Anda di halaman 1dari 27

E.

Kegiatan Pembelajaran ke-5

1. Tujuan Pembelajaran

a. Mahasiswa mampu menjelaskan īmān kepada Hari Akhir.


b. Mahasiswa mampu mnjelaskan īmān kepada Qadha dan Qadar
2. Materi Pembelajaran
a. Īmān Kepada Hari Akhir
1) Pengertian
Hari Akhir adalah suatu hari kehancuran alam semesta, berhentinya
seluruh aktivitas keduniaan, dan dinamika yang terjadi di dalamnya.
Hari Akhir ini dikenal juga dengan Hari Hari Kiamat. Yunahar
mengemukakan definisi Hari Akhir sebagai berikut;
Kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia yang fana ini
berakhir; termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada
Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya
serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyāmah), kebangkitan
seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats), dikumpulkan seluruh
umat manusia di padang Maḥsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal
perbuatan manusia di dunia (Ḥisāb), penimbangan amal perbuatan
tersebut utuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk
(Wazn), sampai kepada pembalasan degan surga atau neraka
(Jaza’).69

Hari Akhir merupakan hari penghabisan dan tidak ada lagi hari
sesudahnya ketika seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab dan
dibalas.70 Īmān kepada Hari Akhir merupakan salah satu dari rukun
īmān yang 6 (enam). Kapan waktu terjadinya Hari Akhir ini, tidak ada
seorang pun yang tahu pasti kedatangannya, termasuk Rasūlullāh
SAW kecuali, Allāh SWT.
Keīmānan kepada Hari Akhir bukan hanya sekedar percaya,
melainkan mencakup keīmānan terhadap tanda-tanda Hari Kiamat,
kejadian-kejadian menjelang datangnya Hari Kiamat, seperti
beberapa fenomena alam, tampilnya perkara-perkara supranatural

69
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam ((Yogyakarta, LPPI, 2004) h.
70
Junaidi, Aqidah Islam (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), h. 57
68
melalui kedatangan al-Dajjāl yang mengakui dirinya tuhan, dan
kedatangan Ya’jūj dan Ma’jūj ke tanah suci. Keīmānan kepada alam
Barzakh, keīmānan terhadap Hari Kiamat, keīmānan terhadap tiupan
Malaikat Israfil pada Terompet pertama Kehancuran alam semesta
dan Terompet kedua Kebangkitan di Maḥsyar sebagaīmāna seperti
yang disebut dalam Al-Qur’an dan Sunnah.71
Keyakinan Terhadap Hari Akhir, seorang Mukmin hanya dapat
mengetahuinya melalui kitab Suci Al-Qur’an dan al-Sunnah
Rasūllullāh SAW. tanpa karaguan sedikit pun sebagaīmāna Allāh
SWT menyifati orang-orang Mukmin dengan firman-Nya dalam sūrah
al-Hujurāh (49) ayat 15 yang berbunyi;

         

         


“Sesungguhnya orang-orang yang berīmān itu hanyalah orang-orang
yang percaya (berīmān) kepada Allāh dan Rasūl-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allāh. Mereka Itulah orang-orang
yang benar”.

2) Nama-nama Hari Akhir/Hari Kiamat


Pada umumnya, Hari Akhir sering disebut dengan Yawm al-Qiyāmah
(Hari Kiamat). Namun, di dalam Al-Qur’an ditemukan cukup banyak
kata-kata yang dinisbahkan kepada nama Hari Akhir/Hari Kiamat, di
antaranya;
a) Yawm al-Qiyāmah (Hari Kiamat) (al-Ahqāf 46: 5, al-Qiyāmah 75:
6)
b) Yawm al-Ba’ats (Hari Berbangkit), (al-Rūm 30: 56)
c) Yawm al-Hisāb (Hari Perhitungan) (al-Shād 38: 16 dan 53)

71
Hal 47-48
69
d) Yawm al-Dīn (Hari Pembalasan), (al-Shāf 61: 20, al-Fātiḥah 1: 3,
al-Dzariyāt 51: 12)
e) Yawm al-Talq (Hari Pertemuan) (al-Mu’min, 40: 15-16)
f) Yawm al-Jami’ (Hari Berkumpul) (Hūd 11: 103, al-Taghābun, 64:
9)
g) Yawm al-Taghābun (Hari Diperlihatkan Berbagai Kesalahan) (al-
Taghābun, 64: 9)
h) Yawm al-Fath (Hari Kemenangan) (al-Sajadah, 32: 29)
i) Yawm al-Haqq (Pasti Terjadi) (al-Nabā’ 78: 39)
j) Yawm al-Khulūd (Hari Kekekalan) (Qāf, 50: 34)
k) Yawm al-Hasrah (Hari Penyesalan) (Maryam, 19: 39)
l) Yawm al-Tanad (Hari Saling Memanggil) (al-Mu’min, 40: 32)
m)Yawm al-Khurūj (Hari Keluar) (Qāf, 50: 42)
n) Yawm al-Fashl (Hari Keputusan), (al-Shaffāt 37: 21, al-Mursalat
77: 38)
o) Yawm al-Waq (Hari Yang Telah Ditentukan) (al-Ḥijr 15:38, al-Shād
38: 81)
p) Yawm al-‘Azhīm (Hari Yang Agung) (al-An’ām, 6: 15) (al-A’rāf 7:
59, Yunūs, 10: 15)
q) Yawm al-Alīm (Hari Yang Sangat Menyedihkan) (Hūd 11-26)
r) Yawm al-Kabīr (Hari Kiamat), (Hūd 11: 3)
s) Yawm ‘Aqīm (Hari Kiamat) (al-Hājj 22: 55)
t) Yawm ‘Asīr (Hari Yang Sangat Berat) (al-Qamar 54: 8, al-
Mudatstsir 74: 9)
u) Yawm Muhīth (Hari Yang Membinasakan) (Hūd 11-84)
v) Wa’ad (Ancaman) (Qāf 50: 20)
w) Al-Sa’ah (Waktu) (al-Qamar, 54: 1)
x) Al-‘Ᾱkhirah (Akhirat) (al-A’lā 87: 16-17)
y) Al-Waqi’ah (Peristiwa Dahsyat) (al-Waqi’ah 56: 1)

70
Istilah Yawm al-‘Ᾱkhirah sendiri banyak disebutkan dalam Al-Qur’an,
salah satunya di antaranya sūrah al-Baqarah (2) ayat 8;

           
“Di antara manusia ada yang mengatidakan: "Kami berīmān kepada
Allāh dan Hari Kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan
orang-orang yang berīmān”.
3) Kepastian Datangnya Hari Akhir/Hari Kiamat
Hari Akhir atau Hari Kiamat pasti datang, meski tidak seorangpun
yang mengetahui kapan waktunya, termasuk Rasūlullāh SAW.
Keīmānan ini menjadi sangat penting ketika ciri itu diberikan kepada
mukmin. Untuk itu, seorang mukmin telah mempersiapkan berbagai
bekal untuk menyambut kedatangannya.
Beberapa ayat Al-Qur’an menceritidakan tentang berita kedatangan
Hari Akhir/Hari Kiamat, di antaranya;
a) Sūrah al-Hajj (22) ayat 27;

            
“Dan sesungguhnya Hari Kiamat itu pastilah datang, tidak ada
keraguan padanya; dan bahwasanya Allāh membangkitkan
semua orang di dalam kubur.”
b) Sūrah al-A’rāf (7) ayat 187;

             

             

            

   


Mereka menanyakan kepadamu tentang Hari Kiamat: "Bilakah
terjadinya?" Katidakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang
Hari Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang
dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Hari Kiamat
71
itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di
bumi. Hari Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu
benar-benar mengetahuinya. Katidakanlah: "Sesungguhnya
pengetahuan tentang bari Hari Kiamat itu adalah di sisi Allāh ,
tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".

c) Sūrah al-Naml (27) ayat 82;

           

     

“Dan apabila Perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan


sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatidakan
kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak
yakin kepada ayat-ayat Kami”

d) Sūrah al-Zukhruf (57) ayat 61;

          


“Dan Sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan
pengetahuan tentang Hari Kiamat. karena itu janganlah kamu
ragu-ragu tentang Hari Kiamat itu dan ikutilah aku. Inilah jalan
yang lurus”.

e) Sūrah al-Anbiyā’ (21) ayat 96-97;

         

         

          
‘Sehingga apabila dibukakan (tembok) Ya'jūj dan Ma'jūj, dan
mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi (96),
dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari Berbangkit),
72
Maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka
berkata): "Aduhai, celakalah Kami, Sesungguhnya Kami adalah
dalam kelalaian tentang ini, bahkan Kami adalah orang-orang
yang zalim"(97).

f) Sūrah al-Zalzalah (99) ayat 1-8

         

           

        

           
‘Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat
(1), Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya (2), Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi
(menjadi begini)?"(3), Pada hari itu bumi menceritidakan
beritanya(4), Karena Sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya (5), Pada hari itu
manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-
macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka (6), Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya (9).Dan
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula (10)’.

g) Sūrah al-Waqi’ah (56) ayat 1-6;

           

          


‘Apabila terjadi Hari Kiamat (1), tidak seorangpun dapat berdusta
tentang kejadiannya (2), (Kejadian itu) merendahkan (satu
golongan) dan meninggikan (golongan yang lain) (3), apabila
bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya (4), dan gunung-
gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya (5), Maka jadilah ia
debu yang beterbangan ( 6)’.

73
Beberapa ayat di atas membayangkan waktu terjadinya Hari
Kiamat tidak diketahui makhluk, tetapi ia pasti akan datang
dengan ditandai peristiwa-peristiwa yang mengawalinya, di
antaranya adalah kedatangan al-Dajjāl dan Ya’jūz/Ma’jūz.
Selanjutnya, akan terjadi Hari Kiamat yang sesungguhnya.
Peristiwa Hari Akhir/Hari Kiamat terjadi dengan terlebih dahulu
Allāh menghidupkan orang-orang yang telah mati sejak manusia
pertama sampai manusia yang terakhir (sūrah al-Hājj ayat 7).
Selanjutnya, peristiwa bumi bergoncang-goncang, runtuhlah
gunung-gunung, bukit-bukit yang tinggi, badai dan angin topan,
hujan disertai guntur dan petir, air bah menggenangi seluruh
permukaan bumi ini, lautan bergejolak melimpah ke daratan, dan
sebagainnya.
4) Peristiwa Sebelum dan Sesudah Hari Kiamat72
a) Sebelum Hari Kiamat
Sebagaīmāna telah diungkap pada awal pembahasan topik ini
bahwa Hari Akhir terlebih dahulu diawali dengan Hari Kiamat
sughrā (yakni kematian). Hari Kiamat sughrā ini disebut juga
dengan alam barzakh, dan semua orang pasti mengalaminya.
Setelah itu, barulah terjadi Hari Kiamat Kubro (yang
sesungguhnya).
Di alam barzakh, manusia akan dimintai pertanggungjawaban
melalui berbagai pertanyaan oleh Allāh melalui Malaikat Munkar
dan Nakir. Bagi yang mampu menjawab akan memperoleh
kenikmatan, bagi yang tidak akan sengsara selama di alam kubur
sepanjang masa sampai Hari Kiamat tiba.

Mengenai peristiwa di alam barzakh ini, terdapat beberapa nash


Al-Qur’an dan Hadis, di antarnya surah al-Mu’min (40 ) ayat 45-46;

72
Disarikan dari Yunahar
74
‫‪           ‬‬

‫‪          ‬‬

‫‪   ‬‬


‫‪‘Maka Allāh memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan‬‬
‫‪Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk‬‬
‫‪(45) Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang*,‬‬
‫‪dan pada hari terjadinya Hari Kiamat. (Dikatidakan kepada‬‬
‫‪malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab‬‬
‫‪yang sangat keras (46)." 73‬‬

‫‪Selanjutnya, hadis nabi berikut, yang artinya:‬‬

‫ِﻚ‬‫َﺲ ﺑْ ِﻦ ﻣَﺎﻟ ٍ‬ ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ رَْو ُح ﺑْ ُﻦ ﻋُﺒَﺎ َدةَ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺳﻌِﻴ ٌﺪ َﻋ ْﻦ ﻗَـﺘَﺎ َدةَ َﻋ ْﻦ أَﻧ ِ‬
‫َﱯ اﻟﻠﱠ ِﻪ‬
‫ِﻚ أَ ﱠن ﻧِ ﱠ‬ ‫ﺲ ﺑْ ُﻦ ﻣَﺎﻟ ٍ‬ ‫ﺲ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺷﻴْﺒَﺎ ُن َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻗَـﺘَﺎ َدةُ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﻧَ ُ‬ ‫َوﻳُﻮﻧُ ُ‬
‫ﺻﺤَﺎﺑُﻪُ‬ ‫َﱃ َﻋْﻨﻪُ أَ ْ‬ ‫َﱪﻩِ َوﺗَـﻮﱠ‬
‫َﺎل إِ ﱠن اﻟْ َﻌﺒْ َﺪ إِذَا ُو ِﺿ َﻊ ِﰲ ﻗـ ِْ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ َ‬ ‫َ‬
‫ْﺖ‬‫ُﻮﻻ ِن ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ُﻛﻨ َ‬ ‫ع ﻧِﻌَﺎﳍِِ ْﻢ أَﺗَﺎﻩُ َﻣﻠَﻜَﺎ ِن ﻓَـﻴُـ ْﻘﻌِﺪَاﻧِِﻪ ﻓَـﻴَـﻘ َ‬ ‫َﱴ إِﻧﱠﻪُ ﻟَﻴَ ْﺴ َﻤ ُﻊ ﻗـَْﺮ َ‬‫ﺣﱠ‬
‫ُﻮل‬
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَﺄَﻣﱠﺎ اﻟْﻤ ُْﺆِﻣ ُﻦ ﻓَـﻴَـﻘ ُ‬ ‫ُﻞ ﻟِ ُﻤ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ‬ ‫ُﻮل ِﰲ َﻫﺬَا اﻟﱠﺮﺟ ِ‬ ‫ﺗَـﻘ ُ‬
‫َﻚ‬‫ِك ِﻣ ْﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓَـ َﻘ ْﺪ أَﺑْ َﺪﻟ َ‬ ‫َﺎل اﻧْﻈ ُْﺮ إ َِﱃ َﻣ ْﻘ َﻌﺪ َ‬‫أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَﻧﱠﻪُ َﻋﺒْ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوَر ُﺳﻮﻟُﻪُ ﻓَـﻴُـﻘ ُ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـﻴَـﺮَاﳘَُﺎ‬ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َ‬ ‫َﺎل َرﺳ ُ‬ ‫اﻟﻠﱠﻪُ ﺑِِﻪ َﻣ ْﻘ َﻌﺪًا ِﰲ اﳉَْﻨﱠ ِﺔ ﻗ َ‬
‫َﱪﻩِ‬
‫َﺎل ﻗَـﺘَﺎ َدةُ ﻓَ َﺬ َﻛَﺮ ﻟَﻨَﺎ أَﻧﱠﻪُ ﻳـُ ْﻔ َﺴ ُﺢ ﻟَﻪُ ِﰲ ﻗـ ِْ‬ ‫َﺎل رَْو ٌح ِﰲ َﺣﺪِﻳﺜِ ِﻪ ﻗ َ‬ ‫ﲨَِﻴﻌًﺎ ﻗ َ‬
‫َﺲ‬‫ِﻳﺚ أَﻧ ِ‬ ‫ﻀﺮًا إ َِﱃ ﻳـَﻮِْم ﻳـُْﺒـ َﻌﺜُﻮ َن ﰒُﱠ َر َﺟ َﻊ إ َِﱃ َﺣﺪ ِ‬ ‫َﺳْﺒـﻌُﻮ َن ِذرَاﻋًﺎ َوﳝُْﻸَُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ُﺧ ْ‬
‫ُﻮل ِﰲ َﻫﺬَا‬ ‫ْﺖ ﺗَـﻘ ُ‬ ‫َﺎل ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ُﻛﻨ َ‬ ‫َﺎل َوأَﻣﱠﺎ اﻟْﻜَﺎﻓُِﺮ وَاﻟْ ُﻤﻨَﺎﻓِ ُﻖ ﻓَـﻴُـﻘ ُ‬ ‫ِﻚ ﻗ َ‬ ‫ﺑْ ِﻦ ﻣَﺎﻟ ٍ‬
‫ْﺖ‬‫َﺎل ﻟَﻪُ َﻻ َد َرﻳ َ‬ ‫س ﻓَـﻴُـﻘ ُ‬ ‫ُﻮل اﻟﻨﱠﺎ ُ‬ ‫ُﻮل ﻣَﺎ ﻳـَﻘ ُ‬ ‫ْﺖ أَﻗ ُ‬ ‫ُﻮل َﻻ أَ ْدرِي ُﻛﻨ ُ‬ ‫ُﻞ ﻓَـﻴَـﻘ ُ‬ ‫اﻟﱠﺮﺟ ِ‬
‫ﺻْﻴ َﺤﺔً‬ ‫َﲔ أُذُﻧـَْﻴ ِﻪ ﻓَـﻴَﺼِﻴ ُﺢ َ‬ ‫َاق ِﻣ ْﻦ َﺣﺪِﻳ ٍﺪ ﺿَْﺮﺑَﺔً ﺑـ ْ َ‬ ‫َب ﲟِِﻄْﺮ ٍ‬ ‫ﻀﺮ ُ‬ ‫ْﺖ ﰒُﱠ ﻳُ ْ‬ ‫وََﻻ ﺗَـﻠَﻴ َ‬

‫‪73‬‬
‫‪*Maksud dinampakkan neraka pagi dan petang adalah: dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan‬‬
‫‪petang sebelum hari berbangkit (Al-Qur’an digital).‬‬
‫‪75‬‬
‫َﱴ‬
‫ﻀ ُﻬ ْﻢ ﻳَﻀِﻴ ُﻖ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ ﻗَـْﺒـُﺮﻩُ ﺣ ﱠ‬
ُ ‫َﺎل ﺑـَ ْﻌ‬
َ ‫َﲔ َوﻗ‬
ِ ْ ‫ﻓَـﻴَ ْﺴ َﻤﻌُﻬَﺎ َﻣ ْﻦ ﻳَﻠِﻴ ِﻪ َﻏْﻴـُﺮ اﻟﺜﱠـ َﻘﻠ‬
ُ‫ِﻒ أَﺿ َْﻼﻋُﻪ‬ َ ‫ﲣَْﺘَﻠ‬
Artinya:’Bahwasanya Rasulullah saw bersabda,’Sesungguhnya
seorang hamba apabila telah diletidakkan di dalam kuburnya dan
para sahabatnya telah berpaling darinya sehingga dia mendengar
bunyi terompah mereka. Dua malaikat mendatanginya lalu
mendudukkannya dan berkata,’Apa yang akan engkau katidakan
kepada lelaki ini, Muhammad saw?’. Lalu, adapun seorang
mukmin akan berkata,’Aku bersaksi bahwa dia hamba Allāh dan
Rasul-Nya’. Kemudian dikatidakan kepadanya,’Lihatlah pada
tempat dudukmu dari api neraka dan digantikan Allāh dengan
tempat duduk di surga’. Rasulullah saw bersabda,’lalu ia melihat
keduanya secara bersamaan’. Kuburnya diperluas sampai 70
hasta dan diisi dengan kehijauan sampai hari berbangkit’. Adapun
orang kafir dan munafiq dikatidakan kepadanya,’Apa yang akan
engkau katidakan kepada lelaki ini?’. Lalu, mayit tersebut
berkata,’Aku tidak tahu, aku akan berkata apa yang dikatidakan
orang-orang’. Lalu, dikatidakan kepadanya,’Engkau tidak tahu dan
tidak mengikuti?!’. Kemudian, dia benar-benar dipukul dengan
martil dari besi antara kedua telinganya, kemudian dia memekik
sekuat-kuatnya yang didengar oleh semua yang berada di
sekelilingnya kecuali manusia dan jin’. Rasulullah saw
menambahkan,’Sebagian mereka ada yang disempitkan kuburnya
sehingga patah tulang rusuknya’. (HR. Musnad Aḥmad dalam
Kitan Musnad al-Mukatstsirīn no. 11823).

Berdasarkan ayat dan hadis di atas, di alam kubur (barzakh),


manusia telah menerima ganjaran maupun imbalan yang telah
dilakukannya selama hidup di dunia.

b) Peristiwa Hari Kiamat


Peristiwa Hari Kiamat pasti akan datang. Sebelum terjadi peristiwa
tersebut ada tanda-tanda yang menunjukkan kedatangannya,
yakni:
 Tanda-tanda kecil

76
Tanda-tanda kecil yang ditunjukkan Nabi SAW melalui hadis, di
antaranya;

‫َﺎوﻟ ُْﻮ َن ِﰱ‬


َ ‫اَ ْن ﺗَﻠِﻴْ َﺪ ْاﻻََﻣﺔُ َرﺑـﱠﺘَـﻬَﺎ َواَ ْن ﺗَـﺮَاﳊُْﻔَﺎةَ اﻟْﻌُﺮَاةَ اﻟْﻌَﺎﻟَﺔَ ِرﻋَﺎءَ اﻟﺸﱠﺎةِ ﻳـَﺘَﻄ‬
(‫اﻟْﺒُـْﻨـﻴَﺎ ِن )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ‬
“Apabila budak wanita melahirkan tuannya, dan apabila engkau
lihat orang-orang yang bertelanjang kaki, berpakaian compang-
camping, miskin dan pengembala kambing berlomba-lomba
dalam kemegahan bangunan (Hadis Muttafaq ‘alaih)74

‫ وَاﻟ ﱠﺸ ْﻬُﺮ‬،ِ‫َب اﻟﱠﺰﻣَﺎ ُن ﻓَـﺘَﻜ َْﻮ ُن اﻟﱠﺴﻨَﺔُ ﻛَﺎ ﻟ ﱠﺸ ْﻬﺮ‬َ ‫َﱴ ﻳـَﺘَـﻘَﺎر‬ ‫َﻻ ﺗَـﻘ ُْﻮَم اﻟﺴﱠﺎ َﻋﺔُ ﺣ ﱠ‬
‫ْﱰ ِاق‬
َ ِ‫ وَاﻟ ْﻠ ُﺠ ْﻤ َﻌﺔُ ﻛَﺎ ﻟْﻴـَﻮِْم َوﻳَﻜ ُْﻮ ُن اﻟْﻴـ َْﻮمُ ﻛَﻠﺴَﺎ َﻋ ِﺔ وَاﻟ ﱠﺴ َﻌﺔُ ﻛَﺎﺣ‬،ِ‫ﻛَﺎ ﳉُْ ْﻤ َﻌﺔ‬
(‫ )رواﻩ اﲪﺪ‬. ‫اﻟ ﱠﺴ َﻔ َﻌ ِﺔ‬
“Tidak akan datang Hari Kiamat sehingga waktu terasa amat
pendek, satu tahun rasa sebulan, satu bulan rasa seminggu,
satu minggu rasa sehari, satu hari rasa sejam, satu jam hanya
selama membakar satu pelepah kurma”75
Kedua hadis di atas menceritidakan sebagian kriteria
kehidupan manusia yang mencirikan tanda-tanda kecil Hari
Kiamat akan datang dan masih banyak lagi hadis lainnya.
 Tanda-tanda besar
Tanda-tanda besar yang muncul sebelum peristiwa Hari
Kiamat, sebagaīmāna yang diungkapkan oleh Rasul dalam
hadis berikut, yang artimya;

‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬


َ ‫ﱠﱯ‬ ‫َﺎل اﻃﱠﻠَ َﻊ اﻟﻨِ ﱡ‬ َ‫يﻗ‬ ‫َﻋ ْﻦ ُﺣ َﺬﻳْـ َﻔﺔَ ﺑْ ِﻦ أ َِﺳﻴ ٍﺪ اﻟْﻐِﻔَﺎ ِر ﱢ‬
‫َﺎل إِﻧـﱠﻬَﺎ ﻟَ ْﻦ‬َ ‫َﺎل ﻣَﺎ ﺗَﺬَا َﻛﺮُو َن ﻗَﺎﻟُﻮا ﻧَ ْﺬ ُﻛُﺮ اﻟﺴﱠﺎ َﻋﺔَ ﻗ‬َ ‫َﳓ ُﻦ ﻧـَﺘَﺬَا َﻛُﺮ ﻓَـﻘ‬ َْ‫َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ و‬
َ‫ﱠﺎل وَاﻟﺪﱠاﺑﱠﺔ‬ َ ‫َﺎت ﻓَ َﺬ َﻛَﺮ اﻟ ﱡﺪﺧَﺎ َن وَاﻟ ﱠﺪﺟ‬ ٍ ‫َﱴ ﺗَـﺮَْو َن ﻗَـْﺒـﻠَﻬَﺎ َﻋ ْﺸَﺮ آﻳ‬ ‫ﺗَـﻘُﻮَم ﺣ ﱠ‬

74
Kutubu al-tis’ah digital
75
ibid
77
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ َ ََ‫ُول ﻋِﻴﺴَﻰ اﺑْ ِﻦ ﻣَﺮْﱘ‬ َ ‫ْﺲ ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﻐﺮَِِﺎ َوﻧـُﺰ‬ ِ ‫ع اﻟ ﱠﺸﻤ‬َ ‫َوﻃُﻠُﻮ‬
‫ْﻒ‬ٌ ‫ْﻒ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﺸﺮِِق َو َﺧﺴ‬ ٌ ‫ُﻮف َﺧﺴ‬ٍ ‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوﻳَﺄَﺟُﻮ َج َوَﻣﺄْﺟُﻮ َج َوﺛ ََﻼﺛَﺔَ ُﺧﺴ‬
‫ِﻚ ﻧَﺎٌر ﲣَُْﺮ ُج ِﻣ ْﻦ اﻟْﻴَ َﻤ ِﻦ ﺗَﻄُْﺮُد‬
َ ‫َآﺧُﺮ ذَﻟ‬
ِ ‫َب و‬ ِ ‫ْﻒ ﲜَِﺰِﻳَﺮةِ اﻟْ َﻌﺮ‬
ٌ ‫ِب َو َﺧﺴ‬
ِ ‫ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻐﺮ‬
‫ﱠﺎس إ َِﱃ َْﳏ َﺸ ِﺮِﻫ ْﻢ‬
َ ‫اﻟﻨ‬

“Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum muncul sepuluh tanda-


tandanya, yaitu: keluarnya al-dukhān (asap), keluarnya al-
dabbah (sejenis binatang yang aneh bentuknya), munculnya al-
dajjāl, terbitnya matahari dari Barat, turunnya Īsā putra
Maryam, munculnya Ya’jūz dan Ma’jūz, terjadinya gerhana di
Timur, gerhana di Barat, dan gerhana di jazīrah Arabia, dan
yang terakhir keluarnya api dari Yaman” (HR. Muslim No.
5162). 76

Inilah tanda-tanda besar yang akan mengawali terjadinya Hari


Kiamat.
c) Hari Kebangkitan
Pada Hari Kebangkitan ini, seluruh makhluk hidup, seperti
manusia, malaikat, jin dan iblis, termasuk beberapa jenis binatang
dan tumbuhan, dibangkitkan dari kematian. Artinya, dikembalikan
ruh mereka ke dalam jasadnya masing-masing yang disebut
Yawm al-Ba’ats.
d) Berkumpul di Padang Maḥsyar
Selanjutnya, manusia akan dikumpulkan seluruhnya di Padang
Maḥsyar. Di tempat ini manusia menunggu waktu untuk dihitung
(dihisab) amal perbuatannya. Kondisi manusia pada waktu itu
akan berbeda-beda, sesuai dengan amalannya di dunia. Dalam
beberapa hadis tentang kondisi manusia pada saat itu sebagai
berikut;
 Ada yang berjalan dengan berjalan kaki.
 Ada yang berjalan dengan kendaraan.
76
Ibid
78
 Ada yang berjalan dengan mukanya.
 Ada yang bertelanjang kaki, tidak berpakaian sama sekali,
dan tidak berkhitan.

‫ْﻒ ُْﳛ َﺸُﺮ‬ َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻛﻴ‬


َ ‫َﺎل ﻳَﺎ َرﺳ‬ َ ‫ُﻼ ﻗ‬ ً ‫ِﻚ أَ ﱠن َرﺟ‬ٍ ‫ﺲ ﺑْ ُﻦ ﻣَﺎﻟ‬ ُ َ‫َﻋ ْﻦ ﻗَـﺘَﺎ َدةَ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﻧ‬
‫ﺲ اﻟﱠﺬِي أَْﻣﺸَﺎﻩُ ﻋَﻠَﻰ ِر ْﺟﻠَْﻴ ِﻪ ِﰲ‬ َ ‫َﺎل أَﻟَْﻴ‬ َ ‫اﻟْﻜَﺎﻓُِﺮ ﻋَﻠَﻰ َو ْﺟ ِﻬ ِﻪ ﻳـ َْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ﻗ‬
‫َﺎل ﻗَـﺘَﺎ َدةُ ﺑـَﻠَﻰ‬ َ ‫ُْﺸﻴَﻪُ َﻋﻠَﻰ َو ْﺟ ِﻬ ِﻪ ﻳـ َْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ﻗ‬ ِ ‫اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﻗَﺎ ِدرًا َﻋﻠَﻰ أَ ْن ﳝ‬
‫َو ِﻋﱠﺰةِ َرﺑـﱢﻨَﺎ‬
“Bahwasanya seorang laki-laki bertanya; ya Rasūlullāh,
bagaīmāna wajah orang kafir dikumpulkan pada harti Hari Kiamat,
Rasūlullāh berkata: “bukankah yang berjalan di atas kakinya di
dunia, tetapi di Hari Akhirat ia berjalan dengan wajahnya, Qotadah
berkata ya, itu ketentuan Tuhan kam”. (H.R. Muslim) 77

Adapun kondisi Padang Maḥsyar pada saat itu digambarkan oleh


hadis berikut:

(‫ْﺾ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬


ٍ ‫ﻀ ُﻬ ْﻢ ا َِﱃ ﺑـَﻌ‬
ُ ‫ﻳَﺎ ﻋَﺎﺋٍ َﺸﺔَ ْاﻻَ ْﻣُﺮ أَ َﺷ ﱡﺪ ِﻣ ْﻦ أَ ْن ﻳـَْﻨﻈَُﺮ ﺑـَ ْﻌ‬
“Ya ‘Ᾱ’isyah, keadaan waktu itu sangat dahsyat sehingga orang
tidak berfikir untuk melihat satu sama lain”. (HR. Muslim)
Hadis tersebut di atas diungkapkan Nabi ketika ‘Ᾱ’isyah terkejut
mendengar keterangan Nabi tentang kondisi padang Maḥsyar,
dan bertanya: “Ya Rasūlullāh, orang satu sama lain saling
memandang?, lalu Rasūlullāh menjawab dengan hadis tersebut.
e) Perhitungan dan Penimbangan
Selama masa di padang Maḥsyar, semua manusia dihitung
amalannya Allāh untuk diadili dengan seadil-adilnya.
Penghitungan amalan ini disebut dengan Yawm al-Ḥisāb. Dalam
proses penghitungan ini, tidak satu amalan manusia luput dari
hitungan Allāh, baik amalan yang baik ataupun amalan yang

77
Muslim Eksplorer, Shahih Muslim, bab al-Qiyamah bab 12, hadis nomor 4998.
79
buruk. Tidak ada manusia yang dapat berbohong dengan apa
yang pernah dilakukannya semasa ia hidup didunia. Lidah
manusia dimatikan fungsinya dan seluruh anggota tubuhnya yang
memberi kesaksian. Allāh berfirman dalam sūrah al-Zalzalah (99)
ayat 7-8;

            


“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya (7), Dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula (8)”.
Kemudian, sūrah Yāsin (36) ayat 65;

         


“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”.
Penghitungan dilakukan dengan “kitāb” (buku catatan masing-
masing orang) yang telah ditulis oleh para malaikat Raqīb dan
Atīd selama hidup di dunia. Apabila kitab yang tertulis berisi
amalan-amalan baik, maka seseorang akan menerima kitab
catatannya dari kanan dan depan, sedangkan yang kitabnya berisi
amalan-amalan buruk, ia akan menerīmānya dari kiri dan
belakang. Hal ini terdapat dalam sūrah al-Hāqqah (69) ayat 25;

          

80
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kirinya, Maka Dia berkata: "Wahai Alangkah baiknya kiranya tidak
diberikan kepadaku kitabku (ini).”
Setelah penghitungan, dilakukan penimbangan (al-wazn).
Penimbangan ini bertujuan untuk menunjukkan berat ringannya
dosa dan pahala seseorang. Bagi yang berat dosanya akan
masuk neraka, sedangkan yang lebih berat pahalanya akan
masuk syurga sebagaīmāna pernyataan sūrah al-Qāri’ah (101)
ayat 6-9;

           

     


“Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya
(6), Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (7). Dan
Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya (8),
Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah (9)”.
Setelah timbangan kebaikan dan keburukan tersebut, manusia
akan melalui jembatan (al-Shirāth) yang membentang di atas Api
Neraka. Siapa yang beruntung dengan keīmānan dan ibadahnya,
ia akan selamat melalui jembatan tersebut. Jika tidak, maka ia
akan jatuh ke dalam Api Neraka. Kondisi al-Shirāt diutarakan
Rasūlullāh SAW dengan hadisnya sebagai berikut;

‫ﱠت َﻣ ْﻦ ُِﳚْﻴـُﺰ‬
َ ‫ﱠﱴ أَو‬
ْ ‫َﲔ ﻇَ ُﻬﺮَى َﺟ َﻬﻨﱠ َﻢ ﻓّﺄَ ُﻛﻨـ ُْﻮ ُن أﻧَﺎ َو أُﻣ‬
َ ْ ‫ﺼﺮَا ُط ﺑـ‬
‫َب اﻟ ﱢ‬
ُ ‫ﻀﺮ‬
ْ ُ‫ﻳ‬
(‫)رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬
“Lalu dipasanglah sebuah jembatan di punggung dua tepi
jahannam maka aku (Nabi Muhammad) dan ummatkulah yang
pertama sekali menyeberanginya’(H.R. Muslim)”.78

78
Shahih Muslim, Jilid I, h. 163
81
Selanjutnya, hadis Rasḥlullāh SAW ;
Sesungguhnya Nabi pernah ditanya tentang shirat maka beliau
berkata: “tempat menggelincirkan. Di atasnya ada besi
penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar. Ia
mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Nejd,
yang di sebut pohon Su’dan79 (H. R. Al-Bukhārī).

Kemudian, Allāh berfirman dalam sūrah Maryam (19) ayat 71-72;

            

      


“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi
neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang
sudah ditetapkan. (71) Kemudian Kami akan menyelamatkan
orang-orang yang bertidakwa dan membiarkan orang-orang yang
zalim di dalam neraka dalam Keadaan berlutut (72)”.

Demikianlah, situasi dan kondisi al-Shirāt berdasarkan penuturan


Al-Qur’an dan Hadis yang mu’tabarah (yang dikenal).

f) Pembalasan (jaza’)
Hari Pembalasan merupakan proses akhir dari peristiwa Hari
Kiamat. Setelah manusia dihisab dan ditimbang seluruh
amalannya, maka manusia mendapatkan vonis. Apakah layak ke
surga atau ke neraka yang disebut dengan jaza’ (Hari
Pembalasan) tanpa menyekutukan Allāh. 80
Kemudian, setelah hukuman bagi pendosa selesai di neraka, dia
akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga.
Namun, bagi orang kafir atau orang musyrik, mereka akan kekal
di dalam neraka selama-lamanya. Sebaliknya, orang-orang yang
berīmān dan beramal shalīh, mereka akan kekal di syurga
selama-lamanya.

79
Pohon Su’dan adalah pohon yang ditumbuhi duri-duri besar. Lihat Shahih Bukhari, jilid VIII, h 146-
148
80
Yunahar Ilyas, h. 171--172
82
 Dalil Al-Qur’an sūrah al-Bayyinah (98) ayat 6-8;

          

          

         

           

       


“Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan
orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam;
mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk (6). Sesungguhnya orang-orang yang berīmān dan
mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk (7). Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga
'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allāh ridha terhadap mereka
dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang tidakut kepada Tuhannya (8”.

 Dalil al-Sunnah

:‫ّﺎﱃ‬
َ ‫ْل اﻟﱠﻠﻪُ ﺗَـﻌ‬
َ‫َوﻳَ ْﺪ ُﺧﻞُ أَ ْﻫﻞُ اﳉَْﻨﱠ ِﺔ اﳉَْﻨﱠﺔَ َوأَ ْﻫ ُﻞ اﻟﻨﱠﺎ ِر اﻟﻨﱠﺎ َر ﰒُﱠ ﻳـَﻘُﻮ‬
‫) رواﻩ اﻟﺒﺨﺮى‬... ‫َﺎل َﺣﺒﱠ ٍﺔ ِﻣ ْﻦ ﺧَْﺮد ٍَل‬ ٌ ‫أَ ْﺧ ِﺮﺟُﻮْا َﻣ ْﻦ ﻛَﺎ َن ِﰱ ﻗَـ ْﻠﺒِ ِﻪ ِﻣﺜْـﻘ‬
(‫و ﻣﺴﻠﻢ واﻟﻨﺴﺎئ‬
“Ahli syurga akan masuk syurga dan ahli neraka akan masuk
neraka. Kemudian Allāh Ta’ala berfirman: “keluarkanlah
dari neraka itu siapa saja yang di dalam hatinya ada
keīmānan, sekalipun seberat biji sawi …(H.R. al-Bukhārī, al-
Muslim dan al-Nasā’i)”

83
...ٍْ‫وﰱ ﻗَـ ْﻠﺒِ ِﻪ وَْز ُن ّﺷﻌِْﻴـَﺮةٍ ِﻣ ْﻦ ﺧَﲑ‬
ِ َ‫ﻻَاِﻟَﻪ‬:‫ّﺎل‬
ّ ‫ﳜَُْﺮ ُج ِﻣ َﻦ اﻟﻨّﺎَ ِر ّﻣ ْﻦ ﻗ‬
(‫)رواﻩ اﻟﺒﺨﺮى وﻣﺴﻠﻢ واﻟﱰﻣﺬى‬
“Akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan lā
ilāha illallāh, sedang dalam hatinya ada kebaikan seberat biji
kacang … (H.R. Al-Bukhārī, al-Muslim dan al-Tirmidzī)”
Syurga hanya untuk orang-orang yang berīmān dan beramal
shalīh. Tingkat serta balasan (siksaan) yang diterima oleh
penghuni neraka disesuaikan jenis dosa dan kemaksiatan yang
dilakukan. Begitu pula, dengan penghuni syurga, mereka akan
menerima balasan (kebahagiaan) sesuai pula dengan jenis dan
tingkat amalan yang mereka buat. Maha Adil Allāh
memperlakukan mereka.

5) Hikmah Berīmān Kepada Hari Akhir


Banyak hikmah yang dapat digali dari berīmān kepada Hari
Akhir/Hari Kiamat ini, diantaranya;
a) Tumbuhnya rasa tidakut untuk melakukan hal-hal yang buruk
b) Tumbuhnya kesadaraan bahwa hidup di dunia adalah sementara
c) Tumbuhnya kesadaran untuk mempersiapkan bekal amal ibadah
yang sesuai dengan tuntunan Allāh dan Rasūl-Nya.
d) Tumbuhnya keyakinan bahwa semua amal di dunia ini akan
berbalas sesuai dengan perbuatan masing-masing
e) Munculnya rasa cinta pada kebaikan dan kebajikan dalam hidup
dan membenci keburukan.

b. Īmān Kepada Qadha dan Qadar


1) Pengertian

84
Qadha berasal dari bahasa Arab  yang maknanya bisa berarti

perintah, hukum, menghendaki, memerintahkan, maupun


menjadikan.
Sedangkan qadar berasal dari kata ‫ ﻗدر‬yang berarti ketetapan,
ukuran atau batasan. Menurut istilah, qadha adalah ketetapan Allāh
SWT yang telah ditentukan sebelum sesuatu berlangsung dan kadar
(qadar) adalah ketetapan Allāh yang telah diketahui setelah terjadi.81
Qadha dan Qadar dalam pembicaraan sehari-hari disebut dengan
takdir..82 Menurut al-Atsari, qadar adalah semua perkara yang telah
diketahui ilmu Allāh dan telah ditulis oleh pena dari perkara-perkara
yang terjadi untuk selama-lamanya.83 Firman Allāh SWT berikut ini:

                

      


“Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah
ditetapkan Allāh baginya. (Allāh telah menetapkan yang demikian)
sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan
adalah ketetapan Allāh itu suatu ketetapan yang pasti berlaku”.84

Dalam Ensiklopedi Islam dikatidakan bahwa Takdir adalah


keputusan Tuhan yang berlaku bagi seluruh makhluk-Nya,
termasuk manusia, atas dasar keyakinan akan adanya kekuasaan

81
Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2003), h. 160
82
Nasruddin Razak, h. 214.
83
Al-Atsari, h. 119
84
Q.S. al-Ahzab, 33: 38
85
dan kehendak mutlak Tuhan serta status manusia.85 Qadha'
bermakna sesuatu yang ditetapkan Allāh pada mahluk-Nya, baik
berupa penciptaan, peniadaan maupun perubahannya. sedangkan
Qadar bermakna sesuatu yang telah ditentukan Allāh sejak zaman
azali.86 Jiau al-Haq menegaskan bahwa ketetapan/keputusan yang
dimaksud, baik yang baik maupun yang buruk. Karena segala
sesuatu kejadian di muka bumi ini hakikatnya adalah kehendak dan
ketentuan Allāh SWT. 87
Dengan demikian, qadha dan qadar adalah takdir Allāh kepada
makhluk-Nya yang baik atau yang buruk, yang telah ditetapkan Allāh
sejak zaman azali. Hal ini telah ditegaskan Allāh dalam firman-Nya:

      …

“…dan Dia telah menciptidakan segala sesuatu, dan Dia


menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”.88
Adapun pengertian berīmān kepada qadha dan qadar adalah
percaya adanya ketetapan dan keputusan Allāh kepada hamba-Nya
yang bersifat baik maupun yang buruk. Namun, pada hakekatnya
segala perbuatan baik datang dari Allāh, sedangkan perbuatan buruk
datang dari diri manusia itu sendiri . Hal ini telah dijelaskan Allāh
dalam ayat berikut:

             

        


“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lawḥ al-

85
Ensiklopedi … Jilid 5, h. 46
86
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=205&bagian=0. Diakses pada tanggal 15
agustus 2013
87
Mumammad Umar Jiau al-Haq, Mencermati Aliran Sesat, Edisi Revisi ( Bandung: PT. Pustaka
Islamika, 2009), h.543
88
Q.S al-Furqan, 25: 2
86
Maḥfūzh) sebelum Kami menciptidakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allāh.”89

2) Tingkatan atau rukun Takdir


Īmān kepada takdir tidak sempurna kecuali mengandung empat
tingkatan takdir atau rukun takdir. Manakala empat rukun ini
dilaksanakan, maka īmān kepada takdir akan sempurna. Empat
tingkat dimaksud adalah:90
a) Ilmu
Percaya terhadap Allāh SWT Yang Maha Mengetahui segala
sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, yang belum terjadi.
Termasuk kalau terjadi seperti apa kejadiannya, secara global,
dan terperinci. Tidak satupun luput dari ilmu Allāh sebagaīmāna
firman-firman Allāh berikut ini:

       …

“…Dan Sesungguhnya Allāh ilmu-Nya benar-benar meliputi segala


sesuatu”91.

             

 
“Dialah Allāh yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.”92

Hadis Imam Muslim dan lainnya

89
Q.S al-Hadid, 57: 22
90
Al-Atsari, h. 120-122
91
Q.S. al-Thalaq, 64: 12
92
Q.S al-Hasyar, 59: 22
87
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ َ ‫ﱠﱯ‬ ‫َﺎل ُﺳﺌِ َﻞ اﻟﻨِ ﱡ‬ َ ‫ﱠﺎس َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨـ ُﻬﻤَﺎ ﻗ‬ ٍ ‫َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ َﻋﺒ‬
‫ﲔ اِ ْذ َﺧﻠَ َﻘ ُﻬ ْﻢ‬ َ ِ‫َﺎل اﻟﻠﱠﻪُ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﲟَِﺎ ﻛَﺎﻧُﻮا ﻋَﺎ ِﻣﻠ‬
َ ‫ﲔ ﻓَـﻘ‬َ ِ‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋ ْﻦ أَوَْﻻ ِد اﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ‬
“Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās r.a dia berkata bahwa Rasūlullāh
SAW ditanya tentang anak-anak orang musyrik, beliau menjawab:
“Allāh lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan ketika Dia
menciptidakan mereka”93

b) Penulisan
Keyakinan pada Allāh yang telah menuliskan segala
sesuatu/takdir makhluk-Nya berdasarkan ilmu-Nya di Lawḥ
Maḥfūzh. Sebuah Kitab yang meliputi segala sesuatu, semua
yang terjadi, dan sedang terjadi. Semua yang ada sampai Hari
Kiamat telah tertulis di sisi Allāh sebagaīmāna firman Allāh berikut:

      …


“…Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata
(Lawḥ Maḥfūzh).94”
c) Iradah (Keinginan) dan Masy’iah (Kehendak)
Semua yang terjadi di jagad raya ini adalah dengan iradah dan
masyi’ah Allāh SWT. Allāh menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya
dengan rahmat-Nya juga menjadikan orang tersesat dengan
hikmah-Nya. Segala sesuatu yang terjadi pasti atas kehendak
Allāh, baik peristiwa itu terjadi atau tidak dan semua atas
kehendak-Nya sebagaīmāna firman Allāh berikut:

            
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila
dikehendaki Allāh. Sesungguhnya Allāh adalah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana”.95

93
Muslim Eksplorer, Hadis digital, Bukhari, kitab al-Qadar, bab 3, hadis no. 6229
94
Q.S Yasiin, 36: 12
88
d) Penciptaan
Percaya kepada Allāh Yang Menciptidakan segala sesuatu. Tidak
ada pencipta selain Dia. Segala sesuatu yang diciptidakan adalah
makhluk. Dia juga menciptidakan perbuatan makhluk, pencipta
yang bergerak sekaligus gerakan-gerakannya. Semua yang
terjadi, baik, buruk, kekufuran, keīmānan, ketaatan dan juga
kemaksiatan, semua adalah sesuai takdir-Nya, Dia-alah yang
menciptidakannya sebagaiaman yang tertera dalam firman Allāh
berikut:

     …


“…dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-
96
rapinya”.

…   


“Dia Pencipta langit dan bumi. …”97
3) Takdir dan Perbuatan Manusia
Meskipun takdir manusia sudah ditetapkan Allāh sejak zaman azali,
bukan berarti manusia tidak boleh melakukan ikhtiar/usaha. Manusia
adalah makhluk Musayyar dan Mukhayyar. Musayyar artinya tidak
memiliki kebebasan untuk menolak atau menerima, misalnya
dilahirkan dalam jenis kelamin laki-laki atau perempuan, warna kulit
hitam atau putih, kematiannya dan lain-lain.
Allāh sama sekali tidak pernah meminta pertanggunganjawab.
Dalam hal Musayyar, sedangkan pada Mukhayyar, Allāh menuntut
tanggungjawab manusia atas segala apa yang diusahakan sebagai
ikhtiyar manusia sehingga tidak dapat menolak konsekwensi apapun
sebagai alasan dari takdir.98

95
Q.S al-Insan, 76: 30
96
Q.S al-Furqan, 25: 2
97
Q.S. al-An’am, 6: 101
98
Sudarsono Shobron, et al., Studi Islam 1, Peny. Mahasri Shobahiya dan Imron Rosyadi (Surakarta:
LPID, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005), h. 48
89
Berikut ini akan dikemukakan dalil yang mengindikasikan manusia
memiliki kesempatan untuk berusaha/berikhtiar:

            

      


Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,
Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaīmāna
saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu,
dan bertidakwalah kepada Allāh dan ketahuilah bahwa kamu kelak
akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang
berīmān.99

           

    


“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan
persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allāh tidak menyukai
keberangkatan mereka, Maka Allāh melemahkan keinginan mereka.
dan dikatidakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-
orang yang tinggal itu”100.

               

           
…Sesungguhnya Allāh tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allāh menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak
ada pelindung bagi mereka selain Dia.101

Beberapa ayat di atas menjelaskan manusia memiliki kesempatan


untuk berusaha dalam rangka memaksimalkan hasil yang ingin
dicapai. Namun, hasil usaha dimaksud tetap penentuan akhirnya
99
Q.S. al-Baqarah, 2: 223
100
Q.S. al-Taubah, 9: 46
101
Q.S al-Ra’du, 13:11
90
berasal Allāh. Manakala hasilnya memenuhi harapan, maka berarti
Allāh meridhai usaha tersebut. Akan tetapi, jika usaha yang kita
lakukan gagal, itu atas kehendak Allāh juga. Itulah yang disebut
dengan takdir.

4) Klasifikasi qadha dan qadar/takdir


Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar orang mengatidakan
bahwa kalau sudah takdir, tidak akan bisa lagi manusia
mengubahnya. Ungkapan apatis seperti itu adalah ungkapan orang-
orang yang berpaham bahwa takdir Allāh tidak lagi dapat diubah.
Namun masih ada pula sekelompok orang yang menganggap
bahwa takdir bisa diubah, karena itu ia berusaha dan terus berusaha.
Dari keterangan tentang takdir dan perbuatan manusia, serta dari
kedua versi sikap di atas, dapat disimpulkan bahwa takdir itu dapat
diklasifikasikan kepada dua, yakni:
a) Takdir yang tidak dapat diubah (takdir Mubram)
Takdir mubram adalah ketentuan Allāh yang tidak dapat diubah
oleh siapapun, seperti; tibanya ajal (kematian). Apabila seseorang
ditakdirkan oleh Allāh sudah harus mati, maka maju atau mundur
sedetikpun tidak bisa, sebagaīmāna firman Allāh berikut ini:

                

        


“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan
dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang
dikehendaki Allāh ". tiap-tiap umat mempunyai ajal, apabila telah
datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)”. 102

b) Takdir yang dapat diubah (Taqdir mu’allaq)

102
Q.S. Yunus, 10: 49
91
Yakni takdir yang dapat diubah ini akan terlihat hasilnya manakala
seseorang telah berusaha semaksimal mungkin. Kemiskinan
adalah situasi yang dapat diubah menjadi kaya. Jika si miskin
berusaha semaksimal mungkin dan bertawakkal kepada Allāh ,
insya Allāh akan diberi jalan untuk mengubahnya ke arah yang
lebih baik dari sebelumnya. Karena dalam ajaran Islam, sesuatu
yang dapat diubah, manakala kita berusaha mengubahnya
dengan upaya maksimal.
Berikut ini adalah kisah nyata yang pernah dialami teman dekat
penulis. Ketika penulis sekolah di Tsanawiyah kelas I, ada
seorang teman yang tidak dapat membaca Al-Qur’an, Butet
panggilannya sehari-hari. dia masih terbata-bata dan mengeja
huruf perhuruf, itupun masih banyak yang salah. Peristiwa ini
dijadikan bahan tertawaan dan dia dijauhi teman-teman sekelas.
Penulis coba memberi motivasi kepadanya agar dia terus
berusaha. Lebih kurang empat bulan lamanya, tiba-tiba si Butet
tadi sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, bahkan dapat
melagukannya dengan relative baik pula. Ketika saya tanya apa
yang dilakukannya sehingga menjadi bisa, dia mengatidakan
bahwa dia berlatih dengan kakeknya setiap habis ‘Ashar sampai
menjelang Maghrib. Firman Allāh berikut:

              

            
“Sesungguhnya Allāh tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allāh menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.103

103
Q. S. al-Ra’du, 13: 11
92
Kisah teman dan ayat di atas, merupakan suatu matarantai
antara adanya usaha (ikhtiyār) yang dapat mengubah kebodohan
seseorang menjadi pintar. Bahkan, upaya yang dilakukan
membuahkan hal yang positif dan amal yang baik, dan akan
mendapat imbalan serta keridhaan dari Allāh SWT dan tidak
menerima nasib/takdir (sebagaīmāna orang mengartikannya)
selama ini.

5) Hikmah berīmān kepada Takdir


a. Memberi keseimbangan jiwa, tidak berputus asa atas sesuatu
kegagalan dan tidak pula pongah karena suatu keberuntungan
b. Meningkatkan ketaqwaan, karena takdir apapun bentuknya adalah
ujian dari Allāh
c. Merupakan awal dari tawakal kepada Allāh dalam segala usaha
yang dilakukannya.
d. Dengan īmān pada qadar setiap mukmin akan optimis dan selalu
optimis dalam segala tindak tanduk dan perbuatan serta
usahanya.
e. Dengan modal īmān akan qadar baik dan buruk telah ditulis di al-
Lauh al-Mahfuzh, seorang mu'min akan siap jiwa raga menerima
apa pun hasil yang diraih, apa pun yang menimpanya.
f. Tidak akan menyombongkan dirinya dengan segala keberhasilan
itu. Tentunya dengan menyadari ini semua ia tidak akan kikir atau
pelit dalam berbagi dengan sesama sebagian dari keberhasilan
dan keuntungan yang diraihnya.
g. Muncul upaya untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dalam
menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan syari’at.

3. Latihan
a. Buat narasi ilmiah bagaimana anda menyakinkan orang lain bahwa Hari
Kiamat itu benar-benar akan terjadi ( bentuk komik cerita)

93
b. Buatlah Narasi bahwa Bencana Alam merupakan implikasi dari adanya
Qadha dan takdir (bentuk video pembelajaran).
4. Evaluasi

a. Bagaīmāna wujud kongkrit berīmān kepada Hari Akhir ?


b. Bagaīmāna wujud kongkrit berīmān kepada Qadha/Qadar ?

5. Kunci Jawaban

a. Manusia harus menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat bahwa


kehidupan dunia menjembatani kehidupan akhirat. Mencari dunia
implementasi dari suatu ibadah sehingga selalu berbuat kebaikan dan
kemuliaan. Hari Kiamat merupakan pintu gerbang memasuki kehidupan
akhirat yang kekal selamanya.
b. Manusia selalu berusaha untuk beraktifitas dengan menyerahkan diri
akan hasil perbuatannya kepada Allah. Ikhtiar merupakan jalan tengah
antara kepasrahan dan harapan dalam mencapai cita-cita diri.

F. Pembelajaran ke-6
1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan prilaku syirik seperti khurāfāt, takhayyul,
siḥir, dan perdukunan.
2. Materi Pembelajaran
a. Syirik

1) Pengertian

Kata syirik berasal dari bahasa Arab, dari akar kata syaraka-
yasyraku, syirkan, yang berarti menyekutukan. Syirik berarti sekutu
atau persekutuan. Syirik memiliki dua arti; arti umum dan arti khusus.
Arti umum adalah menyamakan sesuatu dengan selain Allāh dalam
hal-hal yang merupakan kekhususan Allāh. Penyamaan itu berbentuk
kesekutuan, baik Allāh menyamai yang lain pada kesekutuan itu,
maupun melebihi kesamaannya dari Allāh. Sementara itu, yang
94

Anda mungkin juga menyukai