan bahasa yang sesuai, dan pemahaman
bahwa komunikasi di tempat tertentu mungkin berbeda membantu
memastikan bahwa pesan disampaikan dan diterima dengan baik.
Berlo menyatakan bahwa faktor- faktor tersebut juga dapat
mempengaruhi efek dalam menciptakan komunikasi yang ditimbulkan
oleh pesan. Pemahaman yang baik tentang lingkungan, waktu, tempat
dan budaya dapat membantu dalam menciptakan komunikasi yang
lebih efektif antara mahasiswa dan dosen pembimbing.

6. Efek (Effect)

Melihat pada reaksi atau hasil yang di inginkan komunikas. Hal


ini untuk mengukur berdasarkan sejauh mana pesan yang di
sampaikan dapat mencapai tujuan yang di inginkan.
Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai
informan pertama diperoleh data yakni sebagai pembimbing, dianggap
paling lama dan paling ketat, terlihat dari kualitas penyusunan skripsi
dan keberadaan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan ujian. Saat
saya menjadi pengujinya, perbandingannya dengan mahasiswa lain
agar berbeda. Persiapan diri mahasiswa dan peran dosen dianggap
sangat berpengaruh pada keberhasilan mahasiswa tersebut.
Berikut yang disampaikan dosen pembimbing sebagai informan
pertama, Yosefina Daku, SH, MH (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa dan Menjabat Sebagai Wakil Dekan):
“Mungkin saya adalah pembimbing paling lama dan paling keras
dari sekian banyak cerita yang saya dapatkan sampai mahasiswa
kepikiran sekali kalau pembimbingnya saya atau pengujinya saya.
Kalau di bandingkan saya melihat anak bimbingan saya dengan
anak bimbingan yang lain yang kebetulan saya menjadi pengujinya
bisa di bilang dari sisi kualitas penyusunan, kemudian keberanian
untuk menjawab pertanyaan saat ujian berlangsung, agak sedikit
berbeda. Mungkin salah satu faktornya saya rasa persiapan diri
mahasiswa tetapi peran dosen juga sangat berpengaruh akan
keberhasilan mahasiswa tersebut”. (hasil wawancara dengan
Yosefina Daku, SH, MH pada tanggal 20 juni 2023 yang bertempat
di ruanganya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan pertama


menyatakan bahwa dosen pembimbing adalah orang yang tegas,
memeriksa dengan sangat detail memberikan kritikan, saran, dan
terkadang memberikan motivasi. Sikapnya membuat mahasiswa
percaya diri dengan pekerjaan saya, sehingga saat ujian, bisa
menguasai materi dan menjawabnya dengan baik.
Berikut yang di sampaikan isco sebagai mahasiswa informan
pertama:
“Ibu itu orangnya tegas dan sangat sedetail mungkin memeriksa
dan memberikan kritikan dan saran, terkadang juga memberikan
motivasi. Dari sikapnya yang seperti itu buat saya jadi percaya diri
dengan apa yang saya kerjakan, sehingga ketika ujian nanti kita
bisa menguasai materi dan menjawabnya dengan baik”. (hasil
wawancara bersama isco pada tanggal 10 juli 2023 via whastapp).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan kedua diperoleh data yakni dosen pembimbing melakukan
bimbingan, dosen berkomunikasi dengan mahasiswa menggunakan
bahasa yang santai dan bersahabat, dengan gestur yang ramah.
Komunikasi ini mencangkup bahasa, gesturs tubuh, dan gaya bicara
yang saling mempengaruhi. Dosen pembimbing menggunakan
pendekatan komunikasi tidak menggurui dan seperti diskusi, berperan
sebagai mentor yang membimbing dengan hasil yang memuaskan.
Komunikasi langsung terbukti lebih efektif dalam menyampaikan
pesan, memungkinkan mahasiswa lebih cepat memahami dan merasa
percaya diri saat memaparkan skripsi, menjawab pertanyaan penguji,
dan mempertahankan tulisan mereka.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
kedua, Cindy Cephanie Manek, SH.,M.KN (Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Nusa Nipa):
“Ketika saat melakukan bimbingan dengan mahasiswa, saya
berkomunikasi menggunakan bahasa yang seperti kita teman,
dengan gestur bersahabat. Karena pada saat berkomunikasi
bahasa, mimic muka, gestur tubuh, gaya kita berbicara dan lain-
lain saling mempengaruhi satu sama lain. Saat berkomunikasi
dengan mahasiswa pada saat melakukan bimbingan saya
menggunakan komunikasi yang tidak mengurui dan seperti diskusi,
saya menjadi mentor saya bimbing dan itu lebih mengena untuk
mereka, lebih cepat di pahami, lebih cepat di mengerti hasilnya pun
memuaskan. Komunikasi langsung lebih efektif dalam
menyampaikan pesan karena lebih memberikan efek yang baik
untuk keberlangsungan bimbingan, para mahasiswa akan lebih
paham dan mereka juga bisa bertanya apa yang menjadi mereka
punya kendala. Sehingga pada saat memaparkan skripsi mereka
sangat percaya diri dan bisa menjawab pertanyaan yang
ditanyakan oleh penguji dan mampu, pertahankan apa yang di
tulis”. (hasil wawancara dengan Cindy Cephanie Manek,
SH.,M.KN pada tanggal 11 juli 2023 di kantor notarisnya).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan kedua


menyatakan bahwa setiap bimbingan kami bertemu secara langsung,
dan senang karena dapat bertanya, menyampaikan kendala, berduksi
mengenai skripsi. Dosen pembimbing membimbing dengan penuh
segenap hati, tanpa membuat saya kecewa, selalu memberikan
motivasi, dan berkomunikasi layaknya adik dan kaka. Berkat
dukungan dosen pembimbing, mahasiswa berhasil menyelesaikan
skripsi dan lulus pada semester ini sebagai mahasiswa hukum
angkatan 2019, menjadi mahasiswa pertama yang menyelesaikan
skripsi.
Berikut yang di sampaikan Lia sebagai mahasiswa informan
kedua:
“Hampir setiap kali bimbingan itu tatap muka dan saya senang
karena saya bisa bertanya, menyampaikan kendala, berdiskusi
mengenai skripsi saya. Ibu membimbing dengan sepenuh hati,
senyum dan tidak pernah membuat saya merasa kecewa, selalu
memberikan motivasi, berkomunikasi layaknya adik dan kaka.
Berkat tangan dan dukungan ibu Cindy saya akhirnya bisa
menyelesaikan skripsi saya dan lulus pada semester ini, kebetulan
angkatan 2019 saya mahasiswa hukum yang pertama
menyelesaikan skripsi”. (hasil wawancara bersama Lia via
whatsaap pada 18 juli 2023).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan ketiga


menyatakan bahwa cara komunikasi keduanya sebagai anak
bimbingan sangat mempengaruhi hasil penelitian saya. Dosen
pembimbng memperbaiki penelitian dengan cara yang santai sebagai
teman mengobrol, memberikan motivasi, dan berbagai hal lainya
untuk menyempurnakan skripsi hal ini memungkinkan saya
menjelakan dan mempertanggungjawabkan penelitian saya didepan
para penguji dengan baik.
Berikut yang di sampaikan Ardy sebagai mahasiswa informan
ketiga:
“ibu punya cara berkomunikasi dengan saya anak bimbingannya
benar- benar mempengaruhi hasil penelitian saya. Memperbaiki
penelitian saya yang masih menggunakan bahasa sehari- hari
dengan penyampaia pesan yang tidak mengurui benar- benar
seperti teman mengobrol, memberikan motivasi dan banyak hal
lainya untuk penyempurnaan skripsi saya, sehingga membuat saya
bisa menjelaskan dan mempertanggungjawabkan penelitian saya di
depan para penguji nantinya”. (hasil wawancara Ardy yang
bertempat di halaman depan kampus Universitas Nusa Nipa pada
tanggal 20 juli 2023).

Dari hasil wawancara dengan dosen pembimbing sebagai


informan ketiga diproleh data yakni komunikasi interpersonal sangat
penting dalam bimbingan karena berperan mendorong mahasiswa
menghasilkan tulisan atau skripsi yang baik. Hindari kalimat yang
merendahkan semangat, seperti “engkau tidak tau apa-apa”, dan lebih
baik menggunakan kalimat pendorong seperti,” coba cari buku ini,
baca, dan perbaiki tulisanmu setelahnya”. Mahasiswa yang dibimbing
dengan baik akan mengalami perubahan positif, terlihat dari
kemampuannya menjelaskan hasil penulisan saat ujian.
Berikut yang di sampaikan dosen pembimbing sebagai informan
ketiga, Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM (Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Nipa):
“Komunikasi interpersonal itu sangat penting dalam melakukan
bimbingan karena dengan komunikasi yang baik itu sesungguhnya
menjadi salah satu bagian yang kemudian mendorong mahasiswa
untuk menghasilkan tulisan atau menghasilkan skrpsi yang baik.
Jadi misalnya saya sangat menghindari kalimat-kalimat seperti
“masa engkau mau tulis skripsi ini tetapi engkau tidak tau apa-apa
tentang ini”, itu kalimat yang harus di hindari karena sama halnya
dengan kita mematahkan semangatnya untuk menulis. Saya
biasanya lebih banyak menggunakan kalimat seperti “coba nanti
engkau cari lagi buku ini, lalu engkau baca nanti setelah engkau
baca engkau semakin mengerti sehingga engkau bisa memperbaiki
tulisanmu”. Jadi kalimat yang sifatnya mendorong bukan
menyudutkan atau menempatkan dia seakan-akan dia tidak mampu
itu tidak boleh. Kalau sering mahasiswa di bimbing dengan baik itu
ada perubahan baik ketika dia menulis hasilnya akan terlihat ketika
dia mampu menjelaskan apa yang dia tulis pada saat ujian”. (hasil
wawancara dengan Alfonsus Hilarius Ase, SH.M.HUM pada
tanggal 12 juli 2023 bertempat di depan Fakultas Hukum).

Narasumber lainnya yakni mahasiswa sebagai informan


keempat menyatakan bahwa sejauh ini, komunikasi saat bimbingan
dengan beliau sangat baik. Beliu menciptakan suasana akrab,
memastikan pesan tersampaikan dengan jelas, memberikan dukungan,
dan menghindari kalimat yang membuat mahasiswa merasa
disudutkan. Mahasiswa menyadari bahwa sampai semester 11 ini
kendala bukan karena dosen pembimbing melainkan kesalahan
mahasiswa yang lebih memprioritaskan urusan diluar skripsi.
Berikut yang di sampaikan Ano sebagai mahasiswa informan
keempat:
“Sejauh ini komunikasi saat bimbingan dengan beliau sangat baik.
Selalu menciptakan suasana yang akrab dengan anak bimbinganya,
beliau juga selalu memastikan pesan yang di sampaikan benar-
benar di mengerti, dan sudah tersampaikan dengan jelas.
Memberikan dukungan dan sebisa mungkin menghindari kalimat
yang membuat saya merasa disudutkan. Oleh karena itu mengapa
saya sampai semester 11 saat ini bukan karena dosen pembimbing
tetapi kesalahan saya sendiri yang lebih mementingkan urusan
diluar dari skripsi”. (hasil wawancara bersama Anno via whastaap
24 juli 2023).

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa peran dosen


pembimbing sangat krusial dalam membimbing mahasiswa menuju
keberhasilan skripsi. Dosen pembimbing yang tegas, detail,
memberikan kritikan, dan memberikan motivasi dapat memengaruhi
kualitas penyusunan skripsi dan performa mahasiswa dalam ujian.
Komunikasi antara dosen pembimbing dan mahasiswa memiliki
dampak signifikan, terutama saat dilakukan secara langsung dengan
menggunakan bahasa yang santai, bersahabat, dan mendukung.
Pendekatan yang bersifat diskusi dan mentorship membantu
mahasiswa memahami materi, merasa percaya diri, dan menghasilkan
skripsi yang memuaskan. Komunikasi interpersonal yang positif dan
pendorong dari dosen pembimbing dapat membawa perubahan positif
pada kemampuan mahasiswa dalam menjelaskan hasil penelitian dan
mempertahankan tulisannya di hadapan penguji. Selain itu, suasana
akrab, dukungan, dan hindari kalimat merendahkan semangat
membantu menciptakan lingkungan bimbingan yang produktif.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang penulis sampaikan pada bab sebelumnya,


dapat disimpulkan bahwa:

1. Komunikasi interpersonal dalam proses bimbingan skripsi yang dilakukan


oleh ketiga dosen bersama keempat mahasiswa bimbingan di fakultas
hukum berjalan cukup baik,, hal tersebut di lihat dari proses komunikasi
yang terjadi. Dalam penelitian ini, elemen- elemen teori De Vito yaitu
pengiriman dan penerimaan pesan, penggunaan media, privasi, efektivitas
komunikasi dan teori Berlo yaitu sumber, pesan, saluran, penerima,
konteks, dan efek saling berhubungan dan mempengaruhi efektivitas
komunikasi interpersonal mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses
bimbingan skripsi. Dosen sebagai sumber pesan menggunakan media
untuk mengirimkan pesan, atau bertemu langsung dalam konteks
bimbingan skripsi sementara mahasiswa berperan sebagai penerima pesan
yang menginterpretasikan pesan tersebut kedalam hasil penelitian yang
dibuat. Privasi dan kenyamaan dalam komunikasi juga berperan penting
dalam menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi
interpersonal yang efektif. Hasil dari komunikasi yang efektif adalah
tercapainya tujuan bimbimbingan skripsi dan menciptakan efek positif
pada mahasiswa dalam pengembangan skripsi mereka. Hal lain yang bisa
di lihat yaitu dari cara dosen melakukan timbal balik dengan mahasiswa
bimbingannya, seperti penyampain kritik dan saran yang detail serta dari
cara dosen memberikan dukungan dan motivasi secara langsung kepada
mahasiswa.
2. Bentuk komunikasi yang terjadi antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa berupa komunikasi secara tatap muka (langsung). Komunikasi
yang dilakukan dosen pembimbing berupa komunikasi lisan (berbicara)
dengan mahasiswa dalam kegiatan konsultasi di kampus dan di luar
kampus (kantor notaris). Komunikasi langsung terjadi secara diadik yaitu
melibatkan satu orang komunikator dan komunikan. Namun terkadang
komunikasi juga terjadi melalui saluran media komunikasi seperti
whasttap, via telpon, Instagram, dan lain-lain untuk menentukan waktu
pertemuan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa untuk
berkonsultasi. Pengunaan media juga sering di gunakan ketika para dosen
sedang ada tugas atau ada kesibukan lain, mahasiswa mengirimkan file
untuk di koreksi kemudian di kirim kembali dengan harapan mahasiswa
melakukan perbaikan. Begitupun dengan komunikasi secara langsung
setiap catatan yang di berikan, yang sudah dikoreksi diminta mahasiswa
membawanya bersamaan dengan yang sudah di perbaiki agar dapat di lihat
apakah sudah di lakukan perbaikan sesuai yang di koreksi atau belum, dan
memberikan pertanyaan jika bisa menjawab berarti di anggap sudah
paham apa yang di maksud dosen pembimbing tersebut. Oleh karena itu
komunikasi secara tatap muka (langsung) adalah komunikasi yang paling
efektif untuk proses bimbingan skripsi mahasiswa dan dosen
pembimbing, karena mengurangi hambatan yang akan terjadi misalnya
pada pengunan media yaitu keadaan saat komunikasi sedang terjadi seperti
saat bimbingan melalu via telpon tiba-tiba ada panggilan masuk pasti akan
terjeda, atau masalah jaringan, bimbingan di wa kurang di pahami, lalu
mahasiswa juga akan berpikiran kalau dosenya sedang marah atau pesan
yang di sampaikan juga kurang dipahami dengan baik. Berbeda dengan
secara tatap muka (langsung) mahasiswa bia langsung bertanya apa yang
belum di mengerti, dosen pembimbing juga bisa langsung menunjukan
secara detail sehingga pesan lebih tersampaikan.
3. Pada penelitian ini hambatan dalam komunikasi interpersonal antara
mahasiswa dan dosen pembimbing muncul dari pihak mahasiswa. Dimana
keaktifan dan ketidakaktifan mahasiswa menjadi patokan dalam
keefektivitasan pada penelitian ini. Mahasiswa yang aktif mampu
memahami isi pesan yang disampaikan oleh dosen pembimbing, rajin
konsultasi, menjalin komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing,
terbuka, komunikasi yang efektif maka dapat membantu mempercepat
penyusunan skripsi dan meningkatkan kualitas skripsi yang di hasilkan.
Hal ini dibuktikan oleh mahasiswa bimbingan ibu Cindy atas nama saudari
Lia yang berhasil menyelesaikan skripsinya dan lulus pada semester 8
serta merupakan orang pertama dari sekian banyak mahasiswa semester
akhir angkatan 2019 yang berhasil membereskan skripsi yang di buat.
Sementara ketidakaktifan mahasiswa dilihat dari mahasiswa yang lebih
mementingkan urusan di luar kampus, mendahulukan hal-hal lain di
bandingkan ke kampus dan melakukan konsultasi bersama dosen
pembimbingnya, lalu tingkat kemalasan untuk datang bimbingan,
tergantung suasana hati ( moody) untuk mengerjakan skripsi dan
mengalami kendala pada dosen pembimbing yang lain diluar dari dosen
yang di teliti oleh peneliti. Keadaan tersebut membuat komunikasi yang
terjalin tidak efektif dan dapat menghambat proses penyusunan skripsi dan
kelulusan mahasiswa.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini maka peneliti menyarankan agar:

1. Di harapkan kepada dosen pembimbing agar lebih membantu


menyadarkan mahasiswa bahwa menjalin komunikasi interpersonal yang
baik dan efektif dengan dosen pembimbing sangat penting untuk
penyempurnaan skripsi yang di buat dan mempercepat kelulusan karena
bagaimanapun, peran dan tanggung jawab dosen pembimbing adalah
untuk membantu mahasiswa menyelesaikan skripsi demi mendapatkan
gelar sarjana.
2. Meskipun bimbingan antara dosen pembimbing dan mahasiswa berjalan
dengan baik namun ada beberapa masalah yang disebabkan dari pihak
mahasiswa itu sendiri oleh karena itu diharapkan kepada mahasiswa untuk
lebih meningkatkan keseriusan dan kedisiplinan, rajin konsultasi,
berjumpa dengan dosen pembimbing. Hal ini penting karena mahasiswa
membutuhkan dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan arahan
selama proses bimbingan. Sebisa mungkin mendahulukan hal yang
menyangkut masa depan karena demi kebaikan diri sendiri kedepanya dan
mengurangi tingkat kemalasan dalam diri, sehingga mempercepat
penyelesaian skripsi yang di buat.
3. Bagi peneliti selanjudnya agar melakukan analisis komunikasi dengan
menggunakan pendekatan peneliti lainya yaitu, kuantitaif. Sehingga dapat
di ketahui dengan jelas pengaruh dari setiap komunikasi dengan
keberhasilan dalam penyusunan skripsi.
DAFTAR PUSTAKA

A, P. S., & Sunardi. (2017). Analisis komunikasi interpersonal antara mahasiswa


dan pembimbing skripsi di fakultas teknik universitas negeri semarang.
jurnal teknik industry, 19(1), 1-12.
A., D. J. (2009). The Interpersonal Communication Cook. pearson.
Beebe, S. A., Beebe, S. J., & Redmond, M. V. (2018). Interpersonal
Communication: Relating to Others.
DeVito . (1989). “Interpersonal communication is the process of sending and
receiving messages between two persons, or among a small group of
persons, with some effect and some immediate feedback”. (IZAR, 2017)
DeVito, J. A. (2013). The interpersonal Comunication Book. Pearson.
Floyd, K. (2016). Interpersonal Communication: The Whole Story. McGraw-Hill
Education.
Habermas. (1973). Komunikasi merupakan interaksi yang diantarkan secara
simbolis, menurut Bahasa dan mengikuti norma-norma.
Herdiani . (2012). menyebutkan bahwa kendala yang menghadang dalam
penyusunan skripsi membuat proses pengerjaan skripsi menjadi terhambat.
Izar, S. (2017). Fungsi Komunikasi Interpersonal Dosen Penasehat Akademik
( PA) Dalam Meningkatkan Presentase Belajar Mahasiswa Jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar- Raniry ( Angkatan
2012/2013).

I, F., & Y, w. (2016). Analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan


pembimbing skripsi di fakultas teknik universitas mataram . jurnal kajian
komunikasi, 4(2), 142-150.
John T. Cacioppo, R. (1986). Teori ini menyatakan bahwa orang dapat
memproses informasi secara sistematis dan logis (melalui jalur sentral)
atau tidak sistematis dan berdasarkan faktor-faktor non-substansial
(melalui jalur (SEFTIAN, 2021)perife.
M.Pd., Z. N. (2011). Persepsi Mahasiswa Tentang Peranan Dosen Pembibing
Dalam Pembuatan Tugas Akhir (Skripsi) Mahasiswa Pada Program Studi
Administrasi Pendidikan FIKP Universitas Riau PekanBaru.
Montgomer. (1983). Faktor penting dalam komunikasi efekttif, tetapi juga
mendengarkan yang efektif.
Mukarom, Z. (2020). Teori-teori Komunikasi.
Perbawaningsih, Y. (2000). Menyoal Elaboration likelohood Model(ELM).
Pratama, R. A., Anggraini, R., & Hermano, D. H. (n.d.). Kualitas Komunikasi
Interpersonal Dosen dan Motivasi Mahasiswa Dalam Menulis Skriipsi.
jurnal komunikasi, 2548-3749.
R, S. Y., & S, N. (2018). Analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan
pembimbing skripsi dalam rangka menunjang pembelajaran . jurnal
pendidikan dan pengajaran, 51(10, 89-96.
Raudah, H., & Santi, T. (2018). Komunikasi interpersonal pustakawan dan
pemustaka di perpustakan Universitas islam sumatera utara medan.
Libraria, 257-279.
Setiani, A., Yulinar, N., & Rahmawaty. (2019). Komunikasi interpersonal yang
berlangsung antara dosen pembimbing utama skripsi dan mahasiswa
tingkat akhir ilmu komunikasi Universitas pramita indonesia tangerang.
jurnal komunikasi , 0845-7904.
sitompul, h. (2018). Kualitas Dosen Dalam Pembimbingan Skripsi Mahasiswa
Faklutas Teknik Universitas Negeri Medan.
Suranto . (2011). Komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian dan
penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima
(receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung.

Seftian, A. K. (2021). Pola Komunikasi Maiyahan ( Stdui Kasus Lingkar Maiyah


Galuh Kinasih di Bumiayu.

Wahyu, F. (n.d.). Analisis komunikasi interpersonal mahasiswa dan pembimbing


skripsi di fakultas teknik universitas mataram.
Widodo, P. F. ( 2014). persepsi mahasiswa tentang peran pembimbing Memiliki
dampak positif terhadap pelaksanaan perkuliahan, ujian, dan pelayanan
akademik.
Yuliani, M. (2023). Hubungan Motivasi Mhasiswa dan Komunikasi Interpersonal
dalam Peningkatan Prestasi. Jurnal Ilmu Komunikasi.
Gambar 4.4 Peasan Whasttap Wawancara Mahasiswa 1
Gambar 4.5 Pesan Whasttap Wawancara Mahasiswa 2

Gambar 4.6 Pesan Whasttap Lokasi Mahasiswa 3(untuk melakukan wawancara)


Gambar 4.7 Pesan Whasttap Wawancara Mahasiswa 4

Gambar 4.8 Foto Bimbingan Skripsi Antara Pak Alfons dan Anak BimbinganNya
Gambar 4.9 Catatan Pada Lembar Skripsi Mahasisawa 3 Oleh Ibu Cindy

Anda mungkin juga menyukai