Anda di halaman 1dari 33

ANTOLOGI

FITO
F
AR
MAS
I

STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA


Bab 1
PENDAHULUAN
Penulis : Desi Phingkarsa

1.1 Pendahuluan Pengembangan Formulasi Obat Herbal


Indonesia memiliki lebih dari 25.000- 30.000
spesies tumbuhan dan memiliki lebih dari 17.000 pulau
serta memiliki lebih dari 50 tipe ekosistem atau vegetasi
alami (Kartawinata, 2010). Di Indonesia juga diperkirakan
dihuni oleh sekitar 300-700 etnis. Keragaman etnis
Indonesia menghasilkan keragaman budaya, tradisi, dan
kearifan lokal yang berbeda antar satu etnis dengan etnis
yang lain atau antar satu daerah dengan daerah yang lain.
(Adi, 2016)
Indonesia kaya akan pengetahuan mengenai
pengobatan tradisional. Hampir setiap suku bangsa di
Indonesia memiliki khasanah pengetahuan dan cara
tersendiri mengenai pengobatan tradisional. Sebelum
dituliskan ke dalam naskah kuno, pengetahuan tersebut
Buku Antologi Fitofarmasi 3

diturunkan secara turun-temurun melalui tradisi lisan.


(Adi, 2016)
Perkembangan obat tradisional dan pengobatan
tradisional saat ini berkembang pesat sekali khususnya
obat tradisional yang berasal dari tumbuh- tumbuhan. Hal
ini bisa kita lihat semakin banyaknya bentuk-bentuk
sediaan obat tradisional dalam bentuk kemasan yang
sangat menarik konsumen. Perkembangan ini membuat
Pemerintah atau instansi terkait merasa perlu membuat
aturan perundang-undangan yang mengatur dan
mengawasi produksi dan peredaran produk-produk obat
tradisional agar masyarakat terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan khususnya masalah Kesehatan. (Adi,
2016)
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan
tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri
Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
(Adi, 2016)
Buku Antologi Fitofarmasi 4

Perkembangan selanjutnya obat tradisional


kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan sehingga dikenal dengan obat herbal Khusus
untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat herbal terstandarisasi
dan fitofarmaka. (Adi, 2016)
Hal ini sebenarnya sudah dikembangkan puluhan
tahun yang lalu sesuai dengan apa yang tercantum dalam
GBHN 1993 yaitu Pemeliharaan & Pengembangan
Pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa
(ETNOMEDISINE) terus ditingkatkan dan didorong
pengembangannya melalui penggalian, penelitian,
pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan
termasuk budidaya tanaman obat tradisional yang secara
medis dapat dipertanggungjawabkan Dalam hal ini dapat
di formulasikan menjadi 5 hal fokok yang harus
diperhatikan yaitu etnomedicine, agroindustri tanaman
obat, iftek kefarmasian dan kedokteran, teknologi kimia
dan proses, pembinaan dan pengawasan produksi atau
pemasaran bahan dan produk obat tradisional. (Adi, 2016)

Pada dasarnya setelah zat aktif tanaman obat diketahui


pengembangan selanjutnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.1.1 Pengembangan Obat Modern
Buku Antologi Fitofarmasi 5

Pengembangan obat tradisional yang


kandungan zat aktifnya cukup besar (>2% )
sehingga mudah diisolasi dan dimurnikan. Isolat
yang sudah murni inilah siap dikembangkan
menjadi obat modern yang siap diresepkan oleh
dokter yang kualitasnya mirip dengan bahan aktif
obat modern. Kadar bahan aktif besar sehingga
tanaman obat dikatakan sebagai sumber bahan
obat/prekursor (single component). (Adi, 2016)
1.1.2 Pengembangan Obat Tradisional
Pengembangan obat tradisional yang
kandungan zat aktif kecil (<1%) sehingga sulit
diisolasi. Dalam hal ini kandungan kimianya akan
banyak jenisnya sehingga dapat dikatakan sebagai
standarisasi ekstrak tanaman obat (campuran
galenik). Standarisasi dalam hal ini dapat
dilakukan mulai dari bahan baku obat sampai
menjadi sedian Fitofarmaka. Ekstrak terstandar
(multikomponen/campuran bahan aktif) atau
sediaan fitofarmaka yang mengandung ekstrak
terstandar yang berkhasiat, terjamin kualitasnya,
keamanannya serta kemanfaatan terapinya
(JAMU, OHT dan FITOFARMAKA). (Adi, 2016)
Buku Antologi Fitofarmasi 6

Bab 2
TABLET DAN KAMPUL UNTUK
FORMULASI IR, MR, DLL
Penulis : Ana Rizkiyatul Karimah

2.1 Tinjauan Pustaka


Obat-obat dengan frekuensi penggunaan yang
tinggi seringkali membuat pasien lalai dalam
menggunakan obat sehingga dapat menggagalkan proses
terapi. Oleh karena itu dalam mengatasinya, suatu obat
dapat dimodifikasi menjadi sediaan lepas lambat
(sustained-release). Dalam sediaan lepas lambat obat akan
dilepaskan dari sediaannya dengan kecepatan lambat dan
konstan dalam jangka waktu tertentu, sehingga akan
sangat menguntungkan untuk tujuan pengobatan tertentu
yang memerlukan kadar obat dalam plasma relative
konstan pada jangka waktu lama. (Kamboj et al., 2012)
Perbandingan profil kadar obat di dalam darah
yang diperoleh dari pemberian bentuk sediaan
Buku Antologi Fitofarmasi 7

konvensional, terkontrol (prolonged release), lepas lambat


(sustained-release). Tablet konvensional atau kapsul hanya
memberikan kadar puncak tunggal dan sementara
(transient). Efek farmakologi kelihatan sepanjang jumlah
obat dalam interval terapetik. Masalah muncul ketika
konsentrasi puncak dibawah atau diatas interval terapetik,
khususnya untuk obat dengan jendela terapetik sempit.
Pelepasan orde satu yang lambat yang dihasilkan oleh
sediaan lepas lambat dicapai dengan memperlambat
pelepasan dari bentuk sediaan obat. Pada beberapa kasus,
hal ini dapat diperoleh melalui proses pelepasan yang
kontinyu. (Kamboj et al., 2012)

Terdapat beberapa istilah untuk menjelaskan bentuk


sediaan lepas lambat (terkendali), yaitu :
1. Delayed Release
Menunjukkan bahwa obat tidak segera dilepaskan
setelah diberikan tetapi setelah beberapa waktu
kemudian, contoh : tablet lapis enteric dan kapsul
pulsatile-release (Kamboj et al., 2012)
2. Repeat Action
Menunjukkan bahwa suatu dosis individual dilepaskan
dengan segera setelah diberikan dan dosis kedua atau
Buku Antologi Fitofarmasi 8

ketiga kemudian dilepaskan pada interval tertentu,


contoh : Vitalong-C (Kamboj et al., 2012)
3. Prolonged Release
Menunjukkan bahwa obat tersedia selama periode
absorpsi yang lebih Panjang dibandingkan bentuk
sediaan konvensional. Namun akibatnya onset obat
tertunda karena kecepatan pelepasan obat dari bentuk
sediaan lebih lambat, contoh : Quibron (Kamboj et al.,
2012)
4. Sustained Release
Menunjukkan suatu pelepasan awal dari obat yang
cukup untuk memberikan dosis terapeutik setelah
pemberian dan kemudian memberikan suatu pelepasan
bertahap dalam suatu periode yang lama, contoh :
Quibron (Kamboj et al., 2012)
5. Extended Release
Bentuk sediaan obat yang melepaskan obat dengan
lambat sehingga konsentrasi obat dalam plasma
dipertahankan pada kadar terapeutik selama suatu
periode yang lama (biasanya antara 8-12 jam),
contoh : Quibron (Kamboj et al., 2012)
6. Controlled Release
Bentuk sediaan obat yang melepaskan obat pada
kecepatan konstan dan memberikan konsentrasi obat
Buku Antologi Fitofarmasi 9

dalam plasma tetap pada setiap waktu, contoh :


Deflamat (Kamboj et al., 2012)
7. Modified Release
Bentuk sediaan obat yang karakter waktu dan tempat
pelepasan obatnya dipilih untuk mendapatkan tujuan
terapeutik yang tidak diperoleh dengan sediaan
konvensional. (Dron Modi, Pratik Amaliyar, Yagnesh
Kalal, Bhavin Gangadia, Sunita Chaudhary, Kinjal
Sanghvi, Hiral Shah et al., 2013)
8. Immediate Release (IR)
Formulasi di mana kecepatan pelepasan obat dan / atau
absorpsi obat dari formulasi, tidak berarti, atau
sengaja, terhambat oleh manipulasi galenik. Bentuk
sediaan pelepasan segera adalah yang terurai dengan
cepat dan larut untuk melepaskan obat. Dalam kasus
ini, pelepasan segera dapat diberikan pengencer atau
pembawa yang sesuai secara farmasi yang dapat
diterima, yang pengencer atau pembawa tidak
menunda, sampai batas tertentu, laju pelepasan dan /
atau absorpsi obat. (Vishal Rashtriya Shikshan
Mandals and Therapeutics, 2016)

Bab 3
LIPOSOM
Buku Antologi Fitofarmasi 10

Penulis : Desi Phingkarsa,


Ana Rizkiyatul Karimah

3.1 Liposom
Beberapa sistem penghantar obat yang telah ada
antara lain: niosom, mikropartikel, realesed erythrocytes,
pharmacosomes, dan liposom. Dari sekian banyak sistem
penghantar obat, liposom menjadi salah satu yang paling
pesat pengembangan dan penggunaannya. (Febriyenti et
al., 2018)
Liposom merupakan suatu sistem koloidal berupa
gelembung berbentuk bola dengan lipid lapis ganda di
bagian kulit dan sebuah kompartemen air (inti air) di
bagian dalam. Liposom memiliki struktur yang bersifat
hidrofilik dan lipofilik sehingga obat yang bersifat
hidrofilik terjerat pada bagian inti air sedangkan obat
lipofilik terjerat pada bagian lipid lapis ganda.
Karakteristik liposom yang tersusun dari fosfolipid (mirip
membran sel) menjadikan liposom bersifat biokompatibel,
biodegradabel dan nonimunogenik. (Febriyenti et al.,
2018)
Buku Antologi Fitofarmasi 11

Liposom merupakan sistem yang menjadi


kandidat penting sebagai penghantar obat menuju sel atau
jaringan target, mengurangi toksisitas dan meningkatkan
indeks terapetik. Sifat bahan pembentuk liposom mirip
dengan membrane sel sehingga liposom dapat
dimanfaatkan untuk membawa obat dengan berbagai
macam rute pemberian tanpa dipengaruhi oleh sifat
kelarutannya. liposom berisi obat dibuat dengan tujuan:
memperbaiki kelarutan, mengurangi efek samping,
pelepasan diperlama, melindungi obat, obat tertarget dan
peningkat efikasi. (Febriyenti et al., 2018)
Komposisi liposom umumnya terdiri dari
fosfolipid alami atau sintetis (seperti fosfatidiletanolamin,
fosfatidilgliserol, fosfatidilkolin, fosfatidilserin,
fosfatidilinositol). Fosfatidilkolin (yang dikenal juga
sebagai lesitin) dan fosfatidiletanolamin merupakan
komponen struktural utama dari membran biologis yang
terdapat di dalam tubuh. Liposom juga mengandung unsur
lain seperti kolesterol, polimer hidrofilik lipid terkonjugasi
dan air. Penambahan kolesterol sebagian besar telah
digunakan untuk meningkatkan karakteristik bilayer
liposom. Kegunaan penambahan kolesterol pada liposom
dapat menurunkan fluiditas dan mikroviskositas, sehingga
mencegah kebocoran, mengurangi permeabilitas membran
Buku Antologi Fitofarmasi 12

pada molekul larut air, menjaga stabilitas dalam cairan


biologis, seperti plasma. Hal ini menambah daftar
keuntungan liposom dimana membran lipid terbuat dari
lipid fisiologis yang dapat mengurangi bahaya toksisitas
akut dan kronis. Selain itu, kolesterol dapat meningkatkan
efisiensi penjerapan obat pada sediaan. Efisiensi
penjerapan obat ini merupakan komponen penting dalam
formulasi liposom, karena hal ini berkaitan dengan tingkat
bioavailibilitas dan konsentrasi obat yang berguna dalam
penentuan dosis pada terapi. (Febriyenti et al., 2018)
Liposom tidak hanya digunakan sebagai sistem
penghantar obat sintetik tetapi juga digunakan sebagai
penghantar senyawa metabolit sekunder dari suatu
tumbuhan seperti kurkumin dan asiatikosida. (Febriyenti
et al., 2018)

Bab 4
NANOPARTIKEL
Penulis : Umi Sofina Turrohma
Buku Antologi Fitofarmasi 13

4.1 Nanopartikel
Obat-obat herbal membutuhkan pendekatan
ilmiah untuk memastikan komponen dan kandungan
obatnya. Hal ini dapat dicapai dengan merancang sistem
pengiriman atau pembawa komponen obat baru sebagai
novel drug delivery systems (NDDS). NDDS tidak hanya
mengurangi ketidakpatuhan penderita, akan tetapi juga
membantu meningkatkan nilai terapeutik dengan
mengurangi toksisitas dan meningkatkan bioavailabilitas.
Salah satu pendekatan baru adalah dengan nanoteknologi.
Penggunaan teknologi nano untuk obat herbal sedang
berkembang sekarang ini. Banyak obat herbal berbasis
nanoteknologi baru telah dikembangkan memiliki sifat
biofarmasi yang efisien serta mencapai target dengan
karakteristik yang diinginkan. Nanopartikel obat herbal
memiliki beberapa keuntungan, seperti meningkatkan
kelarutan komponen, meningkatkan bioavailabilitas
melalui peningkatan daya serap, dengan demikian
mengurangi dosis herbal. Disebutkan juga bahwa
penggunaan nanoteknologi adalah salah satu
perkembangan tercepat, yang paling potensial dengan
Buku Antologi Fitofarmasi 14

teknologi tinggi sehingga mendorong pengembangan


peningkatan bioavailabilitas obat-obat herbal. Penerapan
nanoteknologi membuat perkembangan obat nanoherbal
dengan bioavaibilitas tinggi, akan membuka era baru
penemuan obat herbal.Telah dibuktikan terobosan dari
penelitian nanomisasi fitokimia herbal, berupa
nanocurcumin, nanopiperine, serta nanoberberine.
Bioavailabilitas mengacu pada tingkat pengembangan
tekniknya di mana bagian aktif (obat atau metabolit) bisa
memasuki sistem sirkulasi melalui dinding sel vaskuler,
dengan demikian dapat mencapai sel target. Berbeda
dengan obatobat kimia yang ditentukan oleh potensi
penyerapannya, bioavailabilitas obat herbal sangat
ditentukan oleh sifat bentuk sediaan (yang sebagian
bergantung pada desain dan pembuatannya). (Purba, 2019)

4.2 Pendekatan Obat Herbal dengan Nanoteknologi


Tidak seperti sistem alopatik, obat herbal
memiliki ratusan hingga ribuan komponen yang semuanya
bekerja bersama untuk mengobati berbagai penyakit.
Produk alami yang dihasilkan oleh organisme, misalnya
jamur, bakteri, hewan, dan tumbuhan berperan sebagai
Buku Antologi Fitofarmasi 15

bahan aktif secara biologis. Nanoteknologi adalah


teknologi baru dalam penemuan obat, memiliki
kemampuan untuk mencapai target di lokasi patologi yang
terinfeksi karena ukurannya yang kecil. Atas dasar ini para
ilmuwan telah mengembangkan banyak jenis nanopartikel
dalam pengembangan obat herbal. (Purba, 2019)
Nanopartikel dan nanoemulsi adalah sistem
koloid partikel dengan ukuran bervariasi dari 10 nm
hingga 1000 nm. Sistem nanopartikel dengan ukuran
partikel rata-rata di atas standar 100 nm juga telah
dilaporkan dalam literatur, termasuk kurkuminoid
nanonisasi, paklitaksel dan prasikwantel, yang memiliki
masing-masing dengan ukuran partikel yang bahkan lebih
besar dari 200 nm. Selain itu, nanopartikel juga dapat
didefinisikan sebagai sistem koloid submikronik.
Nanospheres memiliki struktur dan jenis matriks di mana
bahan aktif tersebar di seluruh partikel, sedangkan
nanokapsul memiliki membran polimer dan inti bahan
aktif. (Purba, 2019)
Nanonisasi memiliki banyak keuntungan seperti
meningkatkan kelarutan senyawa, mengurangi dosis obat,
dan meningkatkan daya serap obat-obatan herbal. Dengan
demikian, nanoteknologi/nanopartikel memiliki potensi
tinggi, mampu mengubah obat-obatan herbal yang sulit
Buku Antologi Fitofarmasi 16

larut, sulit diserap dan labil menjadi obat-obatan herbal


dengan bioavailabilitas tinggi. Partikel nano dengan
ukuran kecil lebih disukai karena peningkatan bioaktivitas
lebih besar daripada partikel nanomized dengan ukuran
yang lebih besar. (Purba, 2019)
Para peneliti dapat secara efektif memanfaatkan
teknologi nano untuk menghindari masalah
bioavailabilitas yang rendah dan kelarutan terkait obat-
obatan herbal. Kemajuan sampai pada peningkatan
formulasi nano berbagai obat herbal kemopreventif seperti
kurkumin, resveratrol, genistein, dan lainnya. (Purba,
2019)

Bab 5
FITOSOM
Penulis : Wafa Rafif Pratama
Buku Antologi Fitofarmasi 17

5.1 Tinjauan Pustaka


Fitosom adalah produk herbal canggih yang
diproduksi oleh komponen individu yang mengikat dari
ekstrak herbal untuk fosfatidilkolin menghasilkan produk
yang penyerapannya lebih baik dan menghasilkan hasil
yang lebih baik daripada ekstrak herbal konvensional.
(Sharma, 2010)
Salah satu perkembangan Drug Delivery System
dalam penghantaran transdermal yaitu sistem vesikular,
salah satunya dikenal sebagai fitosom. Fitosom merupakan
gabungan fosfolipid salah satunya fosfatidilkolin dalam
pelarut non polar seperti aseton. Menurut Khan (2013),
penyusun fitosom yaitu yang merupakan struktur misel
kompleks bahan alam – fosfolipid. Menurut Jain et al
(2010), dan Kidd (2005), bahwa komposisi fitosom
bersifat aman dan komponennya diterima untuk
penggunaan dalam bidang farmasi, serta absorpsi dan
bioavailabilitas dari bahan alam yang larut air meningkat.
Hal ini menghasilkan efek terapi yang lebih baik. (Sharma,
2010)
Fitosom merupakan struktur seperti sel yang
terbentuk dari reaksi stokiometri antara fosfolipid dengan
Buku Antologi Fitofarmasi 18

ekstrak atau komponen polifenol dalam pelarut non polar.


Sistem penghantar fitosom dapat meningkatkan
bioavailibilitas zat aktif karena sifatnya yang permeabel
dan dapat menembus membran yang kaya akan lipid.
(Sharma, 2010)
Fitosom memiliki dimensi tambahan; aktivitas
pemberian kesehatan yang terbukti dari fosfolipid itu
sendiri. Kehadiran surfaktan yaitu fosfolipid dalam
molekul memungkinkan mendapatkan adhesi yang lebih
tinggi dari produk itu sendiri ke permukaan itu datang ke
kontak dengan dan interaksi yang lebih baik dari berbagai
molekul dengan struktur sel. Aspek ini adalah dari sangat
penting dalam kosmetik dan formulasi farmasi. (Sharma,
2010)
Proses fitosom telah diterapkan pada banyak
ekstrak herbal populer termasuk Ginkgo biloba, grape
seed, hawthorn, olive fruits and leaves, milk thistle, green
tea, ginseng, kushenin, marsupsin and curcumin.
Meningkatkan bioavailabilitas fitosom atas ekstrak
tanaman yang lebih sederhana dan tidak kompleks telah
ditunjukkan oleh farmakokinetik dan studi aktivitasnya,
yang dilakukan pada hewan serta manusia. (Sharma, 2010)
Senyawa-senyawa ini dapat dianggap sebagai
entitas baru berdasarkan karakteristik fisiokimia dan
Buku Antologi Fitofarmasi 19

spektroskopi. Saat ini fitoosom digunakan terutama dalam


kosmetik untuk mengirimkan zat larut airnya. Teknologi
ini juga berguna dalam formulasi farmasi yang ditujukan
untuk pengobatan rongga mulut di mana kontak waktu
sangat singkat karena fosfospid memungkinkan adhesi
yang lebih besar dari produk itu sendiri. (Sharma, 2010)

Manfaat Fitosom : (Sharma, 2010)


a. Ditandai adanya peningkatan bioavailabilitas.
b. Proses fitosom menghasilkan sedikit sel di mana
komponen berharga dari ekstrak herbal dilindungi dari
penghancuran oleh sekresi pencernaan dan bakteri
usus.
c. Pengiriman terjamin ke jaringan.
d. Tidak ada kompromi keamanan nutrisi.
e. Persyaratan dosis berkurang karena adanya
penyerapan kepala konstituen.
f. Efisiensi jebakan tinggi dan banyak lagi lebih dari
yang telah ditentukan karena obat itu sendiri
konjugasi dengan lipid terbentuk vesikel.
g. Tidak ada masalah tentang jebakan obat.
h. Fitosom menunjukkan profil stabilitas yang lebih baik
karena ikatan kimia terbentuk antara molekul
fosfatidikolin dan fitokonstituen.
Buku Antologi Fitofarmasi 20

i. Fosfatidikolin digunakan dalam proses fitosom selain


bertindak sebagai pembawa juga bisa memelihara
kulit, karena itu adalah bagian penting dari membran
sel.
j. Fitosom juga lebih unggul dari liposom dalam produk
perawatan kulit.
k. Manfaat klinis yang jauh lebih besar.
l. Struktur fitosom tertentu memunculkan sifat-sifat
yang baik dan keuntungan dalam pengaplikasi
kosmetik.
m. Peningkatan kemampuan fitosom untuk menyeberang
kemembran sel dan memasukkan sel.
n. Kelarutan mereka yang rendah di media yang berair
sehingga memungkinkan pembentukan emulsi yang
stabil atau krim.

5.2 Sifat Fisika dan Kimia Fitosom


Mereka adalah zat lipofilik dengan titik leleh,
bebas larut dalam nonpolar dan pelarut aprotik di mana
tidak hidrofilik. Mereka cukup larut dalam lemak dan
tidak larut dalam air. Ketika diobati dengan air, mereka
mengasumsikan dalam bentuk micelle, membentuk
struktur yang menyerupai liposom. Dalam hal ini
Buku Antologi Fitofarmasi 21

kompleks, kepala kutub fosfolipid terlibat sementara


moieties asam lemak mempertahankan tingkat mobilitas
tinggi yang ditandai adanya lipofilia pada molekul baru.
(Farmasi, Kedokteran and Brawijaya, 2018)
Dalam spektrum 1H-NMR , sinyal kompleks zat
mengalami perluasan yang kuat sehingga mereka tidak
bisa lagi dibuktikan dalam spektra. Dalam spektrum 13C-
NMR, sinyal zat kompleks serta zat-zat kolin dan gliserin
bagian dari fosfolipid tidak dapat direkam lagi. Fosfor inti
itu sendiri mengalami perluasan band yang menunjukkan
bahwa itu disengaja dalam pembentukan zat yang
kompleks. (Farmasi, Kedokteran and Brawijaya, 2018)
Baik di 1H-NMR dan spektra 13C-NMR, hanya
sinyal rantai lipid yang muncul, bahkan hal ini
menunjukkan beberapa imobilisasi. Jenis sinyal
membuktikan interaksi antara kepala kutub dan zat aktif
yang kompleks sedangkan rantai lipid tidak terlibat karena
zat ini bebas untuk memutar dan memberikan karakter
yang kompleks lipofilik. (Farmasi, Kedokteran and
Brawijaya, 2018)

5.3 Metode Persiapan


Fitosom disiapkan dengan pereaksi alami atau
fosfolipid sintetis dengan komponen aktif seperti
Buku Antologi Fitofarmasi 22

bioflavonoid, flavolignan dan polifenol Konstituen.


Metode Penguapan Pelarut adalah teknik yang paling
umum digunakan untuk persiapan fitosom. Fitosom dari
ginsenoside, puerarin dan kushenin disiapkan dengan cara
ini. Metode dispersi Mekanis digunakan untuk persiapan
kompleks marsupsin-phospholipid. Fosfolipid dilarutkan
dalam pelarut yang cocok dan bahan aktif ditambahkan
tetes demi tetes sambil dilakukan sonicating. Fosfolipid
kompleks disiapkan di bawah refluks dan dalam kondisi
mengaduk agar efek interaksi cepat selesai. Kurkumin
fosfolipid kompleks disiapkan dengan menambahkan
fosfolipid ke dalam larutan etanol ekstrak hidroalkoholik
rimpang kunyit, di bawah refluks dan dengan pengadukan.
Kompleks yang disiapkan yang disebut fitosom dapat
terisolasi oleh zat yang nonsolvent, lyofilisasi,
pengeringan semprot atau pengeringan vakum. (Sharma,
2010)

5.4 Perbedaan Antara Fitosom Dengan Liposom


Fitosom Liposom
Dalam fitosom aktif konstituen Dalam liposom, prinsip
kimia molekul adalah berlabuh aktifnya adalah larut dalam
melalui ikatan kimia ke kepala rongga atau di lapisan
kutub fosfolipid. Membran. Tidak dibentuk pada
Buku Antologi Fitofarmasi 23

obligasi kimia.
Dalam fitosom, fosforilkolin Dalam liposom, ada ratusan
dan tanaman individu dalam dan ribuan molekul
bentuk majemuk 1:1 atau fosforilkolin yang larut dalam
kompleks 2:1 tergantung pada air.
jumlah zat.

Bab 6
MIKROSFER
Penulis : Karmelia Nur Safitri

6.1 Tinjauan Pustaka


Mikrosfer adalah salah satu sistem penghantaran
obat yang dapat digunakan untuk menghantarkan obat
pada pemakaian secara oral maupun topikal. Efektivitas
Buku Antologi Fitofarmasi 24

mikrosfer sebagai sistem penghantar obat antara lain


dipengaruhi oleh polimer penyusun matriknya. (Purwanti,
Puspita and Erawati, 2019)
Mikrosfer adalah partikel bola kecil, dengan
diameter dalam mikrometer kisaran (biasanya 1 μm hingga
1000 μm (1 mm)). Mikrosfer terkadang disebut sebagai
mikropartikel bulat. Secara umum mikrosfer padat atau
berlubang dan tidak memiliki cairan di dalamnya, berbeda
dengan mikrokapsul. (Purwanti, Puspita and Erawati,
2019)
Mikrosfer dapat dibuat dari berbagai bahan alami
dan bahan sintetis. Mikrosfer kaca, polimer mikrosfer,
mikrosfer logam, dan keramik mikrosfer tersedia secara
komersial. Mikrosfer padat dan berongga sangat bervariasi
dalam kepadatan dan, oleh karena itu, digunakan untuk
aplikasi yang berbeda. Mikrosfer berongga biasanya
digunakan sebagai aditif untuk menurunkan massa
jenis dari suatu bahan. Mikrosfer padat memiliki banyak
aplikasi tergantung pada material apa mereka dibuat dan
ukurannya. Polietilen, polistiren dan mikrosfer yang dapat
diperluas adalah jenis mikrosfer polimer yang paling
umum. (Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)

Mikrosfer dibagi menjadi 3 yaitu :


Buku Antologi Fitofarmasi 25

a. Mikrosfer polistiren biasanya digunakan


dalam biomedis aplikasi karena kemampuannya untuk
memfasilitasi prosedur seperti pemilahan sel dan
imunopresipitasi. Protein dan ligan menyerap ke
polistiren dengan mudah dan permanen, yang membuat
mikrosfer polistiren cocok untuk penelitian medis dan
eksperimen laboratorium biologi. (Purwanti, Puspita
and Erawati, 2019)
b. Mikrosfer polistiren biasanya digunakan sebagai
pengisi permanen atau sementara. Suhu leleh yang
lebih rendah memungkinkan mikrosfer polietilen
membuat struktur berporikeramik dan bahan lainnya.
Kebulatan mikrosfer polietilen yang tinggi, serta
ketersediaan mikrosfer berwarna dan fluoresen,
membuatnya sangat diinginkan untuk visualisasi aliran
dan aliran fluida analisis, teknik mikroskop, ilmu
kesehatan, proses penyelesaian masalah dan berbagai
aplikasi penelitian. Mikrosfer polietilen bermuatan juga
digunakan dalam tampilan digital kertas elektronik.
(Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)
c. Mikrosfer yang dapat diperluas adalah mikrosfer
polimer yang digunakan sebagai bahan peniup misalnya
engah tinta, pelapis bagian bawah bodi mobil dan
cetakan injeksi dari termoplastik. Mereka juga dapat
Buku Antologi Fitofarmasi 26

digunakan sebagai pengisi ringan mis. marmer


berbudaya, cat berpelarut air dan pengisi retak /
senyawa sambungan. Mikrosfer polimer yang dapat
diperluas dapat mengembang hingga lebih dari 50 kali
ukuran aslinya saat panas diterapkan padanya. Dinding
luar setiap bola adalah cangkang termoplastik yang
merangkum hidrokarbon dengan titik didih rendah.
Ketika dipanaskan, cangkang luar ini melunak dan
mengembang saat hidrokarbon memberikan tekanan
pada dinding cangkang internal. (Purwanti, Puspita and
Erawati, 2019)
d. Mikrosfer kaca terutama digunakan sebagai pengisi dan
volumizer untuk pengurangan berat badan, retro-
reflektor untuk keselamatan jalan raya, aditif untuk
kosmetik dan perekat, dengan aplikasi terbatas dalam
teknologi medis. Mikrosfer yang terbuat dari kaca yang
sangat transparan dapat berfungsi sebagai kualitas yang
sangat tinggi lubang mikro optik atau mikroresonator
optik. (Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)
e. Mikrosfer keramik digunakan terutama sebagai media
gerinda. (Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)
f. Mikrosfer berongga yang sarat dengan obat di kulit
polimer terluarnya dibuat dengan metode difusi pelarut
Buku Antologi Fitofarmasi 27

emulsi baru dan teknik pengeringan semprot.


(Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)

Mikrosfer sangat bervariasi dalam kualitas,


kebulatan, keseragaman, ukuran partikel dan distribusi
ukuran partikel. Mikrosfer yang sesuai perlu dipilih untuk
setiap aplikasi unik. (Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)
Mengapa memilih mikrosfer? Karena mikrosfer
mampu menjaga stabilitas dan memperpanjang efek
farmakologi yang ditimbulkan, melalui pola pelepasan
diperlambat diperlukan sistem penghantaran yang sesuai
yaitu mikrosfer. (Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)
Mikrosfer dibuat dengan cara mengenkapsulasi
probiotik menggunakan matriks kombinasi natrium
alginat-gelatin dengan penyambung silang larutan CaCl2.
Dipilih metode ekstrusi, karena memiliki beberapa
kelebihan yaitu sederhana, murah, mudah dilakukan, serta
tidak menyebabkan kerusakan probiotik, karena tidak
memerlukan suhu tinggi maupun pelarut organic.
(Purwanti, Puspita and Erawati, 2019)
Buku Antologi Fitofarmasi 28

Daftar Pustaka

Adi, I. M. O. (2016) ‘Obat Tradisional’, Jurnal Keperawatan


Universitas Jambi, p. 218799.
Dron Modi, Pratik Amaliyar, Yagnesh Kalal, Bhavin Gangadia, Sunita
Chaudhary, Kinjal Sanghvi, Hiral Shah, D. Sen et al. (2013) ‘Novel
Approach in Compressed-coated Tablet Dosage Form: Core-in-Cup (In
Lay) Tablet with Geometrically Altered Drug Delivery Concept’,
British Biomedical Bulletin, 1(2), pp. 90–102. Available at:
http://www.ich.org/products/guidelines/quality/article/quality-
guidelines.html
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.ijpharm.2017.07.050%0Ahttp://www.s
ciencedomain.org/abstract.php?
iid=153&id=14&aid=669%0Ahttp://www.clariant.com/C125720D002
B963C/picklist/C0EB1376B40AC1.
Farmasi, J., Kedokteran, F. and Brawijaya, U. (2018)
‘KARAKTERISASI FITOSOM EKSTRAK PEGAGAN ( Centela
asiatica ) Alifia Putri Febriyanti 1 , Pipit Sulistiyani 2 1’.
Febriyenti, F. et al. (2018) ‘Formulasi Liposom Ekstrak Terpurifikasi
Centella asiatica Menggunakan Fosfatidilkolin dan Kolesterol’, Jurnal
Sains Farmasi & Klinis, 5(2), p. 78. doi: 10.25077/jsfk.5.2.78-82.2018.
Kamboj, S. et al. (2012) ‘Sustained release drug delivery system: An
overview’, Pharma Research, 8(1), pp. 169–186.
Purba, J. S. (2019) ‘Penyakit Autoimun dan Terapi Herbal : Peran
Buku Antologi Fitofarmasi 29

Nanoteknologi terhadap Efektivitas Obat Herbal’, Cdk, 46(3), pp. 208–


212.
Purwanti, T., Puspita, R. and Erawati, T. (2019) ‘Pengaruh Matriks
Kombinasi Alginat:Gelatin (2%:1%) terhadap Karakteristik dan
Aktivitas Antibakteri Mikrosfer Probiotik Lactobacillus acidophilus’,
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6(1), p. 44. doi:
10.20473/jfiki.v6i12019.44-50.
Sharma, S. (2010) ‘Shalini Sharma’, (5), pp. 1–7.
Vishal Rashtriya Shikshan Mandals, P. N. and Therapeutics, A. (2016)
‘An Overview on Emerging Trends in Immediate Release Tablet
Technologies & EVALUATION OF GELLING POTENTIALS OF
HIBISCUS CANNABINUS SEED MUCILAGE View project
SMEDDS View project’, (July). Available at:
www.austinpublishinggroup.com.
Buku Antologi Fitofarmasi 30

BIODATA PENYUSUN

(18020200011) Ana Rizkiyatul Karimah, lahir di


Mojokerto pada tanggal 20 Agustus 1999. Ia
lulus kompetensi keahlian Farmasi dari SMK.
Bhakti Indonesia Medika PPMU dan
melanjutkan program sarjana farmasi di STIKes
RS Anwar Medika. Selama masa pendidikannya
di STIKes RS Anwar Medika, ia mengikuti
beberapa macam kegiatan non akademik,
diantaranya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa
“berjuang, selama 1 periode, Unit Kegiatan Mahasiswa Seni
bertahan, Tari dan Olahraga Cabang Bola Volly selama 3
menangkan” periode. Ia juga mendapat kesempatan untuk
menjadi perwakilan tim inti volley putri yang
akan mengikuti ajang Pekan Olahraga & Seni
Kesehatan di Banyuwangi pada tahun 2019. Ia
bekerja di RS Gatoel Mojokerto bagian Apotek
Rawat Jalan pada tahun 2018, dimana ia belum
menyelesaikan studi SMK nya, namun berhenti
ketika mulai memasuki tahun pertama
perkuliahan. Ia juga pernah bekerja di Klinik
Puspa Anwar Medika pada tahun 2019, akan
tetapi berhenti dikarenakan ada konflik keluarga.
Pada tahun ini, (2021) ia melakukan beberapa
pekerjaan untuk terus menyelesaikan gelar
sarjananya, diantara nya adalah menjadi training
PT. Seed Origin International selama 2 bulan, PT.
Ajinomoto Mojokerto selama 1 bulan, dan
menetap bekerja di Klinik Kecantikan Post
Beauty Mojosari dengan diiringi bekerja di Cafe
Kopi Kekinian “Family Coffe” di Mojosari. Ia
juga menguasai beberapa program design grafis,
diantaranya adalah Corel Draw, dsb.
Buku Antologi Fitofarmasi 31

(18020200012) Desi Phingkarsa, lahir di


Kediri pada tanggal 11 April 1999. Ia
merupakan mahasiswa jurusan S1 Farmasi
angkatan 2018 STIKES RS Anwar Medika. Ia
merupakan alumnus dari Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kandangan
Kediri jurusan IPS dan lulusan pada tahun
2017 dengan peringkat 2 paralel se-jurusan
“Kuasai IPS dan mendapatkan nilai Ujian Nasional
segalanya atau Ekonomi terbaik 1 di SMA Negeri 1
kau akan Kandangan. Selama masa pendidikannya di
dikuasai oleh STIKES RS Anwar Medika, ia mengikuti
segalanya” berbagai macam kegiatan baik dibidang
akademik maupun non akademik. Pada
bidang akademik ia mengikuti berbagai
perlombaan salah satunya adalah National
University Debating Championship (NUDC)
sebagai Debater dan Kompetisi Nasional
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(KN-MIPA) pada bidang Kimia. Di bidang
non-akademik ia mengikuti organisasi intra
kampus diantaranya adalah Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) selama 2 periode dan
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Tari
dan Paduan Suara selama 2 periode. Ia juga
mendapatkan penghargaan sebagai
Mahasiswa Berprestasi (MAPRES) STIKES
RS Anwar Medika pada tahun 2019.
Buku Antologi Fitofarmasi 32

(18020200025). Umi Sofina Turrohma, lahir


di Sidoarjo pada tanggal 18 April 1999. Ia
merupakan mahasiswa jurusan S1 Farmasi
angkatan 2018 STIKES RS Anwar Medika. Ia
merupakan alumnus dari Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Porong
Sidoarjo jurusan IPA dan lulusan pada
tahun 2017. Selama masa pendidikannya di
STIKES RS Anwar Medika, ia mengikuti
“Belajar, berbagai macam kegiatan baik dibidang
Berjuang, akademik maupun non akademik. Pada
Berdoa” bidang akademik ia mengikuti beberapa
kegiatan seperti Pekan Kreativitas
Mahasiswa 2021 dalam bidang Karsa Cipta.
Di bidang non-akademik ia mengikuti
organisasi intra kampus diantaranya adalah
Himpunan Mahasiswa (HIMA) S1 Farmasi
selama 1 periode, Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) selama 1 periode dan
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Tari
dan Paduan Suara selama 2 periode. Ia juga
mengikti organisasi di luar kampus yaitu
Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Putri
Nahdlatul Ulama Kec. Prambon.
Buku Antologi Fitofarmasi 33

(17020200043). Karmelia Nur Safitri, ia lahir di


Sidoarjo, pada tanggal 16 desember 1998.
Merupakan mahasiswi aktif STIKes Rumah Sakit
Anwar Medika program studi Sarjana Farmasi. Ia
mengikuti kelas Angkatan 2018, dikarenakan
pada tahun sebelumnya ia telah mengambil cuti
selama satu tahun. Ia juga memiliki hobby yaitu
bernyanyi.

(18020200044). Wafa rafif Pratama, ia lahir di


Kota Surabaya pada tanggal 12 juli 2000. Ia
merupakan mahasiswa aktif STIKes Rumah Sakit
Anwar Medika program studi Sarjana Farmasi
pada tahun 2018 sampai sekarang. Ia tinggal di Jl.
Manyar Sabrangan Gg. 6 Buntu No. 02. Ia juga
memiliki hobby, diantaranya adalah menggambar
dan menulis.

Anda mungkin juga menyukai