Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGEMBANGAN AGROPOLITAN KOMODITAS UNGGULAN


TANAMAN PANGAN BOJONEGORO BERMETODE ASSET BASED
COMMUNITY DEVELOPMENT

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh : Chichik Ilmi Annisa


08211540000030 Angkatan 2015 Alfi Karisma 08211540000079
Angkatan 2015 Faizah Lentera Muliarahma 08211840000082
Angkatan 2018
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2019

HALAMAN SA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGEMBANGAN AGROPOLITAN KOMODITAS UNGGULAN


TANAMAN PANGAN BOJONEGORO BERMETODE ASSET BASED
COMMUNITY DEVELOPMENT

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh : Chichik Ilmi Annisa


08211540000030 Angkatan 2015 Alfi Karisma 08211540000079
Angkatan 2015 Faizah Lentera Muliarahma 08211840000082
Angkatan 2018
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2019

i
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
............................................................................................ i

PENGESAHAN PKM-PENELITIAN
.................................................................... ii

DAFTAR
ISI..................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL
............................................................................................................. iv

BAB 1. PENDAHULUAN
................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................


1

1.2 Perumusan Masalah


............................................................................................ 3

1.3 Tujuan ................................................................................................................


3

1.4 Luaran yang Diharapkan ....................................................................................


4

1.5 Manfaat Program ................................................................................................


4

BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA........................................................................................ 4

2.1 Pengembangan Wilayah Berbasis Agropolitan...................................................


4

2.2 Komoditas Unggulan ..........................................................................................


5

2.3 Teori ABCD (Asset Based Community Development) ........................................


6

BAB 3. METODE PENELITIAN


...................................................................................... 6
3.1 Metode Penelitian ...............................................................................................
6

3.2 Tahapan Penelitian .............................................................................................


8

3.3 Rencana Publikasi ..............................................................................................


8

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ..................................................................


8

4.1 Anggaran Biaya ..................................................................................................


8

4.2 Jadwal Kegiatan .................................................................................................


9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


10

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................................
11

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing


........................................ 12

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


..................................................................... 13

Lampiran 3. Sususan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas


............................. 18

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan


................................................................. 20

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Metode
Penelitian.............................................................................................. 7 Tabel 4. 1
Anggaran Rincian Biaya ................................................................................... 8 Tabel
4. 2 Jadwal Kegiatan dalam Penelitian ..................................................................... 9
iv
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Munculnya berbagai komunitas di masyarakat bukanlah sesuatu yang
tabu. Dimulai dari sebuah gagasan oleh beberapa persona, suatu komunitas
mampu berdiri menjadi lingkup yang lebih luas. Salah satu komunitas yang
sudah lama ada dan berkembang adalah crossdresser. Apabila dilihat dari
persepsi orang awam, crossdresser merupakan komunitas laki-laki yang suka
berpakaian layaknya perempuan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
oleh tim Redaksi Wollipop.com, tujuan komunitas tersebut melakukan
crossdressing hanyalah untuk menciptakan rasa bangga dalam dirinya ketika
berani tampil menggunakan pakaian yang berbeda dari gendernya di tengah
masyarakat umum. Salah satu bagian dari crossdresser ini adalah
crosshijabers. Menurut CNN Indonesia, crosshijabers adalah istilah yang
menggambarkan seorang laki-laki yang menggunakan hijab bahkan dilengkapi
dengan cadar.
Namun yang sedang ramai terjadi saat ini adalah banyaknya oknum
crosshijabers yang melakukan tindakan kriminal sehingga meresahkan
masyarakat. Tindakan tersebut tak lain adalah aksi tak senonoh mereka yang
masuk ke area privasi wanita seperti toilet wanita dan tempat wudu wanita.
Mereka juga mengikuti pengajian dan mengenakan mukena, bahkan mereka
sengaja melakukan kontak fisik dengan wanita Hal yang cukup parah terjadi di
Masjid Agung Sukoharjo, seorang oknum crosshijabers bahkan mengajak selfi
salah satu jemaat perempuan sambal berpelukan. Ternyata, kedok tersebut
digunakan sebagai muslihatnya sebelum mencuri motor yang terparkir di area
Masjid Sukoharjo tersebut (www.kompasiana.com diakses pada tanggal 14
Desember 2019).
Dewasa ini, tak sedikit muncul komunitas-komunitas baru di tengah masyarakat
yang kian menimbulkan keresahan. Beberapa dari komunitas tersebut justru
berdiri tanpa alasan dan tujuan yang jelas. Kehadiran komunitas tersebut
bahkan menciptakan kriminalitas karena tak sedikit oknum yang
menyalahgunakan komunitasnya sebagai kedok atas tindak kejahatannya, atau
dengan kata lain berbuat suatu tindakan dengan mengatasnamakan
komunitasnya. Salah satu komunitas yang sedang ramai di jagat raya saat ini
adalah crosshijabers. Crosshijabers adalah sebuah komunitas percabangan
dari crossdresser. Secara singkat, crosshijabers
Persoalan untuk menyejahterakan masyarakat pertanian pada saat ini menjadi
semakin serius, berat, dan mendesak. Kim et al. (2010) menyatakan bahwa
“Agricultural society is decelerating (i.e. the rate of economic development
gradually decreases). A commercial society with an agricultural basis quickly
reaches growth limits even though an acceleration of economic development
has been experienced”. Laju pertumbuhan perekonomian berbasis pertanian
yang dilakukan oleh petani akan terus menurun dan akan segera mencapai
batasnya, tentunya jika tidak dilakukan terobosan-terobosan baru dalam
pembangunan pertanian. Perdesaan dalam kegiatan pembangunan diartikan
sebagai kawasan yang secara komparatif yang pada dasarnya memiliki
keunggulan sumber daya alam khusus pertanian dan keanesalahkaragaman
hayati (UU No. 26 tahun 2007) Oleh karena itu revitalisasi pertanian perlu
segera diwujudkan. Berbagai sektor pendukung perlu diperlancar, semua
potensi komoditas unggulan harus kembangkan melalui berbagai sentra
kegiatan agribisnis, serta usaha penunjang lainnya, dengan mengerahkan
tenaga kerja yang ada, untuk mencegah urbanisasi tenaga kerja dari Desa ke
Kota. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila wilayah perdesaan dikembangkan
menjadi kawasan “Agropolitan” (Daidullah, 2006).
Penerapan konsep agropolitan telah mulai dilakukan di Kabupaten Bojonegoro
sejak tahun 2008, dengan diterbitkannya SK Bupati Bojonegoro yang
menetapkan kawasan Kapas, Dander Kalitidu (KADAKA) masuk dalam
Pengembangan Kawasan Agropolitan dan diperkuat dengan Penetapan
Gubernur Jawa Timur tentang Penetapan Kabupaten Bojonegoro sebagai
Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan. Visi yang diusung untuk
agropolitan KADAKA adalah Berjalannya sistem agribisnis di wilayah Kapas,
Dander, dan Kalitidu yang bertumpu pada Komoditas Unggulan, akan mampu
menarik, mendorong dan menghela pertumbuhan ekonomi atau agribisnis di
wilayah Bojonegoro sekitarnya. Embrio awal yang dimiliki pada kawasan
agropolitan yaitu Kecamatan Kapas dengan potensi salak, Kecamatan Kalitidu
dengan potensi belimbing serta Kecamatan Dander dengan potensi mangga,
perikanan, peternakan. Sektor pertanian merupakan komoditas unggulan di
Kabupaten Bojonegoro hingga tahun 2015, namun pada tahun 2016 dan 2017
terjadi penurunan angka Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan. Dalam 5 tahun terakhir laju pertumbuhan PDRB ADHK dapat
dikatakan fluktuatif cenderung menurun menjadikan sektor pertanian tidak lagi
masuk dalam komoditas unggulan di Kabupaten Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro Suyoto bertekad membuat kabupaten Bojonegoro menjadi
lumbung pangan nasional karena lahan-lahan pertanian sudah tak tergenang
banjir akibat luapan sungai (Republika.co.id, 2018), Apabila dilihat dari potensi
sumberdaya alamnya, kawasan Agropolitan Bojonegoro memiliki hasil
2

produksi pertanian komoditas unggulan yang cukup baik pada komoditas


tanaman pangan. Berdasarkan Bojonegoro dalam Angka 2018, Pada tahun
2017 produksi padi sawah dan padi ladang mencapai 963.137 Ton meskipun
mengalami penurunan dibanding tahun 2016 yang mencapai 1.050.073 ton
yang diakibatkan oleh cuaca buruk yang menyebabkan gagal panen, banjir
luapan bengawan solo dan petani yang beralih ke jenis tanaman lain (Fanani,
2018). Belum optimalnya hasil pertanian disebabkan belum adanya integrasi
yang optimal antara kegiatan produksi (on-farm) dan pengolahan (off farm)
yaitu petani dalam kegiatan usahatani masih yang bersifat on-farm (budidaya)
saja sedangkan kegiatan yang bersifat off-farm dilakukan oleh non petani
sehingga hasilnya belum sesuai harapan karena tidak adanya akses terhadap
hasil pembangunan, tidak memiliki akses kredit dan pasar, kemiskinan baik
para petani yang memiliki lahan, sewa, maupun buruh yang menyebabkan
kondisi Petani di Bojonegoro saat ini sangat tidak berdaya (Andri, 2016).
Dalam menentukan komoditas unggulan prioritas, teknik analisis yang biasa
digunakanan adalah teknik analisis LQ, namun teknik analisa ini dianggap
belum berhasil di kawasan agropolitan Kabupaten Bojonegoro karena
kelemahan teknik LQ adalah dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu nilai hasil
perhitungannya yang bias karena tingkat disagregasi peubah spesialisasi,
pemilihan peubah acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, pemilihan
tahun dan kualitas data. Masalah paling mendasar pada model ekonomi basis
ini adalah masalah time lag. Hal ini diakui, bahwa base multiplier atau
pengganda tidak berlangsung secara tepat, karena membutuhkan time lag
antara respon dari sektor basis terhadap permintaan dari luar wilayah dan
respon dari sektor non basis terhadap perubahan sektor basis. Pendekatan
yang biasanya dilakukan terhadap masalah ini adalah mengabaikan masalah
time lag ini, namun dalam jangka panjang masalah ini pasti terjadi. Sehingga
untuk menentukan komoditas unggulan prioritas diperlukan pendekatan lain
yaitu dengan Asset Based Community Development atau Pengembangan
masyarakat berbasis aset merupakan pendekatan alternatif yaitu masyarakat
diapresiasi sebagai jejaring potensi yang luar biasa (Jhon McKnight, 2010).
Masyarakat telah lahir, hidup dan berkembang sehingga memiliki aset, baik aset
sosial, ekonomi maupun budaya. Pada intinya pemberdayaan masyarakat itu
berbicara mengenai cara masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat tersebut
(Ferguson dan Dickens 1999) yang kemudian akan difokuskan sebagai
metode untuk menentukan komoditas unggulan prioritas di Kawasan
Agropolitan. Aset- aset yang ada di masyarakat juga penting untuk
dikembangkan atau dimaksimalkan untuk meningkatkan kawasan agropolitan
dengan fokus pada aset pendukung komoditas unggulan prioritas karena tanpa
mempertimbangkan aset masyarakat, petani bisa saja dengan mudah
mengubah komoditas yang ditanam sehingga pengembangan kawasan
agropolitan berdasarkan komoditas unggulan
3

tidak tepat sasaran. Dengan aset ini dapat digunakan untuk melihat komoditas
unggulan prioritas apa yang sesuai dengan asetnya yang dimiliki oleh
masyarakat, sehingga pengembangan komoditas unggulan bisa lebih tepat
sasaran.
Setelah diketahui fakta - fakta bahwa kawasan agropolitan di Kabupaten
Bojonegoro belum sesuai dengan yang diharapkan untuk mengembangkan
wilayah dengan menggunakan konsep agropolitan, maka diperlukan penelitian
mengenai komoditas unggulan prioritas di kawasan agropolitan dengan
melibatkan peran serta masyarakat yaitu Asset-Based Community
Development. Dalam penelitian ini diharapkan kedepannya dapat diketahui
komoditas unggulan prioritas dan kesesuaian kriteria pembentukan agropolitan
yang didukung oleh aset aset yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan
Agropolitan sehingga dapat diketahui penanganan yang tepat dan sesuai
dalam mengembangkan kawasan agropolitan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah


Penerapan Konsep Agropolitan telah mulai dilakukan di Kabupaten Bojonegoro
sejak tahun 2008, dengan diterbitkannya SK Bupati Bojonegoro yang
menetapkan kawasan Kapas, Dander Kalitidu (KADEKA) sebagai
Pengembangan Kawasan Agropolitan. Namun kini terdapat beberapa
permasalahan dalam mengimplementasikan konsep pengembangannya salah
satu faktor yang menjadi kendala dalam peningkatan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakatnya disebabkan oleh rendahnya partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan komoditas unggulan di
kawasan agropolitan Kabupaten Bojonegoro khususnya aset di sektor
pertanian, Oleh karena itu diperlukan adanya arahan pengembangan kawasan
agropolitan dengan melibatkan masyarakat. Dengan adanya arahan kawasan
agropolitan diharapkan dapat menjadi petunjuk pelaksanaan agropolitan dan
pendongkrak perekonomian petani dan berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bojonegoro tahun 2011-2031 agropolitan merupakan
salah satu rekomendasi guna menunjang kegiatan pengembangan wilayah di
Kabupaten Bojonegoro.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
yaitu “Bagaimana cara memberdayakan komunitas crosshijabers di …..
agar tidak meresahkan masyarakat?”

1.3 Tujuan
Tujuan Penelitian ini adalah untuk,
1. Mengetahui alasan terbentuknya komunitas tersebut.
2. Megetahui dampak crosshijabres pada diri dan lingkungannya.
3. Mengetahui pemberdayaan yang tepat untuk komunitas crosshijabers agar
tidak meresahkan masyarakat.

1.4 Luaran yang Diharapkan


Adapun luaran yang diharapkan dari penelitian ini ialah terpublikasi
sebagai jurnal ilmiah dan mengikuti seminar internasional tentang crosshijaber
sehingga menjadi penelitian paten dalam bidang sosial masyarakat.

1.5 Manfaat Program


a. Manfaat Teoritis
Dalam pengembangan ilmu sosial humaniora, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai pemberdayaan komunitas
crosshijabers di …….. agar tidak meresahkan masyarakat.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu : Memberikan informasi
mengenai keresahan yang dialami masyarakat akibat adanya
komunitas crosshijabers di …. sehingga dapat menjadi alternatif
pemberdayaan untuk komunitas crosshijabers tersebut.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Crossdresser
Crossdresser adalah identitas pada seseorang yang memiliki
kecenderungan mengenakan pakaian dan atribut yang berbanding terbalik
dengan jenis kelaminnya (Amalia, 2018).

2.2 Crosshijaber

2.3 Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu communitas yang memiliki arti
“kesamaan”, serta communis yang memiliki arti “sama, publik, dibagi oleh
semua atau banyak”. Komunitas tergolong ke dalam identifikasi serta
interaksi sosial yang berdiri dengan banyak dimensi fungsional (Soenarno,
2002). Komunitas adalah sekelompok personal yang peduli satu sama lain
melebihi dari yang seharusnya, terjadi relasi yang kuat antar anggota
komunitas karena memiliki kesamaan tujuan (Kertajaya Hermawan, 2008).

Menurut BAPPENAS (2012), Pengembangan Kawasan Agropolitan bertujuan


untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui
percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterikatan desa dan
kota. Hal ini dapat terwujud melalui pengembangan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan, dan
terdesentralisasi di Kawasan Agropolitan. Sementara itu, pengembangan
kawasan ini juga ditujukan untuk mengembangkan kawasan pertanian yang
berpotensi menjadi Kawasan Agropolitan melalui strategi pengembangan
sebagai berikut :
5

1. Meningkatkan diversifikasi ekonomi perdesaan melalui peningkatan


nilai tambah dan daya saing produk pertanian, baik berupa hasil produksi
maupun olahan; 2. Meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya
produktif dan permodalan dengan memfasilitasi ketersediaan layanan
yang dibutuhkan petani dan masyarakat. Layanan dapat berupa
penyediaan sarana produksi, sarana pascapanen, dan permodalan yang
tersedia di kawasan dalam jumlah, jenis, waktu, kualitas, dan lokasi yang
tepat. 3. Meningkatkan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam
upaya memajukan industri pertanian sesuai kebutuhan masyarakat.
Prasarana dan sarana publik yang disediakan pemerintah dilaksanakan
dengan pendekatan kawasan, yaitu memerhatikan hasil identifikasi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, serta
tingkat perkembangan Kawasan Agropolitan. 4. Mewujudkan permukiman
perdesaan yang nyaman dan tertata, serta menjaga kelestarian
lingkungan melalui pengaturan dan pelaksanaan masterplan Kawasan
Agropolitan secara konsisten dan terkoordinasi

2.2 Komoditas Unggulan


Kriteria produk unggul menurut (Unkris Satya Wacana Salatiga, 2005) dalam
(Widhaswara, 2017), adalah komoditi yang memenuhi persyaratan kecukupan
sumber daya lokal, keterkaitan komoditas, dan potensi bersaing. Dari kriteria
ini memunculkan pengelompokan komoditas sebagai berikut:
1. Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi
untuk berkembang karena keunggulan komparatif. 2. Komoditas andalan adalah
komoditas potensial yang dipandang dapat dipersandingkan dengan produk
sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki keunggulan komparatif juga
memiliki efisiensi usaha yang tinggi. 3. Komoditas unggulan adalah
komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif, karena telah memenangkan
persaingan dengan produk sejenis dari daerah lain. Keunggulan kompetitif
demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya yang tinggi akibat posisi
tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, serta daya saingnya
yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru, maupun barang substitusi.
Penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah menjadi suatu keharusan
dengan pertimbangan bahwa komoditas yang mampu bersaing secara
berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah lain adalah komoditas
yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif,(Bachrein, 2003).
6

2.3 Teori ABCD (Asset Based Community


Development)
Teori Asset Based Community Development (ABCD) adalah teori yang
dikembangkan oleh Jhon McKnight. Teori ini berasumsi bahwa yang dapat
menjawab suatu problem masyarakat adalah masyarakat itu sendiri dan segala
usaha perbaikan ini harus dimulai dari perbaikan modal sosial (Jhon McKnight,
2010).
Adapun langkah dalam pendekatan teori ABCD adalah mengidentifikasi dan
mengintegrasikan aset lokal yang terdiri dari warga atau masyarakat sekitar
khususnya mereka yang biasanya terlihat sebagai yang membutuhkan,
Organisasi lokal baik yang formal atau informal, Fasilitas yang ada di
lingkungan sekitar baik dalam skala kota atau negara. Ketiga aset lokal inilah
yang akan diidentifikasi sehingga dapat diketahui tentang kebutuhan dan
asetnya. Aset yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri yang nantinya akan
menutupi kebutuhan dan masalah yang ada di dalam masyarakat (Jhon
McKnight, 2010;47)
Menurut Arief Hidayatullah dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Aset
menjelaskan bahwa aset juga meningkatkan sumber penghidupan (livelihoods)
masyarakat. Dalam hal ini, United Kingdom Departement for International
Development (DFID) mengidentifikasikan adanya 5 (lima) aset dalam sumber
penghidupan (livelihoods) yaitu:
1. Aset Manusia: keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja
dan pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-
strategi dalam sumber penghidupan yang berbeda. Aset masnusia yang
dimiliki. 2. Aset Finansial: sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh
masyarakat (seperti tabungan, pinjaman atau kredit, pengiriman uang,atau
dana pensiun) untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi
mereka. 3. Aset Sosial: sumber daya sosial (jaringan sosial, anggota
kelompok, hubungan dan kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi
sosial) untuk dapat meningkatkan sumber penghidupan mereka. 4. Aset
Fisik: infrastruktur dasar (transportasi, perumahan, air, energi, dan alat-
alat komunikasi) dan alat-alat produksi serta cara yang memampukan
masyarakat untuk meningkatkan sumber penghidupannya. 5. Aset
Natural: persediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air,
biodiversifikasi, sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat
digunakan dalam sumber penghidupan masyarakat.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Berikut merupakan tabel ringkasan mengenai metode yang akan digunakan
terkait dengan variabel, definisi, data dan teknik analisa.
7
Tabel 3. 1 Metode Penelitian Tujuan Variabel Definisi Operasional Data Teknik Analisa
Mengidentifikiasi Komoditas Unggulan tanaman pangan di Kabupaten Bojonegoro
Komoditas Basis
kontribusi yang signifikan pada PDRB
Dokumen PDRB Kabupaten Bojonegoro
Perhitungan LQ dan DLQ Tingkat Daya saing Komoditas Pertanian
Daya saing komoditas terhadap komoditas lainnya
Deskriptif Kuantitatif
Tingkat Pertumbuhan Komoditas pertanian
Tingat Pertumbuhan dalam 5 tahun terakhir
Mengidentifikasi aset - aset yang ada di masyarakat Kawasan Agropolitan Kabupaten
Bojonegoro.
Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir masyarakat
Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka
Deskriptif kuantitatif Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan masyarakat sektor pertanian dan
nonpertanian Pendapatan Masyarakat
jumlah pendapatan masyarakat perbulan Sarana Keuangan
Skala pelayanan dan jangkauan sarana keuangan Kelompok sosial keberadaan kelompok
tani (gapoktan) Transportasi keberadaan sarana
transportasi Air bersih Skala pelayanan dan
jangkauan air bersih Telekomunikasi skala pelayanan dan
jangkauan telekomunikasi Energi/Listrik skala pelayanan dan
jangkauan energi/listrik Jenis Tanah Jenis tanah yang sesuai
dengan lahan pertanian
RTRW Bojonegoro Tahun 2011-2031 Membuat arahan pengembangan kawasan
agropolitan sesuai dengan komoditas unggulan prioritas berdasarkan aset masyarakat
di Kabupaten Bojonegoro.
Input dari output tujuan 1 dan tujuan 2 Analisis
Delphi
Sumber: Tim penulis, 2018
8

3.2 Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian yang akan dilakukan beserta teknik analisa yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pengumpulan data
Tahapan pengumpulan data dalam penelitian akan dilakukan dengan survey
sekunder dan survey primer. Survey sekunder merupakan survey
instansional guna memperoleh data yang dibutuhkan, sedangkan survey
primer adalah survey yang dilakukan dengan observasi langsung ke
lapangan untuk melihat kondisi eksisting wilayah penelitian. b. Analisis
Komoditas Unggulan
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan kemudian dilakukan analisis
dengan menggunakan perhitungan LQ dan DLQ untuk mengetahui sektor
basis/unggulan di wilayah peneltian. Kemudian melakukan analisis deskriptif
kuantitatif untuk menentukan komoditas unggulan. c. Analisis asset
masyarakat
Kemudian dilakukan analisis deskriptif kuantitatif untuk mengelompokkan
komoditas unggulan berdasarkan aset aset yang dimiliki oleh masyarakat
berdasarkan variabel yang telah ditentukan. d. Analisis Delphi
Kemudian dilakukan analisis Delphi untuk menggabungkan kedua hasil
diatas. Sehingga diperoleh konsensus dari beberapa ahli agar dapat
dirumuskan arahan pengembangan berdasarkan komoditas unggulan
menggunakan metode Asset Based Community Development. Komoditas
yang dikembangkan adalah komoditas unggulan yang didukung oleh aset
aset yang telah dimiliki oleh masyarakat sehingga akan lebih optimal dalam
pengembangannya.

3.3 Rencana Publikasi


Karya penelitian mengenai Arahan Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Komoditas Unggulan Prioritas Menggunakan Metode ABCD
(Asset Based Community Development) di Kabupaten Bojonegoro ini akan
dipublikasikan dalam bentuk seminar, paper dan jurnal nasional ataupun
internasional. Dengan penyebarluasan hasil pemetaan ini diharapkan adanya
peningkatan hasil komoditas unggulan yang akan berdampak pada
meningkatnya perekonomian masyarakat dan pengembangan wilayah
Kabupaten Bojonegoro.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Adapun rincian anggaran biaya yang diusulkan dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. 1 Anggaran Rincian Biaya No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
9
1. Perlengkapan yang diperlukan 2.500.000 2. Bahan habis pakai 1.500.000 3. Perjalanan
3.500.000 4. Lain-lain 4.5000.000 Jumlah 12.000.000 Sumber: Tim Penulis, 2018
4.2 Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan yang akan berlangsung dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
Tabel 4. 2 Jadwal Kegiatan dalam Penelitian No Kegiatan
Bulan 4 Bulan 5

12341234123412341234
1
Survey Instansional
Pemantapan Desain Penelitian dan Desain Survey 2
Penyusunan draft laporan
(sekunder) 3 Survey Lapangan (primer) 4 Pengolahan Data 5
Penyusunan draft laporan
kemajuan tahap 1 6 Proses analisis sasaran 1 7

kemajuan tahap II 8 Proses Analisis sasaran 2 9 Proses Analisis sasaran 3 10

Finalisasi Laporan Kemajuan 11

Publikasi Artikel pada jurnal Penataan Ruang 12


Penyusunan full paper untuk seminar ASPI 13 Laporan Akhir
Sumber: Tim Penulis, 2018
10

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro. 2018. Bojonegoro dalam


Angka 2018 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro. 2017.
Bojonegoro dalam
Angka 2017 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro. 2017.
Statistik Kesejahteraan
Rakyat Kabupaten Bojonegoro 2017 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Bojonegoro. 2018. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bojonegoro
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jawa Timur. 2018. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa
Timur Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 BAPPENAS, 2003,
Bulletin Kawasan, Edisi 1 dan 2, Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus
Dan Tertinggal Deputi Bidang Otonomi Daerah Dan Pembangunan Regional,
Bappenas, Jakarta BAPPENAS.2012.Agropolitan dan minapolitan, Konsep
Kawasan Menuju
Keharmonisan. Jakarta Friedmann, J. and C. Weaver 1979(1980). Territory
and Function: The Evolution
of Regional Planning.University of California Press, Berkeley. Rustiadi, Ernan
& Pranoto, Sugimin. 2007. Agropolitan : Membangun Ekonomi
Perdesaan. Crestpent Press. Bogor. Setiyanto, A. 2013. Pendekatan dan
Implementasi Pengembangan Kawasan Komoditas Unggulan Pertanian.
Forum Penelitian Agro Ekonomi, 31, 171-195. Syamsiar Nur Ratna.2016.
Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Partisipasi Di Kecamatan
Malunda Kabupaten Majene Dengan Pendekatan Abcd (Asset Based
Community Development). Uin Alauddin Makassar Kim, T.Y., A. Heshmati,
and J. Park. 2010. Decelerating Agricultural Society: theoritical and historical
perspectives. Technological Forcasting and Social Change 77:479-499
Widhaswara,Chikita Y.dan Sardjito.2017. Penentuan Kawasan Agropolitan
berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten
Malang.ITS.Surabaya
11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen


Pembimbing
13
14
15
16

DOSEN
17
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 1. Perlengkapan yang
diperlukan
Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Alat GPS 3 buah 650.000 1.950.000
Pembuatan Stempel 1 buah 50.000 50.000
Cetak Peta A3 20 lembar 10.000 200.000
Alat Tulis Kantor 3 Paket 100.000 300.000
SUB TOTAL (Rp) 2.500.000
2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Print Kertas A4 400
lembar
500 200.000
Cetak Poster 2 buah 25.000 50.000
Konsumsi tim dan surveyor selama penelitian
5 orang 100.000 500.000
Jasa Surveyor 3 orang 250.000 750.000
SUB TOTAL (Rp) 1.500.000
3. Perjalanan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) Transportasi ke lokasi survey
10 kali X 5 orang
30.000 1.500.000
Transportasi ke instansi 25 kali X
2 orang
20.000 1.000.000
Transportasi surveyor 2 minggu 500.000 1.000.000 SUBTOTAL 3.500.000 4. Lain-lain
Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) Seminar Nasional 1 kali 2.500.000 2.500.000
Publikasi Artikel Nasional 1 kali 1.000.000 1.000.000 Transportasi Pemakalah 1 kali PP
800.000 800.000 Proposal 2 buku 50.000 100.000 Brosur dan Banner 1 paket 150.000
150.000 Obat obatan 1 paket 50.000 50.000 SUBTOTAL 4.500.000 TOTAL BIAYA
12.000.000
(Dua Belas Juta Rupiah)
18
Lampiran 3. Sususan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas
Bidang
No Nama/NRP
Jabatan
Ilmu
Alokasi Waktu (Jam/ Minggu)
Uraian Tugas
1 Chichik Ilmi
Annisa (08211540000030)
Sosial Terapan
Ketua Pelaksana
10 jam/ minggu
a. Mengkoordinasikan tim b. Bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan program c. Memimpin konsultasi segala permasalahan dengan
semua anggota d. Koordinasi dengan dosen pembimbing dalam melakukan bimbingan
e. Menganalisis
menggunakan deskriptif kuantitatif dan Delphi 2 Alfi Karisma
(08211540000079)
Sosial Terapan
Anggota Pelaksana 1
10 jam/ minggu
a. Membantu pelaksanaan setiap kegiatan dalam program b. Bertanggungjawab
terhadap ketua pelaksana c. Mengkonsultasikan
program dengan dosen pembimbing d. Bertanggungjawab
terhadap urusan administrasi penelitian e. Membantu menganalisis
LQ dan Analisis Delphi 3 Faizah Lentera
Muliarahma (08211840000082)
Sosial Terapan
Anggota Pelaksana 2
10 jam/ minggu
a. Membantu pelaksanaan setiap kegiatan dalam program b. Bertanggungjawab
terhadap ketua pelaksana c. Mengkonsultasikan
Bidang
No Nama/NRP
Jabatan
Ilmu
Alokasi Waktu (Jam/ Minggu)
Uraian Tugas
program dengan dosen pembimbing d. Bertanggungjawab
terhadap urusan publikasi dan pemetaan dalam penelitian e. Membantu menganalisis
Delphi
19
20

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua


Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai