Anda di halaman 1dari 36

Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

“Askep Pasien dengan Penyakit Kronis (Hipertensi) “

Disusun oleh Kelompok 3 :


Zelvira Arditya
Hanifa
Whenny Cartika Sari
Adellya
Elva Susanti
Fauzal Fitra

Prodi S1 Keperawatan
Semester: 5 A
Dosem Pembimbing: Ns.Apriza, M.Kep

Fakultas Ilmu kesehatan


Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep
Pasien dengan Penyakit Kronik (Hipertensi)”.

Makalah ini penulis buat sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Menjelang Ajal dan Paliatif.

Penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dalam


penyempurnaan makalah ini, dan penulis juga minta maaf jika terdapat kekeliruan
dalam penyusunan makalah ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Bangkinang, 28 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI HIPERTENSI..............................................................3
A. Pengertian Hipertensi.........................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................................4
C. Klasifikasi...........................................................................................................7
D. Patofisiologi........................................................................................................7
E. Manifestasi Klinis...............................................................................................8
F. Penatalaksanaan................................................................................................10
G. Komplikasi......................................................................................................10
H. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................10
I. Peran dan Fungsi Perawat Paliatif....................................................................11
BAB III TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN.................................13
A. Pengkajian........................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................15
C. Intervensi..........................................................................................................16
CONTOH KASUS.....................................................................................................18
BAB IV PENUTUP....................................................................................................32
A. Kesimpulan.......................................................................................................32
B. Saran.................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah global dunia dan salat satu penyakit kronik,
karena pada pasien hipertensi selamanya ia akan mengkonsumsi obat. Data WHO
tahun 2000 menunjukan di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni
bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. WHO
menetapkan hipertensi sebagai faktor resiko nomor tiga etiologi kematian. Hipertensi
bertanggung jawab terhadap62% timbulnya kasus stroke, 49%timbulnya serangan
jantung. Dan data WHO menyebutkan bahwa hipertensi menyebabkan 7,5 juta
(12,8%) kematian diseluruh dunia. (Masriadi, 2016, hal. 359)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi apabila arteriole-ateriole kontriksi. Kontriksi arteriole
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambahkan beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. (Udjiati, 2010, hal. 101)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hipertensi?
2. Apa saja etiologi dari Hipertensi?
3. Bagaimana klasifikasi dari Hipertensi?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Hipertensi?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Hipertensi?
6. Apa saja penatalaksanaan untuk Hipertensi?
7. Apa saja komplikasi dari Hipertensi?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan terhadap
Hipertensi?
9. Bagaimana peran dan fungsi perawat paliatif?

1
10. Bagaimana pengkajian dari Hipertensi?
11. Apa saja diagnosa dari Hipertensi?
12. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan terhadap Hipertensi?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hipertensi?
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari Hipertensi?
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Hipertensi?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Hipertensi?
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Hipertensi?
6. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan untuk Hipertensi?
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari Hipertensi?
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
terhadap Hipertensi?
9. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat paliatif?
10. Untuk mengetahui pengkajian dari Hipertensi?
11. Untuk mengetahui apa saja diagnosa dari Hipertensi?
12. Untuk mengetahui apa saja intervensi yang dapat dilakukan terhadap
Hipertensi?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg

dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang

mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90

mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika

tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar

dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg

untuk Diastolik.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih

tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah

diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80

mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi

kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan

darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka

beberapa minggu.

3
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.

1. Hipertensi Primer (esensial)/ Idiopatik

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor-


faktor yang meningkatkan risiko antara lain yaitu :

 Merokok :Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida suatu


vasokontriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok meningkatkan
tekanan darah juga mulai peningkatan noreprinefrin plasma dan saraf
simpatetik. Efek sinergistik merokok dan tekanan darah tinggi pada risiko
kardiovaskular telah jelas. Merokok menyebabkan aktivasi simpatetik, stress,
oksidatif, dan efek vasopresor akut yang dihubungkan dengan peningkatan
marker inflamasi, yang akan mengakibatkan difungsi endotel, cedera
pembuluh darah, dan meningkatnya kekakuan pembuluh darah. Setiapbatang
rokok dapat meningkatkan tekanan darah 7/4 mmHg, perokok pasif dapat
meningkatkan 30% risiko penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan
peningkatan 80% pada perokok. (Pikir dkk, 2015, p. 8)
 Obesitas : Obesitas terjadi paada 64% pasien hipertensi. Lemak badan
mepengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi. Penurunan berat badan
menurunkan tekanan darah pada pasien obesitas memberikan efek
menguntungkan pada faktor risiko yang terkait, seperti resistensi insulin,
diabetes mellitus, heperlipidemia, dan hipertrofi ventrikel kiri. Penurunan
tekanan darah sistolik dan distolik pada penurunan berat badan 5,1 kg adalah
4,4 dan 3,6 mmHg. Insiden obesitas lebih tinggi pada penurunan 34,4%
dibandingkan pada laki-laki 28,6%. Obesitas ,sebuah masalah kesehatan
dunia, telah diidentifikasi sebuah faktor risiko sangat penting untuk hipertensi.
Individu obesitas mempunyai risikolebih tinggi signifikan terjadinya
hipertensi. Obesitas diketahui pada hasil kombinasi disfungsi pusat makan
diotak, ketidakseimbangan asuhan energy dan pengeluaran, variasi

4
genetic.peningkatan risiko yang sama juga juga telah diidentifikasi untuk
hipertensi, penyakiit vascular sebral dan perifer, hiperlipidemia, penyakit
traktus bilier, osteoarthiritis, dan gout. Pada obesitas, lemak visceral
mengakibatkan resistensi insulin. Akibat lanjut dari hiperinsulimenia, adalah
promosi peningkatan absorbsi Na oleh ginjal sehingga dapat terjadi hipertensi.
(Pikir dkk, 2015, p. 7)
 Alkoholisme : Konsumsi alcohol akan meningkatkan risiko hipertensi, namun
mekanismenya belum jelas, mungkin akibat meningkatnya transport kalsium
kedalam sel otot polos melalui peningkatan katekolamin plasma.terjadinya
hipertensi lebih tinggi pada peminum alcohol berat akibat dari aktivasi
simpatetik. Peminum alcohol lebiih dari dua gelas sehari akan memiliki risiko
hipertensi dua kali lipat dibandingkan bukan peminum, serta tidak optimalnya
efek dari obat anti hipertensi. Pada pasien hipertensi yang mengonsumsi
alcohol disarankan kurang dari 30 ml per hari atau 40 ml etanol per hari.
(Pikir dkk, 2015, p. 8)
 Stress :Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin yang
berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan stimuli instrinsik
atau ekstrinsik yang menyebabkan gangguan fisiologi dan psikologi, dan
dapat membahayakan kesehatan. Walaupun data epidemiologi menunjukkan
stress mental terkait dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan
sindrom metabolic, efek stress mental pada manusia belum dipahami
sepenuhnya. Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu obesitas terkait
pada faktor psikososial termasuk stress kronik. Aksis hipotalamus – hipofisi –
adrenal merupakan kunci mekanisme yang menghubungkan obesitas,
hipertensi, dan stress kronis. Oleh karena itu, orang seharusnya mengurangi
stress untuk menghindari lingkaran setan stress mental, obesitas, hipertensi,
dan diabetes. (Pikir dkk, 2015, p. 9)
 Konsumsi garam : Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat
kerja ginjal yang mengeluargkan rennin angiotensin yang dapat meningkatkan
tekanan darah (Haryanto & Rini, 2015, p. 39)

5
 Kopi (kafein) : kopi merupakan minuman stimulant yang dikonsumsi secara
luas diseluruh dunia. Dimana kopi dapat meningkatkan secara akut teknan
darah dengan memblok reseptor vasodilatasi adenosine dan meningkatkan
neropinefrin plasma. Minum dua sampai 3 cangkir kopi akan meningkatkan
tekanan darah secara akut, dengan variasi yang luas antara individu dari ¾
mmHg sampai 15/13 mmHg. Dimana tekanan darah akan mencapai puncak
dalam satu jam dan kembali ketekanan darah dasar setelah 4 jam. (Pikir dkk,
2015, p. 9)
 Kontrasepsi oral : peningkatan kecil tekanan darah terjadi pada kebanyakan
perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, tetapi peningkatan besar
kadang teradi. Hal ini disebabkan ekspansi volume karena peningkatan
sintesis hepatic subtran rennin dan aktivasi sistem rennin – angiotensin –
aldosteron. Kontrasepsi esterogen akan meningkat tekanan arah 3-6/ 2-5
mmHg, sekitar lima persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral
jangka panjang menunjukkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90
mmHg. Hipertensi terkait kontrasepsi lebih sering pada perempuan diatas 35
tahun, pada mereka yang menggunakan kontrasepsi lebih dari 5 tahun, dan
individu gemuk. Jarang terjadi pada mereka yang menggunakan tablet
esterogen dosis kesil. Umumnya, hipertensi reversible setelah penghentian
kontrasepsi, tetai mungkin perlu beberapa minggu. Esterogen pada
postmenoupose umumnya tidak menyebabkan hipertensi, tetapi tentu
memelihara vasodilatasi diperantarai endotel. (Pikir dkk, 2015, p. 7)
2. Hipertensi Sekunder

Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom


scushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan

 Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis, terutama
dengan kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh darah di ginjal
 Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan darah dalam
kisaran normal tetapi juga dapat memicu hipertensi

6
 Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat : penggunaan
agen antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis dapat menimbulkan
hipertensi. Begitu juga konsumsi alcohol yang kronis maupun
penyalahgunaanalkohol juga dapat meningkatkan tekanan darah
 Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan Pheochromocytoma
memiliki hipertensi primer
 Aldosteronisme primer : terutama adanya kelebihan mineralokortikoid,
terutama aldosteron, harus dicurigai pada setiap pasien dengan trias hipertensi,
hipokalemia yang tidak dapat dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun
beberapa pasien memiliki konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi
aldosteronisme primer juga harus dipertimbangkan pada pasien dengan
hipertensi resisten
C. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-169 100-109
Stadium 3 (berat) 160-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

7
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bias terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi.

E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

8
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,

dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang divaskularisasi oleh

pembuluh darah bersangkutan. Gejala yang biasanya muncul adalah sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja

terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah

yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut:

- Sakit kepala

- Kelelahan

- Mual

- Muntah

- Sesak nafas

- Gelisah

- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

F. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan

9
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan
dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau; latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pris,
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, di atas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
G. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)  adalah

diantaranya:

- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient

ischemic attack (TIA).

- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut

(IMA).

- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas

kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:

- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau

mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer

10
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol

total, HDL, LDL.

- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP

(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan

pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH  dan

ekordiografi.

- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose

(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat),

kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri

gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan

vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam

urat (factor penyebab hipertensi)

- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

I. Peran dan Fungsi Perawat Paliatif


Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care, perawat
harus menghargai hak-hak pasien dalam menentuka pilihan, memberikan
kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam
rencana asuhan keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk
mengontrol gejala dengan mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai
kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai pemberi layanan palliative care harus
didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai kode etik keperawatan (Combs, et
al., 2014)
Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus dikomunikasikan oleh perawat
kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar asuhan keperawatan yang
profesional. Menurut American Nurse Association Scope and Standart Practice dalam
(Margarer, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu berkomunikasi dengan

11
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut
berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi dalam
membuatbrencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan
perawatan dan pelayanan, mengindikasikan komunikasindengan pasien, keluarga dan
yang lainnya.

12
BAB III

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001)
adalah:
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda   : -  Frekuensi jantung meningkat
-  Perubahan trauma jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala    :  Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi,
perpirasi.
Tanda  :  -  Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan
untuk menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen
otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini)
S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala   :  Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau
jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral )
faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan.

13
Tanda    :  Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang
(khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala   :  Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala   :  Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan
berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna
diuretik.
Tanda    :  -  Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosenso
Gejala  :  -  Keluhan pening/pusing
-    Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
           -  Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
           -  Gangguan penglihatan
          -  Episode epistaksis
Tanda    :  -  Statuntal perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara,
efek, proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala    :  -    Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa

14
8. Pernapasan
Gejala    :  -    Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
                 -    Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda    :  -    Distres respirasi
                 -    Bunyi nafas tambahan
                 -  Sianosis
9. Keamanan
Gejala    :  -    Gangguan koordinas / cara berjalan
                 -    Hipotesia pastural
Tanda    :  -    Frekuensi jantung meningkat
                 -    Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala   :     Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin
ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak
dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis
aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan
vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada
regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah
beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan
verbal tentang kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d
masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20%
lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh

15
5. Koping, individual, infektif b/d krisis
situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak
mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai
kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d
menyatakan masalah, meminta informasi.
C. Intervensi
Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
         Pantau TD
         Catat keberadaan
         Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
         Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
         Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi
pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
         Kaji  respon pasien terhadap aktivitas
         Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
         Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi
Diagnosa keperawatan III
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan
atau kelemahan.

16
Intervensi :
         Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi
         Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
         Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Diagnosa Keperawatan IV
           Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh.
Intervensi :
         Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
         Saraf laporan gangguan tidur
         Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi
untuk mengatasinya
         Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

17
CONTOH KASUS

1. Pengkajian
1.1    Identitas Pasien
a.       Identitas Pengkajian
Nama                                 :  Ny. E
Jenis Kelamin                     :  Perempuan
Umur                                : 41 Tahun
Status Perkawinan              :  Kawin
Agama                              :  Islam
Pendidikan                        :  SMP
Pekerjaan                          :  Buruh
Alamat                             :  Ds Gondangmanis RT. 05/03 Bae Kudus
Tanggal Masuk                 :  1 November 2016
Ruangan/Kamar               : Fatimah
Tanggal Pengkajian           :  3 November 2016
Diagnosa Keperawatan    :  Hipertensi

b.      Penanggung Jawab
Nama                                  :  Tn. U
Hubungan dengan Pasien  :  Suami
Pekerjaan                            :  Karyawan swasta
Umur                                 :  45 Tahun
Alamat                               :  Ds Gondangmanis RT. 05/03 Bae Kudus

1.2    Keluhan Utama
            Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai,
sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.

18
1.3    Riwayat Kesehatan Sekarang
            Pasien dirawat di RS Aisyiyah Kudus Ruang Fatimah dengan keluhan kepala
pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien mengatakan sulit
beraktivitas.

1.4    Riwayat Masa Lalu


            Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1995 dengan
kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan

1.5    Riwayat Kesehatan Keluarga


          Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita
pasien adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi
ibu pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat
penyakit hipertensi.

1.6    Riwayat Keadaan Psikososial


            Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya,
pasien sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa
kepada Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan
saudara.

1.7 Genogram
            Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal,
orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati,
sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-
2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara
kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku : anak pertama perempuan, dan anak
kedua perempuan, kedua anak perempuan tersebut meninggal karena menderita
penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah pasien yang menderita
penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit. Anak keempat perempuan, anak

19
kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki,
anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan laki-laki dan anak
kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit
stroke.
            Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang
sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal
dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara
riwayat sang istri pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-
laki dari istri meninggal dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara
istri pasien ada delapan, belum ada yang meninggal dari delapan saudara pasien
tersebut.

1.7    Pemeriksaan Fisik

TD       :  160/110 mmHg
N      :  90 x/mnt
RR       :  22 x/mnt
Temp   :  350c

Keadaan umum           :  Lemah
Kesadaran : Composmetis
TB                               :  170cm
BB                               :  75 Kg
Ciri Tubuh                   :  Sedang

1.8    Pengkajian Pola Fungsional

a.       Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe

20
b.      Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak
dijumpai
c.       Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d.      Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
e.       Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
f.       Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g.      Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak
adanya dijumpai nyeri pada dada
h.      Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i.        Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas,
semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j.        Pola Kebiasaan
1.      Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa  3 x 1 hari, makanan kesukaan  yang
berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3
porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak mengandung
minyak dan lemak.

21
2.      Eliminasi
BAB       :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
                    Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK      :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
                    Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

3.      Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak
bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak
kusam dan pucat.

4.      Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan
jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi
suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest

5.      Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit
kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.

6.      Therapy
Infus RL                           : 20 tts/ mnt
Furosemide                       : 1 amp (ekstra)
Amlodepine                      : 1 x 10 mg
B.comp : 2 x 1 tab
Paracetamol : 3 x 1 tab

22
1.9    Data Penunjang
 Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :

No Kimia Darah Hasil Normal Unit


1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

No Gula Darah Hasil Normal


1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi

1.10  Analisa Data

23
N DATA PENYEBAB MASALAH
O
D
1 S:   DS : Pasien mengatakan kepala Peningkatan Gangguan rasa nyaman
pusing, dan  leher terasa tegang. tekanan darah nyeri
D DO : Pasien tampak meringis
kesakitan, kondisi badan lemah.
    TD    : 170/100 mmHg
    N   :  90 x/i
    RR    : 22 x/i
    Temp : 350C
2D DS : Pasien mengatakan tidak Perubahan jenis Gangguan  pola  nutrisi
selera makan diet
DO : pasien tampak lemah,
Makanan yang di sajikan habis
1/3 porsi
3 DS:  Pasien mengatakan susah Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
tidur tidur
DO:DO: pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2
jam  pasien susah tidur siang
4Ds DS: pasien mengatakan kedua kelemahan fisik Gangguan pola
kakinya susah digerakkan aktivitas

Do  DO :aktivitas pasiens di bantu


oleh keluarga dan perawat

Diagnosa Keperawatan

24
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan  tekanan darah  d/d pasien tampak
meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
        TD : 160/110 mmHg
        N   :  90 x/i
        RR     : 22 x/i
        Temp : 350C
2.  Gangguan pola nutrisi b/d perubahan  jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis
1/3 porsi
3.  Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2 jam, pasien  susah tidur siang
4.  Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai
dengan  aktivitas pasien  dibantu oleh keluarga dan perawat.

25
Nama       :  Ny.E
Umur         : 41 th
Ruang : Fatimah
            
Tabel Asuhan Keperawatan
N DIAGNOSA PERENCANAAN
DATA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 DS:    Pasien Gangguan rasa nyaman Nyeri dan     Atur posisi     Dengan       Mengatur S:  Pasien mengatakan
mengatakan nyeri b/d peningkatan pusing semifowler pasien mengatur posisi semi posisi pasien kepala masih pusing
kepala pusing, tekanan darah hilang     Berikan fowler pasien       Memberikan O:TD:160/100  mmHg
dan  leher d/d pasien tampak istirahat yang diharapkan pasien istirahat yang cukup A: Masalah belum
terasa tegang. meringis kesakitan, cukup merasa nyaman       Menganjurkan teratasi
kondisi badan lemah.     Anjurkan     Dengan pasien untuk P:  R/T dilanjutkan
DO: : Px         TD : 160/110 pasien untuk memberikan istirahat menghindari
tampak mmHg menghindari yang cukup makanan yang
meringis         N   :  90 x/i makanan yang diharapkan rasa nyeri mengandung garam
kesakitan,         RR    : 22 x/i mengandung pasien berkurang         Berkolaboras
kondisi badan         Temp : 350C garam     Dengan i dengan dokter
lemah       Kolaborasi menghindari makanan dalam pemberian
        TD    : dengan dokter yang mengndung obat :

26
160/110 dalam pemberian garam diharapkan
mmHg obat dapat menghindari Furosemide = 1
        N :  90 peningkatan tekanan amp/12 jam
x/i darah Amlodepine = 2 x
        RR    :     Dengan 10 mg
22 x/i berkolaborasi dengan
        Temp : dokter diharapkan
350C pasien mendapat
penanganan lebih
lanjut.
2 DS:  Pasien Gangguan pola nutrisi Kebutuhan       Beri makan       Dengan     Memberikan S:  Pasien mengatakan
mengatakan b/d perubahan jenis diet nutrisi pasien sedikit tapi memberikan makan makan pasien sedikit selera makan pasien
tidak selera d/d Makanan yang di terpenuhi sering makan pasien sedikit tapi sering ada
makan sajikan habis 1/3 porsi       Beri tapi sering     Memberikan O:  Pasien masih
makanan dalam diharapkan  pasien makanan yang tampak lemah
DO: pasien keadaan hangat mudah mencerna hangat A:  Masalah sebagian
tampak       Beri makanan yang     Memberikan teratasi
lemah, makanan yang dimakannya makanan yang P:  R/T dilanjutkan
Makanan berpariasi       Dengan berpariasi
yang di       Beri memberikan makanan     Memberi

27
sajikan habis penjelasan tentang dalam keadaan hangat penjelasan tentang
1/3 porsi manfaat makanan diharapkan dapat manfaat makanan
menambah nafsu
makan pasien
      Dengan
memberikan makanan
yang berpariasi
diharapkan pasien
tidak bosan dengan
makanan yang
disediakan
      Dengan
memberikan
penjelasan
makanan pada pasien,
agar pasien
mengetahui manfaat
makanan

3 DS:  Pasien Gangguan istirahat Istirahat     Beri pasien     Dengan     Memberikan S:  Pasien mengataka

28
mengatakan tidur b/d efek tidur ruangan yang memberikan pasien pasien ruangan yang bisa tidur siang
susah tidur hospitalisasi d/d pasien pasien nyaman ruangan yang nyaman nyaman O:  Pasien tampak
tampak pucat, mata terpenuhi     Batasi jam diharapkan pasien     Membatasi lemas
DO: pasien cekung, tidur berkunjung pasien merasa nyaman jamberkunjung A:  Masalah sebagian
tampak pucat, malam + 2 jam susah ; pagi jam 10-12     Dengan     Batasi jumlah teratasi
mata cekung, tidur siang Sore 16-17 membatasi jam pengunjung P:  R/T dilanjutkan
tidur Malam 19-21 berkunjung     Menghindari
malam + 2     Batasi diharapkan pasien keributan
jam  pasien jumlah dapat beristirahat     Merapikan
susah tidur pengunjung     Dengan tempat tidur pasien
siang     Hindari membatasi jumlah setiap hari
keributan pengunjung agar
    Rapikan pasien merasa tenang
tempat tidur
pasien     Dengan
menghindari
keributan diharapkan
pasien dapat
beristirahat dengan
nyaman

29
    Dengan
merapikan tempat
tidur pasien setiap
hari diharapkan dapat
meningkatkan
kenyamanan pasien
setiap hari

4 Ds  : pasien Gangguan pola aktivitas     Bantu -       Dengan  membantu aktivitas S  :  Pasien
mengatakan aktivitas b/d kelemahan pasien aktivitas pasien membantu pasien pasien mengatakan kedua
kedua kakinya fisik d/d pasien tampak terpenuhi     Beri posisi untuk berativitas -         kakinya sudah bias di
susah susah melakukan yang nyaman Agar kedua kaki -       Memberi posisi gerakan
digerakkan aktivitas, semua semi fowler pasien  tidak terasa yang nyaman semi O :  Pasien susah
Do  : aktivitas aktivitas dibantu oleh          Dekatkan kaku fowler untuk beraktivitas
paiens di keluarga dan perawat barang-barang -      Dengan -       Mendekatkan A :  Masalah sebagian
bantu oleh dibutuhkan pasien memberikan posisi barang-barang yang teratasi
keluarga dan semifowler di dibutuhkan pasien P  :  R/T dilanjutkan
perawat harapkan dapat
mengurangi rasa nyeri      
pada pasien

30
         Pasien dapat
menjangkau barang-
barang yang
diperlukan pasien

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg

dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang

mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90

mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan


sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
B. Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini penulis paparkan, penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik
lagi.

32
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes , Marilin .2002.Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi : 3.Jakarta : EGC

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta

:EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tingg

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf

www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf

http://surabaya-ehealth.org/wiki/index.php hipertensi

http://askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi

33

Anda mungkin juga menyukai