Anda di halaman 1dari 35

1

PUISI LISAN
LAWAS SAMAWA

DR. M. SALEH ENDING, MA


ANTROPOLOGI BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

Selasa, 27 Juli 2022

2
FOLKLOR LISAN (VERBAL
FOLKLORE); BAHASA RAKYAT
(LOGAT, JULUKAN, MANTRA,
PANGKAT TRADISIONAL, TITEL
KEBANGSAWANAN), UNGKAPAN
TRADISIONAL (PERIBAHASA,
PEPATAH), PERTANYAAN
TRADISIONAL (TEKA TEKI), PUISI
RAKYAT (PANTUN, SYAIR), CERITA
RAKYAT (MITOS, LEGENDA,
DONGENG), DAN NYANYIAN RAKYAT.

3
Tradisi/Sastra Lisan
Tradisi (Sastra) lisan; Fenomena budaya
mengandung nasehat, kepercayaan,
pandangan hidup, cara berfikir, dan nilai
budaya bangsa (Ranabrata, 2002;1)
 
Tradisi/Sastra lisan; mempunyai
hubungan dengan kehidupan masyarakat
pemiliknya, baik dalam hubungannya
dengan masa lalu, masa sekarang,
maupun untuk masa yang akan datang
(Mattaliti,1985;23). 4
Tradisi Lisan/Sastra Lisan (Ahimsa-Putra 2010):
Penyampaian informasi dengan lisan, dari mulut
ke mulut (bahasa) tanpa menulis, dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Ciri-Ciri Finnegan (1974) :

(a) Verbal, berupa kata-kata, bahasa (b) tanpa


tulisan, (c) milik kolektif masyarakat, (d)
mengandalkan performance, (e) diwariskan dari
generasi ke generasi.

5
Dananjaya (1991):
(a) Diwariskan dari mulut ke mulut
(bahasa), (b) Bersifat tradisional
(disebarkan dalam bentuk relatif tetap)
(c) Ada dalam varian-varian berbeda, (d)
Anonim (nama pencipta tidak diketahui),
(e) Interpolasi (penambahan unsur baru),
(f) Memiliki formula; (g) Memiliki
fungsi (h) pralogis, yaitu mempunyai
logika sendiri (i) Milik bersama.
6
Lawas (puisi lisan Tradisional)

La-min si-ya du-nung no-tang (8 Suku kata)


So-we san-tek bo-nga bin-tang (8 Suku kata)
Ling bu-lan ba-te-mung ma-ta (8 Suku kata)

Artinya: Seandainya lintas kenangan kanda


mendadak datang
Kuaklah atap dan tataplah beribu bintang
Di bulan jumpa berpadu

7
Lawas memiliki ciri-ciri: (1) tiap bait
terdiri dari tiga baris; (2) tiap baris
terdiri dari delapan suku kata; (3) tidak
terdapat kata yang bermakna sama
dalam satu bait; (4) antara ketiga baris
dalam bait yang sama memiliki
kesatuan makna (Amin, 2012:1-2).

8
9
10
11
Lawas bakael

12
Lawas kalimatnya tidak berbentuk bebas
(free pharase), melainkan berbentuk terikat
(fix pharase). Menurut Dananjaya
(1991:46) sajak atau puisi rakyat adalah
kesusastraan rakyat yang sudah tertentu
bentuknya, biasanya terdiri dari beberapa
deret kalimat, ada yang berdasarkan
panjang pendek suku kata, lemah tekanan
suara, atau hanya berdasarkan irama.

13
Lawas (Sastra) Samawa (Puisi Lisan
Tradisional)
 Awalnya, orang (tau) samawa melakukan ritus memberi
jampi kepada senjata-senjata (berang-bate)
 Mantera Sumbawa untuk menentang kekejaman alam;
“Genia genkum- genia genkum, Oo binatang putih jalu,
mana ular, lipan, teledu, lamin ngaluit mu rengkam”
(Genia genkum-genia genkum wahai hewan putih
taring, biar ular, lipan, kalajengking jika bergerak maut
mencekam).
 Ahimsa (2002;94) bukanlah hal yang aneh jika sebuah
ritus mengalami transformasi menjadi sebuah seni
pertunjukan, sebab sebuah ritus pada dasarnya adalah
juga sebuah pertunjukan.

14
Lawas Samawa
Lawas anak-anak (tau ode)

Ma tunung andi ma matunung


Meleng tunung kubeang me
Jangan jadi kembo kopang

Mari tidur adik marilah tidur


bangun tidur kuberi nasi
lauk dari susu kerbau yang panas

15
Lawas muda-mudi (taruna-dadara)

Ajan Sumpama kulalo


Kutarepa bale andi
Beleng ke rua e nanta

Seandainya aku bertandang


Mampir dirumah adinda
Adakah gerangan belas kasihan ?

16
Lawas orang tua (tau loka)

•Ada intanku samodeng


•Kusangisi kotak mesir
•Ya timal umak rampek ban
Ada intanku sebutir
Kusimpan dalam kotak mesir
Penantang ombak penghempas papan

17
Langgam (ulan) waktu ditembangkan;

1. Menembang lawas pada pagi hari (ulan siyep)


2. Menmbang lawas saat teriknya matahari (ulan
tengari),
3. Menmbang lawas senja hari (sore hari) (ulan rawi
ano).
4. Menembang lawas malam hari "ulan petang".

Sedangkan cara melagukan lawas (temung) dibagi


kedalam dua bagian wilayah yaitu; sebelah timur
Samawa (ano siyep), dan sebelah barat Samawa (ano
rawi).

18
Cara Penerusan dan Penyebaran Lawas

Balawas

19
Balawas dilakukan secara beramai-ramai atau seorang diri.
-Upacara perkawinan atau sunat rasul.
-Disaat musim panen (padi/kedelai/hasil kacang hijau)
- Usai menjaga ladangnya
- Membuat atau memasang atap rumah sekelompok pria yang
tengah bekerja bergotong royong.

Contoh: Kakendung ling kau adi e


Kupina pa asa kau
No tutu sai ya bola
Terlanjur ucapanku duhai adinda
Engkau jadi impian
Tak tahu siapa yang bohong

Bola kau suda ku to


Jengka mara akar bako
Nanta no asa ling untung
Dustamu sudah ku tahu
Berjejer bagaikan akar bakau
Duh saying tak mengharap jodoh

20
Basual
Basual; Seorang mengajukan soal lawas (menyebut sampiran
dari sebuah lawas) dan yang mengetahui segera menjawab soal
tadi.
Acara ini bisa kita jumpai disaat membuat atap rumah, ketika memotong padi disawah
atau ditempat orang kematian. Sifatnya santai untuk perintang waktu belaka).
Contoh : Ayam buri desa utan
Parak ke desa samamung
Ana badi kuring rate
 
Meporiri ku ta intan
Jarang ku bau batemung
Rosa dadi rusak ate
 
(Artinya) Ayam burik desa utan
Dekat dari desa samamung
Ada badik ku di rate
Betapa caraku duhai sayang
Sangat jarangku bertemu
Hancur luluhlah hatiku
 
21
Bagandang

Bagandang Suling
Pria wanita menembangkan lawas dengan
alunan suara berirama dan merdu berbarengan
dengan suara suling mengikuti irama lawas yang
ditembangkan. Bagandang ini kita saksikan kala
sekelompok orang bergembira ria karena panenan
tahun ini menjadi baik.

22
Bagandang Nuja

Para wanita menembangkan lawas beramai-ramai sembari menumbuk padi


dalam suasana gotong royong. Bagandang dilakukan kala terang bulan, para
jejaka asyik mendengarkan lawas sembari melihat gadis yang menjadi idamannya.
Contoh : Ajan sumpama kulalo
Kutarepa bale yandi
Beleng ke rua e nanta
Seandainya aku bertandang
Mampir dirumah adinda
Adakah gerangan belas kasihan

Lamin tetapmo pang sia


Bose sangangkang let rea
Na’ beang bilu lakolin
Jika pendirian sudah mantap
Berdayung arah laut yang besar
Jangan berpaling pada yang lain
23
Basaketa
Basaketa ini dapat kita saksikan saat
berlangsungnya permainan rakyat seperti
berempuk, dan acara yang berhubungan dengan
kerja gotong royong lainnya.
Contoh: Pangantan entek rawi ano
Iring ling mayung satupang
Lamin no buta ba tempang

Tuk tak ne mayong


Jontal satetak dadi payung

24
Ngumang
Ngumang ini kita jumpai disaat orang melaksanakan
kerapan kerbau.

Contoh: Ala e sai nongka to


Ma katoan lako aku
Tanya baeng sakap konde

Siapa yang belum mengenal


Tanyalah pada ku
Inilah pemilik “sakap konde”

25
26
Malangko

Malangko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh


beberapa orang antara pria dan wanita dengan
bersoal jawab (berbalas) lawas. makna budaya dari
malangko ini adalah sebagai hiburan, syukuran
setelah selesai bekerja keras di sawah.

27
Contoh :
Putra : Rungan rame boat andi
Bagentar tana Samawa
Bato mo nyata ku gita
Khabarnya meriah pesta adinda
Bergetar tana Samawa
Kini nyatalah sudah
Putri: Tu gita nyata ke mata
Riam mara din baringin
No bola ne bawa rungan
Nyata terlihat oleh mata
Lebat bagaikan daun beringin
Tiada datang pembawa khabar
28
Badede
Badede Adat

Badede ini khusus dilakukan dikalangan kaum bangsawan dalam


upacara perkawinan atau sunat rasul. Beberapa wanita
menembangkan lawas sambil membunyikan kosok kancing
(sejenis maracas). Hal ini dihajatkan agar tidak mudah diganggu
mahkluk halus.

Badede anak-anak
Badede ini dilakukan untuk menidurkan anak

Adi ode dalam bilek


Nyentik ima poyong mama
Sadua kita gamandi

Adik mungil dalam buaian


Lentik jemari yang indah
Kita berdua wahai adinda 29
Basakeco

Basakeco adalah menembangkan lawas sambil membunyikan


2 buah alat rebana kecil (ode) dalam upacara perkawinan, sunat
rasul atau upacara adat lainnya. Lawas berisi cinta kasih, nasihat
agama, kepatriotan, perjuangan yang penuh heroik dimasa lalu,
dan perjuangan hidup yang dikaitkan dengan gotong royong yang
berazaskan kekeluargaan.

30
Basakeco ini berasal dari “ratib” yang dalam bahasa arab berarti
“hiburan” yang di mainkan oleh empat orang, sambil membawakan
lagu-lagu berbahasa arab yang di ambil dari kitab “Hadrah” dan
mengandung puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya.

31
Itulah landasan yang menjadi orang (tau) samawa berpegang
teguh kepada “adat ketong syara’ ke syara’ ketong kitabullah”
Clifford Geertz (1973;90); Agama merupakan sistem budaya, yang
dipengaruhi oleh berbagai proses perubahan sosial dan dengan
sendirinya berbagai proses perubahan sosial itu mampu
mempengaruhi system budaya.

Abdurrahman Wahid (2001;111) “Pribumisasi Islam” bahwa


Agama (Islam) sebagai ajaran normatif berasal dari Tuhan
diakomodasikan kedalam kebudayaan yang berasal dari manusia
tanpa kehilangan identitas masing-masing. Islam dan budaya
berkelinda berwujud dalam pola nalar keagamaan.

Erich From (1956; 132); tidak ada kebudayaan yang tidak berakar
pada agama. Keterkaitan agama dan budaya yang melahirkan
peradaban.

32
Formula Sakeco
 Ada Salam Pembukaan
……ya sarea para darmawan tu ada hadir pang ninta

Tutir
Cerita dengan menggunakan bahasa tuturan sehari-hari.
…Sia menong anung tu karante mudi, Sia maaf tu gama na, bata ku
aran ko sia luk cara…
Temung
Penyelaras, baralok.
A….yala …..aha…..e lako akherat

33
Lawas
Taket lema mu tobat
Lema senang pang akherat
Ramai rena balong ke mulia

Racik
e…. ina balong ate
lae nanta gantuna

34
Trimakasih

35

Anda mungkin juga menyukai