Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

“Sistem Respirasi”

Oleh

Nama : Marenda Dias Krismonita

NIM : 160210101074

Program Studi : Pendidikan Matematika

Kelompok : 02

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. JUDUL

Sistem Respirasi

II. TUJUAN

Mengetahui kapasitas vital paru-paru pada manusia

III. DASAR TEORI

Sistem respirasi terutama berfungsi untuk menyelenggarakan pengambilan


oksigen oleh darah dan untuk pembuangan karbon dioksida. Jaringan pernapasan
yaitu tempat terjadinya pertukaran gas, terdapat dalam paru paru yang terletak di
dalam rongga dada. Rongga ini sesungguhnya merupakan rongga tertutup. Paru
paru dihubungkan dengan lingkungan luar melalui serangkaian saluran; hidung,
faring, laring, trache, dan bronki. Saluran saluran tersebut relatif kaku dan tetap
terbuka dan seluruhnya merupakan bagian konduksi dari sistem pernafasan.Bila
kapasitas rongga dada meningkat, udara akan terhisap masuk melalui saluran
saluran konduksi tadi ke dalam paru paru. Gerakan inspirasi akan secara efektif
menghisap udara masuk ke dalam paru paru hanya bilamana saluran saluran udara
tetap terbuka (Leeson et al. 1990: 399).
Sistem pernafasan terdiri atas paru dan saluran-saluran, yaitu rongga
hidung, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus. Bagian orofaring berfungsi untuk
dilalui udara maupun makanan (Bajpai, 1987: 169).
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur
tersebut terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen
(O2) antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara
darah dan atmosfer. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah
dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara
darah sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular)
berlangsung diseluruh sistem tubuh. Yang termasuk struktur utama system
pernapasan adalah saluran udara pernapasan, terdiri dari saluran napas atas dan
saluran napas bawah, serta paru (parenkim paru) (Molenaar et al. 2014: 1).
Yang disebut sebagai saluran napas atas adalah (1) nares, hidung bagian
luar (external nose), (2) hidung bagian dalam (internal nose), (3) sinus paranasal,
(4) faring, (5) laring. Saluran napas bawah adalah (1) trakea, (2) bronki dan
bronkioli. Yang dimaksud dengan parenkim paru adalah organ berupa kumpulan
alveoli yang mengelilingi cabang-cabang pohon bronkus. Paru kanan terdiri dari
tiga bagian, yaitu lobus atas kanan, lobus tengah kanan, dan lobus bawah kanan.
Setiap lobus mempunyai bronkus lobusnya masing-masing. Paru kiri mempunyai
dua lobus, yaitu lobus atas kiri dan lobus bawah kiri dan setiap lobus juga
mempunyai bronkus lobusnya masing-masing seperti paru kanan (Molenaar et al.
2014: 2).
Sewaktu menghirup udara (inspirasi) dinding dada secara aktif tertarik
keluar oleh pengerutan dinding dada, dan sekat rongga dada (diafragma) tertarik
ke bawah. Berkurangnya tekanan di dalam paru-paru menyebabkan udara
mengalir ke paru-paru. Hembusan napas keluar (ekspirasi) disebabkan
mengkerutnya paru-paru dan diikuti rongga dada yang menyusut (Rifa’i et al.
2013: 19).
Pada burung, tempat berdifusinya alat pernafasan terjadi di paru-paru.
Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada dilindugi
tulang rusuk. Pada paru-paru terdapat parabonki yang merupakan tempat
berdifusinya gas. Selain paru-paru burung memiliki pundi-pundi hawa yang
menyebar sampai ke leher, perut da sayap. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi
respirasi, hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dalam tubuh.
Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid
terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya,
ekspirasi terjadi apabila otot intercostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang
dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara di paru-paru yang
kaya karbondioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara
dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam
pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi
pada saat ekspirasi maupun inspirasi ( Yudiarti et al. 2004: 42).
Pada katak, oksigen berdifusi melalui rongga mulut, kulit dan paru-paru.
Kecuali pada fase berudu bernafas menggunakan insang karena hidupnya di air.
Selaput rongga mulut berfungsi sebagai alat pernafasan karena selaputnya tipis
dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat tersebut. Pada saat terjadi
gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis tertutup
sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis. Selain bernafas dengan selaput rongga mulut, katak
bernafas pula dengan kulit, ini dimungkinkan, karena kulitnya selalu dalam
keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah
berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit kemudian
dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbondioksida
dari jaringan akan di bawa ke jantung dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru
lewat arteri kulit paru-paru. Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbondioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernafas dengan selaput rongga mulut
dan kulit ( Yudiarti et al. 2004: 40).
Pada reptil, pernafasan menggunakan paru-paru sederhana. Paru-paru
reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak
efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya, paru-paru lebih kompleks, dengan
beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon.
Paru-paru pada beberapa jenis keadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-
pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
Reptil yang sering berkubang di air misalnya buaya, lubang hidungnya dapat
ditutup selama menyelam. Tujuannya agar air tidak masuk ke dalam paru–paru
( Yudiarti et al. 2004: 42).
Pada pisces, organ respirasinya menggunakan insang. Insang tidak saja
berfungsi sebagai alat pernafasan tetapi dapat pula sebagai alat ekskresi garam-
garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa
jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur.
Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan
ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat punggung ( Yudiarti et al. 2004: 39).
Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah bentuk
anatomi tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital paru, kekuatan otot
pernapasan, pengembangan paru, dan rangka dada (Yunani et al. 2013: 129).
Pada umumnya volume dan kapasitas paru-paru manusia hanya
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Tetapi selain itu, faktor penyakit dan
aktifitas seseorang juga dapat mempengaruhi kapasitas paru-paru. Seorang atlet
dan pekerja bangunan atau kuli memiliki kapasitas paru-paru yang berbeda
dibandingkan seorang pekerja kantoran. Seorang yang mempunyai penyakit paru-
paru atau asma juga mempunyai kapasitas paru-paru yang berbeda dibandingkan
dengan orang normal. Pada orang yang memiliki penyakit asma (emfisema),
diameter saluran udara pada paru-parunya menyempit, sehingga aliran udara yang
keluar masuk paru-paru menjadi berkurang. Hal tersebut mengakibatkan adanya
penurunan kapasitas paru-parunya (Rifa’i et al. 2013: 19).
Kegiatan inspirasi dan ekspirasi atau menghirup dan menghembuskan
udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara
pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang
keluar masuk paru-paru pada pernapasan normal. Namun dalam keadaan ekstrim
atau olah raga, siklus pernapasan memerlukan sekitar 1500 cc udara pernapasan
(expiratory reserve volume). Secara perhitungan matematis Kapasitas Total Paru-
paru (KTP) dapat ditentukan dengan cara mengukur hiperventilasi maksimal
dalam satu menit, atau dengan kata lain Kapasitas Vital (KV) ditambah Volume
Residual (KR). Jadi nilai Kapasitas Total Paru-paru (KTP) = KV + VR (Rifa’i et
al. 2013: 19).
Saat keadaan normal volume paru-paru manusia mencapai 4500 cc, yang
disebut sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Pada keadaan normal,
kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam pernapasan hanya mengunakan 500 cc
volume udara pernapasan atau disebut kapasitas tidal. Dari 500 cc udara
pernapasan yang digunakan untuk alveolus hanya sebesar 350 cc saja, sisanya
hanya mengisi saluran pernapasan. Walaupun demikian, kapasitas vital udara
yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc
merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi
bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah
udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya
secara maksimum (Rifa’i et al. 2013: 19).
Metode perhitungan volume dan kapasitas paru-paru adalah sebagai
berikut:
1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali pernapasan normal. Besarnya ± 500 cc pada rata-rata orang dewasa.
2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah
volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 cc.
3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan
dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal
besarnya ± 1100 cc.
4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 mL (Rifa’i et al. 2013: 20).
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi,
besarnya ± 3500 cc.
2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi +
volume residu, besarnya ± 2300 cc.
3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal +
volume cadangan ekspirasi, besarnya ± 4600 cc.
4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu, besarnya ±
5800 cc (Rifa’i et al. 2013: 20).
Nilai VC (Kapasitas Vital Paru-Paru) dan FVC (Kapasitas Vital Paru-paru
dengan tenaga maksimal) dari paru-paru adalah salah satu cara untuk
memprediksi volume paru-paru. Kapasitas vital paru-paru ini sangat bergantung
pada umur, jenis kelamin dan berat tubuh dan kapasitas paru-paru ini akan
bekurang dengan adanya gangguan kronis paru-paru ( Kurnia et al. 1996: 255).
Daerah dataran tinggi memiliki stress lingkungan yang unik dan berbeda
dengan dataran rendah, terutama dalam hipoksia dan suhu udara yang rendah.
Penduduk di dataran tinggi memerlukan kebutuhan jenis dan besar aktifitas fisik
yang berbeda dengan penduduk yang tinggal di dataran rendah. Perkembangan
rata-rata fungsi paru pada orang yang tinggal di dataran tinggi lebih besar
daripada fungsi paru orang yang tinggal di dataran rendah. Hal ini berarti makin
rendah tekanan udara di suatu daerah akan diikuti pula peningkatan fungsi paru
(Molenaar et al. 2014: 2).
Ada kecenderungan orang-orang yang tinggal di dataran tinggi memiliki
lingkaran dada dan paru-paru yang lebih besar dari pada orang-orang yang tinggal
di dataran rendah. Sejumlah penelitian menunjukkan derajat fungsi paru pada
penduduk yang tinggal di dataran tinggi lebih besar dari pada penduduk yang
tinggal di dataran rendah (Molenaar et al. 2014: 1).
Adanya perbedaan nilai FVC paru-paru tertinggi perempuan dengan laki-
laki diduga disebabkan oleh perbedaan aktivitas yang mendorong proses
pernafasan dalam menghirup udara antara laki-laki dan wanita. Kondisi ini ini
juga akan mengakibatkan adanya perbedaan kemampuan otot yang menunjang
pernafasan sehingga terjadi perbedaan volume optimal paru-paru dalam bernafas
(Kurnia et al. 1996: 256).
Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.
Seiring bertambahnya umur, secara fisiologis, fungsi paru menurun baik
kemunduran struktur maupun kemunduran fungsi. Penurunan tersebut
dikarenakan menurunnya elastisitas paru dan meningkatnya kekakuan dinding
dada. Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah
usia 40 tahun dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik. Dalam keadaan
normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan dan kapasitas paru
(Molenaar et al. 2014: 2).
Seseorang yang mempunyai aktivitas tubuh cukup tinggi, seperti petani
atau atlet, frekuensi pernapasannya akan lebih tinggi daripada seorang sekretaris
yang cenderung melakukan aktivitas pekerjaannya dengan duduk. Hal ini
disebabkan energi yang diperlukan oleh seorang petani atau atlet lebih banyak
dibandingkan oleh seseorang yang beraktivitas dengan cara duduk. Riwayat
pekerjaan yang berhubungan dengan debu berbahaya dapat menyebabkan
gangguan paru. Hal ini didukung dengan penelitian dari Yulaekah S, bahwa
semakin lama seseorang terpapar debu berbahaya maka semakin besar
kemungkinan terjadi gangguan pernapasan. Apabila kondisi paru terpapar dengan
berbagai komponen tercemar, fungsi fisiologis paru sebagai organ utama
pernapasan akan mengalami berbagai gangguan (Molenaar et al. 2014: 3).

Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka akan semakin besar


kapasitas vital paru. Posisi tubuh juga mempengaruhi volume dan kapasitas paru,
biasanya menurun bila berbaring dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada
posisi ini disebabkan oleh dua faktor yaitu kecenderungan isi abdomen menekan
ke atas melawan diafragma pada posisi berbaring dan peningkatan volume darah
paru pada posisi berbaring, yang berhubungan dengan pengecilan ruang yang
tersedia untuk udara dalam paru (Guyton dan Hall, 2007: 74).
Meningkatnya jumlah lemak di dinding dada dan abdomen, kemungkinan
mempunyai efek pada sifat mekanik dada dan diafragma serta menunjukkan
adanya perubahan fungsi pernafasan.Hal ini menurunkan volume paru dan
perubahan gambaran ventilasi pada setiap respirasi. Selanjutnya, peningkatan
jumlah massa lemak menunjukkan “compliance” sistem pernafasan secara luas
dan pengurangan yang lebih besar dapat dilihat pada dinding dada dari paru.
Penimbunan massa lemak ini menunjukkan elastisitas dan kemampuan sistem
pernafasan, sehingga otot-otot pernafasan bekerja lebih keras guna mengatasi
rekoil elastis yang berlebihan. Jadi pada obesitas, “compliance” dinding dada
menurun, kerja pernafasan meningkat dan volume residu pernafasan serta
kapasitas vital paru menurun. Disfungsi dinding dada dan otot-otot dinding
abdomen akan mengakibatkan gangguan fungsi paru obstruktif dan pengurangan
volume paru (Molenaar et al. 2014: 4).
IV. METODE PRAKTIKUM

4.1 Alat dan bahan

1. Alat
a. Bak Besar
b. Botol besar bervolume 5 liter
c. Pipa plastik (selang)
d. Timbangan berat badan
e. Alat ukur (mit line)
2. Bahan
a. Air secukupnya

4.2 Skema kerja

Membuat skala pada botol besar dari 0 – 0,25 – 0,5 – 0,75 – 1- 1,25-
1,5- dan seterusnya, menggunakan gelas ukuran untuk membuat skala.

Mengisi botol besar lalu membaliknya

Memasang pipa plastik seperti pada gambar

Menarik napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan napas sekuat-


kuatnya (maksimal) lewat mulut yang dihubungkan dengan pipa
plastik. Membaca volumenya

Menyuruh orang percobaan melakukan gerak badan, misalnya lari-


lari mengelilingi lapangan atau ruangan
Menarik napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan napas sekuat-
kuatnya (maksimal) lewat mulut yang dihubungkan dengan pipa plastik

Membandingkan kapasitas vital sebelum dan setelah olahraga

V. HASIL PRAKTIKUM

No Probandus Umur JK TB BB Lingkar Kapasitas Vital


dada Santai Olahraga
1. M.Jazim 19 th L 173c 68kg 86 2750 2250
m
2. Imania 19 th P 154c 42kg 80 1500 1150
Aufi 3 bln m
3. Alvias 18 th L 161c 47kg 73 1750 1250
Noviantika 5 bln m
4. Sinta Dwi 18 th P 148c 42kg 80 1725 1250
o 6 bln m
5. M Andi 19 th L 173c 68kg 87 1250 1000
Yahya 1 bln m
6. Fabiana 19 th P 154c 51kg 87 1500 1300
Triska A 3 bln m
Keterangan :

 JK = Jenis kelamin
 TB = Tinggi badan
 BB = Berat badan
 LD = Lingkar dada
VI. PEMBAHASAN

Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran


karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Sistem respirasi pada
manusia adalah proses penggunaan oksigen di dalam sel untuk menghasilkan
energi dan pada akhir proses ini, dihasilkan limbah berupa gas karbondioksida.
Semua nakhluk hidup melakukan hal ini baik manusia,hewan dan tumbuhan.
Sitem respirasi ditunjang oleh beberapa organ yang memiliki fungsi berbeda tetapi
bersama untuk mendukung sistem pernafasan. Secara khusus organ respirasi
merupakan media pertukaran O2 dan CO2 dari dalam dan luar tubuh.

Berdasarkan literatur, faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru


adalah bentuk anatomi tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital paru,
kekuatan otot pernapasan, pengembangan paru, dan rangka dada. Pada praktikum
ini, faktor yang digunakan probandus untuk melakukan praktikum adalah faktor
usia, tinggi dan berat badan, lingkar dada serta kapasitas vital sebelum dan setelah
beraktivitas.

Usia berpengaruh dalam menentukan besarnya kapasitas vital paru-paru.


Semakin bertambahnya usia, maka frekuensi pernafasan juga semakin cepat, hal
ini dikarenakan elasisitas paru-paru yang mulai berkurang sehingga menyebabkan
volume paru-paru berkurang.

Tinggi dan berat badan pun berpengaruh pada besarnya kapasitas vital paru-
paru manusia. Semakin tinggi seseorang maka kapasitas vitalnya juga semakin
besar, demikian pula pada berat badan. Semakin tinggi dan berat badan seseorang,
maka menyebabkan kerangka paru semakin besar sehingga kapasitas vital paru-
paru akan semakin besar pula.

Lingkar dada sangat berpengaruh pada besarnya kapasitas vital paru-paru,


karena lingkar dada menyatakan ukuran dari paru-paru itu sendir. Semakin besar
lingkar dada maka volume vitalnya juga semakin besar.
Aktivitas tubuh sangat berperan dalam menentukan besarnya kapasitas vital
paru-paru. Seseorang yang secara rutin melakukan aktivitas tubuh akan memiliki
kapasitas vital lebih besar dibanding dengan orang yang jarang beraktivitas gerak.
Walaupun seseorang yang rutin melakukan aktivitas tubuh dalam keadaan
istirahat, maka kapasitas vital paru-parunya lebih besar dibandingkan dengan
orang yang jarang melakukan aktivitas tubuh. Sehingga kapasitas vital setelah dan
sebelum berlari menjadi berbeda. Sebelum berlari kapasitas akan normal dan
tinggi tetapi pada saat setelah berlari kapasitas vitalnya akan menurun dari
keadaan semual.Jadi umur, tinggi dan berat badan, serta lingkar dada memiliki
peranan yang berpengaruh terhadap kapasitas vital.

Namun semua faktor-faktor ini hanya dapat diamati pengaruhnya pada


probandus yang memiliki kesamaan dan hanya memiliki perbedaan pada faktor
yang ingin diamati. Serta alat yang digunakan juga harus akurat agar faktor-faktor
ini dapat diamati pengaruhnya.

Pada praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur


kapasitas vital saat santai dan olahraga dimana terdapat beberapa faktor yang kami
amati dari tiap probandus yaitu : jenis kelamin, umur, tinggi badan, berat badan
dan lingkar dada. Sedangkan untuk membedakan antara volume paru paru saat
santai dan sehabis beraktifitas, dilakukan kegiatan naik turun tangga oleh masing
masing probandus. Berikut uraian dari masing masing probandus.

Probandus pertama diwakili oleh M.Jazim berjenis kelamin laki-laki


dengan umur 19 tahun. Ia memiliki tinggi badan 173 cm, berat badannya 68 Kg
dan memiliki lingkar dada 86 cm. Saat dilakukan pengukuran kapasitas paru paru
ketika dalam keadaan diam, didapatkan kapasitas vitalnya adalah 2750 cc.
Sedangkan pengukuran setelah melakukan aktivitas, volume vital paru parunya
bertambah menjadi 2250 cc. Probandus kedua diwakili oleh Imania Aufi berjenis
kelamin perempuan dengan usia 19 tahun 3 bulan. Ia memiliki tinggi badan 154
cm dan berat badannya adalah 42 Kg. Lingkar dada probandus ini adalah 80 cm.
Saat dalam keadaan diam, volume vital paru parunya adalah 1500 cc. Sedangkan
setelah melakukan kegiatan olahraga, volume vital paru parunya menjadi 1150 cc.
Probandus ketiga diwakili oleh AlviasNovantika berjenis kelamin laki-laki. Dia
berusia 18,5 tahun dengan tinggi badan 161. Berat badannya adalah 47 Kg.
Sedangkan lingkar dadanya adalah 73 cm. Saat dilakukan percobaan, volume vital
paru parunya adalah 1750 cc dalam keadaan diam dan 1250 cc dalam keadaan
setelah beraktivitas. Probandus keempat diwakili oleh Sinta Dwi berjenis kelamin
perempuan dengan usia 18,6 tahun. Probandus ini memiliki tinggi badan 148 cm
dan berat badan 42 Kg. Sedangkan lingkar dadanya adalah 80 cm. Dalam keadaan
istirahat, ia memiliki volume vital paru paru sebesar 1725 cc. Sedangkan saat ia
setelah melakukan aktivitas, volume vital paru parunya menjadi 1250 cc.
Probandus kelima diwakili oleh M.Andi Yahya berjenis kelamin laki-laki dengan
umur 19,1 tahun. Ia memiliki tinggi badan 173 cm dan juga memiliki berat badan
sebesar 68 Kg. Sedangkan lingkar dada seorang laki laki ini adalah 87 cm. Saat
dalam keadaan diam, ia memiliki kapasitas vital paru paru sebesar 1250 cc.
Sedangkan saat setelah melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, kapasitas vital
paru parunya menjadi 1000 cc.Saat menghembuskan udara mungkin kurang
maksimal sehingga M.Andi memiliki kapasitas vital yang kecil. Probandus
keenam atau yang terahir diwakili oleh Fabiana Triska berjenis kelamin
perempuan yang berumur 19,3 tahun. Ia memiliki tinggi badan 154 cm dan berat
badannya adalah 51 Kg. Sedangkan lingkar badannya adalah 87 cm. Sedangkan
kapasitas vital paru paru saat diam adalah 1500 cc. Tetapi sesaat setelah ia
melaksanakan suatu aktivitas, volume vital paru parunya berubah menjadi 1300
cc. Pengurangan volume vital paru paru pada setiap probandus setelah beraktivitas
merupakan suatu kejadian yang lumrah. Hal ini dikarenakan konsumsi oksigen
oleh tubuh menjadi lebih banyak untuk melakukan pembakaran. Pembakaran yang
dilakukan adalah untuk mencukupi energi tubuh saat beraktivitas. Maka dari itu,
ketika kita beraktivitas, nafas kita tidak teratur. Dari keenam probandus diatas,
didapat perbedaan antara probandus satu dengan yang lainnya. pengembangan
atau elastisitas paru paru kurang dan volume udara vital paru paru tidak sesuai
dengan teori.
Pada prktikum kali ini membutuhkan alat seperti bak besar berfungsi
untuk menampung air yang dengan ukuran banyak , kemudian adabotol besar
bervolume 5 liter fungsinya untuk melihat tentang ukuran berapa besar kapasitas
paru paru probandus yang sedang santai dan sesudah berolahraga , kemudian ada
juga pipa plastik ( selang ) berfungsi untuk menyalurkan ke dalam botol besar
atau dirigen untuk alat meniup , timbangan berat badan berguna untuk menimbang
berat badan probandus yang akan dibuat percobaan , kemudian ang terahir ada alat
ukur untuk mengukur lingkar dada dan maupun tingii badan.
Kapasitas vital paru paru merupakan banyaknya volume udara yang keluar
dari paru paru setelah melakukan inspirasi dan ekspirasi secara maksimum..
Volume vital pernafasan terdiri dari berbagai bagian, diantaranya volume tidal,
volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. Selain itu, juga
terdapat volume total paru paru. Volume paru-paru laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan. Volume paru-paru pria lebih tinggi dibandingkan dengan
volume paru-paru pada wanita. Sehingga kapasitas vital paru-paru pada pria juga
akan lebih besar dibandingkan dengan wanita. Dari percobaan pada praktikum
didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan literatur, dimana kapasitas vital
probandus pria ada yang lebih kecil dibanding probandus wanita. Mugkin
disebabkan karena pada saat menghembuskan udara kurang maksimal.
Perbandingan kapasitas vital patu-paru ketika diam akan berniali normal
dan ketika berlari akan menurun, dimana proses pembakaran di dalam tubuh
berjalan semakin cepat untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan. Selain itu,
kebutuhan oksigen untuk respirasi sel juga semakin banyak. Sehingga paru paru
akan mengembang untuk menampung lebih banyak udara yang masuk.
Pengembangan ini terjadi hanya pada saat melakukan aktifitas saja. Setelah
tenang, maka paru paru akan kembali ke keadaan semula.
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas
vital paru-paru. Laki-laki dan perempuan memiliki kapasitas vital yang berbeda.
Laki-laki memiliki kapasitas vital paru-paru yang lebih besar dari pada
perempuan. Kadar O2 yang dibutuhkan laki-laki lebih banyak dari perempuan
karena pada umumnya laki-laki lebih banyak bergerak daripada perempuan. Dan
jika dilihat pada hasil pengamatan, hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori
yang ada karena ada laki-laki yang kapasitas vitalnya lebih kecil dari pada yang
perempuan.
Pada praktikum sistem respirasi alat yang digunakan ada yang bernama
jirigen dan jirigen itu sendiri biasanya yang dipakai ukuran volume nya 250ml
sampai dengan 4000ml itu karena pada pernafasan manusia paru paru kita
mempunyai kapasitas vital dan kemungkinan memakai ukuran volume terssebut
karena dianggap pas tidak kurang dan tidak lebih.

VII.PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kapasitas vital pada manusia merupakan volume udara yang dapat


dihembuskan sekuat-kuatnya setelah melakukan inspirasi sekuat-kuatnya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kapasitas vital paru-paru manusia,
antara lain; usia, jenis kelamin, lingkar dada, berat dan tinggi badan, serta
aktivitas tubuh. Laki-laki memiliki kapasitas vital paru-paru lebih besar
dibandingkan perempuan. Orang yang memiliki berat dan tinggi badan ideal
memiliki kapasitas vital paru-paru lebih besar dibandingkan yang tidak ideal.
Orang yang memiliki usia lebih muda akan memiliki kapasitas paru lebih tinggi
dibanding yang tua. Orang yang memiliki lingkar dada lebih besar akan memiliki
kapasital vital lebih besar. Seseorang yang rutin melakukan aktivitas tubuh akan
memiliki kapasitas vital paru-paru lebih besar dibandingkan dengan seseorang
yang jarang melakukan aktivitas tubuh.
7.2 Saran

Agar kegiatan praktikum berlangsung secara baik dan benar, sebaiknya


dalam melakukan praktikum, praktikan mengikuti petunjuk secara benar di
dampingi asisten dosen, apabila terjadi kesalahan sebaiknya diulang kembali
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bajpai, R.N.1989. Histologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara

Guyton,A.C.,& Hall,J.E.,2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 11. Jakarta:


EGC.
Leeson,C.R., Leeson,T.S., Paparo, A.A. 1990. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Moleenar,R.E.,Rampengan,J.J.V.,Marunduh,S.R. 2014. Forced Expiratory
Volume In One Second (Fev-1) pada Penduduk Yang Tinggal di Dataran
Tinggi. Jurnal e-Biomedik. Vol 2. No 3 :1-4.

Rifa’i,A.,Edi,S.S., dan Sunarno. 2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas MPX5100


dalam Alat Ukur Kapasitas Vital Paru-Paru. Unnes Physics Journal. Vol 1.
ISSN :2252-6975.
Yunani, Puspitasari,D., Sulistiyawati,E. 2013. Perbedaan Kapasitas Vital Paru
Sebelum dan Sesudah Berenang pada Wisatawan di Kolam Renang Taman
Rekreasi Kartini Rembang. Vol 1. No 2 : 129.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai