Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN

Ketimpangan sosial adalah pembedaan kelas sosial akibat adanya ketidak seimbangan dalam kehidupan
masyarakat.

faktor utama munculnya ketimpangan sosial di masyarakat. Ketimpangan ini penyebab utamanya
karena pembangunan ekonomi yang tidak merata.

Ketimpangan sosial dapat terjadi dalam kehidupan masyarakat dikarenakan adanya ketidakseimbangan
dalam kehidupan bermasyarakat, adanya perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru,
kurangnya pemukiman, kurangnya fasilitas usaha, sulit mendapat peluang kerja, dan kekurangan akses
pendidikan ditambah dengan masuknya budaya luar yang masuk kedalam suatu negara

PENYEBAB

Ketimpangan sosial ekonomi dapat terjadi karena beberapa faktor. Berikut ini beberapa faktor penyebab
terjadinya ketimpangan sosial ekonomi yang ada di Indonesia:

1. Kebijakan Pemerintah yang Tidak Adil

Kebijakan pemerintah yang tidak adil menyebabkan sejumlah ketimpangan sosial ekonomi. Salah satu
bentuk kebijakan pemerintah yang menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi adalah kebijakan
pembangunan negara.

Dalam masalah pembangunan, pemerintah seringkali terlalu fokus membangun daerah perkotaan atau
beberapa pulau besar seperti Jawa dan Sumatera. Hal ini dikarenakan pemerintah masih menganggap
daerah-daerah tersebut berpotensi sangat tinggi dan dapat menghasilkan pemasukan yang tinggi bagi
negara.

Selain itu, ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola pulau-pulau Indonesia yang banyak membuat
mereka lebih fokus mengurus perkotaan atau pulau-pulau besar di Indonesia. Ini mengakibatkan
ketimpangan sosial ekonomi antara daerah perkotaan dengan daerah terpencil.

Daerah perkotaan atau pulau besar yang mengalami pembangunan pesat akan memperoleh fasilitas
memadai, pendapatan yang tinggi, serta kesejahteraan penduduk yang lebih baik. Ini berbeda dengan
daerah terpencil yang kondisinya tertinggal dan membuat fasilitas yang didapat tidak memadai,
pendapatan daerah yang rendah, serta kesejahteraan penduduk yang memprihatinkan.

Kemiskinan akan dapat dijumpai di daerah terpencil. Bila dibiarkan, maka akan terjadi kecemburuan
sosial antara daerah terpencil dengan daerah yang lebih maju.
2. Persebaran Penduduk

Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk juga mempengaruhi ketimpangan sosial


ekonomi. Di Indonesia, persebaran penduduk masih tidak begitu merata. Hal ini bisa dilihat dari
banyaknya penduduk yang menghuni Pulau Jawa dibanding pulau-pulau lainnya.

Anggapan bahwa Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan berpotensi tinggi membuat sejumlah
penduduk bermigrasi ke pulau ini. Selain itu, faktor pembangunan yang tidak merata juga
mengakibatkan penduduk daerah terpencil pindah ke Pulau Jawa karena pulau tersebut dianggap lebih
maju dibanding daerah asal mereka.

Akibatnya, terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara Pulau Jawa dengan pulau-pulau terpencil.
Pulau Jawa akan mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding pulau lainnya.

3. Kualitas Diri Masyarakat

Pembangunan yang tidak merata membuat fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai tidak
dapat dinikmati sejumlah daerah. Akibatnya, tidak semua masyarakat mempunyai kualitas diri yang baik.

Kualitas diri ini berpengaruh terhadap kualitas kerja mereka. Semakin tinggi kualitas diri mereka, maka
semakin tinggi pula peluang kerja dan kesejahteraan hidup yang didapat. Selain itu, sifat malas
penduduk tertentu juga berpengaruh terhadap kualitas diri masyarakat.

Sifat malas akan mengakibatkan masyarakat enggan menerima perubahan dan enggan untuk belajar
meningkatkan kualitas dirinya. Bila dibiarkan, maka masyarakat akan semakin tertinggal kualitas dirinya.
Masalah kualitas diri ini juga menjadi salah satu masalah negara berkembang, termasuk Indonesia.

4. Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan yang sedikit hanya mampu menampung angkatan kerja dengan jumlah yang sedikit.
Hal ini akan mengakibatkan ketimpangan sosial ekonomi antara angkatan kerja yang telah bekerja
dengan angkatan kerja yang belum bekerja.

Secara ekonomi, angkatan kerja akan berpotensi meraih pendapatan dan kesejahteraan hidup yang
lebih baik dibanding angkatan kerja yang masih menganggur. Jika tidak diatasi, angkatan kerja yang
menganggur akan semakin sedikit dan membuat perekonomian negara semakin rapuh.

Meningkatkan lapangan pekerjaan bisa menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan ini. Selain itu, cara
mengatasi masalah pengangguran juga harus dilakukan dalammenangani ketimpangan sosial ekonomi
ini.
5. Kemiskinan

Kemiskinan membuat masyarakat sulit mendapatkan kesejahteraan hidup yang layak, sehingga
masyarakat yang mengalami kemiskinan akan mengalami ketimpangan sosial ekonomi dengan
masyarakat yang lebih kaya.

Kemiskinan bisa disebabkan oleh kualitas pribadi yang rendah serta sikap malas yang diidap masyarakat.
Kemiskinan juga dapat terjadi karena pengaruh struktur sosial yang juga disebut sebagai kemiskinan
struktural.

Upaya Pemerintah Mengatasi Ketimpangan Sosial dalam Aspek Ekonomi. Inilah beberapa upaya
pemerintah dalam mengatasi Ketimpangan Sosial dalam aspek Ekonomi :

A. yang dilakukan pemerintah terkait kesehatan anak usia 5 tahun ke bawah, khususnya terkait stunting
(kurang gizi). Stunting dipandang memperparah kemiskinan sehingga harus diturunkan.

B. soal bantuan sosial yang belum tepat sasaran. Masih banyak warga tidak mampu yang belum
tersentuh bantuan karena kurangnya sinkronisasi data.

C. soal peluang pekerjaan, karena pertumbuhan ekonomi didukung oleh penciptaan lapangan kerja
baru. Pemerintah memprioritaskan untuk pendidikan vokasi untuk mengatasi persoalan pengangguran.
Tenaga kerja yang memiliki keterampilan lebih mudah diserap pasar tenaga kerja.

D. menurunkan ketimpangan kekayaan. Selama ini, pendapatan pajak penghasilan masih didominasi
oleh kalangan pekerja. Sedangkan, pajak penghasilan orang pribadi belum optimal. Padahal, kalangan di
luar pekerja seperti direksi, pengusaha, pemilik modal lebih besar kewajiban pajaknya dibanding para
pekerja.

E., menciptakan wirausaha secara massal. Sebagai contoh yang terjadi di Asia Timur seperti Taiwan dan
Korea, di mana kemiskinan diatasi dengan berwirausaha. Tantangan pelaksanaan strategi itu adalah
kerja sama dari berbagai pihak di internal pemerintahan. Selain itu, dukungan dari swasta khususnya
dunia usaha dibutuhkan untuk mengatasi ketimpangan.

Solusi ketimpangan Bahaya ketimpangan telah mengancam di depan mata. Perlu upaya dan kebijakan
nyata untuk menanggulanginya. Secara konseptual, pengurangan ketimpangan dapat dilakukan melalui
tiga cara:

1) melakukan distribusi kekayaan dari kelompok atas ke kelompok bawah,

2) mendorong perkembangan kelas menengah (kelompok 40%-80%) karena indeks Gini sangat sensitif
terhadap perubahan di kelas menengah,
3) pertumbuhan inklusif dengan kelompok masyarakat bawah harus tumbuh lebih cepat jika
dibandingkan dengan kelompok masyarakat atas.Berbeda dengan kebijakan pengentasan rakyat dari
kemiskinan, kebijakan pengurangan ketimpangan akan penuh kontroversi dan penolakan masyarakat
khususnya kelompok kelas menengah atas. Distribusi kekayaan dari kelompok atas akan penuh
kontroversi karena dengan kekuatan sumber daya mereka, mereka mampu memengaruhi politisi untuk
menghambat setiap kebijakan yang ada. Oleh karena itu, kebijakan penanggulangan ketimpangan harus
lebih kreatif, inovatif, dan komprehensif sehingga akan mendapatkan dukungan yang luas dari
masyarakat.Kerangka konseptual kebijakan di atas dapat diterjemahkan menjadi lima kebijakan utama
yang dapat dilakukan pemerintah untuk menurunkan ketimpangan di Indonesia, antara lain

, pertama, peningkatan tax ratio dan kepatuhan pembayaran pajak. Rasio perpajakan di Indonesia
termasuk yang paling rendah di kawasan ASEAN sehingga pemerintah tidak banyak memiliki ruang fiskal
untuk membiayai pembangunan.Peningkatan rasio pajak merupakan cara untuk mendistribusikan
kekayaan dari kelompok atas untuk kelompok di bawahnya. Kenaikan rasio pajak berarti meningkatkan
transfer dari kelompok kayak ke kelompok miskin. Selain itu, kebijakan perpajakan seperti tax amnesty
akan berdampak terhadap ketimpangan sangat tergantung seberapa besar tebusan yang dibayarkan
serta bagaimana memanfaatkan informasi perpajakan dalam tax amnesty untuk meningkatkan rasio
pajak.

Kedua, kebijakan perpajakan merupakan cara konvensional untuk melakukan redistribusi kekayaan
kelompok atas, kebijakan pajak sangat progresif akan mendorong penggelapan dan penghindaran pajak
dari kelompok atas. Oleh karena itu, sistem redistribusi dapat dilakukan dengan mendorong adanya
personal social responsibility (PSC) dengan kelompok kaya didorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan
filantrofi untuk membantu menyelesaikan permasalahan di masyarakat.Saat ini, kegiatan filantrofi
menjadi sebuah tren tersendiri di kalangan kelompok kaya. Pemerintah dapat memberikan insentif
perpajakan (pemotongan pajak, bukan pengurangan pajak) untuk kegiatan PSC ini. Secara alami,
kelompok kaya akan lebih senang menyalurkan kekayaan mereka melalui filantrofi jika dibandingkan
dengan untuk membayar pajak. Kegiatan filantrofi dapat diarahkan pada kegiatan pendidikan,
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Ketiga, keterpaduan antara pengembangan sumber daya manusia dan peta jalan transformasi
perekonomian. [Dartanto et al (forthcoming)] menunjukkan transformasi struktural dari sektor
pertanian menuju sektor industri dan jasa yang tidak terarah merupakan salah satu penyebab
ketimpangan di Indonesia. Perkembangan sektor jasa yang meningkat selama 20 tahun terakhir tidak
dibarengi peningkatan keterampilan sumber daya manusia yang mendukung perkembangan sektor jasa.
Atau dengan kata lain terjadi skill mismatch antara lulusan dunia pendidikan dan kebutuhan dunia kerja.
Kondisi itu memunculkan adanya banyak pengangguran terdidik sehingga perkembangan perekonomian
tidak berdampak bagi penciptaan lapangan kerja.

Keempat, pemberantasan korupsi dan perbaikan tata kelola pemerintahan. Korupsi yang pastinya
dilakukan kelompok atas (berkuasa) merupakan salah satu bentuk regressif transfer dengan sumber
daya mengalir dari kelompok bawah menuju ke kelompok atas, sebagai contohnya, korupsi dana
bantuan sosial untuk masyarakat miskin. Dartanto et al (2016) menunjukkan pemberantasan korupsi
dapat mengurangi ketimpangan di Indonesia karena mampu menghentikan transfer sumber daya dari
kelompok miskin ke kelompok kaya.

Kelima, perlindungan sosial bagi kelompok miskin dan rentan miskin melalui kebijakan kesehatan,
pangan, pendidikan dan perumahan. Kebijakan itu bertujuan memberikan jaring pengaman kepada
kelompok miskin dan hampir miskin sehingga mereka bisa bekerja dan berusaha lebih baik. Meskipun
begitu, keinginan berbagai pihak terkait dengan kebijakan perlindungan sosial seperti pembiayaan
program Jaminan Kesehatan Nasional melalui tax funded (tanpa kontribusi) untuk seluruh masyarakat
harus dipikirkan secara hati-hati karena terkait dengan kesinambungan fiskal di masa yang akan datang.

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/kolom-pakar/94143/ketimpangan-di-indonesia-makna-dan-
solusi-mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai