Anda di halaman 1dari 3

SEL ELEKTROKIMIA

Salah satu konsep reaksi redoks adalah serah terima elektron. Proses aliran elektron
merupakan inti dari terjadinya aliran listrik. Oleh karena itu, reaksi redoks merupakan reaksi yang
terjadi dalam elektrokimia karena terjadi proses elektrokimia, yaitu reaksi kimia yang menyebabkan
aliran listrik atau sebaliknya, arus listrik menyebabkab reaksi kimia.
Sel elektrokimia digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pemurnian
logam, penyepuhan logam, dan pada berbagai peralatan elektronika, seperti baterai dan
akumulator. Saat pemakaian baterai atau akumulator maka akan terjadi reaksi redoks secara
spontan yang menyebabkan aliran elektron. Adapun pada pemurnian atau penyepuhan logam,
aliran listrik menyebabkan terjadinya reaksi redoks. Sel elektrokimia terbagi menjadi dua jenis,
yaitu del Volta dan sel elektrolisis. Untuk memahami perbedaan antara sel Volta dan sel
elektrolisis perhatikan tabel berikut :
Sel Volta Sel Elektrolisis

Energi kimia ( reaksi kimia)  menghasilkan Energ listrik ( arus listrik )  menyebabkan reaksi
energi listrik ( arus listrik ) kimia
Reaksi pada elektroda : Reaksi pada elektroda :
Katoda = Reduksi dan sebagai kutub (+) (positif) Katoda = Reduksi dan sebagai kutub (–) (negatif)
Anoda = Oksidasi dan sebagi kutub (–) (negatif) Anoda = Oksidasi dan sebagi kutub (+) (positif)
Contoh : Baterai, aki Contoh : Pelapisan logam (penyepuhan), Proses
pemurnian logam

1. Sel Volta
Sel Volta ditemukan oleh Alesandro Volta (1745 – 1827 ). Prinsip dasar penemuan sel
volta ini, yaitu ketika ia melakukan uji coba terhadap paha seekor kodok yang ditancapi dua jenis
logam. Kemudian, kedua jenis logam tesebut dihubungkan dan terjadi getaran pada paha kodok
tersebut. Berdasarkan percobaan ini, Volta menarik kesimpulan bahwa getaran yang terjadi akibat
adanya arus listrik dari kedua logam tersebut. Percobaan Alesandro Volta ini ternyata merupakan
asal mula ditemukan sel kering, sel merkuri, accu dan sumber tenaga listrik sejenis lainnya.
Berikut ini disajikan gambar sel volta secara sederhana:
PENJELASAN GAMBAR
►Logam Zn dicelupkan kedalam larutan
ZnSO4
►Logam Cu dicelupkan kedalam larutan
CuSO4
►Logam Zn teroksidasi menjadi Zn2+ dengan
disertai pelepasan 2 elektron. Elektron yang
dilepas bergerak melalui kabel yang
menghubungkan Anoda dan Katoda.
Sedangkan ion Zn2+ masuk kedalam larutan
►Ion Cu2+ menangkap elektron yang menuju
katoda, sehingga ion Cu2+ mengalami
reduksi menjadi logam Cu yang menempel
pada katoda.
►Jembatan garam menetralkan larutan di
anoda dan larutan di katoda.

Dari rangkaian sel volta yang telah digambarkandi atas, logam Zn mengalami oksidasi, bukan
logam Cu. Tetapi ion Cu2+ yang mengalami reduksi, bukan ion Zn2+. Mengapa hal ini dapat
terjadi…?
Untuk memahaminya simaklah uraian matei berikut :
A. Potensial Elektroda (Potensial Reduksi)
Potensuail elektroda adalah potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektroda (misalnya Zn,
Cu, Fe dll) dengan elektroda hidrogen. Potensial elektroda suatu logam juga disebut potensial
reduksi. Semakin besar nilai potensual reduksi suatu logam, maka semakin besar pula ion
logamnya mengalami reduksi menjadi logamnya.
Contoh. EoZn = - 0,76 V (dibaca ”potensial reduksi Zn = - 0,76 Volt”, artinya jika ion Zn2+
mengalami reduksi menjadi logam Zn maka potensial reduksinya =
- 0,76 Volt). Jika di tulis persamaan reaksinya :
Zn2+(aq) + 2e Zn(s) Eo = - 0,76 V
EoCu = + 0,34 V (dibaca ”potensial reduksi Cu = + 0,34 Volt”, artinya jika ion Cu 2+
mengalami reduksi menjadi logam Cu maka potensial reduksinya =
+0,34 Volt). Jika di tulis persamaan reaksinya :
Cu2+(aq) + 2e Cu(s) Eo = + 0,34 V
Dari data : EoZn < EoCu , sehingga Ion Cu2+ yang di reduksi dan logam Zn yang dioksidasi
Eo (potensial reduksi) logam lain dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Daftar potensial reduksi standar untuk beberapa logam penting

Urutan Eo dari paling kecil (negatif) :


Li–K–Ba–Sr–Ca–Na–Mg–Al–Mn-H2O–Zn–Cr–Fe–Cd–Co–Ni–Sn– Pb– H –Cu– Hg–Ag –Pt - Au
Keterangan : Dari Li ke Au ( kiri ke kanan ) E o makin besar artinya
► Ion logamnya makin mudah direduksi
► Logamnya makin sulit dioksidasi
► Logam sebelah kiri dapat mereduksi (mendesak) ion logam sebelah kanannya
► Logam sebelah kiri H dapat larut (bereaksi) dengan asam dengan menghasilkan garam dan
gas H2
► Logam sebelah kanan H tidak dapat larut (bereaksi) dengan asam.
► Logam sebelah kiri dapat melindungi logam sebelah kanannya dari proses korosi
(oksidasi)
B. Reaksi 1
2 sel , reaksi sel, dan Eosel (Potensial Sel)
Pada contoh sel Volta di atas, Cu2+ yang direduksi dan logam Zn yang dioksidasi, maka
1 1
penulisan reaksi 2 selnya : ( reaksi sel adalah penjumlahan reaksi 2 sel )
Katoda : Cu2+(aq) + 2e  Cu(s) Eo = + 0,34 V
Anoda : Zn (s)  Zn2+(aq) + 2 e Eo = + 0,76 V
+
Reaksi sel : Cu2+(aq) + Zn (s)  Cu(s) + Zn2+(aq) Eosel = + 1,10 V

Eosel (Potensial Sel) juga dapat dihitung secara langsung dengan menggunakan rumus :

Eosel = Eored - Eooks Data Eo sesuai dengan di Tabel. ( Tidak di rubah )

Untuk contoh sel volta di atas: Eosel = EoCu - EoZn


= 0,34 – ( - 0,76 ) = 0,34 + 0,76 = 1,10 Volt
Catatan : Jika nilai Eosel bertanda Positif maka reaksi dapat berlangsung (reaksi spontan),
sebaliknya jika Eosel bertanda Negatif maka reaksi dapat tidak berlangsung (reaksi
tidak spontan)

C. Notasi sel
Susunan suatu sel volta dapat dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut diagram
sel. Untuk contoh diatas (Gambar 1.4) diagram selnya dinyatakan sebagai berikut.

Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
Anoda biasanya digambarkan di sebelah kiri, sedangkan katoda di sebelah kanan. Notasi
tersebut menyatakan bahwa pada anoda terjadi oksidasi Zn menjadi Zn 2+, sedangkan di
katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Dua garis sejajar ( || ) yang memisahkan anoda
dan katoda menyatakan jembatan garam, sedangkan garis tunggal menyatakan batas antar
fase (Zn padatan, sedangkan Zn2+ dalam larutan; Cu2+ dalam larutan, sedangkan Cu padatan).

Anda mungkin juga menyukai