Makalah Ilmu Pengantar Hukum
Makalah Ilmu Pengantar Hukum
DOSEN PEMBIMBING :
MAULANA IBRAHIM
DISUSUN OLEH :
PUTRI NASUHA
MUHAMMAD GERALD
NURHATIFAH MANURUNG
Alhamdullilah , puji syukur kami panjatkan kehadiran allah swt yang maha kuasa hanya berkat
rahmat ,taufiq dan hidayahnya , sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan lancer , baik
dan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tersanjungkan kepangkuan Rasullah Saw ,
berserta keluarga , sahabar sahabat nya dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari
jaman yang gelap gulita ke jalan yang terang benderang seperti sekarang ini. Penulisa makalah
ini guna melengkapi / memenuhi tugas kuliah “ ilmu pengantar hokum”
Dengan terselesaikan makalh ini penulis dengan penulis dengan ikhlas menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantunya baik langsung maupun tidak langsung
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khusunya bagi para pembaca pada umumnya .
akhirul kalam semoga segala usaha kita dalam peningkatan mutu pendidikan mendapat ridho
ALLAH SWT . Aaminnn….
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...4
KESIMPULAN…………………………………………………………………………...14
PENDAHULUAN
Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, mungkin teman-teman pernah bertanya, dari mana hukum
berasal? Apakah Hukum turun begitu saja dari langit, atau apakah ada yang membuatnya. Kalau
ada yang membuatnya, lalu muncul pertanyaan siapa yang membuat hukum? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut kita perlu memahami sumber-sumber hukum.
Pembahasan ini akan diawali dengan pengertian sumber hukum, lalu dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.
Sehingga sumber Hukum dapat diartikan sebagai bahan atau materi yang berisi hukum itu dibuat
dan dibentuk, proses terbentuknya hukum , dan bentuk hukum itu sehingga dapat dilihat,
dirasakan, atau diketahui. Menurut buku Pengantar Hukum Indonesia (2019) karya Rahman
Amin, sumber hukum yaitu segala sesuatu yang dapat melakukan, menimbulkan aturan hukum
serta tempat ditemukannya aturan hukum.
Sumber hukum inilah yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa. Jika aturan
dilanggar, maka sanksi tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum berkaitan erat dengan kepastian. Hukum hendak menciptakan kepastian dalam
mengatur hubungan antara orang-orang yang ada di dalam masyarakat. Masalah kepastian
Hukum tersebut berkaitan erat dengan masalah dari mana Hukum itu berasal. Pengertian
sumber Hukum menurut C.S.T. Kansil adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Bagir Manan memiliki pandangan
yang berbeda dengan Kansil. Menurut Bagir Manan dalam mengartikan apa itu sumber
Hukum harus memerlukan kehati-hatian, tanpa kehati-hatian dan kecermatan yang mendalam
mengenai apa yang dimaksud dengan sumber Hukum dapat menimbulkan kekeliruan, bahkan
menyesatkan.Sumber Hukum adalah tempat di mana kita dapat melihat bentuk perwujudan
Hukum. Sumber Hukum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan atau
melahirkan Hukum sehingga menimbulkan kekuatan Hukum mengikat. Yang dimaksud
dengan segala sesuatu adalah Negara-faktor yang mempengaruhi timbulnya Hukum, dari
mana Hukum ditemukan atau dari mana berasalnya isi norma Hukum. Ringkasnya, sumber
Hukum adalah asal mula Hukum. Secara umum sumber Hukum dibagi menjadi dua, yaitu
sumber Hukum materiil dan sumber Hukum formil
Sumber Hukum materiil adalah tempat atau asal mula dari mana Hukum itu diambil.
Sumber Hukum materiil berkaitan erat dengan keyakinan atau perasaan Hukum individu dan
pendapat umum yang menentukan isi Hukum. Keyakinan atau perasaan Hukum individu
(anggota masyarakat) dan pendapat Hukum (legal opinion) dapat menjadi sumber Hukum
materiil. Selain itu sumber Hukum materiil bisa juga berupa hal-hal yang mempengaruhi
pembentukan Hukum seperti pandangan hidup, hubungan Hukuma dan politik, situasi
ekonomi, corak, peradaban (agama dan kebudayaan) serta letak geografis dan konfigurasi
internasional.
Sumber Hukum formil adalah sumber Hukum yang dikenal dan digali dalam bentuknya
(peraturan perundang-undangan). Karena bentuknya tersebut maka sumber Hukum formil
diketahui dan ditaati sehingga memperoleh kekuatan Hukum. Perlu diketahui bahwa selama
belum mempunyai bentuk, maka suatu Hukum baru hanya merupakan perasaan Hukum atau
cita-cita Hukum yang belum mempunyai kekuatan mengikat.Sumber Hukum formil terdiri
dari undang-undang (statute), kebiasaan (custom), keputusan-keputusan hakim
(jurisprudence, jurisprudentie), traktat (treaty), dan pendapat sarjana Hukum (doktrin).
Selain lima sumber Hukum tersebut, juga terdapat sumber Hukum yang tidak normal yaitu
revolusi (coup d’etat).
Undang-Undang (Statute)
Ada beberapa hal yang menyebabkan suatu undang-undang menjadi tidak berlaku,
yaitu:
Lembaran Hukuma pada zaman Hindia Belanda disebut Staatsblad (disingkat Stb.
Atau S.), sedangkan Berita Hukuma disebut De Javasche Courant yang pada zaman
Jepang disebut Kan Po. Setelah suatu undang-undang diundangkan dalam
Lembaran Hukuma, maka undang-undang tersebut diumumkan dalam Berita
Hukuma untuk kemudian diumumkan dalam Siaran Pemerintah melalui
radio/Hukuma l dan surat kabar.
Perbedaan antara Lembaran Hukuma dan Berita Hukuma adalah sebagai berikut:
Kebiasaan ( custom )
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang tetap dilakukan
berulang-ulang dalam rangkaian perbuatan yang sama dan dalam waktu yang
lama. Suatu kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat secara Hukuma l apabila
kebiasaan tersebut dilakukan secara tetap atau ajek dan dilakukan berulang-ulang
dalam waktu yang lama, sehingga menimbulkan hak dan keharusan atau apa yang
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Singkatnya, kebiasaan
merupakan perbuatan yang dilakukan oleh banyak orang dan diulang-ulang,
sehingga menimbulkan kesadaran atau keyakinan bahwa perbuatan tersebut
memang patut untuk dilakukan.
1. aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.
2. Cara (kelakukan dan sebagainya) yang sudah menjadi kebiasaan.
3. Wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, Hukum dan
aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu Hukuma.
4. Cukai menurut peraturan yang berlaku (di pelabuhan dan sebagainya).
1. Syarat materiil, yaitu adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap atau diulang, yang
merupakan suatu rangkaian perbuatan yang sama dan berlangsung untuk beberapa waktu
lamanya (longa et invetarata cosuetudo).
2. Syarat intelektual, maksudnya kebiasaan tersebut harus menimbulkan Hukuma
Hukuma l t (keyakinan umum) bahwa perbuatan itu merupakan suatu kewajiban
Hukum.
3. Adanya akibat Hukum apabila Hukum kebiasaan tersebut dilanggar.
1. Pertimbangan psikologis
2. Pertimbangan praktis
3. Memiliki pendapat yang sama
Yurisprudensi terbagi menjadi dua macam, yaitu yurisprudensi tetap dan
yurisprudensi tidak tetap. Yurisprudensi tetap berarti putusan hakim yang terjadi
karena rangkaian putusan yang serupa atau sama dan dijadikan dasar bagi
pengadilan (standard arresten) untuk memutuskan suatu perkara. Sedangkan
yurisprudensi tidak tetap adalah putusan hakim terdahulu yang tidak dijadikan
dasar bagi pengadilan (bukan standard arresten). Yurisprudensi tidak tetap
umumnya berupa yurisprudensi yang menerapkan undang-undang (Hukum
materiil) yang tidak pernah digunakan sebagai sumber Hukum oleh hakim-hakim
berikut atau di bawahnya.
Traktat (Treaty)
Apabila ada dua orang yang melakukan Hukuma l atau kata sepakat mengenai
suatu hal, lalu mereka mengadakan perjanjian, maka mereka menjadi terikat pada
isi perjanjian yang telah disepakati tersebut. Hal ini disebut asas pacta sunt
servanda yang berarti setiap perjanjian harus ditaati atau ditepati (agreements are
to be kept). Dengan kata lain perjanjian mengikat para pihak yang
mengadakannya.
Pada ruang lingkup yang lebih tinggi yaitu Hukuma, asas tersebut juga berlaku.
Seluruh warga Hukuma yang terlibat dalam perjanjian antar Hukuma harus
mentaati isi perjanjian tersebut. Perjanjian yang dilakukan oleh dua Hukuma atau
lebih disebut traktat. Ada beberapa jenis traktat sesuai dengan jumlah Hukuma
yang terlibat di dalamnya, yaitu:
1. Soal-soal politik atau persoalan yang dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri,
yaitu mengenai perjanjian perbatasan wilayah, perjanjian persahabatan, perjanjian
ekonomi dan teknis pinjaman uang.
2. Persoalan yang menurut Hukuma perundang-undangan harus diatur dengan undang-
undang, yaitu kewargahukumaan dan soal kehakiman.
1. Perundingan isi perjanjian oleh utusan pihak-pihak yang bersangkutan. Hasil perundingan
tersebut dinamakan konsep traktat (sluiting-oorkonde). Sidang perundingan biasanya
melalui forum konferensi, kongres, muktamar atau Hukuma-sidang lainnya.
2. Perjanjian masing-masing parlemen bagi Hukuma yang memerlukan persetujuan dari
parlemen.
3. Ratifikasi atau pengesahan oleh kepala Hukuma seperti raja, presiden atau perdana
menteri dan diundangkan dalam lembaran Hukuma.
4. Pertukaran piagam antar pihak yang mengadakan perjanjian, apabila perjanjian bersifat
multilateral maka piagam diarsipkan oleh salah satu Hukuma berdasarkan kesepakatan
atau diarsipkan di markas besar PBB.
Pendapat para sarjana Hukum yang merupakan doktrin adalah sumber Hukum.
Ilmu Hukum merupakan sumber Hukum, tapi bukan Hukum karena tidak
langsung mempunyai kekuatan mengikat seperti undang-undang. Ilmu Hukum
tersebut akan mengikat dan mempunyai kekuatan Hukum apabila dijadikan
pertimbangan Hukum dalam putusan pengadilan.
Selain lima sumber Hukum yang telah dibahas sebelumnya, beberapa penulis juga
menambahkan revolusi (coup d’etat) sebagai sumber Hukum. Revolusi atau
kudeta (coup d’etat) merupakan salah satu sumber Hukum yang abnormal atau
tidak normal. Revolusi adalah suatu tindakan dari warga Hukuma yang
mengambil alih kekuasaan di luar cara-cara yang diatur dalam konstitusi suatu
Hukuma.
BAB III
KESIMPULAN
Hukum berkaitan erat dengan kepastian. Hukum hendak menciptakan kepastian dalam mengatur
hubungan antara orang-orang yang ada di dalam masyarakat. Masalah kepastian Hukum tersebut
berkaitan erat dengan masalah dari mana Hukum itu berasal. Pengertian sumber Hukum menurut
C.S.T. Kansil adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan
sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber Hukum materiil adalah tempat atau asal mula dari mana Hukum itu diambil. Sumber
Hukum materiil berkaitan erat dengan keyakinan atau perasaan Hukum individu dan pendapat
umum yang menentukan isi Hukum.
Sumber Hukum formil adalah sumber Hukum yang dikenal dan digali dalam bentuknya
(peraturan perundang-undangan). Karena bentuknya tersebut maka sumber Hukum formil
diketahui dan ditaati sehingga memperoleh kekuatan Hukum.