Pastikan kembali Anda telah menuliskan Student ID, Kelas, dan nama pada lembar
kerja/lembar jawaban Anda. Tidak akan ada toleransi apabila Anda lupa menuliskan hal
tersebut yang mengakibatkan lembar jawaban Anda tidak teridentifikasi.
4. Jumanto dkk. (26 org) dipekerjakan oleh PT. A (Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja) di
perusahaan PT. SERASI JAYA (Pemberi Pekerjaan) di berbagai tugas, yakni sebagai operator
mesin, pengepak produk, supir forklip dan stockies barang. PT. SERASI JAYA bergerak di
bidang usaha produksi minyak makan. Perjanjian kerja antara Jumanto dkk. dengan PT. A adalah
PKWT selama 1 (satu) tahun, sejak tanggal 1 April 2018 s.d 31 Maret 2019, kemudian
diperpanjang selama 2 tahun lagi mulai 1 April 2019 s. 31 Maret 2021.
Setelah PKWT dengan PT. A berakhir, Jumanto dkk. dipanggil oleh personalia PT. SERASI
JAYA dan ditanya apakah masih mau bekerja? kemudian disuruh menandatangani PKWT baru.
Bagi yang tidak mau menandatangani dianggap tidak mau bekerja lagi. Ternyata Jumanto dkk.
dialihkan menjadi pekerja PT. B (Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja) yang baru, tetapi jenis
pekerjaannya sama dan tetap bekerja di PT. SERASI JAYA. Masa kerja 2 tahun, yakni mulai
tanggal 1 April 2021 s.d 31 Maret 2023. Karena butuh pekerjaan Jumanto dkk.
menandatanganinya.
Pertanyaan : (Bobot nilai : 30)
a. Apakah Jumanto dkk. dapat dinyatakan sebagai pekerja tetap di PT. SERASI JAYA menurut
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (yang berlaku saat itu) ? Jelaskan jawaban
saudara disertai dasar hukumnya.
b. Uraikan syarat-syarat PKWT antara Jumanto dkk. dengan PT. B berdasarkan UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasca UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
c. Setelah PKWT Jumanto dkk dengan PT. B berakhir, hak apa yang diperoleh Jumanto dkk
menurut PP No. 35 Tahun 2021? dan siapa yang bertanggung jawab atas pembayarannya?
6. Jelaskan mengapa pemerintah harus memberikan pelindungan yang seimbang kepada pekerja
dan kepada pemberi kerja?. (Bobot nilai : 10)
1.penempatan tenaga kerja adalah mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja
><Kemudian pemberi kerja memperoleh tenaga kerja sesuai kebutuhan >< tenaga kerja
memperoleh pekerjaan sesuai bakat, minat & kemampuan nya
Asas asas
1.terbuka : pemberi informasi kepada pencari kerja secara jelas.
A,L : jenis pekerjaan, besarnya upah, dan jam kerja. Hindari perselisian setelah tk di
tempatkan.
2.bebas: pencari bebas memilih jenis pekerjaan dan pemberi kerja bebas memilih tk shg.
Tidak ada paksaan satu sama lain
3.objektif: pemberi kerja menawarkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan
persyaratan jabatan yang di butuhkan
4.adil dan setara tanpa diskriminatif : penempatan TK dilakukan berdasarkan kemampuan TK
dan tdk berdasarkan dgn ras , jnis kelamin , warna kulit, agama dan aliran politik.
Prinsip : setiap tk mempunyai hak dan kesempatan yang sama memilih,mendapatkan , atau
pidanh pekerjaan dan mempeoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri
(Ps.31UUK).
-Tidak bleh ada perlakuan diskrimanatif dalam bentuk apapun
2. A. pasal 161 ayat (1) undang undang 13 tahun 2003 tenaga ketenagakerjaa (UU)
ketenagakerjaan .syarat untuk melakukan phk yaitu.
dalam hal pekerja melakukan pelanggaran ketentuan yang di atur dalam perjanjian kerja ,
pertaruran perusahaan atau perjanjian kerja bersama , pengusaha dapat melakukan
pemutusan hub kerja setelah kepada pekerja dan buruh di berikan surat peringatan pertama,
kedua , dan ketiga secara berturut turut.
Sedang kan di dalam kasus tersebut MR. Law sama sekali belum mendapatkan surat teguran
dari HRD(tuan susanto).sehingga Tuan susanto telah melaggar uu ketenaga kerjaan tersebut.
Pasal 151 ayat 1 uu ketenagakerjaan ialah disebut kan bahwa pengusaha , pekerja/buruh dan
pemerintah dengan segala upaya harus mengusahakn agar jangan terjadi PHK.
B Di Pasal 155 ayat (1) UU Ketenagakerjaan disebutkan jika PHK tanpa adanya penetapan
dari lembaga penyelesaian hubungan industrial akan menjadi batal demi hukum. Artinya,
PHK sepihak tersebut dianggap tidak pernah terjadi dan selama putusan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun
pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya
Jika melihat kasus mr law tidak memutusakan sepihak oleh hrd tersebut berarti demi hukum
tertulis mr law masih menjadi pegawai tuan susanto dan harus bekerja dan perusahan harus
tetap membayar upah mr law selama belum ada keputusan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
Sebagai ketentuan pasal 61 ayat 1 ketenagakerjaan, pihak yang mengakhiri hubungan kerja
diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/ buruh sampai
batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
tidak ada d sebutkan lantaran adanya beda bahasa didalam pasal tersebut
3. -Pemberi Kerja merupakan orang, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
pengertian “pemberi kerja” lebih luas dari pengertian “pengusaha”. Untuk itu,
pemberi kerja yang dimaksud UU 13/2003 dapat dikelompokan kedalam dua
klasifikasi, yaitu: (1) “Non-Pengusaha sebagai Pemberi Kerja” dan (2) “Pengusaha
sebagai Pemberi Kerja”.
Orang
Orang (persoon) sebagai subjek hukum adalah setiap manusia yang mempunyai hak.
Berlakunya orang sebagai pembawa hak adalah sejak ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia
meninggal.[1] Orang yang diklasifikasikan kedalam “Non-Pengusaha sebagai Pemberi
Kerja”, cukup banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang majikan
yang mempekerjakan satu atau lebih Asisten Rumah Tangga (“ART”), tukang kebun, tukang
bangunan, ataupun sopir (driver).
Badan Hukum
Sebagai subjek hukum, badan hukum (legal entity) merupakan “orang” yang diciptakan oleh
hukum dalam bentuk badan ataupun perkumpulan.[2] Sebagaimana halnya manusia sebagai
subjek hukum, badan hukum juga dapat membuat perjanjian, menjual asset, menggugat,
digugat, membayar pajak, dijatuhi hukuman administrasi, bahkan dituntut secara pidana dan
dijatuhi hukuman “denda”.
Badan hukum yang diklasifikasikan kedalam “Non-Pengusaha sebagai Pemberi Kerja”
merupakan badan hukum yang pendiriannya sama sekali tidak ditujukan untuk memperoleh
keuntungan atau menjalankan perusahaan. Misalnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(“BPJS”) atau Lembaga Penjamin Simpanan (“LPS”).
Badan-Badan Lainnya
Walaupun frasa “badan-badan lainnya” di dalam Pasal 1 angka 4 UU 13/2003 tidak
diuraikan lebih lanjut, akan tetapi, dapat dipastikan bahwa badan tersebut bukanlah
institusi/instansi pemerintah yang memperkerjakan Pegawai Negeri Sipil (“PNS”) atau
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (“PPPK”). Sebagaimana diketahui, PNS
maupun PPPK secara yuridis tunduk dan dilindungi oleh UU 5/2014.[3]
Untuk itu, badan-badan lain yang dimaksud oleh Pasal 1 angka 4 UU 13/2003 merupakan
badan-badan yang didirikan bukan dalam rangka menjalankan perusahaan atau mencari
keuntungan. Seperti Badan Layanan Umum (BLU), komisi-komisi, biro-biro, dan banyak
lainnya.
Pengusaha Sebagai Pemberi Kerja
Mengingat pemberi kerja merupakan pengusaha, maka hubungan hukum yang
terbentuk disebut sebagai hubungan kerja. Oleh karena itu, hak dan kewajiban para
pihak tunduk pada pengaturan dalam UU 13/2013. Berikut ini dijelaskan bentuk-
bentuk subjek hukum yang diklasifikasikan kedalam “Pengusaha sebagai Pemberi
Kerja”:
Orang
Pada praktiknya, “orang” yang menjalankan suatu perusahaan dikenal dengan
bentuk Perusahaan Dagang (P.D.), Perusahaan Bangunan (P.B.), Perusahaan
Otobis (P.O.), atau Usaha Dagang (U.D.). Perusahaan dengan bentuk ini, hanya
dijalankan oleh satu orang (dhi. seorang pengusaha). Jikapun ditemukan banyak
orang yang bekerja dengannya, orang-orang tersebut tidak lain hanyalah para
pembantu pengusaha, yang hubungan hukumnya bersifat perburuhan atau
pemberian kuasa.[1]
Bentuk usaha belakangan ini yang marak dilakukan oleh hanya seorang pengusaha
adalah kegiatan waralaba (franchise). Seperti kegiatan usaha dengan merek dagang
KFC, Pizza Hut, Alfa-mart, KUMON, atau English First (EF). Sepintas, usaha
waralaba tidak mungkin dijalankan oleh satu “orang” karena mempunyai nama
besar dan sistem yang sudah matang. Namun demikian, usaha jenis ini pada
praktiknya kebanyakan dijalankan oleh seorang pengusaha yang berdasar
perjanjian waralaba mempunyai hak untuk memasarkan barang atau jasa
tertentu.[2]
Dengan tidak berbadan hukum, maka orang sebagai pengusaha bertanggung jawab
secara pribadi (personal liability) terhadap para pekerja-nya. Menjadikan seluruh
harta/kekayaan pengusaha, sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari harta
perusahaan. Apabila kekayaan perusahaan tidak cukup untuk membayar atau
melaksanakan kewajibannya kepada pekerja, maka kekayaan pribadi si-
pengusahalah yang digunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Persekutuan
Persekutuan merupakan bentuk kerjasama usaha antara dua orang atau lebih (biasanya
disebut sebagai “sekutu”) yang saling mengikatkan diri untuk menjalankan suatu perusahaan.
Untuk itu, setiap sekutu dalam persekutuan dapat disebut sebagai pengusaha. Secara
umum bentuk dari persekutuan dikelompokkan menjadi (1) Persekutuan Perdata
(maatschap); (2) Persekutuan Firma; dan (3) Persekutuan Komanditer (commanditair
vennootschap). Untuk lebih jelasnya sebagaimana dijelaskan berikut:
Koperasi
Koperasi merupakan badan usaha berbadan hukum yang beranggotakan orang perseorangan
atau badan hukum, yang kegiatannya dilakukan berdasarkan prinsip Koperasi, dan sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.[19]
Dengan demikian, kegiatan usaha Koperasi lebih berkaitan langsung dengan kepentingan
anggota Koperasi, yaitu meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota. Sebagai badan
hukum, organ Koperasi terdiri atas Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas. Prinsip
pertanggungjawaban Koperasi terhadap pekerja-nya adalah sama dengan prinsip
pertanggungjawaban PT terhadap pekerja-nya.
Yayasan
Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.[20] Sebagai badan hukum, dalam menjalankan
kegiatannya, Yayasan diwakili oleh organ Yayasan yaitu: Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Berbeda dengan badan hukum yang dijelaskan sebelumnya, Yayasan sebagai badan hukum
hanya diperkenankan menjalankan kegiatan “usaha” atau kegiatan-kegiatan tidak mempunyai
tujuan memperoleh keuntungan.
Pendiriaan Yayasan haruslah dengan tujuan sosial, keagamaan, maupun kemanusiaan (nir-
laba). Namun demikian, disebabkan Pasal 1 angka 6 UU 13/2003 secara jelas
menggolongkan “bentuk usaha-usaha sosial” sebagai bentuk “perusahaan”, maka Yayasan
juga diklasifikasikan dalam “Pengusaha sebagai Pemberi Kerja”. Terkait prinsip
pertanggungjawaban Yayasan sebagai badan hukum terhadap pekerjanya, adalah sama
dengan prinsip pertanggungjawaban PT terhadap pekerjanya.
Perkumpulan
Menurut Wirjono Prodjodikoro, dalam arti luas Perkumpulan merupakan berkumpulnya dan
bekerjasamanya orang-orang yang sama-sama mempunyai kepentingan baik materil maupun
moral spiritual.[21] Oleh karena itu, baik persekutuan maupun badan hukum yang telah
dijelaskan sebelumnya juga merupakan merupakan bentuk-bentuk dari Perkumpulan dalam
arti luas.
Sedangkan dalam arti sempit, Perkumpulan atau disebut dalam bahasa Belanda
disebut Vereeniging. Merupakan badan berkumpulnya orang-orang, bukan persekutuan,
bukan PT, bukan Yayasan dan bukan Koperasi. Dalam hal ini, sifatnya bukan untuk mencari
keuntungan tetapi bertujuan dibidang kerohanian, ilmu pengetahuan, kebudayaan,
pendidikan, keolahragaan, musik, tarian, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
berlaku.[22] Seperti: Ormas Muhammadiyah; PSSI; LSM; PAHAM. Terkait dengan
tanggung jawab Perkumpulan sebagai badan hukum terhadap pekerjanya, adalah sama
dengan prinsip pertanggungjawaban PT terhadap pekerjannya.
4. A. Jadi, demi hukum, terhitung setelah April 2019 status Anda seharusnya sudah menjadi
karyawan dengan PKWTT atau menjadi karyawan tetap berdasarkan Pasalayat (7) UU
Ketenagakerjaan . Oleh karena itu Anda dapat menuntut perusahaan untuk menetapkan Anda
menjadi karyawan tetap.
B. PKWT antara PT SERASI JAYA sudah memenuhi syarat yang berlaku menurut Pasal 66
ayat 4 yang berbunyi sesuai dengan peraturan undang – undang karena telah berbadan
hukum.
• • Hak uang pisah adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan kontrak atas
pekerjaannya selama ini. Besarannya sangat bergantung pada kebijakan perusahaan yang
tertuang dalam perjanjian kerja bersama dengan karyawan yang bersangkutan.
Jika peraturan perusahan seperti jam masuk kerja , gaji , cuti,dilarang membocorkan rahasia
perusanaa dll, sudah ada ketentuan di dalam perarutaran perusahaan tersebut , sehingga
pekerja harus turut taati perarutaran perusahaan tersebut
Perjanjian kerja bersama , menyepakati 2 bela pihak, yang menguntungkan 2bela pihak agar
terjalin nya kerja sama yang baik.
B. b jika bertentangan akan batal demi hukum dan pk dianggap tidak pernah ada
6. karena jika lebih mementingkan salah satu pohak maka pihak yg lain akan dirugikan
Sebagai contoh, jika pemerintah mementingkan gaji pegawai dibanding pendapatan
pengusaha maka perushaan akan rugi. Sebaliknya jika gaji pegawai dikurangi maka pegawai
tidak sejahtera dan tidak seimbang antar pihak