Anda di halaman 1dari 21

Bab 4

Kajian Formulasi Sediaan Fitofarmasi


Penulis :
Ella Dika Candra Safitri
Zahrotus Sa’adah Aulia
Seftia Rahma
Fryda Artania
Moh. Efendi
Indrieswari Pramodya Wardani

i
Daftar Isi
Cover…………………………………………………………
………………i
Kata
Pengantar……………………………………………………
…….ii
Pendahuluan…………………………………………………
………….1
Jaminan Stabilitas Formulasi Sediaan Fitofarmasi…..2
Permasalahan Formulasi Sediaan Fitofarmasi…………3
CPOTB……………………………………………………
……………….4
Fitofarmasi
Likuida…………………………………………………7
Fitofarmasi
Semisolida…………………………………………..9
Fitofarmasi
Solida………………………………………………….11
Daftar
Pustaka……………………………………………………
….16
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatjan kehadirat Allah SWT yang memberikan kita
Kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan buku ini dengan judul
“Kajian Formulasi Sediaan Farmasi” tepat waktu.

Buku ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fitofarmasi.
Buku ini mengulas tentang formulasi sediaan farmasi yang telah dibuat.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak


yang telah membantu kami dalam menyusun buku ini. Kami berharap semoga laporan
ini data bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata, kami sebagai penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami hargai
dan harapkan untuk kesempurnaan penulisan buku kedepannya.

Sidoarjo, 24 april 2021

iii
Penyusun
o Pendahuluan
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan jenis tanaman yang
dapat digunakan sebagai bahan obat. Bangsa Indonesia telah lama melakukan
berbagai penyembuhan penyakit secara tradisional dengan menggunakan sebagian
atau seluruh tanaman yang telah dilakukan sejak dahulu, dan diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Indonesia banyak yang
menggunakan tanaman sebagai bahan obat, karena banyak orang beranggapan
bahwa obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintetis dan tidak
memiliki efek samping yang merugikan bila penggunaannya kurang tepat.
Meskipun demikian masih perlu diketahui mengenai informasi yang memadai
tentang kelebihan dan kelemahan. Salah satu contoh tanaman yang sudah dikenal
masyarakat dan telah digunakan dalam dunia pengobatan adalah kelor (Moringa
oleifera Lam.).
Obat bahan alam herbal di Indonesia dibedakan menjadi jamu, Obat
Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Jamu adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat Herbal Terstandar
(OHT) adalah sediaan yang berasal dari bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya
telah distandardisasi. Fitofarmaka adalah sediaan yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, dan bahan baku
serta produksi jadinya, telah distandardisasi. Bahan alam diperoleh melalui
beberapa proses seperti ekstraksi, destilasi, fraksinasi, purifikasi, konsentrat atau
fermentasi Error: Reference source not found.
Sediaan fitofarmasi merupakan sediaan yang mengandung satu atau lebih
ekstrak atau bahan alam bentuk lain dalam jumlah tertentu yang digunakan untuk
pemberian nutrisi, kosmetika, dan atau keuntungan lain seperti pengobatan
penyakit baik pada manusia atau binatang.
Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat ialah kelor,
Tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) telah dikenal selama berabad-abad sebagai
tanaman multiguna padat nutrisi dan berkhasiat obat. Kelor dikenal sebagai The Miracle
Tree atau pohon ajaib karena terbukti secara alamiah merupakan sumber gizi berkhasiat
obat yang kandungannya di luar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnyaError:
Reference source not found. Tanaman kelor tumbuh di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Tanaman ini memiliki ketinggian batang 7-11 meter. Daun kelor berbentuk bulat
telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur
atau obat. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya
berwarna hijau, bunga ini keluar sepanjang tahun.
Berbagai bagian dari tanaman kelor bertindak sebagai stimulan jantung dan
peredaran darah, memiliki antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiinflamasi, antiulser,

1
diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, antibakteri dan
anti-jamur Error: Reference source not found. Daun kelor juga dapat mengatasi kulit
kering karena kurangnya asupan dari vitamin B2. Daun kelor mengandung vitamin B2
yang bermanfaat untuk mengatasi kulit kering, menjaga kelembaban kulit sehingga
mengkonsumsi secara rutin daun kelor dapat menjaga kelembaban kulit Error: Reference
source not found.

o Jaminan Stabilitas Formulasi Sediaan


Fitofarmasi
Stabilitas sediaan merupakan salah satu kriteria yang sangat penting untuk
suatu hasil produksi yang baik. Stabilitas merupakan suatu aplikasi produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya
saat dibuat dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan Error: Reference source not found.
Sediaan yang berasal dari bahan alam cenderung memiliki stabilitas yang
cukup rendah yang sangat dipengaruhi oleh proses prapanen, pasca panen hingga
proses ekstraksi. Sediaan yang berasal dari bahan alam memiliki beragam
kandungan senyawa yang saling mempengaruhi sehingga ketidakstabilan sediaan
akan mengakibatkan perubahan yang sangat mempengaruhi efikasi dari sediaan
tersebut. Ketidakstabilan produk obat dapat menyebabkan penurunan hingga
hilangnya khasiat, obat dapat berubah menjadi toksis, atau terjadi perubahan
penampilan dari sediaan farmasi (warna, bau, rasa, konsistensi, dan lain-lain)
sehingga dapat merugikan pengguna. Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi dapat
dideteksi melalui perubahan fisik, kimia serta penampilan dari suatu sediaan
farmasi Error: Reference source not found.
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan
sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya saat dibuat
(identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan Error: Reference source not
found.
Suatu obat dapat dikatakan stabil jika kadarnya tidak berkurang dalam
penyimpanan. Ada pun ketika obat berubah warna, bau, dan bentuk serta terdapat
cemaran mikroba maka dapat disimpulkan bahwa obat tersebut tidak stabil Error:
Reference source not found. Stabilitas obat dibagi menjadi stabilitas secara kimia
dan stabilitas secara fisika. Faktor secara fisika yaitu panas, cahaya, dan
kelembapan, mungkin akan menyebabkan atau mempercepat reaksi kimia, maka
setiap menentukan stabilitas kimia juga perlu ditentukan Error: Reference source
not found.
Ketidakstabilan produk obat dapat menyebabkan penurunan hingga
hilangnya khasiat, obat dapat berubah menjadi toksis, atau terjadi perubahan
penampilan dari sediaan farmasi (warna, bau, rasa, konsistensi, dan lain-lain)
sehingga dapat merugikan pengguna. Suatu produk yang tidak stabil diketahui
berdasarkan perubahan sifat fisika, kimia, dan penampilan suatu produk. Faktor
yang dapat mempengaruhi stabilitas produk farmasi yakni zat aktif, interaksi
antara zat aktif dengan eksipien, proses sediaan dibuat, proses sediaan dikemas,
kondisi lingkungan semasa pengiriman produk, penyimpanan, perlakuan, dan
jangka waktu dari pembuatan produk sampai pemakaian. Selain itu faktor
lingkungan juga bisa mempengaruhi stabilitas seperti temperatur, radiasi, cahaya,
dan udara. Selain itu proses formulasi juga dapat berpengaruh misalnya pada
ukuran partikel, pH dan sifat pelarut yang dapat mempengaruhi stabilitas sediaan
Error: Reference source not found.

o Permasalahan Formulasi Sediaan


Fitofarmasi
Permasalahan pada formulasi sediaan fitomarmasi antara lain yaitu
instabilitas fisika, kondisi lingkungan, instabilitas kimia, campuran kompleks
(variabilitas dan inkonsistensi), interaksi obat dan dekomposisi.
Instabilitas fisika, bahan alam sering mengalami masalah ketidak stabilan
fisik akibat adanya pengotor dan juga akibat reaksi dengan wadah dan lain lain.
Adanya pertumbuhan mikroorganisme dan juga reaksi terhadap lingkungan yang
mempengaruhi terbentuknya metabolit sekunder, serta komposisi kimia dari
tanaman. Komponen aktif yang mudah menguap memiliki masalah volatilitas dan
penurunan aktifitas selama penyimpanan untuk waktu yang lama.
Kondisi lingkungan, seperti curah hujan, ketinggian temperature, kondisi
tanah, kondisi penyimpanan, prosedur dan waktu panen yang berbeda. Proses
manufaktur seperti pemilihan bahan, pengeringan, pemurnian, ekstraksi, dan
variabilitas genetic dapat menciptakan variabilitas yang besar. Cahaya juga
merupakan factor penting yang dapat memicu radikal bebas yang dapat
mempengaruhi formulasi.
Instabilitas kimia, formulasi bahan sering mengalami degradasi selama
penyimpanan seperti oksidasi, hidrolisis, kristalisasi, kerusakan enzimatis dan
reaksi dengan aditif dan bahan pembantu. Suhu dan kelembapan merupakan dua
factor utama yang mempengaruhi kualitas dan stabilitas produk herbal. Reaksi
kimia meningkat dengan factor antara dua atau tiga kali lipat untuk setiap
kenaikan suhu 10C. adanya enzim dalam produk juga dapat meningkatkan laju
degradasi kimia.
Campuran kompleks, variabilitas dan inkonsistensi. Setiap komponen
memiliki veriabel waktu kadaluarsa, aktifitas, konsentrasi dan konsistensi. Hal ini
meciptakan masalah penentuan kondisi penyimpanan karena tidak mudah untuk

3
menentukan stabilitas produk akhir berdasarkan profile aktifitas dan stabilitas
komponen tunggal.
Interaksi bahan dan dekomposisi, interaksi komponen aktif dengan bahan
lain dalam sediaan seperti aditif menyebabkan perubahan dalam efektifitas obat.

o CPOTB
CPOTB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
tradisional dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
Spesifikasi produk.
CPOTB mencakup produksi dan pengawasan mutu Pengawasan Mutu
adalah bagian dari CPOTB yang berhubungan dengan pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk
yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan
dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri obat tradisional hendaklah mempunyai fungsi pengawasan
mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang
memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan
Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
tradisional terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan
untuk produk
dan proses Error: Reference source not found
- Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat tradisional yang
benar. Oleh sebab itu industri obat tradisional bertanggung jawab untuk
menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Tanggung jawab tiap personil hendaklah dipahami
masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip
CPOTB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
- Bangunan, Fasilitas dan Peralatan
Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat tradisional harus
memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi
yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain,
dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan
dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat tradisional.
Karena berpotensi untuk terdegradasi dan terserang hama serta
sensitivitasnya terhadap kontaminasi mikroba maka produksi dan terutama
penyimpanan bahan yang berasal dari tanaman dan binatang memerlukan
perhatian khusus.
Bangunan dan fasilitas serta semua peralatan kritis hendaklah dikualifikasi
untuk menjamin reprodusibiltas dari bets-ke-bets.
- Sanitasi dan Hygiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat tradisional. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
personil bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta
wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran
produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu
program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Karena sumbernya, bahan obat tradisional dapat mengandung cemaran
mikrobiologis; di samping itu, proses pemanenan/pengumpulan dan proses
produksi obat tradisional sangat mudah tercemar oleh mikroba. Untuk
menghindarkan perubahan mutu dan mengurangi kontaminasi, diperlukan
penerapan sanitasi dan higiene berstandar tinggi.
Bangunan dan fasilitas serta peralatan hendaklah dibersihkan dan, di mana
perlu, didisinfeksi menurut prosedur tertulis yang rinci dan tervalidasi.
- Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan
catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.
- Produksi
Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur tervalidasi yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB yang senantiasa menghasilkan
produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin
pembuatan dan izin edar (registrasi).
- Pengawasan Mutu

5
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat Tadisional yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua
tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal
pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Ruang lingkup Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian serta organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan
dilakukan, dan bahan-bahan yang tidak diluluskan untuk digunakan, atau
produk jadi diluluskan untuk dijual atau didistribusikan, sampai kualitasnya
dinilai memenuhi syarat.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Independensi Pengawasan Mutu dari Produksi adalah fundamental sehingga
Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan benar.
- Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
- Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat Tradisional yang Baik
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan
dan manajemen rantai pemasokan produk yang terintegrasi. Dokumen ini
menetapkan langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab
bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk.
Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk
jadi dari pabrik ke distributor.
Untuk menjaga mutu awal produk, semua kegiatan dalam penyimpanan
dan pengiriman dilaksanakan sesuai prinsip CPOTB.
- Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan kembali Produk dan
Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, disusun suatu sistem, bila
perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Untuk menangani keluhan dapat ditunjuk personil yang bertanggung jawab
untuk menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan
bersama staf pendukung yang cukup. Sebagai tambahan, personil penanggung
jawab harus memiliki pengalaman dan mendapatkan pelatihan khusus
mengenai pengendalian mutu dari obat tradisional.
Untuk menangani penarikan kembali produk dapat ditunjuk personil yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan
kembali produk dan ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani
semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil
tersebut harus independen terhadap bagian penjualan dan bagian pemasaran.
Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),
maka ia harus memahami segala operasi penarikan kembali. Produk yang
ditarik disimpan dan diidentifikasi secara terpisah dalam area aman sementara
menunggu keputusan akhir.
- Inspeksi Diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri obat tradisional memenuhi ketentuan
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Program inspeksi diri
dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOTB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri dilakukan
secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada
manfaatnya bila juga menggunakan auditor luar yang independen. Inspeksi
diri dilakukan secara rutin di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam
hal terjadi penarikan kembali produk jadi atau terjadi penolakan yang
berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.
Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program
tindak lanjut yang efektif Error: Reference source not found
o Fitofarmasi Likuida
Pengertian sediaan liquid
Sediaan liquid merupakan sediaan sediaan dengan wujud cair. Larutan
adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zatkimia yang terlarut
Larutan adalah sediaan cair yangmengandung bahan kimia terlarut, kecuali
dinyatakan lain untuk larutan (solution)steril yang digunakan sebagai obat luar
harus memenuhi syarat yang terterainjection.Sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarutkecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling
Error: Reference source not found
Larutan didefinisikan sebagai canpuran homogen antara dua atau lebih
zatyang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer
adalahlarutan yang mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap jumlah

7
pelarut.Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar
solute.Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium
dalamdimana solute terlarut Error: Reference source not found.
Macam-macam sediaan liquid
- Syrup
Syrup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Syrup
adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
tinggi Error: Reference source not found.
- Emulsi
Emulsi adalah sediaan mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok Error: Reference source not found.
- Suspensi
Suspense adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair Error: Reference source not found.

Formulasi suspensi daun kelor

Pembahasan
Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) diperoleh dengan
mengekstraksi 400gr simplisia dengan 70% sebanyak 3L. ekstrak kental yang
diperoleh kemudian diformulasikan dalam sediaan suspense karena ekstrak etanol
daun kelor tidak larut dalam air. Suspensi yang telah dibuat kemudian dilakukan
pengujian kestabilan fisik suspensi yang meliputi uji organoleptis, uji PH, uji
bobot jenis, uji viskositas, uji volume sedimentasi dan kemampuan redisperse.
Hasil dari uji organoleptis meliputi warna, bau dan rasa melibatkan tidak
ada perubahan warna, bau dan rasa baik sebelum maupun setelah kondisi
penyimpanan dipercepat. Pada pengujian PH sediaan menggunakan PH meter,
terlihat bahwa sediaan suspense mengalami peningkatan nilai PH sebelum dan
sesudah kondisi penyimpanan dipercepat. Pada hasil pengukuran bobot, jenis
suspense sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat dari 1,0339
menjadi 1,0558 yang memenuhi syarat bobot jenis suspense yaitu >1,00gr/ml. dari
segiviskositas dan volume sedimentasi baik sebelum dan sesudah kondisi
penyimpanan dipercepat terjadi perubahan meskipun masih dalam batas normal
begitupun dengan kemampuan redispersinya masih dalam kategori baik. Dari hasil
evaluasi suspense daun kelor (moringa oleifera Lam.) diperoleh sediaan stabil
Error: Reference source not found.

o Fitofarmasi Semisolida
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat unruk tujuan
pengobatan topical melalui kulit. Bentuk sediaan ini bervariasi tergantung bahan
pembawa (basis) yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau pasta.
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal.
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium
Hidroksida).

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal


pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,
dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep
obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
Dasar salep hidrokarbon Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep
berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil
komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar
dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.

9
Dasar salep serap Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat),
dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga
bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Dasar salep ini adalah emulsi
minyak dalam air antara lain Salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim” (lihat
Cremores). Dasar ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena
mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk
dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan
dasar salep ini daripada Dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar
salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjadi pada kelainan dermatologik.
Dasar salep larut dalam air Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak
berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan
banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak
mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”

Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat dari gel
fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta Natrium Karboksimetilselulose,
kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Pasta Zink Oksida, merupakan
salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas
terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum; dan
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Oleh karena
itu pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak,
menggelembung atau mengeluarkan cairan Error: Reference source not found.
Contoh formulasi : Pada penelitian ini akan dibuat sediaan salep ekstrak
etanol daun Kelor dengan variasi konsentrasi, yaitu 5%, 10% dan
15%.Berdasarkan standar salep di atas maka akan dibuat formulasi 20 g salep
dengan tiga variasi konsentrasi sebagai berikut :
Pembuatan sediaan salep ekstrak daun Kelor dibuat formulasi sebanyak 20
g pada masing-masing konsentrasi yaitu 5%, 10% dan 15%. Setelah masing-
masing bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan diatas. Masing-masing bahan
dimasukan kedalam cawan porselin dileburkan diatas hot plate dengan suhu 600C
dan diaduk dengan kecepatan konstan. Selanjutnya diangkat dan diaduk sampai
terbentuk massa salep. Sediaan Salep antibakteri selanjutnya dievaluasi untuk
penjaminan mutu salep tersebut. Beberapa uji yang dilakukan pada salep yaitu uji
organoleptik, uji homogenitas, uji pH, dan uji daya sebar. Sediaan salep juga diuji
aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Staphylocococcus aureus dengan
menggunakan metode difusi sumuran.
Sampel basa daun Kelor diperoleh sebanyak 2 kg, dikeringkan dan
diblender menghasilkan serbuk simplisia daun Kelor sebanyak 200 g selanjutnya
diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan 1500 mL pelarut etanol 96%
menghasilkan ekstrak kental sebanyak 18,2 g dan diperoleh randemen sebanyak
9,1%.
Uji antibakteri sediaan salep ekstrak etanol daun kelor dilakukan dengan
menggunakan media Nutrient Agar yang bertujuan untuk menumbuhkan bakteri
S.aureus karena media ini berfungsi sebagai sumber nitrogen, sumber karbon,
sumber vitamin bagi pertumbuhannya. Sampel uji control positif, kontrol negatif,
F1 (5%), F2 (10%) dan F3 (15%) dilakukan dengan cara perbandingan 1:1 yaitu
0,1 g sampel dalam 0,1 mL larutan CMC dan dimasukkan kedalam sumuran pada
setiap cawan petri.
Tujuan digunakan larutan CMC yaitu sebagai suspensi karena basis yang
digunakan berlemak dan media pengujinya cenderung mengandung banyak air
sehingga sediaan salep yang dibuat sukar berdifusi atau melepaskan suatu zat aktif
atau pelepasan zat aktifnya kurang maksimal. Kontrol negatif yang digunakan
ialah basis salep karena sebagai pembanding dengan salep yang ditambahkan
ekstrak etanol daun kelor. Sedangkan untuk kontrol positif digunakan gentamicin
sulfate 0,1%, karena mekanisme kerja dari gentamicin sulfate yaitu menghambat
sintesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik sampai
interaksi kodon-antikodon yang tidak tepat dan menyebabkan terjadinya
pemecahan polisom menjadi monosom nonfungsional yang mengakibatkan
kematian.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus untuk kontro positif dan konsentrasi 10% diameter
rataratanya yaitu 15,3 mm dan 18,6 mm dikategorikan dalam respon
penghambatan kuat sedangkan aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus
pada konsentrasi 5,% dan 15% diameter rata-ratanya yaitu 20,3 mm, dan 22,5 mm
dikategorikan dalam respon hambatan pertumbuhan mikroba yang sangat kuat.
Kemampuan ekstrak etanol daun kelor dalam penghambatan terhadap
bakteri Staphylococcus aureus semakin tinggi konsentrasi ekstrak dalam suatu
sediaan salep tidak berbanding lurus dengan hasil pengukuran diameter zona
hambat. Hal ini disebabkan karena terdapat berbagai senyawa fitokimia dalam
daun kelor dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda Error: Reference source
not found.
o Fitofarmasi Solida
11
Penelitian di beberapa negara menunjukkan serbuk daun kelor berperan
memperbaiki sistem imun. Di India kelor dijadikan tanaman obat sejak puluhan
tahun, dan telah dilakukan analisa terhadap kandungan zat-zat bioaktif kelor serta
fungsinya (Lutfiah, 2012). Daun kelor mengandung sejumlah asam amino dan
flavonoid. Asam amino yang terkandung diduga dapat meningkatkan sistem imun,
sehingga dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak dan dapat
membantu tubuh untuk melawan bakteri. Kandungan flavonoid kelor dapat
berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menjaga terjadinya oksidasi sel tubuh
selain itu kandungan flavonoid dapat mencegah peroksidasi lemak (Widowati,
2014).Sangat banyak khasiat yang dimiliki daun kelor yang memiliki nutrisi
selaian sebagai antioksidan yang dapat berfungsi dalam menangkal radikal bebas,
melindungi kesehatan otak, menyehatkan kulit, menurunkan tekanan darah,
membantu pencernaan, mengobati rematik, dan lain-lain.
Daun kelor yang diolah menjadi produk minuman dalam bentuk bubuk
kurang disukai karena karakteristik daun kelor memiliki bau yang khas klorofil
dan rasa pahit. Di daerah pedasaan, konsumsi daun kelor hanya sebatas pada
olahan sayuran sehingga selera masyarakat terhadap produk olahan kelor yang
berupa bubuk masih kuraang berminat. Menurut Zakaria, et al. (2013), daun kelor
tidak banyak diolah sebagai pangan fungsional padahal kelor memiliki nutrisi
yang tinggi dan baik bagi kesehatan yang salah satu diantaranya adalah kalsium
pada kelr setara dengan kalsium 3 gelas susu. Oleh karena itu perlu adanya
inovasi produk berbahan dasar kelor yang dapat diterima masyarakat agar semua
masyarakat dapat merasakan manfaat baik dari daun kelor. Produk inovasi
tersebut dalam hal ini adalah tablet effervescent kelor sebagai suatu upaya
diversifikasi produk olahan kelor yang dapat meminimalisir rasa daun kelor yang
pahit dan bau yang kurang disukai.
Effervescent menurut Yohanes Surya (2011) artinya berhubungan dengan
gas atau gelembung-gelembung. Jadi, suatu tablet disebut tablet effervescent jika
tablet itu menghasilkan gelembung-gelembung gas ketika dicelupkan dalam air.
Effervescent merupakan serbuk jika dilarutkan dalam air mempunyai reaksi asam
dan basa. Dasar dari formulasi minuman effervescent ialah terjadinya reaksi
senyawa asam dan senyawa basa (Rakte and Nanjwade, 2014).
Sampai saat ini belum diketahui formulasi yang tepat untuk pembuatan
tablet effervescent berbahan daun kelor. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian
ini untuk mengetahui tablet effervescent kelor dengan karakteristik sensori, kimia
dan fisik yang baik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan formulasi yang tepat
dalam pembuatan tablet effervescent berbahan dasar daun kelor dan jahe dengan
karakteristik sensori, kimia dan fisik yang baik sehingga dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif produk sumber pangan antioksidan.
Tablet effervescent membutuhkan formula tepat dan sesuai sehinga dapat
menentukan waktu larut dengan singkat minimal kurang dari 2 menit. Salah satu
formulasi yang utama dengan campuran dan perbandinga pada asam dan basa
yang digunakan. Parameter yang ketepatan formulasi diukur berdasarkan mutu
organoleptik dan waktu larut tablet effervescent ekstrak kelor.
Formulasi Solida Daun Kelor

Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3


(% bahan) (% bahan) (% bahan)
Kelor 5 4 2,5
Jahe 0 1 2,5
Gula sorbitol 50 50 50
Asam sitrat 15 15 15
Na Bikarbonat 30 30 30
Total 100 100 100
Pembahasan
Pembuatan sediaan tablet effervescent ekstrak daun Kelor dibuat formulasi
sebanyak 100 g dalam tiga formulasi dengan % yang berbeda – beda. Tahapan
pembuatan produk diantaranya penghalusan asam sitrat, natrium bikarbonat, dan
gula sorbitol (tropicana slim). Bahan yagg telah dihaluskan selanjutnya diayak
dan dilakukan penimbangan bahan sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan.
Semua bahan untuk masing-masing formulasi dicampur hingga homogen dan
selanjutnya dilakukan pencetakan. Tablet effervescent kelor yang telah dicetak
selanjutnya dikemas secara langsung. Pencetakan tablet dilakukan pada kondisi
kelembaban tidak lebih dari 45%.

13
Ekstrak daun Kelor dan modifikasi tepung jahe dalam pembuatan tablet
effervescent merupakan hasil pengolahan pangan antioksidan . Tablet effervescent
kelor untuk masing masing pelakuan memiliki warna hijau dan bentuk yang
bervariasi.
Uji bobot penting untuk mengetahui dalam 1 kali pencetakan tiap
tabletnya kurang lebih sama. Dari bobot tablet dapat mempengaruhi dosis tiap
tabletnya. Tiap tablet memiliki bobot 4 gram dalam satu resep signitif 5 %.
Uji Organoleptis
6
5 warna
5 4,5 5
4
4 2,8 3,5
3 rasa 3
2 2
2 aroma
1,3
1 1
1
keselur
0
f1 f2 f3 uhan

Grafik Nilai Uji Kesukaan Panelis


Hasil karakteristik uji sensoris pada tablet effervescent ini menggunakan
bahan utama tepung daun kelor modifikasi tepung jahe bisa dilihat menggunakan
uji kesukaan. Dari hasil skor analisa panelis lebih menyukai pada tablet
effervescet dari F3 dengan berbahan utama ekstrak daun kelor modifikasi tepung
jahe. hasil tersebut menunjukkan bahwa tablet effervescent dengan penambahan
ekstrak tepung kelor 2,5 % dan penambahan tepung jahe 2,5% yang lebih banyak
disukai oleh panelis.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata untuk
perlakuan terhadap parameter warna dengan nilai p=0.293 artinya nilai p<0.05.
Hasil analisis ragam terhadap parameter organoleptik rasa juga memiliki pengaruh
nyata dengan nilai p=0.291 artinya harga p<0.05. Untuk parameter organoletik
aroma juga berpengaruh nyata pada tingkat signifikansi 5% dengan nilai p=0.277.
Waktu Larut Dalam Air.

Waktu larut dihitung sejak tablet dicelupkan ke dalam gelas berisi air
dengan volume air 200 ml. Adapun waktu larut tablet effervescent kelor untuk
formula F1 adalah 2,05 detik, F2 sebesar 1,35 detik dan F3 sebesar 1,15 detik.
Tablet efervescent kelor yang baik apabila memiliki waktu larut dengan cepat
dalam waktu ≤ 5 menit (BPOM, 2014). Bedasarkan literature tersebut maka waktu
larut dari semua perlakuan dapat dikatakan masih memenuhi syarat.

15
Daftar Pustaka

Error: Reference source not foundBiodata


Singkat

Nama : Ella Dika Candra Safitri


NIM : 18020200008
TTL : Lumajang, 15 Januari 2000

Nama : Zahrotus Sa’adah Aulia A.A


NIM : 18020200018
TTL : Lamongan, 31 Oktober 2000

Nama : Seftia Rahma N.H


NIM : 18020200033
TTL : Gresik, 27 September 2000

Nama : Fryda Artania


NIM : 18020200034
TTL : Gresik, 24 Juni 2000

Nama : Moh Efendi


NIM : 18020200048
TTL : Bangkalan, 25 Oktober 1999

Nama : Indrieswari Pramodya Wardani


NIM : 18020200058
TTL : Sidoarjo, 28 Agustus 2000

17

Anda mungkin juga menyukai