SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh :
MAULIDA SARI NASUTION
161201009
Indonesia merupakan negara tropis yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman yang
dapat digunakan sebagai sumber pangan, diantaranya adalah tanaman buah-
buahan contohnya tanaman alpukat (Persea americana). Alpukat merupakan
jenis tanaman serbaguna (multi purpose tree species/MPTS) yang dapat
dimanfaatkan baik kayu maupun bukan kayunya (buah, daun, bunga, dan bijinya).
Perbedaan tempat tumbuh alpukat ini menyebabkan pertumbuhannya berbeda
baik secara morfologi, rasa, kandungan lemak, ketahanan terhadap penyakit dan
penyimpanannya, serta daya adaptasinya terhadap lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik morfologi pada tanaman alpukat
dataran tinggi di Kabupaten Samosir, Karo dan Simalungun. Teknik pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling, purposive sampling dan snowball.
Hasil penelitian ini menunjukkan alpukat yang ditemukan dan diidentifikasi di
Kabupaten dataran tinggi di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Karo, Simalungun
dan Samosir berjumlah 30 aksesi alpukat dengan karakteristik morfologi yang
berbeda-beda. Teknik budidaya tanaman alpukat untuk mendapatkan hasil yang
maksimal perlu diperhatikan pola tanam, penggunaan varietas, waktu tanam,
kondisi lahan, pemeliharaan tanaman dan penanganan pasca panen. Alpukat
unggul dari tiga Kabupaten tersebut untuk dikonsumsi adalah alpukat Kabupaten
Samosir sedangkan alpukat untuk diolah menjadi produk salah satunya adalah
produk kosmetik yaitu alpukat Kabupaten Karo.
iii
iv
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi yang dibuat berjudul
“Identifikasi Tanaman Alpukat (Persea americana) Sebagai Tanaman Multi
Purpose Tree Species (MPTS) di Tiga Kabupaten Dataran Tinggi di Sumatera
Utara” yang dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai Februari 2020 dan
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Kedua orang tua, ayahanda Sahrun Ali dan ibunda Sangkot Fatimah Rangkuti
yang memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil serta doa yang
dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis. Serta abang Ali Sahbana, kakak
Riski Seriguna dan adik Putri Khotimah yang telah memberikan dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Afifuddin Dalimunthe, S.P., M.P selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc sebagai anggota pembimbing yang
telah membimbing dan memberikan arahan serta kesabaran kepada penulis
selama penyusunan skripsi dan solusi atas permasalahan dan kesulitan dalam
penulisan skripsi ini.
3. Ketua Departemen Budidaya Hutan Bapak Prof. Mohammad Basyuni, S.Hut,
M.Si., Ph.D serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kehutanan
atas segala arahan, bantuan dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
4. Jul Afriandi Lubis, yang sudah membantu penulis dilapangan dan memberikan
banyak hal kepada penulis.
5. Masyarakat Kabupaten Karo, Simalungun dan Samosir yang membantu dan
memberikan informasi kepada penulis dalam melaksanakan penelitian
dilapangan.
6. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Kehutanan khususnya
Hut A 2016 dan Budidaya Hutan (BDH) 2018 untuk dukungan dan
kerjasamanya selama ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dengan
melimpah Rahmad serta Karunia-Nya kepada kita semua.
Dalam penyajian skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan
dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2020
vi
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... i
PERNYATAAN ORIGINALITAS ............................................ ii
ABSTRAK .................................................................................... Iii
ABSTRACT.................................................................................. Iv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................... V
KATAPENGANTAR ………………………………………….. Vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………... Viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………… Xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………... xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ………………………………………………….. 1
Tujuan Penelitian ...……………………………………………… 3
Kegunaan Penelitian …………………………………………….. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi Tanaman ..................................................................... 4
Multi Purpose Tree Species (MPTS) ............................................ 4
Alpukat (Persea americana) ......................................................... 5
Botani Tanaman Alpukat …………...……………………….. 5
Syarat Tumbuh …………………………………...............….. 7
Tanah ……………………………………………………….. 7
Iklim …………………………………….………………….. 7
Penyebaran Tanaman Alpukat ……...……………………….. 8
Manfaat Tanaman Alpukat …………………………………… 9
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu ……………………………………………… 11
Bahan dan Alat …………………………………………….……. 11
Prosedur Penelitian ……………………………………………… 11
Parameter pengamatan …………………………….……….. 12
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
vii
No Halaman
1 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Guru
Kinayan Kecamatan Payung Kabupaten Karo
(A1) …………………………………………...……...……. 20
2 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa
Payung Kecamatan Payung Kabupaten Karo
(A2) ...………….…………………………………………... 22
3 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa
Payung Kecamatan Payung Kabupaten Karo
(A3) ……………...……………………………….………... 24
4 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Batu
Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo
(A4) ...…………………………………………….………... 26
5 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Dokum
Siroga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo
(A5) ...………………………………………….…………... 28
6 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Gajah
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo
(A6) …......……………………………………………..…... 30
7 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Bulan Baru
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo
(A7) ...…………………………………………………….... 32
8 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Cinta
Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo
(A8) ……………………………………….….……………. 34
9 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa
Gongsol Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo
(A9) …...……………………………………….…………... 36
10 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa
Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo
(A10) ….……………………...………………..…………... 38
11 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Banjaran
Kecamatan Raya Kanayan Kabupaten Simalungun
(A11) …………………………………………………...….. 40
12 Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa
Amborokan Paneiraya Kecamatan Raya Kanayan
Kabupaten Simalungun (A12) ……….……………………. 42
viii
ix
No Halaman
1 Lokasi penelitian identifikasi tanaman alpukat diKabupaten
Karo …………………...……………………………..….….. 17
2 Lokasi penelitian identifikasi tanaman alpukat di Kabupaten
Simalungun ………………………………..………………... 18
3 Lokasi penelitian identifikasi tanaman alpukat di Kabupaten
Samosir ….………..……………………….……………….. 19
4 Karakteristik morfologi tanaman alpukat di Desa Guru
Kinayan Kecamatan Payung Kabupaten Karo ………….….. 21
5 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Payung
Kecamatan Payung Kabupaten Karo …..….………………... 23
6 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di DesaPayung
Kecamatan Payung Kabupaten Karo …………..….………... 25
7 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Batu
Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo .…….………... 27
8 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Dokum
Siroga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo ….…... 29
9 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Gajah
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo ………...……. 31
10 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Bulan
Baru Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo ………... 33
11 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Cinta
Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo ….………….. 35
12 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Gongsol
Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo ……………………... 37
13 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Merdeka
Kecamatan MerdekaKabupaten Karo ………..……………. 39
14 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di DesaBanjaran
Kecamatan Raya Kanayan Kabupaten Simalungun ………... 41
15 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa
Amborokan Paneiraya Kecamatan Raya Kanayan
Kabupaten Simalungun ………………………………….…. 43
16 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa
Bangun Raya Kecamatan Raya Kanayan Kabupaten
Simalungun …………………………………………………. 45
17 Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa
Karang Sari Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten
47
Simalungun ……………………………………………..…...
xi
xii
No Halaman
1 Panduan Identifikasi Karakter Tanaman ……………. 88
2 Rekapitulasi bentuk tajuk pohon alpukat di tiga
Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan
Samosir) …………………………………………….. 97
3 Rekapitulasi permukaan batang alpukat di tiga
Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan
Samosir) …………………………………………….. 99
4 Rekapitulasi bentuk daun alpukat di tiga Kabupaten
Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan
Samosir) ………………………………………....….. 100
5 Rekapitulasi bentuk bunga alpukat di tiga Kabupaten
Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan
Samosir) …………………………………………….. 103
6 Rekapitulasi bentuk buah alpukat di tiga Kabupaten
Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan
Samosir) …………………………………………….. 104
7 Rekapitulasi daging buah alpukat di tiga Kabupaten
Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan
Samosir) …………………………………………….. 106
8 Rekapitulasi bentuk biji alpukat di tiga Kabupaten
Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan
Samosir) …………………………………………….. 108
xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan hutan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan manfaat bagi kemakmuran rakyat terutama manfaat ekologi, sosial
budaya dan ekonomi secara rasional untuk kebutuhan generasi masa kini dan akan
datang dengan memanfaatkan hasil dari keberadaan hutan. Pemanfaatan hasil
hutan dapat berupa kayu dan bukan kayu (getah, buah, daun, bunga, serat, pakan
ternak, dan sebagainya), salah satunya adalah jenis tanaman serbaguna
(multi purpose tree species/MPTS). Jenis-jenis tanaman serbaguna (MPTS) yang
paling umum ditanam oleh masyarakyat salah satunya adalah alpukat
(Persea americana) ( Havid, 2017 ).
Pengolahan hutan dan lahan dapat dilakukan melalui program rehabilitasi
melalui kegiatan sebagai berikut, yaitu : (1) Konservasi hutan, yang bertujuan
untuk mempertahankan, memulihkan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan supaya tetap
terjaga. Kegiatannya berupa pembuatan/pengembangan hutan rakyat dan
pemeliharaan hutan rakyat. (2) Penghijauan lingkungan, yang bertujuan untuk
menjaga kelestarian lingkungan dan merehabilitasi hutan, lahan serta untuk
mengurangi lahan kritis. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pengadaan bibit
tanaman. Kedua kegiatan ini dapat dilakukan dengan penanaman bibit tanaman
kehutanan salah satunya berupa tanaman alpukat ( DISHUT, 2014 ).
Alpukat berasal dari Amerika Tengah, yaitu Mexico, Peru dan Venezuela,
dan saat ini telah menyebar luas ke berbagai Negara sampai ke Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Ada 3 kelompok besar spesies alpukat yaitu kelompok
Mexico, Indian Barat dan Guatemala. Perbedaan tempat tumbuh menyebabkan
pertumbuhan ketiganya berbeda baik secara morfologi, rasa, kandungan lemak,
ketahanan terhadap penyakit dan penyimpanannya, serta daya adaptasinya
terhadap lingkungan ( Sadwiyanti et al.,2009).
Alpukat termasuk buah yang mudah didapat dan paling sering dikonsumsi
oleh masyarakat dengan harga yang cukup terjangkau. Buah alpukat memiliki
tekstur daging yang lembut dan rasa yang gurih. Persebaran tanaman alpukat di
Indonesia sudah hampir di seluruh provinsi. Buah alpukat merupakan salah satu
buah musiman yang tumbuh pada musim tertentu, sehingga membuat buah ini
mudah di dapat. Kebanyakan di Indonesia alpukat belum dibudidayakan dalam
skala usaha tani dan masih di jadikan masyarakat sebagai tanaman pekarangan
dan penaung ( Setiawan, 2013 ).
Indonesia merupakan negara tropis yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan, diantaranya adalah tanaman
buah-buahan. Banyak buah tropis yang mempunyai nilai gizi yang tinggi dan
rasanya enak. Pada umumnya zat gizi yang terdapat pada buah-buahan adalah zat
gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Buah-buahan ada juga yang mempunyai
kandungan zat gizi makro seperti lemak, karbohidrat dan protein. Selain itu, ada
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan non beras yaitu buah-buahan
tropika. Buah tropika yang kaya akan karbohidrat diantarnya adalah alpukat. Buah
alpukat ini bisa dikonsumsi sebagai pengganti beras ( Hendri et al., 2010 ).
Produksi alpukat cenderung meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 224. 278
ton pada tahun 2010, 275. 953 ton pada tahun 2011, 290. 810 ton pada tahun
2012, 363,167 ton pada tahun 2017. Peningkatan produksi tidak diikuti oleh
peningkatan konsumsi, dimana konsumsi alpukat masih sangat rendah yaitu rata-
rata hanya sekitar 472 gram per kapita per tahun. Rendahnya konsumsi
disebabkan ketidaktahuan masyarakat mengenai manfaat dari tanaman alpukat,
dan masih menganggap bahwa alpukat tidak menguntungkan terutama dari aspek
kesehatan. Alpukat memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah, sehingga dapat membahayakan bagi
kesehatan ( Marsigit et al., 2016 ).
Informasi mengenai keragaman sangat diperlukan dalam program
pemuliaan tanaman dan teknik budidaya, karena semakin tersedianya informasi
tersebut semakin mudah dalam menentukan spesies tanaman, hal ini dapat
dilakukan melalui kegiatan identifikasi tanaman. Identifikasi tanaman merupakan
suatu proses pengenalan tanaman untuk mengetahui jenis tanaman secara detail
dan lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu kegiatan
identifikasi tanaman dalam penelitian ini adalah identifikasi tanaman alpukat di
dataran tinggi, yaitu: di Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo, dan Kabupaten
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik morfologi
tanaman alpukat dataran tinggi di Kabupaten Samosir, Karo dan Simalungun.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan informasi karakteristik morfologi tanaman alpukat dataran
tinggi di Kabupaten Samosir, Karo dan Simalungun.
TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi Tanaman
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman tanaman
buah tropika yang cukup tinggi. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki
tanaman buah tropika yang khas. Buah-buahan tropika yang tumbuh di Indonesia
memiliki kandungan vitamin, nilai gizi yang sangat tinggi, dan masih banyak
manfaat lainnya bagi kesehatan. Buah tropika lokal di Indonesia masih belum
dikembangkan dan termanfaatkan dengan baik dan maksimal, hal ini dapat kita
lihat nilai impor buah tropika lebih tinggi daripada nilai ekspornya. Sebagai
tanaman yang tumbuh di daerah tropis, tanaman buah tropika memiliki
keanekaragaman yang cukup besar. Dengan keanekaragaman tersebut, klasifikasi
tanaman buah tropika menjadi suatu tantangan untuk dilakukan. Cara yang paling
umum untuk mengenali antara tanaman satu dan lainnya adalah dengan
melakukan identifikasi pada tanaman ( Agmalaro et al., 2013 ).
Identifikasi merupakan salah satu cara yang digunakan unuk
mempermudah mengenali makhluk hidup. Sifat-sifat ataupun karakter yang
menjadi dasar klasifikasi berbeda- beda tergantung tujuan yang akan dicapai.
Salah satu karakter yang dapat digunakan adalah karakter morfologi
(Armanda, 2018). Identifikasi tanaman dapat dilakukan berdasarkan buah, bunga,
batang, rasa, maupun daun. Kegiatan identifikasi ini diharapkan dapat
mempermudah dalam mengetahui karakteristik morfologi tanaman buah tropika
salah satunya adalah buah alpukat.
dibanding jenis tanaman berkayu dengan manfaat tunggal baik jenis endemik
maupun eksotis. Keunggulan tersebut antara lain berasal dari habitat aslinya, telah
teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, bernilai melestarikan
keanekaragaman hayati, dan secara finansial bernilai ekonomis yang tinggi serta
disukai oleh masyarakat. Jenis tanaman serbaguna yang paling umum ditanami di
Kabupaten Karo, Simalungun dan Samosir adalah alpukat.
Sebagai jenis tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan baik kayu dan
bukan kayunya, tanaman alpukat ini cocok di jadikan sebagai tanaman
agroforestry. Agroforestry merupakan suatu system pengelolaan lahan yang
bertujuan untuk menjaga kelestarian lahan, meningkatkan hasil lahan, melalui
kombinasi produksi yang secara bersamaan pada unit lahan yang sama, dan
menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan budaya penduduk setempat
(Rauf, 2004). Adapun tujuan utama dari Agroforestry adalah untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya lahan dan hutan,
meningkatkan kualitas sumber daya alam terutama tanah dan air, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peran sertanya dalam melindungi
sumberdaya alam.
Jenis tanaman yang diusahakan dalam setiap bentuk agroforestry harus
memenuhi beberapa persyaratan: tanaman yang dipilih harus sesuai dengan
kondisi setempat dimana agroforestry dikembangkan. Tidak menimbulkan
persaingan dengan tanaman lainnya dalam bentuk persaingan akar maupun tajuk.
Dipilih jenis-jenis pohon bertajuk ringan dan berakar dalam. Cepat menghasilkan,
dapat dipilih jenis-jenis yang cepat tumbuh dengan riap yang tinggi. Hasilnya
bermanfaat ganda dan mudah dipasarkan ( Pujiwinarko, 2015 ).
bulat dan bercabang banyak. Pohon alpukat ini berwarna coklat kotor, berakar
tunggang dan berdaun rimbun ( Nuraini, 2011 ).
Alpukat memiliki daun tunggal yang tumbuh berdesakan di ujung ranting.
Bentuk daun jorong sampai bundar telur memanjang, bagian pangkal dan ujung
daun berbentuk runcing, bertulang menyirip dan bentuk tepi daun pada umumnya
rata dan sebagian ada yang bergelombang. Panjang daun sekitar 12-25 cm. Daun
muda alpukat berwarna kemerahan dan berambut rapat, daun tua berwarna hijau
dan gundul ( Hermanto et al., 2013 ).
Bunga alpukat pada umumnya berwarna kuning kehijauan bersifat
hermaprodit tetapi sifat pembungaannya dichogamy, yaitu bunga menutup dan
mekar dalam waktu yang berbeda. Pada proses pembungaan hari mekar pertama,
bunga betina yang berfungsi sedangkan bunga jantan berfungsi pada hari mekar
berikutnya, peristiwa ini dapat menyebabkan terjadinya persilangan terbuka.
Proses penyerbukan silang bunga dapat berasal dari bunga tanaman lain, hal ini
terjadi melalui putik bunga. Putik dan benang sari pada proses pembungaan
alpukat ini tidak masak secara bersamaan. Keragaman genetik yang besar akibat
persilangan dan beragamnya kondisi lingkungan di Indonesia dapat menghasilkan
berbagai kultivar alpukat yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu ( Kuswandi et al., 2017 ).
Alpukat termasuk dalam kelas dicotyledoneae, karena memiliki biji yang
berkeping dua. Biji buah alpukat pada umumnya berbentuk bulat atau lonjong,
sedangkan keping biji berwarna putih kemerahan. Kepingan biji buah alpukat
mudah terlihat apabila kulit bijinya dikupas atau dikuliti. Pada saat buah masih
muda, kulit biji menempel pada daging buahnya, hal ini sesuai dengan pernyataan
Indriani dan Suminarsih (1997). Apabila buah telah tua, biji akan terlepas dengan
sendirinya. Umumnya sifat ini dapat dijadikan sebagai salah satu tanda
kematangan buah. Buah yang berbentuk panjang memiliki biji yang lebih panjang
dibanding biji yang terdapat di dalam buah yang berbentuk bulat. Walaupun
demikian, semua biji alpukat mempunyai kesamaan, yaitu bagian bawahnya rata,
membulat atau melonjong. Umumnya alpukat memiliki daging buah yang tebal
berwarna hijau kekuningan dengan biji di tengahnya berwarna
kecoklatan ( Marlinda et al., 2012 )
Syarat Tumbuh
Tanah
Tanaman alpukat akan tumbuh optimal di tanah lembung berpasir (sandy
loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam). Tidak
mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan
banyak mengandung bahan organik. Keasaman tanah yang baik untuk alpukat
yaitu berkisar antara pH sedikit asam sampai netral (5,6 – 6,4). Bila pH di bawah
5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam
jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur
fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang. Tumbuh pada tanah yang
topografi datar, kedalaman air tanah antara 50-150 cm ( Sadwiyanti, et al., 2009 ).
Iklim
Unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman alpukat
antara lain : curah hujan, intensitas matahari, temperatur dan kelembaban pada
siang dan malam hari. Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh didataran
rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m di atas permukaan laut. Tanaman ini
akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000
mdpl. Tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di
daerah dengan ketinggian 1000-2000 mdpl, sedangkan ras Hindia Barat pada
ketinggian 5-1000 mdpl ( Nuraini, 2011 ).
mg, vitamin B2 0,06 mg, ascorbic acid 4,5-21,3 mg, Nitrogen 0,130-0,382 g,
kadar air 65,7-87,7 g, dan vitamin A 70 RE. Jumlah vitamin A tergantung pada
warna buahnya. Daging buah dengan warna kuning lebih banyak vitamin A nya
daripada daging buah yang berwarna pucat ( Sadwiyanti et al., 2009 ).
Biji buah alpukat yang biasanya menjadi limbah dapat dimanfaatkan
dalam bidang industri dan pengobatan. Pada bidang industri biji buah alpukat
digunakan dalam industri pakaian sedangkan untuk pengobatan biji alpukat dapat
mengobati sakit gigi, hipertensi dan diabetes mellitus. Biji buah alpukat
mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, yaitu alkaloid, triterpenoid,
tanin, flavonoid, dan saponin ( Asdar, et al ). Bagian biji alpukat ini memiliki
karakteristik yang unik dan utuh, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai material
alternative untuk merancang aksesoris ruangan seperti lampu hias, rak koran dan
lain-lain ( Setiawan, 2013 ).
Tanaman alpukat 50% merupakan batang kayu dan ranting, yang
menghasilkan limbah kayu. Pemanfaatan kayu alpukat di Indonesia masih sangat
kurang padahal beberapa sifat fisik yang ada didalam kayu alpukat tersebut dapat
juga dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan bangunan. Keistimewaan secara
umum kayu alpukat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan pembuatan
panel (papan semen) ( Aventi, 2008 ).
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan
mengidentifikasi karakteristik morfologi alpukat yang ada di Kabupaten dataran
tinggi Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian di mulai dari penentuan lokasi
penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat mengenai daerah
pertanaman alpukat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dapat diketahui bahwa
daerah penghasil alpukat terdapat di Kabupaten Samosir, Karo, dan Simalungun.
Kemudian dilakukan pengambilan sampel di masing-masing Kabupaten yang
terdiri dari 3 Kecamatan dan masing-masing Kecamatan terdiri dari 3 Desa.
Pengambilan sampel dari suatu populasi dilakukan dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengambilan data. Setelah data diperoleh kemudian
hasilnya akan dipaparkan pada akhir penelitian.
Pengamatan Parameter
Setelah ditentukan lokasi penelitian dilakukan wawancara kepada
masyarakat yang membudidayakan tanaman alpukat. Hal ini, dilakukan untuk
mengetahui berapa jumlah populasi tanaman, asal tanaman, cara perbanyakan dan
jumlah produksinya.
A. Morfologi Batang
1. Jenis Pohon
Jenis pohon alpukat dilihat dari proses atau cara perbanyakannya.
B. Morfologi Daun
1. Bentuk Daun
Bentuk daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditentukan.
C. Morfologi Bunga
1. Letak Pembungaan
Letak pembungaan diamati secara visual sesuai dengan karakteristik yang
telah ditentukan.
2. Warna Bunga
Warna bunga diamati secara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditentukan.
D. Morfologi Buah
1. Bentuk Buah
Bentuk buah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditentukan.
2. Bentuk Tangkai Buah
Bentuk tangkai buah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik
yang telah ditentukan.
3. Bentuk Bawah Buah
Bentuk bawah buah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik yang
telah ditentukan.
E. Morfologi Biji
1. Bentuk Biji
Bentuk biji diamati secara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditentukan.
2. Berat Biji (g)
Berat biji diamati dengan menimbang biji menggunakan timbangan
analitik.
3. Diameter Biji (mm)
Diameter biji diukur dengan menggunakan caliper.
Hasil
Lokasi Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di tiga Kabupaten Sumatera Utara
(Samosir, Karo dan Simalungun), yang masing-masing Kabupaten terdiri dari 3
Kecamatan dan masing-masing Kecamatan terdiri dari 3 Desa. Berikut nama-
nama desa beserta aksesi alpukat yang ditemukan di daerah tersebut.
Daun Bunga
No Parameter Karakter
1 Tinggi pohon (m) 6,5
2 Diameter pohon (cm) 20,5
3 Permukaan batang Sangat kasar
4 Bentuk tajuk Bundar
5 Pola percabangan Intensif
6 Distribusi cabang Tidak teratur
7 Sudut cabang utama Runcing (900)
8 Warna ranting muda Hijau
9 Permukaan ranting muda Kasar
10 Panjang daun (cm) 15,7
11 Lebar daun (cm) 6,8
12 Bentuk daun Lanset
13 Bentuk pangkal daun Runcing
14 Bentuk ujung daun Menengah
15 Tepi daun Rata
16 Warna daun tua Hijau tua
17 Kedudukan bunga Ujung
18 Warna bunga Hijau
19 Bentuk buah Bulat telur sunsang
20 Bentuk tangkai buah Silinder
21 Bentuk bawah buah Rata
22 Posisi bawah buah Central
23 Posisi tangkai pada buah Dipusat
24 Permukaan kulit buah Halus
25 Warna kulit buah Hijau
26 Ketebalan kulit buah (mm) 2
27 Warna daging disebelah kulit Hijau
28 Warna daging disebelah biji Hijau muda
29 Tekstur daging buah Berair
30 Berat buah (gram) 226
31 Tebal buah ( cm ) 1,625
32 Bentuk biji Bulat telur melebar
33 Berat biji (gram) 41
34 Diameter biji (mm) 4,1
Daun Bunga
No Parameter Karakter
1 Tinggi pohon (m) 6,5
2 Diameter pohon (cm) 21
3 Permukaan batang Kasar
4 Bentuk tajuk Bundar
5 Pola percabangan Intensif
6 Distribusi cabang Tidak teratur
7 Sudut cabang utama Runcing (900)
8 Warna ranting muda Merah
9 Permukaan ranting muda Kasar
10 Panjang daun (cm) 11
11 Lebar daun (cm) 10
12 Bentuk daun Lanset
13 Bentuk pangkal daun Runcing
14 Bentuk ujung daun Menengah
15 Tepi daun Rata
16 Warna daun tua Hijau tua
17 Kedudukan bunga Ujung
18 Warna bunga Hijau
19 Bentuk buah Clavate
20 Bentuk tangkai buah Kerucut
21 Bentuk bawah buah Runcing
22 Posisi bawah buah Simetris
23 Posis tangkai pada buah Dipusat
24 Permukaan kulit buah Kasar
25 Warna kulit buah Hijau
26 Ketebalan kulit buah (mm) 1
27 Warna daging disebelah kulit Hijau muda
28 Warna daging disebelah biji Kuning muda
29 Tekstur daging buah Berair
30 Berat buah (gram) 99,3
31 Tebal buah 1,075
32 Bentuk biji Bulat telur melebar
33 Berat biji (gram) 20,3
34 Diameter biji (mm) 3,4
Daun Bunga
Daun Buah
Gambar 4. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Batu Karang Kecamatan Payung
Kabupaten Karo (A4)
Daun Bunga
Daun Buah
Daun Bunga
Gambar 7. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Bulan Baru Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Karo (A7)
Daun Bunga
No Parameter Karakter
1 Tinggi pohon (m) 14
2 Diameter pohon (cm) 30,1
3 Permukaan batang Sangat kasar
4 Bentuk tajuk Semi elips
5 Pola percabangan Intensif
6 Distribusi cabang Membentuk lingkaran
7 Sudut cabang utama Runcing (900)
8 Warna ranting muda Hijau
9 Permukaan ranting muda Kasar
10 Panjang daun (cm) 9,3
11 Lebar daun (cm) 5,6
12 Bentuk daun Lanset
13 Bentuk pangkal daun Tumpul
14 Bentuk ujung daun Tumpul
15 Tepi daun Bergelombang
16 Warna daun tua Hijau
17 Kedudukan bunga Ujung
18 Warna bunga Hijau
19 Bentuk buah Narrowly obovate
20 Bentuk tangkai buah Silinder
21 Bentuk bawah buah Bulat
22 Posisi bawah buah Central
23 Posisi tangkai pada buah Asimetris
24 Permukaan kulit buah Menengah
25 Warna kulit buah Hijau tua
26 Ketebalan kulit buah (mm) 1
27 Warna daging disebelah kulit Hijau
28 Warna daging disebelah biji Kuning muda
29 Tekstur daging buah Berair
30 Berat buah (gram) 167
31 Tebal buah ( cm ) 1,725
32 Bentuk biji Puncak membulat
33 Berat biji (gram) 38
34 Diameter biji (mm) 4,1
Daun Buah
Daun Bunga
Gambar 10. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Merdeka Kecamatan Merdeka
Kabupaten Karo (A10)
Daun Bunga
Gambar 11. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Banjaran Kecamatan Raya
Kanayan Kabupaten Simalungun (A11)
No Parameter Karakter
1 Tinggi pohon (m) 14
2 Diameter pohon (cm) 4,1
3 Permukaan batang Kasar
4 Bentuk tajuk Kolom
5 Pola percabangan Luas
6 Distribusi cabang Ascendan
7 Sudut cabang utama Runcing (900)
8 Warna ranting muda Hijau
9 Permukaan ranting muda Kasar
10 Panjang daun (cm) 22,1
11 Lebar daun (cm) 4,1
12 Bentuk daun Lanset memanjang
13 Bentuk pangkal daun Runcing
14 Bentuk ujung daun Sangat runcing
15 Tepi daun Bergelombang
16 Warna daun tua Hijau muda
17 Kedudukan bunga Sub termal
18 Warna bunga Kuning
19 Bentuk buah Rhomboidal
20 Bentuk tangkai buah Bulat
21 Bentuk bawah buah Bulat
22 Posisi bawah buah Simetris
23 Posisi tangkai pada buah Asimetris
24 Permukaan kulit buah Bulat
25 Warna kulit buah Hijau muda
26 Ketebalan kulit buah (mm) 1
27 Warna daging disebelah kulit Hijau muda
28 Warna daging disebelah biji Kuning pekat
29 Tekstur daging buah Bermentega
30 Berat buah (gram) 253
31 Tebal buah ( cm ) 1,55
32 Bentuk biji Bulat telur
33 Berat biji (gram) 3
34 Diameter biji (mm) 3,9
Daun Buah
Daun Bunga
Gambar 13. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Bangun Raya Kecamatan Raya
Kanayan Kabupaten Simalungun (A13)
Daun Buah
Gambar 14. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Karang Sari Kecamatan
Gunung Maligas Kabupaten Simalungun (A14)
Daun Buah
Gambar 15. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Karang Rejo Kecamatan
Gunung Maligas Kabupaten Simalungun (A15)
Daun Bunga
Gambar 16. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Karang Rejo Kecamatan
Gunung Maligas Kabupaten Simalungun (A16)
No Parameter Karakter
1 Tinggi pohon (m) 14
2 Diameter pohon (cm) 2,6
3 Permukaan batang Kasar
4 Bentuk tajuk Bulat telur
5 Pola percabangan Luas
6 Distribusi cabang Tidak teratur
7 Sudut cabang utama Runcing (900)
8 Warna ranting muda Hijau
9 Permukaan ranting muda Halus
10 Panjang daun (cm) 11,5
11 Lebar daun (cm) 5,6
12 Bentuk daun Lanset
13 Bentuk pangkal daun Runcing
14 Bentuk ujung daun Runcing
15 Tepi daun Bergelombang
16 Warna daun tua Hijau tua
17 Kedudukan bunga Ujung
18 Warna bunga Kuning
19 Bentuk buah Pyriform
20 Bentuk tangkai buah Kerucut
21 Bentuk bawah buah Bulat
22 Posisi bawah buah Central
23 Posisi tangkai pada buah Asimetris
24 Permukaan kulit buah Halus
25 Warna kulit buah Hijau tua
26 Ketebalan kulit buah (mm) 1
27 Warna daging disebelah kulit Hijau
28 Warna daging disebelah biji Hijau muda
29 Tekstur daging buah Berair
30 Berat buah (gram) 128
31 Tebal buah ( cm ) 1,375
32 Bentuk biji Bulat telur melebar
33 Berat biji (gram) 33
34 Diameter biji (mm) 4
Daun Buah
Gambar 17. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Karang Rejo Kecamatan
Gunung Maligas Kabupaten Simalungun (A17)
Daun Bunga
Gambar 18. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Karang Anyar Kecamatan
Gunung Maligas Kabupaten Simalungun (A18)
Daun Bunga
Gambar 19. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Laras Dua Kecamatan Siantar
Kabupaten Simalungun (A19)
Tabel 22. Karakterisasi morfologi tanaman alpukat di Desa Laras Dua Kecamatan
Siantar Kabupaten Simalungun
No Parameter Karakter
1 Tinggi pohon (m) 6
2 Diameter pohon (cm) 1,34
3 Permukaan batang Kasar
4 Bentuk tajuk Setengah lingkaran
5 Pola percabangan Intensif
6 Distribusi cabang Horizontal
7 Sudut cabang utama Tumpul (>900)
8 Warna ranting muda Merah
9 Permukaan ranting muda Kasar
10 Panjang daun (cm) 13,8
11 Lebar daun (cm) 6,2
12 Bentuk daun Lanset memanjang
13 Bentuk pangkal daun Runcing
14 Bentuk ujung daun Sangat runcing
15 Tepi daun Rata
16 Warna daun tua Hijau tua
17 Kedudukan bunga Ketiak
18 Warna bunga Kuning
19 Bentuk buah Ellipsoid
20 Bentuk tangkai buah Kerucut
21 Bentuk bawah buah Bulat
22 Posisi bawah buah Central
23 Posisi tangkai pada buah Dipusat
24 Permukaan kulit buah Menengah
25 Warna kulit buah Merah
26 Ketebalan kulit buah (mm) 1
27 Warna daging disebelah kulit Hijau
28 Warna daging disebelah biji Kuning
29 Tekstur daging buah Berair
30 Berat buah (gram) 135
31 Tebal buah ( cm ) 1,65
32 Bentuk biji Bulat telur melebar
33 Berat biji (gram) 30
34 Diameter biji (mm) 3,2
Daun Bunga
Gambar 20. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Nagori Sejahtra Kecamatan
Siantar Kabupaten Simalungun (A20)
Daun Buah
Gambar 21. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Dolok Marlawan Kecamatan
Siantar Kabupaten Simalungun (A21)
Daun Buah
Gambar 22. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Dosroha Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir (A22)
Daun Buah
Gambar 23. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Cinta Dame Kecamatan
Simanindo Kabupaten Samosir (A23)
Daun Buah
Gambar 24. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Unjur Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir (A24)
Daun Buah
Gambar 25. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Tanjung Bunga Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir (A25)
Daun Buah
Gambar 26. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Buhit Parlondut Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir (A26)
Daun Buah
Gambar 27. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Pardomuan Nauli Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir (A27)
Daun Buah
Gambar 28. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Sigaol Simbolon Kecamatan
Palipi Kabupaten Samosir (A28)
Daun Buah
Gambar 29. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Pallombuan Kecamatan Palipi
Kabupaten Samosir (A29)
Daun Buah
Gambar 30. Karakter morfologi tanaman Alpukat di Desa Palipi Kecamatan Palipi
Kabupaten Samosir (A30)
Pembahasan
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2017), Kabupaten Karo merupakan
daerah dataran tinggi yang distribusi terbesarnya pada sektor pertanian,
kehutanan, perkebunan dan perikanan yang menjadi andalan dibandingkan dengan
sektor lainnya. Pada sektor Kehutanan Kabupaten ini terkenal menghasilkan
berbagai jenis tanaman hasil kehutanan yang beranekaragam. Salah satunya
adalah jenis tanaman serbaguna (multi purpose tree species/MPTS). Komoditi
tanaman MPTS yang ada pada Kabupaten Karo adalah buah-buahan, termasuk
buah alpukat. Buah yang berasal dari Amerika Tengah ini dapat tumbuh subur di
Kabupaten tersebut.
Karakteristik morfologi tanaman alpukat di Kecamatan Payung (Desa
Guru Kinayan, Payung dan Batu Karang). Karakteristik morfologis tanaman
alpukat di Kecamatan Simpang Empat (Desa Gajah, Dokum Siroga dan Bulan
Baru). Alpukat di Kecamatan Merdeka (Desa Cinta Rakyat, Gongsol dan
Merdeka). Perbedaan yang paling mencolok antara 10 aksesi alpukat tersebut
dimulai dari bentuk tajuk, bentuk buah dan warna daging buah. Alpukat yang
paling mendominasi di Kabupaten Karo adalah A1 karena paling banyak ditanam
oleh masyarakat setempat. Tanaman alpukat di Kabupaten Karo belum
dibudidayakan dalam skala usaha tani, tanaman alpukat masih merupakan
tanaman pekarangan.
Daerah aksesi penghasil alpukat yang digunakan di Kabupaten
Simalungun yaitu Kecamatan Raya Kanayan (Desa Banjaran, Amborokan
Paneiraya dan Bangun Raya), Kecamatan Gunung Maligas (Desa Karang Sari,
Karang Rejo dan Karang Anyar) dan Kecamatan Siantar (Desa Laras Dua, Nagori
Sejahtra dan Dolok Marlawan). Berbagai aksesi alpukat yang ada pada tiga
Kecamatan tersebut, alpukat yang paling banyak ditemukan pada Kabupaten
Simalungun adalah A18 dan A20.
Tanaman alpukat di Kabupaten Simalungun merupakan hasil dari
perbanyakan generatif dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini dikarenakan
perbanyakan secara generatif melibatkan organ tanaman berupa biji, yang mudah
didapatkan oleh masyarakat. Biji disemaikan untuk dijadikan tanaman baru, ini
bisa dijadikan bibit nantinya Chaidir et al. (2015). Perbanyakan melalui biji
karakter morfologi yang sangat berbeda dibanding alpukat yang lain yaitu alpukat
A27 yang memiliki tinggi pohon 9,5 meter dan alpukat A7 yang memiliki bentuk
tajuk piramida.
Terdapat 7 parameter yang diamati pada karakter morfologi daun yaitu
panjang daun, lebar daun, bentuk daun, bentuk pangkal daun, bentuk ujung daun,
tepi daun dan warna daun tua. Dari parameter tersebut terdapat beberapa aksesi
alpukat yang memiliki karakteristik yang paling berbeda dibanding alpukat yang
lain, yaitu alpukat A29 dengan bentuk daun lanset, bentuk pangkal dan ujung
daun runcing dan menengah, tepi daun bergelombang. Pada parameter bentuk
daun terdapat 1 alpukat yang berbeda dibanding alpukat yang lainnya yaitu
berbentuk bulat telur dengan bentuk ujung daun sangat tumpul.
Karakter morfologi bunga yang diamati meliputi warna bunga dan
kedudukan bunga (ujung, sub termal dan ketiak). Dari parameter warna bunga
alpukat yang paling dominan yaitu berwarna hijau dan kuning. Letak pembungaan
alpukat pada umumnya di ujung ranting. Karakter morfologi bunga alpukat tidak
terdapat perbedaan karakter yang signifikan untuk menunjukkan perbedaan antar
satu jenis alpukat.
Morfologi buah yang diamati adalah bentuk buah, bentuk tangkai buah,
bentuk bawah buah, posisi bawah buah, posisi tangkai pada buah, permukaan kulit
buah, warna kulit buah, ketebalan kulit buah, warna daging disebelah kulit, warna
daging disebelah biji, tekstur daging buah, berat buah dan tebal buah. Dari 13
parameter yang digunakan untuk mengamati karakter morfologi buah alpukat,
terdapat karakteristik dari beberapa jenis alpukat yang menunjukkan perbedaan
yang dominan dibanding jenis alpukat yang lain. Alpukat A27 berbentuk bulat,
tangkai buah kerucut, bentuk dan posisi bawah buah sedikit tertekan dan simetris.
Buah alpukat yang paling berat yaitu alpukat A4 410 gram dengan tebal buah
2,425 cm. Parameter biji buah alpukat yang diamati yaitu bentuk, berat dan
diameter biji. Pada umumnya biji buah alpukat berbentuk bulat. Berat dan
diameter biji yang paling kecil alpukat A11, berat 3 gram dan diameter 3,9 mm.
Alpukat merupakan salah satu tanaman MPTS unggulan nasional
Indonesia. Tanaman MPTS berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Alpukat di Indonesia sangat beragam karena terjadinya penyerbukan
Kesimpulan
Alpukat yang ditemukan dan diidentifikasi di Kabupaten dataran tinggi di
Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Karo, Simalungun dan Samosir berjumlah 30
aksesi alpukat dengan karakteristik morfologi yang berbeda-beda. Alpukat unggul
dari tiga Kabupaten tersebut untuk dikonsumsi adalah alpukat Kabupaten Samosir
sedangkan alpukat untuk diolah menjadi produk salah satunya adalah produk
kosmetik yaitu alpukat Kabupaten Karo.
Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan fokus kepada analisis genetik, genom
dan sifat fisik buah alpukat.
DAFTAR PUSTAKA
Agmalaro MA, Aziz K, Auriza RA. 2013. Identifikasi tanaman buah tropika
berdasarkan tekstur permukaan daun menggunakan jaringan syaraf tiruan.
Jurnal Ilmu Komputer Agri-informatika, 2 (2) : 73-82
Anggorowati DA, Gita P, Thufail. 2016. Potensi daun alpukat (Persea americana
Mill) sebagai minuman teh herbal yang kaya antioksidan. Industri Inovatif,
6 (1) : 1-7
Aventi. 2008. Pemanfaatan kayu alpukat dalam pembuatan panel (papan semen),
10 (1)
Badan Pusat Statistika Kabupaten Karo. 2017. Kabupaten Karo dalam angka
2017. BPS Kabupaten Karo.Tanggal akses 30 Januari 2020.
https://karokab.bps.go.id/statictable/2017/07/04/51/pdrb-kabupaten-
karoatas-dasar-harga-berlaku-menurut-lapangan-usaha-tahun-2010-2016-
milyar-rupiah-html
Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2014. Kabupaten Wonosobo dan BPDAS SOP.
Yogyakarta
Havid MR. 2017. Analisis finansial usaha hutan rakyat di Desa Karyasari,
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Skiripsi. Institut Pertanian
Bogor
Hermanto E, Ni Luh PI, Sri H. 2013. Keragaman dan Kekayaan Buah Tropika
Nusantara. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian
Pertanian. 1-5
Hendri L, Marlina, Liferdi. 2010. Diversifikasi Pangan dan Gizi dengan Alpukat,
Pisang, Sukun. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Sumatera Barat
Jawal MA, Mulyono J, Kiloes AM. 2015. Diseminasi dan adopsi varietas unggul
Avocado : Mega Merapi, Mega Paninggahan dan Mega Gagauan. Inovasi
Holtikultura Pengungkit Peningkatan Pendapatan Rakyat. IAARD
PRESS. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian
Pertanian. Jakarta
Marlinda M, Meiske S, Audy DW. 2012. Analisi senyawa metabolit sekunder dan
uji toksisitas ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill).
Jurnal MIPA UNSTRAT Online, 1 (1) : 24-28
Marsigit W, Mary A, Sri A, Sri N. 2016. Kandungan gizi, rendemen tepung, dan
kadar fenol total alpukat (Persea americana Mill) varietas ijo panjang dan
ijo bundar. Agritech, 36 (1) : 48-55
Nuraini DN. 2011. Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayur.CV ANDI OFFSET.
Yogyakarta
Nurrasid ES. 1998. Aktivitas anti diabetes ekstrak etanol biji alpukat, daun murbei
dan buah terong ungu pada tikus putih. Skripsi. Unpad Bandung
Rahmawati R. 2010. Khasiat dan Cara Olah Alpukat. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Rukmana, H Rahmat. 1997. Seri Budi Daya Alpukat. Kepala Pusat Pembinaan
Pendidikan Pertanian
Kabupaten :
Kecamatan :
Desa :
Kode Aksesi :
Titik koordinat :
A. Karakter Batang
1. Umur tanaman :
2. Cara perawatan :
3. Teknik silvikultur :
4. Jenis pohon
1) Bibit
2) Cangkok
3) Stek
5. Tinggi Pohon :
6. Diameter pohon :
7. Permukaan batang
3) Halus
7) Kasar
9) Sangat kasar
8. Bentuk pohon
1) Kolom
2) Piramida
3) Bulat telur
4) Persegi panjang
5) Bundar
6) Setengah lingkaran
7) Semi elips
8) Tidak teratur
9. Pola Percabangan
1) Luas
2) Intensif
4) Aksial
5) Horizontal
B. Karakter Daun
1. Bentuk daun
1) Bulat telur
2) Bulat telur sunsang memanjang
3) Bulat telur sunsang
4) Lonjong
5) Agak bundar
6) Berbentuk tali
7) Lanset
8) Memanjang
9) Lanset memanjang
4. Tepi daun
1) Rata
2) Bergelombang
C. Karakter Bunga
1. Letak pembungaan
1) Ujung
2) Sub terminal
3) Ketiak
2. Warna bunga
1) Krim
2) Kuning
3) Hjiau
4) Coklat
5) Kemerahan
6) Dan lain-lain
D. Karakter Buah
1. Bentuk buah
1) Oblate
2) Bulat
3) High spheroid
4)Ellipsoid
5)Narrowly obovate
6) Bulat telur sunsang
7) Pyriform
8)Clavate
9)Rhomboidal
7) Kasar
2) Bermentega
3) Berisis butir-butiran kecil
E. Karakter Biji
1. Bentuk biji
1) Datar
2) Bulat
3) Bulat memanjang
4) Bulat telur
5) Bulat telur melebar
6) Cordiform
7) Puncak membulat
8) Pucak kerucut
Lampiran 1. Rekapitulasi bentuk tajuk pohon alpukat di tiga Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Samosir)
A1 A6 A8 A10 A2
Lampiran 2. Rekapitulasi permukaan alpukat di tiga Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Samosir)
Lampiran 3. Rekapitulasi bentuk daun alpukat di tiga Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Samosir)
A1 A2 A3 A4 A7
A5 A20 A6 A26 A9
Lampiran 4. Rekapitulasi bentuk bunga alpukat di tiga Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Samosir)
A1 A2 A5 A7 A3
Lampiran 5. Rekapitulasi bentuk buah alpukat di tiga Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Samosir)
A1 A2 A4 A10 A3
Lampiran 6. Rekapitulasi daging buah alpukat di tiga Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Samosir)
A1 A2 A4 A10 A3
A25 26 A5 A6 A16
Lampiran 7. Rekapitulasi biji alpukat di tiga Kabupaten Sumatera Utara (Karo, Simalungun dan Samosir)
A1 A2 A6 A12 A15