Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 1

FILSAFAT PANCASILA
SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nama Anggota :
1. Savero Janus Khatulistiwa (2040211001)
2. Valiant Tornado Lee (2040211022)
3. Aretha Hanandia Zein (2040211034)
4. Thalib Falih Fadhil Rabbani (2040211037)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO OTOMASI


FAKULTAS VOKASI
ITS
2021
1. ONTOLOGI FILSAFAT SILA KE-01

Tuhan adalah pangkal dari segala sesuatu yang ada dan sebab dari segala sebab
yang ada. Hakikat Tuhan adalah sebab yang pertama atau causa prima. Sebab yang
pertama namun sifatnya menyebabkan, tetapi tidak disebabkan. Maka dari itulah Tuhan
maha Esa atau hanya satu. Hakikat Tuhan yang Maha Esa adalah causa prima (sebab
utama), Esa, Asal mula dari segala sesuatu, segala sesuatu bergantung pada-Nya,
sempurna dan maha Kuasa, tidak berubah dan tidak terbatas (mutlak), Adanya ialah
keharusan (tidak boleh tidak).

Tuhan wajib ditaati dan ditaklimi. Kaitannya dengan hubungan keharusan atau
hubungan mutlak antara Tuhan sebagai sebab dan manusia sebagai akibat. Hal itu lah
yang mendasari seluruh kehidupan bangsa dan negara. Bagi negara Indonesia harus ada
hubungan mutlak dengan setiap setiap hakikat dari sebab pertama, hal tersebut adalah
dengan menempatkan segala sesuatu di dunia ini yang berpokok kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Sebagai akibat dari hubungan mutlak tersebut, dapat disimpulkan bahwa. Pertama,
bagi bangsa dan negara Indonesia tidak membuka celah untuk hidupnya Atheism. Kedua,
di dalam kehidupan masyarakat tidak seharusnya ada yang namanya pemaksaan pada
agama. Ketiga, bangsa dan negara Indonesia tidak ada persoalan tentang adanya Tuhan
sebagai realitas di dalam objektivitasnya. Keempat, bangsa dan negara Indonesia
memiliki pandangan hidup yang bersifat kerohanian, tidak materialistis dan atheistis.
Kelima, bangsa Indonesia memiliki hukum negara dan hukum Tuhan, yang menjadi
sumber hukum positif di Indonesia.
2. EPISTEMOLOGI FILSAFAT SILA KE-01

Sila pertama berbunyi “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Nilai KeTuhanan


didalamnya berakar pada Nilai-Nilai Religius dan Nilai-Nilai Budaya yang sudah dimiliki
oleh Bangsa Indonesia sendiri sebelum memiliki Negara (Surono dan Miftakhul Huda,
2011; 58) . Nilai keTuhanan dalam Pancasila menunjukkan bahwa eksistensi negara,
bangsa, dan manusia Indonesia berelasi dengan Tuhan yang diyakini sebagai sumber
segala yang mulai, baik, dan adil. Ia merupakan suatu fundamen moral dan berdimensi
religius yang menentukan pola dasar bagi seluruh kehidupan serta menentukan
bagiamana negara, bangsa, dan orang Indonesia memandang dirinya serta kehidupannya.
(Tanya, Parera dan Lena, 2015; 41, Panitia Kecil, 1977; 41)

Konsepsi bahwa nilai ketuhanan sebagai hakikat sumber hukum Indonesia


menicsayakan suatu pemikiran bahwa antara hukum dan nilai-nilai tidak dapat
dipisahkan. Hukum tanpa nilai yang mendasarinya tidak memiliki makna apapun. Nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerayataan, dan nilai keadilan sosial
harus menjadi ruh dan menjiwai semua pembentukan sistem hukum Indonesia. Adanya
hubungan antara hukum dengan nilai ini sebagai basis epistemologis ilmu hukum
Indonesia tampaknya sama dengan aliran hukum kodrat yang menghendaki berlakunya
hukum positif dipertimbangkan berdasarkan nilai dari isi peraturan (materi hukum);
apakah isi dari suatu hukum positif sesuai dengan hukum yang ideal (prinsip-prinsip
moral) yang kedudukannya diandaikan lebih tinggi di atas hukum positif. Oleh karena itu,
terdapat hubungan yang esensial antara hukum dan moral (there is an essential
connection between law and morality) (Murphy dan Coleman, 1990; 11).

Pancasila ditetapkan oleh bangsa Indonesia sebagai sebagai Inti dari Filosofi dan
sebagai dasar Falsafah Negara. Sehingga Nilai-Nilai yang ada pada setiap Sila di
Pancasila merupakan acuan bagi Nilai-Nilai derivasi yang perwujudannya secara
Normatif (Kaidah yang berlaku dan diizinkan) dan Praksis (Penerapan dan Pelaksanaan
yang dihasilkan dari Pola Pikir bangsa Indonesia). Pada Sila Pertama, Segala hukum dan
nilai-nilai pada Pancasila berasal dari Tuhan itu sendiri. Maka segala nilai-nilai turunan
normatif dan praksis yang tidak berasal atau beracuan pada Nilai KeTuhanan tidak dapat
disebut sebagai bagian dari Nilai-Nilai Pancasila.
3. AKSIOLOGI FILSAFAT SILA KE-01

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi satu dasar dari semua sila dalam
pancasila. Dan setiap sila lainnya pasti dijiwai oleh nilai Ketuhanan. Artinya, apapun
yang dilakukan oleh manusia baik dalam bidang kemanusian, persatuan, kerakyatan,
keadilan harus bertumpu pada nilai pangkal yaitu pengakuan adanya Tuhan yang
menciptakan alam semesta dan setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh
Tuhan.

Dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki nilai bahwa
Bangsa Indonesia didirikan sebagai perwujudan makhluk Tuhan Yang Maha Esa untuk
mencapai tujuan kemanusiaan. Oleh karena itu, segala persoalan penyelenggaraan dan
pengendalian negara, termasuk moralitas negara, moralitas penyelenggara negara,
kebijakan negara, pemerintahan negara, peraturan perundang-undangan negara,
kebebasan sipil dan hak asasi manusia didasari pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Makna nilai yang terkandung dalam sila pertama ini tidak hanya menjadi dasar
dari sila-sila lain, tetapi juga menunjukkan bahwa keberadaan negara, bangsa, dan rakyat
Indonesia diasosiasikan dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diyakini sebagai sumber
segala permulaan dan nilai kebajikan. Sila pertama adalah landasan moral yang
menentukan pola dasar semua kehidupan, dan memastikan bangsa, negara, dan rakyat
Indonesia membuat diri dan kehidupannya memiliki aspek agama yang menentukan
tampilannya.

Berdasarkan nilai sila pertama masyarakat Indonesia harus menyatakan


kepercayaannya dan ketakwaannya sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing, mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda, membina kerukunan hidup
diantara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan dengan cara mengembangkan
sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.

Manfaat yang didapat oleh masyarakat Indonesia tidak hanya menambah


ketakwaan tetapi juga mempererat tali persaudaraan antarpemeluk agama lain, hidup
menjadi lebih rukun, aman, tenteram, damai, dan menambah rasa peduli terhadap umat
yang memeluk agama lain pada saat menjalankan ibadah. Nilai ketuhanan memiliki
pengakuan atas kebebasan untuk memeluk agama tidak ada paksaan, dan menghormati
perbedaan agama.
Kesimpulan dari aksiologi sila pertama Pancasila dinyatakan bahwa nilai-nilai
yang dijadikan dasar atau jiwa bagi pelaksanaan norma kewarganegaraan dan
pemerintahan tidak hanya dari agama atau kepercayaan tertentu, tetapi juga dari pilar dan
petunjuk-petunjuk kepercayaan agama yang dimaknai secara luas. Nilai ketuhanan
Pancasila bukan hanya soal saling menghormati agama. Melainkan mengandung
nilai-nilai seperti kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, petunjuk jalan persaudaraan,
dan masih banyak yang lain. Dan itulah inti dari nilai ketuhanan dalam sila Ketuhanan
Yang Maha Esa.

Daftar Pustaka

Supadjar, D, Mudhofir, A, Soeprapto, S & MS. Bakry, N (1996), “Landasan


Pengembangan Filsafat Pancasila”, Jurnal Filsafat.

Tanya, Parera dan Lena, 2015; 41, Panitia Kecil, 1977; 41

“There is an essential connection between law and morality…” ,Murphy dan Coleman,
1990; 11

Anda mungkin juga menyukai