PUISI LISAN
LAWAS SAMAWA
2
FOLKLOR LISAN (VERBAL
FOLKLORE); BAHASA RAKYAT
(LOGAT, JULUKAN, MANTRA,
PANGKAT TRADISIONAL, TITEL
KEBANGSAWANAN), UNGKAPAN
TRADISIONAL (PERIBAHASA,
PEPATAH), PERTANYAAN
TRADISIONAL (TEKA TEKI), PUISI
RAKYAT (PANTUN, SYAIR), CERITA
RAKYAT (MITOS, LEGENDA,
DONGENG), DAN NYANYIAN RAKYAT.
3
Tradisi/Sastra Lisan
Tradisi (Sastra) lisan; Fenomena budaya
mengandung nasehat, kepercayaan,
pandangan hidup, cara berfikir, dan nilai
budaya bangsa (Ranabrata, 2002;1)
Tradisi/Sastra lisan; mempunyai
hubungan dengan kehidupan masyarakat
pemiliknya, baik dalam hubungannya
dengan masa lalu, masa sekarang,
maupun untuk masa yang akan datang
(Mattaliti,1985;23). 4
Tradisi Lisan/Sastra Lisan (Ahimsa-Putra 2010):
Penyampaian informasi dengan lisan, dari mulut
ke mulut (bahasa) tanpa menulis, dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Ciri-Ciri Finnegan (1974) :
5
Dananjaya (1991):
(a) Diwariskan dari mulut ke mulut
(bahasa), (b) Bersifat tradisional
(disebarkan dalam bentuk relatif tetap)
(c) Ada dalam varian-varian berbeda, (d)
Anonim (nama pencipta tidak diketahui),
(e) Interpolasi (penambahan unsur baru),
(f) Memiliki formula; (g) Memiliki
fungsi (h) pralogis, yaitu mempunyai
logika sendiri (i) Milik bersama.
6
Lawas (puisi lisan Tradisional)
7
Lawas memiliki ciri-ciri: (1) tiap bait
terdiri dari tiga baris; (2) tiap baris
terdiri dari delapan suku kata; (3) tidak
terdapat kata yang bermakna sama
dalam satu bait; (4) antara ketiga baris
dalam bait yang sama memiliki
kesatuan makna (Amin, 2012:1-2).
8
9
10
11
Lawas bakael
12
Lawas kalimatnya tidak berbentuk bebas
(free pharase), melainkan berbentuk terikat
(fix pharase). Menurut Dananjaya
(1991:46) sajak atau puisi rakyat adalah
kesusastraan rakyat yang sudah tertentu
bentuknya, biasanya terdiri dari beberapa
deret kalimat, ada yang berdasarkan
panjang pendek suku kata, lemah tekanan
suara, atau hanya berdasarkan irama.
13
Lawas (Sastra) Samawa (Puisi Lisan
Tradisional)
Awalnya, orang (tau) samawa melakukan ritus memberi
jampi kepada senjata-senjata (berang-bate)
Mantera Sumbawa untuk menentang kekejaman alam;
“Genia genkum- genia genkum, Oo binatang putih jalu,
mana ular, lipan, teledu, lamin ngaluit mu rengkam”
(Genia genkum-genia genkum wahai hewan putih
taring, biar ular, lipan, kalajengking jika bergerak maut
mencekam).
Ahimsa (2002;94) bukanlah hal yang aneh jika sebuah
ritus mengalami transformasi menjadi sebuah seni
pertunjukan, sebab sebuah ritus pada dasarnya adalah
juga sebuah pertunjukan.
14
Lawas Samawa
Lawas anak-anak (tau ode)
15
Lawas muda-mudi (taruna-dadara)
16
Lawas orang tua (tau loka)
17
Langgam (ulan) waktu ditembangkan;
18
Cara Penerusan dan Penyebaran Lawas
Balawas
19
Balawas dilakukan secara beramai-ramai atau seorang diri.
-Upacara perkawinan atau sunat rasul.
-Disaat musim panen (padi/kedelai/hasil kacang hijau)
- Usai menjaga ladangnya
- Membuat atau memasang atap rumah sekelompok pria yang
tengah bekerja bergotong royong.
20
Basual
Basual; Seorang mengajukan soal lawas (menyebut sampiran
dari sebuah lawas) dan yang mengetahui segera menjawab soal
tadi.
Acara ini bisa kita jumpai disaat membuat atap rumah, ketika memotong padi disawah
atau ditempat orang kematian. Sifatnya santai untuk perintang waktu belaka).
Contoh : Ayam buri desa utan
Parak ke desa samamung
Ana badi kuring rate
Meporiri ku ta intan
Jarang ku bau batemung
Rosa dadi rusak ate
(Artinya) Ayam burik desa utan
Dekat dari desa samamung
Ada badik ku di rate
Betapa caraku duhai sayang
Sangat jarangku bertemu
Hancur luluhlah hatiku
21
Bagandang
Bagandang Suling
Pria wanita menembangkan lawas dengan
alunan suara berirama dan merdu berbarengan
dengan suara suling mengikuti irama lawas yang
ditembangkan. Bagandang ini kita saksikan kala
sekelompok orang bergembira ria karena panenan
tahun ini menjadi baik.
22
Bagandang Nuja
24
Ngumang
Ngumang ini kita jumpai disaat orang melaksanakan
kerapan kerbau.
25
26
Malangko
27
Contoh :
Putra : Rungan rame boat andi
Bagentar tana Samawa
Bato mo nyata ku gita
Khabarnya meriah pesta adinda
Bergetar tana Samawa
Kini nyatalah sudah
Putri: Tu gita nyata ke mata
Riam mara din baringin
No bola ne bawa rungan
Nyata terlihat oleh mata
Lebat bagaikan daun beringin
Tiada datang pembawa khabar
28
Badede
Badede Adat
Badede anak-anak
Badede ini dilakukan untuk menidurkan anak
30
Basakeco ini berasal dari “ratib” yang dalam bahasa arab berarti
“hiburan” yang di mainkan oleh empat orang, sambil membawakan
lagu-lagu berbahasa arab yang di ambil dari kitab “Hadrah” dan
mengandung puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya.
31
Itulah landasan yang menjadi orang (tau) samawa berpegang
teguh kepada “adat ketong syara’ ke syara’ ketong kitabullah”
Clifford Geertz (1973;90); Agama merupakan sistem budaya, yang
dipengaruhi oleh berbagai proses perubahan sosial dan dengan
sendirinya berbagai proses perubahan sosial itu mampu
mempengaruhi system budaya.
Erich From (1956; 132); tidak ada kebudayaan yang tidak berakar
pada agama. Keterkaitan agama dan budaya yang melahirkan
peradaban.
32
Formula Sakeco
Ada Salam Pembukaan
……ya sarea para darmawan tu ada hadir pang ninta
Tutir
Cerita dengan menggunakan bahasa tuturan sehari-hari.
…Sia menong anung tu karante mudi, Sia maaf tu gama na, bata ku
aran ko sia luk cara…
Temung
Penyelaras, baralok.
A….yala …..aha…..e lako akherat
33
Lawas
Taket lema mu tobat
Lema senang pang akherat
Ramai rena balong ke mulia
Racik
e…. ina balong ate
lae nanta gantuna
34
Trimakasih
35