Anda di halaman 1dari 383

Teks pegon – Transliterasi - Terjemahan

Buku ini tidak diperjualbelikan.

i
ii
Buku ini tidak diperjualbelikan.
Teks pegon – Transliterasi - Terjemahan

Buku ini tidak diperjualbelikan.

WIWIN INDIARTI

2018

iii
LONTAR YUSUP BANYUWANGI
Teks Pegon – Transliterasi - Terjemahan

© Wiwin Indiarti

Penyunting: Nur Hasibin, Adi Purwadi, SM Anasrullah


Desain sampul dan tata letak: Mamuloto

Cetakan I: Juli 2018

Diterbitkan pertama kali oleh:


Penerbit Elmatera
Jl. Waru 73 Kav 3 Sambilegi Baru
Maguwoharjo Yogyakarta
Email: penerbitelmatera@yahoo.co.id
Anggota IKAPI 064/DIY/09

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Wiwin Indiarti.
LONTAR YUSUP BANYUWANGI: Teks Pegon – Transliterasi - Terjemahan /
penyusun, Wiwin Indiarti. – Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2018.
xvi,365 hlm : 18 X 25 cm

ISBN: 978-602-574-34-4

1. Naskah Kuno -- Kajian I. Judul


II. Perpustakaan Nasional

iv
Lastari karsaning Sukma
kalinganan tan lastari karseki
yèn tan Sukma anudêweku
kalingane kawula
tan kuwasa adarbe pêribadinepun
yèn tan Sukma andulura
ing kawula nireng uni

Kehendak Tuhan itu abadi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kehendak manusia terhalang tiada kekal
jika Tuhan tiada menunjukkan jalan
maka terhalangilah kehendak manusia
tiada kuasa atas dirinya sendiri
jika Tuhan tiada menyertai
hambanya tersebut

Lontar Yusup Banyuwangi, Pangkur X: 27

v
vi
Buku ini tidak diperjualbelikan.
Daftar Isi
Daftar Isi vii
Daftar Gambar ix
Daftar Istilah x
Kata Pengantar Penulis xiii

1 Pendahuluan 1
Lontar Yusup dan Islamisasi Ujung Timur Jawa 2
Lontar Yusup: Antara Tradisi Tulis dan Lisan 3
Penelitian Terdahulu 5
Metode 6
Isi Buku ini 6
2 Deskripsi Naskah Lontar Yusup Banyuwangi 9
Nama Naskah dan Pengarang 9
Keadaan dan Ukuran Naskah 10
Bentuk Naskah 11
Bahasa dan Jenis Tulisan Naskah 12
Manggala dan Kolofon 14
3 Bentuk Penyajian Edisi Teks Lontar Yusup Banyuwangi 17
Teks Pegon dan Transliterasi 17

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Penerjemahan 21
Bentuk Penyajian 22
4 Ringkasan Kisah Lontar Yusup Banyuwangi 25
5 Lontar Yusup Banyuwangi: Teks Pegon –Transliterasi -Terjemahan 55
Kasmaran I 57
Durma II 112
Kasmaran III 113
Pangkur IV 146
Sinom V 172
Pangkur VI 175
Durma VII 189
Arum-arum 223
Pangkur VIII 229
Sinom IX 252
Pangkur X 256

vii
Sinom XI 304
Kasmaran XII 332
Bibliografi 359
Indeks 362
Tentang Penulis 365

Buku ini tidak diperjualbelikan.

viii
Daftar Gambar
Mocoan (pembacaan tembang) Lontar Yusup di Banyuwangi xvi
Berlatih mocoan Lontar Yusup 8
Bagian awal naskah Lontar Yusup Banyuwangi 11
Lontar Yusup di atas bantal 16
Bentuk penyajian Lontar Yusup Banyuwangi 24

Buku ini tidak diperjualbelikan.

ix
Daftar Istilah

Agêlis; Aglis; Gêlis; Glis : Segera


Aji; Haji : Nilai, Harga, Mulia
Adi; Hadi : Mulia
Amêng-amêngan : Mainan, Permainan
Andulu, Kadulu : Melihat, Mengetahui
Angling; Ling : Berkata
Astana; Ngastana : Kuburan, Alam Kubur
Arja : Keselamatan; tan arja=Merusak
Ayêwa; Aywa; Ayuwa; Ajya : Jangan
Awor : Campur
Baskara : Matahari
Bêlahi : Petaka
Bêrangta; Brangta;Brangti : Rindu, Cinta, Tergila-Gila, Kasmaran
Bramantêya; Bramantya : Amat bernafsu
Bukti : Makan
Cindhe : Sutera bermotif bunga merah
Cêngêng : Terkejut, Tercengang

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Dahat : Sangat; Amat
Dalêwarina; Dalurina : Siang Malam
Datan;Tan : Tidak
Doracara; Duracara : Keburukan, Cela
Gawok : Terkejut, Terpukau, Kaget
Gêndhaga : Peti
Goh : Sapi
Jalu; Jalêwa: Jalwa : Laki-laki
Jinah : Zina
Jumêrut : Zamrud
Jungut : Ranjang, Peraduan
Juti : Buruk, Keburukan
Kahot; Kaot : Unggul, Pilihan, Utama
Kajang Sirah : Bantal
Kampuh; Kampah : Dodot, Pakaian
Kanaka : Emas

x
Kanggêk : Diam terpaku
Karangulu : Bantal
Kewêran; Kewran; Kewuhan; : Dihalangi
Kewêdan
Kêre : Baju zirah, Kerai, Kelambu
Kênyar : Sorot, Sinar
Kolèhe : Mengapa
Kumala : Intan
Lamun : Jika
Lathi : Mulut
Lêwir; Lwir; Lir : Seperti
Lindêri : Indah, Elok
Linyok : Dusta, Bohong
Mahoni; Maoni : Mencela
Maras : Kawatir
Maru : Menduakan, Isteri-isteri (yang dimadu)
Mukti : Jodoh, Bahagia bersama
Muntêyara; Muntyara : Mutiara
Murca : Pingsan
Muwung : Menangis, Sedih
Nitêra; Netêra; Netra : Mata
Nêhêr : Kemudian, Lalu
Nendêra;Nendra : Tidur
Ngongsa; Ngangsa : Murka
Padmasana : Dampar
Pagulingan; Gêguling : Ranjang, Peraduan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Pahilan : Paceklik, Bencana
Paksi : Burung
Pandhita : Orang suci, Orang berilmu, Ulama
Papêrêman : Ranjang
Paran : Apa
Patani : Ranjang, Peraduan
Pêkik : Tampan, Rupawan
Pênakawan; Punakawan : Abdi kepercayaan raja
Pêrada; Prada : Bubuk emas untuk menghias wayang atau kain
Pêrapta; Prapta : Tiba, Datang
Pêratala; Pratala : Bumi
Pelag : Bagus, Tampan, Cantik
Pelah : Kafilah
Pinggêl : Gelang
Pirêmas, Pirmas : Sutera
Puri; Pura : Istana

xi
Raksa; Rêksa : Jaga
Rasmin; Rasmi; Sacumbana : Indah bercahaya, Bercumbu
Rat : Jagat, Dunia ; satungkeb rat = seisi dunia
Ratna : Intan
Remang; Rimang : Sedih karena kasmaran
Rena : Ibu
Ron : Daun
Runtik : Nafsu, Amarah, Iri
Sakêwèh; Sakwèh; Sêkèh : Semua, Segenap
Santun : Gambir, Sari
Sarpa : Ular
Sasi : Bulan
Sasutêya; Sasutya; Sasotya : Intan
Satu;Sato : Hewan
Sayèmbêh;Sangsaya : Semakin, Bertambah
Sêlaka : Perak
Sêkala; Sêngkala; Sakala : Seketika, Tiba-tiba
Sêru; Sru; Asêru; Asru : Berlebih-Lebih, Bertambah-tambah, Semakin, Seru
Sêwapna; Suwapna; Swapna : Mimpi
Sinilih Asih : Berselang-seling
Sitangsuh; Sitangsu : Bulan
Sumêndhi : Saudara kandhung
Supacara : Perabot, Perangkat
Têlawung; Tlawungan : Tempat tombak
Têpas : Balai-Balai
Têraju : Timbangan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Têwas,Têyas;Twas; Tyas : Hati
Thathit : Kilat
Tilam : Ranjang
Tuwuk; Nuwuk : Puas
Uman-uman : Makian
Waja : Gigi
Wang; Wong : Orang
Wastêra; Wastra : Jarit, Pakaian, Busana
Waspa : Peluh
Wêdana : Wajah, Rupa
Wun-awun; Awun-awun : Gerimis, Rintik
Wuyung : Terpesona, Menarik hati
Wuwuh : Tambah, Semakin
Yugêya; Yogya; Yoga : Pantas, Patut, Heningkan cipta, Semadi
Yuktêya; Yuktya; Yukti : Pantas

xii
Kata Pengantar Penulis

PADA AWAL TAHUN 2017 saya bersama kawan-kawan Barisan Pemuda Adat Nu-
santara PD Osing merancang rintisan pendirian sekolah adat di Banyuwangi. Pro-
gram ini merupakan bagian dari usaha preservasi dan revitalisasi adat dan tradisi
masyarakat Osing di Banyuwangi. Maka kerja-kerja awal pun mulai kami jalankan,
salah satunya adalah menyusun dan menginventarisir materi pembelajaran untuk
program tersebut. Saya sendiri kemudian memilih untuk mempelajari Lontar Yu-
sup, sebuah karya sastra dalam bentuk tembang (puisi yang didendangkan), yang
merupakan salah satu warisan naskah kuno Banyuwangi.
Lontar Yusup Banyuwangi, meskipun hingga saat ini masih aktif ditem-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bangkan (didendangkan), namun makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam
naskah tersebut tidak banyak yang mengetahui atau memahaminya. Bahkan bagi
para pembaca (penembang) Lontar Yusup itu sendiri. Hal inilah yang mendorong
saya untuk mengerjakan transliterasi dan penerjemahan Lontar Yusup Banyu-
wangi. Karena tujuan awal proyek ini akan digunakan sebagai materi atau bahan
belajar bersama, maka transliterasi dan terjemahan Lontar Yusup ini pun juga
rencananya akan menyertakan teks pegon yang diambil dari naskah aslinya.
Hal tersulit dalam proses transliterasi dan penerjemahan ini tentu saja
penguasaan bahasa sumber. Dalam hal ini saya amat terbantu oleh suami saya
yang telah membuat digitalisasi Bausastra Jawa karya Poerwadarminta. Dalam
bentuk digital, proses penerjemahan menjadi jauh lebih efisien tanpa harus mem-
bolak-balik lembaran kertas. Selain itu, proses pencarian kata-kata yang memiliki
kemiripan atau persamaan bunyi juga lebih mudah dan cepat ditemukan. Karena

xiii
bunyi kata-kata yang terdapat dalam naskah sebagaian besar tidak sama dengan
kata-kata yang terdapat dalam kamus.
Di samping itu, kesulitan lain yang dihadapi dalam pengerjaan buku ini
adalah memindahkan teks pegon yang diambil dari naskah aslinya. Awalnya, saya
berencana menuliskan ulang teks pegon tersebut dengan menggunakan font
arabic di komputer. Namun, teks pegon memiliki beberapa kaidah tersendiri yang
berbeda dengan teks Arab. Jauh lebih sulit menulis teks pegon dengan menggu-
nakan komputer. Alhasil, atas bantuan seorang kawan seteru dalam pengerjaan
buku ini, saya memutuskan untuk memindai (scanning) langsung teks pegon dari
naskah aslinya. Terimakasih yang tiada terhingga untuk SM. Anasrullah yang telah
melakukan pemindaian hingga memotong (cropping) larik demi larik tembang
Yusup selama hampir tiga bulan lamanya. Hasilnya adalah potongan teks pegon
Lontar Yusup yang mencapai lebih dari 4.350 larik yang tersaji dalam buku ini. Ka-
rena itulah teks pegon yang ada dalam buku ini boleh dikatakan identik dengan
naskah asli Lontar Yusup yang menjadi bahan penyusunan transliterasi dan terje-
mahan.
Penyusunan buku ini juga merupakan bagian dari pelaksanaan pelatihan
mocoan (pembacaan tembang) Lontar Yusup bagi kaum muda di Banyuwangi
yang diadakan pada tahun 2018. Selain penerbitan buku ini, disusun pula materi
pelatihan lainnya berupa modul pembelajaran mocoan (pembacaan tembang)
dan video mocoan Lontar Yusup. Rangkaian kegiatan tersebut merupakan pelak-
sanaan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Riset
dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset dan Teknologi – Pendidikan Tinggi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


(DRPM KEMENRISTEK-DIKTI). Seluruh produk dari PKM ini, mudah-mudahan mem-
berikan sumbangsih bagi upaya untuk menjaga dan melestarikan salah satu warisan
kebudayaan di Banyuwangi.
Saya ingin memulai terimakasih saya kepada semua yang terlibat dalam
pelaksanaan Program Kemitraan Masyarakat (Preservasi dan Revitalisasi Mocoan
Lontar Yusup Banyuwangi). Buku ini bisa hadir berkat bantuan dan dukungan ber-
limpah dari lembaga dan individu yang lebih banyak ketimbang yang bisa saya se-
butkan satu per satu di sini.
Terimakasih kepada DRPM KEMENRISTEK-DIKTI yang telah memberikan
kepercayaan dan dukungan dana selama berlangsungnya PKM, yang salah satu
luarannya adalah penerbitan buku ini. Terimakasih kepada Nur Hasibin, M.Pd., re-
kan sejawat di Universitas PGRI Banyuwangi sekaligus anggota tim pengabdi yang
handal. Terimakasih kepada kawan-kawan mitra PKM dari Barisan Pemuda Adat

xiv
Nusantara PD Osing (Kezia, Arif, Akbar, Riedo, Pratiwi dan semua kawan-kawan
BPAN PD Osing) dan Kelompok Mocoan Lontar Yusup-Kemiren yang dengan se-
penuh hati terlibat penuh dalam pelaksanaan PKM.
Terimakasih kepada Dr. H. Sadi, M.M., Rektor Universitas PGRI Banyuwa-
ngi, dan segenap rekan sejawat civitas akademika Universitas PGRI Banyuwangi –
terutama di Fakultas Bahasa dan Seni - yang telah memberikan keleluasan kepada
saya untuk melakukan kerja-kerja riset dan pengabdian sebagai bagian dari Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
Terimakasih kepada Hasan Basri, Adi Purwadi, dan Suhalik, para penghulu
ilmu bagi saya di Banyuwangi. Terimakasih pula buat Ika Ningtyas, atas sumba-
ngan foto mocoan Lontar Yusup untuk ditampilkan pada buku ini. Terimakasih ju-
ga untuk Kang Agus Hermawan serta seluruh kawan di Aliansi Masyarakat Adat
Nusantara PD Osing atas dukungannya selama proses pengerjaan buku ini.
Terimakasih saya juga tertuju kepada dua ilmuwan yang rendah hati:
Achmad Munjid, Ph.D., kakak tingkat semasa kuliah yang selalu menebarkan
Islam yang toleran, dan Dr. Heru S.P. Saputra, rekan yang ringan berbagi dan
berdiskusi dengan hangat. Terimakasih kepada mereka berdua atas kesediaannya
melu-angkan waktu untuk menuliskan catatan kecil bagi buku ini.
Terimakasih kepada Penerbit Elmatera, yang secara teknis telah bekerja
luar biasa untuk menyiapkan dan menghadirkan buku ini dalam waktu dan ben-
tuk sesuai dengan rencana.
Akhirnya, terimakasih untuk suami dan kedua anak saya; SM. Anasrullah,

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Lantan Seraya Sidi, dan Darras Sitala Nadim. Merekalah sesungguhnya para pela-
kon penting di balik layar kehidupan saya, pada saat-saat terbaik, terberat dan
tersulit.

Banyuwangi, Juli 2018


Wiwin Indiarti

xv
Buku ini tidak diperjualbelikan.

Gambar 1. Mocoan (pembacaan tembang) Lontar Yusup di Kemiren-Banyuwangi ta-


hun 2010. Sebagai sebuah acara ritual, penyelenggaraan acara ini juga
menyertakan berbagai perangkat ritual berupa sajen (sesajian) (Foto dok.
Ika Ningtyas, 2010)

xvi
Pendahuluan

LONTAR YUSUP adalah sebuah puisi naratif tentang kehidupan salah seorang Nabi
Islam yang amat populer, Nabi Yusuf. Kisah ini merentangkan perjalanan hidup
seorang utusan pilihan Tuhan (duta nabi luwih) dari usia dua belas tahun, kala ia
bermimpi tentang matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud kepadanya, sam-
pai ia naik takhta menjadi penguasa Mesir, seusai nubuatnya tentang mimpi Raja
Mesir; tujuh sapi kurus memangsa tujuh sapi gemuk dan tujuh daun kering me-
lahap tujuh daun hijau.
Kisah Yusuf yang bermula nun jauh di padang pasir Mesir, melintasi laut
dan selat, hingga sampai di ujung timur Jawa, menjelma berlarik-larik tembang
sebagai Lontar Yusup Banyuwangi.1 Islamisasi Jawa, bagaimanapun juga meru-
pakan faktor penting bagi lahirnya karya ini. Lontar Yusup, baik sebagai teks mau-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pun saat didendangkan (performance), merupakan wujud dari ekspresi Islam-
Jawa yang mewarnai identitas kultural masyarakat Banyuwangi, wilayah yang da-
hulu merupakan pusat negeri Blambangan pada masa akhir kekuasaannya.

Lontar Yusup dan Islamisasi Ujung Timur Jawa


Blambangan merupakan satu-satunya kerajaan Hindu yang masih berta-
han di pulau Jawa pasca senjakala Majapahit pada tahun 1530-an. Abad 15-16
merupakan kurun waktu yang amat penting dalam sejarah politik Jawa, karena
periode ini dianggap sebagai masa transisi, perubahan kekuasaan dari Majapahit

1
Penyebutan nama naskah sebagai Lontar Yusup Banyuwangi karena naskah ini berasal
dari Banyuwangi. Di dalam buku ini nama naskah akan disebut sebagai Lontar Yusup atau
Lontar Yusup Banyuwangi.

1
yang Budha ke Mataram yang Islam.2 Pada masa itu, kehidupan sosial, politik dan
kebudayaan di pelbagai pusat kekuasaan di Jawa, dari Banten hingga Blambangan
mengalami pergeseran yang dinamis. Sistem religi atau keagamaan masyarakat
Jawa pun mengalami perubahan, dari penganut Hindu-Budha, beralih menjadi
pemeluk Islam. Di ujung timur Jawa, Babad Blambangan3 mengisahkan tentang
kedatangan seorang Arab Muslim, Sayid Ishak atau Syeh Walilanang, yang datang
ke wilayah ini pada masa kekuasaan Santaguna (sekitar 1575). Dalam berbagai
kronik lokal, Syeh Walilanang dianggap sebagai pemula penyebar agama Islam di
ujung timur Jawa, sekaligus menurunkan putranya, Raden Paku atau Sunan Giri,
salah seorang dari sembilan wali (walisanga) yang dipercaya sebagai penyebar
utama Islam di tanah Jawa.
Proses Islamisasi Blambangan tidaklah berjalan dengan lancar. Hingga pa-
ruh awal abad ke-18, Blambangan tidak berhasil diislamkan. Dua raja terkuatnya,
Tawangalun dan Danureja, tetap beragama Hindu. Pengaruh Islam dalam keluar-
ga kerajaan Blambangan baru mulai kentara pada masa kekuasaan Pangeran Adi-
pati Danuningrat atau Pangeran Pati (1736-1764).4 Ketika Blambangan akhirnya
runtuh pada 1768, secara leluasa Islam pun mulai menemukan jalan terang me-
nyebar di wilayah ini.
Kedatangan Islam tentu saja tidak hanya memperkenalkan konsep reli-
ginya, tetapi juga produk budayanya, salah satunya tulisan Arab yang di Jawa ber-
adaptasi menjadi pegon.5 Dampak dari penetrasi Islam ini, adalah munculnya pe-
radaban baru yang disebut oleh de Graaf dan Pigeaud sebagai peradaban Islam-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Jawa.6 Maka tumbuhlah pusat-pusat keislaman seperti pondok pesantren yang
berfungsi sebagai pusat pendidikan agama Islam7 yang kemudian berkembang se-

2
Moertono, Soemarsaid, 1983, Kata Pe ga tar dala Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa:
Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Press.
3
Arifin, Winarsih P. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: Ecole Francaise d'Extreme-
Orient dan Yayasan Bentang Budaya.
4
Margana, Sri. 2012. Ujung Timur Jawa 1763-1818: Perebutan Hegemoni Blambangan.
Yogyakarta: Pustaka Ifada, hlm. 163.
5
Pudjiastuti, Titik. 9. Tulisa Pego Wujud Ide titas Isla Ja a: Ti jaua atas Be tuk
da Mak a ya . Suhuf, Vol 2. No. 2, 2009, hal. 271-284.
6
De Graaf, H.J. dan Th. Pigeaud. 1983. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari
Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Press. hlm. 3.
7
Dalam Java in The 14th Century, Pigeaud (1963: 484) mengemukakan dugaannya bahwa
pondok pesantren ini bentuk aslinya adalah asrama dan mandala, yaitu tempat
pendidikan agama dari zaman pra Islam.

2
bagai muara lahirnya teks-teks keislaman termasuk kesusastraan Islam-Jawa yang
disebut oleh Poer atjaraka se agai Sastra Pesantren. 8
Dalam latar sosial budaya dan keagamaan yang baru seperti inilah di-
mungkinkan Lontar Yusup ditulis di Banyuwangi. Kisah Yusuf yang ditulis dalam
bentuk tembang memang telah jauh sebelumnya diciptakan di berbagai wilayah
lain di Jawa. Namun Lontar Yusup Banyuwangi memiliki ciri khas tersendiri, baik
unsur tekstual (pengisahan, kosakata, dan bentuk aksara pegon) maupun per-
formance-nya (musik dan ritual pembacaan).

Lontar Yusup: Antara Tradisi Tulis dan Lisan


Lontar Yusup Banyuwangi kemungkinan besar merupakan hasil salinan ti-
dak langsung dari naskah tembang Yusuf dari Cirebon yang disusun pada tahun
Jawa 1555 (1633-1634 M).9 Meskipun demikian, di antara kedua naskah kisah Yu-
suf tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang menonjol terutama dalam hal
pemilihan kosakata dan detil-detil pengisahannya.
Naskah (manuskrip) Lontar Yusup Banyuwangi tidak memuat tanggal pe-
nulisannya, sehingga tidak bisa diketahui kapan naskah ini pertama kali ditulis-
kan. Meskipun demikian, dalam setiap naskah Lontar Yusup Banyuwangi, yang
masih terus disalin hingga sekarang, selalu dicantumkan identitas penyalin naskah
dan waktu penyalinan naskah. Naskah tertua Lontar Yusup Banyuwangi yang saya
temukan berangka tahun Jawa 1829 (1890-an M)10, yang menjadi bahan trans-
literasi dan penerjemahan dalam buku ini.

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Di Banyuwangi, Lontar Yusup merupakan satu-satunya naskah kuno yang
hi gga ki i asih hidup dala asyarakat lokal, teruta a di ilayah pedesaa .
Naskah-naskah kuno Banyuwangi lainnya, seperti Kidung Sritanjung dan berbagai
varian Babad Blambangan, hampir tidak pernah dibacakan lagi saat ini. Semen-
tara Lontar Yusup, hingga sekarang, secara berkala masih dibacakan atau ditem-
bangkan (puisi yang didendangkan) di hadapan khalayak dalam ritual tradisi se-
lamatan daur hidup manusia (kelahiran, sunatan dan perkawinan) maupun ritual

8
Poerbatjaraka, R.M. Ng, P. Voorhoeve, dan C. Hooykaas. 1950. Indonesische
Handschriften. Bandung: AC. Nix & Co. hlm.75.
9
Pudjiastuti, Titik dan Hardjana HP. 1981. Kitab Yusuf. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku
Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 534.
10
Selisih antara tahun Jawa dengan tahun Masehi pada masa itu berkisar 70-an tahun.
Lihat Muso if, Ah ad. Per a di ga Tarikh “tudi Ko paratif Kale der Masehi, Hijriyah
da Ja a Isla , dala Jurnal Dinamika Penelitian 11 No. 1 Juli 2011.

3
tahunan bersih desa. Namun dalam hal-hal tertentu, ia juga bisa diselenggarakan
untuk sebuah acara pemenuhan nadar seseorang. Beberapa kelompok pembaca
Lontar Yusup juga secara periodik, seminggu sekali, masih mengadakan acara
pembacaan lontar Yusup (mocoan) secara bergiliran di rumah masing-masing
anggota kelompok mocoan, namun bukan pembacaan secara lengkap.
Mocoan Lontar Yusup secara lengkap lazimnya didendangkan di waktu
malam, selepas waktu sholat isya (sekitar jam 7 malam) hingga usai sebelum wak-
tu sholat subuh (sekitar jam 3 pagi). Dalam acara mocoan ini sekelompok pem-
baca Lontar Yusup duduk bersila, berjajajar setengah melingkar beralaskan tikar,
lalu secara bergiliran mendendangkan larik-larik puisi Yusup dalam ragam tem-
bang cara Osing11 yang berbeda dengan nada tembang orang Jawa pada umum-
nya.12 Naskah Lontar Yusup yang dibaca diletakkan di atas bantal, dan secara ber-
gantian dikelililingkan di antara para penembang. Sesi mocoan Lontar Yusup, se-
bagai sebuah laku ritual, juga memiliki tata cara dan perangkat ritual yang khusus
dan bukan sekedar pembacaan tembang biasa.
Sebuah kursi panjang dengan sandaran diselimuti lembaran kain batik
berada di sisi paling ujung dari para pembaca mocoan. Di tempat itulah ma-
nuskrip Lontar Yusup yang akan dibacakan, tersimpan dalam kantong kain, dile-
takkan di atas bantal bersama sejumlah sesajian (sajen). Sesajian itu termasuk sa-
tu kendi air, satu set wanci kinangan (seperangkat alat sirih dari tembaga), dua

11
Using (Osing) menganggap diri mereka sebagai kelompok etnis tersendiri, meskipun

Buku ini tidak diperjualbelikan.


hingga kini masih menjadi perdebatan apakah Using merupakan kelompok etnis tersendiri
atau sub-kelompok etnis Jawa. Data resmi Badan Pusat Statistik tahun 2010 tidak
memasukkan Using sebagai suku bangsa tersendiri, namun merupakan bagian dari
kelompok suku Jawa bersama-sama dengan Tengger, Bawean/ Boyan, Samin, Naga, dan
Nagaring (Naim dan Hendri, 2011). Lain halnya dengan keberadaan bahasa Using, bahasa
tersebut secara resmi diakui sebagai bahasa daerah dan bukan dialek dan merupakan
salah satu dari kurang lebih 70 bahasa daerah yang telah dianggap sebagai warga bahasa
Indonesia (Sugono et al., 2008). Wilayah hunian etnis Using saat ini terutama tersebar di
desa-desa di Banyuwangi bagian tengah dan utara. Untuk deskripsi sejarah dan budaya
masyarakat Using, lihat antara lain; Stoppelaar (1927), Arps (1992), Beatty (1999),
Sudjana (2001), Saputra (2007), Margana (2012), dan Wolbers (1992).
12
Nama-nama jenis tembang cara Osing dalam Lontar Yusup, diantaranya: kasmaran
samudana, kasmaran artati, kasmaran gleyong, kasmaran pinangsang, kasmaran
pungkas, rancagan, pangkur suba-suba, cahyanira lanang, cahyanira wadon, pager
guling, arum-arum celukan, sinom kedenda, durma sumadiya, durma wadon, pangkur
timbang, sinom kere, pangkur jungut, sinom onang-onang, sinom kunjara, sinalenggeng,
slobog, dan pangkur gleyong (glengseran). Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara
dengan Adi Purwadi pada 24 April 2018.

4
cangkir kopi, jam dinding, toya arum (air kembang), sepiring kue dan makanan
lainnya. Di bagian depan bawah kursi yang berisi berbagai sajen itu ditempatkan
pedupaan (anglo kecil tempat membakar dupa). Ketika sesi pembacaan Lontar
Yusup dimulai, dupa pun dinyalakan.
Meskipun naskah puisi Yusuf di Banyuwangi ditulis di atas kertas dan
menggunakan tulisan pegon,13 naskah kuno ini lebih dikenal sebagai Lontar Yu-
sup. Istilah lontar di sini berarti "manuskrip" atau "cerita" dan tidak mengacu pa-
da daun lontar sebagai materi tempat naskah dituliskan.14 Karena tradisi mocoan
Lontar Yusup masih berlangsung hingga saat ini, maka penyalinan naskah ini juga
terus berlangsung hingga sekarang dalam bentuk tulisan tangan, untuk meme-
nuhi kebutuhan orang yang ingin mempelajari mocoan Lontar Yusup.15

Penelitian Terdahulu
Sebuah kajian komprehensif tentang naskah Lontar Yusup telah dilakukan
oleh Arps, yang mengkaji bentuk teks dan ragam pembacaan tembang Yusup di
antara dua wilayah yang berbeda, Yogyakarta dan Banyuwangi.16 Dalam kajian la-
innya Arps juga menelaah secara khusus mengenai pembacaan Lontar Yusup Ba-
nyuwangi dilengkapi dengan ringkasan isi naskah.17 Kajian tersebut amat penting
dalam memahami kandungan isi Lontar Yusup Banyuwangi. Namun demikian, ka-
rena bentuknya berupa ringkasan isi naskah, maka detil-detil isi naskah (kosakata,
rincian pengisahan, dan variasi aksara) tidak terungkap secara menyeluruh.

Buku ini tidak diperjualbelikan.


13
Pegon menurut Kromoprawirto (1867: 1) berasal dari kata Jawa pego yang artinya ora
lumrah anggone ngucapake (tidak lazim melafalkannya). Secara fisik, wujud tulisan Pegon
adalah tulisan Arab, tetapi bunyinya mengikuti sistem tulisan Jawa, hanacaraka. Hal ini
menjelaskan bagaimana orang Banyuwangi menamai tembang (puisi) Yusuf sebagai
Lo tar Yusup da uka Lo tar Yusuf . Dala siste tulisa Ja a ya g dike al adalah
huruf pa p da uka fa f .
14
Arps, Ber ard, 99 , “i gi g the life of Joseph: An all-night reading of the lontar Yusup
in Banyuwangi, East Java , dalam Indonesia and Malay World, No. 53 November 1990.
DOI: 10.1080/03062849008729747, hlm. 36
15
Naskah Lontar Yusup yang biasa dibacakan di Kemiren saat ini merupakan naskah yang
disalin oleh Pak Senari dari Desa Kemiren, Banyuwangi, pada tahun 1989 . Naskah itu
merupakan hasil karya salinannya yang ke 20. Hingga saat ini, ia masih aktif memenuhi
pesanan penulisan naskah Lontar Yusup.
16
Arps, Bernard. 1992. Tembang in two traditions: performance and interpretation of
Javanese literature. London: School of Oriental and African Studies-University of London
17
Arps, Bernard. 1990. op. cit.

5
Sebuah upaya transliterasi dan penerjemahan atas naskah Lontar Yusup
ini pernah dilakukan oleh Siswandi.18 Namun transliterasi dan terjemahan itu ha-
nya dilakukan pada dua pupuh durma yang ada dalam Lontar Yusup. Sementara
Lontar Yusup secara keseluruhan terdiri atas 12 pupuh dengan 4 jenis pupuh (kas-
maran, durma, sinom, dan pangkur).
Untuk itulah, penyusunan edisi teks berupa transliterasi dan terjemahan
disertai tulisan pegon naskah Lontar Yusup ini menjadi tujuan utama dari pener-
bitan buku ini. Dengan hadirnya buku ini diharapkan khalayak yang lebih luas bisa
mempelajari dan mengkaji berbagai aspek yang terdapat dalam Lontar Yusup Ba-
nyuwangi.

Metode
Transliterasi naskah Lontar Yusup ini, sebagai sebuah edisi teks, menggu-
nakan pendekatan diplomatik yang menampilkan teks apa adanya, tanpa ada ko-
reksi (emendation) dari peneliti dan bukan bertujuan menghadirkan teks yang
memiliki bacaan terbaik (best readings , elai ka e yajika teks apa ada-
ya . Namun demikian, demi memudahkan pembacaan, hasil transliterasi, terje-
19

mahan, dan teks pegon dalam buku ini disajikan berbeda dengan naskah aslinya
dalam pengaturan tata letaknya (layout). Keaslian teks tetap dipertahankan seba-
gaimana yang ada dalam naskah.
Penerjemahan naskah Lontar Yusup ini mengikuti tahapan proses pener-
jemahan yang dibuat oleh Bell, yang meliputi analisis sintaksis, analisis semantik,

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dan analisis pragmatik.20 Proses penerjemahan tersebut berlangsung secara siklis
atau berulang-ulang hingga menghasilkan padanan yang tepat.

Isi Buku Ini


Buku i i disusu se agai upaya u tuk e ghadirka asa lalu Ba yu-
a gi , terutama berkaitan dengan khasanah sastra dan tulis menulis yang je-
jaknya masih terasa hingga kini. Naskah menjanjikan, tentu saja bagi mereka yang
tahu cara membaca dan menafsirkannya, sebuah jalan pintas istimewa (privilege

18
“is a di. . Pupuh Dur a dala “erat Yusuf Ba yu a gi “e uah Tra sliterasi,
Terje ah, Pe etaa Be tuk da Telaah Mak a . Skripsi. Universitas Jember.
19
Fathurahman, Oman, dkk. 2010. Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta: Kementerian
Agama RI Badan Litbang dan Diklat Pustlitbang Lektor Keagamaan. hlm. 11.
20
Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating. Theory and Practices. New York:
Longman. hlm. 59.

6
shortcut access) untuk mengetahui khazanah intelektual dan sejarah sosial kehi-
dupan masyarakat masa lalu.21 Naskah Lontar Yusup merupakan salah satu sum-
ber primer otentik yang mendekatkan masa lalu dengan masa kini Banyuwangi.
Sebagai sebuah benda cagar budaya, Lontar Yusup menyimpan aneka ragam in-
formasi dan kandungan isi naskah menyangkut buah pikiran, perasaan, keperca-
yaan, dan adat istiadat yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat lokal pada
masa lampau. Berbagai kandungan isi dalam naskah itulah yang disebut sebagai
teks, dan menjadi objek utama kajian filologi, sebagai ilmu yang berhubungan de-
ngan masa lampau berupa tulisan.22 Secara keseluruhan buku ini terbagi atas
beberapa bagian, seperti yang diuraikan berikut ini.
Bagian awal memaparkan secara singkat mengenai Lontar Yusup Banyu-
wangi beserta lingkup sosial budaya masyarakat tempat naskah ini muncul, hing-
ga penerimaan atas naskah ini sampai sekarang.
Bagian kedua berisi deskripsi naskah yang meliputi: judul naskah dan pe-
ngarang, keadaan dan ukuran naskah, bentuk naskah, bahasa dan jenis tulisan
naskah, serta manggala dan kolofon.
Bagian ketiga merupakan uraian mengenai bentuk penyajian edisi teks
naskah Lontar Yusup Banyuwangi. Pada bagian ini disertakan juga pedoman
transliterasi untuk memudahkan membaca hasil edisi teks naskah Lontar Yusup
Banyuwangi.
Bagian keempat berisi ringkasan isi naskah lontar Yusup Banyuwangi dari
awal hingga akhir. Pada bagian ini disertakan pula catatan-catatan penjelas berka-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


itan dengan isi naskah.
Akhirnya, buku ini ditutup dengan hasil transliterasi, terjemahan, dan di-
sertai dengan teks pegon, yang merupakan edisi teks Lontar Yusup Banyuwangi.

21
Fathurahman, Oman, dkk. 2010. op. cit. hlm. 4.
22
Barried, S.B. dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan
Publikasi Fakultas Seksi Filologi(BPPF), Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada. hlm.6.

7
Buku ini tidak diperjualbelikan.

Gambar 2. Berlatih Mocoan Lontar Yusup. Di Desa Kemiren-Banyuwangi setiap pekan


berlangsung acara mocoan Lontar Yusup sebagai bentuk pelatihan dan ajang
silaturahmi bagi anggota kelompok mocoan (Foto dok. Wiwin Indiarti, 2018).

8
Deskripsi Naskah
Lontar Yusup Banyuwangi

SETIAP NASKAH memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan naskah lain-
nya. Untuk mendapatkan gambaran mengenai ciri khusus naskah Lontar Yusup
Banyuwangi yang menjadi bahan transliterasi dan terjemahan, berikut ini dibe-
rikan uraian mengenai deskripsi naskah yang meliputi: nama naskah dan penga-
rang, keadaan dan ukuran naskah, bentuk naskah, bahasa dan jenis tulisan, serta
manggala dan kolofon.

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Nama Naskah dan Pengarang
Nama naskah adalah Lontar Yusup. Nama naskah ini tidak terdapat pada
bagian sampul naskah. Istilah lontar di sini berarti "manuskrip" atau "cerita", se-
da gka Yusup adalah a a tokoh uta a dala erita i i. Pada ait a al as-
kah ini terdapat larik yang berbunyi carita Yusup ginita (mendendangkan kisah
Yusuf) (Kasmaran I: 1). Larik ini menunjukkan bahwa naskah ini adalah kisah atau
cerita Yusuf dan kemudian lebih dikenal sebagai Lontar Yusup.
Nama pengarang Lontar Yusup juga tidak terdapat dalam naskah ini. Da-
lam naskah-naskah kuno di Jawa, biasanya nama pengarang disisipkan pada
manggala /panggalang di bagian awal naskah.
Di dalam naskah Lontar Yusup terdapat manggala di awal naskah (Kas-
maran I: 2). Pada manggala tersebut tidak terdapat nama pengarang. Namun de-
mikian, nama penyalin naskah secara jelas terdapat pada halaman terakhir nas-
kah dan ditulis sebagai berikut: yang menyurat Carik Pak Janah. Informasi penya-

9
lin naskah ini menunjukkan identitas nama sekaligus pekerjaan penyalin naskah:
Pak Janah seorang carik (sekretaris desa).

Keadaan dan Ukuran Naskah


Naskah yang digunakan sebagai bahan dalam penyusunan transliterasi
dan terjemahan Lontar Yusup ini ditulis atau disalin pada tahun Jawa 1829 oleh
seorang carik (sekretaris desa) dari desa Cungking23 bernama Carik Pak Janah.
Naskah kuno tersebut saat ini menjadi koleksi Adi Purwadi, salah seorang peles-
tari mocoan (pembacaan tembang) Lontar Yusup di desa Kemiren, Banyuwangi.
Kondisi naskah sudah mulai rusak terutama di bagian jilidan punggung
naskah. Jilid naskah yang awalnya berupa jahitan telah lepas pada beberapa ba-
gian. Beberapa halaman ditambal dengan kertas putih yang mungkin untuk mem-
perkuat jilidan naskah. Namun demikian lembaran seluruh halaman naskah masih
lengkap. Tulisan pada naskah masih bisa dibaca dengan jelas, meskipun kertas su-
dah menua kecoklatan dan terdapat bercak kotor di beberapa bagian.
Naskah Lontar Yusup berbentuk buku dengan ukuran panjang 20,5 cm,
lebar 16 cm dan tebal (dengan sampul) 3,5 cm. Sampul naskah, nampaknya bukan
sampul awal naskah, berbahan kertas karton warna merah yang pada bagian
punggung buku direkatkan dengan isolasi plastik warna hitam. Naskah ditulis di
atas kertas sejenis HVS, polos, tidak bergaris.
Jumlah halaman naskah secara keseluruhan adalah 276 halaman, tanpa
ada penomoran halaman. Kondisi kertas pada naskah tersebut telah berwarna

Buku ini tidak diperjualbelikan.


23
Di dalam kolofon naskah tidak tercantum nama desa asal penyalin. Desa Cungking
disebutkan di sini sebagai asal dari penyalin naskah (Pak Janah) merupakan hasil
wawancara saya dengan Adi Purwadi, pemilik naskah saat ini, yang memperoleh informasi
tersebut dari pemilik naskah sebelumnya (wawancara dengan informan pada 2 April
2018). Cungking, yang saat ini merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Mojopanggung
(± 2 km ke arah barat dari pusat kota Banyuwangi), merupakan salah satu desa tua di
Banyuwangi. Beberapa orang penduduk di sana hingga saat ini masih aktif sebagai
pembaca mocoan Lontar Yusup. Patut dicatat pula bahwa masa penyalinan naskah Lontar
Yusup (1829 tahun Jawa /1890-an M), dicatat oleh Pigeaud berdasar laporan van der Tuuk
bahwa Cungking baru 50 tahun sepenuhnya menjadi desa Islam (Pigeaud. 1932.
Aa teeke i ge etreffe de de Ja aa s he Oosthoek . TBG 72/1, hlm. 251). Pada
masa yang bersamaan pula di desa ini terjadi evolusi kesenian gandrung, dari gandrung
lanang (penari gandrung laki-laki) ke gandrung wadon (penari gandrung perempuan)
yang dipelopori oleh Semi, perempuan dari Desa Cungking (Scholte, Joh. 1927.
Ga droe g a Ba joe a gi . volume 7, hlm.149).

10
kecoklatan. Pada tepian naskah di halaman awal dan akhir terdapat bekas
terpotong, namun tidak ada teks yang rusak atau halaman yang hilang.

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Gambar 3. Bagian awal naskah Lontar Yusup Banyuwangi. Nampak bahwa naskah hasil
salinan Carik Pak janah ini telah mengalami kerusakan di bagian punggung
naskah (Foto dok. Wiwin Indiarti, 2018).

Bentuk Naskah
Lontar Yusup merupakan naskah yang berbentuk puisi tradisonal yang
terikat dengan aturan tertentu. Jika bentuk puisi tradisional di Jawa dikenal de-
ngan nama tembang macapat dengan aturan tertentu dalam jumlah guru lagu
dan guru wilangan, maka di Banyuwangi bentuk puisi tradisional tersebut disebut
sebagai pupuh yang hanya mengenal guru lagu atau disebut sebagai dangding.
Istilah tembang di Banyuwangi lebih merujuk pada jenis nada atau lagu dalam ti-
ap pupuh Lontar Yusup yang didendangkan.
Total dalam Lontar Yusup terdapat 12 pupuh, 593 bait dan 4.366 larik.
Jenis pupuh dalam lontar Yusuf ada empat, yaitu kasmaran, durma, sinom dan

11
pangkur. Berikut ini daftar yang berisi nama pupuh, jumlah bait dan jumlah larik
yang terdapat dalam Lontar Yusup:

I. Kasmaran -109 bait - 763 larik


II. Durma - 2 bait - 16 larik
III. Kasmaran - 65 bait - 455 larik
IV. Pangkur - 51 bait - 357 larik
V. Sinom - 5 bait - 45 larik
VI. Pangkur - 28 bait - 196 larik
VII. Durma - 77 bait - 616 larik
VIII. Pangkur - 46 bait - 322 larik
IX. Sinom - 8 bait - 72 larik
X. Pangkur - 96 bait - 672 larik
XI. Sinom - 55 bait - 495 larik
XII. Kasmaran - 51 bait - 357 larik

Dari 12 pupuh yang terdapat dalam Lontar Yusup, pangkur merupakan


pupuh yang terbanyak (4 kali). Pupuh kasmaran dan sinom diulang sebanyak 3 ka-
li. Sementara pupuh durma terdapat 2 kali pengulangan.

Bahasa dan Jenis Tulisan Naskah


Bahasa yang digunakan dalam Lontar Yusup sebagian besar adalah Baha-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sa Jawa, baik Jawa Baru maupun Jawa Kuno (Kawi). Dalam beberapa bagian juga
digunakan istilah lokal yang saat ini disebut sebagai bahasa Using (Osing) serta
kosakata bahasa Arab. Pada bagian kolofon bahasa yang digunakan adalah baha-
sa Indonesia (Melayu)
Teks dalam naskah Lontar Yusup ditulis dengan menggunakan pena ber-
tinta hitam. Namun teks nama masing-masing pupuh menggunakan tinta ber-
warna merah. Kalimat pada awal naskah, bismillahirrrahmanirrahim, ditulis de-
ngan tinta warna merah. Satu larik pada bagian awal arum-arum (Durma VII: 69)
yang berbunyi arum-arum tan ilang menggunakan tinta warna merah. Tanda ber-
henti pada setiap pergantian larik (pada lingsa) juga menggunakan tinta merah.
Tinta warna merah juga digunakan untuk tanda berhenti setiap pergantian bait
(pada).
Jenis Tulisan Lontar Yusup menggunakan aksara pegon berharakat (me-
miliki tanda baca). Namun pada bagian kolofon naskah menggunakan pegon tan-

12
pa harakat. Bentuk aksara pegon pada Lontar Yusup, yang merupakan variasi dari
aksara Arab, memiliki beberapa perbedaan dengan bentuk pegon pada umumnya
di Jawa. Perbedaan tersebut terletak pada jumlah penanda titik (.) dan letak ke-
dudukannya pada aksara yang diikutinya.
Berikut ini model variasi aksara pegon dalam Lontar Yusup yang berbeda
dengan pegon yang biasa digunakan di Jawa.

Abjad Pegon Jawa Pegon dalam Lontar Yusup


latin

dh

ng

ny

th

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Dalam naskah Lontar Yusup digunakan penanda jeda atau berhenti pada
tiap pergantian larik (pada lingsa), pergantian bait (pada), dan pergantian pupuh.
Penanda atau lambang jeda / berhenti tersebut adalah sebagai berikut.

Lambang Keterangan

Tanda jeda pergantian larik (pada lingsa)

Tanda berhenti pergantian bait (pada)

Tanda berhenti pergantian pupuh

13
Manggala dan Kolofon
Manggala/ panggalang adalah doa untuk keselamatan yang biasanya ter-
dapat pada permulaan (kawitan) teks yang dapat merupakan petunjuk tentang
diri si pengarang dan alasan pengarang menuliskan cerita itu.24
Manggala dalam Lontar Yusup menyatu dalam isi naskah dan terdapat
dalam dua bait awal (Kasmaran I: 1-2). Di dalamnya berisi harapan penulis agar ki-
sah Yusup ini menarik hati para pembaca/ pendengar (dahat bêrangtaning wong
ngêrungu, tutur Nabi Yusup ika) dan doa keselamatan sepanjang 1 bait (pada).
Petunjuk tentang diri si pengarang tidak terdapat pada manggala, namun catatan
diri si penyalin terdapat dalam kolofon naskah Lontar Yusup.
Kolofon merupakan catatan pada akhir teks yang biasanya berisi kete-
rangan mengenai tempat, tanggal, dan diri si penulis naskah.25 Secara garis besar
kolofon merupan penutup suatu teks. Kolofon sebagai catatan akhir teks tersebut
ditambahkan secara sengaja oleh penyalin.
Kolofon dalam Lontar Yusup terdapat pada halaman 275 dalam satu ha-
laman tersendiri yang terpisah oleh satu halaman kosong dengan larik terakhir
naskah. Catatan penyalin naskah pada kolofon Lontar Yusup tersebut memberi
petunjuk penting tentang jati diri si penyalin naskah yang bernama Pak Janah, se-
orang carik (sekretaris desa). Waktu penyalinan juga disertakan pada bagian kolo-
fon, yaitu pada malam Sabtu Wage jam lima Subuh tanggal 11 bulan Puasa tahun
Jimawal 1829 (1890-an M). Berikut ini adalah teks pada kolofon naskah Lontar Yu-
sup disertai transliterasinya.

Buku ini tidak diperjualbelikan.

24
Poerbatjaraka, R.M.Ng. 1954. Kepustakaan Djawi. Jakarta-Amsterdam: Djambatan. hlm.
89.
25
Djamaris, Ed ard. 977. Filologi da Cara Kerja Pe elitia Filologi , dala Bahasa dan
Sastra. Jakarta:Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, hlm. 31.

14
Tampo (Tempo (?))
Abis menyurat padha malam Sabtu Wage
jam pukul lima Subuh tanggal 11 bulan
Puwasa tahun Jêmawal 1829.
Y g e yur t C rik P P k J h.

Menarik untuk dicermati cara penulisan aksara pegon pada kolofon nas-
kah. Bentuk pegon yang digunakan berbeda dengan pegon dalam isi naskah. Jika
aksara pegon pada isi naskah menggunakan pegon berharokat (bertanda baca),
maka aksara pegon dalam keterangan naskah tersebut menggunakan pegon
gundul (pegon tanpa tanda baca). Bahasa yang digunakan dalam kolofon naskah
juga berbeda, menggunakan Bahasa Indonesia (Melayu), sementara isi naskah
Lontar Yusup secara umum menggunakan Bahasa Jawa.

Buku ini tidak diperjualbelikan.

15
Buku ini tidak diperjualbelikan.

Gambar 4. Lontar Yusup di atas Bantal. Dalam setiap pembacaan Lontar Yusup, naskah
yang dibaca harus ditempatkan di atas bantal. Hal ini secara simbolik menyi-
ratkan penghormatan terhadap naskah Lontar Yusup, sebagaimana peng-
hormatan terhadap bagian tubuh paling vital dari manusia, kepala (foto dok.
Wiwin Indiarti, 2018)

16
Bentuk Penyajian Edisi Teks
Lontar Yusup Banyuwangi

EDISI TEKS LONTAR YUSUP, bentuk penyajiannya tentu saja berbeda dengan nas-
kah Lontar Yusup. Bentuk penyajian Lontar Yusup dalam edisi teks meliputi: teks
pegon, transliterasi dan terjemahan.

Teks Pegon dan Transliterasi


Bentuk tulisan pegon pada Lontar Yusup seperti tulisan Arab dengan be-
berapa penyimpangan dan variasi. Sebagaimana tulisan Arab, huruf ditulis (dan
dibaca) dari kanan ke kiri, beberapa huruf dapat digabungkan dari salah satu atau
kedua sisinya, tidak mengenal huruf kapital, tanda vokal ditempatkan di atas, di

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bawah atau sejajar dengan huruf konsonannya, dan setiap huruf mempunyai
empat variasi bentuk, yaitu huruf yang berdiri sendiri, awal, tengah dan akhir.26
Seperti tulisan Arab, Pegon juga menggunakan tanda-tanda diakritik un-
tuk membunyikan vokal. Namun, jika tulisan Arab hanya mengenal tiga tanda
untuk bunyi vokal, yaitu fathah untuk a, kasrah untuk i, dan dammah untuk u, tu-
lisan Pegon mempunyai enam tanda vokal. Keenam tanda vokal itu, tiga di anta-
ranya diadopsi dari tulisan Arab (untuk vokal a, i, dan u) dan tiga lainnya meru-
pakan tanda vokal asli Pegon dari bahasa Jawa, yaitu untuk bunyi /ê /pepet, /e/
taling atau /è/, dan /o/. Di bawah ini adalah keenam tanda vokal tulisan Pegon
tersebut:
1. /a/ (Ar. fathah) ditandai dengan garis kecil di atas huruf;
2. /i /(Ar. kasrah) ditandai dengan garis kecil di bawah huruf;

26
Gaur, Albetine. 1994. A History of Caligraphy. London: British Library. hlm. 86.

17
3. /u/ (Ar.dammah) ditandai dengan tanda seperti koma di atas huruf;
4. /ê/ (Jw. pêpêt) ditandai dengan garis kecil bergelombang di atas huruf;
5. /e/ (Jw: taling) dan /è/ ditandai dengan kombinasi huruf ya dan fathah.
Huruf ya diletakkan di sebelah kiri huruf yang dibunyikan /e/ taling atau
/è/ dan tanda fathah di atas huruf tersebut;
6. /o/ (Jw: taling tarung) ditandai dengan kombinasi huruf wau dan fathah.
Huruf wau diletakkan di sebelah huruf yang dibunyikan /o/ dan tanda
fathah di atas huruf tersebut.

No Fonem Lambang Contoh

1 a
(yata)
2 i
(sihing)
3 u
(uni)
4 e; è
(dènira)
5 ê
(gêmêt)
6 o
(awor)

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Selain keenam tanda vokal ini, bunyi vokal khususnya untuk /a/, /i/, dan
/u/ dalam tulisan Pegon seringkali dipertegas lagi dengan disertakannya huruf
penanda vokal yang dalam tulisan Jawi dikenal dengan istilah 'huruf saksi' yaitu
huruf alif (untuk bunyi /a/), y (untuk bunyi /i/), dan wau (untuk bunyi /u/).
sehingga menulis ba, misalnya, pada tulisan pegon, selain menggunakan tanda
fathah di atas huruf ba juga akan dilengkapi dengan 'huruf saksi' alif di sebelah
kiri huruf ba', sedangkan bunyi bi selain menerangkan tanda kasrah di bawah
huruf a juga diikuti dengan 'huruf saksi' ya' di sebelah kiri huruf ba' dan untuk
bunyi bu, selain tanda dammah di atas huruf ba' juga akan disertakan dengan
huruf saksi wau di sebelah kiri huruf ba .
Aksara pegon yang digunakan dalam Lontar Yusup terdiri atas 27 huruf.
Berikut ini adalah daftar huruf pegon yang ada dalam Lontar Yusup Banyuwangi

18
Aksara Pegon dalam Lontar Yusuf Banyuwangi
Aksara Pegon Aksara Latin Aksara Pegon Aksara Latin

a n

b ng

c p

d q
dh r

g s

h/a sy

h sh

h t

j t

k th

l w

Buku ini tidak diperjualbelikan.


m y

ny

Dalam Lontar Yusup, penggunaan huruf mati (sukun) ditandai dengan


simbol ( ). Seperti terlihat dalam penulisan kata sêdarum (semua).
Sementara penggunaan huruf sengau seperti dalam aksara Arab juga di-
gunakan dalam Lontar Yusup. Huruf sengau itu adalah a i atau /
(hamzah), yang digunakan baik sebagai sengau mati (seperti bunyi huruf /k/ mati)
maupun sengau hidup, seperti contoh berikut ini.

Ya ku pa , Qur a , Ja ra il

19
Kata ulang, yang merupakan hasil reduplikasi, dalam Lontar Yusup ditulis
dengan tanda khusus berupa simbol angka 2 Arab ( ). Letaknya ditulis setelah
kata yang dimaksud. Kata ulang yang menggunakan tanda khusus tersebut adalah
kata ulang murni dan kata ulang sebagian. Namun terdapat juga kata yang bukan
merupakan kata ulang, tapi bentuk pengulangan sebagian suku kata, juga ditulis
menggunakan simbol reduplikasi tersebut. Seperti contoh berikut ini.

(duduha = bukan) ; (sawiji-wiji = satu per satu)

Proses transliterasi dari teks pegon ke dalam teks latin dalam buku ini
menggunakan pendekatan diplomatik yang menampilkan teks apa adanya, tanpa
ada pengurangan, penambahan, atau penggantian kata dalam teks. Karena itu
proses penyuntingan atas kemungkinan kesalahan penulisan teks yang dilakukan
oleh penyalin naskah juga diabaikan. Beberapa kemungkinan kesalahan penyalin-
an naskah Lontar Yusup Banyuwangi bisa terlihat dalam beberapa contoh berikut
ini.

su alas27 seharusnya ditulis asu alas


ayuwa28 seharusnya ditulis ayêwa

satu29 seharusnya ditulis sato

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Oleh karena itu, kajian atas naskah Lontar Yusup, dengan menggunakan
metodologi penelitian filologi yang membutuhkan proses penyuntingan, seperti
pendekatan edisi campuran30 maupun edisi kritis31 amat terbuka untuk dilakukan.
Meskipun demikian, proses penyuntingan naskah dengan metode edisi campuran

27
su alas ; asu alas arti ya hari au (Lontar Yusup, Durma II: 1).
28
ayuwa ; ayêwa arti ya ja ga (Lontar Yusup, Kasmaran I: 29).
29
satu ; sato arti ya he a (Lontar Yusup, Durma II: 1).
30
Edisi campuran dalam penelitian filologi merupakan hasil suntingan teks yang diperoleh
setelah menggabungkan bacaan dari satu versi teks dengan versi lain (Fathurahman,
Oman, dkk. 2010:. 21).
31
Edsi kritis merupakan hasil olah penyunting yang menginginkan sebuah teks dengan
kualitas bacaan terbaik (best readings). Dalam penerapan metode ini, penyunting
iasa ya tidak e iarka teks ya g dihadapi ya itu apa ada ya , a u aka
melakukan pengurangan, penambahan, atau penggantian kata dalam teks yang dianggap
menyimpang dari kaidah kebahasaan (Fathurahman, Oman, dkk. 2010: 22).

20
maupun edisi kritis tersebut harus cermat dan hati-hati agar karakter dan ciri se-
tempat (lokalitas) sebuah teks tidak hilang.

Penerjemahan
Penerjemahan yang dilakukan pada teks Lontar Yusup sebagai teks sum-
ber (TSu) ke dalam bahasa Indonesia, sebagai bahasa sasaran (BSa), menekankan
pada pencarian padanan dari BSu (bahasa sumber) ke BSa, sehingga penerjema-
han yang direproduksi dari BSu ke BSa bukanlah bentuk bahasa (form/ surface
structure) yang berupa kata, frase, kalimat, paragraf, atau teks, melainkan makna
(meaning/ deep structure) atau pesan dari TSu ke dalam bahasa Indonesia dengan
bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan yang berlaku dalam bahasa Indo-
nesia.
Penerjemahan naskah Lontar Yusup ini, sebagaimana telah disinggung se-
belumnya pada pendahuluan, mengikuti tahapan proses analisis penerjemahan
yang dibuat oleh Bell, yang meliputi analisis sintaksis, analisis semantik, dan ana-
lisis pragmatik.32 Analisis sintaksis berguna untuk mengidenti-fikasi bagian-bagian
yang membentuk klausa. Analisis semantik digunakan untuk menentukan makna
yang terkandung pada bagian-bagian yang membentuk klausa tersebut. Sedang-
kan analisis pragmatik digunakan untuk memahami tujuan teks BSu, struktur te-
matik BSu, dan gaya teks BSu. Pada tahap inilah ditentukan pilihan untuk mem-
pertahankan atau mengubah tujuan, struktur tematik, dan gaya BSu dalam terje-
mahannya.33 Proses ini berlangsung terus-menerus hingga menghasilkan padanan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang tepat.
Secara keseluruhan, penerjemahan yang digunakan dalam edisi teks Lon-
tar Yusup ini adalah penerjemahan untuk mencari kesepadanan makna dan bu-
kan penerjemahan literer (kata per kata). Penerjemahan ini juga mengabaikan
bentuk puisi (tembang) yang menjadi ciri khas puisi tradisional. Dalam penerje-
mahan puisi memang amat sulit untuk mempertahankan bentuk, apalagi jenis pu-
isi tradisional berwujud tembang. Bentuk tembang Lontar Yusup memiliki kaidah
dangding (bunyi suku kata pada akhir larik) yang dalam tradisi tembang Jawa di-
sebut sebagai guru lagu.34 Penerjemahan bentuk puisi seperti itu hampir tidak
mungkin dilakukan. Demikian pula dalam hal lontar Yusup ini sebagai puisi, pe-

32
Bell, Roger T. 1991. op. cit. hlm. 59.
33
Ibid. hlm. 59.
34
Zoelmulder, P.J. 1982. Old Javanese-English Dictionary. S 'Gravenhage: Martinus
Nijhoff. hlm.142.

21
nerjemahan gaya puisi (kata-kata padat, terpilih, serta simbolik) tidak bisa sepe-
nuhnya dilakukan. Penerjemahan gaya puisi pada beberapa bagian tetap diperta-
hankan, namun pada bagian lain menggunakan narasi dengan kalimat biasa. Salah
satu contoh penerjemahan gaya puisi dalam edisi teks Lontar Yusup adalah pada
bagian arum-arum (Arum-arum-Durma VII: 69-70).
Dalam hal penerjemahan nama (orang dan tempat), hasil terjemahan di-
sesuaikan dengan rujukan nama dalam Islam,35 seperti tertera di bawah ini.

Nama dalam Hasil Nama dalam Hasil


Lontar Yusup Terjemahan Lontar Yusup Terjemahan
Yusup Yusuf Ja ra il; Ja ara il Jibril
Jaleha; Jaleka; Zulaikha Suleman Sulaiman
Soleha
Patimah Fatimah Siyah Asiyah
Atijah Khatijah Pirngon Firaun
Yahud Yahuda Kênahan Kanaan
Bani Sêrail Bani Israil Abêsi; Bêsi Habsyi
Kudus Yerusalem Pelah Kafilah

Bentuk Penyajian
Bentuk penyajian edisi teks Lontar Yusup terdiri dari tiga bagian: baris
pertama teks pegon, baris kedua teks transliterasi, dan baris ketiga adalah teks
terjemahan.

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Halaman awal pada edisi teks Lontar Yusup dimulai dari sisi kiri dan ber-
akhir di sisi kanan, hal yang berkebalikan dengan naskah Lontar Yusup. Penanda
jeda maupun berhenti pada naskah Lontar Yusup juga tidak disertakan dalam
edisi teks. Penanda jeda pada tiap larik diubah dengan cara menata letak tiap la-
rik (pada lingsa) pada baris tersendiri yang terpisah dengan larik berikutnya. Pe-
nanda berhenti pada tiap bait (pada) diganti dengan tanda angka sesuai dengan
urutan bait (pada) pada masing-masing pupuh. Selain itu, tata letak dalam edisi
teks ini juga menempatkan masing-masing halaman berisi dua bait (pada). Na-
mun khusus pada bagian tembang arum-arum (Durma VII: 69-70) dua bait pada
tembang tersebut ditempatkan terpisah pada satu halaman tersendiri.

35
Katsir, Ibnu. 2018. Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam
A.S. hingga Isa A. S., Jakarta: Qisthi Press. hlm. 297-349.

22
Seluruh teks beraksara pegon dalam buku ini merupakan hasil pemin-
daian langsung dari naskah asli Lontar Yusup. Pemindaian menggunakan mesin
pemindai Epson L 360. Hasil pemindaian naskah kemudian dipotong (cropping)
per larik (pada) dan dibersihkan dari bercak yang bukan merupakan bagian dari
teks pegon. Proses pemotongan tiap larik dan pembersihan ini menggunakan pe-
rangkat lunak Adobe Photoshop CS3. Seluruh proses ini menghasilkan 4.350 larik
yang siap untuk ditata letak (layout) bersama dengan hasil transliterasi dan terje-
mahan yang tersaji dalam buku ini.

Buku ini tidak diperjualbelikan.

23
Gambar 5. Perbandingan bentuk

Buku ini tidak diperjualbelikan.


penyajian Lontar Yusup
Banyuwangi. Perbedaan
bentuk penyajian antara
manuskrip Lontar Yusup
(atas) dengan hasil edisi
teks (bawah). Bait (pada) ini
terdapat dalam Kasmaran I:
20.

24
Ringkasan Kisah
Lontar Yusup Banyuwangi

Kasmaran - I
Lontar Yusup adalah cerita tentang Nabi Yusuf yang ditulis dalam bentuk
tembang (puisi yang didendangkan) (carita sinungan têmbang). Kisah ini diawali
dengan menggunakan bentuk pupuh kasmaran (arum-arum asmara36) dan sangat
menarik hati dinikmati oleh setiap orang yang mendengarkannya (Kasmaran I: 1).
Doa pengharapan mengawali pembacaan kisah dipanjatkan kepada Tu-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


han, agar dihindarkan dari celaka akibat sihir (tulah serik), dijauhkan dari kebu-
rukan, didekatkan pada Tuhan, diteguhkan dalam beragama, dihindarkan dari
bertindak kejahatan, dan mendapatkan keselamatan dengan menjauhkan dari
serba pikiran semata (nirnakêning sarwa cipta) (Kasmaran I: 2).

36
Larik arum-arum asmara (harum wewangian) merupakan idiom yang menunjukkan
bahwa pupuh yang sedang dihadapi ini adalah pupuh kasmaran. Dalam penamaan istilah
tembang/ pupuh dikenal cara penamaan pupuh menggunakan sasmita (isyarat, idiom).
Sehingga arum-arum asmara merupakan sasmita dari kasmaran. Kasmaran merupakan
bentuk penamaan lokal di Banyuwangi terhadap pupuh yang secara umum dikenal di
Jawa sebagai asmaradana. Asmaradana berasal dari kata asmara dan dana. Asmara
adalah nama dewa percintaan; dana dari kata dahana berarti 'api'. Nama asmaradana
berkaitan dengan peristiwa hangusnya Dewa Asmara oleh sorot mata ketiga Dewa Siwa
seperti disebutkan dalam kakawin Smaradahana karya Empu Darmaja. Dalam "Serat
Purwaukara", semaradana berarti rêmên ing pawèwèh (suka memberi).

25
Tuhan sangat menyayangi dan melimpahkan kasihnya kepada Nabi Yusuf.
Yusuf adalah seorang nabi pilihan, seperti yang termuat dalam Al Quran (kunê-
nging jêro i g Qur ). Tuhan mengungkapkan kisah Yusuf kepada Muhammad
sebagai kisah yang melampaui semua cerita lainnya yang pernah ada (luwih abê-
cik sêkèhing, carita liyana nira) (Kasmaran I: 3-4).
Ada beberapa riwayat yang mengisahkan tentang malaikat Jibril (J r il;
J r il) turun membawakan surat Yusuf (surat keduabelas dalam Al Quran) un-
tuk Muhammad sebagai tanda cinta kasih Tuhan. Dalam satu riwayat dikisahkan
bahwa kisah Yusuf digunakan sebagai tameng untuk menghadapi kesombongan
orang kafir dan pada kesempatan yang lain digunakan sebagai penghibur saat ke-
sedihan melanda diri Muhammad dan putrinya, Fatimah (Kasmaran I: 5-11).
Sang tokoh utama, Yusuf, diperkenalkan. Ayahnya adalah seorang nabi
(utusan Tuhan) bernama Yakub, putra dari Nabi Ishak dan cucu dari Nabi Ibrahim.
Ibunya telah meninggal. Dia memiliki dua saudara kandung laki-laki dan perem-
puan, Abunyamin (Buyamin) dan Janeh (Jani)37. Sepuluh saudara laki-laki yang lain
adalah saudara tirinya. Kerupawanan luar biasa Yusuf digambarkan sebagai sosok
yang tiada bandingannya (sêjagad tanana mimba). Ia dicintai oleh Tuhan, memi-
liki daya luar biasa (sakti)38, dan berbakti kepada Tuhan (sakti tur bakteng Pange-
ran) (Kasmaran I: 12-21).
Saat Yusuf berusia duabelas tahun, di tengah malam Jumat, ia bermimpi
tentang matahari, bulan, dan sebelas bintang bersujud di hadapannya (samêya
asujud ing sira). Ayahnya menafsirkan mimpinya tersebut: bintang-bintang me-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


nandakan sebelas saudara laki-lakinya, matahari adalah Yakub, bulan adalah ibu-
nya. Mereka semua tunduk pada Yusuf karena dia kelak akan menjadi raja. Yakub
memperingatkan Yusuf untuk tidak memberitahu saudara-saudaranya tentang
mimpi itu karena khawatir Yusuf bakal mendapat celaka karenanya. Yusuf pun te-
lah ditakdirkan oleh Tuhan bahwa kelak akan menjadi seorang Nabi (Kasmaran I:
22-29).

37
Dala teks Al Qur a tidak dise utka ah a Yusuf e iliki saudara ka du g
perempuan. Saya tidak menemukan rujukan dalam tradisi Islam mengenai saudara
kandung Yusuf yang perempuan bernama Janeh seperti disebutkan dalam Lontar Yusup
Ba yu a gi. “e agai per a di ga e ge ai kisah Yusuf dala Al Qur a lihat Ibnu
Katsir. 2018. Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam A.S
hingga Isa A. S., Jakarta: Qisthi Press.
38
Daya luar iasa ya g ha ya di iliki oleh para a i dike al de ga a a ukjizat .

26
Ibu tiri Yusuf telah mencuri dengar percakapan Yusuf dengan ayahnya
da e eritahuka hal itu kepada putra ya, “ya u Sema'un . “ya u da
saudara-saudaranya mendekati Yusuf untuk menanyakan tentang mimpinya. Yu-
suf enggan berbohong dan memberitahu mereka. Mendengar nubuat mimpi itu
maka kesepuluh saudara Yusuf telah bersepakat untuk menyingkirkannya (Kas-
maran I: 30-35).
Rasul (Muhammad) bersabda bahwa seseorang yang berbuat kerusakan
itu bagaikan kobaran api yang menghanguskan segalanya, menjadikan hati ter-
aniaya (Kasmaran I: 36).
Saudara-saudara Yusuf meminta izin kepada Yakub untuk diperbolehkan
membawa Yusuf berburu (babêdhag) sambil menggembalakan kambing mereka.
Pada awalnya Yakub menolak permintaan tersebut. Sebagai seorang nabi, yang
dianugerahi Tuhan ketajaman mata hati (nabi sinungan paningal, dènira sira Yang
Manon), Yakub tahu bahwa Yusuf akan dicelakai oleh saudara-saudaranya. Na-
mun yang ia katakan kepada saudara-saudara Yusuf adalah kekhawatirannya bah-
wa di tengah hutan Yusuf akan dimangsa oleh harimau39. Namun, akhirnya dia
menyerah, saat anak-anaknya berjanji akan menjaga Yusuf. Mereka berangkat se-
mentara Yakub berpesan kepada mereka untuk menjaga Yusuf (Kasmaran I: 37-
44).
Tuhan bertanya kepada Yakub, mengapa ia tidak berserah diri kepada Tu-
han yang kuasa melindungi Yusuf. Karena selalu teringat akan anaknya (pijêr
amèngêting anak), Yakub alpa untuk berserah diri kepada Tuhan. Dalam kese-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dihan hatinya, Yakub bertobat (Kasmaran I: 45-46).
Seusai Yusuf dan saudara-saudaranya berangkat berburu, saudara pe-
rempuan Yusuf bermimpi Yusuf dimangsa harimau. Ia menangis kasihan terha-
dap nasib Yusuf. Yakub menghibur dan mengatakan kepadanya untuk tidak me-
nangis (Kasmaran I: 49-50).
Ketika sampai di hutan para saudara hendak membunuh Yusuf. Mereka
berpikir bahwa seusai melakukan pembunuhan mereka akan segera bertobat me-
minta pengampunan. Mereka tidak sadar bahwa perbuatan itu adalah dosa besar
yang disebabkan oleh tipu daya setan (Kasmaran I: 51-52).

39
Dalam naskah Lontar Yusup Banyuwangi digunakan dua penamaan hewan sekaligus
secara bergantian yaitu asu alas (serigala) dan macan alas (macan; harimau). Dalam dua
tafsir Al-Qur'an berbahasa Jawa kata al-dhi'b ditafsirkan sebagai harimau ( macan, sima)
(Mustafa, tt: 665-66; Adnan, 1981: 333).

27
Ada seorang Israel (wong Bani Syêrail), yang telah melakukan pertapaan
selama dua belas tahun, ingin berjumpa dengan Iblis. Iblis pun datang mene-
muinya. Iblis mengatakan bahwa umur sang pertapa Israel itu masih 200 tahun la-
gi. Pertapa itu kemudian memutuskan untuk memuaskan nafsu duniawinya hing-
ga tuntas lalu baru akan bertobat menjelang kematiannya. Dia mati saat mela-
kukan dosa dan lupa akan pertobatannya. Demikianlah yang akan terjadi pada pa-
ra berdosa yang berniat menunda pertobatan mereka (Kasmaran I: 53-57).
Di dalam hutan para saudara mengepung Yusuf sambil menghunuskan
pedang. Yusuf hendak mereka binasakan. Tak ada seorang saudara pun yang me-
lindunginya. Mereka semua ingin membunuhnya. Saat kesedihan hatinya me-
muncak Yusuf pun tersenyum. Ketika ditanya oleh saudaranya mengapa ia ter-
senyum, Yusuf mengatakan bahwa ia telah ditegur Tuhan. Ia terlalu percaya dan
mengandalkan perlindungan saudara-sadaranya, namun tidak mengandalkan per-
lindungan Tuhan. Karena itulah Yusuf tersenyum, sebab kini ia menanggung kon-
sekuensi atas kesalahannya itu. Mendengar hal itu, para saudara itu pun urung
membunuh Yusuf, namun berganti akan memasukkannya ke dalam telaga Sya-
dat40 (sumur?) (Kasmaran I: 58-67).
Di dalam telaga Syadat itu ada seorang pertapa berumur 1000 tahun yang
bermeditasi dan melakukan kewajiban keagamaannya (karya ibadat). Dia telah
mendengar kisah Yusuf beserta perilaku saudara-saudaranya, dan tentang ke-
elokan wajahnya. Ia lalu bermohon kepada Tuhan untuk diperkenankan berjumpa
dengan Yusuf. Pada akhirnya sang pertapa pun dipertemukan dengan Yusuf, sete-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lah bertahun-tahun lamanya dalam penantian dan harapan. Tuhan mengutusnya
untuk menunggu Yusuf di telaga Syadat. Sesaat setelah perjumpaan itu, sang per-
tapa mengatakan kepada Yusuf bahwa tindakan saudara-saudaranya telah men-
jadi kehendak Tuhan (sampun karsaning Yang Manon). Dengan cara inilah Tuhan
menjawab doa sang pertapa, mempertemukannya dengan Yusuf. Seusai itu sang
pertapa menjemput ajalnya (Kasmaran I: 67-77).
Saudara-saudara Yusuf bersepakat melaporkan kepada ayah mereka bah-
wa Yusuf telah dimakan oleh harimau. Sebagai buktinya mereka membawa pakai-

40
Tempat Yusuf dibuang oleh saudaranya secara bergantian disebut sebagai sumur dan
telaga Syadat (têlaganira Syadat). Dalam teks Al Qur'an, tempat dibuangnya Yusuf secara
jelas dise utka se agai su ur . Telaga “yadat di u gki ka se agai e tuk kiasa
yang merujuk pada kata syahadat yang merupakan wujud persaksian akan kekuasan
Tuhan. Secara simbolik hal itu hendak mengungkapkan bahwa ketika berada di sumur
itulah syahadat Yusuf diteguhkan.

28
an Yusuf yang telah dilumuri dengan darah kambing. Pada awalnya Yakub ber-
sedih hati, tetapi kemudian dia mulai meragukan pengakuan saudara-saudara Yu-
suf itu. Dia meminta untuk melihat baju berlumur darah itu dan sangat lega keti-
ka melihat bahwa pakaian itu masih utuh tanpa ada yang robek sedikitpun (Kas-
maran I: 68-87).
Demikianlah, ketika seseorang telah benar tauhid imannya kepada Tuhan,
ia akan disirnakan dari segala duka dan sedih. Saat menyadari bahwa di dalam ha-
tinya ia telah memiliki iman, kekhawatiran dan duka hatinya pun lenyap karena ia
percaya akan kasih sayang Tuhan (Kasmaran I: 88-90).
Saudara-saudara Yusuf, untuk memperkuat kebohongan mereka, mena-
warkan diri menangkap harimau yang menurut mereka telah memangsa Yusuf
itu. Mereka sesungguhnya telah mempersiapkan hal ini sebelumnya. Namun me-
reka tidak menyadari bahwa harimau tersebut dapat berbicara dengan Yakub. Se-
andainya mereka tahu, tiada mungkin mereka akan menyerahkan harimau itu ke
hadapan Yakub (Kasmaran I: 91-92).
Demikianlah halnya kelak pada hari penghakiman (ari kiyamat). Semua
orang tak akan bisa menyangkal atas perbuatan buruk dan dosa mereka. Tangan,
mata, kaki, semua anggota badan seseorang akan memberi kesaksian atas setiap
perbuatan manusia. Tiada akan bisa mereka mengelak, hingga diri manusia itu
laksana dihempaskan (kawêlèh ingawak dhawak) (Kasmaran I: 93-94)
Para saudara Yusuf menangkap seekor harimau betina yang telah tua,
yang gigi dan taringnya telah tanggal, dan membawanya ke hadapan Yakub. Atas

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kuasa dan kehendak Tuhan, si harimau tua itu dapat berbicara dengan Yakub. Dia
pun mengatakan kepada Yakub bahwa ia tidak pernah memangsa Yusuf. Para pu-
tra Yakub terdiam. Pucat dan kusam wajah mereka mendengar harimau itu dapat
bicara dengan ayah mereka. Harimau itu awalnya tidak ingin mengatakan kepada
Yakub bahwa para saudara itu berkehendak membunuh Yusuf, karena ia takut di-
anggap sebagai pembuat fitnah dan pengadu domba.
Hal ini sebagaimana yang pernah disabdakan nabi terdahulu, Ibrahim,
yang mengatakan bahwa para pendusta (penebar fitnah) teramat besar dosanya.
Tuhan pun telah menyatakan bahwa mereka yang mengadu domba (wong adu-
adu kabeh) kelak tidak akan ditempatkan di surga.
Sang harimau pun bercerita bahwa, sebagaimana Yakub, ia pun sedang
kehilangan anaknya. Mereka berdua sama-sama sedih dan tersiksa merindukan
anaknya. Yakub dan sang macan kemudian saling mendoakan agar mereka ber-
dua segera dipertemukan dengan anak mereka. Usai sang macan berpamitan, Ya-

29
kub bermunajat kepada Tuhan agar Yusuf selalu dalam limpahan rahmat-Nya (Tu-
wan asungana rahmat) (Kasmaran I: 95-109).

Durma - II
Narasi pendek dalam pupuh kedua, durma41, mewartakan tentang he-
wan-hewan yang kelak ditempatkan di surga oleh Tuhan. Harimau (asu alas, ma-
can alas) adalah salah satu dari lima hewan yang diizinkan masuk surga. Terdapat
juga unta Nabi Soleh, anjing milik para Ashabul Kahfi, serta bagal (balgedaba42)
dan kuda milik Nabi Muhammad, sang rasul pilihan Tuhan (bagendha rasul luwih)
(Durma II: 1-2).

Kasmaran - III
Memasuki bagian ketiga, pupuh kasmaran, dituturkan kembali tentang
Yusuf. Ia telah berada di sumur selama tiga hari, saat seorang pedagang/ sauda-
gar, bernama Malik, tiba di dekat sumur bersama dengan kafilahnya. Malik ada-
lah seorang pedagang Arab yang berasal dari Mesir. Pada masa mudanya ia ber-
mimpi memegang matahari di tangannya. Saat dilepaskan matahari itu pun berdi-
ri di hadapannya. Kemudian ada mega putih yang jatuh ke hadapannya dan beru-
bah menjadi mutiara. Ia kumpulkan dan simpan mutiara itu ke dalam sebuah peti.
Saat ia terjaga, ia merasa bahwa matahari dalam mimpinya itu berada di Kenahan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


(Kanaan). Ia pun mendatangi orang bijak (pandhita) dan menanyakan akan makna
mimpinya itu. Oleh si pandhita dijelaskan bahwa Malik akan menemukan seorang
anak laki-laki yang rupawan (rare pelag warnanepun), yang akan membuatnya
kaya selama masa hidupnya, turun temurun hingga ke anak cucu dan kelak akan
masuk ke dalam surga, atas berkat sang anak rupawan (saking bêrkating lareku).
Orang bijak itu juga menyarankan agar ia mencari sang anak saat pergi berniaga.
Malik pun berangkat dengan kafilah unta untuk berniaga (Kasmaran III: 1-10).
41
Durma berasal dari kata Jawa klasik yang berarti 'harimau' (Winter, 1983: 167). Sesuai
dengan arti itu, tembang durma biasanya digunakan dalam suasana seram. Dalam Lontar
Yusup Banyuwangi, istilah su alas = asu alas (harimau,macan) pada bagian awal pupuh II
merupakan sasmita dari pupuh durma.
42
Istilah balgadaba tidak ditemukan dalam kamus Bahasa Jawa, namun istilah tersebut
terdapat dala ka us Bahasa “u da ya g e iliki arti agal . Bagal adalah je is he a
yang merupakan hasil persilangan antara keledai dengan kuda ( Coolsma, S., 1913: 27).

30
Malik beserta kafilah dagangnya tiba di Kanaan. Ia pun mencari kesana
kemari tiada menemukan sang anak. Hingga ia menengadahkan telapak tangan-
nya ke langit, bermohon agar segera dipertemukan dengan sang anak rupawan.
Terdengarlah suara yang mengatakan bahwa sang anak itu belum ada di sini. Dia
baru akan muncul 50 tahun kemudian. Malik kembali ke rumah, tetapi tetap me-
mendam gelora membara di hatinya untuk bisa menemukan anak itu (Kasmaran
III: 11-13).
Ada wahyu dari Tuhan kepada Nabi Daud (Dawud), bahwa siapa pun yang
bersungguh-sungguh mencari Tuhan, ia akan menemukannya. Dan siapa yang te-
lah menemukan Tuhan, ia akan mendapatkan penglihatan yang tajam (waspa-
deng tingal) dan dikasihi oleh sesamanya (Kasmaran III: 14-15).
Karena gelora dan tekad yang demikian besar untuk bisa menemukan
sang anak rupawan, Malik beserta kafilahnya untuk kali kedua pergi ke Kanaan.
Malik berjanji bahwa ia akan memerdekakan budaknya yang bisa menemukan
sang anak itu. Para budaknya melihat burung-burung terbang melayang-layang
mengitari mulut sumur. Mereka sesungguhnya bukanlah burung, tapi sekumpu-
lan malaikat. Melihat keganjilan tersebut, Malik pun memerintahkan para budak-
nya untuk memeriksa sumur. Salah seorang budaknya, yang bernama Basir, me-
meriksa sumur. Lalu terciumlah aroma wewangian dari diri Yusuf (Kasmaran III:
16-2l)
Demikianlah halnya jika seseorang berkeinginan menghadap Tuhan. Ia ti-
dak akan pernah bisa bertemu dengan Tuhan, jika hatinya belum melepaskan ke-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


cintaannya kepada dunia (durung ilang sihing dunya) dan beralih cintanya kepada
kehidupan akhirat (Kasmaran III: 22).
Basir telah menurunkan embernya ke dalam sumur. Sementara itu Ma-
laikat Jibril sedang menegur Yusuf di dalam sumur. Yusuf sedang bercermin (ngilo
pahesan) memuji ketampanan wajahnya sendiri. Ia berpendapat bahwa jika ia di-
jual tiada akan bisa ternilai43 (dolên tanana jinepun) karena wajah rupawannya. Ji-
bril pun menyindir, bagaimana bisa Yusuf memuji-muji dirinya sendiri (Kasmaran
III: 23-25).
Demikianlah Tuhan tidak pernah bisa dituju jika seseorang memuji-muji
dirinya sendiri. Sesungguhnya pujian itu hanyalah milik Tuhan. Itulah sebenar-be-

43
dolên tanana jinipun jika diterje ahka se ara literer aka erarti dijual tak aka ada
harga ya . Na u jika elihat ko teks erita ya g e gisahka te ta g Yusuf ya g
sedang memuji-muji keelokan wajahnya sendiri secara berlebihan, maka dolên tanana
jinipun lebih sesuai diterje ahka se agai dijual tiada aka isa ter ilai .

31
narnya pujian (iku sestuning panggunggung), pujian yang paling bening (wê-
nènging panglêmbana). Ada seorang nabi berkata bahwa Tuhan tidak melihat
manusia dari wujud luar seseorang, tetapi yang dinilai adalah hatinya (Kasmaran
III: 27-28).
Saat Basir menarik menarik ember timbanya dari dalam sumur, didapati-
nya Yusuf berada di dalam ember timba itu. Semua orang tercengang akan ke-
tampanan Yusuf. Anak itu pun diserahkan oleh Basir kepada Malik. Sesaat seusai
rombongan pedagang telah pergi dari tempat itu, datanglah para saudara Yusuf
(Kasmaran III: 29-31).
Ketika para saudara Yusuf melihat bahwa Yusuf telah diambil dari sumur
oleh sang pedagang Malik, mereka marah dan mengancamnya. Mereka meminta
Malik untuk mengembalikan Yusuf. Dengan luap amarah mereka mengatakan
bahwa Yusuf adalah budaknya. Gemetar ketakutan karena luap amarah itu, Malik
pun mengembalikan Yusuf kepada mereka. Mereka juga memaksa Yusuf untuk
mengatakan bahwa dia adalah budak mereka. Namun setelahnya, para saudara
itu menawarkan Yusuf untuk dijual kepada Malik. Meskipun demikian, mereka
menjelek-jelekkan perangai Yusuf sebagai seorang budak yang tidak berharga.
Malik pun bertanya kepada Yusuf apakah benar ia seorang budak (atut sira ka-
wuleki). Yusuf membenarkan bahwa ia seorang budak (hamba, kawula), tetapi
(setengah berbisik), ia menambahkan bahwa dirinya seorang hamba Tuhan (iya
kawulaning Pangeran).
Malik kemudian membeli Yusuf dari para saudaranya dengan sisa 18 dar-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ham (koin emas) yang tidak terpakai. Dalam rasa iri benci tiada berbalas para
saudara menerima darham tersebut dan membagikannya di antara mereka ma-
sing-masing. Salah seorang saudara yang paling sulung, bernama Yahuda (Yahud),
tidak mau menerima pembagian itu. Ia menjadi satu-satunya saudara Yusuf yang
tidak setuju jika Yusuf dijual. Jika saja Tuhan menganugerahkan kepada mereka
penglihatan yang tajam, seperti yang diberikan kepada ayah dan ibu Yusuf, mere-
ka niscaya akan tercengang. Mereka tidak bisa melihat wujud sejati (jatining ru-
pa) Yusuf (Kasmaran III: 32-44).
Setelah saling menerima surat jual beli Yusuf, si pedagang Malikpun me-
merintahkan agar Yusuf diikat karena khawatir akan tabiatnya yang suka mela-
rikan diri, seperti apa yang disampaikan oleh saudara-saudaranya. Sesaat sebe-
lum pedagang Malik akan membawanya pergi, Yusuf bermenung dalam kesedih-
an, menenangkan dan menghayati (suka rêna sêpanane) hukuman Tuhan kepada
dirinya (ukuming Yang pêrapteng sira). Ia meminta mereka untuk menunggu se-

32
bentar. Ia ingin menatap saudara-saudaranya karena ia merasa mungkin tidak bi-
sa lagi melihat "tuan" nya itu lagi (mênawa tan mulat malih, marang gusti ning-
sun ika)44.
“i pedaga g Malik e yi dir ah a tua ya Yusuf itu tiada er elas
kasih kepadanya karena telah menjualnya. Yusuf pun buru-buru menyatakan bah-
wa sesu gguh ya tua ya tidaklah seperti ya g diu apka Malik. Usai e -
dengar percakapan Yusuf dengan Malik, para saudara menangis. Tumbuhlah ka-
sih mereka kepada Yusuf, hingga mereka pun menyesali perbuatannya, takut dan
malu kepada ayah mereka. Namun bagaimanapun Yusuf telah sah terbeli. Yusuf
pun segera dibawa pergi dengan diikat dan ditaruh bercampur dengan barang da-
gangan (Kasmaran III: 45-51).
Dikisahkan tentang Syeh Akim yang pernah berkata bahwa Tuhan telah
menempatkan segala kemuliaan bercampur dengan hal-hal yang tiada berharga
(kang mulya ing jêro tan mulya). Sebagaimana iman yang bertempat di dalam
dada (iman pinarneng dhadha). Demikian pula halnya Tuhan hanya memuliakan
(menilai) iman dan bukan memuliakan (menilai) nalar seorang hamba (tan nga-
muleni Yang Manon, ing nala nira punika). Maka demikianlah halnya dengan Yu-
suf yang bercampur dengan barang dagangan. Tuhan telah memuliakan Yusuf
(ngamuleni Nabi Yusup), bukan memuliakan barang dagangan (Kasmaran III: 52-
55).
Malik beserta kafilahnya berangkat menuju Mesir. Pada tengah malam
mereka melewati makam ibu Yusuf. Yusuf turun dari untanya dan mengadukan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


nasibnya di pusara ibunya. Seolah mendengar suara ibunya dari dalam pusara,
Yusuf pun pingsan. Para pedagang baru menyadari bahwa Yusuf tak ada di tem-
patnya. Mereka pun mencari-cari Yusuf, sambil teringat keburukan tabiatnya
yang suka melarikan diri, seperti kata tuannya terdahulu. Saat ditemukan oleh ka-
filah dagang dari Habsyi (bêsi, abêsi), Yusuf pun diseret dan dipukuli disertai de-
ngan makian. Yusuf merasa bahwa dia tidak berniat melarikan diri (paming-

44
Dalam bait ini terdapat kata gusti ya g isa e iliki dua pe afsira : tua pe ilik
udak da Tuha . Kedua pe afsira i i ukup asuk akal. Gusti dalam pengertian
tua pe ilik udak erarti Yusuf, dala kesediha ya, ka atir tidak lagi isa erte u
dengan saudara-saudara ya ya g e gaku se agai tua ya . Gusti dalam pengertian
Tuha erarti Yusuf erasa ah a Tuha telah e ghuku ya sehingga ia kawatir
tidak lagi isa dekat da erte u de ga Tuha ya. “aya e ilih pe gertia ya g
pertama melihat konteks cerita saat para saudaranya menangis mendengarkan ujaran
Yusuf itu, seolah mereka sedang ditegur atas perbuatan mereka yang telah menjualnya
sebagai budak.

33
gatan), namun mengunjungi pusara ibundanya. Seakan tidak percaya dengan per-
kataan Yusuf, maka ia pun kemudian dirantai dan segera dinaikkan ke punggung
unta (Kasmaran III: 56-65).

Pangkur - IV
Memasuki pupuh IV, pangkur45, kisah diawali dengan Yusuf yang sedang
berdoa kepada Tuhan untuk mengampuni kesalahannya. Jibril diutus Tuhan turun
ke bumi untuk mengatakan kepadanya bahwa Tuhan akan memenuhi semua ke-
inginannya. Kemudian Jibril menghanguskan bumi dengan memancarkan api. Ba-
dai hujan kerikil berjatuhan ke bumi. Sang pemimpin pedagang, Malik, pun ber-
tanya. Siapakah yang merasa telah melakukan dosa. Orang-orang Habsyi yang
telah memukuli Yusuf mengaku dosa. Mereka diperintahkan oleh Malik untuk
memintakan Yusuf berkah (supangat). Kemudian Yusuf berdoa kepada Tuhan un-
tuk menyirnakan petaka itu. Seusai itu petaka pun berhenti. Malik menyatakan
bahwa Yusuf sebagai orang yang dekat dengan Tuhan (parek ing Yang), dan me-
merintahkan untuk melepaskan rantai yang membelenggunya. Yusuf pun kemu-
dian dikenakan pakaian yang indah dan berjalan di bagian paling depan karavan,
segenap rombongan pedagang berjalan mengiringinya di belakang (Pangkur IV: 1-
9).
Kafilah itu melanjutkan perjalanan menuju Mesir dan melewati Tesan, di
mana penduduk setempat - yang kafir - tercengang melihat kerupawanan Yusuf.

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Rasul (Muhammad) telah bersabda bahwa siapa pun yang melihat penampakan
yang indah, atau orang suci (wali tuhu pandhita), akan berbakti kepada Tuhan se-
lama seratus tahun. Orang-orang Tesan menjadi Islam, tak lagi menyembah ber-
hala atas daya sakti (mukjizat) Yusuf (kena kesaktèn) (Pangkur IV: 10-12).
Perjalanan para kafilah itu sampai di Yerusalem (Kudus46). Di sana ber-
kuasa seorang raja, bernama Jiyan, yang telah bermimpi bahwa akan datang se-
orang bocah laki-laki rupawan. Sang Raja diperintahkan untuk menerima dan

4545
Pangkur berasal dari nama punggawa dalam kalangan kependetaan seperti tercantum
dalam piagam-piagam berbahasa Jawa kuno. Dalam "Serat Purwaukara" (1861:11),
pangkur diberi arti buntut (ekor). Oleh karena itu, pangkur kadang-kadang diberi sasmita
(isyarat) tut pungkur, tut wuntat (mengekor, mengikuti). Dalam Lontar Yusup sasmita dari
pupuh pangkur terdapat dalam kinèn lumampah ing wuri (diperintahkan berjalan di
belakangnya) (Pangkur IV: 9, pada larik terakhir).
46
Kudus = Kota suci = Yerusalem

34
menjamunya dengan baik. Dia harus melakukan apapun yang anak itu perintah-
kan. Ketika Malik dan kafilahnya tiba, raja memerintahkan Yusuf untuk dibawa ke
hadapannya. Semua pria dan wanita muda di istana berhias dan bersolek untuk
menyambut kedatangan Yusuf (Pangkur IV: 13-18).
Sementara itu Yusuf tengah mandi di sungai, membuat sekumpulan ikan
terpesona oleh keelokan wajahnya. Ikan yang sangat besar melindungi Yusuf dari
pandangan yang lainnya. Ikan ini diberikan anugerah oleh Tuhan. Ia memiliki dua
anak, salah satu anaknya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus dan seekor anak-
nya yang lain adalah ikan yang menelan cincin milik Nabi Sulaiman (Suleman). Se-
orang utusan dari raja Jiyan tiba untuk membawakan pakaian yang indah, tetapi
Yusuf tak hendak memakainya. Tuhan telah menghiasi diri Yusuf (asung pahès
mara hing Bagendha Yusup) (Pangkur IV: 19-23).
Usai mandi Yusuf dan rombongannya memasuki istana. Ketika mereka
melihat Yusup, Raja Jiyan dan rakyatnya dikejutkan oleh penampilannya yang
amat rupawan. Segenap orang yang telah berdandan merasa diri mereka beran-
takan, meskipun sudah berhias sedemikian rupa (kabèh samêya pulang rah). Raja
menerima Yusuf beserta rombongannya dengan kemegahan luar biasa. Malik
berkomentar kepada teman-temannya bahwa pada kunjungan-kunjungan sebe-
lumnya ke tempat ini, dia tidak pernah menerima perlakuan khusus seperti ini.
Bersama dengan Yusuf segalanya jadi berbeda (Pangkur IV: 24-31).
Tuhan telah memuliakan Yusuf, mengirimkan 200 malaikat untuk menja-
ganya. Sesungguhnya Rasul (Muhammad) telah bersabda bahwa semua manusia,

Buku ini tidak diperjualbelikan.


nabi, wali, ulama, dan orang mukmin dijaga oleh para malaikat. Ketika Yusuf me-
lihat mereka, dan menanyakan siapa diri mereka, mereka pun menjawab bahwa
mereka telah dikirim oleh Tuhan untuk menjaganya (Pangkur IV: 32-35).
Raja Jiyan merasa Yusuf adalah sosok yang muncul dalam mimpinya
sebelumnya. Dia akan menuruti apa yang diperintahkan oleh Yusuf. Yusuf meme-
rintahkan kepada raja untuk tidak menyembah berhala dan tidak menduakan
Tuhan agar dibebaskan dari api neraka (ayêwa nêmbah bêrahala, ayêwa maru
Pangeran supaya luput, sireki api nêraka). Setelah berhala sujud dan lebur di ha-
dapan Yusuf, sang Raja pun segera memeluk Islam. Yusuf dan rombongannya pun
diterima sebagai tamu dalam sebuah perjamuan makanan (Pangkur IV: 36-40).
Raja Jiyan melihat sosok yang mengiringi Yusuf tidak mengambil makanan
dan minuman (tan anginum tan abukti). Yusuf menjelaskan bahwa mereka adalah
malaikat Tuhan. Makanan mereka adalah pujian kepada Tuhan dan minuman me-

35
reka adalah zikir. Tugas mereka saat ini adalah menjaga Yusuf. (Pangkur IV: 41-
43).
Raja mengira bahwa Yusuf ditakdirkan Tuhan untuk tinggal bersama di
kerajaannya. Ia pun berniat merebut Yusuf dari Malik, dan siap menggunakan
prajuritnya. Ketika prajuritnya telah menghadang kafilah dagang itu, mereka ter-
cengang oleh keelokan Yusuf tanpa bisa berberkata apa-apa (cêngêng tan kêna
ngêling) (Pangkur IV: 44-46)
Demikianlah halnya ketika seseorang menatap sosok Tuhan di surga. Ke-
nikmatan surga terlupakan selama dua ratus tahun karena demikian kasmaran
akan Tuhan. Nikmatnya surga tiada sebanding dengan nikmatnya kerinduan dan
perjumpaan dengan Tuhan (lêladate sêwarga tan nana kahetung, dening liwat
unênging Yang, lêladate aningali) (Pangkur IV: 47)
Karena terpukau dan takjub atas keindahan Yusuf, para prajurit pingsan
selama tiga hari lamanya. Para pedagang, termasuk Yusuf, berhasil melarikan diri
meneruskan perjalanannya hingga memasuki sebuah desa47. Kemudian Yusuf mu-
lai menampakkan kesombongan diri akan keelokan wajahnya yang tiada tanding
di dunia. Dia berpikir tidak ada seorang manusia pun yang menyamainya. Tapi ke-
tika kafilah dagang itu memasuki sebuah desa, semua penduduk desa berwajah
setampan dan serupawan Yusuf. Ketika berjumpa dengan Yusuf, tak ada seorang
pun penduduk desa itu yang terkagum-kagun dengan kerupawanannya. Yusuf ke-
mudian mendengar suara: "Apakah kamu pikir tidak ada yang seperti dirimu, ada
banyak di antara hambaku yang melebihi kamu, sebagaimana penduduk desa itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang semuanya seperti dirimu" (Pangkur IV: 48-51).

Sinom - V
Pupuh V sinom48, menceritakan kisah tentang kesombongan Musa, saat ia
bercakap dengan Tuhan. Ia berkata bahwa tidak ada hamba Tuhan yag seperti di-
rinya, yang begitu dekat dengan Tuhan dan berani berbicara kepada-Nya. Tuhan

47
Desa, dala Lo tar Yusup Ba yu a gi, dapat diterje ahka se agai egeri .
48
Sinom ada hubungannya dengan kata sinoman, yaitu perkumpulan para pemuda untuk
membantu orang yang mempunyai hajat. Pendapat lain menyatakan bahwa sinom ada
hubungannya dengan upacara-upacara bagi anak-anak muda pada zaman dulu. Dalam
"Serat Purwaukara" (1861:11), sinom diberi arti sesekaring rambut (anak rambut). Kecuali
itu, sinom juga dapat diartikan 'daun muda' sehingga kadang-kadang diberi isyarat dengan
lukisan daun muda.

36
pun menegur Musa. Tuhan menurunkan seribu pria yang identik dengan sosok
dan penampilan Musa, baik dalam pakaian bahkan hingga tongkat yang sama de-
ngan yang dipakai Musa. Tuhan berkata bahwa banyak hamba-Nya yang sama se-
perti Musa yang dekat dengan-Nya (kang amadha ing sira parêking ring Yang).
Musa pun bertobat dan memohon pengampunan atas kesombongannya. Demi-
kianlah halnya yang terjadi dengan Yusuf (Sinom V: 1-5).

Pangkur - VI
Kisah Yusuf berlanjut dalam pupuh VI, pangkur49. Para pedagang dan Yu-
suf tiba di Mesir dan berhenti di sebuah desa. Ketika berita tentang bocah yang
rupawan yang mampu menghilangkan duka lara menyebar, orang-orang Mesir
kelimpungan mencari tahu rumah Malik, hingga lupa akan tuannya (lali ing pa-
ngeran neki)50 (Pangkur VI: 1-5).
Demikianlah halnya dengan orang-orang arif yang dilanda rindu asmara
dengan Tuhan, setelah mendengar kabar tentang Tuhan, seperti yang ada dalam
Al-Qur'an, dan telah disampaikan Nabi Muhammad. Betapa rindu asmaranya jika
bisa berjumpa dengan Tuhan sang pemilik surga (yèn wêruh ing Yang sêwargeki)
(Pangkur VI: 6).
Burung beterbangan dan segala bunga mekar seketika menyambut keda-
tangan Yusuf. Tuhan telah memberikan kemuliaan kepada Yusuf di negeri Mesir.
Segenap penduduk Mesir berdatangan ke rumah Malik. Rumah itu penuh sesak

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dan Malik tidak mampu membuat orang-orang beranjak pergi. Malik pun menarik
bayaran hingga tiga ratus dinar pada setiap orang yang hendak melihat Yusuf.
Orang-orang tetap berebutan ingin melihat Yusuf. Mereka tergila-gila hinga tak
ingat lagi keluarga dan sanak saudaranya akibat dilanda cinta asmara yang de-

49
Dalam Lontar Yusup Banyuwangi, sasmita dari pupuh VI pangkur terdapat dalam
Saksana mêngkana kesah, saking desa aris sira anuli (Seusai itu maka pergilah,
meninggalkan desa itu) (Pangkur VI: 1, pada awal bait).
Pangeran dalam larik lali ing pangeran neki, saya terje ahka se agai Tua .
50

Secara umum biasanya pangeran diterjemahkan sebagai Tuhan, anak raja, raja,
maupun ungkapan hormat pada seseorang. Melihat konteks fragmen cerita ini
menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat Mesir yang merupakan hamba atau abdi,
saat mendengar kabar keelokan Yusuf, mereka lupa akan tugas-tugas dari tua
(juragan)nya.

37
mikian hebat kepada Yusuf. Mereka bagaikan orang gila yang tiada bisa disem-
buhkan (lir wong edan tan jinampi) (Pangkur VI: 7-13).
Demikianlah halnya dengan manusia jika mampu berjumpa dengan Tu-
han. Dirinya akan terpaku dalam pesona, tak mampu berucap kata, tiada ingat
akan keluarganya. Baru melihat manusia (Yusuf) saja sudah sedemikian lupa diri
(aningali ing manusa, sêmono pêrandene lali) (Pangkur VI: 14).
Saat Yusuf dipakaikan busana indah oleh Malik, semua orang semakin
bertambah takjub. Rumahnya pun semakin sesak, semakin banyak orang berda-
tangan, tiada bisa diusir. Malik pun kemudian berkehendak untuk menjual anak
itu. Namun anehnya, mereka yang menawar untuk membeli Yusuf, terserang pe-
nyakit. Hingga tak ada seorangpun yang berani membeli Yusuf. Sebuah suara da-
tang dari langit, mengatakan bahwa hanya Ru'yan ibnu Walid, Sang Raja Mesir,
yang mampu membeli Yusuf (Pangkur VI: 14-20).
Dikisahkan ada seorang wanita kaya raya ingin membeli Yusuf dengan
harga budak sebanyak delapan ribu. Saat ia bertemu Yusuf, ia pun takjub tiada
terkira dibuatnya. Walau harta seluruh dunia (nadêyan arta satungkêb rat), rasa-
nya tak sebanding dengan Yusuf. Dia berbicara dengan Yusuf dan menyatakan ni-
atnya. Yusuf menjelaskan bahwa dia adalah manusia seperti dirinya, makhluk Tu-
han. Sosoknya yang elok rupawan dikarenakan ia telah dihias (ingahesan) oleh
Tuhan. Wanita itu masuk Islam setelah memperoleh kemurahan Yusuf (antuk bêr-
kat Nabi Yusup) dan menyumbangkan uangnya kepada orang miskin hingga ia
memperoleh kebahagiaan yang tiada tara (kaliwat ing bagjanira) (Pangkur VI: 21-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


28).

Durma - VII
Memasuki pupuh VII, durma, kisah berpindah ke negeri Temas. Putri Zu-
laikha (Jaleha)51, sang putri raja yang berusia sembilan tahun, berulang kali me-
mimpikan seorang pemuda yang tampan rupawan. Sang putri dilanda asmara dan
jatuh cinta kepadanya. Dia memberitahu kepada orang tuanya tentang sosok da-
lam mimpinya. Mereka berjanji bahwa jika benar sosok itu nyata adanya, mereka
akan menikahkan sang putri dengannya. Mimpi itu berulang kembali setahun ke-
mudian, sang putri bertanya tentang jati diri pemuda itu dan dijawab: "Aku ada-

51
Dalam Lontar Yusup Banyuwangi disebut Jaleka, Jalika, Jaleha atau Soleha. Dalam tradisi
Islam nama ini merujuk pada putri Zulaikha.

38
lah seorang laki-laki yang tidak akan menikah jika tidak bersamamu, dan kamu ti-
dak akan menikah jika tidak bersamaku." Orangtua sang putri menyarankan agar
dia menanyakan keberadaa si pemuda. Ketika setahun kemudian sosok itu mun-
cul lagi, sang putri menanyakan keberadaan si pemuda. Sosok dalam mimpi itu
pun menjawab: "Carilah diriku di Mesir." Sang Putri Zulaikha, yang ditimpa duka
rindu asmara (bêrangta nira lumindhih), meminta ayahnya, Sang Raja Temas, un-
tuk mengirim utusan ke Mesir (Durma VII: 1-23).
Ada sebuah riwayat. Tuhan telah bersabda kepada Daud (Dawud) bahwa
siapa pun yang amat mencintai Tuhan, maka Tuhan akan lebih mencintai ham-
banya itu (Ingsun aluwih bêrangti). Diwahyukan juga kepada Daud bahwa Tuhan
akan membalas dengan surga atas hambanya yang selalu memuji Tuhan, suka
berderma (kang rêna pawèh ing wang), dan berlaku bakti kepada-Nya. Bahkan
Tuhan juga akan menutupi keburukan hamba yang mendurhakainya. Tuhan pun
akan membuat orang-orang yang Dia kasihi mengalami cobaan, kematian, dan
hukuman. Mereka yang saat itu masih berserah diri kepada Tuhan dan mencintai-
Nya, Tuhan pun akan mencintai-Nya. Mereka yang tetap mencari Tuhan pasti
akan menemukan Tuhan (ngulati Sun dèn têmu ing wang). Tuhan mencintai kepa-
da siapa saja yang menemui-Nya pada waktu tengah malam, dalam mata tertu-
tup, hingga kemudian hanya Tuhan seorang yang nampak, terus berulang di te-
ngah malam (mangu-mangu ing wêngi). Jika Tuhan tiada kasih dan menjaga jiwa
hamba yang berjumpa dengan-Nya, hamba yang terpilih itu akan hilang ajalnya,
berpulang kepada-Ku (ilang nyawane ika, mulih maring Ingsun malih) (Durma VII:

Buku ini tidak diperjualbelikan.


24-31).
Raja Temas mengirimkan utusan dengan membawa sepucuk surat ke-
pada Raja Mesir, meminta sang Raja Mesir untuk menikahi putrinya, Zulaikha. Ra-
ja Mesir senang menerimanya dengan suka cita, seolah mendapatkan intan per-
mata (katiban intên bumi), karena sang putri Temas terkenal kecantikannya. Sang
utusan pun melapor kembali ke Temas, dengan membawa surat balasan dari Raja
Mesir, yang menyatakan kesanggupannya menjemput sang putri Temas (Durma
VII: 32-41).
Maka Sang Putri Temas pun dipersiapkan dengan busana dan hiasan ter-
baik, bersiap berangkat menuju Mesir dalam iring-iringan yang megah. Bersama
itu pula dibawa serta sejumlah besar uang dinar dan perhiasan; intan, emas, dan
sutra. Sang Raja Mesir telah siap menjemput dalam upacara penyambutan sang
putri (Durma VII: 42-48).

39
Raja Mesir datang menemui Sang Putri Zulaikha. Ketika Zulaikha melihat
sosok calon suaminya, ia tak kuasa menahan tangisnya hingga terkulai pingsan.
Sang raja bukan sosok laki-laki yang datang dalam mimpinya (dudu kang kanoning
mami, ing jêro sêwapna). Melihat hal itu, sang raja merasa mendapat penghi-
naan. Dia ingin mengembalikan sang putri kepada orang tuanya, tetapi ketika dia
menyadari betapa cantiknya sang putri, kemarahannya pun padam. Saat itulah
Zulaikha mendengar suara yang mengingatkannya. Sang suara berujar bahwa raja
Mesir ini adalah jalan bagi perjumpaannya (marganira panggiya) dengan lelaki
dalam mimpinya kelak di kemudian hari. Sang putri pun patuh, hilang kese-
dihannya, menempatkan dirinya pasrah akan takdir Tuhan (Durma VII: 49-61).
Demikian pula dengan orang-orang beriman, yang diliputi cemas akan ha-
ri kiamat. Tuhan telah bersabda agar mereka tiada cemas dan bersedih hati. Ka-
sih sayang dan pertolongan Tuhan akan dilimpahkan untuk mereka semua, sege-
nap orang mukmin. Begitupula halnya dengan apa yang terjadi saat itu pada diri
Zulaikha (Durma VII: 62-63).
Sang putri, dalam iringan raja Mesir, menuju ke istana dengan diusung
dalam tandu kebesaran. Sesampai di istana, segenap orang menyambut kedata-
ngan sang putri. Telah dipersiapkan kediaman sang putri beserta dengan peradu-
annya yang indah bertabur emas, intan, permata dengan kelambu sutra jingga,
seolah istana di surga (Durma VII: 64-68).
Harum wewangian (arum-arum)52 laksana wewangian surga merebak di
istana sang putri; jebat53, bunga mawar (ergula, ermawar54), kelembak, kasturi,

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dan rasamala55. Saat segenap istri Raja Mesir melihat putri Zulaikha, mereka ter-
pana dalam ketakjuban, seolah melihat kecantikan rani ratu dalam dongeng. Sang
Raja Mesir pun teramat kasih kepada Zulaikha (Durma VII - arum-arum: 69-70).
Saat malam tiba, sang Raja hendak bermadu kasih di peraduan dengan
Zulaikha. Atas kekuasaan Tuhan, Zulaikha pun dilindungi oleh-Nya. Tuhan telah

52
Bagian arum-arum dianggap sebagai bagian paling tengah dari keseluruhan Lontar
Yusup Banyuwangi (meskipun sebenarnya tidak persis demikian). Dalam pembacaan
tembang Lontar Yusup Banyuwangi, bagian arum-arum yang terdiri dari dua bait (Durma
VII: 69-70) didendangkan secara khusus dan spesifik (untuk bagian ini saja) dalam tempo
yang sangat lambat dan panjang. Pada saat pembacaan arum-arum inilah (yang biasanya
terjadi pada te gah ala ritual khusus de ga sesajia e a gia air da u ga
(toya arum) dilakukan.
53
Jebat atau Zabad adalah cairan kental yang berbau amat harum.
54
Ergulo dan ermawar adalah u ga a ar dala kosakata ahasa Ka i.
55
Rasamala, kelembak dan kasturi adalah jenis tumbuhan penghasil wewangian.

40
mengganti Zulaikha dengan sosok yang menyerupai wajah sang putri (jinarupa
sang putêri) untuk bermadu kasih dengan sang raja. Tuhan telah berkehendak
bahwa tidak ada seorang pun kecuali Yusuf yang dimaksudkan sebagai jodohnya.
Sang putri terus memendam rindu asmara kepada Yusuf. Raja Mesir itu ditak-
dirkan hanya untuk meminjamnya (sang pêrabu sira Mêsir darma gadhuhi) (Dur-
ma VII: 71-74).
Hal yang sama terjadi pada Sulaiman (Suleman) dengan Balkis (Balqi),
Musa dengan Masitoh (Siyah), dan Muhammad dengan Khatijah (Atijah). Bebe-
rapa wanita itu ditakdirkan Tuhan hanya untuk mereka yang terpilih. Sedangkan
suami mereka sebelumnya hanya sekedar dipinjami belaka (darma gadhuhi) (Dur-
ma VII: 75-77).

Pangkur - VIII
Berlanjut ke pupuh VIII, pangkur. Jaleha telah berada di istana untuk wak-
tu yang lama, ketika raja Mesir ingin membeli Yusuf dari Malik. Saat pertama kali
melihat sang bocah, segenap orang yang sedang menghadap raja dibuat terce-
ngang. Tiada mampu mereka berkata-kata melihat kerupawanan Yusuf (Pangkur
VIII: 1-3).
Ada sebuah kisah tentang Syeh Ibrahim. Saat sedang berjalan-jalan di pa-
sar kota Basra (Bêsarah), ia melihat seorang budak yang sedang ditawarkan untuk
dijual. Budak itu memiliki tiga cacat; dia tidak tidur di malam hari (tanpa turu ing

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wêngi), tidak makan (tanpa bukti), dan tidak berbicara (tanpa ngucap-ucap), jika
bukan atas kehendaknya. Syeh Ibrahim seolah telah melihat seseorang yang me-
ngenal Tuhan. Saat ia bertanya harga budak itu, si penjual mengatakan bahwa ia
boleh ditebus berapa saja karena ia dianggap budak yang tiada harganya. Hanya
orang gila yang mau menebus budak yang banyak cacatnya. Syeh Ibrahim memu-
tuskan untuk membelinya dan membebaskan budak itu. Saat ia membebaskan-
nya, bocah itu menyuruh Ibrahim untuk menutup matanya. Lalu digandeng ta-
ngannya oleh sang bocah, seraya berjalan dalam tiga langkah. Ketika dia membu-
ka mata, mereka telah berada di Mekah, di depan Kabah. Bocah itu lalu lenyap.
Syeh Ibrahim takjub mengetahui bahwa budak itu benar-benar hamba pilihan Tu-
han (Pangkur VIII: 4-11).
Yusuf telah membuat orang-orang takjub saat ia dibawa ke hadapan raja.
Sang raja amat tertarik saat Malik menceritakan tentang ihwal mula ia menda-
patkan anak itu. Malik pun berkehendak menjual Yusuf sesuai berat badan Yusuf

41
berbanding sama dengan berat emas, perak, permata, sutra dan busana berhar-
ga. Raja memerintahkan patih untuk segera mempersiapkan alat timbangan. Saat
Yusuf ditimbang, ia ternyata lebih berat dari 50.000 koin emas (darham limang
laksa). Maka ditambahkanlah lagi 50.000 koin emas, tetap tak mampu mengim-
bangi berat Yusuf. Ditambahkan lagi uang dinar sang raja hingga habis, tetap tidak
bisa mengimbangi berat Yusuf (Pangkur VIII: 12-18)
Demikianlah halnya dengan tauhid orang beriman. Jika kelak ditimbang
iman tauhidnya dibandingkan dengan dosa-dosanya, maka akan lebih berat iman
tauhidnya. Meskipun dosanya bertumpuk, akan lenyap oleh beratnya timbangan
iman tauhidnya (nadêyan kèha dusa nira, culing iman tuhid luwih) (Pangkur VIII:
19)
Sang raja memerintahkan bendahara kerajaan untuk mengeluarkan se-
mua harta kekayaan kerajaan. Saat semua uang dan harta raja telah ditaruh di
atas timbangan, berat Yusuf masih tiada tertandingi. Seluruh harta kekayaan raja
telah tandas. Raja Mesir pun menyerah pasrah kepada Malik. Ia tidak mampu me-
nebus Yusuf, meskipun dengan seluruh kekayaan yang ia miliki. Meskipun demi-
kian sang raja tetap memberikan penawaran kepada Malik, jika ia menyetujui,
maka seluruh harta kekayaan raja itu akan diserahkan kepada Malik untuk bisa
menebus Yusuf. Melihat harta melimpah di depan mata, Malik pun menyetujui-
nya (Pangkur VIII: 20-23).
Namun saat Malik diperlihatkan diri sejati Yusuf (ing jatine warnanira
Nabi Yusup) ia pun terpaku hingga pingsan. Ketika Malik sudah siuman, sesaat se-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


belum ia berpamitan kepada Sang Raja Mesir, ia memohon Yusuf untuk meng-
ungkapkan jati dirinya. Malik lalu memberitahu Yusuf tentang mimpinya di masa
lalu (VIII.24-33)
Demikian halnya dengan para pendosa, kelak akan dibeberkan semua do-
sanya di hadapan Tuhan, hingga membuatnya dilanda nelangsa (anêlangseng
awakepun) (Pangkur VIII: 34).
Malik kemudian meminta Yusuf untuk bermohon kepada Tuhan agar ia
dikaruniai anak. Yusuf pun menyanggupi, dan permohonan itu pun dikabulkan Tu-
han. Malik kelak akan memiliki 24 anak; 21 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.
(Pangkur VIII: 35-38).
Di tengah rasa suka cita sang raja mendapatkan Yusuf, para menteri dan
bendahara kerajaan khawatir akan kondisi keuangan kerajaan yang telah habis
untuk membayar penebusan Yusuf. Mendapat laporan dari bendahara kerajaan,
sang raja memerintahkan bendahara kerajaan untuk memeriksa sekali lagi gu-

42
dang-gudang perbendaharaan kerajaan. Saat bendaharawan kerajaan menuju gu-
dang perbendaharaan, ia melihat Yusuf ada di dekat tempat itu. Alangkah terke-
jutnya sang bendahara kerajaan saat memeriksa gudang perbendaharaan kera-
jaan, ternyata semuanya masih terisi penuh, tak ada harta yang berkurang. Ben-
daharawan kerajaan melaporkan keajaiban itu kepada sang raja. Di tengah suka
cita keheranan, sang raja pun meminta penjelasan kepada Yusuf. Yusuf menje-
laskan bahwa Tuhan telah mengembalikan uang itu karena raja telah menun-
jukkan bahwa dia tidak dibebani oleh harta kekayaannya yang melimpah (rèhira
ratu tan eman, ing arta nira gung iki). Seusai peristiwa itu sang raja mengetahui
akan daya keampuhan (mukjizat) Yusuf (kêna kêsaktèn Bagendha Yusup) (Pang-
kur VIII: 39-46).

Sinom - IX
Memasuki pupuh IX, sinom, kisah beralih pada cerita tentang Usman,
menantu Rasulullah (Nabi Muhammad). Saat Usman berjalan-jalan, ia mendapati
baju zirah milik Ali dijual di pasar. Ali ternyata telah memerintahkan seorang pe-
layan untuk menjual baju zirah miliknya karena dia membutuhkan uang untuk
pernikahannya dengan Fatimah, putri Nabi Muhammad. Usman pun membeli ba-
ju zirah milik Ali senilai empat ratus dinar. Usman lalu menambahkan lagi koin
emas (darham) sebanyak satu kantong sebagai uang pembelian baju zirah itu. Na-
mun baju zirah itu tidak dibawanya. Ia menyuruh si pelayan untuk membawa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kembali baju zirah Ali beserta uang penjualan kepada Fatimah. Alangkah terke-
jutnya Fatimah mengetahui baju zirah Ali kembali beserta dengan sejumlah uang.
Fatimah pun menceritakan hal itu kepada Ali. Maka Ali pun kemudian menghadap
kepada Nabi Muhammad (kangjêng Musthopa) untuk melaporkan peristiwa itu
(Sinom IX: 1-4).
Saat Usman menghadap Nabi Muhammad, sang Rasulullah itu pun men-
doakan agar Tuhan membalas kebaikan Usman dengan kebaikan yang lebih besar
(sapisan winalês luhung). Ketika sampai di rumahnya, Usman mendapati sepuluh
kantong masing-masing berisi empat ratus dinar dan satu kantong lainnya lagi
berisi uang yang sama. Demikian itulah balasan Tuhan akan perbuatan baik (karya
kang bêcik). Semua yang membaca maupun mendengar kisah ini patut diamalkan
dalam perbuatan (yugêya sira wistêrakêna ing kirtêya) (Sinom IX: 5-8).

43
Pangkur - X
Kisah berlanjut ke pupuh X, pangkur. Raja mengajak Yusuf menemui putri
Zulaikha, sang permaisuri raja. Saat bertemu muka dengan Yusuf, Zulaikha ter-
paku tiada bisa berucap. Seketika ia dilanda asmara (kasmaran sang wahu pê-
rapti). Sosok lelaki yang dia temui dalam mimpinya beberapa tahun silam, kini
ada di hadapannya (Pangkur X: 1-3)
Rasul bersabda bahwa Tuhan akan memberikan pahala yang berlimpah
(Sunwèhi aluwih pahalanepun) bagi mereka yang tidak sempat meminta apa pun
kepada-Nya dikarenakan rasa cintanya kepada Tuhan, dibandingkan segenap
orang yang bermohon ke hadapan Tuhan (Pangkur X: 4).
Zulaikha menerima Yusuf dengan penuh suka cita. Yusuf pun diberinya
busana yang indah berhias aneka rupa perhiasan mewah: sutra, emas, intan, per-
mata, hingga zamrut. Segenap perhiasan raja dikenakan pada diri Yusuf. Berba-
lutkan busana dan perhiasan mewah seperti itu, Yusuf kian mempesona. Zulaikha
semakin tergila-gila padanya. Yusuf setiap hari dipandanginya, seolah tiada hal la-
in kecuali Yusuf dalam binar matanya (tanana lêyan kang kadulu). Yusuf mem-
pertanyakan perlakuan berlebihan yang diberikan Zulaikha kepadanya. Ia merasa
tidak pantas berbusana mewah seperti itu karena bisa menurunkan kehormatan
sang raja (anorakên pênganggenira sang pêrabu). Zulaikha pun menjawab bahwa
Yusuf adalah kemuliaan (raja) bagi Mesir (sira minangka ji Mêsir) (Pangkur X: 5-
11).
Demikian pula Tuhan mengasihi memuliakan para hambanya, setiap hari

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tiada luput dari perhatian-Nya (tinilik sabêrandineku). Tiada pernah putus kasih
sayang Tuhan (tan kagupita sihi Yang) (Pangkur X: 12).
Suatu ketika Zulaikha membawa Yusuf ke tempat pemujaan berhala. Ke-
tika sang putri menyembahnya, berhala itu jatuh rempuh di hadapannya. Sang
putri bertanya-tanya apa sebab Tuhannya jatuh (paran mula tibane Pangeran
ningsun). Serta merta Yusuf menjelaskan bahwa Tuhan telah menendangnya (Pa-
ngeran anêpak uni). Tuhan tiada menghendaki disembah dengan cara memuja
berhala seperti itu. Zulaikha pun ingin tahu lebih banyak tentang Tuhan-nya Yu-
suf. Yusuf menjelaskan bahwa Tuhan-nya adalah Tuhan esa yang sejati (tunggal
sang Yang Sukma Jati) yang telah menciptakan manusia (andadèkên sira lawan
ningsun), sebagaimana Tuhan nya Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Yakub dan Nabi
Ismail. Zulaikha kembali bertanya, bagaimana bisa mengetahui wujud Tuhan jika
Tuhan tidak bisa dilihat (atanapi tumingal). Yusup menjelaskan bahwa Tuhan ti-
ada nampak (Pangeran datan kawuryan) seperti halnya suara sang putri. Zulaikha

44
merasa senang dengan jawaban Yusuf. Kalau bukan karena ia sudah memiliki Tu-
han, Zulaikha akan mengikuti Tuhan-nya Yusuf. Zulaikha lalu meminta Yusuf agar
bermohon kepada Tuhan untuk mengembalikan berhalanya seperti sediakala, ka-
rena raja akan marah jika dia melihat bahwa berhala pemujaan itu telah hancur.
Yusuf pun bermohon kepada Tuhan dan berhala itu kembali utuh sebagaimana
bentuknya semula. Sang putri merasa Yusuf amat dikasihi oleh Tuhan (Pangkur X:
13-22).
Tuhan telah memberikan rahmatnya kepada Yusuf. Yusuf bebas bergerak
keluar masuk istana, dan baik raja maupun permaisuri sering memberikannya tu-
gas. Tiap hari ia ditugaskan sang raja untuk berkunjung ke istana putri Zulaikha.
Telah diangkat derajat Yusuf oleh Tuhan sejak mula ketika saudara-sau-
daranya hendak membunuhnya, saat ia berada di dalam sumur. Atas kehendak
Tuhan jualah Yusuf kemudian akan duduk di singgasana, berkat ridha Tuhan yang
sejati (karidhone Yang sêjati) (Pangkur X: 23-26).
Kehendak Tuhan itu lestari (Lastari karsaning Sukma). Kehendak manusia
terhalangi, tiada lestari. Jika Tuhan tiada menunjukkan jalan, maka terhalangilah
kehendak manusia. Manusia tiada kuasa atas dirinya sendiri (tan kuwasa adarbe
pêribadinepun), jika Tuhan tiada menyertainya (Pangkur X: 27).
Yusuf telah berusia 17 tahun. Atas anugerah Tuhan semakin bertambah
pula ilmunya (sangsaya wuwuh kang ngilmi). Semakin bertambah rupawan pula
wajahnya. Zulaikha semakin tergila-gila padanya. Tiada lain yang dilihat hanya Yu-
suf seorang (tan lêyan katingalan mung Nabi Yusup). Wajah Yusuf seakan-akan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ada dimana-mana, di langit maupun di bumi, senantiasa dalam tatapan sang putri
(tansah ing pandulunepun) (Pangkur X: 28-30).
Diliputi rindu asmara yang seolah tiada terobati, Zulaikha pun meminta
raja untuk membuatkannya peradua pe ghi ura patani kalangênan). Maka
dibuatkanlah sebuah peraduan indah berhias emas, intan, permata. Bertalamkan
sutra dan kain terbaik. Semuanya dipenuhi kemewahan dan keindahan tiada tara.
Seolah suasana surga (kadi moring wong sêwarga) berpindah ke sana. Walaupun
puri istana di seluruh jagat, tiada yang bisa menandingi kemegahannya (nadêyan
pura satungkêbêrat, yaya tanana tumandhing). Tanaman yang ada di pelataran
ditata asri dalam jambangan emas. Berbagai bunga dan buah-buahan diletakkan
di dekat tempat tidur sebagai sesajiannya: mangga kuweni, serbat56 wangi, nasi,
kurma, dan anggur (Pangkur X: 31-40).

56
Minuman berbahan dasar dari jahe dan campuran bahan lainnya.

45
Sang putri Zulaikha hatinya dipenuhi duka asmara dirundung rindu yang
memuncak. Kerinduannya akan Yusuf seakan tiada surut (nora surud bêrangta
ning wang). Hingga terbangun-bangun dalam tidurnya (atangi-tangi aturu) lalu
airmatanya pun deras mengalir. Para inang pelayan yang menungguinya jatuh ka-
sihan, mencoba menghibur sang putri. Semua usaha pelayannya tak ada yang
mampu mengalihkan duka asmara sang putri (datan kasalimur punang, lara bê-
rangtane sang putêri). Sang putri pun kemudian mandi dan berhias diri. Ia ber-
dandan dengan busana indah berkilauan dan melumuri tubuhnya dengan wewa-
ngian. Sang putri kian bertambah cantiknya, meskipun saat itu ia semalaman ti-
ada tidur (sêdalu tanpa sareya) seharian tiada makan (rahina tanpa ambukti).
Sang putri bersiap memanggil Yusuf (Pangkur X: 41-49).
Saat tengah hari, sang putri berada di peraduannya, ketika Yusuf datang
menemuinya. Mereka pun bertemu beradu pandang (campuhira adu liring), se-
olah kilat saling bertarung (kadi kilat tarung kêlawan thathit). Nafsu Zulaikha me-
muncak saat menatap sesosok bayang-bayang surga. Yusuf jatuh kasihan kepada
sang putri. Yusuf pun terhanyut, hatinya diliputi gelora asmara (Bagendha Yusup
kagiwang, ing nalanira sêmu bêrangti). Yusuf pun lalu bermohon kepada Tuhan
agar dihindarkan dari perzinaan dengan sang putri. Para pelayan meninggalkan
ruang peraduan dan menutup pintu ruang peraduan. Hanya ada sang putri dan
Yusuf di peradua pe ghi ura itu. )ulaikha pu ulai erayu Yusuf, e i ta-
nya menyembuhkan gelora asmaranya yang memuncak, beradu bersama di pe-
raduan. Yusup berkata bahwa Tuhan telah menyiapkan peraduan lain baginya di

Buku ini tidak diperjualbelikan.


surga (sêwarga pagulingan) yang lebih baik dan tiada pernah rusak. Zulaikha
tidak kehabisan akal. Ia terus mengajak Yusuf bercakap-cakap diselingi ujaran ra-
yuan. Zulaikha bertanya kepada Yusuf dari mana asalnya wajah tampan rupawan
bercahaya laksana bulan (warnanira nyumunuhi lêwir sasi) itu. Yusuf mengatakan
bahwa Tuhan Yang Maha Agung telah menciptakan dan merahmati semuanya.
Zulaikha kembali bertanya, siapa yang akan jadi pemilik wajah rupawan Yusuf.
Yusuf mengatakan bahwa cacing di dalam kuburan yang akan menjadi pemiliknya
(ulêr jêro kubur kang amukti rupengwang). Zulaikha semakin memuncakkan ra-
yuannya. Ia mengajak Yusuf naik ke ranjang, beradu bersama di peraduan (acam-
puhing sêkaron sih). Yusuf masih menolaknya. Ia pun berkata bahwa manusia bisa
dihalangi penglihatannya namun tiada kuasa mengalihkan pengawasan Tuhan
(Pangkur X: 50-61).
Zulaikha tak lagi bisa menahan gelora asmaranya. Tangan Yusuf direng-
kuhnya dan diajak naik ke peraduan. Seketika Yusuf pun tergoda, di saat bersa-

46
maan setan menepuk-nepuk relung hatinya (qalbune Yusup tinêbah) dan syah-
watnya. Yusuf pun naik ke peraduan. Ia pun menghampiri tubuh sang putri. Me-
reka saling bertatapan pandang berucap rayuan. Hati telah tertindih gelora as-
mara (kalindhih ing bêrangti) (Pangkur X: 62-64).
Rasul menyatakan bahwa Tuhan telah bersabda: “ege ap ora g ya g te-
lah berbuat zina, kelak di hari kiamat, mereka akan dimasukkan ke dalam peti api
yang menyala-nyala (siniksa jêro pêthi dènira Yang Agung, pêthi iku wêsi abang).
Mereka akan dibakar di neraka. Bahkan hingga lima ratus tahun, bau amis busuk
mereka tiada akan hilang. Padahal kesenangan zina itu amatlah pendek (muwah
cêndhêk sirira). Mereka dihinakan, tiada lagi nilainya di akhirat (ing aherat tanana
rêganeki). Demikian telah diwartakan di dalam Al-Qur'an, maka bersegeralah
menghindarinya (Pangkur X: 65-67).
Sesaat ketika Yusuf hendak melepas pakaiannya, Tuhan mengirimkan ma-
laikat Jibril untuk menahannya. Sang malaikat muncul dalam sosok Yakub. Seraya
membentak ia mengingatkan Yusuf bahwa dirinya adalah seorang nabi. Bagai-
mana bisa hendak berbuat yang tiada sepantasnya (arêp lumaku tan yukti). Ha-
srat asmara Yusuf seketika sirna dan ia pun turun dari ranjang (pisah ing papê-
rêman agêlis) (Pangkur X: 68-70).
Sang putri terperanjat melihat Yusuf berlalu turun dari ranjang. Ia pun
mengejarnya, menarik baju Yusuf hingga robek di bagian belakangnya (sinêbit ing
wuri). Saat Yusuf hendak keluar dari peraduan penghiburan itu, sang raja baru sa-
ja datang dan memergoki mereka. Seketika Zulaikha mengadu pada sang raja. Ia

Buku ini tidak diperjualbelikan.


mendakwa Yusuf telah berbuat tidak pantas kepadanya. Raja pun meluapkan
amarahnya kepada Yusuf. Yusuf yang telah diangkat derajatnya dan dianggap se-
bagai anaknya sendiri itu (kaya atmaja wang asih) ternyata telah mengkhia-
natinya. Yusuf membantah semua tuduhan itu. Ia pun menyatakan memiliki saksi
atas kejadian itu. Saksi itu adalah seorang bayi laki-laki yang baru berumur empat
puluh hari (Pangkur X: 71-76).
Yusuf mempersilakan sang raja untuk bertanya sendiri kepada si bayi laki-
laki. Atas kuasa Tuhan, bayi laki-laki itu pun berbicara. Sang bayi tidak ingin men-
jadi saksi, mengadu-adu tentang peristiwa itu. Ia amat takut kepada Tuhan, jika
dianggap sebagai orang yang suka mengadu-adu. Karena Tuhan amat memurkai
orang yang suka mengadu-adu. Namun sang bayi memberikan petunjuk terhadap
kebenaran peristiwa di ruang peraduan itu. Jika pakaian Yusuf robek di bagian de-
pan, maka Yusuf telah berdusta. Namun jika pakaian itu robek di bagian belakang,
maka benarlah apa yang dikatakan Yusuf. Raja memeriksa pakaian Yusuf dan me-

47
lihat robekan di bagian belakang. Raja pun tahu akan kebenaran peristiwa itu. Ia
meminta kepada Yusuf untuk merahasiakan apa yang telah terjadi, dan Yusuf me-
nyanggupinya. Raja memendam amarah kepada Zulaikha dan memerintahkannya
untuk segera memohon pengampunan Tuhan (Pangkur X: 77-83).
Namun kabar pun menyebar. Tiada akan bisa asap dibungkus dengan
selimut (datan kêna kukus kêmulana dadi). Desas-desus merebak di dalam hingga
ke luar istana. Para istri menteri semua menggunjingkan skandal itu. Seorang pu-
tri, permaisuri raja yang terhormat, dilanda asmara dan bermadu kasih dengan
seorang abdi (pênakawan) sang raja. Maka Zulaikha pun memanggil semua istri
menteri ke sebuah pesta perjamuan di puri sang putri. Makanan dan minuman
segala rupa disajikan. Masing-masing istri diberi sebilah pisau dan buah jeruk.57
Yu-suf lalu diperintahkan oleh sang putri untuk melintas ke tengah-tengah perja-
muan dalam busana indah bertabur wewangian. Sesaat sebelum Yusuf melintas,
sang putri memerintahkan para istri menteri untuk mengupas buah jeruknya
masing-masing (nuli kinèn angêrêb jêram sami). Saat Yusuf tiba di hadapan me-
reka, semua berbaku takjub, tiada bisa kuasai diri. Sementara mata terpaku me-
natap wajah yang amat rupawan seterang rembulan (wêdananira nêrang sasi),
pisau di tangan mereka terus bergerak. Tiada sadar, terpukau oleh pesona Yusuf,
jari-jari mereka terpotong oleh pisau. Bahkan rasa sakitnya jari terpotong, luka
bercampur dengan getah jeruk, tiada mereka rasai. Pesona Yusuf yang tak di-
sangka-sangka telah membius mereka (pijar lêng-lêng kapirangu) (Pangkur X: 84-
96).

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Sinom XI
Kisah bergulir hingga sampai pupuh XI, sinom. Ada sebuah riwayat ten-
tang seorang perempuan jelita. Saat ajal hendak menjemputnya, malaikat berka-
bar kepadanya. Atas berkat kasih sayang Tuhan, dosa-dosanya telah diampuni.
Maka lenyaplah duka hatinya (ilang pêriyatining ati), percaya akan kasih sayang
Tuhan Maha Mulia (Sinom XI: 1).
Para istri menteri itu telah diperlihatkan segenap pesona Yusuf oleh Tu-
han. Mereka kini mengerti bagaimana sang putri bisa dimabuk asmara oleh pe-
sona Yusuf. Mereka sendiri juga telah terbius tak bisa kuasai diri saat melihat Yu-

57
Dalam tafsir Ibnu Katsir, buah tersebut adalah utruj, seperti buah jeruk lemon namun
berukuran besar, berwarna kuning emas yang baunya harum dan rasanya asam manis
(Katsir, Ibnu. 2018: 314).

48
suf. Merekapun menyesal dan meminta maaf kepada sang putri. Para wanita, se-
bagaimana halnya dengan sang putri, telah tergila-gila dengan Yusuf (kedanan ing
Yusup sami). Rasa kasmaran mereka terhadap Yusuf telah membuat mereka lupa
terhadap suami dan anak-anaknya (Sinom XI: 2-5).
Desas-desus mengenai Yusuf dan Zulaikha membuat para pembesar kera-
jaan berkumpul membicarakannya. Para menteri menasihati raja untuk memen-
jarakan Yusuf. Maka atas kesepakatan semua pembesar kerajaan, raja pun menja-
tuhkan hukuman penjara kepada Yusuf. Ketika dia dibawa ke penjara, sang putri
menderas air matanya. Ia menatap kepergian Yusuf dari kejauhan seraya berjanji
untuk senantiasa mengawasinya, meskipun dihalangi (penjara) oleh sang raja.
(Sinom XI: 6-8)
Demikianlah halnya dengan orang mukmin kelak di hari kiamat. Mereka
akan senantiasa dalam penjagaan Tuhan (rinaksa dera Yang Sukma) dan menda-
patkan perlindungan Tuhan (kinamulèn de Yang Widi). Sementara para seteru
Tuhan akan dibiarkan (kinênêngakên) tanpa penjagaan dan perlindungan-Nya, ke-
lak di hari kiamat (Sinom XI: 9-10).
Yusup telah berada di penjara. Di dalam sel penjara itu ia bersama de-
ngan dua terpidana lainnya; seorang penyaji minuman sang raja (juru larih) dan
penjaga pintu (patunggu lawang). Si juru larih dihukum karena didakwa hendak
meracuni raja. Sementara si patunggu lawang dihukum karena dianggap menge-
tahui rencana jahat temannya, si juru larih (Sinom XI: 11-12).
Menurut riwayat yang disampaikan oleh para ulama, ada tiga tafsir ber-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


beda berkenaan dengan lamanya Yusuf di dalam penjara. Seorang ulama menga-
takan lima tahun. Ulama yang berbeda mengatakan tujuh tahun. Sementara ula-
ma lainnya lagi mengatakan tujuh belas tahun (Sinom XI: 13).
Tuhan telah menganugerahkan segenap ilmu kepada para nabi. Nabi Nuh
diberikan ilmu syariat. Nabi Ibrahim diberikan ilmu kebatinan dan keselamatan.
Nabi Musa diberikan ilmu munajat. Nabi Khidir diberikan ilmu laduni58, mampu
mengetahui sebelum terjadi. Nabi Sulaiman diberikan ilmu mantiq, memahami
semua bahasa makhluk termasuk hewan. Nabi Yusuf diberikan ilmu yang mampu
mengetahui makna mimpi. Sang nabi utama, Muhammad, diberikan segenap
ilmunya manusia, sebagai penutup para nabi (panutub sakêwèh nabi) (Sinom XI:
14-17).
Dikisahkan kemudian tentang dua narapidana yang bermimpi. Si penjaga
pintu dan si penyaji minuman menceritakan mimpi mereka kepada Yusuf. Si pen-
58
Ilmu tentang sesuatu yang gaib melalui jalan kasyf bagi terbukanya tabir gaib.

49
jaga pintu bermimpi ngêmu59 arak (sajêng), namun rasanya seperti brem (mu-
bêram).60 Si penyaji minuman bermimpi menyunggi apem61 di kepalanya lalu pe-
nganan itu dimakan oleh burung gagak. Yusup mengajak mereka berdua untuk
memeluk agama Islam (lamun ingsun awarta sira Islama). Penjaga pintu me-
nyanggupi ajakan Yusuf untuk menjadi muslim. Lalu Yusuf menjelaskan arti mimpi
si penjaga pintu bahwa tiga hari mendatang ia akan dibebaskan dari penjara dan
diberi kedudukan oleh sang raja (sinung lungguh dènira sang nata). Si penyaji mi-
numan menolak ajakan Yusuf untuk menjadi muslim. Lalu Yusuf menjelaskan arti
mimpi si penyaji minuman bahwa ia besok akan meninggalkan penjara namun di-
rinya akan ditombak dengan besi hingga otaknya keluar dan dipatuki burung ga-
gak. Keesokan harinya, si penyaji minuman benar-benar mengalami apa yang te-
lah dinubuatkan Yusuf. Mati ditombak dan kepalanya dipatuki gagak. Si penjaga
pintu takjub akan kebenaran nubuat Yusuf. Ia pun ingin tahu tentang jati diri Yu-
suf. Yusuf lalu menceritakan asal-usulnya hingga sampai ke negeri Mesir. Maka si
penjaga pintu semakin teguh dalam memeluk Islam (sayan teguh manute agama
Islam) (Sinom XI: 18-24).
Saat si penjaga pintu itu bebas dari penjara, Yusuf memohon pertolongan
pada si penjaga pintu untuk mengingatkan pada raja bahwa ada orang yang tidak
bersalah sedang mendekam di penjara (yen ana wong winêrangka tanpa dosa).
Permohonan tolong Yusuf pada si penjaga pintu telah membangkitkan kemarah-
an Tuhan (antuk dukaning Yang Agung) hingga menyebabkan Yusuf akan tetap
berada di penjara untuk waktu yang lama karena tiada memohon pertolongan ke-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pada Tuhan (tan anêdha pitulungira Yang Sukma). Malaikat Jibril tiba dan berta-
nya kepada Yusuf, siapakah yang kuasa meloloskannya saat ia hendak dibunuh
saudara-saudaranya, yang mengeluarkannya dari sumur, dan menjaganya dari
berbuat zina. Yusuf pun menjawab, hanya Tuhan yang kuasa melakukan semua-
nya. Yusuf bertobat dan Tuhan mengampuninya. Bagaimanapun juga hal itu telah
membuat Yusuf tetap mendekam di penjara untuk waktu yang lama. Dan atas ku-
asa Tuhan pula, si penjaga pintu lupa akan pesan Yusuf kepada sang raja. Raja

59
Ngêmu adalah memasukkan air (cairan) ke dalam mulut tapi tidak sampai ditelan. Saya
tidak menemukan padanan kata ini dalam Bahasa Indonesia.
60
Brem (mubêram) adalah minuman hasil fermentasi tape yang rasanya manis dengan
aroma yang kuat. Dalam teks ini brem menunjukkan sebagai sesuatu yang manis
(menyenangkan).
61
Apem adalah penganan tradisional masyarakat Jawa yang terbuat dari tepung beras
berbentuk bulat.

50
pun juga telah lupa kepada Yusuf. Hingga Yusuf harus berada di penjara selama
enam tahun. Dalam riwayat lainnya, Yusuf mendekam di penjara selama tujuh be-
las tahun (Sinom XI: 25-32).
Sementara itu, Sang Putri Zulaikha masih memberikan perhatiannya ke-
pada Yusuf. Setiap hari ia mengirimkan seseorang yang membawakan makanan
dan pakaian untuk Yusuf. Hari-hari sang putri diliputi kesedihan, cemas akan ke-
adaan Yusuf. Sang raja tiada peduli pada keadaannya (Sinom XI: 33-34)
Selama berada di penjara, berkat doa-doa Yusuf, banyak tahanan yang di-
bebaskan dari penjara. Yusuf mengajarkan iman dan Islam kepada segenap ta-
hanan itu. Hingga saat mereka bebas, berubahlah keadaan para pesakitan itu, da-
ri gelap menjadi terang (samêya wah rupa nyang wong, kang irêng dadêya ku-
ning). Sebagian dari para tahanan yang lain memilih tetap di penjara karena me-
reka ingin dekat dengan Yusuf (Sinom XI: 35-40).
Suatu saat Yusuf melihat kafilah pedagang yang melintas di dekat pen-
jara. Atas kuasa Tuhan, seekor unta milik pedagang itu dapat berbicara kepa-
danya. Si unta mengatakan kepada Yusuf bahwa mereka baru saja datang dari Ka-
naan (Kênahan). Ayah Yusuf, Yakub, masih sangat sedih sejak ia tak lagi bersama.
Yusuf (dari dalam penjara) lalu memanggil seorang pedagang dan bertanya ke-
padanya apakah ia mengetahui tentang pohon besar yang memiliki dua belas ca-
bang, salah satu rantingnya yang kecil telah patah hingga membuat pohon itu sa-
ngat terluka. Si pedagang rupanya tahu bahwa itu perumpamaan bagi Nabi Yakub
beserta para putranya. Yusuf, tanpa memberitahu siapa dirinya, meminta peda-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


gang itu untuk menyampaikan salamnya kepada Nabi Yakub, jika si pedagang
kembali ke Kanaan. Yusuf memberikan pedagang itu sepasang gelang emas. Si pe-
dagang menyanggupi dan menerima sepasang gelang emas itu dengan suka cita.
Tak lama kemudian ia sudah sampai di Kanaan (Sinom XI: 41-48).
Pada keesokan paginya si pedagang memberi tahu Yakub bahwa ada se-
orang tahanan di penjara Mesir mengirimkan salam kepadanya. Yakub mencium
harum wewangian dari gelang yang dibawa oleh si pedagang. Yakub merasa bah-
wa itu berasal dari Yusuf. Dia lalu mendoakan pedagang yang telah menyampai-
kan pesan Yusuf kepadanya. Seusai si pedagang itu berpamitan, Yakub dilanda
kese-dihan mengingat keadaan putra terkasihnya (Sinom XI: 49-55).

51
Kasmaran - XII
Sampailah pada bagian akhir, pupuh XII, kasmaran. Lima tahun kemudian
Yusuf berdoa memohon kepada Tuhan untuk dibebaskan dari penjara (Kasmaran
XII: 1).
Sang raja telah bermimpi, tetapi ia lupa isi mimpinya. Semua cerdik pan-
dai dan orang bijak di Mesir tidak dapat mengungkap mimpi sang raja. Tiba-tiba si
penjaga pintu teringat kembali pada Yusuf dengan segenap kemampuannya da-
lam menafsir mimpi. Si penjaga pintu menyesal telah melupakan pesan Yusuf. Se-
gera setelah itu si penjaga pintu menceritakan kisahnya bersama Yusuf saat di
penjara kepada sang raja. Raja pun seketika kembali mengingat Yusuf. Ia pun me-
ngutus si penjaga pintu untuk pergi menemui Yusuf dan menanyakan tentang
mimpi sang raja (Kasmaran XII: 2-9).
Si penjaga pintu, seraya menangis menutupi mukanya (anangis tukup
wêdana), pergi menemui Yusuf di penjara. Yusuf telah memaafkan kelalaiannya.
Memenuhi pesan sang raja, Yusuf pun lalu mengungkapkan isi mimpi sang raja
kepada si penjaga pintu. Ada tujuh ekor sapi gemuk (goh papitu lêmu ika) yang di-
makan oleh tujuh sapi kurus (binukti dening goh sapta dhoseka), dan ada tujuh
lembar daun hijau (godhong ijo pitung lêmbar) dilahap oleh tujuh lembar daun
kering (binukti dening ron sapta king ika) (Kasmaran XII: 10-16).
Ketika si penjaga pintu menghadap raja dan menyampaikan isi mimpi ra-
ja, seperti yang dituturkan Yusuf, sang raja pun mengingat kembali mimpinya.
Sang raja amat bersuka cita. Semua orang diliputi kekaguman atas ketajaman ma-

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ta hati Yusuf. Sang raja memerintahkan agar Yusuf dibebaskan. Iring-iringan para
pembesar kerajaan dan prajurit dipersiapkan untuk acara pembebasan Yusuf dari
penjara. Semua itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Yusuf. Na-
mun Yusuf tidak mau meninggalkan penjara jika para tahanan lain tidak dibe-
baskan bersamanya (Kasmaran XII: 17-22)
Demikian pula halnya dengan Nabi Muhammad (Rasul Mustopa). Ia tiada
ingin masuk surga sebelum umatnya yang masih ada di neraka belum diangkat ke
surga (Kasmaran XII: 23).
Maka sang raja pun mengabulkan prasyarat dari Yusuf, semua tahanan
dibebaskan dari penjara. Yusuf pun kembali ke dalam istana. Raja amat menga-
sihinya dan menempatkannya di dampar (singgasana) istana bersama sang raja
(tunggal ing sapadmasana). Raja amat memuliakan Yusuf karena ia telah luruh
pada kesaktia Yusuf (katub ing kasaktènira) (Kasmaran XII: 24-27)

52
Demikian pula halnya dengan Tuhan yang akan memberikan kemuliaan
terhadap hambanya yang telah terbebas dari penjara du ia mêdal sêka ring
jêro pênjara ing dunya) (Kasmaran XII: 28).
Raja kemudian berjanji bahwa Yusuf kelak akan menggantikannya sebagai
raja. Raja pun berkata kepada Yusuf, diriku adalah dirimu (iya ingsun iya sira), di-
rimu adalah diriku (Iya sira iya kami). Jika sang raja tidak ada maka Yusuf sebagai
penggantinya (lamun tanana sun sira) (Kasmaran XII: 29-30).
Yusuf kemudian membeberkan makna mimpi sang raja. Mimpi tentang
sapi dan daun itu bermakna bahwa kelak negeri Mesir akan mendapatkan hasil
bumi yang berlimpah selama tujuh tahun berturut-turut. Namun tujuh tahun be-
rikutnya Mesir akan dilanda bencana kelaparan akibat paceklik. Yusuf menyaran-
kan kepada sang raja agar bersiap diri menghadapi peristiwa itu. Raja harus me-
merintahkan agar seluruh tanah Mesir untuk dijadikan lahan pertanian dan se-
mua orang harus bekerja keras melakukannya. Lumbung harus dipersiapkan un-
tuk menghadapi masa paceklik (akaryaha lumbung gêring). Demikian pula harus
dibuat êmbung (kolam penampung air hujan) (kêrangkèng wadhahe bêras)62
(Kasmaran XII: 31-36).
Raja telah memberikan segalanya kepada Yusuf. Yusuf telah memutuskan
untuk tidak kembali ke tempat asalnya. Ia telah mendapat keagungan di Mesir
dengan kedudukannya yang setara dengan sang raja (imbang-imbangan sang
pêrabu) (Kasmaran XII: 37-38).
Demikian pula halnya dengan orang mukmin. Saat ajal menjemput dan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


melihat dirinya mendapat kasih kemuliaan dari Tuhan, maka ia tak lagi ingin kem-
bali ke dunia. Telah dipenuhi dirinya dengan kasih dan kemuliaan dari Tuhan (sih
pamulening Pangeran). Sementara bagi orang kafir, musrik, dan para pendosa,
mereka akan menyesal. Ingin rasanya dikembalikan ke dunia agar bisa menjadi
muslim, teguh beribadah dan bakti kepada Tuhan (Kasmaran XII: 39-40).
Setahun setelah Yusuf dibebaskan dari penjara, sang raja memanggilnya.
Mereka duduk di singgasana bersama. Sang raja pun menobatkan Yusuf sebagai
Raja Mesir di hadapan segenap punggawa dan pembesar kerajaan. Semua mem-

62
kêrangkèng wadhahe bêras merupakan bentuk wangsalan, sebuah permainan bahasa
yang menyembunyikan makna asli dari tuturan tersebut. Kêrangkèng wadhahe bêras
rua g te pat ya eras erujuk pada kata lu u g ya g e iliki persa aa u yi
akhir de ga kata e u g . De gan demikian makna wangsalan kêrangkèng wadhahe
bêras adalah e u g kola / te pat e a pu g air di kala usi huja

53
berikan penghormatan kepada Yusuf yang telah bermahkota emas indah dan ber-
pakaian kebesaran Raja Mesir (Kasmaran XII: 41-49).
Usai penobatan Baginda Yusuf, sang raja tua pun undur diri hendak men-
jadi pertapa (bêgawan). Tiada lama kemudian sang raja tua hilang (mati?) di te-
ngah malam (ing latêri lena sang pêrabu) tanpa ada orang yang tahu (tan kuni-
ngaha dening wang) (Kasmaran XII: 50).
Di akhir kisah, Yusuf telah menjadi Raja Mesir. Bangunan istana pun di-
perbarui dengan ragam hiasan dan ukiran yang mempesona. Istana Yusuf telah
berdiri indah tiada tertandingi (Kasmaran XII: 51).

Buku ini tidak diperjualbelikan.

54
Lontar Yusup Banyuwangi
Teks pegon – Transliterasi - Terjemahan

Buku ini tidak diperjualbelikan.

55
Bismillahirrahmanirrahiim
Dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih dan penyayang

Buku ini tidak diperjualbelikan.

56
PUPUH I
KASMARAN

1 2

Wang iki milêwa kumawi Tan kabarteng tulah sêrik


Diri ini turutlah bertutur Tiada ditimpa celaka

carita Yusup ginita luputa kang sarwa ila


mendendangkan kisah Yusuf dihindarkan dari tindak nista

marmane ginurit mangko dulurêning Yang ketangong


yang telah dituliskan ini didekatkan pada Yang Maha Kuasa

carita sinungan têmbang têguhêna ing agama


kisah berlanggam tembang diteguhkan dalam agama

Buku ini tidak diperjualbelikan.


arum-arum asmara sigahning dursela
dalam wewangian asmara disimpangkan dari laku durjana

dahat bêrangtaning wong ngêrungu tuduhêning marga ayu


tertarik hati orang mendengar ditunjukkan jalan keselamatan

tutur Nabi Yusup ika nirnakêning sarwa cipta


kisah Nabi Yusuf itu disirnakan serba pikiran semata

57
3 4

Singgih nabi duta luwih Luwih abêcik sêkèhing


Sungguh nabi utusan pilihan Lebih baik daripada semua

kaliwat sih ing Yang Sukma carita liyana nira


teramat dikasihi Tuhan cerita yang lainnya

muwah Nabi Yusup kahot kocap ing jêro sastêra linge


terlebih Yusuf seorang nabi pilihan dikisahkan dalam sastra yang dituturkan

andikanira Yang Sukma wonten wong kapir ing Mêkah


telah disabdakan Tuhan ada seorang kafir dari Mekah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kunênging jêroning Qur angucap ya Muhammad
dalam kitab Al-Quran berucap, ya Muhammad

ya Muhammad angrêngeku sun anggawa tulis wahu


ya Muhammad, dengarkanlah aku membawa tulisan

caritaning Yusup ika ujar andhe-andhe ika


kisah Nabi Yusuf itu demikianlah konon kabarnya

58
5 6

Ya ta rawuh Jabra il Pandhita satêngah angling


Maka tibalah Ja ra il (Jibril) Menurut sebagian ulama

angucaping rasul ika rinatkala rasul ika


berucap kepada sang Rasul ketika sang Rasul tersebut

mawa surat Yusup age angaji arum sêwarane


segera membawa surat Yusup mengaji merdu suaranya

sarawuhireng ayunan kathah sohabat umirsa


setibanya di hadapan banyak sahabat menyimak

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tumulya tur pêranata ya ta kapir jêro Mekah
lalu berhatur sembah para kafir dari Mekah

punika jêng surat Yusup angalap upaya gupuh


inilah surat Yusuf buru-buru berupaya

nugêrahaning Yang mêring tuwan angundang maring saneman


anugerah Tuhan kepada tuan mengundang kepada yang lain

59
7 8

Sêka ring desa Jam uni Ature J r il uni


Yang berasal dari desa Jam Jibril pun berkata

kinèn amaca saloka surat Yusup dèn wacaha


disuruhnya membaca seloka bacalah surat Yusuf

ing ngarsane bêrahalane ujare pandhita kahot


di hadapan berhalanya menurut ulama terkemuka

supaya yèn angrunguwa angucaping rasul ika


supaya sama mendengarkan berkata kepada sang rasul

Buku ini tidak diperjualbelikan.


jêng rasul maca Qur an salamira Yang Sukma
sang Rasul membaca Qur an salam dari sang penguasa jiwa

sêkala Jabra il rawuh rawuh ing tuan pukulun


seketika Jibril pun tiba datang kepada tuan

marahing Nabi Mustopa dera sih ing wayah tuan


mendatangi Nabi Mustopa (Muhammad) karena kasih kepada cucu tuan

60
9 10

Sampun sira Sang Yang Widi Sapangrênge nira nabi


Tuhan telah (berkehendak) Saat sang nabi mendengarnya

anitahakêning raja anangis sah aluncana


telah menakdirkan seorang raja matanya basah oleh tangis

kang amatènana têmbe Pathimah asêru tangise


yang nantinya akan membunuh Fatimah menangis sejadi-jadinya

ing wayah paduka tuan sah pêriyatining putêreka


cucu tuan tersebut prihatin kepada putranya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sinambêlèh pêjahnya Ya ta J r il pêrapta
mati dengan disembelih Ja ra il telah tiba

kadi muwuh menda tuhu rawuhing Mustopa sampun


laksana membunuh domba telah datang kepada Mustopa

tingkahireng wayah tuan mawa surat Yusup ika


perlakuannya terhadap cucu tuan membawa surat Yusup itu

61
11 12

Datan kocapa lareki Putêra Nabi Ya kub uni


Tiada diceritakan sakitnya Putra Nabi Yakub

Nabi rasul ing putêreka kang aran Yusup punika


putri sang Nabi yang bernama Yusuf

Pathimah asêru larane Bagendha Ya kub putêrane


Fatimah sakit keras Baginda Yakub adalah putranya

tan kuningaha dening wang kang aran Bagendha Ishaq


tiada diketahui orang lain yang bernama Baginda Ishak

Buku ini tidak diperjualbelikan.


laranireng putêreka kunêng Bagendha Ishaq
sakitnya sang putri Nabi itu adapun Baginda Ishak

wontên gantining winuwus Ibrahim ingkang asunuh


tersebut ada cerita yang lain adalah putra Ibrahim

Bagendha Yusup kocapa ingaku mitêra dening Yang


cerita tentang Baginda Yusuf yang dianggap dekat dengan Tuhan

62
13 14

Risampune mêngka neki Putêra kang katilar alit


Setelahnya demikian inilah Putra yang ditinggal sejak kecil

Bagendha Yusup asanak denira sira bu nira


Baginda Yusuf bersaudara oleh ibundanya

jalu lawan estêri karo kaparnah ari sang anom


keduanya laki-laki dan perempuan adalah adik yang termuda

tunggal saibu sabapa ing Bagendha Yusup ika


tunggal seibu seayah Baginda Yusup

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Abuyamin ing nama titiga sahudhara
Abuyamin (Bunyamin) namanya ketiga bersaudara

kang estêri Janeh ranepun Buyamin ingkang waruju


yang perempuan Jani namanya Buyamin anak yang bungsu

iku tunggal yaya rena iku tunggal yaya rena


yang tunggal ayah ibu mereka seayah dan seibu

63
15 16

Kang bibêyaran sira Ra il Sanak Nabi Yusup sami


(Ibunda) yang telah berpisah adalah Rail Saudara Nabi Yusuf tersebut

kaparnah sanak kang tuwa sapuluh tunggal sabapa


ia adalah saudara tertua ada sepuluh tunggal seayah

ing Bagendha Su eb mangko sanès ibu kêkasihe


dari Baginda Suaib yang berbeda ibu

kayeku sadulur ira kang pambayun Yahud ika


mereka bersaudara yang sulung adalah Yahud (Yahudza)

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Bagendha Su eb ika sumêndhi Rubil muwah
Baginda Suaib itu bersudara Rubil (Ruwaibil ) serta

kaparnah paman ing wahu Sêma un sira Laweku


adalah seorang paman Sema u “ya u da La e La i

ing Bagendha Yusup ika Rungyalun sumêndhi nira


dari Baginda Yusuf Rungyalun (Zabalun) bersaudara

64
17 18

Akêkasih ajar iki Luwih adining suwarni


Anak bernama Ajar (Yasyakhar) amat tampan parasnya

sumêndhi Badan Naleka Bagendha Yusup ing warna


bersaudara Badan (Dan) dan Nale (Naftali) wajah Baginda Yusuf

lawan malih sumêndhine sapa tumandhing warnane


lalu ada lagi saudaranya siapa membandingkan parasnya

Jadun sumêndhi pun Arsa sêjagad tanana mimba


Jadun (Jad ) bersaudara Arsa (Asyir) di seluruh jagat tiada yang menyerupai

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sêdaya tanamadha tanduk patitisira
semua tiada yang menyamai tingkah lakunya sebanding

ing warnane Nabi Yusup linuding pawakannyalus


dengan paras Nabi Yusuf dengan perawakan yang halus

ya ta lamun pêkik dhawak kadi widadareng suwarga


yang rupawan hanya dia seorang laksana bidadara sorga

65
19 20

Pamulu lêwir mas sinangling Liringe netêra mêranani


Parasnya laksana sepuhan emas Kedipan matanya menyentuh hati

wêdananira pinangka wêdananira pinangka


roman mukanya bagaikan roman mukanya bagaikan

sunuhing wulan sang anom têtambane agêring kabèh


cahaya bulan purnama pengobat bagi yang dilanda sakit

kartika arasa dara tumingal yakti awaras


bertabur bintang gemintang menatapnya sungguh kan sembuh

Buku ini tidak diperjualbelikan.


waja yaya muntêyara irika tan pêsaja
giginya laksana mutiara tiada lain ia sesungguhnya

èsêm ira manis arum kêkasih Yang Maha Luhur


senyumnya manis menebar wangi kekasih Yang Maha Kuasa

sor madu lamun ngartika sakti tur bakteng Pangeran


memancar madu jika berujar sakti lagi bakti kepada Tuhan

66
21 22

langkung sih ira Yang Widi Risampune mêngka neki


Tuhan sangatlah kasih Setelah berlalu kemudian

ing Nabi Yusup punika Bagendha Yusup awayah


kepada Nabi Yusuf Baginda Yusuf berusia

miwah rama lan renane rolas tahun umure


begitu pun ayah dan ibunya dua belas tahun umurnya

kêlangkung asihing sira Bagendha Yusup anendêra


sangat kasih kepadanya Baginda Yusuf sedang beradu (tidur)

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tan ewun apisaha sinangulu ing rama
tiada ingin berpisah ditunggui oleh ayahnya

sanaleka tan lêyan ketung angipi Bagendha Yusup


sehingga lainnya tiada terhitung bermimpilah Baginda Yusuf

sih ira ing putêranira aneng sajêroning panendêran


cintanya kepada sang putra saat dalam tidurnya

67
23 24

Sêwapna nira ningali Awungu pajaring uni


Dalam mimpi itu nampak Terbangun di waktu fajar

sêrngenge kêlawan wulan bapa manira sêwapna


matahari dan rembulan Ayah, saya bermimpi

lintang sawêlas rowange baskara sêsangka kanon


beserta bintang sebelas jumlahnya ada bulan dan matahari

samêya asujud ing sira kêlawan lintang sawêlas


semua bersujud kepadanya dengan bintang sebelas jumlahnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dina malêm Juma at Bagendha Ya kub mujar
di kala ala Ju at Nabi Yakub pun berkata

tatkala supêning wahu mênênga kakinakingsun


tatkala mimpi itu terjadi diamkanlah anakku

Yusup murub katingalan ayêwa umung ipèn nira


Yusuf nampak berpendar cahaya jangan ceritakan impianmu

68
25 26

Sampuning apajar uni apan Nabi Ya kub iki


Telah sampai waktu fajar Nabi Yakub mengerti

Bagendha Ya kub luncana mêne yèn sira nak ira


mata Baginda Yakub bahwa kelak anak-anaknya

tumulya asêru tangise sami wêruh ing wahanane


deras mengalir air matanya akan segera tahu akan makna

awêlas mêring putêranira ipèning Yusup punika


kasihan terhadap putranya dari impian Yusuf tersebut

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lingira Ya kub ika Bagendha Ya kub ika
Nabi Yakub lalu berkata Baginda Yakub itu

ayêwa kaki putêra ningsun wor maras ing Nabi Yusup


janganlah anakku diliputi rasa kawatir kepada Nabi Yusuf

apajar ing sanakira minangka marmaning dêriya


beritahu (impianmu) pada saudaramu wujud rasa kasihnya yang dalam

69
27 28

Yusup têtakèn ing uni Irika pinajar agêlis


Bertanyalah Yusuf perlahan dibeberkan kepadanya segera

artine suwapna nira têgêse sêwapna nira


akan arti impian tersebut akan makna impiannya

bapa pajarên ambage dening rama wahanane


ayah bentangkanlah oleh ayahandanya dijelaskan

têgêse ipèn manira dadi ratu têmbe sira


makna impianku kelak kau akan menjadi raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Bagendha Ya kub mujar kabèh pêra sanakira
Baginda Yakub berkata semua sanak saudaramu

kêliwat kakêyanak ingsun kaparintah ing sang pêrabu


anakku, teramatlah akan diperintah olehmu sebagai Raja

bêcike sêwapna nira sagungane wangsa nira


baiknya impianmu itu segenap sanak kerabatmu

70
29 30

Lingira nabYa kub malih Tatkalane Yusup iki


Nabi Yakub lalu berkata lagi Tatkala sang Yusuf

ayuwa tan wêruh sira apajar sêwapneng rama


jangan tiada kau ketahui mengatakan impiannya kepada ayahnya

tuwan sih panggunggung Yang Manon tan awêruh wong liyane


Engkau diliputi kasih Tuhan tak ada orang lain yang tahu

sukura kêna dènira anging pêramesêwari nira


penuh syukurlah dirimu namun sang permaisuri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


asih mulyaning pangeran Bagendha Ya kub mawikan
atas kasih kemuliaan dari Tuhan Baginda Yakub tahu

èstu suwapna nireku kuwalon Bagendha Yusup


sungguh impianmu itu sang ibu tiri Baginda Yusuf

mapan nabi sira tuwan kêna ing pangitip ira


dinobatkan engkau sebagai Nabi telah mencuri dengar

71
31 32

Tumulya pajaring siwi Ginunem Yusup pêra sami


Kemudian diceritakanlah pada anaknya Semua mempergunjingkan Yusuf

Kang aran Sêma un ika dening para sanakira


yang bernama Samaun itu oleh semua saudaranya

Sêma un apajar age wus carêm iku sadêyane


Samaun lalu menceritakan semua telah sepakat

mêring sanakira sêdaya ayun ama kewuhana


kepada saudaranya semua hendak menyusahkannya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dadiya sami rêrasan samêya age lumampah
menjadi bahan pergunjingan berangkatlah mereka bersama

ing girya sanak panggulu mara hing Bagendha Yusup


di rumah anak yang nomor dua mendatangi Baginda Yusuf

kang aran Rubil punika samêya atakèn suwapna


yang bernama Rubil saling bertanya mengenai mimpinya

72
33 34

Atut rika yayi uni Anglujiteng jêroning ati


Bagaimana saudaraku kemarin dirasakan di dalam hati

atutur sêwapneng rama Bagendha Yusup kewuhan


ketika mengatakan impian kepada ayah Baginda Yusuf susah hatinya

yayi tuturên ambage apajaring sêwapnane


adikku ceritakanlah kepada kami kalau impiannya dikatakan

punapa sêwapna nira dadêya wong murtading rama


bagaimanakah impianmu itu ia mendurhakai ayahnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Nabi Yusup kèmêngan yèn ingsun tana warta
Nabi Yusuf merasa kerepotan kalau aku tak menceritakannya

ing dêriya anging kahetung kêna linyok awak ingsun


di hati selalu teringat maka aku berdusta

pawêkasê kangjêng rama ingsun tan arsa linyoka


akan pesan ayahandanya aku tidak ingin berdusta

73
35 36

Hirika samêya gunêki Ênêngêna wangseki


Mereka saling berembuk Tinggalkan sejenak sanak kerabat itu

kabèh para sanakira sabda rasul kang kocapa


semua saudaranya itu Sang Rasul bersabda

amèt cidêra sangkanane ing wong sadêya ngêrusak mangko


mereka hendak berlaku cela manusia yang berbuat kerusakan

sah sêka ring kang rama lampah ingkang tan yuktêya


memisahkan (Yusuf) dari ayahnya bertingkah tiada sepantasnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pêra samêya asewaka tan pindah bahning punang
semua menghadap tiada beda layaknya api

mara hing bêra rama sampun anggêsêngi ing rêbeku


mendatangi ayahnya yang membakar merusak

arsa gawa Yusup ika mêngkana manah niyaya


berkehendak membawa Yusuf menjadikan hati teraniaya

74
37 38

Yata sagunge wangseki Saputêrane Ya kub sami


Segenap sanak kerabat itu Segenap putra Yakub

pêrapta ngarsane bêra rama sinung menda sèwu sowang


di hadapan ayahandanya masing-masing diberikan seribu kambing

amamitakêna mangko anging Nabi Yusup mangko


memohonkan ijin namun demikian Nabi Yusup

ing Yusup lunga babêdhag sinungan nêm èwu dhawak


Yusup akan diajak pergi berburu diberikan enam ribu kambing

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sarwa angona menda dadi sayire sira
sembari menggembalakan kambing menjadikan yang lain iri hati

kabèh pêra sanak ireku pêra sanakira sêdarum


seluruh para saudara itu segenap sanak kerabat itu

samêya kawarisan menda arsa angajak babêdhag


semua mendapat warisan kambing hendak mengajaknya pergi berburu

75
39 40

Sapamirsa nira nabi Sawuse mêngkana dadi


Usai Nabi Yakub mendengar Maka sesudahnya kemudian

ature putêra sêdaya kabèh para sanakira


permohonan para putranya itu segenap sanak saudara itu

kang wêdana wênês tinon ayun angêpung sanake


raut mukanya pucat pasi mengerubungi saudaranya

angganira dharêdhêgan angajaka marang wana


badannya gemetar mengajak pergi ke hutan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


agathik wajanira ing Yusup kang pêra sanak
giginya bergemeretak kepada Yusuf oleh para saudaranya

wus wikan Bagendha Ya kub pamiting putêra wus wêruh


Baginda Yakub telah mengetahui pamitnya para putra telah diketahui

yèn ingupaya nak ira tingkah ireng tan yuktêya


jika anaknya hendak diperdaya hendak berlaku tiada semestinya

76
41 42

Mapan Nabi Ya kub iki Tan pawèh ingsun mênawi


Bahwasannya Nabi Yakub itu Tak kubolehkan jikalau nanti

Nabi sinungan paningal dinêmêk ing macan alas


Nabi yang memiliki ketajaman mata hati diterkam harimau

dènira sira Yang Manon sinêrang Nabi Yusup alon


yang diberikan Tuhan dijelaskan pelan kepada Nabi Yusup

dêlingira Ya kub ika dening sanak samadaya


Baginda Yakub berkata oleh para saudaranya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing putêra samadaya manira rumêksaha
kepada semua putranya kami yang akan menjaga

tan pawèh yèn anak ingsun mêne ing yayi ngong Yusup
tak kubolehkan jika putraku nanti adik kami Yusuf

dera gawa sabeng wana mêngkana ture sêdaya


kalian bawa pergi (berburu) ke hutan demikian kata para putra semua

77
43 44

Sawuse mêngkana dadi Tur sira sarwa mèngêti


Setelah demikian itu Berkata sambil memperingatkan

Bagendha Yusup binakta Nabi Ya kub ing atmaja


Baginda Yusuf dibawa Nabi Yakub kepada anak-anaknya

dening para sanak kabèh ayêwa tan karaksa kabèh


oleh para saudaranya semua jangan ada yang lepas menjaga

binakta lunga babêdhag puma sira ayêwa pacowan


dibawa pergi berburu jika kalian lalai maka akan kecewalah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sawusira aneng marga kaliwat marmaning wang
setelah sampai di jalan aku teramat sangat karenanya

anututi Nabi Ya kub mêne ing putra ngong Yusup


Nabi Yakub mengikutinya jika anakku si Yusup

pijêr anguntaping marga mênawa dinêmêk ing macan


mengantarkannya sampai di jalan sampai dimangsa harimau

78
45 46

Anêngakêna rumehin Wus angrasa Ya kub iki


Tingggalkanlah sejenak Yakub telah merasa

sabdaning Yang kang kocapa yèn luput tumulya tobat


Dikisahkan Tuhan telah bersabda jika ia salah lalu bersegera tobat

adhawuhing Ya kub age anêlangseng jêro dêriyane


Dia berkata kepada Yakub menderita di lubuk hatinya

mulane sira tan asêrah kaluputaning wêncana


disebabkan kau tiada mau berserah diri telah salah dalam berucap kata

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sira datan pêrcaya karo enggala tobat
kau tiada percaya hingga bersegeralah ia tobat

saking ing pangraksaningsun dening tan asêrah Yang Agung


atas penjagaanku terhadapYusuf karena tiada berserah diri kepada Tuhan

kaliwat kasilib ira pijêr amèngêting anak


kau kelewat lupa diri hanya selalu teringat akan anaknya

79
47 48

Bagendha Yusup winarni Sêkala wahu miharsi


Alkisah Baginda Yusup Ketika ia mendengar

ginanti sinunggih wayang Yusup binakta babêdhag


ia dipanggul bergantian Yusup dibawa berburu

dening para sanak kabèh dening para sanak kabèh


oleh para sanak saudaranya oleh para sanak saudaranya

tatkala katoning rama mêlayu nututi sira


saat nampak oleh ayahnya ia pun mengejarnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sanake èstêri tunggal tinututakêning rama
saudara perempuan (Yusuf) disusul oleh ayahnya

angipi Bagendha Yusup nangis wêlasing Nabi Yusup


bermimpi tentang baginda Yusup menangis kasihan terhadap Nabi Yusup

tiba ing cangkême macan sanak kang èstêri punika


masuk ke dalam mulut harimau saudara perempuan itu

80
49 50

Lingira NabêYa kub aris lah nini sampun anangis


Ayahnya berucap dengan lembut Oh anakku jangan menangis

marang putêra èstêri ika kang putêra atur pêranata


kepada anak perempuannya itu sang anak berhatur sembah

kolèhira nangis radèn rama pira tangis ing wong


mengapa engkau menangis anakku ayah seberapalah artinya tangisku ini

pamuhunira mêlas arsa luwih paduka jêng rama


tangismu menyayat hati lebih dari ini, Ayahanda

Buku ini tidak diperjualbelikan.


umatur putêranira pamular paduka tuwan
menjawablah anaknya itu derasnya airmata ini, Ayahanda

datan liyan Nabi Yusup ing pamular amba sampun


tiada lain karena Nabi Yusup derasnya airmata hamba telah

pinangka paraning waspa lêpas tan kadulêweng rama


yang menyebabkan airmata ini menetes lepas (usai ) tanpa diketahui Ayahanda

81
51 52

Anêngêna putra èstêri Yèn sampun padha matèni


Tingggalkan cerita anak perempuan itu Jika telah usai membunuh

kocapa mêne dening wang payo pêra samêya atobat


dikisahkan kemudian mari semua segera bertobat

sanak kangabakta kabèh ananêdha ing Yang Manon


para saudara yang membawa bermohonlah kepada Tuhan

ing Yusup lunga babêdhag pangapuraning Pangeran


Nabi Yusuf untuk pergi berburu akan pengampunan-Nya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sapêraptanireng wana ing tingkah tan yuktêya
ketika sampai di hutan atas laku yang tiada pantas

sêja matènana wahu punika wong dusa agung


sengaja hendak dibunuhnya demikian itu adalah dosa besar

ing Yusup kang para sanak saking panggêrêking syethan


Nabi Yusuf oleh para saudaranya berasal dari bisik rayuan setan

82
53 54

Anêngakêna rumehin Saking parmaning Yang Widi


Tingggalkanlah sejenak Atas kehendak Tuhan

wong Bani Syêrail kocapa rawuh punang iblis la nat


Diceritakanlah tentang seorang Bani Israil datanglah si iblis laknat

atapa lintang baktine anjênênging mihrab kanon


sedang bakti bertapa ia berdiri di mihrab

rolas tahun laminira tumulya gêlis sinambêrama


dua belas tahun lamanya ia lalu segera menyapa

muji ngaji puwasa sapa sira mêring amba

Buku ini tidak diperjualbelikan.


memuja, mengaji, dan berpuasa siapakah kau ini yang mendatangiku

dadi kapingin ing wahu linging punang iblis ingsun


karena ia memiliki kehendak berkata si iblis, aku ini hendak

wikana ingbêlis la nat apajaring umur tuwan


untuk mengetahui tentang iblis laknat memberi tahu tentang usiamu

83
55 56

Wêruhan ta sangatapi Lêhêng arerena kami


Ketahuilah sang pertapa Baiknya kuhentikan (samadiku) ini

umurira iku tuwan anuwukêna sakarsa


bahwa umurmu itu puaskan dulu segala nafsuku

kantun kalih atus mangko rasukana awak ing wang


tinggal dua ratus tahun lagi hingga merasuk dalam diriku

tumulya muksa pun la nat yèn parêk lalisa tobat


lalu tiba-tiba lenyaplah si laknat itu jika dekat kematian baru bertobat

ya ta sang wahu tapa lunga sang wahu tapa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


maka si pertapa maka pergilah si pertapa itu

amicarêng têyasepun tumulya lampah dhustheku


bergumam dalam lubuk hatinya lalu melakukan segala tingkah nista

lagi tangèh umur ing wang nuwuki sakarsanira


panjang juga umurku itu puaskan segala nafsunya

84
57 58

Ya ta pandhêm anglampahi Ya ta pêra sanak ireki


Ajal pun menjemputnya Begitulah para sanak saudara (Yusuf) itu

ma siyat sang wahu tapa lêpas dènira lumampah


saat sang pertapa itu berlaku maksiyat telah jauh mereka melangkah

tan kahur patobat nyang wong saking parnahe ramane


tiada sempat berlaku tobat dari kediaman ayahandanya

punika puhara nira Bagendha Yusup punika


demikianlah ternyata akhirnya Sang Baginda Yusuf

ing wong lampah ma siyat sarawuhireng wana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


orang yang berlaku maksiat setibanya di tengah hutan

nikarakên tobatepun tinêdhunakên ing riku


mengingkari akan tobatnya diturunkanlah di tempat itu

punika puhara nira Yusup sêka ring êmbanan


demikianlah ternyata akhirnya Yusuf dari gendongan

85
59 60

Risampune mêngkaneki Kabèh pan arsa matèni


Setelah itu kemudian Semua hendak membunuhnya

Yusup wahu sinangsara sêdaya anarik pêdhang


Yusuf pun dibuat sengsara semua menghunuskan pedang

dening para sanak kabèh Yusup kèwuhan manahe


oleh para sanak saudaranya Yusuf bersedih hatinya

ingèrèd tinarik sira wusana mèsêm tumingal


ia diseret dan ditarik akhirnya ia tersenyum

ingunusakên pêdhang tingkahireng pêra sanak

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dihunuslah pedang melihat kelakuan semua saudaranya

dening Sêma un mêlayu sinapa Bagindha Yusup


oleh Samaun, maka berlarilah ia (Yusup) disapalah Baginda Yusuf

angungsi sanak kang liyan dening sanak kang atuwa


pergi menemui saudaranya yang lain oleh saudara sulungnya

86
61 62

Ingkang aran Yahud iki marmamya mèsêm inguni


Yang bernama Yahuda itu Mengapa aku tersenyum ini

angapa kolèhe sira ana sêmuning Pangeran


apa sebabnya engkau karena ada isyarat Tuhan

têka mèsêm sira dene Sema un sumahur age


tiba-tiba tersenyum Samaun segera menyahut

angarapaken pralaya paran sêmuning Pangeran


padahal kematian telah di depanmu apa isyarat dari Tuhan itu

angapa mèsêm sira wahu kang pêrapteng sira

Buku ini tidak diperjualbelikan.


apa sebabnya engkau tersenyum yang tadi mendatangi dirimu

sumahur Bagendha Yusup lingira Bagendha Yusup


Baginda Yusuf menjawab Baginda Yusuf berkata

ing sanakira sêdaya uni amba ngandêling tuwan


kepada semua saudaranya aku terlalu bergantung pada kalian

87
63 64

Dêling wong sawiji-wiji Angrasa kawêlèh kami


Masing masing mereka mendengarkan Diriku merasa dihempaskan

pangawasanira sama cipta amba ngandêling tuwan


mengawasinya dengan seksama diriku hanya mengandalkan pada kalian

sapa niyayaha ringong tan angandêling Yang manon


siapa hendak menganiayaku tanpa bersandar kepada Tuhan

wangsaningsun sami gagah ya to tiniban dening Yang


saudaraku semua yang gagah-gagah maka Tuhan menimpakan ini kepadaku

ing mangke sami tuwan sudhara kang atuwa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang nantinya kalian Saudara yang paling tua

arsa matenana ingsun dadêya wêlasing Nabi Yusup


hendak membunuhku jatuh kasihan kepada Nabi Yusuf

iku mula mesem amba ena wangkukuhi sira


hal itu telah membuatku tersenyum ia berbalik melindungi Yusuf

88
65 66

Sêdaya sanak napa gêlis Ing wong anguwahi jangji


Semua saudara segera bertanya Aku mengkhianati kesepakatan

mara hing sanak panuwa ala nora yen duduwa


kepada si saudara sulung bukan hal buruk jika aku menolak

angapa jêngira mangko lamun sira paksa kabèh


mengapa kau sekarang kalau sekarang kalian memaksa

anguwahi pangubaya padha arsa matènana


mengkhianati janji semua hendak membunuhnya

inguni tan mêngkana tan pawèh ingsun tuwan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kesepakatannya bukan begitu tiada akan kuijinkan

sira Hud mangke sumahur yèn sira matèni Yusup


berkatalah si Yahuda kalau kalian membunuh Yusuf

nora minongka duduha manira wisana pisan


bukannya karena aku menolak maka bunuhlah aku sekalian

89
67 68

Mênêng padha salin jangji Kahum Nabi Dawud iki


Terdiam semua berganti kesepakatan Ia salah seorang kaum Nabi Daud

kabèh para sanakira kang tapeng jêro têlaga


semua para saudaranya yang bertapa di dalam telaga

arsa manjingêna kabèh wontên dening kêkasihe


semua hendak memasukkan (Yusuf) adapun nama si pertapa itu

ing têlaganira Syadat anênggih sira Yahuda


ke dalam telaga Syadat ia bernama Yahuda

kocapa sang wahu tapa wong alawas ing kuna

Buku ini tidak diperjualbelikan.


alkisah ada seorang pertapa orang kuno di masa silam

ing jêro têlaga sampun marmanira atapa ngêrungu


yang telah berada di dalam telaga sebabnya ia bertapa karena mendengar

sèwu tahun umurira tutur Nabi Yusup ika


seribu tahun usianya tentang kisah Nabi Yusuf

90
69 70

Sapolahe Yusup iki Ya ta katarimeng Widi


Segala perikehidupan Yusuf Maka dikabulkanlah oleh Tuhan

kêlawan pêra sanakira panêdhane sang wahu tapa


bersama sanak saudaranya permohonan sang pertapa itu

muwah rupa sêru pêkike sinêmbadan sakarsane


dengan wajahnya pula yang amat dipenuhi kehendaknya
tampan

dadi sira ngêrêngên sêwara


ya ta nanêdhèng Pangeran maka ia mendengar isyarat suara
maka ia bermohon kepada Tuhan

wong atapa ngandikan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


punang atapa ika berkata agar sang pertapa
sang pertapa itu

lungaha mêne gêlis sampun


ayun wêruh ing Nabi Yusup segera pergilah
ingin bersua dengan Nabi Yusuf

mêring têlaganira Syadat


sampun age mati amba menuju telaga Syadat
janganlah aku mati terlebih dahulu

91
71 72

Ya ta lunga sangatapi Lawan dian murub iki


Maka pergilah sang pertapa Dengan api (cahaya) yang menyinari

ing têlaganira Syadat tanana sumbu lan lênga


menuju telaga Syadat tanpa ada sumbu ataupun minyak

pêraptanira wus aneng jêro gumantung sirna canthèle


setibanya ia di dalam telaga tergantung tanpa ada pengaitnya

têlaga angering reka sinadêyakên ing Pangeran


di tepian telaga meneguhkan niat telah disediakan oleh Tuhan

sarta karya ibadah ing wong atapa ika

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sambil menjalankan ibadah kepada sang pertapa itu

kang pinangka buktinipun sêmono kagunganepun


sebagai makanannya demikianlah besarnya

wontên dalima sumadêya asih kêrana Pangeran


terdapat buah delima kasih sayang dari Tuhan

92
73 74

Kocapa Yusup anênggih Kêpanggih sangatapeki


Dikisahkan sang Nabi Yusuf Bertemulah dengan sang pertapa

tinibakêning têlaga pernahireng jêro têlaga


dijatuhkan ke dalam têlaga sang Yusuf di dalam telaga

binuwanging kêdhong nyang wong sang tapa alon ujare


dilemparkan ke dalam jeram sang pertapa berkata pelan

lumêmpat sarwi tah sira ya Nabi ingsun alama


maka melompatlah ia sambil ya Nabi aku telah lama

sidhakêp mêngkul dhadha ulun unênging tuwan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bersedekap memeluk dada memikirkan akan diri tuan

mênggah marsah Nabi Yusup kêlangkung wong ngayun-ayun


teguh berserah diri sang Nabi Yusup teramat sangat aku berharap

sarwi angudud ambêkan tan kêpanggih marang tuwan


sambil menarik napas tiada juga dipertemukan dengan tuan

93
75 76

Paduka nambani bêrangti Kinarya lantaran saking


Engkau telah mengobati kerinduan Semua hanya bisa terjadi melalui

ing nala ingsun pangeran sapolahe sanak tuwan


yang ada dalam hatiku tindak laku sanak saudaramu

sampun salah cipta anggèr sampun karsaning Yang Manon


jangan keliru pikir, anakku telah ditakdirkan oleh Yang Kuasa

ingala wangsa jêngira paduka nèng jêro têlaga


segala laku cela saudaramu engkau berada di dalam telaga

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Iku darma punapa kêrana dening dunga
Itu semua karena darma (kewajiban) disebabkan oleh doa

sampun tuwan awarteku hamba nanêdhèng Yang Agung


usah tuan ceritakan yang kumohonkan kepada Tuhan

ingalane sanak tuwan kapanggiha lawan tuwan


laku cela saudara tuan agar dipertemukan dengan tuan

94
77 78

Risampune apêpanggih Tan kocapa Yusup nênggih


Setelah bertemu muka Tak diceritakan tentang si Yusuf

sang tapa wahu pêralaya kocapa kang para sanak


sang pertapa tersebut melepas nyawa alkisah para sanak saudaranya

layon binêcikên age pagunêman sadulure


jasadnya segera disucikan mereka semua berembuk

kinubur dening mala ikat rèhanira sung wuninga


dikubur oleh malaikat mereka berusaha untuk mengabarkan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


aganti ginantêyan mangke ing rêramanta
maka bergantianlah nanti kepada ayahandanya

pêrnahira sangaweku yèn sampun bagendha Yusup


tempat sang pertapa itu (ditempati) jika Baginda Yusuf telah

ing bagendha Yusup ika pinanganing asu alas


oleh Baginda Yusuf dimangsa anjing hutan

95
79 80

Samêya ngalap cidêra malih Yata sami mantuk agêlis


Semuanya kembali berlaku dusta Mereka pun segera pulang

darapun kandêling rama pêrapteng wisma waktu ngisa


terhadap kepercayaan ayahandanya sampai di rumah waktu Isyak tiba

kulambine Yusup age sami marêk ing ramage


bajunya Yusuf segera semua segera menghadap ayahandanya

ingurapan rahing menda sapêrapta nireng ayunan


dilumuri dengan darah kambing setibanya di penghadapan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pinangka tilasira sarêng pênangisira
sebagai pertanda seraya semuanya menangis

yèn sampun Bagendha Yusup matur yèn Bagendha Yusup


bahwa Baginda Yusuf telah berkata bahwa Baginda Yusuf

pinanganing macan alas pinanganing asu alas


dimangsa macan hutan dimangsa anjing hutan

96
81 82

Sarêng awawarta malih Nabi Ya kub miharseki


Bersama pula mereka berkata Nabi Yakub mendengarkan

anglirokên polahira aturira kang atmaja


menyalahkan perbuatan mereka apa yang disampaikan para putranya

padha lalêpasan kabèh sedalu karuna wirong


karena semua telah lalai semalaman ia dilanda duka

pan manira tatuwêkan kêpati-pati alara


(sibuk) menombaki hewan buruan sedih tiada terperi

kari pun Yusup dhawak kaliwat tangisira

Buku ini tidak diperjualbelikan.


meninggalkan Yusuf sendirian tangisnya membuncah

bêbak tan sami tinunggu sêdhêngira waktu subuh


terluka tiada yang menjaga hinggga waktu subuh

iku mulane dinêmak anglilire nangisira


demikian ihwal mulanya ia dimangsa tangisnya berhenti

97
83 84

Sapanglilirira linggih Yata winêtoken agêlis


Seusai berhenti tangisnya ia duduk Maka dikeluarkanlah

tumoning kulambi nira kulambine Yusup ika


menatap baju (Yusuf) baju si Yusuf itu

nêhêr angandika alon kang apulang ludirane


lalu ia berucap pelan yang dipenuhi dengan darah

kaya tan èstu ing warta nêhêr sapa ningalira


seperti ada yang ganjil dengan cerita itu lalu ia amat-amati

anak ingsun pinangan ing kulambi apulang rah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bahwa anakku dimangsa baju yang bersimbah darah itu

ing macan saburi ningsun anangis sangsaya asêru


macan, lalu meninggalkan ia menangis sejadi-jadinya

ing sira kakêyanak ing wang wusing mênêng tiningalan


(baju) anakku itu lalu diam saat memperhatikan (baju itu)

98
85 86

Mèsêm Nabi Ya kub iki Lingira NabêYa kub uni


Maka tersenyumlah Nabi Yakub Nabi Yakub pun berkata

tumoning kulambi nira kêrana ningsun tumingal


saat memperhatikan baju tersebut karena aku melihat

wutuh tanana sêbite kulambine anak ingong


utuh tanpa ada yang robek baju anakku itu

sami matur putêranira mêlês gêtih kayes tuwa


maka bertanyalah para putranya penuh darah yang memerah tua

punapa polah tuwan anak ingsun pinangan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ada apa dengan ayahanda anakku dimangsa

wahu rama nangis asêru ing macan dadêya gumuyu


baru saja ayahanda deras menangis oleh macan, yang buatku tertawa

mangke gumuyu lêwir bêrangta tumoning kulambi nira


kemudian tertawa seperti orang gila setelah mengamati baju itu

99
87 88

Wutuh datan sêbit uni Mêngkana wong amarêking


Utuh tiada yang robek Demikianlah orang yang dekat dengan

nyana ningsun samadaya Pangeran sayan kêtara


menurut apa yang kupikirkan Tuhan akan terlihat

lalinyokan ing ujare kang akèh ma siyate


bohong cerita itu yang banyak berbuat maksiat

pinangan ing asu alas tandhane kêwèh dosanira


(Yusuf) dimangsa anjing hutan pertanda banyak dosanya

lamun èstu pinangan ing wong tan nandhang dosa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


jika benar ia dimangsa orang yang tiada menyandang dosa

pênganggene anak ingsun abênêr ing tohid epun


baju yang dipakai anakku benar dalam tauhidnya

kabèh mongsa tan sirnaha duka ciptane wus sirna


semua akan tiada yang tersisa disirnakan dari duka lara

100
89 90

Mêngkana mu min ningali Ilang pêriyatining ati


Demikianlah orang mukmin melihat Akan sirna duka hati

sarirane punang dosa dene angandêl sih ing Yang


badan yang berdosa karena percaya akan kasih Tuhan

kadi tingkahe wong tumon pangapuraning Yang Manon


seperti tingkah orang yang melihat mendapat ampunan dari Tuhan

ing kulambi apulang rah kawula bênêr tuhidnya


pada baju yang bersimbah darah manusia yang benar tauhidnya

pêriyatining kaliwat ya ta sira suh sirna

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sedih yang berlebih maka sekarang sirnalah

yèn dinulu qalbunepun ilang pêriyatining qalbu


jika ditelisik ke dalam jiwanya lenyap duka lara di hati

lamun bener tohidira dene angandel sih ing Yang


telah benarkah tauhidnya karena percaya akan kasih Tuhan

101
91 92

Para putêra matur aris Mapan putêra iku sami


Para putra berkata lagi Segenap putra semuanya

sarêng para sanakira tan wikan yèn macan alas


bersama segenap sanak saudaranya tiada tahu jika sang macan

bapa mêne sun sikêpe bisa arêrasan nyang wong


Ayahanda, kami akan tangkap dapat berbicara kepada manusia

punang macan iku bapa lan Bagendha Ya kub ika


macan itu, Ayahanda kepada Baginda Yakub

Bagendha Ya kub mujar mapan lamun wikana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Baginda Yakub berujar seandainya mereka tahu

abêcik sikêpên lamun mangsar sasira wahu


baiknya kamu tangkap, jika tiada mungkin mereka itu

kêna aturêna ringwang angaturakên mêring rama


telah tertangkap bawalah kepadaku menghaturkan kepada ayahandanya

102
93 94

Mêngkana malih ing binjing Irika asta nirangling


Demikianlah kelak Kedua tangannya berkata

ing ari kiyamat ika angaku lamun duraka


pada saat hari kiamat mengaku jika digunakan berbuat cela

anglakoni kang tan sarèh pada nira matur age


yang berlaku tiada sabar kedua kakinya pun akan berkata

ma siyat linging tingkah lamun sira ma siyat


berbuat penuh maksiat jika digunakan berbuat maksiat

pinariksa ing ngastana sagunge panggahota

Buku ini tidak diperjualbelikan.


diperiksa di alam kubur segenap anggota badannya

tananganggo pulah epun sêdaya sami angaku


tiada bisa mengelak semua akan bersaksi

lamun akarya ma siyat kawêlèh ingawak dhawak


jika telah berlaku maksiat maka dirinya laksana terhempas

103
95 96

Sami mangkat putêra sami Bagendha Ya kub lingnyaris


Berangkatlah segenap para putra Baginda Yakub berkata pelahan

ambêburu punang macan ing asu alas tah sira


memburu sang macan kepada anjing hutan itu

dadêya manggih sira age kolèhe tah sira mangko


jadilah mereka menemukan mengapakah engkau

punang macan iku tuwa mangan rare cili ika


macan yang sudah tua memangsa anak kecil itu

wajanira tur sirna tanana wêlasira

Buku ini tidak diperjualbelikan.


giginya pun telah tanggal tiada rasa belas kasihmu

sinikêp tinalèn sampun amanganing anak ingsun


diringkus dan diikatnya telah memangsa anakku

ingaturakêning rama kaliwat sih alanira


diserahkan kepada ayahandanya sungguh keji keburukanmu

104
97 98

Saking parmaning Yang Widi Para putêra mênêng sami


Atas kasih Yang Kuasa Para putra terdiam

mara ingkang punang macan mirsa aturireng macan


kepada sang macan mendengar ucapan sang macan

bisa nahuri sabdane sami kucêm rêrahine


bisa menjawab ucapan pucat kusam wajah mereka

ing Bagendha Ya kub ika dêlingira Ya kub ika


dari Baginda Yakub Yakub pun berkata

matur nênggih kawula angapa sira tan warah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


hamba hendak bicara mengapa kau tak memberitahu

botên amba bukti iku kolèhe yèn sira wêruh


hamba tiada memakan kalau kau tahu

ing putêra jêngira tuwan polahe nora wawarah


putra dari tuan sebab apa tiada memberitahu

105
99 100

Punang macan nuwun runtik Ing kinamba mirsa nabi


Sang macan memohon tiada dimarahi Dahulu tersiar seorang nabi

ajêrih kawula tutura sêka ring iyang paduka


hamba takut menyampaikannya dari kakek paduka

mênawa ingaran mangko Bagendha Ibrahim linge


kalau nanti disangkakan Baginda Ibrahim berkata

angadu-ngadu pitênah wong linyok agung panarka


mengadu membuat fitnah orang berdusta besarlah dakwaannya

dening putêra paduka mêngkana wong umirsa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


oleh para putra paduka demikianlah yang didengar orang

punikamba jêrih kêlangkung kêdhahar Bagendha Ya kub


hamba teramat takut Baginda Yakub mencerna

angadu-ngadu pitênah aturira punang macan


mengadu membuat fitnah perkataan sang macan

106
101 102

Dinukan dening Yang Widi macan punika wot sari


Akan dimurkai oleh Tuhan Sang macan menghaturkan sembah

tan pinanjingakên suwarga amba punika mardesa


tiada ditempatkan di sorga hamba ini dari desa

ing wong adu-adu kabeh sêka ring Mêsir ketangong


orang yang mengadu domba sesama dari negeri Mesir

punika ajêrih kawula angulati anak amba


hamba demikian takutnya sedang mencari anak hamba

Bagendha Ya kub mirsa nulya sinikêp amba

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Baginda Yakub menyimak lalu hamba ditangkap

ing macan dadêya gumuyu dening wong ingkang bêburu


(ucapan) macan membuatnya tersenyum oleh para pemburu

ingêndi pinangkanira macan matur ing Bagendha


dari manakah asalmu ujar sang macan kepada Baginda Ya ku

107
103 104

Ujaring awarteng kami Tanangenum tanabukti


Kabar yang hamba dengar Tiada minum tiada makan

anênggih anak manira amba tan kêna anendêra


anak paduka hamba tiada bisa tidur

panarsa binunuh mangko saking damamba anglayon


hendak dibinasakan dikarenakan kebodohan hamba

dadêya sapangrêngên amba kangên ingwang tan kêpadhan


demikian yang hamba dengar rindu (pada anak) tiada terkira

wawartane ika tuwan Bagendha Ya kub ika

Buku ini tidak diperjualbelikan.


demikianlah ceritanya Baginda Yakub itu

pêriyatin tan kêna turu anangis sangsaya asêru


susah hati tiada bisa tidur menangis semakin deras

pitulas dina amba kangêning sira nakira


tujuh belas hari lamanya hamba rindu kepada anaknya

108
105 106

Hirika atakèn aris Bagendha Ya kub ngandikaris


Ia bertanya pelahan Baginda Yakub berkata pelahan

Bagendha Ya kub ing macan mulane sira tan warah


Baginda Yakub kepada sang macan mengapa kau tak memberitahu

sira angêrungu wartane aturira macan alon


apakah engkau tahu kabarnya kata si macan pelan

pêrnahe putêra ngong ika ajêrih amba wawartaha


dimanakah putraku itu hamba takut mengatakannya

ature macan ana mênawa ingaran iya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sang macan berkata bahwa ia tahu jika nanti disangkanya

amba tumingaling wahu angadu-ngadu pukulun


hamba melihatnya hamba mengadu paduka

ing atmaja jêng paduka ing putêra tuwan sêdaya


putra paduka itu dengan para putra tuan

109
107 108

Kêrana pitênah uni Macan punika wot sari


Karena fitnah ini Sang macan berhatur sembah

kêna dukane Pangeran lamun tuwan nanêdheng yêwang


bisa mendapat murka Tuhan jika tuan memohon kepada Tuhan

angandika Ya kub alon amba nanêdheng Yang Manon


Yakub berkata pelan hamba pun memohon kepada Tuhan

sun panêdhakên tah sira muga papanggêya lawan


kudoakan dirimu moga tuan dipertemukan dengan

sangkanta pêpanggêya atmaja jêng tuwan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


moga-moga kau dipertemukan sang putra tuan

kêlawan anakireku wus samêya nanêdheng sampun


dengan anakmu telah sama saling mendoakan

muga sira têtêmuha kalih Nabi Ya kub ika


semoga kalian dipertemukan bersama dengan Nabi Yakub itu

110
109

Hirika luwaran sami


Mereka bersama-sama keluar

Nabi Ya kub lawan putêra


Nabi Yakub beserta para putranya

macan punika mit mangko


sang macan pun lalu berpamitan

Bagendha Ya kub kawarna


Dikisahkan Baginda Yakub

ananêdha ing Sukma

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bermohon kepada Tuhan

raksanên Bagendha Yusup


moga dilindungilah Baginda Yusuf

Tuwan asungana rahmat


Tuhan limpahkanlah rahmatmu untuknya

111
PUPUH II
DURMA

1 2

Ana cêrita Kaping tiga


Ada sebuah kisah Yang ketiga

satu manjing ing suwarga Sona tapeng turwa


tentang binatang yang masuk sorga Anjing yang bertapa

lalima gung anênggih ashibul kahpi malih


semuanya ada lima bersama Ashabul Kahfi

sawiji su alas kang darma sêdhahan


pertama adalah macan yang berlaku kebajikan

kangabisa rêrasan kaping pat balgêdaba

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang bisa berbicara keempat adalah balgedaba (bagal)

maturing NabêYa kub uni nira ji ping lima malih


bercakap dengan Nabi Yakub milik Muhammad, yang kelima

kapindho onta turangganira


yang kedua onta kuda miliknya

nira Bagendha Solih Bagendha Rasul luwih


milik Baginda Soleh Baginda Rasul pilihan (Muhammad)

112
PUPUH III
KASMARAN

1 2

T ko p Y ku iki Abongsa wong Arab iki


Tiada di eritaka te ta g Ya ku Ia seorang berkebangsaan Arab

Bagendha Yusup kawarna ing nêgareng Mêsir ika


Dikisahkan Baginda Yusuf dari negeri Mesir

tigang dina lamining jêro dok sira lagi alite


tiga hari lamanya di dalam saat ia masih kanak

ing têlaganira Syadat sarngenge kèpi dènira


di dalam telaga Sadat ia bermimpi tentang matahari

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ya ta wontên adhagang umanjing aneng asta
ada seorang pedagang ada di telapak tangannya

akakasih Malik wahu nuli winêtokên sampun


bernama Malik kemudian dilepaskan

dahar kangadarbe putêra baskara wahu dènira


putra seorang saudagar olehnya matahari itu

113
3 4

Jinênêngakên ngarseki Rasane sêwapna uni


Berdiri di hadapannya Mimpi itu serasa

wontên malih mêga pêthak kaya ing bumi Kênahan


terdapat juga mega putih seolah terjadi di bumi Kanahan

tiba sumamburat awor parnahe baskara kanon


jatuh semburat bercampur adanya matahari itu

nuli dadi muntêyara tumurun kayeng Kênahan


lalu menjelma mutiara turun seperti di Kanahan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


depun pilihi muwah ya ta maring pandhita
kemudian dipungutnya didatanginya seorang bijak ilmu

winadhahan pêthi sampun atakèn wahananepun


disimpannya dalam peti untuk menanyakan tafsir (impian)

sapatanginira ngucap tuwan wartanana amba


saat terjaga ia berucap tuan, beritahulah hamba

114
5 6

Atutur sawirasaning Sinungan dinar kêkalih


Lantas diungkapkanlah Diberikanlah dua keping uang dinar

ipèn nira sang pandhita sang pendhiteku dènira


impiannya kepada sang pandita kepada sang pendeta tersebut

Hirika lawan ujare ya ta winartakên age


maka berkatalah (sang pandita) segera dibeberkanlah kemudian

nurengsun arsa ing arta wahanane kang sêwapna


tiada maksudku mendahului kejadian makna impiannya itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wahanane ipènira ing têmbe nêmu sira
(terhadap) makna impianmu itu kelak di kemudian hari akan kau jumpai

nanging sih ing cipta ningsun rare pelag warnanepun


namun menurut yang kupikirkan seorang anak tampan rupawan

abêcik sêwapnanira akèh angaku kawula


impianmu amatlah baiknya banyak orang mengabdi kepadanya

115
7 8

Lawan sira suka sugih Manjing sêwargeku binjing


Kau akan dilimpahi kekayaan Ditempatkan kelak di dalam surga

dening rare alit ika sêka ring rarêyalit ika


atas perantara anak kecil itu atas perantara anak kecil itu

tumêkeng lèrira têmbe kasugêyan nira têmbe


sampai saatnya tiba kelak kelak kekayaanmu itu

tan pêgat sira ing ngucap têkeng anak putunira


janganlah putus berucap (syukur) hingga menurun ke anak cucumu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


têkeng ari qiyamat têkeng yomil qiyamat
hingga hari kiamat hingga datang hari kiamat

saking bêrkating rareku saking bêrkating lareku


dikarenakan atas berkat anak kecil itu dikarenakan atas berkat anak kecil itu

luput ing api nêraka mêne sira ngulatana


diluputkanlah dari api neraka maka pergi dan carilah ia

116
9 10

Sarwi daganga den agêlis Sigêra riyangkat tumuli


Bersegeralah pergi seraya berniaga Segeralah berangkat kemudian

puma kaki ulatana pun Malik wahu lumampah


pergi dan carilah berpergianlah sang Malik itu

sang desa kêparêk age akèning titiyang alon


dari desa yang paling dekat menyuruh orang-orangnya

ruruhên ayêwa kêliwat medalakêning dagangan


amatilah jangan sampai terlewat mengeluarkan barang dagangan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


mênawa selihana sampun winot ing unta
seandainya berganti (berpindah) dimuatkan di punggng unta

rareku têgal alas gung sagunge dagangan sampun


anak kecil itu berada di dalam belantara segenap barang dagangan telah

den agêmêt ulatana sah sireng sêka ring pêraja


telisik dan carilah siap diberangkatkan dari kota

117
11 12

Anuju ing bumi miskin Ujare sêwara mèngêti


Menuju ke negeri yang papa Sang suara itu mengingatkan

rawuh ing bumi Kênahan iya wong adagang sira


tibalah di negeri Kanaan kepada sang pedagang (Malik)

mulat lor kedul mêngulon rareku norana mêne


memeriksa ke arah utara, selatan, barat anak itu tidak ada saat ini

wetan saksana tumênga sèkêt tahun têmbe mêdal


timur, lalu membuka (telapak lima puluh tahun lagi barulah muncul
tangannya)

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sêka ring rêramanta
ananêdha kupanggêya dari ayahandanya
bermohon semoga dipertemukan

sapamirsa nira mantuk


lan rare alit puniku mengetahui hal itu maka pulanglah
dengan anak kecil (dalam impiannya) itu (Malik)

dadêyana sêwara kapiyarsa lawan wong adagang kathah


kemudian ada isyarat suara terdengar bersama segenap para pedagang lainnya

118
13 14

Anêngakêna sang gêrami Wontên wahyune Yang Widi


Tinggalkan cerita tentang pedagang itu Ada wahyu dari Tuhan

sawusira ngêrêngên sêwara maring Nabi Dawud ika


seusai mendengar isyarat suara kepada Nabi Daud

dadêya angrasa tan padon sing sapa apaksa kabèh


merasa tiada hasil siapa yang bersungguh-sungguh

dènira ngulati muwah angulatana ing ring wang


dalam upaya mencari (sang anak) mencari diri-Ku

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anging saya sêru dahat pasti ningsun kapêndhag
namun bertambah semangatnya tentu akan menemukan

malih dènira angluruh lawan malih wong dèn têmu


dalam mencari kembali dan apabila telah bertemu

sawusira ngêrêngên sêwara sun wèhi waspadeng tingal


seusai mendengar isyarat suara Ku-berikan penglihatan yang tajam

119
15 16

Ayêwa sih mêlahur sami Ya ta ing tahun ping kalih


Tidak hanya sampai di situ Demikianlah di tahun yang kedua

kang liyan saking sun sira rawuh malih sang adagang


yang lainnya dari-Ku untukmu datanglah lagi sang pedagang

yakti sun wèhi waspahos putêranira dahar age


sungguh Ku-beri tajam penglihatannya sang putra saudagar

asihe kawula iya ingkang aran Malik ika


dikasihi rakyatnya yang bernama Malik tersebut

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sêsamining kawula maring bumi Kênahan
dengan sesamanya ke negeri Kanaan

sêmono kang dera têmu kunêng tah sarawuhepun


demikianlah yang akan kau dapati setibanya demikian

asiya kêrana dunya ingalas bumi Kênahan


kasih lantaran dunia di hutan negeri Kanaan

120
17 18

Asuwareng rowang sami Sigêra riyangkat tumuli


Ia berkata kepada para budaknya Segera berangkatlah kemudian

lamun sira manggihana titiyange sang adhagang


apabila kalian bersua para budak sang pedagang

ing rare alit tah mangko Bagendha Yusup sêdhênge


dengan anak kecil itu nantinya sementara Baginda Yusuf sedang

sing sapa amanggihana sira aneng jêro têlaga


siapa pun yang menemukannya berada di dalam telaga

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sun pardikakên sira ya ta sira adagang
akan kumerdekakan ia demikianlah sang pedagang

satêngah kakêyartaningsun aningali punang manuk


setengah dari harta kekayaanku melihat para burung-burung

sun sungakên mara hing sira akêwèh ngidêri têlaga


akan kuhadiahkan kepadanya banyak mengitari telaga

121
19 20

Samêya layang-layang uni Atêngga ing Yusup iki


Semua terbang melayang-layang Menunggui Nabi Yusuf

tansah luhur ing têlaga saking mulening Pangeran


selalu berada di atas mulut telaga berkat dari kemuliaan Tuhan

lir munggah haji dhêp nyangwong nyananing adagang kabèh


laksana orang naik haji para pedagang semua mengira

ya ta angidêri K h sinidhêp ing manuk wak cah


yang mengitari Kabah bertemu dengan burung yang tidak biasa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tingkahe manuk samêya tan wêruh yè l ik t
tingkah para burung tersebut tiada mengira jika itu malaikat

apan tan jatining manuk lingira Malik pan asêru


bukan seperti sejatinya burung berserulah sang Malik

l ik t iku gêraksa akèning anilikana


malaikat yang menjelma menyuruh (para budaknya) memeriksa

122
21 22

Sigêra riyangkat tumuli Mêngkana wong ayun mulih


Segera berangkatlah kemudian Demikianlah orang yang hendak kembali

kang aran Basir punika marêk ing sira Yang Sukma


yang bernama Basir itu menghadap kepada Tuhannya

atilik ing sumur age tan kêna panggiya age


memeriksa ke dalam sumur tiada akan bisa bertemu

ganda Nabi Yusup kongas durung ilang sihing dunya


tercium wanginya Nabi Yusuf jika belum lepaskan cintanya akan dunia

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kapêlêk dening labêya tanapi ing aherat
meruyak dari dalam (sumur) beralih cintanya pada akhirat

malêtuk gandanya arum ing jêrone atinepun


harum wangi merebak di dalam lubuk hatinya

malêtuking gêrananira mangsa kuwasa panggêya


merasuk ke dalam hidung tiada mungkin akan bertemu

123
23 24

nulya timbanipun Basir Dêlingira Jabara il


lalu timba milik Basir Jibril berkata

linebokên jro têlaga wontên pira laminira


dimasukkan ke dalam telaga berapa lamanyakah engkau

Jabara il wus aneng jêro ngilo pahesan ing jêro


Jibril telah berada di dalam (telaga) berkaca di dalam (telaga)

angucaping Yusup ika Bagendha Yusup angucap


berkata kepada Nabi Yusuf Baginda Yusup berucap

Buku ini tidak diperjualbelikan.


jumênênga jêngira sênggara manira tuwan
berdirilah engkau menyapa lembut kepada tuan

sumahur Bagendha Yusup angilo pahesan ingsun


Baginda Yusuf berkata mengamat-amati cerminku

mêring ngêndi ingsun tumindak J r il turira


apa yang harus kulakukan Jibril berkata

124
25 26

Apa cipta nireng uni Asasmita Jabarail


Apa yang sedang kau pikirkan Jibril memberikan isyarat

dok tuwan ngilo pahesan iki wêruh ajinira


kok tuan menatap cermin ketahuilah akan nilai dirimu

Bagendha Yusup dêlinge asmu Jabara il linge


Baginda Yusuf berkata Jibril seolah menyindir

cipta manira mêngkana mara ing Yusup punika


apa yang kupikirkan adalah kepada Nabi Yusuf

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yèn ingsun titiyanga apa mulaning bagendha
jika aku ini manusia mengapa bisa Baginda

dolên tanana jinepun Yusup lagi nira muwus


dijual tak akan ternilai harganya Yusuf sampai berujar

dening pêkik rupa ning wang amuji ing awak dhawak


oleh karena kerupawananku memuji dirinya sendiri

125
27 28

Mêngkana sira Yang Widi Wontên andikaning nabi


Demikianlah Tuhan Ada seorang nabi berkata

tan katuju ing lêmbana kang aran rasul punika


tak akan sampai dituju jika (kau) memuji yang berjuluk rasul itu

ing sarira pribadine apan sira Sang Yang Manon


diri sendiri bahwa jika Tuhan

kang sestuning panglêmbana tananingali ing rupa


sesungguhnya pujian itu tiada melihat (menilai) wajah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


mujiya ing Pangeran tanapi ing kawula
hanyalah memuji kepada Tuhan demikian juga pada hambanya

iku sestuning panggunggung tananingali karteku


itulah sebenar-benarnya pujian tiada menilai pekerjaannya

kang wênènging panglêmbana mêyang ngarseng ati sutêya


pujian yang paling bening (murni) yang dituju kemilau hatinya

126
29 30

Ya ta linêbokên timbeki Ya ta katingalan agêlis


Maka dimasukkanlah timba Maka segera nampaklah

ingkang aran Basir ika dening punang aninimba


oleh yang bernama Basir itu oleh si penimba

ya ta ginamêlan age ingkang aran Basir anon


diiringi bebunyian yang bernama Basir itu

Yusup tinarik ing timba rare cili kang kaliwat


Yusuf ditarik di dalam timba anak kecil yang berada (di dalam timba)

Buku ini tidak diperjualbelikan.


nyananing ananimba pêkiking rupa nira
sang penimba berpikir demikian rupawan wajahnya

sidhep wrating toyanepun cêngêng dènira andulu


demikian berat air di dalam timba tercenganglah yang melihat

dening punang Basir ika sagungane wong adagang


pikir si Basir itu segenap para pedagang

127
31 32

Ingaturakêning gusti Nyananing sudhara sami


Diserahkan (sang anak) kepada juragan Sangka para saudara itu

Malik wahu wastanira mulane arsa tilika


Malik demikianlah namanya hendak melihat

kinèn ngunggahêna age ing Nabi Yusup neng jêro


segera diperintahkan untuk dibawa Nabi Yusuf di dalam

ing nguntapa sisimpênan têlaga dadêya tumingal


diberangkatkan bersama barang telaga, dan melihat

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kèsah punang adagang sireng têlaga nora
maka pergilah para pedagang ia (Yusuf) sudah tak ada lagi

sêka ring telaga sampun hirika nulya kadulu


dari telaga itu mereka lalu melihat

dadêya rawuh kang pêra sanak kabakta dening adagang


lalu datanglah para saudara (Yusuf) (Yusuf) telah dibawa para pedagang

128
33 34

Ya ta samêya mujar runtik Angucap kêlawan runtik


Maka berujar penuh amarah Berucap penuh amarah

kabèh para sanakira abang tur awingah-wingah


segenap para saudara itu wajah memerah meluap-luap

iya wong adagang kabèh satingale dagang kabèh


hai para pedagang semua segenap pedagang menyaksikan

kawula ningsun dera lap awêdi gumêtêr sira


budakku telah kau bawa mereka gemetar ketakutan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kang aneng jêro têlaga agêlis dèn sêrahakên sira
yang ada dalam telaga itu segeralah (Yusup) diserahkan

ena wêtokêna lamun sinêndhal Bagendha Yusup


segera keluarkan (kembalikan), jika ditariklah Baginda Yusuf

tan mêtu sun tumpês sira dening sanak kang atuwa


tidak kau keluarkan akan kuhabisi kalian oleh saudaranya yang tertua

129
35 36

Ingkang aran Yahud iki Bagendha Yusup lingnyaris


Yang bernama Yahuda itu Baginda Yusuf berkata pelan

binakta mêring simpar dalan sarya tumungkul ing kisma


dibawanya ke jalanan sepi seraya telungkup di tanah

sanak samêya mujar kabeh sandika iku ujare


segenap saudaranya berujar aku bersedia, demikian katanya

lah Yusup yèn arêp sira angaku kawula nira


hai, Yusup, jika kau ingin mengaku sebagai budak kalian

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sah sêka ring têlaga ya ta nguwakên muwah
keluar dari dalam telaga maka (Yususf) diserahkannyalah

angakuwa kawulaningsun dening sanak tuwa sampun


mengakulah kau sebagai budak kami oleh saudara tertuanya

tan walêsireng têlaga kèn têbasên ing adagang


jika tidak, balasannya akan tetap di telaga untuk dijual kepada sang pedagang

130
37 38

Wong adagang asmu wêdi Agung wadene lareki


Sang pedagang agak ketakutan Banyak keburukannya anak ini

sumahur saking kadohan linyok abêbanyol ika


berseru dari kejauhan ia pembual suka bercanda

singgih lareku sang kahot Malik anahuri alon


baiklah, si anak itu Malik bergumam pelan

manira kang anêbusa malih wontên ena nira


aku yang akan menebusnya ada lagi keburukannya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ayun tuwan dol pira iya sih paminggatan
berapakah kalian menjualnya ia suka melarikan diri

sumahur ta sira Yahud tinanyan Bagendha Yusup


menjawablah si Yahuda ditanyalah Baginda Yusuf

pira sih ajining bocah dènira pangulu dagang


berapakah harga seorang bocah oleh pemimpin pedagang

131
39 40

Atut sira kawuleki Wontên sih arta ambeki


Apakah kau seorang hamba (budak) Ada tersisa (sedikit) uangku

Bagenda Yusup angucap bêrgêdad tur têtampikan


Baginda Yusup berkata kukuh menolak

atut kawuleki ta ngong angucap pêra sanak kabèh


ya, aku seorang hamba para sanak saudara itu

asmu linge Yusup ika sanadêyan têtampikana


setengah berbisik Yusup berkata meskipun menolak

Buku ini tidak diperjualbelikan.


iya kawulaning Pangeran ena uga darham ta
ya, aku hambanya Tuhan diterima juga darham itu

punika adagang muwus nuli ingaturkên wahu


sang pedagang berkata lalu diserahkannya (Yusuf)

amba katêlasan darham darham wolulas ika


aku kehabisan uang darham dengan darham delapan belas keping

132
41 42

Sêlaminira puniki Darham sampun dinum agêlis


Selama ini (yang terjadi) Uang darham telah sama dibagi

kagunggung dènira muwah Dènira kang para sanak


mereka dipenuhi oleh Oleh para sanak saudara (Yusuf)

dening bêncining tan padon anging sanak panuwane


rasa iri benci tiada bisa berbalas namun saudara yang tertua

darham wolulas ika kang tan arsa pêmbagêyan


uang darham delapan belas itu tidak menghendaki uang pembagian

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sartane têtampikan kang aran Yahud ika
(pantas) meski sempat ditolak yang bernama Yahuda itu

punika pemanggihepun margane Bagendha Yusup


demikianlah pikir mereka karena Baginda Yusuf

amuji ing awak dhawak dinoling kang para sanak


memuji diri mereka sendiri dijual oleh para sanak saudaranya

133
43 44

Tananingali sêjati Yen sinungan ta upaksi


Tiada bisa melihat sejatinya Seandainya diberikan penglihatan

ing rupa kang para sanak dènira sira Yang Sukma


diri (Yusuf) para saudaranya itu mereka itu oleh Tuhan

nanging rama lan renane sadulurireku kabèh


namun ayah dan ibunya sanak saudara itu semua

kang wêruh jatining rupa yakti mangsa kuwasaha


yang mengerti diri sejatinya (Yusuf) tentu mereka tiada akan sanggup

Buku ini tidak diperjualbelikan.


marmanira kêliwat adarbe ya pangucap
amat sayang berucap (kata-kataburuk tentang Yusuf)

asihing Bagendha Yusup pasthi pijêr cêngêng mangu


dan kasihnya Baginda Yusuf pasti mereka akan takjub

kalih yaya rena nira lamun sira wêruh ing warna


kepada ayah dan ibunya jika mereka tahu sejatinya Yusuf

134
45 46

Kahocapa sangagêrami Akèning adagang iki


Dikisahkan sang pedagang Perintah sang pedagang

asung surat ing panumbas talènana yêwa papeka


telah memberikan surat penebus ikatlah jangan ceroboh

muwah para sanak kabèh rareku akèh cêlane


serta para sanak saudara semua anak itu banyak sifat celanya

asung nuwaleng adagang palinyokan paminggatan


menyerahkan surat ke pedagang suka berdusta dan melarikan diri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Nabi Yusup binakta puma sira yêwa papeka
Nabi Yusuf pun dibawa karenanya jangan ceroboh

dening adagang inguwuh mênawa iku mêlayu


oleh si pedagang jika anak itu lepas

maring ingkang para sanak ayêwa sira dèn yatna


dari para sanak saudara semua jangan sampai, waspadalah kalian

135
47 48

Ayêwa mêngkaneku malih Mênawa tan mulat malih


Tidaklah demikian sebenarnya Kalau-kalau aku tiada lagi bisa melihat

Yusup dèn pêriyatin sira marang gusti ningsun ika


Yusuf sedang bersedih hati kepada gusti (para saudara)ku itu

suka rêna sêpanane adagang lawan ujare


menenangkan dan menghayati sang pedagang itu berujar

ukuming Yang pêrapteng sira asiya gustimu iya


hukuman Tuhan kepada dirinya jika gustimu kasih kepadamu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Bagenda Yusup mujar mangsa sira dinola
BagindaYusuf berujar tiada mungkin kau dijual

ayêwage lunga katengsun tanawêlas ing sireku


janganlah buru-buru aku dibawa pergi tiada kasih mereka kepadamu

arsa ningali gusting wang yaktine sêngiting sira


hendak menatap gusti (saudara)ku sesungguhnya mereka membencimu

136
49 50

Atut dudu ningsun iki Lamun tan ajêriya sami


Menurutku tidaklah demikian Namun mereka takut tiada berani

iya gusti ningsun iya angrasa wirang ing rama


gusti (para saudara)ku itu merasa malu dengan ayahandanya

sanak samêya nangis kabeh Y kub wangsulêna age


para saudara semua menangis Yakub, mengembalikan segera

mirsa linge Yusup ika Bagendha Yusup ing rama


mendengar ucapan Yusuf itu Baginda Yusuf kepada ayahandanya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dadêya sira sêmu wêlas ciptaning kang pêra sanak
menjelma rasa kasih di hati mereka demikianlah pikir para sanak saudara itu

tumoning Yusup kaduhung kesah wahu nabi Yusup


melihat Yusup timbulah sesal telah pergilah nabi Yusuf

ing lampah ira tan arja kabakta dening adagang


akan perbuatan yang tiada baik dibawa oleh sang pedagang

137
51 52

Hirika depun lêkasi Wotên kawarnaha malih


Maka segeralah ia (Yusuf) dibawa Dikisahkan pula kemudian

dening Bêsi aran pelah Syeh Akim warta dikang Yang


oleh kafilah orang Habsyi Seh Akim mewartakan sabda Tuhan

sêpakone ing gustine lamun sira Sang Yang Manon


atas perintah sang pimpinan bahwa jika Tuhan

ya ta binalênggu sira anukmakên sakêwèh mulya


diikatlah ia menempatkan segenap kemuliaan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Bagendha Yusup ika winoring tanpa jiya
Baginda Yusuf itu bercampur dengan yang tiada berharga

parnahe titiyangepun kadêya muntêyara gènipun


oleh orang-orang itu seperti tempatnya mutiara

winoring barang dagangan sinukmakên ing kagiwang


bercampur dengan barang dagangan ditempatkan dalam anting-anting

138
53 54

Kasturi satuh sutêreki Mêngkana sang wisayeki


Kasturi dan sutra Demikianlah pencarian itu

sinukmakên ulêr indah angalaping tanpa mulya


ditempatkan pada ulat yang indah dalam sesuatu yang tiada bernilai

madu ing tawon dununge dene yun angambil kèhe


madu tempatnya pada tawon jika diambil (dicermati) seluruhnya

mas sêlaka watu gènnya kang mulya ing jêro tan mulya
logam emas bertempat di dalam batu yang bernilai ada di dalam yang tak bernilai

Buku ini tidak diperjualbelikan.


iman pinarneng dhadha mêngkana malih ing kirtêya
iman berada di dalam dada demikian juga halnya perbuatan

mêngkana Bagendha Yusup sakwèh wisaya puniku


demikian halnya dengan Baginda Yusuf segenap pencarian itu

winoring barang dagangan yugêya wistêraha ing kirtêya


bercampur dengan barang dagangan juga terdapat dalam perbuatan

139
55 56

Lawan sira Sang Yang Widi Sigêra riyangkat tumuli


Demikian halnya dengan Tuhanmu Maka segeralah berangkat

angamuleni ing iman ingkang aran Malik ika


memuliakan imanmu ia yang bernama Malik itu

tan ngamuleni Yang Manon mêring Mêsir iku sadêyane


Tuhan tiada memuliakan ke tanah Mesir tujuannya

ing nala nira punika wayah têngah dalu pêrapta


kepada nalarmu sampailah di puncak malam

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lamun malih Sang Yang Sukma bênêre kang astana
begitulah Tuhan melewati pusara

ngamuleni Nabi Yusup ingkang ibu nabi Yusup


memuliakan Nabi Yusuf sang ibunda Nabi Yusuf

tan mule sireng dagangan jumog saking têtunggangan


bukan memuliakan barang dagangan turunlah mereka dari tunggangan

140
57 58

rawuh Nabi Yusup agêlis Ginanti ginutuk kami


segera menghadaplah Nabi Yusuf Bergantian dilemparkan

ing ngastanane bunira sirah ingwang tinêpakan


di pusara ibundanya kepalaku ditarik

anangis asêru sambate sapa kang asih ing têmbe


menangis deras mengadu tiada yang kasihan

ibu manira kapisah ibu manireku muwah


ibunda, aku terpisah telebih lagi, ibunda

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kêlawan kangjêng rama kulambi amba tuwan
dengan ayahandaku baju yang kupakai

dok sapungkurira ibu binucal sinangkêlengsun


sepeninggal ibunda dibuang, betapa sakitnya hatiku

kêna bêlahi kawula linêbokêning têlaga


diriku terkena petaka dimasukkan ke dalam telaga

141
59 60

lbu tingalana kami Adhuh têrênge netêra gusti


Ibunda lihatlah diriku Oh, jelaslah yang kulihat

lara ena amba tuwan wohe ati ningsun nimas


hina dinanya diriku anakku buah hatiku

ibu sapa sih maringong Bagendha Yusup sawuse


ibunda, siapa yang akan mengasihiku seusai Baginda Yusuf

ing tingkah ingsun pangeran sira angêrêngêning sêwara


takdir Tuhan pada diriku ini mendengar suara

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dadêya ngêrêngên sêwara ing ibu jêro astana
maka terdengarlah suara sang ibunda dari dalam pusara

ing ibu sêka ring kubur kêntaka Bagendha Yusup


dari pusara sang ibunda Baginda Yusuf pingsan

angucaping Yusup ika atiliking bêsi nora


berkata kepada sang Yusuf itu orang Habsyi tidak melihat (Yusuf)

142
61 62

Den aturakêning gusti ayêwage sira lumaris


Maka dilaporkanlah kepada tuannya berbaris kalian

Malik wahu wastanira Malik akon mumpung siyang


yang bernama Malik itu suruh sang Malik selagi siang

rareku akèh cêlane sira tututana age


anak itu banyak kelakukan celanya kalian carilah segera

palinyokan paminggatan sira Bêsi aran pêlah


suka berdusta dan melarikan diri para kafilah dari Habsyi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sun ulati tanana nututi aneng marga
kucari-cari ia tidak ada mencari di jalanan

mandhêg dènira lumaku Hirika Bagendha Yusup


diberhentikanlah perjalanan mereka Sang Baginda Yusuf

kinèn kabèh ngulatana katoning Abêsi ika


semua diperintahkan mencari nampak oleh para Habsyi itu

143
63 64

Anulya depun parani Warahe gustimu uni


Lalu (Yusuf) ditemui Demikian kata tuanmu dulu

dening Bêsi aran pelah nora ingsun idhêp iya


oleh kafilah dari Habsyi (awalnya) tiada kuacuhkan

sinangsara sapolahe atut ujare gustine


ia diperlakukan penuh sengsara kata-kata tuanmu itu

dèn kakèsèr tur dèn tepak palinyokan paminggatan


diseret dan dipukuli suka berdusta dan melarikan diri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sarwi dèn uman-uman ya ta sira tan arja
disertai dengan makian memang tiada baik kelakuanmu

uni warahe gustimu sumahur Bagendha Yusup


(benarlah) dulu kata tuanmu menjawablah Baginda Yusuf

lamun linyok paminggatan nora ingsun kaki minggat


pendusta dan suka melarikan diri aku tidaklah melarikan diri

144
65

Muga sih nêmua kami


Semoga aku mendapatkan

duka ning Yang yèn minggata


murka dari tuhan jika aku melarikan diri

ingsun marang ngastanane


aku pergi ke pusara

ingkang ibu wong kidêmat


ibundaku yang kuhormati

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anuli dèn sêngkala
kemudian seketika

rinante Bagendha Yusup


Baginda Yusuf pun dirantai

ing ngunggahakêning unta


dinaikkan ke atas punggung unta

145
PUPUH IV
PANGKUR

1 2

Anêngakêna saksana Kèdhêping panêdha nira


Tinggalkanlah cerita itu kemudian Dikabulkanlah permohonan itu

kahocapa mêne dera sang kawi tumulyana kèngkènane Yang pêrapti


dikisahkan oleh para pencerita lalu diperintahkanlah sang utusan Tuhan

munajat Bagendha Yusup Jabra il wastanepun


Baginda Yusuf berdoa yang bernama Jibril

ananêdheng Pangeran lingira punang duta


memohon kepada Tuhan berkatalah sang utusan itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lamun ana gusti kaluputaningsun paran karsa aneng bumi sangangulun
jika ada dosa dan kesalahan hamba apa kehendakmu aku ada di bumi

pangeran angapuraha Bagendha Yusup lingira


semoga Tuhan mengampuni Baginda Yusuf berkata

kang wêruh usiking dasih pangeran uga kang luwih


yang mengerti isi hati hamba Tuhan jualah yang kuasa

146
3 4

Kang wêruh ing kawula nira Udan angin kukus pêrapta


Yang mengetahui hambanya Hujan angin asap merebak

anging tunggal kang luwih bener iki pêtêng awor udan watu kêrikil
yang esa yang maha benar gelap bercampur hujan kerikil

J r il turepu awêtara satiganepun


Jibril lalu berkata rasanya seperti telur

sampun sira sak tuwan paksi gêng ingkang warsa


telah tuan kehendaki burung raksasa hujan itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sakarsanta kadhêp dènira yang agung nyananira adagang amanggih kewuh
mohonkan kepada Tuhan si pedagang merasa mendapati masalah

J r il ukul pêratala pangulu dagang ngartika


Jibril pun menghempas bumi pimpinan pedagang berkata

atêmahan dadi api ingkang aran sira Malik


hingga berubah menjadi api yang bernama Malik itu

147
5 6

Ya rowang sapa nandhang dosa Paran kaki dosanira


Hei, siapa yang merasa berdosa Apa dosamu itu

atobata ing samataraning sahurira Abêsi manireng uni


segeralah bertobat selagi menjawablah orang Habsyi

durung katêmpuh ing kewuh amala rare puniku


belum mendapatkan celaka (kami) telah memukul anak itu

ya ta sira atobat lamun mêngkana sira


maka bertobatlah jika demikian halnya kau

Buku ini tidak diperjualbelikan.


aturira Abêsi ing gustinepun mêlampaha supangating rare iku
berkatalah orang Habsyi kepada tuannya mintalah berkah kepada anak itu

manireki nandhang dosa pun Bêsi malampah halal


hamba menanggung dosa orang Habsyi itu buru-buru menuju

Malik atanyeng Abêsi ing Yusup sira nora sih


Malik bertanya kepada orang Habsyi ke Yusuf (yang mulanya) tiada dikasihani

148
7 8

Tumuli sira nanêdha Kèdhêping sira nanêdha


Lalu ia (Yusuf) bermohon Dikabulkannya permohonanmu

ing pangeran sirnakêning bilahi agêlis sinungan denira sang Yang Widi
kepada Tuhan untuk menyirnakan petaka segera dikabulkan oleh Tuhan

kèdhêping panêdhanepun Bagendha Yusup amuwus


permohonan pun dikabulkan Baginda Yusuf berujar

sêkala ris apadhang sarwi mèsêming nala


seketika (langit) cerah tersenyum dari dalam hati

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ya ngêrunguna mimba cahyane sumunuh atut ingsun kaya ujarira iku
didengar (doanya) keluarlah cahaya bersinar begitulah seperti apa yang kau ucapkan

pun Malik aris atanya lingira pun Malik samêya


Malik pun segera bertanya berkatalah Malik

parêk ing yang sira kaki akêning rarencang agêlis


demikian dekat engkau dengan Tuhan segera memerintahkan orangnya

149
9 10

Alah kaki uwakêna Anêngakêna ing marga


Kalian lepaskanlah Tiada diceritakan selama perjalanan

balênggune rare binagus iki rawuh sira ing desa Tesan uni
tali belenggu anak ini tibalah mereka di desa Tesan

sinung anggèn-anggèn sampun punang wong jêro desa wahu


berikanlah ia pakaian seluruh orang desa itu

wastêra sinjang rasukan samêya takèn pinangka


baju dan busana pilihan yang sama menanyakan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


asêri tinon kinèn lumampah ingayun saking ngêndi jêngira dagang pukulun
indah dipandang, tempatkan ia di depan dari mana asal para pedagang itu

sararencange sang dagang sêdaya wahu atanya


segenap rombongan pedagang semuanya bertanya

kinèn lumampah ing wuri wong jêro desa sami kapir


diperintahkan berjalan di belakangnya orang desa yang (masih) kafir itu

150
11 12

Wontên sabda rasul muwah Sapêrapta nireng Bagendha


Ada sabda dari rasul pula Setibanya Baginda

kang kocapa sing wong wêruh rupa Yusup sama ambawa iman hadi
apêkik Yusuf telah membawa keimanan
orang yang melihat wajah rupawan

kena kêsaktèn sami wus


dadi pangabektinepun terkena daya sakti (mukjizat) Yusuf
menjadi berbakti

bêrahalane binucal
maring sang Yang Wisesa segala berhalapun dibuang
kepada Tuhan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


depun gitik-gitik bêrahalane mawur
lawan malih weruha ing wali tuhu hancurk berhalanya hingga
dan juga yang mengetahui sang wali berhamburan

pandhita sarasa baktêya dadi Islam wong jêro desa


atau pandita serasa berbakti orang di desa itu menjadi Islam

ing Yang satus tahun malih ambawa iman tur bakti


kepada Tuhan selama seratus tahun beriman dan berbakti kepada Tuhan

151
13 14

Lastari sêka ring Tesan Upa subanên dènira


Diteruskanlah perjalanan dari Tesan Berikan sambutan kepadanya

pêrapteng Kudus mandhêg sira ingriki sepakone idhêpên dèn ta haji


setiba di Kudus mereka berhenti laksanakanlah semua perintahnya

anênggih dipateng Kudus puma ayêwa papeka lamun


sang raja Kudus (Yerusalem) awas jangan ceroboh, jika

angipi wotên ngucap têka gêlis suguhana


ia bermimpi ada suara ia datang segera berikan jamuan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


mêne ana rare nom apêkik rawuh sêsampune awungu dipateng Kudus
nanti akan datang anak muda rupawan seusai terbangun sang raja Kudus

pêrapta nira injang-injang sêja nira nuting karsa


datang pada pagi hari bersiap menjalankan

ing desanira ingriki kadêya eling ing sêwapneki


di negerimu ini perintah seperti dalam mimpinya

152
15 16

Bisikene Ratu Jiyan Unine sêwana patêra


Namanya Raja Jiyan Bunyi surat itu

ya ta injang Bagendha Yusup pêrapti awit saking karsane Jiyan Haji


pada pagi hari Baginda Yusuf pun datang atas kehendak Raja Jiyan

sarawuhira sang bagus sirantuking rare iku


setibanya sang rupawan ijinkanlah anak itu

kawarteng sêri nalendêra pêkiking rupa nira


dilaporkanlah kepada sang raja yang rupawan wajahnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


gêlis akirim sêwana patêra sang prabu yèn sêmbada turakèn ing sang apêrabu
maka segera dikirimlah surat raja itu bawalah ia menghadap sang raja

ing pangulu dagang ika ing Mêsir arsa mulata


kepada pimpinan pedagang di Mesir yang hendak melihatnya

panêngêran nakodha Malik ing rare sinênggeng pêkik


yang bernama Malik pada si anak yang tampan rupawan

153
17 18

Ya ta sira Malik adan Pêrawan lawan wawujang


Maka Malik menyanggupi Para perawan dan jejaka

marêk ing sang pêrabu tan kawarneki wong salaksa kalih èwu hadi luwih
perjalanan menuju raja tiada diceritakan dua ribu orang terbaik dan pilihan

sang pêrabu Jiyan amuwus angrasuk busana luhung


dikisahkan sang Raja Jiyan mengenakan busana indah

akèning anak dhara bugasêri apêdapa


mengutus para gadis bersabuk intan indah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


para wong salaksa kalih èwu ajamang mas kinatipan sekar susun
orang sejumlah dua belas ribu bermahkota emas berhias bunga susun

samêya ngêrasuk busana arja sêkang nata bêrangta


pada berhias dan bersolek ditata demikian menarik

amakutha bêrang linuwih dinulu yaya ing tulis


memakai mahkota pilihan terlihat seperti dalam dongeng

154
19 20

Irika Yusup kocapa Wontên ta ulam sanunggal


Dikisahkan sang Yusuf Ada seekor ikan

aku jamas tampake pinalêweng uni wahu pêrapta kalintang gênge nuli
mandi karena sebelumnya dipukuli besar tiada terkira yang datang

dening punang Bêsi sampun angalingi Nabi Yusup


oleh orang Habsyi itu menghalangi (menutupi) Nabi Yusuf

asiram ing bêngawan angambêng ing bêngawan


ia mandi di sungai mengambang di sungai

Buku ini tidak diperjualbelikan.


cucul sinjang sêkathahing ulam rawuh sakathahe ayêwana tah ulam rawuh
melepas kain dan banyaklah ikan datang segenap ikan lain jangan sampai datang

amarani cahyanira saking bêrangta nira mulat


mendatangi cahayanya karena tertarik untuk melihat

ing Yusup aneng jêro warih ing cahyane Yusup iki


Yusuf di dalam air cahayanya Yusuf ini

155
21 22

Yata sira sang Yang Sukma Sagunge ulam ernawa


Demikianlah Tuhan Semua ikan di lautan

sung nugêrahaning ulam agung iki samêya marêk ing ulam agung anênggih
memberi anugerah kepada ikan besar ini mendekati ikan yang besar tersebut

paputêra kakalih wahu putêra kang sanunggal wahu


memiliki dua anak (ikan) itu salah satu anaknya tadi

sawiji nireng kandha ingkang nguntal kalpeka


salah satunya konon adalah ikan yang menelan cincin

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kanganguntal mara ing Bagendha Yunus Kangjêng Sultan Suleman apaning dangu
ikan yang menelan Baginda Yunus milik Nabi Suleman waktu itu

sapta dina moring garba wusana dènira ku jamas


tujuh hari lamanya berada di perut akhirnya mandilah

ning ulam agung anênggih Bagendha Yusup anuli


ikan yang besar tersebut Baginda Yusuf kemudian

156
23 24

Putusan nira sang nata Lastari malêbêng pura


Sang utusan Raja Masuklah ia kemudian kedalam istana

atur wastêra busaneng Yusup iki Pêrabu Jiyan sumadêya jêro gapuri
memberikan pakaian kepada Yusuf Raja Jiyan menyambut di gapura

anging tan ingangge wahu Akèn anak dhara sampun


namun tiada dipakai pakaian itu mengutus para gadis

apan sang Yêwang Sukma pêpak aneng ngayunan


karena Tuhan telah penuh di penghadapan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


asung pahès mara hing Bagendha Yusup sêri nalendêra angendikeng para arum
memberikan hiasan kepada Yusuf sang raja berkata penuh lembut

sawusira sarbad dhasthar payo samêya tumanduka


setelah ia mengenakan ikat kepala mari memberikan hormat

munggah ingunta sang pêkik atur-aturing sang pêkik


sang rupawan naik ke punggung onta ke hadapan sang rupawan

157
25 26

Amapag ing lawang kitha Aturira Malik tuwan


Menjemput di gerban kota Berkatalah si Malik

Malik sampun katêmeng sêri bupati luhur unta ing jêrone kulambu gusti
Malik telah bertemu dengan sang raja ia di atas unta di dalam kelambu

saking titah ing Yang Agung sang nata akèn bukeku


atas berkat kuasa Tuhan sang raja memerintahkan membukanya

mega nawêngi surya sawusira piniyak


mega menghalangi sang surya usai kelambu disibak

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pêrabu Jiyan angandikeng Malik asêru sêru gumawang cahyanira sêru sumunuh
Raja Jiyan berseru kepada Malik cahaya bersinar amat terang memancar

ngêndi pêrnahira tuwan sawiyare kang nêgara


di manakah ia tuan ke segenap penjuru negeri

rare kang sinêgeng pêkik kebêkan cahya gilapi


si anak yang tampan rupawan dipenuhi cahaya berkilauan

158
27 28

Sakêwèh ingkang anak dhara Sapêrapta nireng jêro pura


Segenap para gadis Setibanya di dalam istana

tumingaling Nabi samêya bêrangti injang-injang Nabi Yusup alinggih


menatap Yusuf penuh penuh terpikat dipagi hari Nabi Yusuf duduk

sagunge pêrawan wahu kêlawan sira sang pêrabu


segenap gadis itu bersama dengan sang raja

kabèh samêya pulang rah satingale sang nata


semua merasa berantakan sepanjang penglihatannya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kawirangan tumingal tan arsa dulu kagawokan mulating Bagendha Yusup
merasa malu menatap dirinya sendiri takjub akan kerupawanan Baginda yusuf

ujare wong kang tumingal pêkiking rupa kaliwat


seperti kata orang yang melihat amat tampan rupawan

durung wêruh rupa kayeki mêyang kadi cahyaning rawi


belum pernah ada orang serupawan ini bersinar laksana matahari

159
29 30

Sagunge mantêri sêdaya Kanggêk sang pêrabu atanya


Segenap para menteri Terdiamlah sang raja

samêya cêngêng mulating Yusup iki nyananira kêgawokan narpati


semua takjub menatap Yusuf dalam keheranan disangkanya

sang nata ngandika asêru Bagendha Yusup pangulu


sang raja pun berseru Baginda Yusuf adalah pemukanya

tumatanyeng adagang mangke ing upasuba


bertanya kepada para pedagang dalam upacara penghormatan itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ingkang pundi pangulunira umatur langkung asih sang pêrabu ngupasubeku
yang manakah pemuka kalian raja lebih memberi hormat kepada Yusuf

sakèhe wong dagang ika Malik lingira angucap


segenap para pedagang itu Malik pun berkata

atuduh ing sira Malik ing rarencangira sami


menunjuk kepada Malik kepada segenap rombongannya

160
31 32

Sêlamine sun lumintang Anêngakêna sang dagang


Selama diriku berkelana Tinggalkan cerita sang pedagang

durung tumon kadi nêgarengriki kaocapa mêne dera sang kawi


tiada yang terjadi seperti di negeri ini menurut sebuah riwayat

pindho sêtahun katengsun jinunjung Bagendha Yusup


dalam setahun dua kali ditempatkanlah Baginda Yusuf

kampiring kènè nora kinamulen ing Sukma


berkunjung kemari tiada dimuliakan oleh Tuhan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pisan wanuh tanana takèn maringsun tinurunên mal ikat kalih atus
sekalipun yang bertanya kepadaku Tuhan menurunkan malaikat dua ratus

têmbene kanthi bagendha lawan sasênjata nira


hingga melalui Baginda dengan segenap persenjataannya

Yusup ing ngupasubeki kinèn lumèring ing wuri


Yusuf mendapat penghormatan seperti ini untuk menjaganya di belakang

161
33 34

Sabda Nabi rasul muwah Marêk sami kang mal ikat


Sang Rasul bersabda Para malaikat pun mendekati

sakèhane manusa wontên ugi ing Bagendha Yusup sami ngidêri


segenap manusia ada juga di sekeliling Baginda Yusuf

angraksa ngarsa ing pungkur angraksa tangi lan turu


yang melindunginya dari belakang menjaganya di waktu terjaga dan lelap

mala ikat ing pangiran sarta rupa manusa


para malaikat Tuhan berujud manusia

Buku ini tidak diperjualbelikan.


saking sih pamulene Yang Maha Luhur satingale Bagendha Yusup amuwus
atas kemuliaan Tuhan saat Baginda Yusuf mengetahuinya

maring nabi wali muwah atakèn ing mala ikat


kepada sang nabi, wali juga bertanyalah ia pada para malaikat

pandhita kêlawan mu min sapa baya ku anênggih


pandita dan orang mukmin siapakah sesungguhnya kalian ini

162
35 36

Sumahur pêra mala ikat Kang akon ngupasubaha


Berkatalah para malaikat Diperintah (Tuhan) untuk menyambutnya

ingsun kinèn dènira Sang Yang Widi sapa kone idhêpên iya iki
hamba diutus oleh Tuhan kau hadaplah (anak) ini

rumêksa ing sang abagus atudeng Bagendha Yusup


menjagamu sang rupawan menunjuk kepada Baginda Yusuf

sarta ngiringa pisan sarta kinèn linggiha


sekaligus mengiringi persilahkan ia duduk

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sakaleka katingalan ing sang pêrabu den aparêk apajar ipèn sang pêrabu
saat sang raja mengetahui mimpi Raja terjadi saat menjelang fajar

iki kang katon dening wang uni kinèn atut ing wang
anak inilah yang terlihat olehku akan kuturuti kata-kata itu

ing jêrone suwapna mami ing sapa kon nireng kami


saat di dalam mimpiku atas perintahnya kepadaku

163
37 38

Ing mangke sakarsanira Lingira sêri nara nata


Demikianlah ia (Yusuf) berkehendak Berkatalah sang raja

idhêp ingwang Bagendha Yusup angling ing Bagendha Yusup karêp ngong iki
Yusuf berkata di hadapan raja meminta agar Baginda Yusuf

wawêkas ingsun sang pêrabu lah konên bêrahala ningsun


demikian ini wasiatku, hai raja memerintahkan para berhalanya

ayêwa nêmbah bêrahala asujuda ing sira


janganlah menyembah berhala bersujud kepadanya (Yusuf)

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ayêwa maru pangeran supaya luput age mara sang pêrabu mêring nabi Yusup
jangan menduakan Tuhan agar terhindar segera sang raja pergi bersama Yusuf

sireki api nêraka sapêrapta nireng wingkingan


dirimu dari api neraka setibanya di belakang

iyeku wawêkas mami bêrahala sujud ing nabi


demikianlah wasiatku berhala pun sujud kepada nabi Yusuf

164
39 40

Bêrahala ika sawusnya Kalawan pun Malik muwah


Seusai berhala itu Beserta dengan Malik juga

sujud ing Bagendha Yusup anuli sararencangira tinami-tami


sujud di hadapan Baginda Yusuf lalu serombongannya dijamu

aniba dhawak tur rêmpuh sesajèn mêdal asêlur


jatuh lebur dengan sendirinya sesajian dikeluarkan

sang nata kagawokan kêwèhe kang papundhutan


sang raja terperanjat keheranan segenap sesajian tersedia

Buku ini tidak diperjualbelikan.


reka leka sang pêrabu langkung mituhu asêri tinon sêrikaya lan sêkul susu
seketika sang raja pun patuh indah tersaji srikaya dan nasi susu

sampun Sêlam sêri nalendêra hirika samêya dêrawina


sang raja pun menjadi Islam mereka menikmati sajian makanan

Bagendha Yusup tinami Yusup lawan sêri bupati


Baginda Yusuf pun kemudian dijamu Yusuf beserta sang raja

165
41 42

Sêdaya wus gêdawêgan Sang pêrabu aris atanya


Semuanya telah cukup Sang raja pun bertanya

datan têlas punang sêsajèn sami Kolèhepun nora dera kon bukti
tiada habis sajian makanan itu mengapa mereka tidak diajak makan

saking bêrkat Nabi Yusup Bagendha Yusup amuwus


atas berkat Nabi Yusuf Baginda Yusuf menjawab

yata sang pêrabu mulat sarwi mèsêm tah sira


sang raja memperhatikan sambil melepas senyum

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing mal ikat angidêri nabi Yusup baya tan wêruh sang nata titiyang iku
para malaikat yang mengelilingi Nabi Yusuf tiada tahu sang raja kalau mereka itu

samêya ngiring-ngiring punang kawula nira Yang sukma


bersama mengitari hamba Tuhan

mal ikat ing Yusup iki tan anginum tan abukti


para malaikat itu pada diri Yusuf yang tidak minum tidak makan

166
43 44

Kang pinangka buktinira Anêngakêna saksana


Yang menjadi makanan mereka Tinggalkan sejenak cerita itu

puji saking Sang Yang Wisesa Jati kawarnaha panggêrêking Yang Widi
adalah pujian kepada Tuhan dikisahkan atas kehendak Tuhanlah

dhikir mangke enum epun mungguhing ciptaning ratu


zikir adalah minumannya menurut pikiran sang raja

lingira sêri narendêra apti mare rèkêna


bertanyalah sang raja berharap telah ditakdirkan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lawan paran karyane malih wong iku sangkanane Yusup angèra ing Kudus
dan apa yang sedang mereka lakukan itu Yusuf akan tinggal di Kudus

Bagendha Yusup lingira dènira kasmaran bêrangta


Baginda Yusuf berkata demikian cinta kasmarannya sang raja

kinèn rumêksa ing kami ing Yusup nabi sang aji


diutus Tuhan untuk menjagaku kepada Yusuf sang nabi pilihan

167
45 46

Sang pêrabu akon ing bala Sampuning mêngkana mintar


Sang raja memerintahkan pasukannya Seusai kepergian

Lah mêgata ing marga dèn akêni lan adagang Bagendha Yusup iki
menghadang di jalan para pedagang dan Baginda Yusuf

wong salaksa kalih èwu ya ta kêpapag ing ngênuh


orang sebanyak dua ribu mereka dihadang

sami nunggang turangga bala sêri nara dipa


semua menunggang kuda oleh pasukan sang raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


amêgating adagang karsaning ratu sami nunggang turangga wuse katêmu
atas titah raja menghadang para pedagang dengan menunggang kuda telah tiba

ja sira mêlayokêna satingalireng Bagendha


jangan kalian pergi saat melihat sang Baginda

ing Yusup kari ingriki Yusup cêngêng tan kêna ngêling


sebelum meninggalkan Yusuf di sini Yusuf, mereka terpukau tiada bisa berucap

168
47 48

Mêngkana malih wong sêwarga Anuli kalêngêr pisan


Demikianlah kiranya manusia saat di surga Maka pingsanlah (para pasukan raja)

tatkalane tumingaling Yang Widi tigang dina lawase nora ngêlelir


saat berjumpa dengan Tuhan tiga hari lamanya tiada bangun

kalih atus tahun wahu dening gawoking andulu


dua ratus tahun lamanya akibat begitu terpukau

tan eling sireng kèndêran kang warna Yusup ika


tiada ingat mereka sedang di surga dengan kerupawanan wajah Yusuf

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lêladate sêwarga tan nana kahetung anêngna ing marga pêrapteki sampun
nikmatnya surga tiada sebanding tinggalkan cerita itu, maka tibalah

dening liwat unênging Yang ing desa mandhêg ing rika


dengan kerinduan pada Tuhan dan berhenti di sebuah desa

lêladate aningali sararencangira Malik


nikmatnya berjumpa (dengan Tuhan) segenap rombongan Malik

169
49 50

Bagendha Yusup anyipta Kabèh wong ing jêro desa


Baginda Yusuf berkata Semua orang yang ada di desa itu

awak dhawak tanana madheng kami rupa nira sami apêkik-pêkik


pada dirinya, tiada yang menyamaiku wajah-wajah mereka amat rupawan

sagunge janma tumuwuh kaya rupa Nabi Yusup


segenap manusia yang hidup layaknya wajah Nabi Yusuf

tan ana madha ringwang sagunge wong jêro desa


tiada yang seperti diriku segenap orang desa itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sakèhane bagus tanana kayangsun datanana ningali Bagendha Yusup
semua lelaki tak ada yang sepertiku tiada yang menatap Baginda Yusuf

saksana lumampah pêrapta dadêya sira ngêrêngên swara


seketika ia beranjak tiba hingga ia (Yusuf) mendengar suara

ing jêro desa aningali sêka ring Yang Maha Suci


di suatu desa dan mengamati dari Tuhan Yang Maha Suci

170
51

Ujare sêwara ngartika


Suara itu berujar

nyananira tan ana madheng dhiri


sangkamu tiada yang menyamaimu

pan akêwèh kawula ningsun


padahal begitu banyak hambaku

luwih sêka ring sira


yang lebih daripada dirimu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing dunyeki pan akèh kawula ningsun
di dunia ini amat banyak hambaku

dadêya rupane wong desa


sebagaimana halnya wajah orang desa itu

kaya Nabi Yusup sami


yang seperti Nabi Yusuf

171
PUPUH V
SINOM
1 2

Wontên sih carita nira Nora na kawula ning Yang


Ada sebuah kisah tentang Tidak ada hamba Tuhan

Bagendha Museku malih kang kadi manireng uni


Baginda Musa yang seperti diriku ini

sapocapan ing Yang Manon kaparêk ing Sang Yang Manon


saat menerima sabda Tuhan demikian dekat dengan Tuhan

ing luhur Tursena uni wani matur ing Yang Widi


di gunung Tursina berani bercakap dengan Tuhan

ananêdheng Yang Widi ya ta Nabi Museki


memohon kepada Tuhan akulah itu Nabi Musa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ayun aningali wahu katêdhunan sêwara ngêrungu
ingin bertemu muka turunlah suara terdengar

ing sira sang Yang Manon ya Musa nyana nyang wong


dengan wajah Tuhan hai Musa menurut sangkamu

muwah nyana nireng uni tanana kawula mami


demikianlah kehendaknya tak ada lagi hamba-Ku (yang sepertimu)

dok ing luhur ardi Tursena mêngkana anuliya sira kiwa têngênira
saat berada di gunung Tursina perhatikanlah sekelilingmu

172
3 4

Ya ta Nabi Musa enggal Samêya nanêdheng Pangeran


Maka segeralah Nabi Musa Semua sedang bermohon kepada Tuhan

anulih kiwa ning uni kadi panêdha nireki


menoleh ke sebelah kiri seperti halnya permohonan Musa tadi

ing têngên dadêyana wong irika Bagendha Musa


dan kanannya menjelma orang demikianlah Nabi Musa

sèwu ika pêrapta agêlis angrêngên sabda Yang Widi


seribu tiba-tiba telah berada mendengar sabda dari Tuhan

kanan lawaning keri ya Musa nyaneng nguni

Buku ini tidak diperjualbelikan.


di sebelah kanan dan kirinya ya Musa persangkaanmu

anunggaling rupa nepun nora na kawula ningsun


wajah dan sosoknya sama persis tiada hamba-Ku

miwah ing anggon-anggon kang kadi sira uga


beserta pakaiannya yang seperti dirimu

mêyang tatêkênireng uni pan akêwèh kawula mami


beserta tongkatnya padahal banyak hamba-Ku

kadi jungkatira jêng Nabi Museka kang amadha ing sira parêking ring Yang
seperti halnya tongkat Nabi Musa itu yang sama sepertimu dekat dengan-Ku

173
5

Bagendha Musa atobat


Baginda Musa pun bertobat

sêka ring ujubing uni


atas kesombongannya

ya ta miharsa Musa
Musa telah mendengar

sêwara têkeng wiyatin


suara yang datang dari langit

angkatên sirap neki

Buku ini tidak diperjualbelikan.


angkatlah kepalamu

sêka ring kisma yêwa santun


dari tanah dan janganlah mengulangi lagi

sêsampuning atobat
seusai kau bertobat

ing ngapura de Yang Widi


telah diampuni ia oleh Tuhan

mêngkana malih Bagendha Yusup kocapa


demikianlah halnya dengan Baginda Yusuf

174
PUPUH VI
PANGKUR

1 2

Saksana mêngkana kesah Ujare sêwara kapiyarsa


Seusai itu maka pergilah Kata suara yang terdengar

saking desa aris sira anuli mêne ana rare pêrapta deseki
meninggalkan desa itu ada seorang anak datang ke desa ini

datan kawarna ingênuh kaliwat ing bagja nepun


tidak diceritakan selama di perjalanan berbahagialah kalian

pêrapta ing Mêsir ika ing wong atatêmu ilang


telah sampailah di negeri Mesir siapa berjumpa dengannya akan hilang

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dènnya rarêyan ing desa paminggir wahu duka nira yèn wêruh ing rare iku
beristirahat di pinggiran desa itu kesedihanmu jika bertemu anak itu

dadyêa punang wong jêro desa hirika têmahan suka


segenap orang di desa kalian akan bersukacita olehnya

angrêngên sêwara mèngêti wong jêro desa miyarseki


mendengar sebuah suara segenap orang desa mendengarnya

175
3 4

sapangrungune sêwara Padha kasmaraning sêwara


sependengaran mereka suara itu Tertarik pada kabar dari sang suara

samêya dalih sêwarane kang mamêdi sawung warta yèn ana rare apêkik
disangkanya suara hantu yang mengatakan adanya anak rupawan

lingira malih sêwareku padha ngulati asêlur


berkatalah lagi suara itu semua mencari tiada henti

puma gêlis paranana tumakèn tinakènan


segeralah datang saling bertanya-tanya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


nèng gêriyane Malik to rare puniku baya ngêndi wisma nira Malik iku
di rumah si Malik anak tersebut dimanakah rumahnya si Malik itu

sawusira ngêrêngên sêwara sumahur ingkang tinanyan


setelah mendengar sang suara yang ditanya pun menjawab

wong jêro desa sami bêrangti manireki angulati


orang di desa dilanda rindu asmara ya ini kami sedang mencarinya

176
5 6

Mindahe sampun tumingal Mêngkana wong arip muwah


Bagaimana jadinya kalau sudah melihat Demikian juga orang yang arif

ing warnane warta kèwala lagi liwat bêrangta kasmaraning Yang Widi
sosoknya, baru mendengar kabarnya saja amat rindu cintanya pada Tuhan

wong nêgareng Mêsir iyung miharsa wartane dangu


orang seluruh Mesir sudah kelimpungan mendengar kabar terdahulu

nêngakêna saksana Andika ning jêro Qur an


tinggalkan cerita itu dahulu tentang Tuhan di dalam Al-Quran

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kohacapa wong keparêk ing Yang Agung mêyang wartane Nabi Muhammad ing dangu
kisah hamba yang dekat dengan Tuhan yang telah disampaikan Nabi Muhammad

wong Mêsir kandhuhan bêrangta pira malih bêrangtanira


yang membuat orang Mesir dilanda rindu bagaimanakah lagi rasa rindu-cintamu

lali ing pangeran neki yèn wêruh ing Yang sêwargeki


menjadi lupa akan tuannya jika berjumpa dengan Tuhan pemilik surga

177
7 8

Punang paksi asêrang-sêrangan Sampune mêngkana sira


Para burung melayang berterbangan Kemudian setelah ia

girang mulat tumoning sang wahu pêrapti pêrapta gêriyanira kang aran Malik
girang melihat Yusuf telah datang tiba di rumah si Malik

kang sarwa kusuma nungsung injang sira sami rawuh


segala bebungaan menyongsong pada pagi harinya berdatanganlah

tanpa nêndhênging mêkar sagunge wong niningal


buru-buru bermekaran segenap orang yang ingin melihatnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


age kongas gandanira Nabi Yusup samêya manjing ing gêriyane Malik wahu
merebakkan wanginya Nabi Yusuf mereka mendatangi kediaman si Malik

mapan ginungakên sira supênuh tanpa linggaran


telah diagungkanlah ia (Yusuf) penuh sesak tiada yang mau pergi

dening Yang ing bumi Mêsir kèdêran umahe Malik


oleh Tuhan di negeri Mesir di sekeliling rumah si Malik

178
9 10

Kang atunggu lawang mujar Kang kari sira mangkata


Yang menjaga di pintu pun berujar Yang berikutnya masuklah (untuk melihat)

atut ana rare cili apêkik pinalampah dinar age ngasungi


ada anak yang rupawan (di sini) berjalan sambil memberikan

yèn paksa sira andulu roro sawijeku


jika kalian ingin melihat uang dinar dua keping untuk satu orang

abêcik sira asunga dadêya sireng ing ngundhakan


maka berikanlah dahulu kemudian dinaikkanlah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dinar age wong akeh samêya sung asung dening wong atunggu lawang karsanepun
uang dinar, segera semua memberikannya oleh si penunggu pintu

sami manjing gêriya nira ingunggahakêning beya


semuanya pun masuk ke dalam rumah dinaikkanlah uang pembayarannya

kang aran nakoda Malik sapuluh satus wong siji


(kediaman) si saudagar Malik sepuluh hingga seratus dinar seorang

179
11 12

Têkeng tigang atus dinar Hirika Malik angrasa


Bahkan hingga tiga ratus dinar Malik pun merasa

pêrandene sêdaya ge ngasungi kasukêran gêriya sêsêk atindhih


meski demikian semua tetap menyanggupi kesulitan dengan rumahnya yang sesak

dènira kapingin ewun dening wong mangke andulu


mereka sangat ingin oleh segenap orang yang melihat Yusuf itu

tumingal ing Bagendha akèn amêdalana


bertemu dengan Baginda ia menyuruh mereka keluar

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Yusup laksana sira andulu sapêraptane jawi wong jêjêl ingênuh
Yusuf, seakan mereka terlihat di luar rumah pun telah penuh sesak

kaliwat kasmaran bêrangta lali gêriya sowang-sowang


amat rindu-cintanya (kepada Yusuf) mereka tiada ingat dengan rumahnya

lali ing gêriya nireki kasmaraning sang apêkik


hingga lupa dengan rumahnya dilanda rindu-cinta dengan sang rupawan

180
13 14

Warnane ing wong tumingal Anêngakêna saksana


Wajah-wajah orang itu terlihat Tinggalkanlah kisah itu sejenak

lali anak dera tan wêrin laki kahocapa wong wêruh ing Yang piralaki
tiada ingat lagi anak dan suaminya terlebih jika orang yang berjumpa Tuhan

kadang wargane tan emut lamun kuwasaha dulu


tiada ingat akan sanak saudaranya jika mampu melihat

tanpa ngêrungu tinanyan mangsa kêna ngartika


tiada mendengar jika ditanya tiada mungkin lagi berucap

Buku ini tidak diperjualbelikan.


saking gênge kandhêhe bêrangta wulangun yèn ilinga ing sanak kadange wahu
akibat dilanda cinta-rindu teramat besar kalau teringat pada sanak saudaranya

kang lagêya dèrèng tumingal aningali ing manusa


yang belum sempat melihat Yusuf jika (baru) melihat manusia (Yusuf)

lir wong edan tan jinampi sêmono pêrandene lali


bagai orang gila tiada bisa disembuhkan seperti itu saja sudah lupa diri

181
15 16

Risampunira mêngkana Sagunge wong kang tumingal


Demikianlah seusai itu Segenap orang yang melihat

ing ngahèse Yusup dènira Malik sami cêngêr katon ing sang wahu pêkik
dihiaslah Yusuf oleh si Malik semua takjub memandang sang rupawan

binusanan asêri luhung kang girya sêsêk supênuh


dikenakan pakaian kebesaran rumah (Malik) pun penuh sesak

wastêra nireng ngêmasan Malik sira angrasa


busananya keemasan Malik merasa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


cahya nira wêdana kadêya daru kasukêran denira wong andulu
roman mukanya bersinar gemintang kerepotan dengan mereka itu

rinarêngga ing busana tan kêna tinundhung sira


berbalutkan busana indah tiada bisa diusir mereka

sayimbêh dera wèh bêrangti malah saya andhatêngi


diberikan penghormatan dan penuh kasih malah semakin banyak yang berdatangan

182
17 18

Pun Malik asêru tumingal Balikan ujara nira


Malik pun kemudian berseru Kembali tentang tawaran si Malik

lah tebusên rare pêkik aluwih sing saparsa anêbusa rare iki
tebuslah anak rupawan ini siapa saja yang ingin menebus anak ini

apan datan sêsameku inagarib kawêlas ayun


tiada manusia yang menyamainya hendak membawa Yusuf ke negerinya

pantês lamun ngartika ya ta inganyang sira


serasi jika berbicara berikan harga penawaran kalian

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tur jatmika lah têbusên rare iku kalih laksa wolung èwu èstêri jalu
lagi baik tata lakunya, tebuslah anak ini sebanyak delapan ribu laki perempuan

Bagendha Yusup lingira akathah wong ngurupana


Baginda Yusuf berkata segenap orang saling menawar

ayêwa ingsun dera puji ing sapa nganyang ingreki


janganlah kau puji diriku siapa pun mengajukan penawaran

183
19 20

Lamun ajiya sêmana Pun Malik asêru atawa


Namun yang mengajukan tawaran Malik berseru menawarkan

agung arsa sajêrone kutha iki ing tumingal têbusên rare iki
banyak yang ada di kota itu kepada semua untuk menebus anak itu

tumulyakêna lara gung dadêyana sêwara anguwuh


tiba-tiba ditimpa sakit berat seketika terdengar suara

antuk tulah pênganyang sêka ring ngawang-ngawang


terkena celaka karena menawar datang dari langit

Buku ini tidak diperjualbelikan.


datan ana waniya nganyang rareku nora nana kuwasa nêbus rareku
tiada lagi yang berani menawar anak itu tak ada yang mampu menebus anak itu

ing Bagendha Yusup ika Ru yan Ibnu Walid kuwasa


sang Baginda Yusuf itu hanya Ruyan bin Walid yang mampu

ajêrih kandhuhan lareki iyeku pêrabu ing Mêsir


takut celaka disebabkan anak itu ialah sang raja Mesir

184
21 22

Anêngakêna saksana Nênggih ayun ngurupana


Tinggalkan sejenak cerita itu Maka hendak ditebusnyalah

kahocapa mêne dera sang kawi wong sêlaksa walung èwu inguni
dikisahkan menurut riwayat dengan budak sebanyak delapan ribu

wontên wong ayun anêbus ingkang madarbe puniku


ada seseorang hendak menebus (Yusuf) yang dimilikinya itu

nênggih lerira Sadat ya to wong wadon ika


yang tinggal di antara Sadat sang wanita tersebut

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wong èstêrika kaliwating sugih epun anggarjita angrungu wartaning tutur
seorang perempuan yang kaya raya hatinya tergugah mendengar kabar itu

winartaning liwat dalan ya ta marang gêriyanira


telah mendengar kabar yang beredar maka pergilah ia ke rumah

yèn ana rare apêkik ingkang aran sira Malik


jika ada anak rupawan orang yang bernama Malik

185
23 24

Anuli manjing ing pura Yata sinung pangawasa


Segera masuklah ia ke dalam rumah Ia telah diperlihatkan

apti sira atakèning sira Malik dening Sukma yata atakèn agêlis
bertanyalah ia kepada Malik oleh Tuhan, lalu ia segera bertanya

yèn tuhu dol ing rareku apan ta tuwan pukulun


apakah benar hendak menjual anak itu apakah engkau ini

anoning sira Bagendha dudeku janma tuwan


saat melihat Baginda bukanlah seorang manusia, tuan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Yusup kanggêk tan kuwasa mujar iku datanana inguni-nguni kayeku
Yusuf, ia terpaku tak mampu berucap tiada pernah ada yang seperti ini

agawok pêkiking rupa sêlami ningsun nèng dunya


takjub akan kerupawanan wajahnya selama aku hidup di dunia

dinalih dede janmeki durung mulat rupa kayeki


rasanya ia bukanlah manusia belum pernah kujumpai wajah seperti ini

186
25 26

Ingsun iki gawa arta Bagendha Yusup angucap


Aku ini membawa harta Baginda Yusuf berucap

arsa amba anêbusa sang pêkik ingsun iki dinadèkêning Widi


hendak kutebus sang rupawan ini hamba ini ciptaan Tuhan

nênggih tuwan karêp epun baya tah nora awêruh


apapun keinginan tuan apakah kau tidak mengetahuinya

sinêrahakên ingwang ingsun iki manusa


serahkanlah kepadaku aku adalah manusia juga

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kang darbe wontên dene karsaningsun tunggal lawan kabèh ta sira puniku
menjadi milikku, demikianlah keinginanku sama sepertihalnya kalian semua

nadêyan arta satungkêb rat bahud ingsun ingahesan


walau harta seisi dunia kepandaian Tuhan dalam menghiasku

tanana karyane kami karane katon apêkik


tiada artinya bagiku yang membuatku terlihat rupawan

187
27 28

Wong wadon punika ngucap Hirika pan sampun Islam


Sang wanita pun berkata Ia pun telah menjadi Islam

ing Bagendha Yusup atut kayeki arta nepun dinumakên ing miskin
pantaslah Baginda Yusuf seperti ini seluruh hartanya dibagikan ke orang papa

anêguhakên ing qalbu antuk bêrkat Nabi Yusup


telah meneguhkan di dalam jiwa atas berkat Nabi Yusuf

ingsun ing ujarira ya ta wong wadon ika


milikku ini sebagaimana kau katakan demikianlah sang wanita itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yèn pangeran andadèkêning tumuwuh wus atanyama lah têkeng patinepun
jika Tuhanlah pencipta segala yang hidup tiada yang menyamai hingga sampai mati

ya ta wong wadon punika kaliwat ing bagjanira


demikianlah wanita itu kebahagiannya yang amat sangat

ambawa iman tur bakti tumingaling wong aluwih


membawa iman dan bakti kepada Tuhan banyak orang mengetahuinya

188
PUPUH VII
DURMA

1 2

Tan kocapa Sugih êmas


Tiada diceritakan lagi Berlimpah emas

wong wadon iku dening wang ratna widuri murwendah


tentang wanita itu intan berlian yang indah

ana kocapa malih yaya ibu nira sih


ada kisah lagi dikasihi ayah bundanya

putêri nateng Temas winoring sakarsa


Putri dari Temas dipenuhi segala kehendaknya

namanira Jaleka tan wani-wani malanga

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang bernama Zulaikha tiada berani menentangnya

wayah sangang taun malih yèn ana yunireng putêri


saat berusia sembilan tahun jika sang putri memiliki kehendak

kusumaningrat tinurut sira


sang putri bunganya jagat semua dituruti

ayu kasubeng bumi dening kang yaya bibi


cantik di seluruh dunia oleh ayah bundanya

189
3 4

Risampune Sapanglilire
Usai Setelah terjaga

mêngkana putri soleha aguling sang lêwir kusuma


demikianlah sang putri Zulaikha dari mimpinya sang putri

dalu sira angipi awênês asmu bêrangti


malamnya ia bermimpi berbinar-binar dilanda rindu

tumoning Bagendha ya ta injang-injang


bersua dengan Baginda maka pagi-pagi sekali

Yusup pêkik kaliwat sira prapteng bu nira

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Yusuf yang tampan rupawan ia menghadap ibundanya

dènira kasmaran bêrangti kalih anapa ing siwi


ia pun dilanda asmara ada apakah gerangan anakku

ing jêro sêwapna kolèhe sira


dalam impiannya itu apa sebabnya kau

katon tung-tung ing ngaksi nini asmu bêrangti


terlihat jelas di pelupuk matanya putriku dilanda rindu

190
5 6

Aturira Mêyang kadi


Berkatalah Seolah ia

sang putêri pukulun rama luhunging rupa kaliwat


sang putri ayahandanya itu berwajah teramat luhur

ibu manireng uni pamulune akuning


ibundaku diriku semalam kulitnya kuning

angipi tumingal sarira gumawang


bermimpi melihat semarak berkilauan

wong apêkik kaliwat yaya mas sinêpuhan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


seorang lelaki tampan rupawan layaknya sepuhan emas

warnane datan patandhing sutêya yaya kêras neng rawit


tiada tanding kerupawanan wajahnya matanya tajam namun lembut

dèrèng wong mulat lêwir tumêrètèsa


tiada pernah diriku melihat seperti tetesan air

rupa kang kepi uni pawakannya rinukmi


wajah seperti dalam mimpiku semalam berperawakan kencana

191
7 8

Wajanira Tan kuwasa


Giginya Tiada mampu

lêwir muntêyara sinundukan Ibu kawula murjita


seperti rangkaian mutiara aku mengatakannya, Ibunda

èsêm ira lêwir gêndhis ing warnane sang kepi


senyumnya manis bagaikan gula akan sosok impianku itu

awêtu kang cahya nadêyan satungkêb rat


berbinar cahaya seandainya ke penjuru dunia

saking kênyaring waja ibu angulatana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


memancar dari giginya ibunda mencarinya

nyumunuh ing wêdana sêri mangsa manggiya kêkalih


memancar dari mulutnya yang indah apakah mungkin bisa menjumpainya

lêwir pendah surya satangi nira


tak ubahnya seperti mentari seusai aku terjaga

rema andêrawila sêri tansah sumêlang ngaksi


rambutnya berjuntai indah selalu dilanda rasa was-was

192
9 10

Mula ningsun Sun timbali


Itulah sebabnya diriku Akan kupanggil ia

sak agêng bêrangta gung remang dadi kêrama nira nyawa


dilanda kasmaran teramat sangat kunikahkan jadi belahan jiwamu

kangên sang kepi nguni ibu tan wêrin gon gusti


merindukan sosok dalam impian ibu tiada tahu dimana ia berada

yayebu ngartika mênawa anak ing wang


ayah bundanya pun berkata jika saja kau putriku

anak ingsun pangeran wêruh parnahe pangeran

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anakku sang dewi tahu dimana ia berada

sampun sira bunêk ati enage sun atêr nini


usah kau resah hati segera akan kuantar kau anakku

yèn sih anaha kang tan sêweng nala


semoga jika memang benar-benar ada kepada ia yang telah menambat hati

mêne sang kepi uni nira nimas dèwi


sosok dalam mimpimu itu putriku sang dewi

193
11 12

Selamine Asêwapna
Seusai lamanya Ia bermimpi (kembali)

angipi sok agêng bêrangta panganggih sang kepi kuna


bermimpi, demikian besar rasa rindunya bersua lagi dengan sosok dalam impian

tan kêna buktiya goling lingira sang suh dèwi


makan tiada lagi berselera berkatalah sang dewi

gumêrit ing tingal punapa pangeran


terbayang-bayang di mata siapakah kau ini

sumêlèng ing wardaya manusa reka iya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tertancap di dalam hati manusiakah atau bukan

tansah kangêning sang kepi enage sun ulati


diliputi rindu pada sosok dalam impian yang selalu kucari-cari

risampunira kahanan tuwan


usai kemudian ingin tahu keberadaanmu

gênêp satahun malih sumahur ing sang kepi


setelah genap setahun berkatalah sang sosok dalam mimpi

194
13 14

Ingsun yayi Pasatêyakêna


Diriku ini, adinda Berjanjilah

manusa tanpa rabiya yayi mas ubaya ning wang


adalah manusia yang tiada akan beristri adindaku kepada diriku

lamun tan sira mas dèwi wuse mêngkana tangi


jika tidak denganmu, sang dewi usai hal itu kemudian bangunlah

sira ya ratu mas sang putêri kaliwat


demikian juga dirimu, ratu emasku sang putri yang teramat

tanpa laki-lakiya dènira larasmara

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tiada akan bersuami dilanda duka asmara

yèn manira mas yayi ngunguning sang wahu kepi


jika tidak denganku terbayang-bayang sosok dalam impian

puma ratu mas yaya bu nira


ingatlah itu ratu emasku ayah dan ibundanya

sampun nirnakêning janji irika nuli pêrapti


tiada akan ingkari janji mereka pun tiba

195
15 16

Dahat marma Sun atanya


Teramat kasih Aku pun bertanya

yayebu mara hing putêra sumahur èsêming ring wang


ayah bunda kepada sang anak dijawab dengan senyumannya

katuwan nini putêri sêmu bêrangta bapaji


kepada sang putri demikian kasmaran diriku ini, ayahanda

kolèh ira nyawa lawan asung sabda


kenapakah engkau anakku ia lalu berkata

lara-lara karuna tanpa rabi-rabiya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


meratap tangis tiada akan beristri

umatur laksêmining puri yèn tanpa manira bu suri


berkatalah sang putri ayu jika tidak denganku sebagai permaisuri

pukulun rama satêya wong ika


oh ayahanda demikianlah sumpah janjinya

wong ika kepi malih ing manira bapaji


sosok itu nampak lagi di mimpiku kepada diriku, ayahanda

196
17 18

Sêsampuning Sira tanya


Seusai Apakah kau tanyakan

kawula ugêm wêncana pernahe kang asung bêrangta


diriku diberi penjelasan itu ada dimanakah ia yang buatmu kasmaran

kagèt ingsun atangi aturira sang putêri


diriku terkejut hingga terjaga sang putri berkata

rasane tiningwang ambotên manira


terasa di dalam hati ini hamba tiada sempat

kadi ana maksiya tumatanya ing parnah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


seperti masih ada bertanya dimana keberadaan

aneng jêrone tilam sari kipêyan têwase yaya bibi


dalam buaian mimpi sosok impian, hati ayah bundanya

sira sang nata lêwir kaparjaya


bersama dengan sang impian seakan tiada percaya

anglês manah ireki ing gunting bêrana kalih


melayang rasanya hati ini keduanya, akan duka lara putrinya

197
19 20

Milu luhên Wus sawarsa


Turut berduka Telah setahun

lumiyat tingkahing putêra laminireng jêro cêrancang


melihat keadaan sang putri lamanya ia di ranjang

warna wênês apalih dadêya sêwapna malih


muramlah wajah kedua orangtuanya kemudian ia bermimpi kembali

dêri tan têdha nendêra yata sang putêreka


sang putri tiada gairah makan dan tidur sang putri itu

yaya kujana papa anggamêli Bagendha

Buku ini tidak diperjualbelikan.


seperti orang yang papa berbicaralah Baginda

rinaksa de pêramèsêwari Yusup sarwa ngêling sang putêri


ditunggui oleh permaisuri (ibundanya) Yusuf, serta merta sang putri teringat

pinarneng giryêwa kang asung bêrangta


di dalam kediamannya yang telah memberikan rindu asmara

cêrancang agung bêrangti ingringsun sira gusti


di ranjang dalam rindu asmara yang hebat kepada diriku, engkaulah itu

198
21 22

Lah warahen Injang sira


Katakanlah Pada pagi harinya

ing pundi mas ênggènira sang putêri marêk ing rama


dimanakah kakanda berada sang putri menghadap ayahandanya

sahurira sang kepi pêrapta nira tur tangis


jawab sang sosok impian setibanya ia pun berurai air mata

mênawa tan wikan sumungkêming pada


mungkin kau tiada tahu berhatur sembah pada ayahandanya

jêngira ngulatana kawula kangjêng rama

Buku ini tidak diperjualbelikan.


engkau carilah diriku ayahanda, selama diriku

parnah ingsun bumi Mêsir aneng jêro cêrancang angipi


aku berada di negeri Mesir berada di ranjang, hamba bermimpi

sampune pajar wus wêruh manira


fajar pun menjelang telah hamba ketahui

sang lêwir kusuma ngêlilir parnahira sang pêkik


sang putri bunga istana pun terjaga keberadaan sang rupawan

199
23 24

Pawarahe Anêngêna
Perkataan Tinggalkanlah sejenak

wong kang asung larasmara sang putêri agêng kasmaran


ia yang dilanda duka rindu asmara kisah sang putri yang dilanda kasmaran

angèring bumi Mêsir wonten ingkang kawarni


lelaki itu ada di negeri Mesir ada sebuah riwayat

suwawi jêng rama sabdaning Pangeran


ijinkanlah ayahanda Tuhan bersabda

paduka putusana tumuruning Bagendha

Buku ini tidak diperjualbelikan.


paduka kirimkanlah utusan kepada Baginda

mara ing nêgareng Mesir Dawud ingkang sangêt bêrangti


menuju negeri Mesir Daud, siapa yang amat mencintai

putêri Jaleka ing Ringsun iya


kata putri Zulaikha diri-Ku, maka

bêrangta nira lumindhih Ingsun aluwih bêrangti


yang ditimpa duka rindu asmara Aku akan lebih mencintainya

200
25 26

Wahyu malih Padha Ingsun


Diwahyukan juga kemudian Seperti halnya Aku (berikan)

angucaping Dawud ika lawan sakèhe kang asêrah


Tuhan berkata kembali kepada Daud kepada segenap orang yang berserah

panêbut Ingsun iki Iringsun iku malih


apa yang Ku-katakan ini kepada-Ku juga

tiba ing sakèhnya Sun lupa sakèhnya


tertuju untuk semua hamba-Ku Kuberikan sebanyaknya kepada

ingkang amuji maring Wang kang rêna pawèh ing wang

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang memberi puji kepada-Ku yang suka berderma kepada sesama

sêwarga Ningsun iku malih sih Ingsun tumiba malih


surga-Ku pun kasih-Ku juga Ku-berikan kepada

tiba sakèhnya ingkang ngabaktêya


diperuntukkan bagi semua kepada siapa saja yang berbakti

ingkang ngêbakteng Kami ing Ringsun iku malih


yang berlaku bakti kepada-Ku kepada diri-Ku

201
27 28

Ingsun tantun Lawan ingkang


Aku catat Serta kepada yang

sakèhe kang bêrangta ring Wang sakèh sun kasihi muwah


segenap yang rindu cinta kepada-Ku siapa saja yang Ku-kasihi

ya Dawud miharseki sun wèhi sih bilahi


hai, Daud dengarkanlah akan keberi cobaan sebagai tanda kasih

sing sapa duraka sawuse mêngkana


bahkan pada siapa pun yang durhaka setelah itu kemudian

ing ringsun iku iya sun patèni rohira

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kepada diri-Ku akan Ku-matikan jiwanya

sun alingi alaneki sesampune pêjah uni


akan kututupi keburukannya usai kematian

sing sapa baktêya kawula ningwang


siapa pun yang berbakti hamba-Ku itu

ing ringsun rêna kami sun sungi dhêndha malih


dan cinta kasih kepada-Ku akan Ku-berikan denda (hukuman) juga

202
29 30

Aningali Pan sing sapa


Lihatlah Barang siapa

Iringsun kang asêrah ingwang ngulati Sun dèn têmu ing wang
siapa yang berserah kepada-Ku mencari-Ku akan menemukan-Ku

nora lêyan iku malih ya Dawud linyok kami


tiada lain lagi ya Daud sungguh benar adanya Aku

ya Dawud sih wikana ngucap asih ring wang


ketahuilah Daud bahwa siapa mencintai kepada siapa saja

ing Ringsun iku iya têka ing wêngi ika

Buku ini tidak diperjualbelikan.


mencintai-Ku Aku pun demikian yang menemui-Ku di waktu tengah malam

kinasihan ingsun iki dèn rêmakên netra neki


mencintainya memejamkan matanya

sing sapa siya kari Sun dhawak


siapa yang mencintai hingga tinggal Aku sendiri yang nampak

ing ringsun angulati mangu-mangu ing wêngi


dan ingin bertemu (mencari) Aku berulang terus di tengah malam

203
31 32

Lamun tan Sun Risampune


Jika tiada Aku Setelahnya

raksane nyawane ika mêngkana sang Pêrabu Temas


yang menjaga jiwa mereka kemudian sang Raja Temas

papiliyan ngong iki pawarahe sang putêri


mereka yang terpilih itu berkata kepada putriya

aniscaya ta tarbang ahidhêp dènira


niscaya akan terbang (lepas) di hadapannya

ilang nyawane ika Sêri Bupati putusan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


hilang nyawanya itu bahwa sang raja akan mengirim utusan

mulih maring Ingsun malih mara ing nêgareng Mêsir


berpulang kembali kepada-Ku pergi ke negeri Mesir

yèn tan asiya mantêri sajuga


jika tiada cinta kasih seorang menteri

Ingsun ing kawuleki suruhan nira aji


Aku kepada hambaku menjadi utusan sang raja

204
33 34

Tan kawarneng Sampun katur


Tidak diceritakan Telah diserahkan

marga rawuh Mêsir enggal nuwala mêring sêri nalèndêra


perjalanannya, tibalah di negeri Mesir surat kepada sang raja Mesir

marêk ing mangkubumi rakinen maca ing mantêri


menghadap kepada penguasa setempat disuruhnya menteri membacakan surat

dadêya sira patêya ing amangku bumêya


yang menjabat sebagai patih kepada sang raja itu

ambakta malêbêng pura unining kang nuwala

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dibawalah mereka masuk ke istana bunyi surat itu

katuju mimba narpati suratira sêri bupati


menuju ke hadapan sang raja Mesir surat sang raja

aneng pasowan negareng Temas


di ruang penghadapan dari negeri Temas

pinarêk ing sangaji awarteng sira kaki


menghadap sang raja Mesir ketahuilah, Tuanku

205
35 36

Putêraningsun Lamun ingsun


Anakku (Terimalah) jika diriku

pawèstêri jugarseng sira kaki dhatêng pêrajanira


yang perempuan telah menghendakimu berkunjung ke kerajaanmu, tuan

kambila pêramèswari angatêr nini putêri


ambillah ia sebagai permaisuri mengantarkan putriku

iku dèn karuwan anêrah marang sira


semua itu berserah menyerahkannya kepadamu

kaki kaharsanira sêsampuning amaca

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kepada kehendak tuan seusai membaca

papagên dènira kaki surat suka sêri bupati


terimalah dirinya, tuan surat itu, bersukalah sang raja Mesir

ing pêraja ning wang ing wartanira


di kerajaan ini atas kabar dari

mêngkana karsa mami sang Pêrabu Temas uni


demikianlah harapanku sang raja Temas itu

206
37 38

Rèhira Wus dinadar


Karena Sebagai balasannya

sang putêri kaloking rat punang utusaning Temas


sang putri terkenal di penjuru negeri utusan dari Temas

kadi paputêraning tulis ing ngupasuba nênggih


layaknya putri dalam dongeng dijamu dalam penghormatan

atmaja sêri Temas dènira sang nata


putri raja Temas itu oleh sang raja

kaliwat ayunira ing Mêsir punang duta

Buku ini tidak diperjualbelikan.


teramat cantiknya Mesir, sang utusan itu

gêpah sang nata malêsi sampune pinisalin


segeralah sang raja Mesir membalas seusai perjamuan

ing nawaleka punang utusan


surat itu sang utusan Temas itu

sêri nata Temas uni pamiting sêri bupati


surat dari raja Temas itu berpamitan pulang kepada sang raja

207
39 40

Tan kawarneng Dening wau


Tiada diceritakan Berdasarkan

marga pêraptengTemas tuwan sung nuwala amba


perjalanannya telah sampai di Temas surat yang tuan kirim kepadaku

enggal punang suruhan nuli tan kêna amba mangsuli


segeralah sang utusan tiada bisa saya membalas

marêk ing sang nata ing sih ira tuwan


menghadap raja Temas atas kemurahan hati tuan

ngaturakên nuwala kapundi ing mustaka

Buku ini tidak diperjualbelikan.


menghaturkan surat sebagaimana kepala

kinèn amaca ing patih kêcangcang pucuking wèni


sang patih diperintah untuk membaca yang ditumbuhi rambut

unining surat pêrasasat amba


isi surat seolah diriku ini

sang Pêrabu Temas uni katiban intên bumi


oleh sang raja Temas mendapatkan intan permata

208
41 42

Sêri bupati Sêsampuning


Sang raja Setelahnya

ing Mêsir mapag ing marga mêngkana adan busana


Mesir akan menjemput di perjalanan kemudian bersiap dalam busana

unining punang tulis angatêring sang putêri


demikianlah bunyi surat itu mengantarkan sang putri

yata rajeng Temas kawarnaha injang


sang raja Temas dikisahkan pada pagi hari

sêsampuning amaca sang putêri adan payêwas

Buku ini tidak diperjualbelikan.


seusai membaca sang putri berhias

surat ira sêri bupati angangge wastêradi luwih


surat balasan raja Mesir mengenakan busana terbaik

sampun ngadhatêwan pinarjeng mas


duduk di kursi kebesarannya berhiaskan emas

apajaring pêramèsêwari sayan sira mantêsi


memberitahu hal itu kepada permaisuri bertambah pantaslah keelokannya

209
43 44

Wus angrasuk Kang amekul


Telah mengenakan busana Para pemikul

raja kaputêrèn tuhêwendah jêmpana busana kumêra


nan indah sang putri tandu berbusana semarak

yaya putêri sêwargi yaya parwata sari


seakan bidadari surga seperti gunungan bunga

mungguhing jêmpana anjêrah katingalan


dinaikkan ke atas tandu kebesaran menyebar terlihat

mas pinatiking ratna pawonganira sandêyah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


berhiaskan emas intan permata seluruh rombongan itu

pinayungan kêrthas welis sami yu ayu raspati


paling depan berkereta warna hijau semua cantik menarik hati

pinalingsir mas malih anggawa


berhiaskan emas serta membawa

têtunggul inten bumi sèwu anaking mantêri


penuh intan permata seribu anak menteri

210
45 46

Pêngalasan Patang puluh


Para abdi (prajurit) Empat puluh

sèwu anunggang turangga ambakta wastêra tuhêwendah


seribu orang menunggang kuda pakaian yang indah

sèwu unta pêra sami sutêra dewangga malih


seribu unta semuanya sutra dewangga

awêrat rajabêrana sasutêya lan mirah


membawa harta perhiasan intan dan batu mirah

intên adi ing Temas lêlancang kakacu mas

Buku ini tidak diperjualbelikan.


intan permata dari Temas gadis dan perjaka

kawan atus sutêra malih lumampah ngayun ing joli


tiada ketinggalan empat ratus sutra berjalan dimuka tandu

ambakta dinar supenuh punang


beserta uang dinar banyak orang

ira sang raja putêri jêjêl angering-iring


milik sang putri raja Temas berjejal dalam iring-iringan

211
47 48

Supacara Antêyan pangambaranira


Dalam upacara (penjemputan) Menunggu kedatangannya

samêya anitih turangga sêri nalendêra


semua menunggang kuda sang raja Mesir

mêngkana sêri bupati lêlamak pêrang wêdani


demikian juga sang raja Mesir beralaskan permadani

mungguh ing wahana upacareng ngarsa


menaiki kuda tunggangannya dalam upacara penyambutan

gagiwangira kêncana mênggêp aneng ngayunan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bergiwang emas kencana amat pantas berada di barisan depan

ararab biludêru wêlis asong-song karthas angrawit


berbalutkan beludru hijau menyongsong kereta indah

kakapa mulya têtunggul ratna


dipenuhi kemuliaan sang putri yang paling depan

pinatiking ratnadi prapteng ngarsa sang putêri


berhiaskan intan permata tibalah di hadapan sang putri

212
49 50

Gêlis tumurun Sang ratnayu


Segera turunlah Sang putri jelita

sang nata sêka ring kuda tumungkul anjêrit karuna


sang raja Mesir dari kudanya seketika pecah tangisnya

amarêk ing sang putêri misêsêgan sang putêri


mendekati sang putri Temas terisak-isak sang putri

sakèhe pawongan tan arsa mulata


semua orang tiada ingin menatap sang raja Mesir

samêya gumingsir sira ngêndikeng inyanira

Buku ini tidak diperjualbelikan.


beranjak menepi berkata pada inang pelayannya

satingalira sang putêri bayu marêka ingriki


namun usai putri melihat sang raja mendekatlah kau kemari

dudu wong ika dudu wong ika


ia berkata, bukan dia orangnya bukan dia orangnya

kang ngasung bêrangteng kami kepi dening mami


yang telah buatku merindu cinta yang menjadi sosok dalam mimpiku

213
51 52

Atur sêmbah Dhinêsêka


Berhatur sembah Didekatilah

pun inya sampun ratu mas mêne sang laksêmining pura


sang inang pelayan putri raja itu berkata kemudian sang putri

yata sang pêrabu Mêsir denira sêri bupati


sang raja Mesir itu oleh raja Mesir

raka jêng paduka asêrah astêra raga


adalah suami tuan putri menyerahkan panah cintanya

punika lagi pêrapta sumaput ing wardaya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ia telah datang bersiap sang putri tak sadarkan diri

sang putêri saya asêdhih nuli kêntaka sang putêri


sang putri semakin bersedih hati sang putri jatuh pingsan

tambuh rèhanya gêpah pawongan


tiada karuan rasanya tergopoh-gopoh segenap orang

baya sira ngêmasi jumaga tulung agêlis


seperti hendak mati segera memberikan pertolongan

214
53 54

Punang êmban Ngangên-angên


Segenap emban pelayan Dalam angannya

angrampa sarta karuna alinggih sêri nara nata


menggotong sang putri seraya menangis sang raja duduk

sêpanoning sangaji paran mula sang putêri


sang raja melihat hal demikian itu apa sebabnya sang putri

kanggêk asmu duka tan arsa ing ring wang


terpaku dalam amarah tak ingin bersamaku

manahe sêri nalendêra agung alara waspa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


hati sang raja teramat luka hatinya

tumingaling sang suh dèwi tinunggu ing para cèthi


melihat diri sang putri sang putri ditunggui oleh para pelayan

tan arsa miyat dalah sadina


tiada mau menatap hingga sehari

kandhêg sang nata angling salatêri nora ngêlelir


sang raja berkata dalam hatinya semalam tiada juga terjaga

215
55 56

Yata injang Risampuning


Pada pagi harinya Setelahnya

sang putêri ngêlilir anggana mêngkana sêri nara nata


sang putri siuman dengan sendirinya kemudian sang raja Mesir

rêntêngira ngêrimangi amara asmu runtik


kesedihan duka lara mendatanginya dalam amarah

usiking wardaya aptêya maksaha


mengiris hatinya hendak memaksa

tanpa karya wak ing wang mara ing sang putêreka

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tiada hasil diriku kepada sang putri

ngulati sang wahu kepi mantuk ing jêro kitha Mesir


mencari sosok dalam impianku pulang menuju kota Mesir

tan wêrin polahan matur pun inyanira


tiada hasrat menggerakkan badannya berkatalah sang inang pelayannya

nira sang raja putêri nira sang raja putêri


sang putri raja itu kepada sang putri raja

216
57 58

Aji Mêsir Wong kang kepi


Sang raja Mesir Orang yang ada dalam mimpiku

dhatêng punika ratu mas iyeku kêramengsun iya


mendatangi sang putri dialah jodohku sesungguhnya

satingale sang putêri ingêndi gèn papanggih


sang putri melihat hal itu dimanakah akan berjumpa

wor maras ing nala mêneki dadining wang


berkata dalam hati beginilah akhirnya diriku ini

sêsambate mêlas arsa satingale sang nata

Buku ini tidak diperjualbelikan.


keluhnya dalam kesedihan saat sang raja melihat

dudu kang kanoning mami mara ing sang suh dèwi


dia bukan seperti yang kulihat mendatangi sang putri

ing jêro sêwapna aniraming têwas


dalam impianku tersiramilah hatinya

kang asung bêrangteng kami mari dènira runtik


yang membuatku rindu kasmaran padamlah kemarahannya

217
59 60

Awusana Yêwa salah


Akhirnya Janganlah menyalahkan keadaan

tiba sih ira sang nata dêriya sabara dènira


sang raja pun merasa kasihan sabarkanlah hatimu

rêka leka sang putêri asiya sira nini


seketika saat itu sang putri kau kasihilah

amidhêngêr sêwara marang sêri nalendêra


mendengar sebuah suara kepada sang raja Mesir

mejil sêka ring nora marganira panggiya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


muncul tiada nampak yang bersuara ia adalah jalan bagi perjumpaanmu

unining sêwara mèngêti lan sang kepi dinta nini


ujar suara itu mengingatkan dengan sosok dalam impianmu kelak

ya putêri Temas aneng jêro pura


hai putri Temas di dalam istana

yêwa maras lan pêriyatin nira sangaji Mêsir


janganlah kau bersedih hati sang raja Mesir

218
61 62

Sawusira Mêngkana malih


Usai sang putri Begitu juga

angrêngên sêwara kapiyarsa kawula nira Pangeran


mendengar suara yang memberitahunya hamba Tuhan

sirna dènira sêdhih nênggih sira wo g u i


hilanglah kesedihannya orang-orang mukmin

pêrcaya ing Sukma tatkalane maras


meyakini pada Tuhan ketika diliputi kecemasan

wahu kang asung warta ebat ari qiyamat

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang telah memberitahunya takut akan hari kiamat

rêna manahe sang putêri angrêngên sabdaning Widi


suka cita hati sang putri dengarkanlah sabda Tuhan

wuse mêngkana wêdharing sabda


seusai itu kemudian sabda Tuhan menerangkan

sang ayu nuting kapti ya kawula Ngong ika


sang putri pun mengikuti kehendak takdir ya hamba-Ku semua

219
63 64

Ayêwa maras Nulya tutut


Usahlah cemas Lalu menurutlah

dêriya pêriyatining nala sang putêri tumurun sira


hatimu diliputi kesedihan sang putri pun turun

eh kêkasih ngong sami ing ngeringakên mijil


kasih sayang-Ku meliputi kalian semua keluar mengiringi

hirika suh sirna dènira sang nata


maka kalian hapuslah sang raja Mesir

ilang pêriyatinira pinikuling jêmpana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


hilangkanlah kesedihan hatimu diusung dalam tandu kebesaran

angandêl pitulunging Widi mas pinatiking ratnadi


yakinilah pertolongan Tuhan berhiaskan emas pemata

mêngkana uga sêri naranata


demikian juga halnya dengan sementara sang raja Mesir

putêri Jalikeng uni saha nitih kuda sêri


putri Zulaikha itu menaiki kuda yang indah

220
65 66

Tan kawarneng Tumuruning


Tiada diceritakan Turunlah sang putri

marga rawuhing pura mas jêmpana sireng ngêmasan


perjalanannya telah sampai di istana dari tandu kebesaran berhias emas

kêdhatoning sang putêri ingiringakên manjing


istana kediaman sang putri beriring melangkah

jêjêl awurahan lastari jêro pura


ramai berjejalan menuju ke dalam istana

sêkèhe wong nêningal apan wus cinadhangan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


segenap orang yang ingin menyaksikan telah dipersiapkan pula

samêya anglêmbaneng warni pagulinganira mas dèwi


semua memberikan sanjungan tempat tidur sang putri

saksana pêrapta parnahing pura


lalu sampailah sang putri istana sang putri

munggeng pura sang rasmin kilèn sang wahu pêrapti


memasukii istana yang indah dikelilingi oleh air

221
67 68

Wus sumadêya Muwah ingkang


Telah disiapkan Demikian juga dengan

pêgulingane sang ratna upacareng pagulingan


tempat tidur sang dewi hiasan di tempat tidur

munggeng pura sang rasmin gagantungan ratnadi


di dalam istana sang putri bergantungan intan

kêdhaton kêncana tinuting muntêyara


istana emas kencana berikut mutiara

pinatiking sasutêya lêlangse sutêra jingga

Buku ini tidak diperjualbelikan.


berhias intan permata berkelambu sutra jingga

pinajang pajangan asêri kinatipan intên bumi


dipasang begitu indah berhiaskan intan

sutêra dewangga sinalênggeng mas


kain sutra bidadari berselingan dengan emas

pirêmas amênuhi yaya pura ning sêwargi


dipenuhi emas dan batu safir laksana istana di surga

222
ARUM-ARUM
69

Arum-arum
Harum wewangian

tan ilang sumêngeng gêrana


tiada hilang merebak di rongga penciuman

jêbad lawan kasturi


jebat serta kasturi

sinawur èrmawar
bertabur bunga mawar

èrgulo rasamala
kusuma mawar rasamala

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kalêmbak kayu kasturi
kelembak kayu kasturi

anêrusing pura
meliputi seluruh istana

kadi gandaning sêwargi


laksana wewangian surga

223
ARUM-ARUM
70

Kawarnaha
Dikisahkan

sakathahe marunira
segenap para istri

kabèh samêya kapanggih


semua berbaku sua

samêya kawismayan
semua berbaku takjub

tumingaling sang ratna


menatap sang putri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kadi paputêraning tulis
laksana rani ratu dalam dongeng

liwat sih marma


teramat kasihlah lantarannya

nira sang nateng Mêsir


ia sang raja Mesir

224
71 72

Cahyanira Dadêya liniru


Cahaya wajahnya Digantilah

lêwir sêsangka karawinan sira dening Pangèran


laksana berasal dari mentari sang putri oleh Tuhan

angilabi sang putri jinarupa sang putêri


memancar pada wajah sang putri sosok yang menyerupai wajah sang putri

sêkèh marunira pinangka gantêyan


tak sebading dengan segenap para istri menjadi penggantinya

mungguh aneng pura mas dènira sacumbana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yang berdiam di istana ialah yang bercumbu

adan kasaputing wêngi karsanira sêri bupati


segera malam pun tiba bersama sang raja

sêri nara nata Putêri Soleha


sang raja Putri Zulaikha

arsa sira narèni rinaksa ing Yang Widi


hendak meniduri sang putri dibawah perlindungan Tuhan

225
73 74

Tan kuwasa Sabrandina


Tiada mampu Setiap hari

yèn jalêwa wêneh sira pêngayunira sang ratna


jika sorang lelaki menginginkan sang putri berpengharapan

angrabasi sang putêri mêring suwapna inguni


memerawani sang putri akan terwujud impiannya

maksih kênya ngêraras kêrana sang ratna


ia masih tetap perawan karena sang putri

sinadêya ing bagendha kang asadêya muktêya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ditakdirkan hanya untuk Baginda telah ditakdirkan kebahagiaannya (jodoh)

Yusup de Yang Maha Suci sira Nabi Yusup binjing


Yusup oleh Tuhan kelak bersama Nabi Yusuf

putri Soleha sang pêrabu sira


putri Zulaikha sang raja

tan pêgat agung bêrangti Mêsir darma gadhuhi


tiada putus memendam asmara Mesir hanya sekedar dipinjami

226
75 76

Mêngkana malih Wontên malih


Demikian juga halnya dengan Terdapat juga

pêramèswarinta Bagendha pêramèswarinta Bagendha


permaisuri dari Baginda permaisuri Baginda

Suleman nama Balqi Musa kocapa ingriki


Sulaiman yang bernama Balkis Musa yang dikisahkan

kang mukti wanita kang anama Siyah


yang ditakdirkan bersamanya bernama Masitah

kangjêng Sulthan Sulaiman sêri Pirngon ku nalendra

Buku ini tidak diperjualbelikan.


adalah Sultan Sulaiman sang raja Firaun

nama ratu sakti Ringjin punika darma gadhuhi


sedangkan yang bernama raja Ringjin itu hanya sekedar dipinjami

darma sêdhahan Bagendha Musa


hanya sekedar dipinjami Baginda Musa jualah

de saniradi Sidiq wusana kang amukti


oleh Tuhan Sang Waskita yang akhirnya ditakdirkan bersama

227
77

Mêngkana malih
Demikian juga halnya dengan

pêramèswarinta Bagendha
permaisuri Baginda

Rasul ingkang linuwih


Rasul pilihan (Muhammad)

kang nama Atijah


yang bernama Khatijah

bagendha rasul ika

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Baginda Rasul Muhammad itulah

wusana ingkang amukti


yang akhirnya ditakdirkan berjodoh

sira sang raja


sedangkan sang raja

Umar darma gadhuhi


Umar hanya sekedar dipinjami oleh Tuhan

228
PUPUH VIII
PANGKUR

1 2

Risampunira mêngkana Yèn tuhu sira dol bocah


Setelahnya kemudian Sungguhkah kau menjual seorang anak

kahocapa sira sang raja putêri wot sêkaring kang aran pun Malik
dikisahkan tentang sang putri Malik pun berhatur sembah

lama anèng jêro kêdhatun matur ya tuwan pukulun


yang telah lama berada di dalam istana kepada sang raja ia mengiyakan

Nabi Yusup winarna sang pêrabu ris atanya


dikisahkan Nabi Yusuf sang raja pun bertanya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dinol dening Malik marang sang apêrabu di rupanè rare kang dera dol iku
dijual oleh Malik kepada sang raja mana anak yang hendak kau jual itu

ing Mêsir adan atanya manirarsa wêruhing warna


Mesir, seraya mengamatinya raja bertanya aku ingin tahu orangnya

mara hing nakoda Malik yata ingandikan agêlis


kepada saudagar Malik demikianlah kata sang raja

229
3 4

Sapêrapta nireng bagendha Wontên sih caritanira


Setibanya Baginda di Yusuf hadapan Ada lagi sebuah kisah

Yusup punang sagunging wong anangkil Syèh Ibrahim lawas namaning uni
segenap orang yang menghadap raja tentang Syeh Ibrahim di masa lalu

sami cêngêng kang andulu ayun amêng-amêng wahu


semua orang tercengang melihat yang sedang berjalan-jalan

tan kena salah tingal pasare wong Bêsarah


seolah salah melihat di pasar orang-orang Basra

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tan kawasa mujar-mujar karyanepun ya ta mulating adol titiyang jalu
tiada mampu berkata-kata melihat orang yang sedang menjual budak

sapêrapta nira bagendha ujare kang awadeyan


setibanya Baginda kata orang yang sedang menjual budak

Yusup ing sêri narapati saparsa nêbus rareki


Yusuf di hadapan sang raja Mesir siapa ingin menebus anak ini

230
5 6

Anging cêlane têtiga Tumingal Sèh Ibrahim awas


Namun ada tiga keburukannya budak ini Sueh Ibrahim memperhatikan

kang sanunggal tanpa turu ing wêngi ing sajêroning wardaya nireki
yang pertama ia tiada tidur di malam hari di dalam relung hatinya

kapindho tanpa bukteku kaya wong wêruh ing Yang agung


kedua tiada makan ia seperti orang yang mengenal Tuhan

mangke sadina-dina yata sumaur sira


sehari-harinya maka berkatalah ia

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kaping tiga tanpa ngucap-ucap iku yèn ningsun tan salah arsa karyeku
ketiga ia tiada berbicara jika aku tidak salah menilai

anging tan kuwasa nira nora wêruh ênggone sira


jika tanpa kemauannya kau (penjual budak) tiada tahu

ingucap dènira malih rupaning wong wêruh ing Widi


ucapnya kemudian diri orang yang mengenal Tuhannya

231
7 8

Lingira Sèh Brahim awas Sabdane Ibrahim awas


Syeh Ibrahim berkata Ibrahim berkata

ing atawa pira dera dol iki atut amba arsa ngêlêbarakên iki
berapakah kau jual budak ini aku hendak membebaskan budak ini

ature punang uneku matur ing Yang Maha Luhur


sang penjual menjawab Ibrahim bermohon kepada Tuhan

sakarsanta nêbusa gusti pangeran amba


terserah berapapun kau menebusnya Ya Tuhanku

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pira jining wong edan apan tan arju manireki arsa ngêlêbarakên iku
tiada harganya orang gila hamba hendak membebaskan budak ini

apaksa arsa nêbusa kêrana amba saka tutuju


jika memaksa hendak menebusya karena yang hamba tuju

wong edan samya lan jati nana dènira Yang Widi


benar-benar sama edannya tiada lain hanya Engkau

232
9 10

Ya ta titiyang punika Tutut mêrêm Sèh Bêrahim agêya


Sang budak itu pun Syeh Ibrahim segera memejamkan mata

inguwakên dènira Sèh Ibrahim lumampah tinarik tigang janggeki


diberikan kepada Syeh Ibrahim dituntun berjalan dalam tiga langkah

kinèn lungaha mangke wus tumulya mêlèk ing wahu


ia telah dibebaskan untuk pergi kemudian Syeh Ibrahim membuka mata

ya ta titiyang ika Sèh Brahim iku mulat


sang budak yang telah merdeka itu Syeh Ibrahim menyaksikan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anggamêli asta Sèh Ibrahim iku aneng Mêkah anjênê gi g K h s pu
memegangi tangan Syeh Ibrahim ia telah berada di Kabah kota Mekah

sarta wahu ingandikan titiyang puniku muksah


seraya ia berkata budak yang telah merdeka itu lenyap

tuwan mêrêma Sèh Brahim tan katingal warnaneki


tuan Ibrahim pejamkanlah matamu tiada lagi terlihat sosoknya

233
11 12

Cêngêr Sèh Ibrahim awas Cêngêr wong sapênangkilan


Syeh Ibrahim tercengang Orang di balai penghadapan tercengang

mulat muksah titiyangira aglis mulating Bagendha Yusup kang warni


mengetahui orang itu telah lenyap menyaksikan sosok Baginda Yusuf

yèn angucaping jêro qalbu kacaryan pandulu nepun


ia berucap dalam hatinya terheran-heran menatapnya

wong luwih kapusira lêng-lêng tan kêna mujar


ia benar-benar orang pilihan terpaku tanpa bisa mengucap

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anêngêna Sèh Bêrahimawas deningsun idhêp dede manusa ing cipta nepun
tinggalkanlah kisah tentang Syeh Ibrahim pikirnya itu bukanlah manusia

BagendhaYusup kocapa dadêya sinung pangawasa


dikisahkan Baginda Yusuf hal itu telah menjadi perhatian

prapteng pasowan narpati nata gung ing bumi Mêsir


tiba di balai penghadapan sang raja Mesir sang raja negeri Mesir

234
13 14

Atakèn sireng adagang Sapamirsane sang nata


Raja bertanya kepada sang pedagang Seusai mendengarnya sang raja

ing kawulanira kang aran Malik kagawokan ing warta nira Malik
yang bernama bernama Malik takjub akan cerita Malik

ingêndi gènira nêmu angêndika sangaulun


dimanakah kau dapatkan sang raja pun bertanya

ing rareku kang endah mangke sira dol pira


anak yang rupawan itu hendak kau jual berapa anak itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


awot sêkar pun Malik maring sang pêrabu atur sêmbah nakoda maring sang pêrabu
Malik berhatur sembah kepada sang raja Malik berhatur sembah kepada sang raja

dok antuk sireng Bagendha punika tuwan têbasa


bagaimana ia mendapatkan Baginda silakan tuan menebusnya

Yusup apapajar uni sabotepun rare cili


Yusuf pun diceritakannya kepada raja sesuai dengan berat tubuh anak ini

235
15 16

sawratepun mas sêlaka Ki patih sira parintah


seberat emas Sang raja memerintahkan sang patih

lan muntêyara tanapi wastêra adi akèn ngambil wilulang agêlis pêrapti
dan mutiara serta busana indah untuk segera mengambil kulit

sutêra dewangga sang pêrabu carmanira wus kahatur


sutra dewangga milik raja kulitpun telah dihaturkan

cindhe sinjang rasukan ya ta sira dinarman


bakal kain sutra dan pakaian jarumilah (jahitlah), kata sang raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sêri nalendêra lingira paraning dulu depun karya anggènira anêraju
sang raja memberi perintah jadikan untuk tempat teraju (timbangan)

ing apatêya mangkubumêya andikanira sang nata


kepada patih kerajaan demikianlah perintah sang raja

kinèn timbange rareki ing ki patêya mangkubumi


menyuruhnya menimbang berat anak itu kepada patih kerajaan

236
17 18

Yèn sira timbangên pira Wêrat Nabi Yusup uga


Kau timbanglah berapa Masih lebih berat Nabi Yusuf

bobotane rareku mangkubumi ingimbuhan dinar limang lakseki


beratnya anak itu ditambah lagilah uang dinar lima laksa

kadar pira awêratepun awêrat uga Nabi Yusup


ah, memangnya berapa sih beratnya masih lebih berat Nabi Yusuf

titiyang alit tuwan malih sireng ngimbuhan


ini hanya anak kecil, tuan ditambahkan lagi uang

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ya ta kinèn timbangên dera sang pêrabu dalah têlas dinarira sangaulun
maka raja pun menyuruh menimbang hingga habis semua uang dinar sang raja

Bagendha Yusup tinimbang ênting raja darbe nira


Baginda Yusuf pun ditimbang habislah uang sang raja

lan darham limang lakseki sang pêrabu negareng Mêsir


dengan uang dirham lima laksa sang raja negeri Mesir

237
19 20

Mêngkana wong antuk iman Andikanira sang nata


Demikian halnya dengan orang beriman Sang raja pun berkata

tuhid ing Yang têmbe yèn tinimbang iki lah timbangên sagunge arta mami
jika kelak tauhid kepada Tuhan ditimbang timbanglah dengan seluruh hartaku

lawan dosanira lamun abot uga Nabi Yusup


dibandingkan dengan dosa-dosanya ternyata masih lebih berat Nabi Yusuf

binjang ari qiyamat sang pêrabu angandika


kelak pada hari kiamat (penghitungan) sang raja pun berkata

Buku ini tidak diperjualbelikan.


abot uga maring iman tuhidepun ing sêdhahan gêdhongira sangaulun
akan beratlah timbangan iman tauhidnya kepada bendahara gudang istana

nadêyan kèha dusa nira yèn ana karyarta ningwang


meskipun banyak dosanya namun jika masih ada hartaku

culing iman tuhid luwih kabèh wêtokêna ugi


akan lenyap oleh beratnya iman tauhidnya keluarkanlah semua

238
21 22

Umatur ingkang sêdhahan Angandika sêri nalendêra


Berkatalah sang bendahara istana Sang raja pun berkata

gêdhong têlas tanana kari narpati ing adagang kang aran sira Malik
harta di gudang istana habis tak tersisa kepada si pedagang bernama Malik

kagawokan sangaulun tan kawasa wang anêbus


terkejutlah sang raja aku tiada mampu menebus

angartikeng wardaya sawêratepun lan arta


ia bermenung dalam hatinya dengan seluruh hartaku

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tan samanya rareki ing ciptaningsun yèn sira wèh lan arta katimbang iku
anak ini tidak seperti yang kupikirkan jika mau berikan ditukar dengan hartaku

muwah kang amarêk sama singgih paduka bêthara


demikian juga semua orang di sana baiklah paduka raja

kagawokan aningali kawula gusti nanggapi


terheran-heran menyaksikan itu semua hamba menyanggupinya (kata Malik)

239
23 24

Sang nata ting sukanira Aniba kalêngêr pisan


Sang raja pun bersuka cita Malik pun terkulai lemas

ingambilan rareku gêlis kinanthi kêpatiyan tarka nira ningali


dibawalah segera anak itu seperti mati usai ia mengetahui

kocapa Malik sireku dalah pêjah Malik sampun


Dikisahkanlah tentang si Malik lalu Malik pun pingsan

dera dol tan wêruh sira gêpah rarencangira


yang telah menjual tanpa ia tahu segenap orang-orangnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing jatine warnanira Nabi Yusup samêya tulung saksana anglelir wahu
diri sejati Nabi Yusuf segera menolongnya hingga ia tersadar

risampunira tumingal alungguh ngusapi waspa


seusai ia diperlihatkan diri sejati Yusuf ia lalu duduk mengusap peluh

kanggêk tan kêna ngêling kang aran nakodha Malik


terpaku tiada bisa mengucap lelaki yang berjuluk saudagar Malik itu

240
25 26

Risampunira mêngkana Pun Malik marêk ing sira


Seusai kejadian itu Malik kemudian Malik pun mendekati

matur ing sang pêrabu patik bêra pamit Nabi Yusup aparnata sira Malik
berpamitan dengan sang raja Nabi Yusuf di tempatnya

nêdha sih amba pukulun atakèn Bagendha Yusup


memohon restu sang raja Baginda Yusuf pun bertanya

ayun sapocapana marang ngêndi nakodha


memohon untuk diperbolehkan berbicara bagaimana saudagar Malik

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lawan rare alit sang nata angutus alon matur pun Malik singgiya ri pukulun
dengan anak kecil itu, sang raja berucap berkata pelan si Malik, oh tuan

suka ngong yèn arêp sira pawong sanak lawan tuwan


silakan jika kau hendak selama hamba bersama tuan

sapocapan lan rareki durung wêruh rupa kayeki


berbicara dengan anak itu belum pernah tahu sosok seperti tuan

241
27 28

Kawula dèrèng amulat Ayun ingsun wangsulêna


Hamba belum pernah menyaksikan Rasanya ingin kukembalikan

warnanira kang kaliwat apêkik dahat ingsun kaduhung ananggapi


wajah tuan yang teramat rupawan hamba menyesal telah menyanggupi

mangkêya wong sampun andulu dok ingsun durung andulu


setelah hamba mengetahui karena hamba belum menyadari

warnanira pangeran warnanira pangeran


diri tuan sesungguhnya diri sejati paduka tuan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ênti gawok manira ing sang abagus pan angrasa kathah kang punang panêbus
betapa terkejutnya hamba melihat tuan kupikir uang penebus itu teramat banyak

kaduhung amba pangeran risampun amba tumingal


hamba menyesal rasanya tuan namun setelah mengetahui

nanggapi arta narpati ing rupa niradi luwih


menerima harta pembelian raja sesungguhnya sosok tuan yang pilihan

242
29 30

Kêrasa kêdhik kang arta Bagendha Yusup angucap


Terasa amat sedikit harta tebusan itu Baginda Yusuf pun berkata

warnanira kang kaliwat apêkik ing adagang ingkang aran pun Malik
dibanding diri tuan yang teramat mulia kepada si pedagang yang bernama Malik

lingira Malik umatur sira paksa kudêyayun


Malik kemudian melanjutkan berkata jika kau memaksa ingin

mêlaku winartanan wêruh ing kêjatining wang


berjalan sambil berbincang tahu sejatinya diriku

Buku ini tidak diperjualbelikan.


rèhira wus apisah kêlawaningsun ayêwa umatur yèn ningsun Bagendha Yusup
karena tuan telah berpisah denganku jangan cerita jika aku ini Baginda Yusuf

mêne amba jatènana kaparnah atmaja nira


hamba mohon terangkan sejatinya tuan aku adalah putra dari

dèn tulus sih ireng kami Bagendha Y ku su iki


dengan tulus kasih kepada hamba Sang Baginda Yakub

243
31 32

B ge dh Y ku wêruhanta Risampunira mêngkana


Ketahuilah bahwa Baginda Yakub adalah Setelah kemudian

wêkanira Bagendha Ishaq Nabi pinajar ing Bagendha Yusup iki


putra dari Baginda Ishak diterangkan oleh Baginda Yusuf

Ishak nêngggih kang asunuh agung panalangsa nepun


Nabi Ishak adalah putra dari teramat besar penyesalan Malik

Ibrahim iku duta angrasa sêmu waspa


Ibrahim yang menjadi utusan Tuhan terasa keluar airmatanya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kang ingaku mitra dening Yang Agung sarirane dhawak ingkang pinangluh
yang dianggap amat dekat dengan Tuhan badannya serasa rempuh

titiga ta tuwan ningwang manireki dagang ala


ketiganya itu semua aku pedagang yang buruk

sami nabining Yang Widi tan wêruh paraning bêcik


adalah nabi utusan Tuhan tiada tahu tentang kebajikan

244
33 34

Nêhêr Malik awawarta Apan ing anandhang dosa


Malik kemudian menceritakan jika orang menyandang dosa

ing Bagendha Yusup ipèn pun Malik têmbe pamarêkaning Widi


tentang impiannya kepada Baginda Yusuf kelak di hadapan Tuhan

ing kina amba sang bagus anêlangseng awakepun


hamba dahulu tuan dirinya akan dilanda nelangsa

dok amba rare tuwan apan sami nêlangsa


saat masih kecil semua bakal dilanda nelangsa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dera pajar sêwapnanira ing dangu risampuning mêngkana Malik umatur
maka diceritakanlah mimpinya waktu itu seusai itu Malik pun berkata

mêngkana anandhang dosa ya kang mulya ing Pangeran


demikianlah orang yang membawa dosa ya engkau (Yusuf) yang dimuliakan Tuhan

têmbe ning apajar iki panêdhakêna sun gusti


kelak akan dibeberkan mohonkan hamba, tuan

245
35 36

Estuwa tuwan nanêdha Tumulya gêlis ananêdha


Sungguh tuan bermohonlah Maka segeralah bermohon

ing Pangeran sungana wêka mami ing pangeran Nabi Yusup tumuli
kepada Tuhan untuk memberkahiku sang Nabi Yusuf kemudian

kawula datan asunuh sinungan panêdhanipun


hamba tiada memiliki anak dikabulkanlah permohonannya

dahat bêrangtaning wang suta katêkan apaputêra


hamba amat rindu memiliki anak untuk mendapatkan anak

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anêdha sih nugêrahanira Yang Agung ki nakodha Malik anake padlekur
mohonkanlah kepada Tuhan Malik memiliki anak dua puluh empat

mapan nabi sira tuwan wastane kang putêra ika


sebab engkaulah Nabi nama anak-anak Malik yang laki-laki itu

kèdhêp dènira Yang Widi Nahil Nusil kang sumêndhi


di hadapan Tuhan Nahil, Nusil kakak beradik

246
37 38

Hamil lawan Dabil ika Muwah Sahdan lan Dêrana


Hamil dan Dabil Serta Sahdan, Drana

lawan Nabil Jahil lan Sabil iki lawan Baqa jangkêp padlekur sami
Nabil, Jahil, dan Sabil dan Baka, lengkaplah dua puluh empat

Jadil lan Sagêri ranepun lawan estri sajugeku


Jadil dan Sagri beserta (tiga) anak perempuan

‘ il Nusil kêlawan anêngna saksana


Rail, Nusil, dan tinggalkanlah kisah Malikdan anaknya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pun Kêsabil Tasil lan Tahid ranepun kawarnaha sang pêrabu Mêsir ngêdhatun
Kesabil,Tasil dan Tahid dikisahkan tentang sang raja Mesir

Husil lawan Sahis ika bungahe marwata suta


Husil dan Sahis teramat bahagia mendapatkan anak

Majil Kênahan nameki antuking rare apêkik


Majil, Kenahan memperoleh anak yang rupawan

247
39 40

Risampunira mêngkana Rèhe arta wus tanana


Seusainya kemudian Karena harta telah habis

kahocapa sang pêrabu langkung asih paran pulahira ratu puniki


sang raja dikabarkan amat sayang bagaimana langkah sang raja nantinya

ing sira Bagendha Yusup yèn tanpa artaha ratu


kepada Baginda Yusuf jika raja tiada lagi memiliki harta

tansah lan sêri nalendêra yata sêri nara nata


selalu bersama-sama keduanya sang raja Mesir pun

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kahocapa juru gêdhonge sang pêrabu angandika ing sêdhahan gêdhong rawuh
dikisahkan sang bendahara istana mendatangi bendahara istana dan berkata

acatur ambawa rasa dinta age tilikana


sedang berbincang segera periksalah

lan apatih mangkubumi sakwèh raja darbe mami


bersama dengan sang patih seluruh harta kerajaan milikku

248
41 42

Yèn tuhu norana pisan Wangsul juru gêdhong seba


Benarkah sudah tidak ada sama sekali Bendahara istana pun kembali menghadap

mangkat juru gêdhongira atilik ing sang nata lah kahudana narpati
bendahara istana berangkat memeriksa kepada sang raja melapor bahwa

sêdaya gêdhong jinujug kêbêk malih isinipun


semua gudang penyimpanan didatangi isi gudang penuh lagi

kapanggêya kêbêk samêya supênuh ku jêng tuwan


diketahui bahwa semuanya penuh benar-benar penuh kembali, paduka

Buku ini tidak diperjualbelikan.


datanana longira lan isinipun kêgawokan paran malih marmane kayeku
tiada berkurang isinya sama sekali heran bagaimana bisa terjadi seperti itu

lawan kang karuhun muwah matur punang asêdhahan


dengan yang ada sebelumnya kata sang bendahara istana

luwih datan kurang singgih tan wikan patik bêra gusti


tiada kurang tiada lebih tidak mengerti hamba ini, paduka

249
43 44

Paduka ugi tanyaha Tumulyana paksi pêthak


Coba paduka tanyakan Kemudian ada burung putih

ing titiyang anyar gusti linuwih saking wiyat anglayang-layang uni


kepada orang baru sang pilihan itu (Yusuf) dari langit melayang-layang

sang nata lingira muwus prapteng tiyang anyar iku


sang raja pun berkata mendatangi anak itu

paran kalinganira mandhêg ahujar janma


bagaimana seingatmu berhenti lalu berujar seperti manusia

Buku ini tidak diperjualbelikan.


datan wikan gusti cêngêng lan rareku tan waspahos patik bêra gusti angrungu
entahlah, hamba terkejut melihat anak itu hamba tidak tahu yang mereka bicarakan

sandhingên gêdhong paduka sang nata nulya têtanya


ada di dekat gudang penyimpanan sang raja lalu bertanya

anjênêngan rare uni ing Bagendha Yusup aris


anak itu berdiri di sana kepada Baginda Yusuf

250
45 46

Bagendha Yusup apajar Sapangrungune sang nata


Baginda Yusuf menjelaskan Sang raja mendengarkan

yè l ik t hu r uh i griki nyananira tan samanya rareki


jika malaikatlah yang tadi mendatanginya pikirnya Yusuf bukan anak sembarangan

asung pariksa marang sun mêngkana sayan sih wuwuh


ia memberitahukan kepadaku maka bertambah-tambah kasihnya

Pangeran Agung iya pa sukaning sang nata


Bahwa Tuhan telah rasa sayang sang raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anglilani arta jêngira sang prabu mêring Bagendha Yusup mangke sangaulun
mengembalikan lagi harta tuan kepada Baginda Yusuf, usai itu sang raja

rèhira ratu tan eman kêna kêsaktèn Bagendha


sebab tuan sungguh tiada dibebani mengetahui daya keampuhan Baginda

ing arta nira gung iki Yusup sang nata ing Mesir
dengan harta tuan yang begitu berlimpah Yusuf, sang raja Mesir itu

251
PUPUH IX
SINOM
1 2

Wontên carita kocapa Apajar kang awadeyan


Ada sebuah kisah Sang penjual berkata

tingkahireng Usman uni kang kêre Bagendha Ali


kisah mengenai Usman ini baju zirah milik Baginda Ali

mantu nabi rasul ika marmane dinol punika


sang menantu Rasulullah (Muhammad) sebabnya baju zirah ini dijual

aningali kêre uni mangka pêrabeyaning nguni


mendapati sepotong baju zirah untuk pernikahannya nantinya

mangke Bagendha Ali dera lah karya iki


milik Baginda Ali dari hasil penjualannya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dinoling pêkên sireku lan bibi Patimah iku
dijual di pasar (untuk menikah) dengan Fatimah

dening wong awadeyan kinèn timbangên inggal


oleh seorang penjual Usman menyuruh segera menimbang

Bagendha Usman mangkya ngêling kang kêre mangke ingriki


Baginda Usman kemudian bertanya baju zirah tersebut

sapa darbe kêre kang dera dol ika awêrat pêtangatus dinar kang kêreka
siapa pemilik baju zirah yang kau jual itu baju zirah itu senilai empat ratus dinar

252
3 4

Sêsampunira tinimbang Satingalira Patimah


Seusai ditimbang Saat Fatimah melihat

Bagendha Usman tumuli wontên kêre dinulu uni


Baginda Usman lalu ada baju zirah yang sebelumnya dijual

ingkang adol kêre ika darham rowange ika


kepada penjual baju zirah itu beserta uang dirham dari pelayannya

irika sinungan malih tumuli pajaring Ali


diberikannya lagi Fatimah pun menceritakan kepada Ali

darham Usman malih saksana marêk agêlis


uang darham lagi dari Usman segeralah kemudian menghadap

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sapapunjèn ingkang sinung Bagendha Ali prapteku
sebanyak satu kantong Baginda Ali di hadapan

kinèn sungêna dinta maring kangjêng Musthopa


Usman menyuruh memberikan kangjeng Mustopa (Nabi Muhammad)

sungakên ing pura agêlis matur satuturing nguni


segera menyerahkannya diceritakanlah tentang hal itu

ing gêriyane Patimah adol ika bibi Patimah dok awarah ing sira
ke rumah Fatimah yang telah menjual itu seperti yang diceritakan oleh Fatimah

253
5 6

Y t J r il pêrapta Tinanyan Bagendha Usman


Kemudian Jibrilpun tiba Baginda Usman ditanyai

apajar marang jêng nabi Dening martuwan nireki


menjelaskan kepada Nabi Muhammad oleh mertuanya (Nabi Muhammad)

eh kêkasih ing Yang Manon angaku Bagendha Usman


hai kekasih Tuhan (Muhammad) Baginda Usman mengakui hal itu

Bagendha Usman darbèni aturira mêlas asih


Baginda Usman memang benar memiliki karena merasa kasihan

pakarti kang kayeki mila amba jêng nabi


watak dan perilaku yang seperti itu karena itulah ya nabi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yata sapangêrungu nepun dumèh adol kêrenepun
mendengar hal itu sampai mereka harus menjual baju zirah

Bagendha Rasul suka dahat dènnya kêlaran


Baginda Rasul pun merasa bersuka hati rasanya hati turut perih

hirika tumulya pêrapti Bagendha Rasul lingnyaris


lalu datanglah ia Baginda Rasul berkata

Bagendha Usman marêk ing Nabi Muhammad muga sira walêsên dera Yang Sukma
Baginda Usman di hadapan Nabi Muhammad semoga Tuhan membalas kebaikanmu

254
7 8

Ing dunya têkeng aherat Papunjèn sêdasa sama


Di dunia hingga sampai akhirat Ada sepuluh kantong yang sama

muga walêsên ing sêwargi isi patang atus malih


balaslah ia dengan surga masing-masing berisi empat ratus dinar

dènira sira Yang Manon papunjèn ingkang sawijêya


milikmu ya Tuhanku ditambah lagi satu kantong

mapan karya kang bêcik tunggal lan ciri nireki


karena perbuatan yang baik dengan isi yang sama dengan lainnya

winalêsing Yang Widi wawalêsing Yang Widi


akan dibalas oleh Tuhan demikianlah balasan Tuhan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sapisan winalês luhung ing Bagendha Usman wahu
satu kebaikan dibalas lebih besar kepada Baginda Usman

sêdaya de Yang Manon sakathahe amaca


semuanya atas kehendak Tuhan segenap yang membaca

Bagendha Usman tumuli tanapi miyarsa iki


Baginda Usman kemudian maupun yang mendengar kisah ini

sadhatênge ing girya amanggih sira yugêya sira wistêrakêna ing kirtêya
tiba di rumah dan menemukan patut diamalkan dalam perbuatan

255
PUPUH X
PANGKUR

1 2

Risampunira mêngkana Dhuh mas yayi karsaningwang


Seusai demikian Duh permaisuriku, aku ingin

kahocapa sang pêrabu langkung asih kasihana rareku dinta yayi


dikisahkan sang raja yang amat sayang sayangilah anak ini

kinanthi Bagendha Yusup pelih wongaku putêreku


kepada Baginda Yusuf anak pilihan itu kuangkat sebagai putraku

binakta maring pura hirika sang kusuma


ia dibawa ke istana sang putri permaisuri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pêramèsêwari anyarBagendha Yusup aningali warnanira Nabi Yusup
permaisuri yang baru, Baginda Yusuf melihat wajah sang Nabi Yusuf

sapêraptanira ing garwa lêng-lêng tan kêna murcita


tiba di hadapan permaisuri raja ia terpaku tiada bisa berucap

angêndika sêri bupati kasmaran sang wahu pêrapti


berkatalah sang raja Mesir seketika ia dilanda asmara

256
3 4

Kadêya sêkala pêjaha Wontên sabda Rasul muwah


Seolah tiba-tiba mati Ada sabda dari Rsaul

ing palungguwan nira sang putêri awit saking karsanira Yang widi
sang putri di tempat duduknya disebabkan oleh kehendak Tuhan

lali yèn ana sang pêrabu sing tan kobêr nanêdhèng sun
tiada ingat jika ada sang raja siapa tiada sempat bermohon kepada-Ku

sawit ning larasmara saking sihe maring wang


disebabkan oleh duka asmara dikarenakan cintanya kepada-Ku

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kapijêran bêrangtanira sang lêwir tatur sunwèhi aluwih pahalanepun
diliputi rindu cinta sang putri seolah akan kuberikan pahala yang berlebih

yèn angucaping wardaya sakêwèh wong kang ananêdha


berucap di dalam hatinya dibanding segenap orang yang bermohon

iki kang kanon inguni kang pêrapta ngayunan mami


dialah sosok yang ada dalam mimpiku itu yang bermohon di hadapanku

257
5 6

Sang putêri wahu sinungan Sapa jêngira sinambat


Sang putri itu telah mendapatkan Siapakah dirimu

pangawasa ing sukma sang lêwir ratih sahurira Yusup ya aran mami
penjagaan Tuhan, sang putri pun diriku bernamaYusuf

nahuri karsaning ratu gêpah sang putêri angutus


menjawab kepada sang raja buru-buru sang putri

manira singgih tuwan akèn amêdalêna


baiklah, tuanku menyuruh pelayannya mengeluarkan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


asung hurmat mara hing rare binagus rajabêrana pêngangge sutra kang luhung
ia memberi hormat kepada anak rupawan hiasan dan pakaian sutra yang terbaik

sang putêri aris atanya agêlis wahu binusanan


sang putri bertanya dengan lembut segeralah dikenakan pakaian itu oleh

ing Bagendha Yusup iki Bagendha Yusup ing dèwi


kepada Baginda Yusuf Yusuf memenuhi permintaan sang putri

258
7 8

Rasukan sèta rangrangan Ingaksènan ing kumala


Busana putih terawang Berhiaskan intan berlian

kampuhira sinurat ing mas hadi dhinastharan sutêra binahud asêri


ditimpa sulaman emas berdastar sutra yang indah

ikêt pinggang cindhe santun apinggêl kêncana murub


berikat pinggang sari sutra bergelang emas kemilau

muwah têngkulukira arubing akalpika


demikian juga penutup kepalanya serasi dengan cincinnya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sèta ngêraras pinalingsir ing mas tatur lan jumantên widuri lawan jumêrut
berwarna putih berhias emas beserta hiasan intan dan batu zamrut

ajamang mas kilat asta sagung raja darbènira


tangannya berbalut ikat emas berkilauan segenap perhiasan milik raja

iki kang garudha nulih inganggokêning sang pêkik


bermotifkan garuda sedang menoleh dikenakan pada sang rupawan

259
9 10

Dadêya angimbuhi yang-yang Tansah surêm pun têyasira


Sang putri semakin terbayang-bayang Hati sang putri senantiasa muram

pêkikira warna kanon sayakti mulating Bagendha Yusup sang putêri


sungguh teramat tampan rupawan saat sang putri melihat Yusuf

yaya supêneng sang arum tanana lêyan kang kadulu


persis seperti dalam impian sang putri tiada lagi lainnya yang dilihatnya

mangkêya rinêngga-rêngga tumanêming wardaya


kemudian Yusuf menjadi pajangan telah tertanam di dalam hatinya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing sang putêri sinêmbadan ing sakahyun tan kêna wah Bagendha Yusup amuwus
terpenuhilah keinginan sang putri tiada bisa berubah, Yusuf pun berkata

sadina-dina winangwang atakèn ing sang kusuma


setiap hari dipandangnya bertanya kepada sang putri

kaliwat marma sang putêri kadi punapa sang putêri


sang putri pun teramat kasihnya ada apa dengan dirimu sang putri

260
11 12

Rèhira sangrum ing pura Mêngkana malih kawula


Mengapa sang putri di istana ini Begitu juga adanya hamba

sung pênganggè ing ringsun tan sameki kinasihan dènira sang Yang Widi
membusanaiku tiada sama dengan lainnya dikasihi oleh Tuhan

dudu pêrahèn kawuleng sun tinilik sabêrandineku


tiada layak hamba didandani diperhatikan setiap harinya

tinilik karsaning wang tigang atus sawidak


menurut hemat hamba tiga ratus enam puluh hari

Buku ini tidak diperjualbelikan.


anorakên pênganggenira sang pêrabu kêwèhing sih pamulènira Yang Agung
bisa menurunkankan kehormatan sang raja dilimpahi kasih kemuliaan dari Tuhan

sumahur sang rum ing pura mêngkana patilik ingsun


sang putri pun menjawab demikianlah menurut hematku

sira minangka ji Mêsir marang kawula kêkasih


dirimu adalah kemuliaan (raja) bagi Mesir limpahan kasih-Nya kepada hamba

261
13 14

Tan kagupita sihi Yang Sêsampune ngêjum asta


Tiada pernah putus kasih sayang Tuhan Seusai menangkupkan kedua tangannya

kawarnaha Bagendha Yusup malih ing bêrahalanira niba tumuli


dikisahkan Baginda Yusuf kemudian berhala itu pun jatuh

tinuntun dera sang arum parnahira ngarsanepun


diajak oleh sang putri di hadapan mereka

parnahireng bêrahala garjita sang kusuma


ke tempat berhala sang putri keheranan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pêratimah mas manik abang arjanepun paran mula tibane Pangeran ningsun
arca timah emas bermanik merah apa sebabnya Tuhanku (berhala) jatuh

sapêrapta nireng pêratimas Bagendha Yusup lingira


setiba mereka di hadapan arca timah emas Baginda Yusuf pun berkata

sang putêri gêpah ngastuti Pangeran anêpak uni


sang putri serta merta menyembahnya Tuhan telah menendangnya

262
15 16

Karane wahu sinipak Atakèn sang lêwir kusuma


Kenapa berhala itu ditendang Sang putri bertanya

ing Pangeran tan pasung angastuti sapa tuwan Pangeranta sang pêkik
karena Tuhan tiada disembah siapakah Tuhanmu sang rupawan

ing bêrahala kang kayeku sumahur Bagendha Yusup


dengan menggunakan berhala seperti itu Baginda Yusuf menjawab

Pangeran tan pasunga tunggal lan Pangeranta


Tuhan tiada menghendaki Tuhanku sama seperti Tuhannya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kêmayangan tan anibani mas ayu Nabi Brahim Ishak kêl Y ku
untung arca itu tidak menimpa sang putri Nabi Ibrahim, Ishak, dan Yakub

sang putêri lingira ngucap l N i Is ila


sang putri berkata juga dengan Nabi Ismail

ing Bagendha Yusup aris tunggal sang Yang Sukma Jati


kepada Baginda Yusuf Ia adalah Tuhan esa yang sejati

263
17 18

Ingkang andadèkên sira Pangeran datan kawuryan


Ia yang telah menciptakanmu Tuhan tiada nampak

lawan ningsun dêlingira sang putêri ingupama lingira sang ratnadi


juga menciptakanku, berkatalah sang putri seperti halnya suara tuan putri

kayapa dènira wêruh arêmêningsun sang bagus


bagaimanakah mengetahui wujud Tuhan aku senang dengan Tuhanmu

atanapi tumingal milu ing Pangeranta


jika Ia tidak bisa dilihat aku ingin mengikuti Tuhanmu itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing Pangeran dok wahu manira sujud lamun ingsun tan duwe Pangeran tuhu
seperti halnya Tuhanku yang kusembah jika aku belum memiliki Tuhan, sungguh

ing bêrahala ningsun iya milu ing pangeranira


seperti berhalaku itu aku akan mengikuti Tuhanmu

Bagendha Yusup lingnyaris mêngkana sèstuning ati


Baginda Yusuf berkata demikianlah sesungguhnya hatiku

264
19 20

Jahil ingwang amangeran Lamun sang pêrabu uninga


Aku berlaku cela pada Tuhan Kalau sang raja sampai melihat

roro mèsêming sang wahu pêkik ing bêrahalanira rêmpuh kayeki


jika menduakan-Nya, Yusuf pun tersenyum berhalanya telah remuk seperti ini

tandêra mijil sang abagus mênawa runtiking ringsun


Yusuf kemudian keluar mungkin ia akan memarahiku

sêkaring gon bêrahala iyeku jêrih manira


dari tempat berhala itu karenanya aku takut

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yata sandêyah anggamêli NabiYusup pêpajara ing Pangeranta kang agung
sang putri kawatir, menghalangi Nabi Yusuf bermohonlah pada Tuhanmu yang agung

jêngira ayêwage lunga palampahna dènira


janganlah kau pergi kembali utuhkanlah

mênawi sang pêrabu pêrapti watuhe bêrahala iki


jikalau sang raja tiba di sini batu berhala itu

265
21 22

Agêlis tuwan mêlampaha Mèsêm sang putêri lingira


Segeralah tuan bermohon Sang putri tersenyum sambil berkata

ing Pangeran mulya kayenguni ing Bagendha Yusup kaliwat asih


kepada Tuhan yang penuh kemuliaan itu Baginda Yusup demikian dikasihi

irika Bagendha Yusup mara hing Tuwan sang bagus


maka Baginda Yusuf pun oleh Tuhannya sang rupawan (Yusuf)

ananêdhèng Pangeran tan adangu ananêdha


memohon kepada Tuhan tiada lama memohon

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing mulyane bêrahala kadya rumuhun Nabi Yusup tumulya sinungan wahu
atas kemuliaan-Nya berhala kembali utuh segera terkabul permohonan Nabi Yusuf

tumulya punang pêra Temas yata sêsarêngan mêdal


lalu sang putri Temas mereka berdua keluar bersama-sama

mulêweng parnahira malih Yusup kêlawan sang putêri


pulang kembali ke istananya Yusuf bersama dengan sang putri

266
23 24

Sah sêka ring gon bêrahala Awêtara laminira


Keluar dari ruangan berhala Telah beberapa waktu lamanya

pêrapteng pura dan kawarnaha malih aneng Mèsir Bagendha Yusup malih
tibalah di istana, dikisahkan kemudian Baginda Yusuf di negeri Mesir

Bagendha Yusup dinulur mêngkana sabêrandineku


Baginda Yusup didampingi demikianlah kesehariannya

dening Widi gungira manjing mijiling pura


oleh Tuhan yang maha agung keluar masuk istana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


asung rahmat mara hing Bagendha Yusup yèn têrkadhang kinèn dènira sang pêrabu
Baginda Yusuf dilimpahi rahmat Tuhan terkadang diutus oleh sang raja

lininggihakên ing padma angalaping duduk sira


ditempatkan di singgasana duduk berdua bersamanya

sana dènira Yang Widi cumêthi mêring jêro puri


oleh Tuhan memberi arahan di dalam istana

267
25 26

Yata mêngkana ngandika Ingangkat dêrajatira


Demikianlah ia juga diutus Telah diangkatlah derajat Yusuf

putêri Bagendha Yusup pêrapti dening Sukma rinatkala mangseki


Yusuf diutus untuk mengunjungi sang putri oleh Tuhan semenjak waktu itu

kinèn adhahar rumuhun karsane sanak sêdarum


dipersilakan ia untuk makan saat saudaranya hendak membunuhnya

adaning binusanan maksih ing sumur sira


berdandan dan berganti busana saat ia berada di dalam sumur

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sabêrandina tan pêgat sira angutus karsaning Yang mara hing Bagendha Yusup
tiap hari tiada putus Yusuf diutus atas berkat Tuhan kepada Baginda Yusuf

dènira sêri naranata linggih anèng padmasana


oleh sang raja ditempatkanlah ia di singgasana

mara hing kaputêrèn adi karidhone Yang sêjati


untuk mengunjungi istana sang putri berkat ridha dari Tuhan yang sejati

268
27 28

Lastari karsaning Sukma Risampunira mêngkana


Kehendak Tuhan itu lestari Setelahnya demikian

kalinganan tan lastari karseki kahocapa Bagendha Yusup alami


kehendak manusia terhalangi tiada lestari dikisahkan Baginda Yusuf telah lama

yèn tan sukma anudêweku dènira angering pêrabu


jika Tuhan tiada menunjukkan jalan ia mendampingi sang raja

kalingane kawula ing Mêsir wus awayah


maka terhalangilah kehendak manusia di Mesir dalam umur

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tan kuwasa adarbe pêribadinepun pituwêlas tahun ta Bagendha Yusup
tiada kuasa atas dirinya sendiri tujuh belas tahun, Baginda Yusuf

yèn tan Sukma andulura sinung nugrahan dening Yang


jika Tuhan tiada menyertai mendapatkan anugerah dari Tuhan

ing kawula nireng uni sangsaya wuwuh kang ngilmi


hambanya tersebut semakin bertambah pula ilmunya

269
29 30

Sayèmbêh pêkiking rupa Tansah manising wêdana


Semakin bertambah rupawan wajahnya Semakin nampak manis wajahnya

cahyanira katingalan sang putêri katingalan yèn tumungkul ing bumi


ketampananya selalu disaksikan sang putri saat sang putri sedang menunduk ke bumi

tansah ing pandulunepun coroting waja kadulu


selalu dalam tatapan sang putri nampak kilau gigi Yusuf memancar pada

ingkang sumêlèng nala èsêmira neng kisma


tiada putus di dalam lubuk hati senyumannya di wajah bumi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tan lêyan katingalan mung Nabi Yusup yèn tumênga ing langit lintang candreku
tiada lain yang dilihat hanya Nabi Yusuf jika menengadah ke langit, bintang, bulan

lor kidulira ingucap katon lathinya Bagendha


ke utara ke selatan selalu terucap nampaklah mulut Baginda

jêng nabi sumêlèng ati Yusup sumoroting sasi


sang Nabi Yusuf tiada putus di dalam hati Yusuf dalam cahaya rembulan

270
31 32

Tan wêruh panêmuning bêrangta Sarta sinung palinggiyan


Tak tahu obatnya rindu asmara Seraya dibuatkan tempat duduk

larasmara babona sang lêwir ratih rinarêngga sinurating mas hadi


sang putri teramat dilanda duka asmara berukirkan emas indah

malampah marang sang pêrabu awarna sêsaton murub


Ia meminta kepada sang raja bergambar binatang bercahaya

patani kalangênan tinatêrapan sasutêya


peraduan penghiburan dihiasi intan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wuse karya made kalangênan arum mirah selan ratna widuri jumêrut
maka telah jadilah peraduan indah itu mirah, permata dan batu zamrud

supacara nira yang-yang êmas luhung sêla gènnya


dilengkapi perabot penuh di antara hiasan emas indah

mas pinatiking ratnadi sêdaya sinilih asih


emas bermata intan semuanya ditata berselang-seling

271
33 34

Lêluhure tinatêrapan Gêgantungan mas wilala


Pada bagian atas dipasangi Bergantungan kerincing emas

manik toya winarna têrênge rawi salang ratna muntêyara intên bumi
manik berkilau seterang matahari berseling dengan permata, mutiara, intan

tinanggêr aneng kumala rum têlawungane linuhung


bertumpuk dengan intan indah tempat tombak nan indah

siniraming mas abang tiningkah sarpa ngongsa


disiram dengan emas merah berukir ular murka

Buku ini tidak diperjualbelikan.


binênturan sêlaka jingga anguwung pananitêra kumala tuhêwa umancur
berpadu dengan perak jingga pelangi bermata intan bersemu hitam bercahaya

ingayênganing mêrak êmas supênuh kang nawa ratna


di langit-langit merak emas berarak segenap rupa intan

ingiring paksi dewati ngêbaki sajêroning puri


mengiringi burung dewata memenuhi di dalam istana

272
35 36

Salêwir ing ameng-amengan Sarta pinajang-pajangan


Seolah seperti mainan Serta beraneka pajangan

angidêring jungut tuhêwa ngêrawit pagulinganira sang raja putêri


indah mengelilingi peraduan di peraduan sang putri

saptawana mas andulu alêlangse tundha pitu


seolah nampak tujuh hutan emas berkelambu putih bersusun tujuh lapis

kêkaju banyak ratna sutêra lawan dewangga


takjub dengan bertaburannya intan kain sutra dewangga

Buku ini tidak diperjualbelikan.


asêri tinon kênya puraning sung arum tilamira dewangga pirêmas murub
amat indah terlihat istana sang putri kasur berseprei sutra menyala

kadi moring wong sêwarga tinarètèsing mas muncar


seperti suasana di surga ditetesi dengan emas memancar

sêmbada lawan sang putêri ing ngampinganing gêguling


serasi dengan sang putri di tepiannya ranjang

273
37 38

Karangulu susun sutêra Luhure cindhe kusuma


Bantal bersusun sutra Kain sutra terbaik

sinêrasah tutubira nêlahi ulap-ulap wastêra pirmas hadi


dilapisi bantal itu dengan semarak dibentangkan segenap sutra pilihan

sasutêya winarna santun gilaping sutêra anguwung


intan bercorak daun gambir sutra semarak berkilauan seperti pelangi

mungguhing kajang sirah pinagut ing baskara


dihiasi pada bantal itu bertempuhan dengan mentari

Buku ini tidak diperjualbelikan.


apalingsir dewangga sutêra wunawun gêndhaga mas angapiting karangulu
di tepiannya seperti gerimis sutra peti emas mengapit bantal

datan kêna winahonan nadêyan pura satungkêbêrat


tiada bisa ditandingi walaupun puri istana di seluruh jagat

pagulingane sang rasmin yaya tanana tumandhing


peraduan milik sang putri tiada yang bisa menandingi

274
39 40

Kang têtanêman ing natar Muwah kang sarwa kusuma


Tanaman yang ada di halaman Demikian juga segenap bebungaan

jinambange kêncana warna sêri asung ganda sumiliring jêro puri


berjambangan emas nan elok menebar harum merebak ke dalam istana

pinilag jajênêngepun sêsajèn nira rumuhun


dengan tiang penyangga nan indah sesajiannya berupa

rajawêtha winarna kêwèni pêlêm endah


berhiaskan intan mangga kuweni yang indah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


arondhon mas abang tinuruting wungu sarbad wangi sêmaga cinakurma rum
dedaunan merah berpadu ungu serbat wangi, nasi, kurma, anggur

puspita mas awoh mirah pinangka sêsajèn nira


berbunga emas berbuah mirah menjadi sesajian bagi

amangun rarasing bêrangti pagulingane sang putêri


menciptakan pesona nan indah tempat peraduan sang putri

275
41 42

Sang raja putêri kawarna Sumirir tang samirana


Dikisahkan sang putri Angin berhembus meniupkan

nalanira dahat dènira bêrangti nujeng sêkar ganda anêrus gapuri


hatinya dipenuhi rindu asmara wewangian bunga hingga ke gapura

jungutira agaweku awor rum gandaning santun


di peraduan yang baru dibuat itu bercampur harumnya daun gambir

sang putêri larasmara kadi manguning bêrangta


sang putri dirundung duka asmara serasa membangkitkan kerinduan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


siyang latêri tansah agêng kapirangu sang suh dèwi yèn angucapa ing qalbu
siang malam senantiasa merasa ragu sang putri hingga berucap di dalam hati

abugeng jungut angraras nora surud bêrangta ning wang


peraduannya serasa kosong tiada surut kerinduanku pada Yusuf

anglalipur lara bêrangti sangsaya wuwuh pêriyatin


tiada bisa menghibur duka asmara semakin menambah rasa perih di hati

276
43 44

Mangkya surêmpuh têyasira Risampuning lama-lama


Kemudian makin remuklah hatinya Setelah lama-kelamaan

sang suh dèwi tan wêrin polahing kapti nalanira lumindhihing sang putêri
sang putri tiada tahu kelebatnya kehendak hatinya merasa kasihan dengan putri

atangi-tangi aturu bêrayan pinarêk ingriku


terbangun-bangun di dalam tidurnya mereka pun mendekati

gagulinge kinusêwa ing jungut pan pinangka


gulingnya pun diciuminya ke peraduan sebagai upaya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


saha waspa luhira dêrês sangapitu anglalipur lara kalangêning jungut
hingga air mata deras bercucuran menghibur yang berduka di peraduan

ingayaping para inya datan kasalimur punang


di depan para inang pelayannya mereka itu tiada bisa mengalihkan

dahat marma ing sang putêri lara bêrangtane sang putêri


jatuh kasihan kepada sang putri duka asmara sang putri

277
45 46

Mangke sang sayembêh remang Aneng têpas wawangunan


Semakin bertambahlah duka asmara Di balai-balai yang indah

datan panglong tumingaling kalangêning tan panganggêya yata nabda sang putêri
saat tiada jumpa dengan yang dirindukan tiada bersua Yusuf, sang putri pun berkata

jungutira agaweku marahing pawongan nepun


peraduan yang baru dibuat itu kepada segenap pelayannya

sayan tontonên sira paran sih kalingan ningwang


semakin dipandanginya bagaimana diriku menurut kalian

Buku ini tidak diperjualbelikan.


warnanira Bagendha Yusup ing dangu têka asih ing pênakawan sang pêrabu
wajah Baginda Yusuf seolah ada di sana jatuh cinta dengan kepercayaan raja itu

sêsampunira mêngkana ingkang aran Yusup ika


sesudahnya demikian yang bernama Yusuf itu

pinarêk sang raja putêri pawongan umatur aris


sang putri pun duduk segenap pelayan pun berujar

278
47 48

Kawula gusti ratu mas Sêsampunira asiram


Ya gusti putriku ratu emas, kami pun Seusai sang putri mandi

langkung asih andulu sang apêkik agêganda binonyoh burat wangi


amat dilanda kasih melihat sang rupawan dibaluri tubuhnya dengan wewangian

agawoking warnanepun arjasira salin kampuh


terpukau dengan ketampanannya sang putri pun berganti pakaian

dawêg sêri pêramesêwara anganggêya sinarasah


sudahlah, sang prameswari busana yang serasi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


asirama rumuhun ayêwasa maskun bot sêkalor tinaping pêrada murub
mandilah terlebih dulu dan berhias dipenuh bubuk emas berkilauan

yèn sampun sira ayêwas tuwan agêlis angrasuk pinggêl kana


jika sudah berhias lalu dipakaikan gelang emas

dawêg ingandikan gusti gagêlangira mantêsi


sudah siaplah berjumpa dengannya gelangnya amatlah indah

279
49 50

Luwih sih ingayunira Hirika kinèn ngundanga


Sang putri kian bertambah cantik Si pelayan disuruhnya mengundang

kadi murca kêdhèpêna sang putêri ing Bagendha Yusup wongira agêlis
seakan pingsan jika dikedipi sang putri segera sang Baginda Yusuf

lindêri netêra asung wuyung saksana pêrapta ing ayun


elok dipandang menarik hati tiada lama pun tiba di hadapan

pinarêking pawongan mara ing sang putêreka


orang yang ada di dekatnya menemui sang putri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


èsêmira anêrang kênyaring sitangsu manjing jungut punika rahadèn ayu
senyumnya memancar terangnya bulan sang putri berada di peraduan

sêdalu tanpa sareya sêdhênge baskara nêngah


semalaman tiada tidur saat mentari tengah hari

rahina tanpa ambukti campuhira adu liring


seharian tiada makan mereka pun bertemu beradu pandang

280
51 52

Dènira papagan tingal Sayan sêru bêrangtaning mulat


Mereka saling berpandangan Semakin kasmaran sang putri menatap

kadi kilat tarung kêlawan thathit warnanira Bagendha Yusup luwih


seolah kilat saling tarung wajah Baginda Yusuf

atêbah laraning ngagung jêng nabi sira andulu


musnahlah duka asmara Sang Nabi Yusuf melihat

mulating warna endah yunira sang lêwir sêkar


menyaksikan segenap keindahan betapa cantiknya sang putri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kadi yangyanging sêwarga Bagendha Yusup sumarèhing pagulingane mas tatur
seolah bayang-bayang surga, Baginda Yusuf berbaring di peraduan berlapis emas

tumingaling sang suh ratna Bagendha Yusup kagiwang


memandang sang putri Baginda Yusuf terhanyut

sinawang asmu pêriyatin ing nalanira sêmu bêrangti


menatapnya dengan rasa kasihan hatinya diliputi gelora asmara

281
53 54

Ya Pangeran amba tuwan Ya ta sinung pangawasa


Ya Tuhanku Maka atas kuasa

nirnakêna jinah lawan sang putêri de Yang Sukma èngêt wahu gumingsir
jauhkanlah aku dari zina dengan sang putri Tuhan, tersadar pelayan pun pergi

anging Tuwan luwih agung mijiling lawanging jungut


karena Engkau lebih agung, Tuhanku keluar dari pintu ruang peraduan

tumingaling kawula tinangkêb kapat pisan


dalam melihat hambamu keempat pintu kemudian ditutup

Buku ini tidak diperjualbelikan.


angraksaha saking doracaraningsun yata kantun sang putêri lan Nabi Yusup
jagalah hambamu dari laku cela maka tinggallah sang putri dan nabi Yusuf

yata sakèhe pawongan lingira sang lêwir kusuma


segenap orang (pelayan) sang putri berkata

kang marêk cêngêng tanpa ngêling ing Bagendha Yusup aris


yang ada tercengang tak bisa berucap kepada Baginda Yusuf dengan lembut

282
55 56

Dhuh kêkasih sun pangeran Luwih bêcikira muwah


Duh kekasihku yang telah Yang lebih baik

asung bêrangta tambanana sun bêrangti saking pagulinganireku gusti


buatku kasmaran, obatilah duka asmaraku dibandingkan dengan ranjang tuan putri

jêngira sun sadêyeng dangu sarta datan rusak wahu


engkaulah yang kudambakan sejak dulu serta tiada akan pernah rusak

sumahur Yusup nora sang putêri ris atanya


Yusuf menjawab, bukannya sang putri bertanya dengan lembut

Buku ini tidak diperjualbelikan.


manirarsa guling tilam ireng riku Yusup saking ngêndi rupanya kang luhung
aku tak ingin tidur di ranjang itu Yusuf, asal dari mana wajah rupawanmu

sampun pangeran acadhang kang kaliwat asung bêrangta


namun Tuhan telah menyiapkan yang telah amat membuat kasmaran

sêwarga pagulingan mami ing nala ningsun puniki


ranjang di surga untukku di dalam hatiku ini

283
57 58

Muwah rupa kang kaliwat Ulih ingêndi pangeran


Juga wajah yang teramat Darimanakah asalnya pujaanku

pêkikira sajagad tana tumandhing warnanira nyumunuhi lêwir sasi


rupawan tiada banding di seluruh dunia wajahmu yang bercahaya laksana bulan

Bagendha Yusup amuwus kang tan kewêran mega mêndhung


Baginda Yusuf berkata tiada terhalang oleh mega mendung

Pangeran Agung tuwan waja yaya muntêyara


Tuhan yang maha agunglah gigi yang seperti mutiara

Buku ini tidak diperjualbelikan.


andadèkêning sira kêlawan ningsun sinudukan netêranira nêrang sitangsuh
yang telah menciptakanmu dan diriku berjajaran, mata yang terang bagai bulan

sang putêri malih atanya tansah nala ningsun êmas


sang putri bertanya kembali senantiasa di hatiku, kakanda

ing Bagendha Yusup aris lathinya tansah ingati


kepada sang Baginda Yusuf ucapanmu senantiasa di hatiku

284
59 60

Sumahur Yusup lingira Malih sang putri atanya


Yusuf pun menjawab Sang putri kembali bertanya

Pangeran kang asung rahmat ing dasih sapa mukti kapêkikanira sang luwih
Tuhan memberi rahmat pada hambanya siapa pemilik keelokan wajahmu

muwah sakêwèhing tumuwuh sumahur ulêr jêro kubur


juga segenap mahluk hidup Yusuf menjawab, ulat di dalam kuburan

sang putêri malih atanya kang amukti rupengwang


sang putri kembali bertanya yang menjadi pemilik wajahku ini

Buku ini tidak diperjualbelikan.


saking ngêndi ganda rum tanpa wangeku eh Yusup tilam dewangga sumadêyeku
dari mana asal bau harum tanpa wewangian oh Yusuf, ranjang itu telah disiapkan

sumahur Yusup lingira jêngira anggulingana


Yusuf pun menjawab tidurlah kau di sana

Pangeran uga kang asih acampuhing sêkaron sih


Tuhan pulalah yang memberikan beradu di peraduan bersamaku

285
61 62

Bagendha Yusup angucap Ginayuh lungaya nira


Baginda Yusuf berujar Direngkuh tangan Yusuf

yèn manusa kêna ingalingan gusti kinèn munggah marang jinêm patani
jika manusia bisa dihalangi (penglihatannya) diajak naik ke atas ranjang

lawan lêlangse mas ayu saksana kagudha sampun


dengan kelambu sang putri seketika telah tergoda

Pangeran datan kêna Bagendha Yusup enggar


Tuhan tak akan pernah bisa Baginda Yusuf terbawa kesenangan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ingalingan yata sih kagudha sampun saking cobaning syeton ambêncaneku
dihalangi, maka digodalah atas rayuan setan pembawa bencana

Bagendha Yusup dènira qalbune Yusup tinêbah


Baginda Yusuf oleh relung hati Yusuf ditepuk (iblis)

sang putêri mungguhing lering mung ngiringane sang putêri


kedipan mata sang putri hingga ia berada di samping sang putri

286
63 64

Muwah lambunge Bagendha Angukih padoning sinjang


Demikian pula lambung (syahwat) Baginda Menghampiri ujung kain sang putri

Yusup dera têbah dèning iblis karsanira anêkakên sarasmin


Yusuf ditepuk oleh iblis hendak mendekat bercumbu rayu

parêng kalih astanepun Bagendha Yusup angrum-angrum


kedua tangannya diberikan pada sang putri Baginda Yusuf berucap rayuan

dadi sira kagiwang sarwi ngiling-ngilingan


hingga ia menjadi terhanyut seraya saling bertatapan pandang

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sampun munggah Bagendha Yusup ta asêru sumêyar maras nalanira sang lêwir tatur
Baginda Yusuf bernafsu naik ke peraduan berbinarlah hati sang putri

atangkêb sami ring tilam rèhira kênya tan arsa


ditutuplah kelambu berdua di atas ranjang seolah tiada menghendaki

angukih jangsating putêri anging kalindhih ing bêrangti


Yusuf menghampiri tubuh sang putri namun hati telah tertindih asmara

287
65 66

Wontên sabda rasul muwah Lan pêthi saking nêraka


Ada sabda dari Rasul Dan peti itu berasal dari neraka

kahocapa winartakêning dasih lan durgandanira amis abacin


diwartakan kepada segenap hamba dan aromanya berbau amis busuk

andikanira Yang agung lêlampahan limangatus


Tuhan bersabda bahwa dijalani selama lima ratus

sêkèhe laku jinah tahun pêrandene kongas


segenap orang yang berbuat zina tahun bahkan aroma

Buku ini tidak diperjualbelikan.


siniksa jêro pêthi dènira Yang Agung gandanira apêsing mêlêk ing ngerung
akan disiksa di dalam peti oleh Tuhan bau pesing tetap memenuhi hidung

pêthi iku wêsi abang sarta ngarsane Pangeran


peti besi menyala merah serta di hadapan Tuhan

ing dina kiyamat malih tanana jiyaning binjing


kelak di hari kiamat kelak mereka tiada nilainya

288
67 68

Muwah sakèhe mêngkana Yata Nabi Yusup enggal


Demikianlah segenap manusia seperti itu Baru saja Nabi Yusuf

ing aherat tanana rêganeki arsa ngêlukar sinjangira kawingkis


di akhirat tiada harganya hendak melepas pakainnya

ina saking pêpadheku saking parmaning Yang Agung


dihinakan di antara sesama manusia atas berkat kasih Tuhan

muwah cêndhêk sirira asih ing nabi muwah


padahal pendek kesenangan seperti itu yang menyayangi Nabi Yusuf

Buku ini tidak diperjualbelikan.


datan ana sêsampune inanepun gêlis putusa Jabara il wus arawuh
tiada kehinaan yang melebihi itu segeralah diutus Jibril menemui

ko pi g Qur êngkana maring Nabi Yusup ika


demikianlah diwartakan dalam Al-Quran ke hadapan Nabi Yusuf

yugêya minggaha agêlis lah mumpung durung sarasmin


segeralah menghindarinya senyampang belum bercumbuan

289
69 70

Sigêra Jabrai l tumêdhak Apan sira wus kasurat


Jibril pun segera mendekati Kalau dirimu sudah ditakdirkan

ing Bagendha Yusup pêrapteng ngarseki ing lohmahpud lamun nabi Yang widi
tiba di hadapan Baginda Yusuf di lauful mahfud sebagai nabinya Tuhan

glir rup N i Y qub nora awirang sireku


menyerupai sosok Nabi Yakub tiada malunya dirimu

anêbah jajanira ring kang murbeng ngalam


ia menepuk dada kepada penguasa alam semesta

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Nabi Yusup sarwa angandika asêru yata ilang têrasnanira nabi Yusup
Nabi Yusuf seraya membentaknya maka hilanglah hasrat bercinta Nabi Yusuf

eh Yusup mêngkono sira age tumuruning pêrnah


eh Yusuf begitukah dirimu ia pun segera turun

arêp lumaku tan yukti pisah ing papêrêman agêlis


hendak berlaku tiada sepantasnya buru-buru meninggalkan ranjang

290
71 72

Ginamêlan dera radêyan Sang putêri gêlis wêruh sira


Yusuf pun dikejar sang putri Mengetahui hal itu sang putri segera

pan cinandhak kulambine Yusup agêlis marang sang nata ika lamun dhatêngi
baju Yusuf diraih dan ditariknya mendatangi sang raja

sinêbit ing wuri sampun tumulya ngêruhuni atur


hingga baju Yusuf sobek di bagian belakang lalu melaporkan apa yang terjadi

Nabi Yusup kacaryan pukulun sêri sang nata


Yusuf terperanjat baginda rajaku

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sawêdale jungutira sangaulun paran walêsira ing wong kang acareku
sekeluarnya dari ruang peraduan putri apa balasan bagi orang yang berbuat

sakundure sêri nalendêra sajêrone kêdhaton tuwan


sang raja baru saja pulang di dalam istana tuan

irika parêng ngawêruhi sayugêya winêrang keki


sang raja telah memergoki perbuatan memalukan tiada pantas itu

291
73 74

Linara dèn asêru dahat Sang putêri sumahur sira


Menyakitkan sekali rasanya Sang putri berkata

wawalêse ing wong arsa tan yukti tan awêruh tan lêyan sêri bupati
balasan orang dengan berbuat tiada pantas tak ada orang lain yang tahu kejadian ini

wikan sira Nabi Yusup bramantêya pandulunepun


Nabi Yusuf tahu sang raja amat murka melihat

ing sêmuning sang nata mara ing Yusup ika


sang raja sedang menyindir kepada Yusuf itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yèn dhatêngi sira ngandikaning ratu lah mêngkono pamalêsira maringsun
dirinya di hadapan tuan putri begitukah balasanmu kepadaku

owahana gène sira sun kêmulani satata


benarkah demikian kejadiannya atas kemuliaan kebaikan yang kuberikan

dhuh Yusup kaya jar nini kaya atmaja wang asih


seperti yang dikatakan putri, duh Yusuf kasih sayang seperti anakku sendiri

292
75 76

dalêwarina sabeng pura Mapan mongsa kahidhêpa


siang malam berada di istana Memang tiada mungkin bisa percaya

sun parcaya tan nyana kayeki utawine yèn ana saksineki


aku percaya tiada mengira seperti ini kecuali jika ada saksi atas kejadian ini

polahira lêwir wong tuhu sumahur sira sang pêrabu


kelakuanmu, kau ternyata sang raja menjawab

têka kon lampah dhustha êndi saksiku baya


datang untuk berlaku dusta yang mana yang menjadi saksinya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sêru tan arja Bagendha Yusup amuwus atur sêmbah Yusup mara ing sang pêrabu
amat merusak, Baginda Yusuf berkata Yusuf berhatur sembah kepada sang raja

tan wikan atur kawula rare lanang kang awayah


hamba tidak mengerti bayi laki-laki yang baru berumur

marang sêri narapati kawandasa dina uni


maksud paduka raja empat puluh hari itu

293
77 78

Punika saksi kawula Yata saking parmaning Yang


Dialah saksi hamba Atas berkat kasih Tuhan

angandika sang pêrabu lingnya aris ingkang bisu punika dadêyang ngêling
sang raja pun berkata orang bisu pun bisa dibuat-Nya bicara

kamêngkara sira Yusup yata saksana sang pêrabu


kemarikanlah,Yusuf sang raja saat itu juga

ingêndi silihana anupiksa pêriyawak


berikanlah yang mana memeriksa diri sang bayi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


rare kawandasa minangka sakseku rare alit atut rika sira wêruh
bayi empat puluh hari yang menjadi saksi hai bayi, apakah kau mengetahui

Bagendha Yusup lingira ing tingkahira Jaleka


Baginda Yusuf berkata perbuatan Zulaikha

aron tinakonan gusti kêlawan Yusup sireki


ajak bicara dan tanyailah dengan Yusuf saat itu

294
79 80

Saking parmaning Yang sukma Nênggih tuwan tilikana


Atas berkat kasih Tuhan Perhatikanlah ya tuan

rare pasuson punika gêlis nahuri kêlambine Yusup kêlamun sêbit


bayi yang masih menyusui itu menjawab jika baju Yusuf sobek

tan ayun amba sang pêrabu pêcahira munggêweng ayun


paduka raja, hamba tidak ingin pada bagian depan

lamun dadi saksika tuhu jare Jaleka


jika hendak dijadikan saksi maka benarlah Zulaikha

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ajêrih amba angadu-ngadu pukulun pasthi linyok kêcapira Nabi Yusup
hamba takut dianggap mengadu-adu dan Yusuf pasti berdusta

kêrana duka Yang Sukma lamun ing wuri sang nata


karena Tuhan amat memurkai jika yang robek baju bagian belakangnya

ing wong adu-adu haji linyok ujare sang putêri


orang yang suka mengadu-adu, paduka sang putri yang telah berdusta

295
81 82

Dadêya cêngêng sêri nalendêra Kulambine Yusup ika


Tercenganglah sang paduka raja Baju Yusuf itu itu

amiharsa kêcape rare cili pinariksa atut sêbit ing wuri


mendengar ucapan sang bayi diperiksa ada sobekan di bagian belakang

dening bisane cêlathu tuhu ujarira Yusup


oleh kemampuannya berbicara sungguh benarlah perkataan Yusuf itu

mangke wuwuh panarka lingira sêri nalendêra


semakin bertambahlah dugaan sang raja pun berkata

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sêri nalendêra mara hing Bagendha Yusup iya Yusup puma sira ayêwa muwung
sang raja kepada Baginda Yusuf baiklah Yusuf, kau janganlah bersedih

ing wong tan samanya sira aja sira wêdaling liyan


bahwa Yusuf bukan sembarang manusia jangan ceritakan kepada siapa pun

yata dhawak anuwèksi puma dèn mati pêribadi


demikian yang ada pada pikiran sang raja hanya untuk dirimu saja

296
83 84

Sumahur Yusup lingira Risampunira mêngkana


Yusuf pun menjawab Seusai demikian

sarwi sira tumungkul idhêp kami datan kêna kukus kêmulana dadi
seraya menundukkan kepalanya tiada akan bisa asap diselimuti

yata sang pêrabu andulu lumêrah warteng jêro kêdhatun


sementara sang raja menatap menyebarlah kabar itu di dalam istana

maring putêri ngêrênguh sira rawuhing jawi pisan


sang putri dengan kegeraman hingga keluar istana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


eh Jaleka tobata sira dèn Agung sakathahe rabine mantêri angêrungu
eh Zulaikha tobatlah di hadapan Tuhan seluruh isteri menteri mendengarnya

anêdhaha pangaksama para manca mêyang satêriya


memohon pengampunan-Nya para duta hingga satria

saking risêbing têwas juti anggunêming pêramèsêwari


karena menuruti hati yang buruk mempergunjingkan permaisuri

297
85 86

Baya tah nora awirang Yata kinèn angundanga


Bagaimana tidak akan malu Maka diundanglah oleh sang putri

putêri asih ing pênakawan sangaji sakathahe rabine para mantêri


putri bermadu kasih dengan abdi raja semua istri para menteri

mapan sira de marteku mangkat punang kang ingutus


padahal ia begitu lemah lembut ia pun mengirim utusan

wicaksaneng pêralambang marang garwaning manca


dilambangkan seorang yang bijaksana kepada isteri pembesar di luar kerajaan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wêruhing lampah têka lumaku tanarju sangsuh dèwi wus sasadêya sira wahu
ternyata melakukan tindak yang nista sang putri telah menyiapkan untuk mereka

sang putêri miharsa padmasana munggêweng natar


sang putri mendengar dampar perjamuan di halaman

ujarira wong ngèsêmi papalangkan mas angrawit


bisik-bisik mereka itu dengan tersenyum kursi berukir emas

298
87 88

Pinatiking nawa ratna Miwah singêre wêdana


Berhiaskan mutiara Demikian pula dengan gerak tubuhnya

ginêlaran dewangga sêri angrawit sapolahe wong ayu amantêsi


yang tergelar dengan indah apa yang dilakukan terasa menawan

kinèn alinggiya sampun yata dhinawuhan sampun


mereka pun dipersilakan duduk maka sang putri pun mempersilakan

sakêwèh undang-undangan dhaharan warna-warna


segenap para undangan menikmati hidangan beraneka macam

Buku ini tidak diperjualbelikan.


samêya gawok tumingaling sang lêwir tatur wungêlon manggis sumadêya sampun karuhun
semua terpesona melihat sang putri rambutan dan manggis telah disediakan

tanana amadhanana linariyan sarbad wangêya


tiada yang menyamai kecantikan Zulaikha ditawarkan juga minuman serbat wangi

sakathahe putêri adi sêdhah woh lan ganda sari


di antara segenap para putri itu sirih, buah-buahan, dan bunga harum

299
89 90

Yata sami matur sira Marang panakawanira


Maka semuanya pun berkata Kepada panakawan (abdi)

sakathahe rabine para mantêri sêri nalendêra kang aran Yusup iki
segenap isteri para menteri raja yang bernama Yusuf itu

punapa karya sang arum mênawa sira durung wêruh


putri, sebenarnya apa yang terjadi mungkin kalian belum pernah melihatnya

ulun ta angandikan yata sira sinungan


ceritakanlah maka sang putri kemudian memberikan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


langkung maras mênawa bêndu masayu jêram manis kêlawan lading panyukur
kami amat kawatir jika sang putri marah jeruk manis beserta pisau pengupasnya

nora ingsun runtik iya sang putêri mangke ngandika


aku tidak marah pada kalian sang putri kemudian berkata

arêp ingsun kon ningali kumbetana dinta nini


aku ingin menunjukkan pada kalian peganglah jeruk dan pisau itu

300
91 92

Ayêwage dera rêb iya Angangge sutêra pirêmas


Janganlah kalian kupas Mengenakan sutra pirmas

lamun durung pakoningsun mêneki arasukan sinuji ing mas hadi


jika belum aku perintahkan baju berhiaskan emas

yata ingandikan mêtu ikêt pinggang sutêra ungu


sang putri lalu keluar berkata kepada berikat pinggang sutra ungu

Bagendha Yusup enggal akêkalung kêbo mênggah


Baginda Yusuf agar segera berkalung kebo menggah

Buku ini tidak diperjualbelikan.


binusanan makutha binahud arum pinggêl kana sinêrasah intên murub
berbusana, bermahkota disertai wewangi bergelang emas dihiasi intan menyala

pinatiking mirah selan tan raga-raga manusa


berhiaskah batu mirah bukan lagi wujud manusia

kinatipan intên bumi kadi asmara ing suwargi


dipadu dengan intan indah seperti keindahan di surga

301
93 94

Rinarêngga ing busana Nuli manjing ing ayunan


Dipakaikan busana sedemikian Lalu tibalah di hadapan para istri

pêkikira sayan kanon sayakti nuli kinèn angêrêb jêram sami


Yusuf semakin tampan rupawan lalu mereka disuruh mengupas jeruknya

tan warna dunya rupeku mêdal sira Nabi Yusup


tiada di dunia sosok seperti dirinya keluarlah Nabi Yusuf

sahimbêh Yusup ika alantaran dewangga


seolah Yusuf itu layaknya dewa

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wonging sêwarga imbanira Nabi Yusup mêring pasamohaning wong kathah sampun
manusia surga yang menyaru Nabi Yusuf menuju perjamuan segenap para istri

sang putri akon mêdala rupanira liwat yangyang


sang putri memerintahkan untuk keluar wajahnya yang agung

ing Bagendha Yusup agêlis wêdananira nêrang sasi


Baginda Yusuf dengan segera wajahnya seterang rembulan

302
95 96

Sagunge èstêri kang mulat Rahira awor lawan jêram


Segenap para isteri yang melihat Darah mereka bercampur dengan jeruk

sami cêngêr tan kawasa marneng dhiri tan kêrasa laraning kang jariji
semua tercengang tak bisa kuasai diri tiada dirasakan sakitnya jemari

tan kêna mahoni gêlung pijar lêng-lêng kapirangu


tiada lagi bisa mencela terbius seolah ragu tiada percaya

padha ilang wicaranya tumingaling warna endah


semua terpaku tiada bisa berucap melihat wajah yang indah rupawan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sakathahe kang ngêrêb jêram wahu nyananira sinênggih dede janmeku
segenap isteri yang mengupas jeruk itu disangkanya bukan sosok manusia

tan kêrasa karêb ika gawoking wong kang tumingal


tiada sadar dalam mengupas takjub orang yang melihat

malah pêgat kang jariji ing rupa kaliwat luwih


ternyata jemarinya telah terpotong wajah yang amat rupawan

303
PUPUH XI
SINOM
1 2

Wontên ingkang winasita Sakathahe kang wanita


Ada sebuah riwayat Segenap wanita

wong ayu pêjah inguni kang mulating Yusup iki


seorang perempuan jelita yang sekarat yang melihat Yusuf ini

kang antuk sih ing Yang Manon sami sinung pangawasa


yang mendapat kasih dari Tuhan kalau saja diberikan kuasa

pi ri g l i k ti g dènira Yang maha suci


dijelaskan oleh sang malaikat oleh Tuhan maha suci

wêruha nireku malih kawasa mujar iki


tahukah dirimu kuasa untuk berujar seperti ini

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yèn ingapura duseku punapa tuwan pukulun
jika telah diampuni dosamu apakah tuan (Yusuf)

dènira sang Yang Manon dudeku janma tuwan


oleh Tuhan bukan manusia

ilang pêriyatining ati iya manuweku gusti


maka hilanglah susah hatinya barangkali saja tuan adalah

dening ngandêl sihira Yang Maha Mulya l i k t k g uly sire g dh r t


karena yakin akan kasih Tuhan Maha Mulia malaikat mulia yang sedang ada di bumi

304
3 4

Durung sun gusti tumingal Ingsun pating aran ala


Aku belum pernah melihat Banyak yang menuduhku berlaku cela

ing rupa kayeku gusti mara ing Yusup pan apti


wajah seperti itu karena menghendaki Yusuf

ing pangipèn durung tumon kedanan ing panakawan


dalam impian pun belum pernah melihat tergila-gila kepadanya

têmbe kawula ningali yata wong puniku sami


baru kaliini saja hamba melihat demikianlah segenap wanita itu

rupa ingkang linuwih tumungkul minta kasih

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wajah yang amat rupawan tertunduk menyesal

kênyaran panduluningsun nêdhèng ngapura sang ayu


benar-benar baru melihat seperti ini memohon maaf pada sang putri

hirika sang lêwir kusuma kawula tan medoha


sang putri Zulaikha hamba tiada heran

mujar ing rabine mantêri mara ing sang raja putêri


berkata kepada segenap isteri menteri kepada sang putri

atut reka angucaping ringsun iya amba tuwan edaning Yusup pêrasamêya
aku pun juga demikian kita semua tergila-gila dengan Yusuf

305
5 6

Ulun paduka sêdaya Tan emut ing lakêya suta


Kita ini semua Tiada ingat pada suaminya

kedanan ing Yusup sami saking gênge manah bêrangti


sama-sama tergila-gila dengan Yusuf karena amat besarnya dilanda asmara

kaliwat kang asung bêrangta kocapa sri nara nata


yang telah membuat kasmaran dikisahkan sang raja kemudian

ing nala patik sang rasmin arêrasan lan ki patih


hati sang putri berunding bersama sang patih

sêsampuning kayeki tanapi tandha mantêri

Buku ini tidak diperjualbelikan.


seusai kejadian itu juga pemuka menteri

pamiting rahadèn ayu manca nêgareki sampun


mereka berpamitan pada sang putri dan duta luar kerajaan

sapêraptaning wisma rèhepun Yusup kang wong


setibanya di rumah masing-masing (raja berkata) karena Yusuf itu

sakathahe para èstêri jina rasmin lan sang putêri


segenap para isteri itu telah berzina dengan sang putri

lali nganak kasmaraning Yusup ika lah ta patih paran ta pidayanira


lupa pada anak, kasmaran terhadap Yusuf oh patih, bagaimanakah hukumannya

306
7 8

Ature mantêri sêdaya Risêdhêngira lumintang


Para menteri semua berkata Saat Yusuf dibawa ke penjara

pênêd sih pukulun gusti kanoning sang raja putêri


alangkah baiknya, paduka raja sang putri menyaksikannya

wêrangkanên de sang katong luhira dêrês tan papêtan


orang itu dipenjara tangisnya menderas tiada tertahan

pangamarira ki patih eh Yusup ayêwa pêriyatin


patih pun menyarankan hal yang sama oh,Yusuf usahlah bersedih

marang sêri narapati pêrandening sang pêkik


kepada sang raja namun demikian sang rupawan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


mulane matur kayeku wang uninga ing sang bagus
karena semua menyepakati seperti itu ketahuilah sang bagus

pênjaranên de sang katong sampun walang ati êmas


maka penjarakan Yusuf itu janganlah berduka hati

hirika winêrangka gêlis mangsa ingsun tan ningali


Yusuf pun segera dibawa ke penjara tiada mungkin aku tak melihat

risaksana ingiring dhatêng pênjara pêrandene analinga sêri nalendêra


saat itujuga digiring menuju penjara walaupun dihalangi oleh sang raja

307
9 10

Mêngkana kawulaning yang Rinaksa dera Yang Sukma


Demikianlah hamba Tuhan Dijaga oleh Tuhan

u i ing kiyamat binjing kinamulèn de Yang Widi


orang mukmin di hari kiamat kelak dilindungi oleh Yang Kuasa

dadi sira sang Yang Manon kang kinênêngakên Manon


maka Tuhan Tuhan yang kuasa menghentikan

anêdhunakên J r il arane kiyamat binjing


menurunkan Jibril hari kiamat kelak

kinon akêcap uni satêrunira Yang Widi


diutusnya untuk mengatakan para seteru Tuhan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing o g u i ing Yang agung kang lênggana ing pangutus
sabda Tuhan kepada orang mukmin yang ingkar pada utusannya

ayêwa maras nalanta kang kata kapir ika


janganlah hatimu kawatir yang berjuluk orang kafir itu

menenga sampun pêriyatin bidêngah wilalat kebir


tenanglah usah bersusah hati yang nista, celaka, dan sombong

mangsa sira kênaha lara kiyamat Nasarani Mêjusi Yahudi ika


tiada kau mendapat celaka di hari kiamat Nasrani, Majusi, dan Yahudi itu

308
11 12

Risampunira mêngkana Sanunggal patunggu lawang


Seusai demikian Seorang lainnya adalah penjaga pintu

Bagendha Yusup winarni pawong sanak irenguni


dikisahkan Baginda Yusuf yang merupakan kerabat

winêrangka de sang katong lan juru larih sang nata


dimasukkan penjara oleh sang raja dari si penyaji minuman sang raja

lawan busananing nguni iku panarka narpati


dengan memakai bajunya yang dulu sang raja menuduh

wontên ingkang angering mangsa tan wêruha singgih


ada tahanan lain yang menemani tak mungkin ia tak tahu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


winêrangka wong tatêlu ing tingkahe mitêranepun
mereka bertiga di dalam bilik penjara rencana tindakan jahat kawannya

kang sawijeku iya karane winêrangka


orang yang pertama karena itulah ia pun dimasukkan penjara

juru larih ing narpati dosane mitêrane uni


penyaji minuman sang raja kesalahan kerabatnya itu karena

tinarka ngupasi ing sêri nalendêra winastanan wikaning sêri naranata


yang didakwa meracuni sang raja mengetahui rencana jahat terhadap raja

309
13 14

Wontên sabdaning pandhita Anêngêna sang pandhita


Ada riwayat dari ulama Tinggalkanlah cerita tentang ulama itu

wong ahlul tapsir inguni J r il êring Yusup malih


seorang ahli tafsir mengatakan Jibril menemui Yusuf

laminira Yusup kang wong andulangi darah iya


lamanya Yusuf ia menyuapkan darah kepada Yusuf

aneng jêro wêrangkeki rasane darah pangliring


berada di dalam penjara rasanya darah sekejapan

limang tahun kawarni ngilmu hikmat malih


adalah lima tahun adalah ilmu hikmat

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kang tapsir wênèh amuwus darah punika sukmeku
sang ahli tafsir lain mengatakan darah itu adalah sukma

pitung warseku uga nugêrahaning Yang Manon


tujuh tahun anugerah dari Tuhan

tapsir malih angarani dadi Nabi Yusup nuli


dalam tafsir lainnya menyebut sehingga Nabi Yusuf kelak

pitulas tahun aneng jêro wêrangka wikan sira ing artine kang sêwapna
tujuh belas tahun Yusuf berada di penjara akan mengetahui makna dari mimpi

310
15 16

Apan nabi ing Yang Sukma Bagendha Hidhir sinungan


Demikianlah para nabinya Tuhan Baginda Khidir diberikan

samêya kasinungan ngilmi ngilmu laduni Yang Widi


semua diberikan ilmu ilmu laduni oleh Tuhan

asiyosan ngilmu nyang wong durung winarah wus wikan


masing-masing ilmu kepada mereka belum terjadi sudah mengetahuinya

Bagendha Nuh sinung ngilmi Bagendha Suleman hadi


Baginda Nuh diberikan ilmu Baginda Sulaiman

syarengat de Yang Widi sinung manteking Widi


syariat oleh Tuhan diberikan ilmu mantik oleh tuhan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Bagendha Ibrahim sinung wikan ing sarubaseku
Baginda Ibrahim diberikan mengetahui segala bahasa

ngilmu bathin Yang manon muwah basaning hewan


ilmu kebatinan oleh Tuhan juga bahasanya hewan

lan rahayu lamun angling Y ku l Yusu N i


dan keselamatan jika ia berujar Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Nabi Musa sinungan ngilmu munajat sinung ngilmu bisa artine suwapna
Nabi Musa diberikan ilmu munajat diberikan ilmu mengetahui arti mimpi

311
17 18

Nabi Muhamad Mustopa Risampunira mêngkana


Nabi utama Muhammad Setelahnya demikian

sinung ngilmu de Yang Widi kocapa wong kang kêkalih


diberikan ilmu oleh Tuhan dikisahkan tentang kedua tahanan

bisa sakêwèh ngilmu nyang wong parêng winêrang kakang wong


mengetahui segenap ilmunya manusia meminta diterangkan

pan linuwih de Yang Widi lan Bagendha Yusup iki


yang paling utama di hadapan Tuhan oleh Nabi Yusuf

panutub sakêwèh nabi angipi wong kêkalih


sebagai penutup dari segenap para nabi mimpi kedua orang itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tanana madha jêng rasul samêya atêtakèn wahu
tiada yang menyamai Rasul Muhammad mereka sama bertanya

kêparêking Yang manon artine kang sêwapna


dalam kedekatannya dengan Tuhan makna dari impiannya

pan kekasih ing Yang Widi ing Bagendha Yusup nênggih


yang paling dikasihi oleh Tuhan kepada Baginda Yusuf

apan iku panutub sakêwèh ambiya kang atunggu lawang maturing Bagendha
itulah penutup dari segenap para nabi si penjaga pintu berkata kepada Yusuf

312
19 20

Ngipi ngêmu sajêng amba Sun warah suwapnanira


hamba bermimpi ngêmu tuak Akan kuberitahu arti mimpi kalian

kadi mubêram tingkah mami yata sang atunggu kori


seolah rasanya seperti brem hai sang penjaga pintu

kang sanunggal aturira singgih kawula Islama


yang seorang lainnya berkata bersungguh-sungguhlah masuk Islam

amba angipi inguni amba ngistokêna nênggih


hamba bermimpi hamba bersedia

anuwun apêm kami yata ingarti agêlis


menyunggi apem di atas kepala hamba dan ingatlah nanti segera

Buku ini tidak diperjualbelikan.


cinucuk ing dhangdhang wahu têlung dina wêkas ingsun
dipatuki oleh burung gagak tiga hari usai aku berbicara ini

bênêre sirah amba winêtokên Yang Manon


tepat pada kepala hamba kau akan dibebaskan oleh Tuhan

Bagendha Yusup lingnyaris saking pênjareku binjing


Baginda Yusuf berujar dari penjara ini nantinya

lamun ingsun awarta sira Islama sarta sinung lungguh dènira sang nata
kalian masuklah menjadi Islam serta akan diberi kedudukan oleh raja

313
21 22

Yata juru larih ika Yata sapangêrungunira


Sedangkan sang penyaji minuman itu Mendengar hal itu

kinon Islam datan apti nangis sarta sira angling


disuruh menjadi Islam tiada mau ia menangis sambil berseru

mêngkana pangucapira alinyokan Yusup kang wong


begitukah ucapanmu bahwa Yusuf itu telah berdusta

alumuh manira iki yata ing binjangan nuli


betapa bebal dirimu ini maka keesokan harinya

yata pinajar agêlis winêdalaken agêlis


maka Yusuf pun segera berujar ia dikeluarkan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sira amêdaling besuk sêka ring pênjara wong iku
dirimu besok akan dikeluarkan dari penjara

sêka ring kang pênjara sarwi sinulah sira


dari dalam penjara serta kemudian dirinya ditombak

nuli sinulah ing wêsi utêke sirah umejil


lalu kau akan ditombak dengan besi hingga otaknya keluar

mêtu utêkira cinucuking dhang-dhang apan sira cinucuk dhang-dhang sirahnya


otakmu keluar dipatuk oleh gagak dan kemudian kepalanya dipatuk gagak

314
23 24

Kang atunggu lawang mujar Ibrahim ku buyut ingwang


Si penjaga pintu berujar Ibrahim adalah kakekku

atakèning Yusup aris Kenahan ing desa mami


bertanya kepada Yusuf Kanaan asal desaku

apêpajara jêngira kolèhe jêngira tuwan


katakanlah tuan bagaimanakah ceritanya tuan

paduka wong agung pundi wontên ing negareng Mêsir


tuan yang mulia ini dari mana ada di negeri Mesir

sintên ingkang wêwangi tur kasêngkaleng iki


siapakah sebenarnya diri tuan hingga berada di tempat ini

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sumahur ingkang tinantun Bagendha Yusup amuwus
menjawablah yang ditanya Baginda Yusuf berkata

Yusup pan aran ning wang atutur ing polahira


Yusuf adalah namaku menceritakan kejadian yang menimpanya

wêk ir Y ku k i yata wong punika malih


putra dari Yakub sang penjaga pintu itu pun

pernah wayah dening Nabi Ishak ingwang sayan têguh manute agama Islam
aku adalah cucu dari Nabi Ishak semakin teguh memeluk agama Islam

315
25 26

Gênêp dinanira mêdal Akêcap wong tunggu lawang


Saat tiba hari pembebasanmu Sang penjaga gerbang pun berkata

saking pênjareng nguni singgih kawula sang pêkik


dikeluarkan dari penjara baiklah tuanku sang rupawan

tur sinung lungguh sang katong yèn antuk marga matur ngong
serta diberikan kedudukan oleh raja jika mendapat jalan berbicara dengan raja

rinatkala nira mejil punika kêrana neki


saat kau sudah keluar demikianlah karena hal ini

sêka ring penjareki datan mêdaling nguni


dari penjara ini Yusuf tiada dibebaskan dari penjara

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Bagendha Yusup amuwus antuk dukaning Yang Agung
Kata Baginda Yusuf ia mendapat amarah dari Tuhan

amêkasing punang wong kêna bêncana sira


mengingatkan kepada si penjaga gerbang ia terkena bencana

asung pèngêt ing narpati saking Yang Yusup inguni


kau ingatkanlah pada sang raja dari Tuhan karena Yusup itu

yen ana wong winêrangka tanpa dosa tan anêdha pitulungira Yang Sukma
jika ada orang tak bersalah telah dipenjara tiada meminta pertolongan kepada Tuhan

316
27 28

Amalampah tulung ing lêyan Eh Yusup ing kuna sapa


Malah meminta tolong kepada selain Tuhan Eh Yusuf siapakah yang dulu

yata mêdhu J r il mêtokên ing sumur uni


maka turunlah Jibril mengeluarkanmu dari sumur

marang Nabi Yusup enggal Bagendha Yusup lingira


segera ke hadapan Nabi Yusuf Baginda Yusuf berkata

li gir dut J r il Pangeran uga kang luwih


berkatalah Jibril sang utusan itu Tuhan juga yang telah melakukan

sapa ngêluputakên uni lingira J r il


siapakah yang telah meloloskanmu Berkatalah Jibril

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pinatèn ing sanak dangu sapa ngêluputakên dangu
saat hendak dibunuh saudaramu dulu siapa yang telah meloloskanmu

mangsa neng wana kuna jinah lan sang ratna


pada waktu di tengah hutan itu dari berbuat zina dengan sang putri

sumahur Yusup lingnyaris dêlingira Yusup malih


Yusuf berkata lirih Yusuf berkata kembali

Sang Yang Sukma tan pawèh ing ringsun tuwan sang Yang Sukma kawêruhe kawulanira
tak bisa jika tanpa pertolongan Tuhan padaku Tuhanlah yang melakukannya

317
29 30

J r il sêru mujar Anging tuwan lawas nora


Jibril berucap keras Namun tuan akan lama tidak segera

kolahe jêngira nabi mêdaling kunjareng nguni


lalu kenapa engkau ya nabi keluar dari penjara

amalampah tulung liyan punang kang winêkas ujar


meminta tolong kepada selain-Nya orang yang dititipi pesan

nora sira sang Yang widi tan matur ing sêri bupati
bukan kepada Tuhan tidak menyampaikannya pada sang raja

yata Yusup sira ngêling linalèkên ing iblis


demikianlah Yusuf pun berujar dilalaikan oleh iblis

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tuhu yèn kadudoningsun saking qudrating Yang Agung
sungguh aku tiada teguh atas kehendak takdir Tuhan

hirika wus atobat tan anêkakêna kang wong


Yusuf pun lalu bertobat tiada datang si penjaga pintu

nêdheng ngapura Yang widi wawêkasing Yusup uni


memohon ampun kepada Tuhan menyampaikan pesan Yusuf

li g J r il s pu ènge ngapura wus nêm tahun lawasireng jêro wêrangka


Jibril berkata Tuhan telah mengampuni telah selama enam tahun ia di penjara

318
31 32

Sang pêrabu lali kaliwat Wontên carita kocapa


Sang raja pun lupa Ada sebuah riwayat

linalèkên ing Yang Widi pitulas tahun malih


dilalaikan oleh Tuhan tujuh belas tahun lebih

mulane tan emut sira laminireng jêro wêrangka


karena itu tiada ingatlah ia lamanya Yusuf di dalam penjara

angunjara sira nabi ya ta sabda Rasul malih


telah memenjara sang nabi demikianlah sang Rasul bersabda

kêrana wus pinasthi lamun Yusup inguni


karena telah ditakdirkan jika Yusuf waktu itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


lama aneng kunjareku tan anjaluka pitulung
akan lama di dalam penjara tidak meminta pertolongan

Bagendha Yusup kang wong ing pêpadhane kang wong


Baginda Yusuf itu kepada sesama manusia

kêna coba ing Yang Widi agêlis mêdaling kunjari


mendapatkan cobaan dari Tuhan akan cepat ia keluar dari penjara

mula nira tan emut sêri naranata mangsa sira lawasa nèng jêro kunjara
karenanya sang raja tiada ingat tidak mungkin akan lama ia di penjara

319
33 34

Muganta Yusup wèhana pêrandeningsun analinga


Semoga Yusuf diberikan namun demikian Yusuf mendengar

pasiyanira Yang Widi wartanira sêri bupati


kasih sayangnya Tuhan kabar tentang sang raja

risampunira mêngkana hirika sang lêwir kusuma


seusai demikian bahwa sang putri

Bagendha Yusup alami pan aneng jungut awengit


Selama Baginda Yusuf yang ada di peraduan sendirian

ing jêro wêrangka nuli rahina wêngi anangis


berada di dalam penjara siang malam menangis

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sang putêri sabêrandineku tan kêna pangan lan turu
sang putri setiap harinya tiada bisa makan dan tidur

ingutus marang kunjara Yusup ingkang sinambat


mengirim utusan ke penjara Yusuflah yang disedihkannya

asung dhahar pênganggeki paran polahira gusti


membawakan makanan dan pakaian bagaimanakah keadaannya

nêhêr age mangke tan walang atiya sêri nalendêra malih tan uningeng sira
lalu berpesan agar tiada bersedih hati sang raja tiada peduli keadaannya

320
35 36

Dening wontên ganti nira Amba punika yun mêdal


Bagaimana bisa ada penggantinya Hamba ini ingin keluar

langkung sihira sangaji sêka ring pênjara gusti


Yusuf teramat sangat kasihnya dari dalam penjara ini, gusti

sampuning mêngkana lama langkung putêk nala amba


setelah sekian lama namun hati hamba amat bingung

Yusup aneng jêro kunjari tan kêsandhang amba gusti


Yusuf ada di dalam penjara tidak bisa melakukannya

akêwèh wong mêdal saking kêcape Yusup agêlis


banyak tahanan yang telah keluar Yusuf segera berujar

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bêrkatira Nabi Yusup lah padha mijila sampun
atas berkat Nabi Yusuf keluarlah kalian semua

nêhêr agama kang wong sumahur sakêwèh punang


lalu mengajarkan agama pada mereka segenap tahanan menyahut

kang aneng jêro kunjari kayapa mijila gusti


yang ada di dalam penjara bagaimana bisa keluar, gusti

pan wong sèwu pêtangatus padha ngucap apan maksih balènggune awaking wang
sebanyak seribu empat ratus orang berkata jika badan kami ini masih dibelenggu

321
37 38

Bagendha Yusup angucap Wong punika samêya mêdal


Baginda Yusuf berkata Para tahanan itu pun keluar

anuli anêdheng Widi saking pênjareku agêlis


lalu bermohon kepada Tuhan segera dari penjara itu

katarima de Yang Manon anut ujar Yusup kang wong


dikabulkanlah oleh Tuhan seperti apa yang dikatakan Yusuf

panêdhane Yusup iki piyak kang punang kunjari


doa Yusuf itu berhamburanlah keluar para tahanan

balênggu rante nuli saking bêrkating nabi


belenggu rantai itu lalu atas berkat Nabi Yusuf

Buku ini tidak diperjualbelikan.


gigal sêka ring anggeku marang titiyang sampun
rempuh lepas dari badan mereka kepada orang-orang itu

pêra samêya tibeng kisma samêya wah rupa nyang wong


semua rantai jatuh ke tanah berubahlah keadaan mereka

saking qudrating Yang Widi kang irêng dadêya kuning


atas berkat kodrat Tuhan yang gelap menjadi terang

saking rahmat mara ing kawulanira saking bêrkating iman mungguhing sira
berkat rahmat Tuhan kepada hambanya atas berkat iman pada diri mereka

322
39 40

Apan mantuk sowang-sowang Kawula tan ayun mêdal


Saat mereka masing-masing pulang Kami tidak ingin keluar

awarta ing somah sami saking penjareku gusti


bercerita kepada yang di rumah dari penjara ini, gusti

karaningsun mêdal iya yèn tan sarênga lan tuwan


bagaimana bisa keluar dari penjara jika tiada bersama dengan tuan

saking berkating rareki dèrèng mari unêng mami


karena berkat bocah itu (Yusuf) belum habis ketertarikan hati kami

gawok sami miharsi mulating tuwan singgih


semua didera takjub mendengarnya menatap wajah tuan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


saktinira Nabi Yusup kaliwat ing marmanepun
betapa sakti Nabi Yusuf teramat kasihnya kami

wong pêtang atus ika tumingaling sang kusuma


sementara ada empat ratus orang melihat tuan sang rupawan

kari aneng jêro kunjari têmbe amba tuwan mejil


tetap tinggal di dalam penjara nantinya hamba dan tuan akan keluar

sami matur ing Nabi Yusup lingira lumiringa paduka mimbeng kunjara
mereka semua berkata kepada Nabi Yusuf kami akan mengiringi tuan keluar penjara

323
41 42

Sapisan Yusup punika Anuntun unta wong ika


Suatu kali Yusuf Mereka menuntun unta

midêring jêro wêrangka gêlis yata kaparêking uni


berkeliling di dalam penjara hingga mendekati (penjara)

angintip dadêya manggih wong untanira mandheg sama


ia mengintip keluar dan mendapati semua unta pun berhenti

adagang lumintang riki saking nugêrahaning Widi


pedagang yang dalam perjalanan berkat karunia Tuhan

saking bumi Sam sami yata matur unteki


berasal dari negeri Syam unta itu berujar

Buku ini tidak diperjualbelikan.


margèng Kênahan wong iku eh Yusup amba pukulun
ia tentu melewati Kanaan eh Yusuf hamba ini

saha unta punang wong saking desa jêngira


bersama unta mereka berasal dari desa tuan

akathah rowang ireki rama tuwan kawêlas asih


banyak para pelayannya ayahanda tuan amat kasihan

katingalan dening Nabi Yusup ika dalêwarina nangis kangêning jêngira


terlihat oleh Yusuf mereka itu siang malam menangis merindukan tuan

324
43 44

Dening liwat laranira Yusup atakèn adagang


Teramat sedih hati ayahanda tuan Yusuf bertanya kepada pedagang

onênging tuwan sang pêkik sahure kapelah nênggih


terpaut hatinya dengan sang rupawan menjawablah kafilah (pedagang) itu

aturira punang unta sêka ring bumi Kênahan


demikian ujar unta itu benar kami dari bumi Kanaan

tanana wong wêruh sawiji yata Nabi Yusup angling


tiada seorang pun yang mengetahuinya demikianlah Nabi Yusuf berkata

anging Yusup kangarti wêruh iya rika kaki


hanya Yusuf seorang yang mengerti tahukah kalian tuan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sapangrungunira sampun kang kayu agung aluhur
usai mendengar hal itu pada pohon besar yang luhur

Bagendha Yusup mular pangepun rowêlas


airmata Baginda Yusuf mengalir bercabang dua belas

awêlasing rama nênggih wontên carange sawiji


kasihan ayahandaku ada sepotong ranting

yata sang adagang liwat ing pênjara alit sempal kang kayu agung alara
demikianlah saat pedagang lewat di penjara kecil patah hingga pohon besar terluka

325
45 46

Asêru laraning kang wêraksa Bagendha Yusup mamêkas


Amat terluka sang pohon itu Baginda Yusuf menitip pesan

anangis rahina wêngi warahna salam mami


menderas tangis siang malam sampaikanlah salamku

lara ing pang alit ika ing kayu agung alara


luka karena ranting kecil itu kepada pohon besar yang terluka

sapangrunguning adasih wartakêna dinta agêlis


mendengar itu si pedagang kau kabarkanlah segera

dadi kapilu nangis wontên wong ina garib


menangis pilu ada seorang yang hina

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ik N i Y ku pinênjareng Mêsir wahu
hamba tahu, itu Nabi Yakub dipenjara di Mesir

kang putêra Nabi Ishak ingunus pinggêl karo mas


putra dari Nabi Ishak Yusuf mengeluarkan sepasang gelang emas

lan atmajanira sami pinatiking ratnadi


beserta keduabelas anaknya berhiaskan intan berlian

ika tuwan tanya sêdaya mêring amba aji sèwu rongatus rongpuluh dinar
itu, tuan tanyalah semua pada hamba senilai seribu dua ratus dua puluh dinar

326
47 48

Ingunjalakên tumulêya Sumahur punang adagang


Lalu segera diberikannya Sang pedagang pun berkata

iyeku sang unta kaki lah inggih kawula pamit


kepada sang pemilik unta baiklah kami mohon pamit

nêkaken wawêkas ing wang sun kartakên karsa nyang wong


sampaikan pesanku tadi kepadanya akan kusampaikan pesanmuk epadanya

kêcapira wong adasih sarya ngandhut pinggêl nuli


sang pedagang pun berujar seraya membawa gelang

anuhun ing sang pêkik suka manah ireki


terimakasih pada sang rupawan suka cita hatinya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


agung panarimaningsun antuk pinggêl asêri luhung
besarlah rasa terimakasihku mendapat gelang indah bernilai

sapa jêngira sinambat gêlis tinuntun kang unta


siapakah nama tuan untanya pun segera dituntun

kecapira Yusup agêlis tan kawarneng nuh wus pêrapti


Yusuf pun segera menjawab tak lama kemudian ia telah sampai

nora ingsun ajati mara ing sira ing pêrnahe Kenahan awêngi sira
tak akan kuberitahukan namaku padamu di Kanaan pada waktu malam tiba

327
40 50

Injing pêrapteng wisma nira Punapa tah karsanira


Pagi harinya si pedagang tiba di rumah Apakah keperluanmu

N i Y ku o g d sih atakèning rama mami


Nabi Yakub, si pedagang ayahandaku bertanya seperti itu

anguwuh ing jawi sira uni wontên amamêkas


memanggil-mangil dari luarrumah ada sebuah pesan

eh putunira Ibrahim anênggih wong ina garib


eh cucu Ibrahim dari seorang hina

irika miharseki tur kinunjareng Mêsir


dengarkanlah ini yang dipenjara di Mesir

Buku ini tidak diperjualbelikan.


putêranira èstêri muwus wangsul putêra èstêri matur
putri Nabi Yakub berkata kembali anak perempuan Yakub berkata

sapeku atêtanya kapanggêya muji kang wong


bertanya siapakah itu semoga dipertemukanlah orang yang

sahurira wong adasih sêsampune salam uni


jawab si pedagang telah menitip salam itu

wontê pu di N i Y ku i g pêrnah aturira ing rama wontên atanya


adakah Nabi Yakub di rumah ia melaporkan ke ayahandanya soal itu

328
51 52

Yata agêlis mêdal sira Pinenjareng Mêsir tuwan


Maka keluarlah ia Yang dipenjara di Mesir tuan

Bagendha Y ku gkêya ngêling akirim salam inguni


Baginda Yakub kemudia berkata yang mengirimkan salam

paran kaki karyanira mara hing jêngira tuwan


apakah maksudmu tuan kepada diri tuan

atakèning ringsun iki N i Y ku r s gli g


bertanya tentang diriku dalam kekawatiran Nabi Yakub berkata

nêhêr kongas gandeki baya wêruh sira kaki


lalu merebaklah harum wewangi apakah dirimu tahu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


gagêlang mêlêking gêranu rupane wong garib iku
dari gelang hingga memenuhi penciuman sosok orang hina itu

matur punang kapelah umatur tan amba wikan


sang kafilah (pedagang) pun berkata si pedagang menjawab tidak tahu

amba puniki jêng nabi pakirime salam uni


hamba ini ya nabi dia hanya berkirim salam

pan winêkas ujare wong garib ika sêka ring jêro wêrangka dènnya mamêkas
menyampaikan pesan dari orang hina demikian pesannya dari dalam penjara

329
53 54

Tumulya nangis Bagendha Aturira sang adagang


Seketika berderailah airmata Baginda Sang pedagang pun berkata

Y ku s ryêwa jêrit-jêrit tanana amba karsani


Yakub seraya terisak-isak tak ada yang aku inginkan

kêrasa yèn anakira ing dunya punika tuwan


merasa bahwa itu adalah anaknya di atas dunia ini tuan

nêhêr atakèn tumuli anging atur amba gusti


ia pun lalu bertanya namun saya memohon kepada tuan

winarah sira kaki panêdhakêning Widi


beritahukanlah tuan mohonkanlah kepada Tuhan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


namane wong wêrangkeku dhèngèna ing patiningsun
nama orang yang sedang dipenjara itu mudahkanlah saat kematiaku

matur kapilah boya hirika ananêdha


si kafilah berkata bahwa ia tidak maka bermohonlah

pinajar namaning uni B ge dh Y ku i g Widi


diberitahu nama orang itu Baginda Yakub kepada Tuhan

li gi g Y ku p r k ki karsanira muga tuwan dhèngènêna ing patinira


Yakub berkata, apa yang kau kehendaki semoga ia dimudahkan kematiannya

330
55

Yata mit punang kapelah


Maka kafilah pedagang itupun berpamitan

sah sêka ring pura nabi


dari kediaman Nabi Yakub

tan kawarnaha dènira


tiada diceritakan tentang dirinya

wong adagang sampun mulih


seusai si pedagang pulang

lampahira amênjawi
melangkahkan kakinya keluar

Buku ini tidak diperjualbelikan.


tan kuningaha dèningsun
tiada ada yang tahu

l r e Y ku ik
betapa sedih hatinya Nabi Yakub

ing putêra nireku nênggih


mengingat keadaan putranya

wontên ganti aneng sabda kang kocapa


bergantilah cerita yang dikisahkan

331
PUPUH XII
KASMARAN

1 2

Bagendha Yusup winarni Katarima de Yang Widi


Dikisahkan Baginda Yusuf Tuhan pun mengabulkan

gênêp limang tahun sira panêdhane Yusup ika


telah genap lima tahun permohonan Yusuf itu

laminira na ing jêro kocapa sang pêrabu age


lamanya ia di dalam dikisahkan tentang sang raja

wêrangka asujud sira rahina sira anendêra


penjara, ia bersujud saat tidur di kala siang

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ingarsane Pangeran tan antara nyupêna
di hadapan Tuhan tiada lama kemudian ia bermimpi

kang tinêdha ing jêro sujud atangi ngêrasa bateku


yang dipinta dalam sujudnya saat terbangun terasa kelebat mimpi itu

tuwan wetokêna amba lali nêhêr tuturira


Tuhan, keluarkanlah hamba lalu lupa akan isi mimpinya

332
3 4

Tinuturan datan eling Paran ipèn ningsun uni


Isi mimpinya tiada teringat Bagaimanakah tentang mimpiku itu

angundanging para bisa para sakti dera tanya


maka diundanglah para cerdik pandai para sakti itu ditanyainya

pandhitanira sang katong tanana sanggupa kabèh


pandita kerajaan tak seorangpun yang sanggup

bêrmana mêyang yugisêwara anutur sêwapnanira


brahmana para yogi menuturkan impian raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


bujangga muwang sugata yata punang sêdhahan
pujangga hingga disiapkan seorang abdi kerajaan

para rêsi datan kantun nulya eling ing têyasepun


para resi tiada lupa seketika ingat di lubuk hatinya

tinakènan ing suwapna pawêkase Yusup ika


ditanyai tentang mimpi raja akan pesan dari Yusuf

333
5 6

Atêbah jaja anangis Kang tuwan pênjareng nguni


Ia pukul dadanya seraya menangis Anak yang paduka penjarakan

anutuh ingkang sarira ing kina atur pawêkas


menyerapahi dirinya sendiri ia dulu menitip pesan

pinariksa ing sang katong anêdha maring sang katong


raja pun memanggil memeriksanya memohonkan kepada raja

mulane sira karuna luwarana de sang nata


apa sebabnya sampai kau seperti itu agar dibebaskan oleh sang raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


matur atunggu lawang lan malih atur amba
sang penjaga pintu pun berkata dan menurut hamba

mangke sih kawula emut kadi wikana sang pêrabu


hamba baru saja ingat ia mengetahui sang raja

pawêkasepun rareka têgêse ipèn paduka


akan pesan anak itu (Yusuf) arti dari mimpi paduka raja

334
7 8

Kêlangkung bênêring ngarti Ataken sêri narapati


Sungguh nyata tafsir mimpinya Sang raja pun bertanya

andikanira sang nata paran karanira wikan


sang raja pun berkata bagaimana kau bisa tahu

atut ujarira mangko yèn bênêr ing pangartine


aku sependapat dengan perkataanmu jika benar nyata tafsir mimpinya

lali wang alawas ika matur punang tunggu lawang


lama aku telah melupakannya si penjaga gerbang berkata

Buku ini tidak diperjualbelikan.


yèn aneng jêro wêrangka ing kuna patik ajiya
jika ia ada di dalam penjara dahulu hamba

dahat manira tan emut angipi lawan pun juru


aku tiada mengingatnya bermimpi beserta si penyaji

nêhêr ajèr tingalira larih aneng jêro wêrangka


luluh hati raja bersukacita mengetahuinya minuman saat berada di dalam penjara

335
9 10

Punika depun artèni Sinêrang dera narpati


Lalu mimpi itu ditafsirkan olehnya Sang raja mendesak

atut ujare rareka ayêwa ngêrasani wirang


sesuailah tafsiran anak itu janganlah kau merasa malu

iya lungaha dèn age kêrana Yusup tingale


kau pergilah segera karena Yusuf melihat

sira takèna suwapna wêruh ing agamanira


tanyakan tentang bagaimana mimpiku tahu akan agamamu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


ing wang lali kaliwat risaksana umangkat
yang aku sendiri sudah lupa maka segera berangkatlah

lan paran wahananepun marêking Bagendha Yusup


dan bagaimana makna mimpiku itu menemui Baginda Yusuf

aturepun amba wirang anangis tukup wêdana


saya teramat malu paduka ia menangis sambil menutupi mukanya

336
11 12

Langkung wirangira ngaksi Agêlis asujud tumuli


Amat malu dengan kelakuannya Ia pun segera bersujud

Bagendha Yusup ngandika ing Bagendha Yusup ika


Baginda Yusuf pun berucap ke hadapan Baginda Yusuf

bukanên tangan ta karo dening sih mulene kang wong


bukalah kedua tanganmu karena kasih dan kemuliaannya

ayêwanta wirang kaliwat juru lawang hurmatira


jangan keterlaluan atas rasa malumu semakin hormat si penjaga gerbang

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kuwasa paran sira ing Bagendha Yusup ika
apa sesungguhnya kuasamu kepada Baginda Yusuf

alali mangkêya wus ayêwanta sujud ing ringsun


atas hal yang telah kau lalaikan janganlah kau sujud kepadaku

wawêkas ingsun ing sira matur punang tunggu lawang


pesan yang kutitipkan padamu si penjaga gerbang berkata

337
13 14

Saking sih mule ambeki Jêngira tutura mangkin


berkat kasih dan kemuliaan, hamba Tuan beritahukanlah

mara hing jêngira tuwan mênawa jêngira wikan


datang kepada tuan barangkali tuan mengetahuinya

paran sadêyanta maring ngong lingira Yusup mangkêya lon


maksud tujuan hamba kepada tuan Yusuf pun berkata perlahan

manira kinèn Pangeran iyengsun wêruh ing sêwapna


hamba diutus paduka iya aku mengetahui mimpi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dènira sêri nalendêra nira sêri naranata
ya sang baginda raja dari sang raja

ataken ipèn sang pêrabu angipi sira andulu


menanyakan tentang impian sang raja aku melihat raja bermimpi

lali marang tuturira goh papitu lêmu ika


yang raja sendiri lupa akan mimpinya ada tujuh ekor sapi gemuk

338
15 16

Sapi papitu binukti Ron sapta wahu binukti


Tujuh ekor sapi gemuk itu dimakan Tujuh lembar daun hijau itu dilahap

dening goh sapta dhoseka dening ron sapta king ika


oleh tujuh ekor sapi kurus oleh tujuh lembar daun kering

kang alêmu ika dene sirna godhong ijo kabèh


sapi yang gemuk itu musnahlah daun hijau itu

pinangan ika tunggalan dening godhong aking ika


dimakan semuanya oleh daun kering itu

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dening goh dhoseka matura uga sira
oleh sapi yang kurus beritahukanlah juga

malih aningali wahu kayeka maring sang pêrabu


aku juga melihat dalam mimpi itu hal itu kepada sang raja

godhong ijo pitung lêmbar yèn kadi tutur ngong ika


ada tujuh lembar daun hijau sebagaimana yang telah kukatakan

339
17 18

Matur mit duta narpati Kaliwat narpati asih


Berhatur pamitlah sang utusan raja itu Sang raja amat bersuka hati

sapêraptane matur sira katutur sêwapna nira


sesampainya ia kemudian menuturkan mimpinya telah diungkapkan

yen kadêya patutur nyang wong sagung para manca kabèh


sebagaimana yang dituturkan Yusuf orang luar kerajaan pun semua

aturepun mêring jêngira agawoking Yusup ika


disampaikannya pada sang raja takjub kepada Yusuf

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sapangrêngên sang nata dening têrus tingal dahat
saat raja mendengarnya oleh tajamnya mata hati penglihatannya

suka dènira gumuyu yata angutus sang pêrabu


bersuka cilah ia sambil tersenyum maka sang raja pun mengutus

atut ujar iku iya ing mantêri mapaging marga


memang benar seperti itu mimpiku menterinya untuk menjemput Yusuf

340
19 20

Amêdalakêna agêlis Muwah ingkang ganda sari


Segera bebaskanlah Beserta segala wewangian

ing Bagendha Yusup ika kang bala pina pacêwan


Baginda Yusuf itu para prajurit bariskankanlah

saking jêro pênjarane pada sih hurmata kabèh


dari dalam penjara semuanya berilah hormat

anggawaha mêne sira dhumatêng ing Yusup ika

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kau bawalah juga kepada Yusuf itu

kuda gèn-anggèn muwah sagunge ingkang pawongan


kuda tunggangan serta segenap orang

kulambi têngkuluk sampun kang ayu-ayu mangkêya wus


busana dan kuluk penutup kepala yang indah-indahlah

wastêra kang sarwendah-endah anampa pêngangge sira


kain jarit yang serba indah pakaian yang kalian pakai

341
21 22

Kang dhatêng ing Yusup iki Bagendha Yusup lingnyaris


Mereka yang menemui Yusuf itu Baginda Yusuf berkata

sapêrapta nireng Bagindha tan arsa ing wang mijila


setibanya di hadapan Baginda aku tak akan keluar dari penjara sendirian

Yusup padha hurmat kabèh lamun tan sagunge kangwong


Yusuf serta merta memberikan hormat jika tanpa dengan segenap tahanan

samêya tur nugêrahanira kang aneng jêro wêrangka


seraya menghaturkan pemberian yang ada di dalam penjara

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sang pêrabu ing bagendha lênggana wang ing karsa
sang raja kepada Baginda Yusuf aku menolak

ature kabèh wong iku yèn tan linuwaran sampun


orang-orang itu mengatakan jika sampai tidak dibebaskan

jêngira wahu dinikan kabèh wong jêroning wêrangka


Yusuf dipanggil menghadap sang raja semua orang yang ada di dalam penjara

342
23 24

Mêngkana malih dutadi Risampuning mêngkaneki


Demikian halnya sang utusan Tuhan Seusai demikian

kang aran Rasul Mustopa matur utusan sang nata


bernama Rasul Mustopa (Muhammad) melaporlah utusan raja itu

tan ayun manjing ing jêro sakêcape Yusup mangko


tiada ingin menginjakkan kaki di dalam sesuai dengan permintaan Yusuf

suwarga lamun tan mêdal sang nata ngistokên ujar


surga jika tiada dibebaskan sang raja menyetujuinya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sagunge punang umat wangsul punang utusan
segenap umatnya kembalilah si utusan raja

kang aneng nêraka iku matur ing Bagendha Yusup


yang ada di dalam neraka menghadap Baginda Yusuf

tan munggah ing sêwarganira age amêdalakêna


tiada akan ia naik ke surga maka dibebaskanlah semua tahanan

343
25 26

Yata Nabi Yusup agêlis Sakêwèh ing wong amapaging


Demikianlah Nabi Yusuf pun segera Semua yang menunggu kedatangannya

mimba sêka ring pênjara samêya anglêmbaneng sira


keluar dari penjara sama memuji akan diri Nabi Yusuf

asiram gêgandha age dening pêkiking sang anom


ditaburi wewangian atas kerupawanan sang pemuda

angrasuk ingkang nugêrahan sarawuhireng sang nata


dipakaikan busana pemberian setibanya di hadapan raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sêka ring sêri nalendêra pinêngkul jajanira
dari sang raja ia membungkukkan dadanya

anitih turangga sampun binakta lungguh sang pêrabu


menaiki kuda tunggangan diajak duduk oleh sang raja

ingering ing para manca tunggal ing sapadmasana


diiringi oleh para punggawa bersama di dampar istana

344
27 28

Liwat sihira narpati Mêngkana malih winarni


Sang raja teramat kasihnya Demikianlah juga diriwayatkan

ing Bagendha Yusup ika ing pamulèning Pangeran


kepada Baginda Yusuf itu kemuliaan Tuhan

sawêdalira sang kahot i g k ul u i k eh


sekeluarnya sang manusia pilihan kepada hambanya semua kaum mukmin

sêka ring jêroning wêrangka sêsampune sira mêdal


dari dalam penjara seusai mereka keluar

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kaliwat mulènira sêka ring jêro pênjara
teramat dimuliakan dirinya dari dalam penjaranya

sang pêrabu ing Nabi Yusup ing dunya mêngkana wahu


sang raja kepada Nabi Yusuf dunia, demikian itu

katub ing kasaktènira saking pamule Yang Sukma


luruh pada kesaktian (kemuliaan) Yusuf semua berkat kemuliaan Tuhan

345
29 30

Risampune mêngkaneki Iya sira iya kami


Seusai demikian Dirimu adalah diriku

angandika sêri nalendêra lamun tanana sun sira


sang raja pun berkata jika tak ada aku maka kau (penggantiku)

eh Yusup mêneki kang wong sira jumênênga katong


Yusuf, dirimu ini kelak kau dinobatkan sebagai raja

sira sun dadèkên iya sang nata malih atanya


kau akan aku jadikan sang raja lalu bertanya kembali

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sun junjung mêne sira wahanane kang suwapna
kelak aku angkat dirimu akan makna dari mimpinya

sun kêmulèni satuhu sumahur Bagendha Yusup


sungguh aku muliakan dirimu Baginda Yusuf menjawab

iya ingsun iya sira anênggih sêri naranata


diriku adalah dirimu baiklah paduka raja

346
31 32

Têgêse ipèn narpati Ipèn tuwan ingkang wuri


Makna mimpi sang raja Mimpi paduka yang selanjutnya

kang karuhun iku tuwan wahanane sêri nalendêra


yang dahulu itu paduka tuan demikian ini maknanya paduka

sapta warsa jênge têmbe sapta tahun jênge têmbe


kelak tujuh tahun lamanya kelak tujuh tahun berikutya

akathah sang pêrabu udan anirna tanana udan


negeri ini akan banyak dikaruniai hujan tidak akan ada hujan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dadi kang sarwa lata anuli têrang pisan
hingga segala yang tumbuh di tanah terik kerontang

tatanêman kêwèh dadeku tanana sawah dadeku


hasil tanaman melimpah ruah sawah tiada bisa memberi hasil

bêras pari agung tuwan sarwa tinandur tan gêsang


beras padi akan berlimpah segala yang ditanam tiada tumbuh

347
33 34

Dadi pahilan gêng singgih Aturira Yusup agêlis


Paceklik besar pun akan melanda Yusuf segera berkata

sakèhe nêgara lapa amba nanêdha mêring tuwan


seluruh negeri ditimpa kelaparan hamba memohonkepada tuan raja

sang pêrabu alon ujare asung wikan ing sagunge


sang raja pun berujar pelan beritahukanlah kepada semua

mêring Bagendha Yusup ika lalurah ing Mesir tuwan


kepada Baginda Yusuf lurah yang ada di Mesir ini tuan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


wong sakti ing Pangeran manira yun mayênga
manusia sakti pilihan Tuhan yang ada di bawah

paran karsanta sang bagus ing pêraja tuwan pukulun


bagaimana menurut kehendakmu kekuasaan kerajaan paduka raja

amundhuta mara ring wang kawula kèn sêsawaha


mintalah padaku apa yang harus dilakukan perintahkan rakyat mengolah sawah

348
35 36

Sagungane bumi Mêsir Akaryaha lumbung gering


Segenap tanah Mesir Buatlah pula lumbung paceklik

depun sawaha sêdaya kêrangkèng wadhahe bêras


jadikan semuanya sawah tempat menyimpan beras

sampun wontên têwang anggèr anggène atandhu têmbe


jangan ada tanah kosong menganggur sebagai jaminan bekal untuk kelak

kongsi rawuh ing parwata bêras pari depun kathah


hingga sampai ke pegunungan perbanyaklah beras dan padi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


kinèn gagaha muwah sumahur sêri nalendêra
perintahkan jadi sawah gaga sang raja pun menjawab

sampun wontên wana rêmbun lah sakarsanta sun turut


jangan ada hutan rimbun jika menurutmu demikian aku turuti

samêya kinèn angrabasa suka ngong mara hing sira


perintahkan tebang jadikan sawah aku merasa senang bersamamu

349
37 38

Nadêyan ana karsa malih Rasane manahe uni


Jika masih ada keinginanmu yang lain Rasanya hatinnya

anjaluka mêring sun suka Bagendha Yusup tan arsa


mintalah kepadaku Baginda Yusuf tiada ingin

ayêwa jêrih sira sang kahot amantuking nêgarane


usah kau takut sang manusia pilihan kembali ke negerinya

maring sun sira pangeran angrasa lamun kagungan


kepadaku ya Yusuf ia merasa mendapat kedudukan tinggi

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sagunge darbenira ana ing Mesir sira
seluruh yang aku miliki di negeri Mesir

sinungakên Nabi Yusup imbang-imbangan sang pêrabu


akan kuberikan pada Nabi Yusuf setara dengan sang raja

saking sih mule sang nata gungira lan sêri nalendêra


berkat kasih dan kemuliaan sang raja kedudukannya bersama sang raja

350
39 40

Mê gk lih o g u i Muwah sêkèhe wong kapir


Demikian jugalah orang mukmin Sementara bagi segenap orang kafir

sêdhênge ajale ika musrik lawan bidêngah wilalat


saat tiba ajal menjemput musrik dan bidah wilalat

tumingaling kahanane nêdha wangsulêna age


melihat dirinya akan meminta dikembalikan

sih pamulening Pangeran marang dunya dadi Islam


mendapat kasih kemuliaan dari Tuhan ke alam dunia dan menjadi Islam

Buku ini tidak diperjualbelikan.


datan arsa mantuka sarta karya ibadat
tiada ingin pulang serta giat beribadah

awali ing dunya wahu zêkat pithrah amba sinung


kembali ke alam dunia mengeluarkan zakat fitrah

dening mulating sih ing Yang sarta bakti ing Pangeran


saat berjumpa dengan kasih Tuhannya serta berbakti pada Tuhan

351
41 42

Risampune mêngka neki Sira jumênênga haji


Seusai demikian Engkau duduklah paduka (Yusuf)

genep tahune Bagendha ing kahayu ningsun êmas


setelah genap setahun Baginda di singgasana kayu emasku

Yusup mêdal sêka ring jêro andikanira sang katong


Yusuf keluar dari dalam sang raja berkata

kunjara kaliwat suka mêring ngêpatiya mangku pêraja


penjara, teramat gembiranya kepada patih kerajaan

Buku ini tidak diperjualbelikan.


hirika sêri nalendêra muwah kang para manca
hati sang raja beserta segenap pembesar istana

ing Mesir ingundang wahu wêruhanira sêdayeku


di Mesir itu, maka diundanglah ketahuilah semuanya

angartikeng Yusup ika yèn Yusup angadêg raja


Yusuf dan berkata kepadanya jika Yusuf kunobatkan sebagai raja

352
43 44

Hirika samêya ngayomi Mêwang kadi pêkiking warni


Semua sama mengayomi Dengan wajah tampan rupawan

sagungane para manca muwah kamurahanira


segenap para pembesar istana serta murah hati

samêya katuju manahe muga sih tulusa katong


semua tertuju hatinya semoga lestarilah tiada halangan

ing Bagendha Yusup ika sêsampunira kayoman


kepada Baginda Yusuf seusai pengayoman

Buku ini tidak diperjualbelikan.


dening amayu jagad sang pêrabu akèn muwah
yang memperindah dunia sang raja lalu memerintahkan

mêyang kadi budi darmeku angambil ing makutha wus


dengan keutamaan lurusnya pikiran mengambi mahkota raja

waweka lampah suhsela saka pêraboning nalendêra


hati-hati penuh kesusilaan dari istana sang raja

353
45 46

Rawuh ingarsa narpati Sinêlanggèng lawan rukmin


Tiba di hadapan sang raja Berseling dengan emas

antêyan warnane makutha cahyanira murub muncar


mahkota itu amatlah indah yang kilaunya nyala memancar

mas cinandhi intên ijo tan ketang ajinta kanon


emas bertatahkan intan hijau tiada terkira nilainya

kinunang-kunanging mirah rinasukêning sang nata


berkerlap-kerlip batu mirah sandangan seorang raja

Buku ini tidak diperjualbelikan.


pinatiking sasutêya kadi wulan purnama
berhias aneka intan layaknya bulan purnama

rinarêngga muntêyara gung sabusana nira pêrabu


berselang-seling dengan mutiara beserta baju kebesaran raja

munggeng padoning makutha rinasuk ning Yusup ika


berpadu menghiasi mahkota dikenakan oleh Yusuf

354
47 48

Lininggihakên tumuli Yèn dinulu sang apêkik


Yusuf pun didudukkan Jika dilihat sang rupawan itu

ing padmasana ngêmasan kadi muksaha ing sana


di singgasana emas seolah moksa dari tempatnya

gumanti sira sang katong sêri naranata dêlinge


menggantikan sang raja sang raja berkata

angayaping Yusup ika akèn asung baktimbala


di hadapan semuanya Yusuf memerintahkan pasukan memberi bakti

Buku ini tidak diperjualbelikan.


mêngkana wuwuh yang-yang sakêwèhing para manca
semakin seperti dewata beserta segenap pemuka istana

kang marêk sah lêng-lêng mangu mara ing Bagendha Yusup


semua yang didekatnya termangu-mangu kepada Baginda Yusuf

cêngêr mulating bagendha samêya asung bakti sira


terpukau menatap Baginda Yusuf semua memberikan bakti kepadanya

355
49 50

Pan samêya anuting kapti Manira mundur ingriki


Maka semua mengikuti kehendak Aku undur diri sampai di sini

idhêp parintahing raja amêgawan ningsun tuwan


mematuhi perintah sang raja aku hendak bertapa

lingira sira sang katong risampunira sang katong


sang raja berkata setelah itu sang raja

eh wong sakti ing Pangeran asèlèh kapêrabonira


eh manusia sakti pilihan Tuhan menyerahkan kekuasaannya

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sagunge darbening wang tan alama sang nata
seluruh yang aku miliki tak lama kemudian sang raja

kasêrah ing sira pukulun ing latêri lena sang pêrabu


kuserahkan kepadamu paduka di tengah malam ia menghilang

muwah sahisining pura tan kuningaha dening wang


beserta segenap isi istana tak ada orang yang tahu

356
51

Kawarnaha Yusup agêlis


Dikisahkan Yusuf pun segera

anggêntèni pêrabu sira


menggantikan menjadi raja

inganyaraning sang katong


sang raja Yusuf pun memperbarui

pêpajangan ing gapura


hiasan di gapura istana

Buku ini tidak diperjualbelikan.


antêyanta rawit ning kang
berukiran amat halus

kêdhatonira sang pêrabu


istana sang raja Yusuf

akarya maligi endah


berdiri indah tiada tertandingi

357
Tampo (Tempo (?))
Abis menyurat padha malam Sabtu Wage
jam pukul lima Subuh tanggal 11 bulan
Puwasa tahun Jêmawal 1829.
Yang e yur t C rik P P k J h

Buku ini tidak diperjualbelikan.

358
BIBLIOGRAFI

MANUSKRIP

Lontar Yusup. Naskah disalin oleh Carik Pak Janah pada malam Sabtu Wage jam
lima Subuh tanggal 11 bulan Puasa tahun Jimawal 1829. Naskah koleksi
Adi Purwadi dari Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyu-
wangi.

BUKU DAN ARTIKEL

Adnan, K.H.R. M. 1981. Tafsir al-Qur' an Suci (basa Jawi). Bandung: Alma'arif.
Ali, Hasan. 2002. Kamus Bahasa Daerah Using – Indonesia. Banyuwangi:
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi.
Arifin, Winarsih P. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: Ecole Francaise
d'Extreme-Orient dan Yayasan Bentang Budaya.

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Arps, Bernard. 1990. “i gi g the life of Joseph: A all-night reading of the lontar
Yusup i Ba yu a gi, East Ja a , dala Indonesia and Malay World,
November 1990. DOI: 10.1080/03062849008729747.
Arps, Bernard. 1992. Tembang in two traditions: performance and interpretation
of Javanese literature. London: School of Oriental and African Studies-
University of London.
Arps, Ber ard. 99 . Yusup, “ri Ta ju g, a d Fragra t Water; The adoptio of a
Popular Isla i Poe i Ba yu a gi, East Ja a , dala V. J. H. Hou e ,
H. M. J. Maier, and W. van der Molen (eds), Looking in Odd Mirrors; The
JavaSea, hlm. 112–145. Leiden: Vakgroep Talen en Culturen van
Zuidoost-Azië en Oceanië, Rijksuniversiteit te Leiden.
Barried, S.B. dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian
dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi (BPPF), Fakultas Sastra, Universitas
Gadjah Mada.

359
Beatty, A. 1999. Varieties of Javanese Religion. An Anthropological Account.
Cambridge: Cambridge University Press.
Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating. Theory and Practices. New York:
Longman.
Coolsma, S. 1913. Soendaneesch-Hollandsch woordenboek. Leiden, A.W. Sijthoff.
De Graaf, H.J. dan Th. G. Th. Pigeaud, 1983. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa:
Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Pers.
Fathurahman, Oman, dkk. 2010. Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta:
Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Pustlitbang Lektor
Keagamaan.
Djamaris, Edward. 1977. Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi , dalam
Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Gaur, Albetine, 1994, A History of Caligraphy. London: British Library.
Katsir, Ibnu. 2018. Kisah Para Nabi:Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak
Adam A.S hingga Isa A. S. Penerjemah Saefullah MS. Jakarta: Qisthi
Press.
Kromoprawirto, Mas. 1867. Kawruh Aksara Pegon. Madiun.
Margana, Sri. 2012. Ujung Timur Jawa 1763-1818: Perebutan Hegemoni
Blambangan. Yogyakarta: Pustaka Ifada.
Moertono, Soemarsaid. 1983. K t Pe g t r , dalam Kerajaan-Kerajaan Islam
di Jawa. Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Press.
Muso if, Ah ad. Per a di ga Tarikh “tudi Ko paratif Kale der Masehi,

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Hijriyah da Ja a Isla , dala Jurnal Dinamika Penelitian 11 No. 1 Juli
2011.
Mustafa, Kiyahi Bishri. tt. Al-Ibriz: li- rif t t fsir l-Qur'an al- ziz i l-lugha
al-Jawiyya. AI-juz' 12. Kudus: Menara Qudus.
Naim, A dan Hendri S. 2011. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa
Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Pigeaud, Th. 9 . Aa teeke i ge etreffe de de Ja aa s he Oosthoek .
TBG 72/1, hlm. 215-313.
Pigeaud, Th. 1963. Java in the 14th Century. A Study in Culture History. The
Hague: Martinus Nijhoff.
Poerbatjaraka, R.M. Ng, P. Voorhoeve, dan C. Hooykaas. 1950. Indonesische
Handschriften. Bandung: AC. Nix & Co.

360
Poerbatjaraka, R. M. Ng. 1954. Kepustakaan Djawi. Jakarta-Amsterdam:
Djambatan.
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters,
Groningen.
Pudjiastuti, Titik dan Hardjana HP. 1981. Kitab Yusuf. Jakarta: Proyek Penerbitan
Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pudjiastuti, Titik. 2009. Tulisan Pegon Wujud Identitas Islam Jawa, Tinjauan atas
Be tuk da Mak a ya . Suhuf, Vol 2. No. 2 2009, hlm. 271-284.
Saputra, Heru S. P. 2007. Memuja Mantra; Sabuk Mangir dan Jaran Goyang
Masyarakat Suku Using Banyuwangi. Yogyakarta: LkiS.
Scholte, Joh. 1927. Ga droe g a Ba joe a gi . volume 7, hlm. 144-
153.
“is a di. . Pupuh Dur a dala “erat Yusuf Ba yu a gi “e uah
tra sliterasi, Terje ah, Pe etaa Be tuk da Telaah Mak a . Skripsi.
Universitas Jember.
Stoppelaar, J.W.de. 1927. Balambangansch Adatrecht. Wageningen: H. Veenman.
Sudjana, I Made. 2001. Nagari Tawon Madu : Sejarah Politik Blambangan Abad
XVIII. Kuta-Bali : Larasan-Sejarah.
Sugono, Dendy et al. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi
Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winter, C.F. 1983. Kamus Kawi – Jawa. Yogyakarta: Proyek Javanologi.
Wol ers, Paul Arthur. 99 . Mai tai i g Usi g Ide tity Through Musi al

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Performance; Seblang and Gandrung of Banyuwangi, East Java –
I do esia . Disertasi Ph.D. Urbana-Champaign: University of Illinois.

361
INDEKS
A C H
Agêlis 80, 117, 129, 133, Cêngêng 36, 127, 134, Hadi 151, 154, 274, 301
141, 149, 173, 186, 160, 168, 230, Harakat 12
236, 258, 266, 279, 250, 282, 296 I
313, 314, 319, 321, Cindhe 236, 259, 274 Idiom 25
326, 329, 337 Cungking 10 J
Aji 125, 131, 167, 184, D Jalêwa 226
204, 205, 215, 217, Dahat 14, 57, 119, 196, Jalu 63, 183, 230
326, 335 242, 246, 254, Jinah 282, 317
Aksara 3, 12, 13, 15, 18, 276, 277, 335 Jumerut 259, 271
19, 23, 360 Dalêwarina 293, 324 Jungut 273, 276, 277, 280,
Amêng-amêng 230 Dangding 11, 21 320
Andulu 169, 179, 182, 279 Datan 44, 46, 48, 62, 79, Juti 297
Angling 59, 103, 164, 325, 81, 100, 166, 175, K
329 183, 184, 191, Kasmaran
Astana 103, 140, 142 246, 249, 250, Kahot n58, 60
Arja 144, 154, 293 264, 274, 277, Kajang Sirah 274
Ayêwa 20, 35, 68, 69, 78, 278, 283, 286, Kampuh 259, 279
117, 120, 135, 136, 289, 297, 314, Kanggêk 160, 186, 215,
152, 164, 183, 220, 316, 333, 351 240
243, 296, 307, 308, Diplomatik 6, 20 Karangulu 274
336, 350 Doracara 282 Kewêran 284

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Arps, Bernard 4, 5 Durma 4, 6, 12, 20, 22, 30, Kêre 252, 253
Arum-arum 4, 12, 22, 25, 38, 39, 40 Kênyar 192, 280, 305
40, 57, 223, E Kolèhe 87, 104, 105, 166,
Awor 114, 147, 276, 303 Edisi campuran 20 190, 315
B Edisi kritis 20, 21 Kolofon 10, 12, 14, 15,
Baskara 68, 113, 114, 274, Edisi teks 6, 7, 17, 20, 21, Kumala 259, 272
280 22, 24 L
Bêlahi 141 F Lathi 270, 284
Bell, Roger T. 6, 21, 360 Filologi 6, 7, 14, 20, 359, Lêwir 46, 66, 99, 190, 191,
Bêrangta 39, 46, 154, 155, 360 192, 197, 199, 225,
167, 177, 181, 193, G 257, 258, 263, 271,
194, 196, 198, 200, Gawok 186, 242, 299, 323 273, 281, 282, 284,
202, 276, 283, 306 Gêndhaga 274 287, 293, 299, 305,
Blambangan 1, 2, 361 Goh 52, 338, 339 320
Bramantêya 292 Guru lagu 11 Lindêri 280
Bukti 105, 108, 166 Guru wilangan 11 Linyok 73, 100, 106, 131,
135, 143, 144, 203,

362
295, 314 250, 262, 278, 25
M 291, 306, 329, Pupuh 6, 11, 12, 13, 22,
Mahoni 303 330, 333, 335, 25, 30, 34, 36, 37,
Manggala 7, 9, 14 336, 337, 338, 38, 41, 43, 44, 48,
Manuskrip 3, 5, 9, 24, 359 348 52
Maras 69, 217, 218, 219, Patani 45, 271 Puri 45, 48, 157, 196, 267,
220, 287, 300, 308, Pegon 2, 3, 5, 6, 7, 12, 13, 272, 274, 275, 276
329 15, 17, 18, 19, 20, R
Maru 35, 164, 224, 225 22, 23, 360, 361 Raksa 78, 79, 111, 122,
Mocoan 4, 5, 8, 10 Pêkik 65, 91, 125, 127, 162, 204, 282
Mukti 46, 227, 228, 285 151, 152, 153, Rasmin 221, 222, 274,
Muntêyara 66, 114, 138, 157, 158, 159, 287, 289, 306
192, 222, 236, 272, 170, 176, 179, Rat 187, 192
284, 354 180, 182, 183, Ratna 189, 210, 212, 213,
Murca 280 185, 186, 187, 220, 222, 224, 226,
Muwung 296 190, 191, 199, 264, 271, 272, 273,
N 242, 243, 247, 281, 299, 317, 326
Netêra 66, 142, 280 259, 260, 263, Remang 193, 278
Nêhêr 98, 245, 320, 265, 270, 279, Rena 134
321, 329, 330, 332, 284, 302, 307, Ritual 3, 4, 40
335 316, 325, 327, Ron 339
Nendêra 67, 108, 198, 332 344, 353, 355 Runtik 106, 129, 216, 217,
Ngongsa 272 Pênakawan 48, 278, 298 265, 300
O Penerjemahan 3, 6, 21, 22 S
Osing 4, 12 Penyalin 3, 5, 9, 10, 14 Sacumbana 225
P Pêrada 279 Sakêwèh 49, 138, 159,
Pada lingsa 12, 13, 22 Pêrapta 61, 75, 82, 92, 96, 257, 285, 299, 312,

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Padmasana 52, 268, 298, 140, 147, 151, 321, 344, 355
344, 355 152, 155, 159, Santun 174, 259, 274, 276
Pagulingan 46, 221, 222, 164, 170, 173, Sarpa 272
273, 274, 275, 281, 175, 178, 180, Sasi 46, 48, 270, 284, 302
283 199, 214, 221, Sasutêya 211, 222, 271,
Pahilan 348 230, 254, 256, 274, 354
Paksi 147, 178, 250, 272 257, 262, 280, Sayèmbêh 270
Pandhita 30, 34, 59, 60, 306, 340, 342 Sêlaka 139, 236, 272
114, 115, 151, 162, Pêratala 147 Sêkala 60, 80, 149, 257
310, 333 Pelag 30, 115 Semantik 6, 21
Pangkur 4, 6, 12, 34, 35, Pelah 138, 144, 325, 329, Sêru 61, 62, 69,91, 98, 99,
36, 37, 38, 41, 42, 331 108, 119, 122, 141,
44, 45, 46, 47, 48, Pinggêl 259, 279, 301, 326, 158, 160, 183, 184,
146, 175, 229, 256 327 281, 287, 290, 292,
Papêrêman 290 Pirêmas 222, 273, 301 293, 318, 326
Paran 44, 87, 146, 148, Pragmatik 6, 21 Sêwapna 40, 68, 70, 73,
167, 215, 248, 249, Puisi 1, 3, 4, 5, 11, 21, 22, 114, 115, 190, 194,

363
198, 217, 245, 310, Wuwuh 45, 251, 269, 276,
312, 333, 338, 340 296, 355
Sinilih Asih 271 Y
Sinom 4, 6, 11, 12, 36, 37, Yugêya 43, 139, 255, 289,
43, 48, 49, 50, 51 291
Sintaksis 6, 21 Yuktêya 74, 76, 82
Sitangsuh 284
Sumêndhi 64, 65, 246
Supacara 271
T
Têlawung 272
Tembang 1, 3, 4, 5, 10, 11,
12, 21, 22, 25, 30,
40, 57
Têpas 278
Têraju 236
Têwas 197, 217, 297
Têyas 84, 260, 277, 333
Thathit 46, 281
Tilam 197, 273, 283, 285,
287
Transliterasi 6, 7, 9, 10, 14,
17, 20, 23
Tuwuk/Nuwuk 84
U
Uman-uman 144
W

Buku ini tidak diperjualbelikan.


Waja 66, 192, 270, 284
Wang 47, 57, 82, 84, 108,
119, 125, 141, 163,
164, 170, 193, 195,
196, 197, 201, 202,
203, 239, 246, 265,
292, 307, 315, 327,
335, 342, 356
Wastêra 150, 157, 182,
211, 236, 274, 341
Waspa 81, 215, 240, 244,
277
Wêdana 48, 52, 66, 76,
182, 192, 270, 299,
302, 336
Wun-awun 274
Wuyung 280

364
Tentang Penulis

Wiwin Indiarti lahir di Banyuwangi pada 1978. Menyelesaikan studi sarjana dan
magister di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Saat ini menjadi
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas PGRI Banyuwangi. Aktivitas lainnya
adalah menjadi sekretaris Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) PD Osing
dan penerjemah paruh waktu. Sebagai anggota penuh Himpunan Penerjemah In-
donesia (HPI) ia aktif menerjemahkan karya sastra dan teks-teks sosial-budaya.
Terjemahannya yang sudah diterbitkan adalah Pinokio: Kisah Sebuah Boneka kar-
ya Carlo Collodi (Liliput, Yogyakarta, 2005), Eksekusi: Pencerahan Menjelang Ke-
matian karya Ernest J. Gaines (Pi-lar Media,Yogyakarta, 2006), Gayatri Spivak:
Etika, Subalternitas dan Kritik Penalaran Poskolonial karya Stephen Morton (Para-
raton, Yogyakarta, 2008) dan Banyuwangi in Figures 2013 (Badan Pusat Statistik
dan Bappeda Kabupaten Banyuwangi, 2013). Ia aktif mengikuti berbagai perte-
muan ilmiah dan melakukan penelitian tentang bahasa, sastra, folklor, dan kajian

Buku ini tidak diperjualbelikan.


sosial-budaya. Pada tahun 2013 ia mendapatkan hibah penelitian dari Bappeda
Kabupaten Banyuwangi untuk penelitian tentang pengembangan pariwisata ber-
basis partisipasi masyarakat. Pada tahun yang sama (2013) ia mendapatkan hibah
penelitian dari DIKTI untuk penelitian tentang penerjemahan istilah budaya
Osing. Tahun 2015 ia mendapatkan hibah penelitian dari DIKTI mengenai peran
dan relasi gender dalam lakon Barong Osing. Tahun 2016 ia mendapatkan hibah
penelitian dari DIKTI untuk penelitian mengenai strategi dan model pengemba-
ngan desa wisata dengan konsep community - based ecotourism. Tahun 2018 ia
mendapatkan hibah pengabdian dari DIKTI untuk preservasi dan revitalisasi Mo-
coan Lontar Yusup Banyuwangi. Karya tulis hasil penelitiannya tersebar di berba-
gai jurnal ilmiah, di antaranya Ranah, Jantra, Patrawidya, dan Jentera. Sebagian
karyanya bisa diakses di laman www.uniba-bwi.academia.edu/wiwinindiarti.
Email: wiwinindiarti@gmail.com

365
Buku ini tidak diperjualbelikan.

Anda mungkin juga menyukai