Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA ANALOG
Dosen Pengampu : Yesiana Arimurti, S.Si., M.Sc.

KARAKTERISTIK TRANSISTOR BIPOLAR

Disusun oleh :

Nama : Extian Yustisia Martia Siswanto

NIM : K2320033

Semester/Kelas : 3/C

Nama Asisten : Mukhit.

Rekan Kerja : 1. Dewa Pascal Ariyanto (K2320028)

2. Novita Ceicilia Ayu L (K2320058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
A. JUDUL
Karakteristik Transistor Bipolar

B. TUJUAN
Mempelajari karakteristik transistor bipolar.

C. DASAR TEORI

Transistor merupakan salah satu komponen elektronika yang mempunyai tipe


yang bervariasi dengan karakteristik dan spesifikasi yang berbeda sehingga
pengaplikasiannya disesuaikan dengan kebutuhan dalam perancangan. Transistor dibagi
menjadi 2 kelas utamaya itu Bipolar Junction Transistor (BJT) dan Field Effect
Transistor (FET). Transistor juga diklasifikasikan berdasarkan bahan semikonduktor
penyusunnya yaitu silicon dan germanium dan berdasarkan aplikasi dari transistor
tersebut dirancang yaitu sebagai penguat, switching, high voltage atau small signal.
(Handoko, H.2017)

Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi


sebagai logic gate, memori, dan komponen komponen lainnya. Kelebihan dari transistor
penguat bukan sekedar bisa menguatkan sinyal, namun transistor ini juga dapat di pakai
sebagai penguat arus, penguat daya dan penguat tegangan. Karakteristik kurva dari
sebuah transistor dapat dilihat dengan membuat kurva karakteristik secara manual yang
data-datanya didapatkan melalui hasil pengukuran.( Nurhasanah. 2018)

(Handoko, H.2017)

Transistor PNP Trnasisitor NPN


Dikenal pula transistor tipe sambungan namun cara kerjanya dikendalikan oleh
tegangan serta bergantung pada satu jenis muatan yaitu lubang saja atau elektron saja.
Transistor seperti ini disebut JFET (junction field effect transistor) atau disingkat FET
(field effect transistor). Gambar diatas memperlihatkan simbol-simbol transistor NPN
dan PNP.

Sebelum memasang transistor dalam rangkaian maka terlebih dahulu harus diketahui
yang mana emiter (E), kolektor (C), atau basis (B). Biasanya pabrik-pabrik pembuat
memberi tanda lingkaran atau titik merah (atau tanda lain) di dekat kaki C seperti pada
Gambar 3 (a). Jika dilihat dari atas, maka urutan kaki-kaki dalam arah putaran jarum
jam adalah C-B-E. Biasa juga kepingan lidah kecil yang menjorok menandai kaki E.
Dan urutan kaki-kaki teansistor menurut arah putaran jarum jam jika dilihat dari atas
adalah E-C-B. Urutan ini adalah sama saja dengan urutan yang pertama diatas.

(Muhammad, R. D.2019)

Ekstraksi parameter model memerlukan dua pengukuran dc: pertama kurva


keluaran, iC(vCE) dengan iB sebagai parameter, baik modus aktif maju dan balik.
Kurva ini berguna untuk ekstrasi VAF dan VAR. Kedua kurva Gummel (Gummel
plot), yaitu kurva arus kolektor dan basis dalam skala logarismis, log(iC) dan log(iB),
sebagai fungsi tegangan basis-emiter, vBE, dalam skala linier dengan kondisi tegangan
basis-kolektor konstan, vBC = kontan. Kurva ini berguna untuk ekstraksi NF, IS, ISE,
BF, dan NE. Berdasarkan kurva Gummel, perbandingan arus iC terhadap iB, Beta DC,
dapat diperoleh dan ini digunakan untuk ekstraksi IKF. Diagram rangkaian untuk
pengukuran arus-tegangan disajikan pada Gambar 2. Sketsa kurva keluaran, kurva
Gummel, dan kurva Beta disajikan dalam gambar dibawah :
(Sulaiman, M. N. 2021)

Dalam transistor npn, kaki emitor meiilki arus yang terbesar. Arus yang besar
ini diperoleh dari kolektor. Apabila dibandingkan dengan kaki base, arus pada kaki
base sangatlah kecil. Hubungan arus – arus tersebut ditunjukkan oleh :

𝐼𝐸 = 𝐼𝐶 + 𝐼𝐵

Karena arus basis sangat kecil, maka dapat dilakukan pendekatan yaitu 𝐼𝐸 = 𝐼𝐶

Pebandingan antara arus kolektor dan arus emitor disebut dengan dc alfa (𝛼),
yang dirumuskan sebagai :

𝐼𝐶
𝛼=
𝐼𝐸

Karena arus kolektor dan emitor memiliki besar yang hampir sama maka
nilainya akan mendekati 1. Sedangkan perbandingan antara arus pada kolektor dengan
arus pada basis disebut dengan dc Beta (𝛽). Dc Beta dapat dirumuskan sebagai :

𝐼𝐶
𝛽=
𝐼𝐵

Dc beta juga diketahui sebagai penguatan arus atau current gain karena arus
yang kecil pada basis akan mengontrol arus yang lebih besar pada kolektor.

D. ALAT DAN BAHAN

No Alat dan Bahan Jumlah Gambar


1. Catu daya 1

2. Transistor 1

3. Multimeter 1

Papan rangkaian
4. 1
percobaan

5. Potensiometer 1
Kabel
6. 1
Penghubung

E. PROSEDUR PERCOBAAN
Penentuan kaki kaki transistor
1. Multimeter dikalibrasi
2. Multimeter di-set menjadi ohmmeter berskala 100 ohm
3. Probe merah dihubungkan ke salah satu kaki
4. Probe merah dihubungkan ke dua buah kaki sisanya, bila jarum bergerak maka
kaki pada probe merah adalah basis
5. Multimeter di-set menjadi ohmmeter berskala 10k ohm
6. Probe hitam dan jari tangan disentuhkan ke kaki selain basis
7. Probe merah disentuhkan ke kaki yang lain selain basis
8. Kaki basis disentuh oleh jari, apabila jarum bergerak maka kaki pada probe hitam
dan jari tangan adalah kolektor dan kaki satunya adalah emitor

Pengukuran arus dan tegangan pada transistor


1. Terminal positif baterai dihubungkan ke kaki 1 potensiometer menggunakan kabel
buaya dan jumper pada protoboard
2. Terminal negatif baterai dihubungkan ke kaki 3 potensiometer menggunakan kabel
buaya dan jumper pada protoboard
3. Kaki 2 potensiometer dihubungkan ke kaki basis transistor menggunakan jumper
4. Kaki 1 potensiometer dihubungkan ke kaki kolektor transistor menggunakan
jumper
5. Kaki 3 potensiometer dihubungkan ke kaki emitor transistor menggunakan jumper
6. Potensiometer diputar sampai habis
7. Multimeter dikalibrasi dan di-set menjadi amperemeter
8. Arus pada basis diukur menggunakan multimeter yang dihubungkan seri antara
basis dan kaki 2 potensiometer
9. Arus pada kolektor diukur dengan mengunakan multimeter yang dihubungkan seri
antara kaki kolektor dengan kaki 1 potensiometer
10. Multimeter dikalibrasi diukur dan di-set menjadi voltmeter
11. Tegangan antara basis dan emitor diukur menggunakan multimeter yang
dihubungkan paralalel pada kaki basis dan emitor
12. Tegangan antara kolektor dan emitor diukur menggunakan multimetr yang
dihubungkan paralel pada kaki kolektor dan emitor
13. Data dimasukkan ke dalam tabel
14. Langkah 7 – 8 diulang untuk 3 putaran potensiometer yang berbeda

F. SKEMA ALAT
1. Menyusun besar arus litrik

Gambar 1. Arus Kolektor (Lc)


Gambar 2. Arus Basis (Ib)

2. Menyusun besar tegangan listrik

Gambar 3. Tegangan Kolektor Emitor (VCE)


Gambar 4. Tegangan Basis Emitor (Vbe)

3. Rangkaian Gabungan mengukur Arus dan Tegangan Listrik


G. ANALISIS HASIL
1. Data Hasil Percobaan
a. Pengujian kaki-kaki pada transistor NPN
Kaki 2 : kaki basis
Kaki 3 : kaki emitor
Kaki 1 : kaki kolektor
b. Penghitungan batu baterai
Pengamatan : 9 volt
Pengukuran : 7,6 volt
c. Pengukuran 𝐼𝑏 , 𝐼𝑐 , 𝑉𝑏𝑒 , 𝑉𝑐𝑒

No 𝐼𝑏 𝐼𝑐 𝑉𝑏𝑒 (volt) 𝑉𝑐𝑒 (volt)

1 5 × 10−6 𝐴 1,2 × 10−3 𝐴 0,7𝑉 7,4𝑉

2 7,5 × 10−6 𝐴 13,5 × 10−3 𝐴 0,6𝑉 7𝑉

3 12 × 10−6 𝐴 0,05𝐴 0,8𝑉 7𝑉

4 0,1 × 10−3 𝐴 0,065𝐴 0,8𝑉 6,8𝑉

5 0,3 × 10−3 𝐴 0,09𝐴 0,8𝑉 5,4𝑉

2. Analisis Kuantitatif
a. Penghitungan pada batu baterai
Karena pengukuran menggunakan multimeter analog maka hasil akhir diperoleh
sebagai berikut,
skala yang ditunjuk
Hasil = × batas ukur
skala maksimum
7,6
= × 10
10

= 7,6 𝑣𝑜𝑙𝑡
b. Penghitungan pada pengukuran 𝐼𝑏 , 𝐼𝑐 , 𝑉𝑏𝑒 , 𝑉𝑐𝑒
• Putaran pertama
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
1
= 10 × 50μ = 5μA = 5 × 10−6 𝐴
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
4,8
= × 2,5m = 1,2mA = 1,2 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
2,8
= × 2,5 = 0,7V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
7,4
= × 10 = 7,4V
10

• Putaran Kedua
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
1,5
= × 50μ = 7,5μA = 7,5 × 10−6 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
5,4
= × 2,5m = 13,5mA = 13,5 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
2,4
= × 2,5 = 0,6V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
7
= × 10 = 7V
10

• Putran Ketiga
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
2,4
= × 50μ = 12μA = 12 × 10−6 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
2
= 10 × 2,5m = 0,05A
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
3,2
= × 2,5 = 0,8V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
7
= 10 × 10 = 7V

• Putaran Keempat
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
0,4
= × 2,5m = 0,1mA = 0,1 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
2,6
= × 0,25 = 0,065A
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = skala maksimum
× batas ukur
3,2
= × 2,5 = 0,8V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
6,8
= × 10 = 6,8V
10

• Putaran Kelima
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
1,2
= × 2,5m = 0,3mA = 0,3 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
3,6
= × 0,25 = 0,09A
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
3,2
= × 2,5 = 0,8V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
5,4
= × 10 = 5,4V
10

Dari data di atas dapat dibuat tabel hubungan Vbe dan Ib seperti berikut :
Vbe(V) Ib (A)

0,7𝑉 5 × 10−6 𝐴
0,6𝑉 7,5 × 10−6 𝐴

0,8𝑉 12 × 10−6 𝐴

0,8𝑉 0,1 × 10−3 𝐴

0,8𝑉 0,3 × 10−3 𝐴

Dari tabel tersebut dibuat grafik hubungan Vbe dan Ib

Grafik Hubungan antara Vbe dan Ib


0.00035
0.0003
0.00025
Grafik Hubungan
Arus Listrik (I)

0.0002
antara Vbe dan Ib
0.00015
y = 0.0008x - 0.0005
0.0001 Linear (Grafik
Hubungan antara Vbe
0.00005 dan Ib)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.00005
Tegangan (V)

Dari data di atas dapat dibuat tabel hubungan Vce dan Ic seperti berikut :
Vce(V) Ic (A)

7,4𝑉 1,2 × 10−3 𝐴

7𝑉 13,5 × 10−3 𝐴

7𝑉 0,05𝐴

6,8𝑉 0,065𝐴

5,4𝑉 0,09𝐴

Dari tabel tersebut dibuat grafik hubungan Vce dan Ic


Grafik Hubungan antara Vce dan Ic
0.12

0.1
Arus Listrik (I)
0.08
Grafik Hubungan
0.06 antara Vce dan Ic

0.04 Linear (Grafik


0.02 Hubungan antara Vce
y = -0.0401x + 0.3135 dan Ic)
0
0 2 4 6 8
Tegangan (V)

Dari data di atas dapat dibuat tabel hubungan Ib dan Ic seperti berikut :
Ibe(A) Ic (A)

5 × 10−6 𝐴 1,2 × 10−3 𝐴

7,5 × 10−6 𝐴 13,5 × 10−3 𝐴

12 × 10−6 𝐴 0,05𝐴

0,1 × 10−3 𝐴 0,065𝐴

0,3 × 10−3 𝐴 0,09𝐴

Dari tabel tersebut dibuat grafik hubungan Ib dan Ic

Grafik Hubungan antara Ib dan Ic


0.12

0.1 y = 242.34x + 0.0234


0.08

0.06
Ic

0.04

0.02

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035
Ib
Besarnya penguatan arus (dc beta) dalam transistor ini dapar diperoleh dengan
menganilisi gradiennya :
y = 242,3x + 0,023
𝐼𝐶 = 242,3 𝐼𝐵
𝐼𝐶
= 242,3
𝐼𝐵
𝛽 = 242,3

3. Analisis Kualitatif

Pada hari Senin, dilakukan praktikum dengan judul Karakteristik Transistor


Bipolar. Praktikum ini mempunyai tujuan untuk mempelajari karakteristik
transistor bipolar.

Pertama, praktikan melakukan pengujian kaki-kaki pada transistor NPN


untuk menentukan kaki basis, kaki emitor, dan kaki kolektor. Dari percobaan
didapatkan hasil kaki 2 adalah kaki basis, kaki 3 adalah kaki emitor, dan kaki 1
adalah kaki kolektor.

Kedua, praktikan melakukan pengukuran nilai tegangan pada batu baterai


menggunakan multimeter anlog. Multimeter dikalibrasi dahulu dalam skala
ohmmeter. Kalibrasi pada ohmmeter bertujuan supaya multimeter dapat mencapai
angka nol (0) tanpa adanya hambatan. Berdasarkan pada pengamatan, nilai
tegangan batu baterai adalah 9 volt. Berdasarkan pada perhitungan pengukuran
nilai tegangan batu baterai adalah 7,6 volt. Hasil yang ditunjukkan berbeda, hal ini
dikarenakan pada hasil pengamatan nilai tegangan pada bau baterai adalah nilai
pada saat batu masih baru sehingga nilainya belum berkurang. Sedangkan pada
perhitungan pengukuran nilai tegangan batu baterai adalah 7,6 adalah nilai
tegangan setelah beberapa kali pemakaian, sehingga tegangannya berkurang.

Ketiga, praktikan melakukan percobaan untuk mencari nilai Ib, Ic, Vbe ,
Vce. Data yang dibutuhkan untuk mencari nilai Ib, Ic, Vbe , Vce adalah tiga
jumlah data. Pengambilan data dilakukan dengan memutar potensiometer karah
kanan atau negatif tiga kali. Pada pemutaran pertama diperoleh data Ib sebesar
5 × 10−6 A, Ic sebesar 1,2 × 10−3 A, Vbe sebesar 0,7 V, Vce sebesar 7,4 V. Pada
pemutara kedua diperoleh data Ib sebesar 7,5 × 10−6 A, Ic sebesar 13,5 × 10−3 A,
Vbe sebesar 0,6 V, Vce sebesar 7 V. Pada pemutara ketiga diperoleh data Ib
sebesar 12 × 10−6 A, Ic sebesar 0,05A, Vbe sebesar 0,8 V, Vce sebesar 7 V. Pada
pemutara keempat diperoleh data Ib sebesar 0,1 × 10−3 A, Ic sebesar 0,065A, Vbe
sebesar 0,8 V, Vce sebesar 6,8 V. Pada pemutara kelima diperoleh data Ib sebesar
0,3 × 10−3 A, Ic sebesar 0,09A, Vbe sebesar 0,8 V, Vce sebesar 5,7 .

Setelah didapat data seperti diatas, kemudia membuat grafik hubungan


antara Vbe dengan Ib, hubungan Vce dengan Ic, dan hubungan antara Ib dengan Ic.

Grafik Hubungan antara Vbe dan Ib


0.00035
0.0003
0.00025
Grafik Hubungan
Arus Listrik (I)

0.0002
antara Vbe dan Ib
0.00015
y = 0.0008x - 0.0005
0.0001 Linear (Grafik
Hubungan antara Vbe
0.00005 dan Ib)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.00005
Tegangan (V)

Dari grafik di atas terlihat bahwa dengan naiknya tegangan maka arus juga
akan naik. Pada grafik tersebut terlihat bahwa garis yang dihasilkan tidaklah linier.
Dari grafik tersebut dengan tegangan sebesar 0,7 Volt di antara kaki basis dan
emitor akan menghasilkan arus sebesar 5 × 10−6 𝐴 ampere pada kaki basis. Ketika
tegangan antara kaki basis dan emitor sedikit dinaikkan menjadi 0,8 Volt maka
arus yang dihasilkan adalah 12 × 10−6 𝐴. Ketika tegangan antara kaki basis dan
emitor menjadi 0,8 Volt maka arus yang dihasilkan adalah
0,3 × 10−3 𝐴. Pada grafik juga tampak garis linier yang terbentuk memiliki
persamaan y=0,0008x - 0,0005 dengan gradien 0,0008.
Grafik Hubungan antara Vce dan Ic
0.12

Arus Listrik (I) 0.1

0.08
Grafik Hubungan
0.06 antara Vce dan Ic

0.04 Linear (Grafik


0.02 Hubungan antara Vce
y = -0.0401x + 0.3135 dan Ic)
0
0 2 4 6 8
Tegangan (V)

Dari grafik di atas terlihat bahwa perubahan pada tegangan di antara kaki
kolektor dan emitor akan menghasilkan perubahan arus yang linier pada kaki
kolektor. Ketika tegangan kolektor – emitor sebesar 7,4 Volt, maka akan dihasilkan
arus sebesar 1,2 × 10−3 𝐴. Tegangan kolektor – emitor sebesar 7 Volt akan
menghasilkan arus sebesar 0,05A. Apabila tegangan pada kaki kolektor – emitor
sebesar 5,4 Volt maka arus yang dihasilkan adalah 0,09 A. Tampak pada grafik
garis linier memiliki persamaan yaitu y=-0,0401x + 0,3135 dengan gradien 0,0401.

Grafik Hubungan antara Ib dan Ic


0.12

0.1 y = 242.34x + 0.0234


0.08

0.06
Ic

0.04

0.02

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035
Ib

Dari data grafik tersebut terlihat bahwa arus pada basis dan arus pada
kolektor memilki hubungan yang linier. Ketika arus basis mengalami kenaikan
maka arus pada kolektor juga akan mengalami kenaikan. Ketika arus pada basis
dibuat menjadi 5 × 10−6 𝐴 maka arus pada kolektor akan menjadi 1,2 × 10−3 𝐴.
Ketika arus pada basis dinaikkan menjadi 12 × 10−6 𝐴 maka arus pada kolektor
akan menjadi 0,05A. Apabila arus basis dinaikkan menjadi 0,3 × 10−3 𝐴 maka arus
kolektor akan menjadi 0,03A. Dimana grafik membentuk garis linier dengan
persamaan y= 242,3 + 0,023 dengan gradien 242,3.

H. PEMBAHASAN

Transistor merupakan salah satu komponen elektronika yang mempunyai tipe


yang bervariasi dengan karakteristik dan spesifikasi yang berbeda sehingga
pengaplikasiannya disesuaikan dengan kebutuhan dalam perancangan. Transistor dibagi
menjadi 2 kelas utamaya itu Bipolar Junction Transistor (BJT) dan Field Effect
Transistor (FET). Transistor juga diklasifikasikan berdasarkan bahan semikonduktor
penyusunnya yaitu silikon dan germanium dan berdasarkan aplikasi dari transistor
tersebut dirancang yaitu sebagai penguat, switching, high voltage atau small signal.
(Handoko, H.2017)

Pada praktikum kali ini menggunakan transistor tipe Bipolar Junction


Transistor (BJT). Pembentuk transistor bipolar adalah emitor, basis dan kolektor dan
dapat dikombinasikan menjadi jenis NPN atau PNP yang menjadi satu sebagai tiga kaki
transistor. Praktikum ini menggunakan transistor jenis NPN dengan bahan penyusunnya
adalah silikon. Setelah melakukan penentuan untuk kaki-kaki resistor didapatkan kaki 2
adalah kaki basis, kaki 3 adalah kaki emitor, dan kaki 1 adalah kaki kolektor.

Pada perhitungan 𝐼𝑏 , 𝐼𝑐 , 𝑉𝑏𝑒 , dan 𝑉𝑐𝑒 dengan menggunakan multimeter analog


didapatkan data sebagai berikut:
No 𝐼𝑏 𝐼𝑐 𝑉𝑏𝑒 (volt) 𝑉𝑐𝑒 (volt)

1 5 × 10−6 𝐴 1,2 × 10−3 𝐴 0,7𝑉 7,4𝑉


2 7,5 × 10−6 𝐴 13,5 × 10−3 𝐴 0,6𝑉 7𝑉
3 12 × 10−6 𝐴 0,05𝐴 0,8𝑉 7𝑉
4 0,1 × 10−3 𝐴 0,065𝐴 0,8𝑉 6,8𝑉
5 0,3 × 10−3 𝐴 0,09𝐴 0,8𝑉 5,4𝑉
Dalam transistor npn, kaki emitor meiliki arus yang terbesar. Arus yang besar
ini diperoleh dari kolektor. Apabila dibandingkan dengan kaki basis, arus pada kaki
basis sangatlah kecil. Hubungan arus–arus tersebut ditunjukkan oleh :
𝐼𝐸 = 𝐼𝐶 + 𝐼𝐵

Karena arus basis sangat kecil, maka dapat dilakukan pendekatan yaitu 𝐼𝐸 = 𝐼𝐶 .
Perbandingan antara arus pada kolektor dengan arus pada basis disebut dengan dc Beta
(β). Dc Beta dapat dirumuskan sebagai :

𝐼𝐶
𝛽=
𝐼𝐵

Dc beta juga diketahui sebagai penguatan arus atau current gain karena arus yang kecil
pada basis akan mengontrol arus yang lebih besar pada kolektor.Dari data percobaan
didapatkan bahwa 𝐼𝐵 lebih kecil dari 𝐼𝐶 . Sehingga arus basis yang benilai lebih kecil
mengontrol arus kolektor yang lebih besar dengan penguat arus (𝛽) sebesar 242,3.

Pada dasar teori disebutkan mengenai grafik dari karakteristik transistor


sebagai berikut:

Namun pada hasil percobaan didapatkan hasil grafik yang berbeda.

Berdasarkan grafik tersebut dapat terlihat adanya ketidaksesuaian antara percobaan


dengan teori. Hal ini disebabkan adanya kesalahan teknis maupun non-teknis yang
terjadi selama percobaan berlangsung, seperti multimeter yang eror atau tidak stabil
dalam melakukan pengukuran multimeter, komponen yang kurang menancap pada
protoboard, kurang teliti dalam membaca pengukuran, dan kurang teliti dalam
melakukan perhitungan. Sehingga data yang didapat tidak akurat.

I. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa transistor bipolar terdiri dari 2 jenis yaitu PNP dan NPN. Transistor memiliki 3
kaki yaitu emiter (E), kolektor (C), atau basis (B). Dalam transistor npn, kaki emitor
meiilki arus yang terbesar. Arus yang besar ini diperoleh dari kolektor. Apabila
dibandingkan dengan kaki base, arus pada kaki base sangatlah kecil. Dalam transistor
npn, kaki emitor meiilki arus yang terbesar. Arus yang besar ini diperoleh dari
kolektor. Apabila dibandingkan dengan kaki base, arus pada kaki base sangatlah kecil.
Karena arus kolektor dan emitor memiliki besar yang hampir sama maka nilainya
akan mendekati 1. Sedangkan perbandingan antara arus pada kolektor dengan arus
pada basis disebut dengan dc Beta (𝛽).

J. DAFTAR PUSTAKA

Handoko, H., Suharto, H., & Kristiadjie, H. (2017). Alat Ukur Karakteristik Kurva
Bipolar Junction Transistor Berbasis Personal Computer. TESLA: Jurnal
Teknik Elektro, 17(1), 52-68.
Muhammad, R. D., & Herman, H. R. (2019). Characteristic Test Of Transistor Based
Multisim Software. PROtek: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 6(2), 63-67.
Nurhasanah, N., Harijanto, A., & Maryani, M. (2018). ALAT PERAGA
KARAKTERISTIK TRANSISTOR MENGGUNAKAN PAPAN ARDUINO
DAN LAPTOP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA
DASAR. FKIP e-PROCEEDING, 3(1), 158-161.
Sulaiman, M. N. (2021). PERANCANGAN PELACAK KURVA KARAKTERISTIK
ARUS-TEGANGAN TRANSISTOR BIPOLAR. JURNAL ELKO
(ELEKTRIKAL dan KOMPUTER), 2(1).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai