Anda di halaman 1dari 15

Prinsip-prinsip Dasar Rasionalisasi Birokrasi Max Weber

Pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara


ABDUL KADIR
Staf Pengajar Universitas Haluoleo Kendari
abdulkadir_unhalu@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini Berjudul Prinsip- Prinsip Dasar Rasionalisasi Birokrasi Max Weber Pada Organisasi Perangkat
Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan penerapan karakteristik birokrasi Max Weber yang idealnya dapat menjadi sarana kontrol
imperatif atas tindakan pejabat organisasi perangkat daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian
ini menggunakan perspektif sistem rasional. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan adalah etnografi.
Fenomena birokrasi dieksplorasi secara natural dalam dunia kerja para birokrat, kemudian membangun
interpretasi berdasarkan metodologi Verstehen Max Weber melalui prosedur idiografik untuk membentuk
idiographic knowledge. Data dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip dasar
birokrasi Max Weber yang mencakup standardisasi dan formalisasi, pembagian kerja dan spesialisasi, hirarki
otoritas, profesionalisasi, dan dokumentasi tertulis pada organisasi perangkat daerah Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara kurang sesuai dengan tipe ideal Max Weber sehingga tidak dapat menjadi sarana kontrol
imperatif atas tindakan pejabat organisasi tersebut. Karakteristik birokrasi Max Weber yang kurang sesuai
penerapannya pada organisasi perangkat daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara mengakibatkan
tindakan-tindakan pejabat kurang terkontrol. Hal tersebut ditandai dengan: pejabat memasukkan tatanan personal
ke dalam perintah dan kepatuhan; tindakan-tindakan pejabat kurang berfokus pada pencapaian efisiensi
organisasi; anggota organisasi tidak terhubung dalam suatu struktur kontrol atasan-bawahan yang piramidal
sehingga tidak terjadi kejelasan arah perintah dan kohesi serta kontinyuitas pekerjaan di dalam organisasi;
pelaksanaan kontrol tidak berbasis pengetahuan teknis; dan tidak terjadi kontinyuitas operasional serta keamanan
pejabat organisasi perangkat daerah.

Kata Kunci: Birokrasi Max Weber, Kontrol imperatif

Abstract
This research entitled Fundamental Principles of Max Weber’s Rational Bureaucracy in Kendari City, South-
East Sulawesi Province. The purpose of study is to explain and interpret the characteristics of Max Weber’s
bureaucracy that can act as an imperative control for officials’ actions of Kendari City, South-East Sulawesi
Province. This study utilizes a rational system perspective and applies qualitative research strategy with
ethnography. The phenomenon of bureaucracy was explored naturally in the bureaucratic system, then develop
an interpretation based on Max Weber’s Verstehen methodology through idiography procedure to form the
idiographic knowledge. Data was collected through interview, observation and documentation. The data was
analyzed by an interactive model. The study found that the bureaucracy of Kendari City did not effectively employ
the Max Weber’s characteristics of bureaucracy- which covers standardization and formallization, division of
labor and specialization, hierarchy of authority, proffesionalization, and written documentation – that make
uncontrolled actions of officials. The characteristics of uncontrolled actions are the officials fulfilled by personal
consideration; less focus at highest administration efficiency attainment; organizational member do not
interconnected in a superordinate-subordinate structure of control so that so that cause the ill defined comand
direction, no cohesion and work continuity in organization; exercising control not base on the technical
knowledge; and there is sustainable operational procedure and job security in organization.

Keywords: Max Weber’s bureaucracy; Imperatives control.

40
I. PENDAHULUAN sense formally the most rational
Birokrasi ada di dalam aparatur known means of carrying out
administratif pada semua pemerintahan imperative control over human
modern (Von Mises, 2007:12). Birokrasi beings (Weber, 1947:337).
ada di semua negara-bangsa modern Meskipun birokrasi ada di dalam
(Heady, 1966:15). Birokrasi mutlak semua pemerintahan modern dan diakui
diperlukan untuk memfasilitasi fungsi sebagai tipe pengorganisasian yang paling
pemerintah dan demokratisasi. Tidak ada efisien dan dibutuhkan dalam organisasi
negara, tidak ada pemerintah, dan tidak ada berskala besar di berbagai bidang, tetapi
demokrasi yang dapat berfungsi tanpa suatu sampai saat ini menurut Dahlström,
birokrasi (Friedrich, 1950:57). Kondisi- Lapuente and Teorell (2010:3-4) tidak ada
kondisi di dalam masyarakat modern yang usaha yang menggunakan tipe ideal
mendorong kebutuhan akan birokrasi birokrasi Max Weber sebagai peralatan
adalah perekonomian uang, kapitalisme, teoritis untuk mengarahkan penelitian
dan organisasi berskala besar. Di mana empirik, dan karena itu kita tidak memiliki
terdapat perekonomian uang, kapitalisme, pengetahuan yang memadai tentang
dan organisasi berskala besar, di sana dimensi-dimensi mana dan berapa banyak
dibutuhkan birokrasi (Aluko and Adesopo, dari struktur birokrasi itu yang ada dalam
2004:13-14). Birokrasi adalah the ideal kenyataan.
type of officialdom, tipe ideal kepegawaian. Tipe ideal birokrasi merupakan
Birokrasi ada di dalam aparatur sarana paling rasional untuk pelaksanaan
administratif pada semua pemerintahan kontrol imperatif atas manusia. Birokrasi
modern (Von Mises, 2007:12). Friedrich rasional karena bersandar pada otoritas
(1950:57) menyatakan bahwa tidak ada legal-rasional yang berisikan lima prinsip
negara, tidak ada pemerintah, dan tidak ada dasar berikut: (1) standardisasi dan
demokrasi yang dapat berfungsi tanpa suatu formalisasi; (2) pembagian kerja dan
birokrasi. Kondisi-kondisi utama dalam spesialisasi; (3) hirarki otoritas; (4)
masyarakat modern yang mendorong profesionalisasi; dan (5) dokumentasi
kebutuhan akan birokrasi adalah tertulis (Weber, 1947:330-332). Kenyataan
perekonomian uang, kapitalisme, dan yang terjadi di pemerintah daerah Kota
organisasi berskala luas. Di mana terdapat Kendari, birokrasi tidak mampu mencapai
perekonomian uang, kapitalisme, dan efektivitas yang tertinggi dalam berbagai
organisasi skala luas, di sana dibutuhkan jenis tugas administratif. Tugas untuk
birokrasi (Aluko and Adesopo, 2004:13- merealisasikan kesejahteraan masyarakat
14). Max Weber menyatakan bahwa sampai saat ini masih jauh dari yang
birokrasi merupakan sarana paling rasional diharapkan, sebagaimana terlihat dari
untuk pelaksanaan kontrol imperatif atas tingkat pengangguran dan kemiskinan yang
tindakan manusia dan dapat mencapai lebih tinggi dari angka nasional.
derajat efisiensi teknis yang tertinggi. Literatur administrasi publik pada
... the purely bureaucratic type of umumnya dan teori organisasi khususnya,
administrative organization ... is, masih kekurangan data empirik tentang
from a purely technical point of view, karakteristik birokrasi sebagaimana
capable of attaining the highest diformulasikan oleh Max Weber.
degree of efficiency and is in this Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

41
penting dalam studi tentang birokrasi, (1967:904) birokrasi adalah sekumpulan
menurut Meier and Krause (2003:302-304) tugas dan jabatan terorganisir secara
adalah berkenaan dengan karakteristik formal, menghubungkan secara kompleks
stuktural, yakni bagaimana karakteristik bawahan dengan perumus peran formal.
struktural internal utama dari birokrasi. Menurut Riggs (1988:54) birokrasi adalah
Dengan memahami karakteristik struktural pemerintahan melalui sejumlah biro, atau
internal birokrasi, kita bisa menjelaskan pemerintahan melalui sejumlah departemen
efektivitas kinerja organisasi pemerintah negara yang diisi oleh staf yang “ditunjuk”
daerah di Kota Kendari. bukan “dipilih”, diorganisasikan secara
Tujuan penelitian ini adalah untuk hirarkis dan keberadaannya bergantung
menjelaskan dan menginterpretasikan pada otoritas mutlak. Menurut Morstein
penerapan karakteristik birokrasi Max Marx (1957:16-21) birokrasi adalah tipe
Weber yang idealnya dapat menjadi sarana organisasi yang dipergunakan pemerintah
kontrol imperatif atas tindakan pejabat modern untuk pelaksanaan tugas-tugas
organisasi perangkat daerah Kota Kendari yang bersifat spesialisasi di dalam sistem
Provinsi Sulawesi Tenggara. administrasi dan khususnya oleh aparatur
pemerintah. Hal tersebut menandakan tiga
II. TINJAUAN TEORI
karakteristik struktural dasar yang
Literatur administrasi publik versi
birokrasi, yaitu: (a) hirarki, (b)
Amerika yang pertama menyinggung
diferensiasi/spesialisasi, dan (c)
tentang birokrasi adalah karya Woodrow
kualifikasi/kompetensi.
Wilson (1887) berjudul The Study of
Menurut Blau and Meyer (1987:35)
Administration. The Study of
tipe ideal Max Weber merupakan fungsi
Administration sebagai literatur klasik
dari semua kerangka konseptual abstrak
pertama dalam administrasi publik. Wilson
untuk menentukan faktor-faktor yang harus
menggunakan istilah birokrasi untuk
diperhitungkan dalam suatu penyelidikan
mencakup sekaligus struktur dan perilaku
dan menguraikannya secara jelas. Birokrasi
yang jelek (Wilson, 1887:202,217). Sisi
adalah organisasi skala luas di mana pejabat
struktur birokrasi adalah perangkat
melaksanakan otoritas rasional-legal
permanen pemerintah terdiri dari personil
dengan menggunakan staf administratif.
terlatih yang melaksanakan pelayanan
Otoritas adalah kekuasaan yang diyakini
eksklusif dan sewenang-wenang tanpa
legitimasinya. Basis legitimasi atas otoritas
spirit publik. Definisi birokrasi dari para
di dalam birokrasi adalah legal-rasional.
analis terpola ke dalam definisi
Otoritas legal-rasional bersandar pada
menekankan karakteristik struktural dan
kepercayaan terhadap legalitas peraturan
definisi menekankan aspek keperilakuan
yang dapat dianalisis secara ilmiah. Prinsip-
(Heady, 1991:69). Definisi birokrasi dari
prinsip dasar otoritas legal rasional terdiri
Thompson, Almond dan Powel, Riggs, dan
dari:
Morstein Marx menggunakan sudut
(1) A continuous organizations of official
pandang struktural, birokrasi adalah
functions bound by the rules.
organisasi yang hirarki otoritas yang
(2) A specified sphere of competence. This
terperinci dan dijalankan di atas suatu
involves: (a) a sphere of obligations to
pembagian kerja yang terperinci (Heady,
perform functions which has been
1991:69). Menurut Almond dan Powel
marked off as part of a systemic division

42
of labour, (b) The provision of the administrative staff should be
incumbent with the necessary authority completely separated from ownership
to carry out these functions, (c) That the of the means of production or
necessary means of compulsion are administration. Officials, employees,
clearly defined and their use is subject and workers attached to the
to definite conditions. A unit exercising administrative staff do not themselves
authority which is organized in the way own the non-human means of
will be called an ‘administrative production and administration. These
organ’. are rather provided for their use in kind
(3) The organization of offices follows the or in money, and the official is
principle of hierarchy; that is, each obligated to render an accounting of
lower office is under the control and their use.
supervision of a higher one. There a (6) In the rational type case, there is also a
right of appeal and of statement of complete absence of appropriation of
grievances from the lower to the higher. his official position by the incumbent.
Hierarchies differ in respect to whether Where rights to an office exist, as in the
and in what cases complaints can lead case of judges, and recently of an
to a ruling from an authority at various increasing proportion of officials and
points higher in the scale, and as to even of workers, they do not normally
whether changes are imposed from serve the purpose of appropriation by
higher up or the responsibility for such the official, but of securing the purely
changes is left to the lower office, the objective and independent character of
conduct of which was the subject of the conduct of the office so that it is
complaint. oriented only to the relevant norm.
(4) The ruler which regulate the conduct of (7) Administrative acts, decisions, and
an office may be technical rules or rules are formulated and recorded in
norms. In both cases, if their writing, even in cases where oral
application is to be fully rational, discussion is the rule or is even
specialized training is necessary. It is mandatory. This applies at least to
thus normally true that only a person preliminary discussions and proposals,
who has demonstrated an adequate to final decisions, and to all sorts of
technical training is qualified to be a orders and rules. The combination of
member of the administrative staff of written documents and a continuous
such an organized group, and hence organization of official functions
only such persons are eligible for constitute the “office” which is the
appointment to official positions. The central locus of all types of modern
administrative staff of a rational corporate actions” (Weber, 1947:329-
corporate group thus typically consists 332).
of ‘officials”, whether the Blau dan Meyer (1987:27-31)
organizations be devoted to political, mengemukakan ciri pokok dari struktur
religious, economic—in particular, birokrasi Weber, sebagai berikut:
capitalistic – or other ends. (1) Kegiatan sehari-hari yang dibutuhkan
(5) In the rational type it is a matter of untuk mencapai tujuan-tujuan
principle that the members of the organisasi didistribusikan melalui cara

43
yang telah ditentukan, dan dianggap 1994:103). Daft (1989:180) menyatakan
sebagai tugas-tugas resmi. bahwa formalisasi menunjuk pada
(2) Pengorganisasian kantor mengikuti peraturan-peraturan, prosedur-prosedur,
prinsip hirarkis. dan dokumentasi tertulis yang menguraikan
(3) Pelaksanaan tugas diatur oleh suatu hak-hak dan tanggung jawab karyawan.
sistem peraturan abstrak yang Organ and Greene (1981:238) menyatakan
konsisten. bahwa formalisasi adalah kontrol terhadap
(4) Seorang pejabat yang ideal aktivitas jabatan melalui peraturan dan
melaksanakan tugas-tugasnya dengan prosedur administratif. Contoh formalisasi
semangat formal dan tidak bersifat dalam organisasi pemerintah adalah
pribadi, tanpa perasaan-perasaan pedoman kebijakan, kerangka acuan kerja,
dendam atau nafsu, tanpa perasaan manual prosedural, bagan organisasi,
kasih sayang atau antusiasme. petunjuk teknis evaluasi dan peninjauan
(5) Pekerjaan didasarkan pada kualifikasi kembali program (Alavi et al., 2010:87).
teknis dan dilindingi dari kemungkinan
2. Pembagian Kerja dan Spesialisasi
pemecatan sepihak.
Pembagian kerja adalah perincian
Karakteristik birokrasi Max Weber
tugas-tugas ke dalam komponen-komponen
peneliti rangkum dari prinsip-prinsip dasar
sederhana yang dapat dilaksanakan
otoritas legal rasional meliputi: (1)
berdasarkan suatu basis yang berulang-
standardisasi dan formalisasi; (2)
ulang (Robbins and Barnwell, 2002:36-37).
pembagian kerja dan spesialisasi; (3)
Pembagian kerja dikenal juga sebagai
hirarki otoritas; (4) profesionalisasi; dan (5)
spesialisasi fungsional (Robbins and
dokumentasi tertulis.
Barnwell, 2002:36-37; Robbins, 1994:92),
1. Standardisasi dan Formalisasi atau spesialisasi jabatan (Robbins and
Tompkins (2005:60) Barnwell, 2002:95). Pembagian kerja
mengidentifikasi empat aspek standardisasi dalam organisasi menghasilkan spesialisasi
dalam literatur teori organisasi klasik, yakni (Rosenbloom & Kravchuk, 2005:17), dan
standardisasi proses kerja, standardisasi menciptakan kelompok spesialis (Robbins,
output kerja, standardisasi keterampilan 1994:95). Spesialisasi berarti bahwa orang-
pekerja, dan standardisasi nilai. Namun orang yang berbeda mengerjakan hal-hal
demikian, menurut Tompkins, analisis yang berbeda (Simon, 2004:40).
deskriptif Max Weber memfokuskan Spesialisasi memungkinkan pekerja
perhatian pada standardisasi proses kerja menjadi ahli di bidangnya, meskipun
dan standardisasi keterampilan pekerja pekerjaannya mungkin hanya suatu bagian
sebagai metode yang rasional untuk kecil dari keseluruhan aktivitas organisasi
mengkoordinasikan dan mengontrol (Rosenbloom & Kravchuk, 2005:17).
aktivitas kerja. Max Weber mengadopsi prinsip
Formalisasi dalam organisasi pembagian kerja dan spesialisasi ke dalam
merujuk pada tingkat sejauh mana tipe ideal birokrasi. Dalam birokrasi,
pekerjaan di dalam organisasi tersebut pembagian kerja mengacu pada area
distandardisasikan. Formalisasi adalah jurisdiksi resmi dari pejabat. Pembagian
tingkat sejauh mana peraturan, prosedur, kerja merupakan kontras dari tugas-tugas
instruksi, dan komunikasi ditulis (Robbins, yang samar dan tidak sistematis dalam

44
sistem-sistem patrimonial. Tugas-tugas Macdonald, Burke dan Stewart
yang samar dan tidak sistematis dengan (2006:131-136) dan Jaques (1990:5)
nyata menghambat perkembangan ekonomi mengidentifikasi empat otoritas minimum
(Hummel, 2000:121). Literatur bagi seorang pejabat birokratik, yang
administrasi publik klasik memasukkan tercakup dalam konsep VAR3I, yakni:
pembagian kerja dan spesialisasi ini
(1) Veto selection (V), otoritas untuk
sebagai salah satu prinsip administrasi.
melakukan veto atas suatu pelamar
Salah satu di antara prinsip-prinsip yang
baru yang menurut pandangannya
umum di dalam literatur adalah prinsip
jauh di bawah standar minimum
bahwa “efisiensi administratif meningkat
kemampuan;
karena spesialisasi tugas di antara
(2) Assign tasks (A), otoritas untuk
kelompok” (Simon, 2004:39).
memberikan penugasan kepada
Pembagian kerja di dalam
bawahan;
organisasi birokratik, menurut Max Weber,
(3) Recognise, review and reward work
dapat mengambil cara kombinasi fungsi
performance differentially (R3),
atau cara spesialisasi fungsi (Weber,
otoritas untuk memberikan
1947:225-226). Dengan kombinasi fungsi,
pengakuan atas kinerja, tinjauan
seorang manajer melakukan kombinasi dari
ulang kinerja, dan memberi ganjaran
beberapa fungsi manajerial. Seseorang
atas kinerja secara diferensial; dan
melakukan seluruh proses yang diperlukan
(4) Initiate removal from role (I), otoritas
untuk produknya, walaupun proses-proses
untuk memprakarsai pemberhentian
tersebut berbeda satu dengan lainnya secara
jabatan atas seseorang bawahannya
teknis. Sedangkan dengan cara spesialisasi
yang tidak mampu melaksanakan
fungsi, seorang manajer berfokus hanya
tugasnya.
pada satu fungsi tertentu yang berbeda
Di luar otoritas minimum VAR3I
dengan fungsi manajer lain. Dengan begitu,
tersebut, pejabat memerlukan otoritas
produk diselesaikan hanya melalui
tambahan agar pelaksanaan jabatannya
kombinasi kerja, secara simultan atau
lebih efektif. Otoritas tambahan ini
secara sukses, dari sejumlah orang.
mencakup: otoritas membelanjakan uang,
3. Hirarki Otoritas otoritas mengalokasikan sumber daya
Max Weber (1947:333) menyatakan material, otoritas menandatangani kontrak,
bahwa anggota organisasi mentaati otoritas dan otoritas menyeleksi anggota organisasi
pejabat hanyalah dalam kapasitasnya (Macdonald, Burke and Stewart,
sebagai anggota organisasi dan yang 2006:136).
dipatuhinya semata-mata adalah hukum. Otoritas minimum dan otoritas
Secara pribadi pegawai adalah person yang tambahan yang dikemukakan oleh
bebas, ia tunduk pada otoritas hanya Macdonald, Burke and Stewart (2006:131-
berkenaan dengan kewajiban-kewajiban 136) dan Jaques (1990:5) dapat
impersonal dari jabatannya. Ketaatan dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yakni:
ditujukan bukan kepada individu (1) otoritas kepegawaian, mencakup
pejabatnya, tetapi semata-mata kepada otoritas-otoritas untuk: melakukan veto
perintahnya yang berdasarkan hukum terhadap hasil seleksi; memprakarsai
sehingga membentuk tatanan impersonal. pemindahan jabatan; dan melakukan

45
seleksi anggota organisasi; (2) otoritas menurut kualifikasi teknis; pengisian
ketatalaksanaan, mencakup otoritas- jabatan melalui seleksi yang bebas dari
otoritas untuk: memberikan penugasan; intervensi politik, hanya orang yang
memberi pengakuan atas kinerja, tinjauan memiliki pelatihan teknis yang memadai
ulang kinerja dan memberi ganjaran atas saja yang dapat dipandang cakap untuk
kinerja; dan (3) otoritas keuangan, menduduki jabatan staf administratif, dan
mencakup otoritas-otoritas untuk: hanya orang seperti itulah juga yang
membelanjakan uang, mengalokasikan memenuhi syarat untuk diangkat dalam
sumber daya material, dan menandatangani jabatan; pejabat digaji secara tetap dalam
kontrak organisasi. bentuk uang dan untuk sebagian besar
dengan hak pensiun, sedangkan skala gaji
4. Profesionalisasi
digolongkan terutama menurut jenjang
Bevir (2007:752) menyatakan
dalam hirarki.
bahwa profesionalisasi adalah suatu proses
Dimensi lain dari profesionalisasi
untuk mendorong dan melindungi
adalah gaji. Bevir (2007:752) menyatakan
kepentingan pemangkuan jabatan secara
bahwa profesionalisasi diprakarsai dan
profesional. Yates (2009:88-90)
dikontrol pada umumnya oleh para praktisi
menyatakan bahwa di dalam birokrasi,
berkenaan dengan gaji, status dan
profesionalisasi mengacu pada
kekuasaan. Effendi (2000:2)
pengembangan tipe dan level pengetahuan
mengemukakan bahwa untuk
dan keterampilan yang diperlukan untuk
meningkatkan profesionalisme PNS,
perilaku profesional. Standar kompetensi
keahlian yang ditetapkan secara obyektif
profesional ini diterapkan baik kepada
merupakan persyaratan utama dalam
mereka yang akan memasuki profesi
penerimaan, pengangkatan, penempatan,
maupun yang telah ada.
promosi, dan pelatihan para calon. Selain
Max Weber (1947:337) menyatakan
itu, agar dapat mempertahankan orang-
bahwa sumber primer dari superioritas
orang terbaik dalam birokrasi, gaji dan
administrasi birokratik terletak dalam peran
kesejahteraan sosial PNS harus dijamin
pengetahuan teknis yang, lewat
agar tidak terlalu berbeda dari remunerasi
perkembangan teknologi modern dan
di perusahaan swasta.
metode bisnis dalam produksi barang,
menjadi sangat dibutuhkan. Administrasi 5. Dokumentasi Tertulis
birokratik, menurut Max Weber Birokrasi mengandalkan
(1947:339), mempunyai makna mendasar dokumentasi tertulis untuk membantu
sebagai pelaksanaan kontrol berbasis kontinyuitas operasional (Tompkins,
pengetahuan. Pengetahuan adalah fitur 2005:52). Max Weber (1947:332)
yang menjadikan birokrasi rasional. menegaskan bahwa di dalam organisasi
Birokrasi superior dalam pengetahuan, baik birokratik, seluruh tindakan, keputusan,
pengetahuan teknis dan pengetahuan dan peraturan administratif dirumuskan dan
tentang fakta konkrit dalam bidang dicatat dalam tulisan. Hal ini dilakukan
kepentingannya sendiri. Untuk baik untuk diskusi-diskusi dan proposal
memperoleh birokrat yang profesional pendahuluan, keputusan-keputusan final,
maka, menurut Max Weber (1947:331), dan terhadap segala macam perintah dan
calon pejabat dalam birokrasi diseleksi peraturan. Pengurusan atas dokumen-

46
dokumen tertulis ini, menurut Max Weber, mengeksplorasi birokrasi secara natural.
menjadi tugas dari suatu unit jabatan. Creswell (2003:16) etnografi adalah
Tompkins (2005:52) menjelaskan strategi penelitian kualitatif di mana suatu
bahwa pencatatan keputusan-keputusan budaya kelompok yang utuh dalam suatu
administratif dalam tulisan-tulisan latar natural dalam suatu periode waktu
membantu menjamin kontinyuitas yang panjang dengan mengumpulkan data
operasional. Meskipun para pejabat dan observasional. Selanjutnya menggunakan
administrator datang dan pergi silih- metode Verstehen untuk mengin-terpretasi
berganti, namun dengan dokumentasi fenomena tersebut. Verstehen adalah
tertulis ini keputusan-keputusan baru akan metode yang mengintegrasikan tradisi
terus dituntun oleh keputusan-keputusan eksplanatori dengan interpretif, dengan
yang telah diambil di masa lampau. penekanan pada interpretif (Weber,
Dokumen tertulis juga memfasilitasi 1947:330-334). Dalam pengumpulan data,
akuntabilitas. Otoritas yang lebih tinggi peneliti merupakan instrumen utama,
dapat menggunakan catatan-catatan tertulis sedangkan fokus penelitian ada pada
ini untuk mengevaluasi kinerja unit-unit tindakan birokrat berkenaan dengan prinsip
atau agensi dan menjadi pegangan bahwa dasar otoritas legal rasional.
bawahan bertanggung jawab atas tindakan- Penelitian ini mencakup birokrat
tindakannya. Sebaliknya, para birokrat pada unit-unit struktural dalam organisasi
yang didakwa dengan ketidakbenaran dapat perangkat daerah Kota Kendari. Birokrat
menggunakan dokumen tertulis untuk adalah pegawai negeri sipil yang
menunjukkan bahwa mereka mengikuti menempati posisi manajerial mulai dari
peraturan dan menjalankan jabatannya pimpinan tertinggi (kepala SKPD),
secara bertanggung jawab. Dengan pimpinan level menengah (kepala bagian,
demikian dokumentasi tertulis memberikan kepala bidang dan sekretaris), dan
perlindungan bagi bawahan maupun atasan. pimpinan level bawah (kepala subbagian,
Hipotesis kerja penelitian ini adalah kepala subbidang, dan kepala seksi),
Penerapan prinsip-prinsip dasar birokrasi meneliti tindakan birokrat dan memberikan
Max Weber dapat menjadi sarana kontrol interpretasi terhadap tindakan mereka
imperatif atas tindakan pejabat organisasi dalam konteks kerjanya.
perangkat daerah Kota Kendari Provinsi Teknik analisis data menggunakan
Sulawesi Tenggara. model interaktif dari Huberman dan Miles
(2009:592-593). Model interaktif ini
mementingkan proses analisis sebelum
III. METODE PENELITIAN
tahap pengumpulan data, sewaktu proses
Penelitian bertujuan menjelaskan
pengumpulan data sementara dan analisis
dan menginterpretasikan karakteristik
awal, dan setelah tahap pengumpulan data
birokrasi pada organisasi perangkat daerah,
akhir. Kegiatan yang tercakup di dalam
berfokus pada lima prinsip dasar birokrasi
analisis data adalah reduksi data, penyajian
Max Weber mencakup: standardisasi dan
data, dan pengambilan
formalisasi, pembagian kerja dan
kesimpulan/verifikasi. Pengambilan
spesialisasi, hirarki otoritas,
kesimpulan dan verifikasi melibatkan
profesionalisasi, dan dokumentasi tertulis,
proses interpretasi atau penetapan makna
menggunakan metode etnografi untuk

47
dari data yang tersaji dan melakukan Ambiguitas peran menyebabkan
konfirmasi melalui triangulasi. kebingungan tentang siapa yang diharapkan
melakukan tugas-tugas rutin tertentu.
IV. HASIL PENELITIAN DAN Penerapan prinsip standardisasi dan
PEMBAHASAN formalisasi yang kurang sesuai di
Birokrasi merupakan sarana organisasi perangkat daerah Kota Kendari
rasional untuk pelaksanaan kontrol menimbulkan ambiguitas peran di semua
imperatif atas manusia dan dapat mencapai level jabatan.
derajat efisiensi teknis yang tertinggi. Fenomena standardisasi dan
Birokrasi efektif dalam seluruh jenis tugas formalisasi yang berkenaan dengan
administratif diverifikasi pada organisasi penyusunan kebijakan di organisasi
perangkat daerah Kota Kendari. perangkat daerah Kota Kendari lebih
menyerupai deskripsi Olsen (2005) sebagai
1. Prinsip Standardisasi dan
tampilan luar saja, yakni standardisasi dan
Formalisasi
formalisasi yang tidak diletakkan dengan
Prinsip standardisasi dan
baik, isi hukum dan peraturan buruk, para
formalisasi secara umum diterapkan di
birokrat tidak bertindak selaras dengan etos
organisasi pemerintah daerah Kota
institusi dan codes of conduct. Fenomena
Kendari. Kecuali analisis beban kerja,
tersebut sejalan juga dengan deskripsi
semua elemen standardisasi dan formalisasi
Riggs (1988) dan Heady (1991) sebagai
diterapkan di organisasi pemerintah daerah
formalism. Dalam sistem yang formalistik,
Kota Kendari, yakni susunan organisasi,
hukum meletakkan kebijakan atau tujuan
analisis jabatan, penyusunan kebijakan
yang secara administratif tidak
organisasi, prosedur operasional baku
direalisasikan. Peraturan dibuat hanya
(SOPs), dan penyediaan fasilitas kerja.
untuk memenuhi persyaratan prosedural,
Akan tetapi, penerapan prinsip
sedangkan perilaku sosial tidak selaras
standardisasi dan formalisasi tersebut
dengan norma yang dipreskripsikan.
kurang sesuai. Kurang sesuainya penerapan
Kesenjangan antara tindakan nyata dengan
prinsip tersebut ditentukan oleh kurang
peraturan formal yang berkenaan dengan
sesuainya penerapan kriteria susunan
penyusunan kebijakan keuangan daerah
organisasi, tidak adanya analisis beban
mengakibatkan pejabat mudah mengejar
kerja, kurang sesuainya penerapan analisis
kepentingan pribadinya yang mencakup
jabatan, kurang sesuainya penerapan
motif untuk menjaga harmoni hubungan
pedoman penyusunan kebijakan organisasi,
subyektif antara pejabat dengan atasannya
kurang sesuainya penerapan prosedur
dan motif memperoleh pendapatan
operasional baku (SOPs), dan kurang
sampingan.
sesuainya penerapan prinsip penyediaan
fasilitas kerja. 2. Prinsip Pembagian Kerja dan
Stinchcombe (1965) dan Mintzberg Spesialisasi
(1979:83) menyatakan bahwa kekurangan Prinsip pembagian kerja dan
standardisasi dan formalisasi dapat spesialisasi diterapkan di organisasi
mengarah pada ambiguitas peran. Organ perangkat daerah Kota Kendari. Elemen-
dan Greene (1981:238) menyatakan elemen pembagian kerja dan spesialisasi
formalisasi mencegah ambiguitas peran. yang mencakup penjabaran Tupoksi

48
organisasi dan Tupoksi unit, distribusi 3. Prinsip Hirarki Otoritas
pegawai ke unit-unit organisasi, dan Macdonald, Burke and Stewart
konsentrasi pegawai pada pekerjaan (2006:131-136) dan Jaques (1990:5)
tertentu ada di organisasi pemerintah menyatakan bahwa setiap pejabat
daerah Kota Kendari. Namun penjabaran birokratik, agar pelaksanaan jabatannya
Tupoksi kurang sesuai dikarenakan lebih efektif, memerlukan empat otoritas
Tupoksi organisasi kurang lengkap dan minimum yang tercakup dalam konsep
dirumuskan secara umum, Kurang VAR3I, dan otoritas tambahan yang
rasionalnya penjabaran Tupoksi mencakup otoritas membelanjakan uang,
menciptakan peluang bagi para pejabat otoritas mengalokasikan sumber daya
untuk mengalokasikan kegiatan dan material, otoritas menandatangani kontrak,
anggaran yang memperbesar pendapatan dan otoritas menyeleksi anggota organisasi.
sampingan dan keberlanjutan kekuasaan. Pejabat di organisasi perangkat daerah Kota
Spesialisasi di organisasi perangkat Kendari tidak memiliki keseluruhan
daerah Kota Kendari tidak diterapkan otoritas-otoritas tersebut tetapi
dikarenakan tidak adanya uraian jabatan terdistribusi. Chattopadhyay and Malhotra
yang komprehensif. Oleh karena tidak ada (1990:3) dan Williamson (1995:175)
uraian jabatan maka pegawai pada menyatakan bahwa untuk mengefektifkan
umumnya tidak melaksanakan pekerjaan organisasi, sebagian dari otoritas pejabat di
tertentu yang spesifik. Menurut Max Weber level atas harus didelegasikan ke pejabat
(1947), basis yang baik bagi pembagian yang lebih rendah. Di organisasi perangkat
kerja yang menciptakan spesialisasi adalah daerah Kota Kendari, ada pendelegasian
spesialisasi fungsi. Dalam hal ini fungsi otoritas tetapi mengacu pada posisi
pejabat dipolakan menurut fungsi-fungsi nonstruktural untuk pelaksanaan anggaran
manajerial. Smith (1776) menegaskan saja, sedangkan para pejabat struktural
bahwa spesialisasi dan konsentrasi pekerja yang tidak diangkat dalam jabatan-jabatan
pada satu sub tugas tertentu akan mengarah nonstruktural untuk pelaksanaan anggaran
pada keterampilan yang lebih besar dan tersebut kurang memperoleh delegasi
produktivitas keseluruhan. Di organisasi otoritas yang memadai. Otoritas keuangan
pemerintah daerah Kota Kendari, pegawai didelegasikan oleh pimpinan level atas
staf administratif dan pejabat tidak dalam kapasitas sebagai PA, kepada salah
berkonsentrasi pada satu tugas atau sub seorang pejabat level menengah dalam
tugas tertentu yang spesifik. Tugas dalam kapasitas sebagai KPA atau PPKom.
rangka misi politik Walikota, kepentingan Pejabat struktural lainnya yang tidak
pribadi pejabat, atau tugas-tugas umum diangkat sebagai sebagai KPA atau PPKom
organisasi semuanya menjadi area tidak memperoleh pendelegasian otoritas.
perhatian pegawai. Hal tersebut Fenomena ini menciptakan persepsi bahwa
menunjukkan bahwa pegawai tidak jabatan yang penting di organisasi
mempunyai cukup ruang untuk pemerintah daerah bukan jabatan lini yang
memperoleh keterampilan yang lebih besar secara nyata tergambar dalam struktur
sehingga tidak mengarah pada spesialisasi organisasi tetapi jabatan nonstruktural
dan keterampilan. tambahan. Dari gambaran tersebut dapat
ditafsirkan bahwa penerapan prinsip hirarki
otoritas di organisasi perangkat daerah

49
Kota Kendari yang kurang sesuai dipindahkan dari unit teknis ke unit
mempunyai motif jabatan. Motif untuk sekretariat atau dari unit lini ke unit staf.
mempertahankan jabatan dengan Penggajian yang mengacu pada jenjang
mekanisme subyektif ini sesuai dengan dalam hirarki otoritas di organisasi
temuan studi Okafor (2005) di Nigeria yang perangkat daerah Kota Kendari kurang
menemukan bahwa pengisian jabatan sesuai dikarenakan tingkat gaji ditentukan
kental dengan pertimbangan politik, berdasarkan golongan dan masa kerja,
keluarga, etnis, dan agama; studi dari sedangkan golongan dan masa kerja tidak
Thoha (2010) yang menemukan identik dengan jenjang dalam hirarki
pengangkatan pegawai di dareah berbau otoritas.
kolusi dan kekerabatan, dan promosi Dari gambaran tersebut terungkap
jabatan diwarnai oleh politicking. Max bahwa pengetahuan teknis, yang tergambar
Weber (1946:197) menyatakan semua melalui tingkat dan kualifikasi pendidikan
struktur birokratik mempunyai prinsip umum serta pelatihan pegawai, belum
hirarki jabatan dan level otoritas. Scott dijadikan basis utama bagi penempatan
(2003:41) dan Marglin (Williamson, pejabat di organisasi perangkat daerah Kota
1995:181) menegaskan bahwa hirarki Kendari. Profesionalisasi mengacu pada
merupakan suatu prinsip dasar suatu proses untuk mendorong dan
pengorganisasian untuk seluruh sistem melindungi kepentingan pemangkuan
sosial yang kompleks. Prinsip hirarki jabatan secara profesional (Bevir,
otoritas diterapkan di organisasi pemerintah 2007:752). Pemangkuan jabatan secara
daerah Kota Kendari. Akan tetapi, profesional mensyaratkan tipe dan level
penerapan prinsip hirarki otoritas tersebut pengetahuan teknis yang diterapkan baik
kurang sesuai dan perintah atasan belum kepada mereka yang akan memasuki
membedakan sifat personal dan profesi maupun yang telah ada (Yates,
impersonal. 2009:88-90). Pengembangan perilaku
profesional juga mensyaratkan tingkat gaji
4. Prinsip Profesionalisasi
tertentu (Bevir, 2007:752).
Penempatan pejabat berdasarkan
Max Weber (1947:331) dan
pengetahuan dan keterampilan di organisasi
Rosenbloom & Kravchuk (2005:209)
perangkat daerah Kota Kendari kurang
menegaskan bahwa untuk memperoleh
sesuai dikarenakan penempatan sebagian
birokrat yang profesional maka calon
pejabat mengambil kriteria tingkat
pejabat diseleksi menurut kualifikasi teknis
pendidikan minimal; tidak ada kriteria
dan bebas dari intervensi politik. Di
kualifikasi pendidikan untuk basis
organisasi perangkat daerah Kota Kendari,
penempatan pejabat; penempatan sebagian
selain kualifikasi teknis kurang ditekankan,
pejabat mengabaikan kriteria diklatpim.
juga sarat dengan intervensi politik.
Penerapan prinsip penempatan pejabat
Menurut Weber (1947:337) bahwa sumber
berdasarkan pengalaman jabatan di
primer dari superioritas administrasi
organisasi perangkat daerah Kota Kendari
birokratik terletak dalam peran
kurang sesuai dikarenakan kriteria
pengetahuan teknis. Kurang berperannya
pengalaman jabatan didefinisikan dari segi
pengetahuan teknis dalam penempatan
jumlah jabatan yang diduduki tanpa melihat
pejabat di organisasi perangkat daerah Kota
kemiripan Tupoksi; dan sebagian pejabat
Kendari menyebabkan kontrol atas

50
pelaksanaan jabatan kurang bersandar pada dalam laporan rekapitulasi kehadiran dan
nilai-nilai pengetahuan teknis, sementara DP-3. Padahal, kehadiran dan DP-3
menurut Max Weber (1947:339) bahwa menjadi basis bagi penentuan tunjangan
esensi dari administrasi birokratik adalah kinerja daerah. Dokumen rekapitulasi
pelaksanaan kontrol berbasis pengetahuan kehadiran dan DP-3 menyerupai dokumen
teknis. formalistis sebagaimana diungkapkan oleh
Riggs (1996:17) dikarenakan tidak
5. Prinsip Dokumentasi Tertulis
menunjukkan keadaan sebenarnya
Prinsip dokumentasi tertulis
kehadiran dan prestasi pegawai.
diterapkan di organisasi pemerintah daerah
Tompkins (2005:52) menyatakan
Kota Kendari namun penerapan prinsip
birokrasi mengandalkan dokumentasi
tersebut kurang sesuai. Kurang sesuainya
tertulis. Pengertian dokumentasi mengacu
penerapan prinsip dokumen tertulis
pada penyediaan dokumen atau referensi
dijadikan referensi dalam pembuatan
dan catatan pendukung untuk menjadi
keputusan organisasi. Unit struktural yang
acuan di masa depan. Kegunaan utama
bertugas melakukan pengurusan kearsipan
prinsip dokumentasi tertulis, menurut
di organisasi perangkat daerah Kota
Tompkins (2005:52) adalah untuk
Kendari kurang sesuai dikarenakan
membantu menjamin kontinyuitas
pengurusan kearsipan masih dilakukan
operasional, dan memfasilitasi
secara manual sedangkan fisik arsipnya
akuntabilitas, serta memberikan
disimpan secara tidak beraturan; Tompkins
perlindungan bagi bawahan
(2005:52) menegaskan bahwa dokumentasi
tertulis penting untuk membantu menjamin
kontinyuitas operasional dikarenakan V. PENUTUP
keputusan-keputusan pejabat yang baru Kesimpulan dari penelitian ini
akan terus dituntun oleh keputusan- adalah prinsip-prinsip dasar birokrasi Max
keputusan yang telah diambil di masa Weber yang mencakup standardisasi dan
lampau oleh pejabat sebelumnya. formalisasi, pembagian kerja dan
Tompkins (2005:52) menyatakan spesialisasi, hirarki otoritas,
bahwa dokumen tertulis adalah sarana profesionalisasi, dan dokumentasi tertulis
penilaian terhadap tingkat tanggung jawab pada organisasi penerapannya pada
pejabat. Penerapan prinsip dokumentasi organisasi perangkat daerah Kota Kendari
tertulis di organisasi perangkat daerah Kota Provinsi Sulawesi Tenggara kurang sesuai
Kendari lebih kompleks dari yang terlihat dengan tipe ideal Max Weber sehingga
di atas kertas sehingga penggunaannya tidak dapat menjadi sarana kontrol
untuk menilai tingkat tanggung jawab imperatif atas tindakan pejabat organisasi
pejabat perlu dilakukan dengan hati-hati. tersebut. Karakteristik birokrasi Max
Dari transkrip wawancara terungkap bahwa Weber yang kurang sesuai penerapannya
ada persekongkolan antara pejabat dengan pada organisasi perangkat daerah Kota
bawahan dalam penilaian kehadiran dan Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
penilaian prestasi (DP-3). Pejabat tidak mengakibatkan tindakan-tindakan pejabat
selalu mencatat keadaan yang sebenarnya kurang terkontrol.

51
DAFTAR PUSTAKA
Alavi, M.M., Almashaqba, Z.M.S., and Al-Qeed, M.A.N., 2010. The Classical Theory of
Organisation and it's Relevance. International Research Journal of Finance and
Economics. Issue 41.
Almond, Gabriel A., Bingham, Powell, G, Jr. 1967. Comparative Politics: A Developmental
Approach. The Journal OF Politics. Vol. 29, No. 4 (Nov., 1967), pp. 903-905
Aluko, M.A.O., and Adesopo, A.A., 2004. An Appraisal of the Two Faces of Bureaucracy in
Relation to the Nigerian Society. Journal of Social Science, 8(1): 13-21.
Bevir, D., 2007. Bureaucracy. Buckingham: Open University Press.
Blau, Peter M., dan Meyer, Marshall W., 1987. Birokrasi Dalam Masyarakat Modern. Jakarta:
UI Press.
Chattopadhyay, G.P., and Malhotra, A., 1990. Hierarchy and Modern Organisation: A Paradox
Leading to Human Wastage. The Indian Journal of Social Work, LII, 4, Special Issue
on Management, Bombay, 561-584.
Creswell, J. W., 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. London: Sage Publications, Inc.
Daft, R.L. 1989. The Learning: The Craft of Organizational Research. Academy of
Management Review. Vol. 8, pp. 539–546.
Dahlström, C., Lapuente, V., and Teorell, J., 2010. Dimensions of Bureaucracy: A Cross-
National Dataset on the Structure and Behavior of Public Administration. The Quality
of Government Working Paper Series. Department of Political Science University of
Gothenburg.
Effendi, S., 2000. Re-Reformasi Kepegawaian? Makalah tidak dipublikasikan. Yogyakarta, 30
Desember.
Heady, F., 1991. “Bureaucracies”. In Encyclopedia of Government and Politics, Vol.I, edited
by Mary Hawkesworth and Maurice Kogan.London: Routledge, p.304-315.
-------, 1991. Public Administration: A Comparative Perspective. New York: Marcell Dekker
Inc.
-------, 1966. Public Administration: A Comparative Perspective. New Jersey: Prentice-
Huberman, M., and Miles, M. B., 2009. Manajemen Data dan Metode Analisis, dalam N. K.
Denzin dan Y. S. Lincoln (Editors), Handbook of Qualitative Research, Edisi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 591-632
Hummel, Ralph P., 2000. Bureaucracy. In Defining Public Administration: Selections from the
International Policy and Administration. Edited by Jay M. Shafritz. Colorado:
Westview Press. pp. 121-128.
Jaques, Elliott, 1990. In Praise of Hierarchy, Harvard Business Review, January-February,1-8.
Marx, F. M., 1957. The Administrative State. Chicago: Chicago University Press.
Mintzberg, H.T. (1979) The Structuring of Organizations Englewood Cliffs: PrenticeHall

52
Okafor, E. E., 2005. Public Bureaucracy and Development in Nigeria: A Critical Overview of
Impediments to Public Service Delivery. CODESRIA Bulletin, No. 3 & 4, pp. 67-69.
Olsen, Johan P., 2005. Maybe It Is Time to Rediscover Bureaucracy. Journal of Public
Administration Research and Theory, JPART, 16:1–24
Organ, S.R., dan Greene, N, 1981. Power and Organizations. London: Sage Publications
Riggs, F. W., 1964. Administration in Developing Countries: The Theory of Prismatic Society.
Boston: Houghton Mifflin.
-------, W Fred. 1988. Administrasi Negara-negara Berkembang : Teori Masyarakat Prismatis,
Cetakan Kedua, Alih Bahasa Tim Yasogama, Rajawali, Jakarta.
Robbins, S. P., 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi. Jakarta: Penerbit Arcan.
Robbins, S. P., and Barnwell, N., 2002. Organisation Theory: Concepts and Cases. Fourth
Edition. Australia: Pearson Education Australia Pty Ltd.
Rosenbloom, D.H. and Robert S. Kravchuk, 2005. Public Administration: Understanding
Management, Politics, and Law in the Public Sector. Boston: McGraw-Hill.
Scott, W. R., 2003. Organizations Rational, Natural, and Open Systems. NewJersey: Pearson
Education Ltd.
Simon, A. Herbert. 2004. Administrative Behavior, Perilaku Administrasi : Suatu Studi tentang
Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Administrasi, Edisi Ketiga,
Cetakan Keempat, Alih Bahasa ST. Dianjung, Bumi Aksara, Jakarta.
Stinchcome, W.D., 1965. Revisiting Burns and Stalker: Formal Structure and New Venture
Performance in Emerging Economic Sectors. Academy of Management Journal, Vol.
49, No. 1, 121–132.
Smith, Adam, 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations.
Petersfield, Hampshire: Harriman House Ltd.
Thoha, M. 2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia, Cetakan Kedua, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
-------, M. 2010. Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Kencana.
Tompkins, Jonathan R., 2005. Organization Theory and Public Management. Belmont:
Thomson Wadsworth.
Von Mises, L., 2007. Bureaucracy. Edited and with a Foreword by Bettina Bien Greaves. New
Haven: Yale University Press.
Weber, Max, 1947. From Max Weber: Essays in Sociology. Edited by H.H. Gerth and C.
Wright Mills. New York: Oxford University Press.
Williamson, Oliver E., 1995. Chester Barnard and the Incipient Science of Organization. In
Organization Theory: From Chester Barnard to the Present and Beyond. Edited by
Oliver E. Williamson. New York, Oxford: Oxford University Press, p. 172-206.
Wilson, W., 1887. The Study of Administration. Political Science Quarterly, June II (2),
pp.197-222.

53
Yates, Shirley M., 2009. Professional Competencies: Perspectives and Challenges for the
Tertiary Sector, in International Perspectives on Competence in the Workplace:
Implications for Research, Policy and Practice. Edited by Christine R. Velde. London:
Springer Science+ Business Media B.V., 87-100

54

Anda mungkin juga menyukai