Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALEYSIA KHANSA KINETA

NO ABSEN : 4

KELAS : 6B

Berbagai Kelompok Agama Myanmar


Hadapi Persekusi
04/11/2021

Pengunjuk rasa anti-kudeta berlari ketika mereka melihat tentara tiba untuk
membubarkan demonstrasi mereka di Yangon, Myanmar pada Selasa 11 Mei 2021.
(Foto: AP)
Militer Myanmar menindak keras kelompok-kelompok agama yang menolak
menerima pemerintah militer, kata para pemimpin agama.

Hampir 88 persen populasi Myanmar adalah umat Buddha, dan selebihnya adalah
umat agama lain seperti Kristen, Islam, dan Hindu. Tampaknya hampir semua
kelompok agama di negara itu terdampak oleh kudeta militer.

Dalam sembilan bulan sejak Dewan Administratif Negara yang dipimpin militer
menyingkirkan pemerintah yang terpilih secara demokratis, pertempuran terus
berlanjut antara pasukan militer dan oposisi antikudeta.
Sebuah ofensif militer yang menarget kelompok etnik bersenjata di negara bagian
Chin di Myanmar Barat menewaskan warga sipil dan menghancurkan bangunan-
bangunan keagamaan pada akhir Oktober, kata berbagai sumber lokal. Lebih dari
90 persen populasi Chin adalah penganut Kristen, menurut Chin Human Rights
Organization.

Juru bicara militer Myanmar Brigadir Jenderal Zaw Min Tun berbicara dalam jumpa
pers di Naypyidaw pada 26 Januari 2021. (Foto: AFP)
Juru bicara militer Zaw Min Tun membantah laporan wartawan setempat bahwa
bangunan-bangunan itu menjadi target khusus.

Sebuah organisasi lokal, the Burma Human Rights Network, mengutuk serangan itu
dalam sebuah pernyataan hari Senin (1/11). Organisasi itu menyatakan junta
memiliki riwayat panjang menarget kelompok-kelompok agama minoritas.

Biksu Buddha, umat Muslim, dan Kristen telah turun ke jalan-jalan dan berunjuk rasa
menentang pengambilalihan oleh militer. Tokoh-tokoh agama di negara itu
menyatakan tindakan militer memiliki dampak mengerikan bagi berbagai kelompok
agama.

Suster Francisca, mantan biarawati di sebuah gereja Katolik di Mandalay,


menjelaskan bagaimana tentara memerintahkan gerejanya agar tidak ikut dalam
protes antikudeta.

“Militer datang dan mengatakan kepada kardinal dan para pemimpin, jangan terlibat
dalam revolusi,” katanya.

Ia menambahkan bahwa tentara telah menolak mengizinkan komunitasnya


melakukan kegiatan amal harian, termasuk merawat pasien COVID-19. Ia
mengemukakan kepada VOA pekan ini bagaimana tentara mengancam akan
menembak dia dan orang-orang lain yang duduk di depan rumahnya apabila mereka
tidak masuk rumah.

Ia juga menyebut tentang insiden di mana seorang lelaki tetangganya ditembak


tentara. Pada malam hari, katanya, warga setempat melakukan tugas ronda. Tetapi
tentara menembaki para peronda, salah seorang di antaranya tertembak paru-
parunya. “Untungnya ia bertahan. Kami terus takut sepanjang waktu,” lanjutnya.
Ia akhirnya melarikan diri ke kota lain. Meskipun ia menemukan gereja lainnya di
sana, tempat itu telah diduduki para tentara dan ia kini masih dalam pelarian.

Thet Swe Win, pendiri Synergy, organisasi yang mempromosikan upaya-upaya kerja
sama antaragama di Myanmar, mengatakan kepada VOA melalui telepon bahwa
beberapa kelompok agama telah menjadi target militer, termasuk di antaranya
kelompok Buddha. Tidak seperti agama lainnya, hanya umat Buddha penentang
kudeta yang menghadapi tekanan militer. Ia memperkirakan sekitar 80 persen umat
Buddha Myanmar yang menentang junta.

Berbagai Kelompok Agama Myanmar Hadapi Persekusi (voaindonesia.com)

Anda mungkin juga menyukai