ELEKTRONIKA ANALOG
Dosen Pengampu : Yesiana Arimurti, S.Si., M.Sc.
Disusun oleh :
NIM : K2320033
Semester/Kelas : 3/C
SURAKARTA
2021
A. JUDUL
Karakteristik Transistor Bipolar
B. TUJUAN
Mempelajari karakteristik transistor bipolar.
C. DASAR TEORI
(Handoko, H.2017)
Sebelum memasang transistor dalam rangkaian maka terlebih dahulu harus diketahui
yang mana emiter (E), kolektor (C), atau basis (B). Biasanya pabrik-pabrik pembuat
memberi tanda lingkaran atau titik merah (atau tanda lain) di dekat kaki C seperti pada
Gambar 3 (a). Jika dilihat dari atas, maka urutan kaki-kaki dalam arah putaran jarum
jam adalah C-B-E. Biasa juga kepingan lidah kecil yang menjorok menandai kaki E.
Dan urutan kaki-kaki teansistor menurut arah putaran jarum jam jika dilihat dari atas
adalah E-C-B. Urutan ini adalah sama saja dengan urutan yang pertama diatas.
(Muhammad, R. D.2019)
Dalam transistor npn, kaki emitor meiilki arus yang terbesar. Arus yang besar
ini diperoleh dari kolektor. Apabila dibandingkan dengan kaki base, arus pada kaki
base sangatlah kecil. Hubungan arus – arus tersebut ditunjukkan oleh :
𝐼𝐸 = 𝐼𝐶 + 𝐼𝐵
Karena arus basis sangat kecil, maka dapat dilakukan pendekatan yaitu 𝐼𝐸 = 𝐼𝐶
Pebandingan antara arus kolektor dan arus emitor disebut dengan dc alfa (𝛼),
yang dirumuskan sebagai :
𝐼𝐶
𝛼=
𝐼𝐸
Karena arus kolektor dan emitor memiliki besar yang hampir sama maka
nilainya akan mendekati 1. Sedangkan perbandingan antara arus pada kolektor dengan
arus pada basis disebut dengan dc Beta (𝛽). Dc Beta dapat dirumuskan sebagai :
𝐼𝐶
𝛽=
𝐼𝐵
Dc beta juga diketahui sebagai penguatan arus atau current gain karena arus
yang kecil pada basis akan mengontrol arus yang lebih besar pada kolektor.
2. Transistor 1
3. Multimeter 1
Papan rangkaian
4. 1
percobaan
5. Potensiometer 1
Kabel
6. 1
Penghubung
E. PROSEDUR PERCOBAAN
Penentuan kaki kaki transistor
1. Multimeter dikalibrasi
2. Multimeter di-set menjadi ohmmeter berskala 100 ohm
3. Probe merah dihubungkan ke salah satu kaki
4. Probe merah dihubungkan ke dua buah kaki sisanya, bila jarum bergerak maka
kaki pada probe merah adalah basis
5. Multimeter di-set menjadi ohmmeter berskala 10k ohm
6. Probe hitam dan jari tangan disentuhkan ke kaki selain basis
7. Probe merah disentuhkan ke kaki yang lain selain basis
8. Kaki basis disentuh oleh jari, apabila jarum bergerak maka kaki pada probe hitam
dan jari tangan adalah kolektor dan kaki satunya adalah emitor
F. SKEMA ALAT
1. Menyusun besar arus litrik
2. Analisis Kuantitatif
a. Penghitungan pada batu baterai
Karena pengukuran menggunakan multimeter analog maka hasil akhir diperoleh
sebagai berikut,
skala yang ditunjuk
Hasil = × batas ukur
skala maksimum
7,6
= × 10
10
= 7,6 𝑣𝑜𝑙𝑡
b. Penghitungan pada pengukuran 𝐼𝑏 , 𝐼𝑐 , 𝑉𝑏𝑒 , 𝑉𝑐𝑒
• Putaran pertama
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
1
= 10 × 50μ = 5μA = 5 × 10−6 𝐴
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
4,8
= × 2,5m = 1,2mA = 1,2 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
2,8
= × 2,5 = 0,7V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
7,4
= × 10 = 7,4V
10
• Putaran Kedua
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
1,5
= × 50μ = 7,5μA = 7,5 × 10−6 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
5,4
= × 2,5m = 13,5mA = 13,5 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
2,4
= × 2,5 = 0,6V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
7
= × 10 = 7V
10
• Putran Ketiga
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
2,4
= × 50μ = 12μA = 12 × 10−6 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
2
= 10 × 2,5m = 0,05A
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
3,2
= × 2,5 = 0,8V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
7
= 10 × 10 = 7V
• Putaran Keempat
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
0,4
= × 2,5m = 0,1mA = 0,1 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
2,6
= × 0,25 = 0,065A
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = skala maksimum
× batas ukur
3,2
= × 2,5 = 0,8V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
6,8
= × 10 = 6,8V
10
• Putaran Kelima
skala yang ditunjuk
𝐼𝑏 = × batas ukur
skala maksimum
1,2
= × 2,5m = 0,3mA = 0,3 × 10−3 𝐴
10
skala yang ditunjuk
𝐼𝑐 = × batas ukur
skala maksimum
3,6
= × 0,25 = 0,09A
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑏𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
3,2
= × 2,5 = 0,8V
10
skala yang ditunjuk
𝑉𝑐𝑒 = × batas ukur
skala maksimum
5,4
= × 10 = 5,4V
10
Dari data di atas dapat dibuat tabel hubungan Vbe dan Ib seperti berikut :
Vbe(V) Ib (A)
0,7𝑉 5 × 10−6 𝐴
0,6𝑉 7,5 × 10−6 𝐴
0,8𝑉 12 × 10−6 𝐴
0.0002
antara Vbe dan Ib
0.00015
y = 0.0008x - 0.0005
0.0001 Linear (Grafik
Hubungan antara Vbe
0.00005 dan Ib)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.00005
Tegangan (V)
Dari data di atas dapat dibuat tabel hubungan Vce dan Ic seperti berikut :
Vce(V) Ic (A)
7𝑉 13,5 × 10−3 𝐴
7𝑉 0,05𝐴
6,8𝑉 0,065𝐴
5,4𝑉 0,09𝐴
0.1
Arus Listrik (I)
0.08
Grafik Hubungan
0.06 antara Vce dan Ic
Dari data di atas dapat dibuat tabel hubungan Ib dan Ic seperti berikut :
Ibe(A) Ic (A)
12 × 10−6 𝐴 0,05𝐴
0.06
Ic
0.04
0.02
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035
Ib
Besarnya penguatan arus (dc beta) dalam transistor ini dapar diperoleh dengan
menganilisi gradiennya :
y = 242,3x + 0,023
𝐼𝐶 = 242,3 𝐼𝐵
𝐼𝐶
= 242,3
𝐼𝐵
𝛽 = 242,3
3. Analisis Kualitatif
Ketiga, praktikan melakukan percobaan untuk mencari nilai Ib, Ic, Vbe ,
Vce. Data yang dibutuhkan untuk mencari nilai Ib, Ic, Vbe , Vce adalah tiga
jumlah data. Pengambilan data dilakukan dengan memutar potensiometer karah
kanan atau negatif tiga kali. Pada pemutaran pertama diperoleh data Ib sebesar
5 × 10−6 A, Ic sebesar 1,2 × 10−3 A, Vbe sebesar 0,7 V, Vce sebesar 7,4 V. Pada
pemutara kedua diperoleh data Ib sebesar 7,5 × 10−6 A, Ic sebesar 13,5 × 10−3 A,
Vbe sebesar 0,6 V, Vce sebesar 7 V. Pada pemutara ketiga diperoleh data Ib
sebesar 12 × 10−6 A, Ic sebesar 0,05A, Vbe sebesar 0,8 V, Vce sebesar 7 V. Pada
pemutara keempat diperoleh data Ib sebesar 0,1 × 10−3 A, Ic sebesar 0,065A, Vbe
sebesar 0,8 V, Vce sebesar 6,8 V. Pada pemutara kelima diperoleh data Ib sebesar
0,3 × 10−3 A, Ic sebesar 0,09A, Vbe sebesar 0,8 V, Vce sebesar 5,7 .
0.0002
antara Vbe dan Ib
0.00015
y = 0.0008x - 0.0005
0.0001 Linear (Grafik
Hubungan antara Vbe
0.00005 dan Ib)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.00005
Tegangan (V)
Dari grafik di atas terlihat bahwa dengan naiknya tegangan maka arus juga
akan naik. Pada grafik tersebut terlihat bahwa garis yang dihasilkan tidaklah linier.
Dari grafik tersebut dengan tegangan sebesar 0,7 Volt di antara kaki basis dan
emitor akan menghasilkan arus sebesar 5 × 10−6 𝐴 ampere pada kaki basis. Ketika
tegangan antara kaki basis dan emitor sedikit dinaikkan menjadi 0,8 Volt maka
arus yang dihasilkan adalah 12 × 10−6 𝐴. Ketika tegangan antara kaki basis dan
emitor menjadi 0,8 Volt maka arus yang dihasilkan adalah
0,3 × 10−3 𝐴. Pada grafik juga tampak garis linier yang terbentuk memiliki
persamaan y=0,0008x - 0,0005 dengan gradien 0,0008.
Grafik Hubungan antara Vce dan Ic
0.12
0.08
Grafik Hubungan
0.06 antara Vce dan Ic
Dari grafik di atas terlihat bahwa perubahan pada tegangan di antara kaki
kolektor dan emitor akan menghasilkan perubahan arus yang linier pada kaki
kolektor. Ketika tegangan kolektor – emitor sebesar 7,4 Volt, maka akan dihasilkan
arus sebesar 1,2 × 10−3 𝐴. Tegangan kolektor – emitor sebesar 7 Volt akan
menghasilkan arus sebesar 0,05A. Apabila tegangan pada kaki kolektor – emitor
sebesar 5,4 Volt maka arus yang dihasilkan adalah 0,09 A. Tampak pada grafik
garis linier memiliki persamaan yaitu y=-0,0401x + 0,3135 dengan gradien 0,0401.
0.06
Ic
0.04
0.02
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035
Ib
Dari data grafik tersebut terlihat bahwa arus pada basis dan arus pada
kolektor memilki hubungan yang linier. Ketika arus basis mengalami kenaikan
maka arus pada kolektor juga akan mengalami kenaikan. Ketika arus pada basis
dibuat menjadi 5 × 10−6 𝐴 maka arus pada kolektor akan menjadi 1,2 × 10−3 𝐴.
Ketika arus pada basis dinaikkan menjadi 12 × 10−6 𝐴 maka arus pada kolektor
akan menjadi 0,05A. Apabila arus basis dinaikkan menjadi 0,3 × 10−3 𝐴 maka arus
kolektor akan menjadi 0,03A. Dimana grafik membentuk garis linier dengan
persamaan y= 242,3 + 0,023 dengan gradien 242,3.
H. PEMBAHASAN
Karena arus basis sangat kecil, maka dapat dilakukan pendekatan yaitu 𝐼𝐸 = 𝐼𝐶 .
Perbandingan antara arus pada kolektor dengan arus pada basis disebut dengan dc Beta
(β). Dc Beta dapat dirumuskan sebagai :
𝐼𝐶
𝛽=
𝐼𝐵
Dc beta juga diketahui sebagai penguatan arus atau current gain karena arus yang kecil
pada basis akan mengontrol arus yang lebih besar pada kolektor.Dari data percobaan
didapatkan bahwa 𝐼𝐵 lebih kecil dari 𝐼𝐶 . Sehingga arus basis yang benilai lebih kecil
mengontrol arus kolektor yang lebih besar dengan penguat arus (𝛽) sebesar 242,3.
I. KESIMPULAN
J. DAFTAR PUSTAKA
Handoko, H., Suharto, H., & Kristiadjie, H. (2017). Alat Ukur Karakteristik Kurva
Bipolar Junction Transistor Berbasis Personal Computer. TESLA: Jurnal
Teknik Elektro, 17(1), 52-68.
Muhammad, R. D., & Herman, H. R. (2019). Characteristic Test Of Transistor Based
Multisim Software. PROtek: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 6(2), 63-67.
Nurhasanah, N., Harijanto, A., & Maryani, M. (2018). ALAT PERAGA
KARAKTERISTIK TRANSISTOR MENGGUNAKAN PAPAN ARDUINO
DAN LAPTOP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA
DASAR. FKIP e-PROCEEDING, 3(1), 158-161.
Sulaiman, M. N. (2021). PERANCANGAN PELACAK KURVA KARAKTERISTIK
ARUS-TEGANGAN TRANSISTOR BIPOLAR. JURNAL ELKO
(ELEKTRIKAL dan KOMPUTER), 2(1).
LAMPIRAN