Mak Gerabuk : (PUTUS ASA) Omong-omong, kita akhiri saja Gerabik. Toh
mereka hanya bayang-bayang. Bukankah kita tidak terlalu ada
urusan dengan mereka?
Mak Gerabik : Tidak ada urusan katamu? Hei, mereka itu sudah tidak ada
ketika kita terjatuh di tikungan jalan tadi, dan mereka hadir saat
perasaan kita hampa. Itu artinya, justru kedua bayangan kita itu
memberi arti bagi kehilangan-kehilangan kita.
Mak Gerabuk : Setahuku, bayangan bisa hadir pada saat apa saja, dalam
ruang dan waktu yang bagaimanapun juga. Jadi, mereka akan
datang kepada kita dengan sendirinya walau kita tidak mencari-
cari mereka.
Mak Gerabik : Tidak betul bagi bayangan yang mampu singgah dalam ruang
dan waktu tanpa batas miliki kita. Setahuku, ruang dan waktu itu
memiliki keterbatasan.
Mak Gerabik : Tidak ada yang betul dan tidak ada yang mustahil saudara
muda.
Mak Gerabik : Newton yang betul! Einstein itu durhaka, dia menginjak-injak
penemuan!
Mak Gerabuk : Ah itu bodoh namanya saudara tua. Tidak usahlah kita
memakai kerangka acuan. Ilmu kadang merusak pikiran. Kita
kembalikan diri kita pada kebersahajaan manusia saja.
Mak Gerabik : Itu lebih tolol! Manusia hadir dengan berpikir, sedangkan
bayangan kita tidak pernah berpikir. Tidak bisa! Bagaimanapun
juga kita harus mencari mereka!
Mak Gerabuk : (PADA DIRI SENDIRI) Bayangan hadir, memberi arti dan
bayangan itu tidak pernah berpikir.... (TERIAK) Hei, betul juga
saudara tua!!
Mak Gerabik : Tolol, goblok! Kalau betul itu bayangan kita, maka kita harus
kembali mencarinya, sekarang juga!!
Mak Gerabuk : Ah dimana dia? Kemana larinya? Hilang... Wah celaka, kemana
ya?
Mak Gerabik : (KAGET) Gerabuk lihat! Itu Mereka!! (KEDUANYA, SENANG)
Tapi, kenapa mereka berbeda dengan kita? Demi Tuhan
Gerabuk, itu berarti kemauan mereka berbeda dengan angan-
angan kita.
Mak Gerabik : Tapi, tapi... lihatlah saudara, kedua bayangan kita hampir
tenggelam dalam angan-angan. Ooo, bayangan kita terlalu
dalam, terlalu melaut, terlalu membahayakan.
Mak Gerabuk : Ah diamlah saudara tua! Lihat sajalah dulu! Jangan vonis
mereka dalam imajinasimu, lihat! Mereka tidak bodoh, mereka
adalah bayangan-bayangan yang cerdik, persis seperti tuan-
tuan mereka.
Mak Gerabik : Gerabuk, saudara muda! Kesini cepat, lihat! Mereka kini
semakin gemulai, ou, mereka meliukkan badannya, luar biasa.
Ha ha ha... bayangan kita menjadi penari Gerabuk. (KAGUM)
Ou, gerakan-gerakannya, indah mengagumkan. Dada mereka
memendam bara, air mukanya teduh laksana perwita sari. Oh,
kita harus dekat padanya, kita harus kembalikan mereka.
Mak Gerabik : Oh sayang, aku akan menjemputmu. Aku tak akan kehilangan
waktu.
Mak Gerabik : Tidak! Nafsu sudah habis terlindas di kakiku tempo dulu, jangan
haramkan semangatku Gerabuk!
Mak Gerabuk : Bodoh! Untuk memilah-milah alam saja kau tidak mampu!
Mak Gerabuk : Bodoh, kolot, dungu, feodal, setan!! Hei saudara tua, ini adalah
vibrasi dunia benda. Apa saudara sudah mulai rabun dan buta?
Sabar, Gerabik, bukan begitu caranya, kalau seperti ini bukan
semangat namanya, tolol!
Mak Gerabik : Kurang ajar! Kau sudah mulai menghina semangatku, he?! Kau
telah mencaci, kau telah mencacat aku, jahanam!...
Mak Gerabuk : He, he, sabar Gerabik, jangan menggumuli aku seperti ini!!
Mak Gerabik : Ohh, jangan tutup pintu-pintumu, jangan kau tutup jendelamu
Tuhan... Ohhh Gerabuk... inikah vibrasi dunia benda?
Mak Gerabik : Kita telah kehilangan bayangan kita, inilah jadinya, aku butuh
cahaya, ohh...
Mak Gerabik : Ohh, kita kalah. Ini karena bayangan celaka itu. Ohh aku
merasa kepalaku kosong tanpa udara. O, kosong, ... hu.. hu..
hu, kosoong, kosooo..ng
Mak Gerabik : Sebentar lagi kita pasti akan mati, o, kita mati tanpa bayangan
kita, hhhuuu... ini sangat mengerikan hhuu.. hiik, ngeri ...hik...
Mak Gerabik : Ya, bayi kembali, hhuu... bayii.... bayii... hik... hikk
LALU.
Mak Gerabik : Ya,... bangsat. Kenapa tidak kau peringatkan aku tadi?
Mak Gerabik : Kalau begitu kita harus bangkit kembali, mulai dari awal lagi.
Tapi, kebangkitan apa namanya?
Mak Gerabik : Ya kita kubur masa lalu kita. Kita akan mulai lagi dengan
upacara suci.
Mak Gerabuk : Alaah kok mulai lagi sih? Tidak usah pakai upacara-upacaraan
segala. Tidak usah menggebu. Bila hendak memulai atau
mengakhiri sesuatu, biasa-biasa sajalah...
Mak Gerabuk : Aduuh Gerabik, goblok!! Bangkit itu ya bekerja, mulai lagi!!
Mak Gerabuk : Haa, yak itu, itu! Itu caranya! Ayo Gerabik, coba lagi...
Mak Gerabuk : Ya, ya, ha ha ha... kita akan berhasil, kita akan berhasil!!
Mak Gerabik : Sepertinya kita berada di posisi kedua, dalam diri kita.
Mak Gerabik : Ya, saudara muda. Kita tengah memasuki wilayah negara
benda, lepaskan pakaian kemuliaan kita. Di sini semuanya akan
berganti dengan jadwal acara, dan kita harus kenakan angka-
angka kita, data-data kita.
Mak Gerabuk : Gerabik!! Itu, itu, lihat! Bayangan kita telah kembali. Oh, mereka
kembali Gerabik!!
Mak Gerabik : Sst, hei... lebih baik sekarang kita pura-pura tertidur biar mereka
menyatu lagi dengan kita, ayo!
Mak Gerabuk : Saudara tua, aku melihat debu menggumpal berarak. Gerakan
apakah itu?
Mak Gerabik : Huu, ngeyel! Hei, kita ini tengah berada di wilayah suatu
negara. Jangan pakai bahasa yang minor. Dunia negara
berbeda dengan dunia kita. Di sini kita dikepung oleh aturan
dan adat. Jangan terlalu lugu saudara!
Mak Gerabik : Demi setan! Seorang laki-laki datang mengusung peti mati, dan
seribu laki-laki, seribu pekerja suatu negeri datang merubung
peti mati. Demi setan Gerabuk, seribu laki-laki itu terjengkang.
Kelamin mereka berubah menjadi bulan. Mereka berubah
menjadi perempuan, perempuan-perempuan sarkas,
perempuan supra betina. Oo tidak, mereka tetap saja laki-laki.
Laki-laki yang lemah gemulai. Mereka kalah.... mereka kalah.
Mak Gerabuk : Oh, kitapun akan celaka Gerabik. Kita aka bernasib sama
dengan mereka. Kita harus menyaru bahasa mereka!
Mak Gerabuk : Tapi lihatlah orang-orang yang terjengkang itu! Mereka bangkit,
mereka membaui, menciumi bangkai yang ada dalam peti mati,
kau lihat, kau lihat?
Mak Gerabik : Ya... o, tampak mereka kini saling tuduh, saling bunuh. Pencuri,
ya mereka itu kaum pencuri. Lihat pencuri menuduh, tercuri
tertuduh, tercuri menuduh,. Pencuri tertuduh. Mencari pencari
tercuri. Ribut. Mereka semua ribut di sekitar peti mati.
Mak Gerabuk : Hei, siapa itu yang datang? Ou, mereka berhenti melihat tajam
pada yang baru datang. Hei, ia menawakan jasanya untuk
menyibak duka, mendung dan gerhana.
Mak Gerabik : Hati nurani menjadi materi dan kursi para nabi mereka duduki,
keparat! Ini tidak adil!!
Mak Gerabuk : Kosong dan jenuh aku jadinya. Kalau kita ini bukanlah bagian
dari mereka, lalu apa fungi kita ini?
Mak Gerabik : Kita hanyalah antar pandang bagi mereka. Bagi mereka kita ini
bernama jarak, batas-batas dan antar.
Mak Gerabuk : Bah! Kau menjadi kejam dan lama kelamaan kau jadi
berkhianat pada bayang-bayang kita yang telah kembali. Kau
berkhianat pada mereka saudara tua! Kalau benar kita ini
bernama jarak, tentu kita ini juga bagian dari mereka dan bila
kita adalah milik mereka, kenapa dari tadi kita hanya diam, diam
yang bisu, tidak berani bicara. Ah, aku muak menjadi benda
mati. Aku rindu untuk hidup, hidup!
Mak Gerabik : Saudara muda, kita ini bukan tangung jawab kita.
Mak Gerabik : Gerabuk, kau menyalahi adat, kau berdosa, menyalahi posisi.
Mak Gerabuk : Posisi itu bukan profesi, goblok! Itu tidak perlu dipertahankan.
Profesi itu ada di sini, manusia. Manusia-manusia. Aku dan
mereka.
Mak Gerabik : Tapi kita punya warna yang sama, sedangkan warna sesama
mereka tidak pernah bisa sama!!
Mak Gerabuk : Ah diskriminatif, kolot, kejam, penjahat kemuliaan, pengen
enaknya sendiri, bangsat!! Hei Gerabik tua, meskipun kita ini
sama tapi dalam kerja harus memilah-milah. Selamat
saudaraku! Aku ingin bergabung dengan mereka. Aku akan
menyibakkan gerhana duka yang menghalang pandang sejak
beribu tahun lalu. Selamat tinggal saudara, aku akan bergabung
dengan mereka, selamat tinggal!!
BLACK OUT.
LAYAR TURUN