Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KULIAH 7

TECHNOPRENEUR AND INSPIRATIONAL STORY


Rizka Amelia Dwi Safira
NIM. 03021382121018
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

1. Movie Resume “Jobs”


“Jobs” adalah sebuah film biografi yang dirilis pada tahun 2013 dengan mengisahkan
karir pebisnis sukses dari Amerika Serikat, Steve Jobs, yang dimulai sejak masa kuliahnya.
Dengan disutradarai oleh Joshua Michael Stern, film ini berhasil meraup pendapatan sebesar
84,1 juta dolar AS. Steve Jobs merupakan sosok penting dalam revolusi kemajuan digital di
abad ke-21. Film ini dimulai ketika Steve Jobs tidak lagi mampu membayar uang kuliahnya
sehingga harus mengalami dropout. Namun, seorang dosen memintanya untuk terus mengikuti
kelasnya, yaitu kelas kaligrafi, hingga Steve pun bertemu dengan teman-teman yang nantinya
memberi pengaruh besar di hidupnya, salah satunya Daniel Kottke. Berkat pertemanannya itu,
serta pengaruh buku yang kala itu Steve baca, Be Here Now, ditambah narkoba jenis LSD yang
dipakai oleh Steve, mereka pun memutuskan berkelana ke India. Di sana, mereka menciptakan
dan merangkai sebuah sejarah untuk melahirkan karakter perusahaan Apple di masa depan,
yaitu di masa sekarang, hingga seterusnya.
Setelah prosesnya menjadi seorang pengelana, Steve pun kembali ke Los Altos,
California, dan hidup serumah bersama orang tua angkatnya. Steve pun bekerja di sebuah
perusahaan pengembangan video game bernama Atari. Bukan Steve namanya kalau tiada
inisiatif cemerlang di tengah kesibukan kerjanya. Selagi bekerja, ia memiliki relasi dengan
seorang teman yang cerdas dan bertalenta luas biasa bernama Steve Wozniak yang pada saat
itu sedang mengembangkan prototipe untuk komputer rumah pribadi untuk nantinya
dikomersialkan. Ide Steve pun muncul. Ia berinisiatif untuk mendirikan sebuah perusahaan
berbasis teknologi yang mereka ciptakan sendiri dari produk yang pada saat itu mereka
kembangkan. Jobs dan rekannya memulai perusahaan baru mereka dengan mendirikan kantor
di bengkel garasi keluarga Steve. Setelah menyelesaikan protoipe yang menjadi cikal bakal
Apple I, Steve melanjutkan risetnya untuk menyempurnakan Apple II hingga mampu menarik
banyak investor dan menghasilkan kesuksesan yang benar.
Seiring perjuangannya mengembangkan Apple, Steve juga menghadapi kisah pahit
yang berlalu lalang. Semakin lama, Steve mulai jauh dari kawan-kawannya, putus dengan pacar
karena mengetahui bahwa sang pacar hamil, menelpon pendiri Microsoft dengan tuduhan
plagiarisme, hingga kegagalan produknya yang bernama Macintosh di tahun 1984. Dari
kegagalan tersebut, Steve justru dipecat dari perusahaannya sendiri pada tahun 1985.
2. Find out how Kopi Kenangan grows up!
Pendiri Kopi Kenangan bernama Edward Tirtanata. Kecintaannya pada kopi membuat
Edward memiliki ide untuk membuka bisnis gerai kopi berkualitas tinggi dengan harga yang
terjangkau. Dengan bermodalkan uang sebesar 150 juta sebagai hasil patungan bersama
rekannya, serta nyali yang tinggi, Edward pun membuka gerai pertamanya di daerah Kuningan,
Jakarta Selatan, pada tahun 2017. Resep andalan untuk pembukaan gerai pertama tersebut
bernama “Kopi Kenangan Mantan” yang berhasil terjual 700 gelas pada hari pertama. Dalam
beberapa bulan, bisnis Kopi Kenangan berhasil melahirkan keuntungan hingga menarik minat
investasi Alpha JWC yang memberi 8 juta dolar AS sebagai modal awal di tahun 2018. Strategi
yang diusung oleh Kopi Kenangan lebih terfokus pada pengembangan dan inovasi produknya.
Dengan tawaran kopi yang murah, bantuan teknologi untuk melayani pesanan, tokonya yang
kecil, serta pengantaran pesanan dengan mengandalkan aplikasi seperti Gofood, Grabfood, dan
aplikasi Kopi Kenangan itu sendiri, membuat setiap toko cabang tidak membutuhkan banyak
staff, maka biaya operasional pun dapat ditekan. Keefektifan penggunaan food delivery app
tersebut nyatanya juga bisa meningkatkan omzet sebesar 30-40% sehingga cocok diterapkan
pada perusahaan yang ingin melakukan business scale up. Menurut Edward, strategi terpenting
dalam memulai bisnis adalah dengan mengetahui lokasi pembeli untuk menentukan lokasi
strategis tempat membuka usaha. Menurutnya, gerai atau toko untuk bisnis minuman kopi tidak
harus luas, yang penting cukup. Kini, Kopi Kenangan memiliki target untuk memperluas
jangkauan pasarnya hingga keluar negeri, yakni Malaysia, Filipina, dan Thailand. Berkat
rinitisannya pada Kopi Kenangan, Edward Tirtanata bersama James rekannya, masuk dalam
30 under forbes Asia 2019 sebagai pemuda bisnis inspiratif yang mampu menghubungkan kopi
dan teknologi. Pada akhir 2019 lalu, Kopi Kenangan telah berhasil memiliki 200 gerai dan
1800 karyawan. Per Januari 2021, jumlah gerai Kopi Kenangan sebanyak 430 gerai dan
menargetkan menambah jumlah gerainya hingga 850 gerai di penutup tahun 2021 nanti.
3. Who is the most inspire person in my life?
Ketika ditanya siapa orang yang menginspirasi hidup saya, saya akan menjawab lebih
dari satu tokoh jikalau diperkenankan. Orang-orang spesial itu kebanyakan berasal dari
keluarga terdekat, namun beberapa adalah tokoh fiksi di beberapa novel bergenre historical-
fiction dan biografi yang saya baca. Mulai dari ibu, kakak kandung, kakak sepupu, mereka
banyak menginsipirasi saya dalam meneruskan hidup. Saya juga mengidolakan beberapa tokoh
aktivis di buku-buku karangan Leila S. Chudori, di antaranya Biru Laut, Mas Gala, dan Segara
Alam, yang banyak menyuarakan keadilan, kemanusiaan, dan ketimpangan sebelum Indonesia
memasuki era reformasi. Ada juga Soe Hok Gie, aktivis yang berkiprah dengan tulisan-
tulisannya yang “mengerikan” di tengah rezim Soekarno kala Orde Lama. Aktivitis-aktivis
tersebut adalah pribadi yang jujur dan tak pantang menyerah demi mempertahankan cita-cita
bangsa bersama. Namun di tulisan kali ini, saya akan mengesampingkan sisi politik saya
dahulu. Saya pikir, inspirator aktivis tersebut sangat berat untuk diangkat kali ini. Saya akan
menceritakan kakak sepupu perempuan yang banyak menginspirasi hidup saya, terutama
dalam hal pendidikan dan lika-liku kehidupan remaja saya.
Namanya Maria Orbita Igarsari Rendon. Kami memang berbeda dalam urusan agama,
namun tetap berjalan beriringan. Semasa remaja, kurang lebih kami adalah pribadi yang sama.
Kami suka belajar dan menghabiskan waktu dengan buku dan latihan soal, kami memiliki strict
parents yang sejak kecil mewanti-wanti kami untuk tidak keluar jalur, alias berpacaran,
kemana-mana harus diantar, namun kasih sayangnya tiada tara. Kak Bita sebutannya. Ia adalah
alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember dari Jurusan Teknik Telekomunikasi. Kala Kak
Bita berkuliah, waktu itu saya masih memakai seragam merah putih saya. Saya melihat kakak
lulus dengan gelar cum laude dan sejak itu saya memiliki impian besar untuk mengikuti
jejaknya berkuliah di kampus yang sama. Kekaguman saya semakin hebat ketika mengetahui
kakak diterima di perusahaan minyak dan gas terkenal, Schlumberger, bahkan sebelum
kelulusannya. Kalau dilihat dari track record kakak selama di kampus, kakak sebetulnya bukan
aktivis kampus atau mahasiswa kura-kura (kuliah rapat, kuliah rapat). Kakak lebih suka
bergelut di bidang keilmiahan dan internasionalisasi, seperti menjadi perwakilan departemen
ketika menyambut tamu asing dari luar negeri. Kemampuan Bahasa Inggrisnya sudah tidak
diragukan lagi.
Kakak memang bukan pribadi yang cukup aktif dalam kegiatan kampus, akademik
tetap nomor satu. Selain berkuliah, kakak mengisi hari-harinya dengan menjadi guru les.
Awalnya satu dua orang murid saja, tapi lama-lama banyak. Di sini, kakak menginspirasi saya
dan berhasil mematahkan stigma bahwa kesuksesan seorang mahasiswa yang baru lulus, tidak
selalu dilihat dari sedikit banyaknya keikutsertaannya dalam sebuah organisasi. Kita harus
bersikap selektif dan menentukan organisasi atau komunitas mana yang memberikan dampak
baik untuk diri kita. Kita harus mampu mengambil celah yang ada. Menjadi guru les, magang,
melakukan projek ilmiah, semua itu juga dapat menjadi tabungan selama menjadi mahasiswa.
Dari hal tersebut saya belajar banyak. Mungkin pada saat menjadi mahasiswa baru, dulu saya
memiliki ambisi yang besar untuk turut serta dalam banyak organisasi atau komunitas, tanpa
memikirkan output yang nantinya akan saya dapatkan. Kini, saya berusaha selektif dan
menyeimbangkannya dengan kegiatan akademik perkuliahan saya. Lagi, akademik tetap
menjadi nomor satu.
Penerbangan ke Schlumberger waktu itu adalah penerbangan pertama kakak. Kakak
ditempatkan di Aljazair ketika pertama kali memulai karirnya. Saya tak bisa membayangkan
menjadi kakak pada waktu itu. Sebelumnya merupakan anak rumahan, sekalinya naik pesawat,
langsung melesat menuju lain benua. Tahun-tahun pertama kakak bekerja merupakan tahun-
tahun yang sulit. Jauh dari keluarga. Jauh dari orang-orang terdekat. Adaptasi dengan
lingkungan dan orang-orang baru. Adaptasi dengan cuaca yang panas kala berperan sebagai
field engineer. Namun semua itu kakak lewati dengan sabar. Kakak menginspirasi saya bahwa
belajar menempatkan diri di lingkungan baru itu penting. Bahwa segalanya memang tak mudah
pada awalnya, namun semua itu kembali ke bagaimana kita menghadapi hal tersebut dan tetap
bertahan. Sejak saat itu, saya juga berkeinginan untuk meneruskan jejak kakak di perusahaan
minyak dan gas tersebut. Saya suka menempeli buku-buku kuliah saya dengan stiker bertema
Schlumberger, sambil belajar, saya bermimpi.
Waktu itu, kakak memang gila kerja. Menjadi anak perempuan pertama memang tidak
mudah. Kini, kakak sedang mengandung anak kedua. Sungguh mengejutkan karena kakak
berhasil mentransformasikan dirinya dari seorang pekerja lapangan menjadi sosok ibu yang
hebat selama mengurus anak pertamanya. Kakak benar-benar tahu akan peran yang dimilikinya
pada suatu waktu. Saya dan kakak suka sekali ngobrol. Entah itu membahas pendidikan, atau
keisengan kakak menanyakan tentang adakah laki-laki yang mendekati saya. Di setiap
pembicaraan, kakak selalu memberi wejangan dari pengalaman yang sudah terlebih dulu
dilewatinya. Perjalanan karir kakak tidak selalu mulus, banyak rintangan yang perlu dihadapi,
serta pilihan yang harus diambil. Kakak selalu menasihati saya bahwa sebisa mungkin, jangan
pernah menyesal akan segala pilihan yang telah kita ambil. Ketika nantinya pilihan tersebut
tidak sesuai dari harapan kita, maka anggaplah sebagai konsekuensi. Tinggal bagaimana kita
mengambil langkah selanjutnya, kita yang menentukan.

Anda mungkin juga menyukai