Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Pancasila berasal dan kata panca
yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau peratu ran tingkah laku yang penting
dan baik. Dengan démikian, Pancasila merupakan lima dasar yang ber isi pedoman atau aturan
tentang tingkah laku yang penting dan baik ( Yamin, 1951). Salah satu sila dari lima sila yang ada
yakni, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila pertama ini, terkandung nilai bahwa Negara Indonesia
di dirikan atas dasar agama sebagai sistem tertinggi yang mengatur pandangan hidup berpolitik,
ekonomi, maupun sosial masyarakat Indonesia.

Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok
orang sebagaimana idelogi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelengaraan
Negara bahkan moral Negara, politik Negara, ekonomi Negara pemerintahan Negara, hukum
dan peraturan perundng-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara harus
dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 31-32).

Berdasarkan uraian di atas, penulis perlu menjelaskan tentang penerapan nilai


Ketuhanan Yang Maha Esa dalam berwarga Negara Indonesia. Dikarnakan masih banyak
masyarakat yang belum menerapkan bahkan belum pahan dengan nilai tersebut. Dengan
demikian, Makalah dengan judul “Penerapan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Berwarga Negara” perlu di tulis dan dibahas lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, berikut ini dipaparkan rumusan
masalah dalam makalah.

1
1. Mengapa Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa harus ada pada setiap elemen Negara
Indoneisa?
2. Apa makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara?
3. Bagaimana implementasi nial Ketuhanan Yang Maha Esa pada saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan, berikut diaparkan tujuan


penulisan dalam makalah.

1. Menjelaskan alasan pentingnnya Nilai sila pertama harus ada pada setiap elemen Negara
Indonesia.
2. Menjelaskan makna nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam berkehidupan bernegara.
3. Memaparkan eksistensi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa pada era modern.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah di rumuskan pada Bab I, pada bagian ini di sajikan
tentang (1) Alasan Pentingnnya Nilai Sila Pertama Harus Ada Pada Setiap Elemen
Masyarakat Negara Indonesia, (2) Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan
Bernegara, (3) Eksistensi Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Pada Era Modern.

2.1 Alasan Pentingnya Nilai Pada Sila Pertama Harus Ada Pada Setiap Elemen
Masyarakat Negara Indonesia

Elemen merupakan bagian dari suatu sistem yang mempunyai peran penting dalam
keseluruhan aspek berlangsungnya suatu proses dalam pencapaian suatu tujuan di dalam
system (Tataart study, 2012). Jika elemen yang dimaksud adalah elemen masyarakat, yang
dimaksudkan penulis adalah keseluruhan masyarakat/warga Negara Indonesia, menjadi
sistem pendukung dari suatu bangsa. Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya
warga negara kelas satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas , semua itu di nilai sama da
sederajat. Itulah yang menjadi objek utama untuk mencapai tujuan terlaksananya
implementasi Pancasila. Mengapa dikatakan penting? Karena sila pertama merupakan butir
tertinggi dalam tatanan Pancasila. Jika kita tinjau kembali, point pertama atau butir pertama
inilah yang merupakan tonggak ukur dari kepribadan suatu bangsa dan Negara Indonesia.
Nilai Ketuhanan mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa Indonesia
terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Religius dideskripsikan
sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam berobadah sesuai dengan agama yang
dianutnya, toleran kepada penganut agama lain dan mampu hidup dengan rukun. Adanya
karakter religius pada setiap elemen masyarakat sangatlah penting dalam berkehidupan
seseorang dan menjadi cara hidup yang mengacu pada tatanan dan larangan yang telah di atur
dalam aturan agamanya.

Pancasila merupakan cerminan karakter bangsa dan negara Indonesia yang beragam,
hal itu dapat terlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia,
kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup dan pedoman bangsa
Indonesia. Sebagai warga negara yang setia kepada nusa dan bangsa haruslah mau mepelajari

3
dan menhayati pancasila yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara (Kaelan dan Zubaidi,
Ahmad. 2007). Pandangan penulis, saat ini masih kurang warga Negara Indonesia yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Seharusnya, masyarakat
Indonesia memperhatikan nilai-nilai Pancasila termasuk nilai Ketuhanan karena, konsep
kebangsaan kita bertujuan membangun dan mengembangkan persatuan dan kesatuan. Sehingga,
dapat mencegah terjadinya konflik ataupun kasus pelanggaran peraturan serta hukum dalam suatu
tatanan berwarga negara.

2.2 Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan Bernegara

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah pencipta segala yang ada dan semua
makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa
dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat
yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan
tidak dapat disamai oleh siapapun (Syarbaini,2015).. Jadi Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam
semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa itu bukanlah suatu dogma
atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan
suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau
dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika
Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang
Maha Esa, dan negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk
agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya.
Bagi dan didalam Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal ketuhanan yang
Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti
keagamaan serta tidak boleh ada paksaan agama dengan kata lain dinegara Indonesia tidak
ada paham yang meniadakan Tuhan yang Maha Esa (atheisme). Sebagai sila pertama
Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia,
menjiwai mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,
penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang
berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara
dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam

4
segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang
berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok
dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat
manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam
pengertian ini hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat.
Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk
manusia adalah merupakan ciptaan tuhan (Notonagoro, 1968).
Hubungan manusia dengan tuhan, yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan
dengan kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan terkandung dalam nilai-nilai agama. Maka
menjadi suatu kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan, untuk merealisasikan nilai-nilai
agama yang hakikatnya berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Negara hukum Indonesia tidak memberikan kemungkinan untuk adanya kebebasan
untuk tidak beragama, kebebasan untuk promosi anti agama serta tidak memungkinkan untuk
menghina atau mengotori ajaran agama atau kitab-kitab yang menjadi sumber kepercayaan
agama ataupun mengotori nama Tuhan. Elemen inilah yang merupakan salah satu elemen
yang menandakan perbedaan pokok antara negara hukum Indonesia dengan hukum Barat.
Sehingga dalam pelaksanaan pemerintahan negara, pembentukan hukum, pelaksanaan
pemerintahan serta peradilan, dasar Ketuhanan dan ajaran serta nilai-nilai agama menjadi alat
ukur untuk menentukan hukum yang baik atau hukum buruk bahkan untuk menentukan
hukum yang konstitusional atau hukum yang tidak konstitusional.

2.3 Eksistensi Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa pada Era Modern.

Di era modern yang begitu pesat, banyak masyarakat yang menganggap remeh nilai
sila pertama ini. Dikarenakan masyarakat mulai bosan dengan pelajaran mengenai ilmu
pancasila. Dari pendidikan dasar, pembaca maupun penulis pasti sudah diajarkan mengenai
pendidikan pancasila, bahkan hingga pendidikan menengah pertama, menengah atas, sampai
di perguruan tinggi. Itulah alasan mengapa masyarakat mulai bosan dan melupakan nilai
pancasila pada era modern seperti ini. Namun, masih banyak beberapa masyarakat yang
selalu berupaya memegang teguh nilai pancasila khususnya pada sila pertama.
Berikut adalah beberapa contoh masyarakat yang masih mengarifkan nilai dari
Ketuhanan Yang Maha Esa pada Pancasila.
1. Berbuka bersama pada bulan Ramadhan.

5
Masih banyak masyarakat yang menghargai nilai dari sila pertama pancasila, seperti yang
pernah disaksikan penulis saat bulan Ramadhan, di sebuah Kampus yang berada di Kota
Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Rektor yang diketahui merupakan seorang yang
beragama non muslim, dengan senang hati menghadiri acara buka bersama yang diadakan
di Mesjid Kampus terebut. Ini merupakan contoh real atau nyata bahwa masih ada dari
elemen masyarakat yang mampu hingga saat ini memegang teguh nilai sila pertama pada
pancasila.
2. Menghormati agama lain yang sedang melaksanakan ibadah.
Menghargai agama lain dalam berbadah merupakan cerminan dari masyarakat yang cinta
dengan nilai dari sila pertama. Mereka yakin bahwa Bhineka Tunggal Ika mampu
membuat Indonesia menjadi damai dan tentram. Masyarakat inilah yang harusnya menjadi
tolok ukur masyarakat yang mempunyai pikiran radikal serta anti dengan pancasila dan
persatuan.
3. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Dalam agama Islam, orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah
SWT. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah
SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk
beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah
SWT. Dengan sikap ini juga, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat.
Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah
menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya,
ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-
Ankabut:45). Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat, manusia dapat mencegah
dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut. Apalagi ketikan seseorang itu sedang
bernaung dalam sebuah kesatuan negara yang membutuhkan orang-orang yang memiliki
nilai-nilai religius dalam membangun negeri. Pada era moderen ini, sudah banyak orang

6
yang mulai beribadah terutama sholat, karena memang kebutuhan dan kewajiban atas
dirinya kepada TuhanNya.
Masih banyak masyarakat di Indonesia yang masih senang menghargai perbedaan
budaya dan agama, dan mampu mempertahankan Bhineka Tunggal Ika di zaman modern
seperti ini, bahkan ditengah-tengah maraknya westernisasi.
Menurut Gay Hendricks dan Kate Ludeman terdapat sikap religius yang tampak dalam
diri seseorang dalam menjalankan tugasnya diantaranya ialah.
1. Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya. Hal ini diwujudkan dengan perkataan, tindakan, dan
pekerjaan baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain.
2. Adil
Salah satu skill seseorang yang religius adalah mampu bersikap adil kepada semua
pihak bahkan saat ia terdesak sekalipun.
3. Bermanfaat bagi orang lain
Hal ini merupakan salah satu bentuk sikap religius yang tampak dari diri seseorang.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Sebaik baiknya manusia adalah yang
bermanfaat bagi orang lain”.
4. Rendah hati
Sikap rendah hati merupakan sikap tidak sombong mau mendengarkan pendapat orang
lain dan tidak memaksakan gagasan dan kehendaknya.
5. Bekerja efisien
Mereka mampu memusatkan semua perhatian mereka pada pekerjaan saat itu dan
begitu juga saat mengerjakan pekerjaan selanjutnya.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan cerminan karakter bangsa dan negara Indonesia yang beragam,
hal itu dapat terlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia,
kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup dan pedoman bangsa
Indonesia. Sebagai sila pertama Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok
kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta membimbing perwujudan
kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah
membentuk Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di era modern yang begitu pesat, banyak
masyarakat yang menganggap remeh nilai sila pertama ini. Namun, masih banyak beberapa
masyarakat yang selalu berupaya memegang teguh nilai pancasila khususnya pada sila
pertama dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran.

Menurut pandangan penulis, sekarang pemerintah kurang menerapkan nilai-nilai


pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia, pemerintah sekarang hanya mengakui adanya
pancasila dan tidak menjalankan ke lima silanya. Dimana itu bisa terlihat dari kehidupan
masyarakat Indonesia yang jauh dari kesejahteraan, keadilan, rasa aman dan masih banyak
lagi. Jika pemerintah bisa menerapkan ke lima sila dengan benar mungkin rakyat Indonesia
akan hidup sejahtera. Agama hendaknya menjadi titik pertemuan dari berbagai ajaran moral,
kepentingan, keyakinan, serta niat untuk membangun.

Bahwa bangsa indonesia memiliki dasar negara yaitu pancasila yang seharusnya
menjadi pedoman hidup untuk bermasyarakat di negara Indonesia. Jika pancasila di jalankan
dengan sebaik-baiknya, bangsa indonesia akan menjadikan rakyatnya kehidupan yang
makmur, sejahtera dan juga akan tercipta rasa aman bagi setiap rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai