Anda di halaman 1dari 22

umat, 16 Desember 2011

Kerangka Proposal / Skripsi

Trik Membuat Proposal/Skripsi


Contoh Proposal, sobat pasti akan bingung jika mendapatkan tugas Proposal, bingung dimana
nyari contoh proposal/Skripsi dimana-mana? Nah kali ini sobat bisa melihat contoh kerangka
Proposal diantara contoh proposal penelitian tindakan kelas, Nah Proposal adalah sebuah tulisan
yang di buat oleh penulis yang berfungsi menjabarkan sebuah tulisan kepada pembaca sehingga
memperoleh pemahaman serta tujuan tersebut lebih mendetail, nah disini saya langsung
menyertai kerangkanya sampai BAB V, tetapi kalau untuk proposal cukup sampai BAB III saja.
ini adalah sistematika membuat proposal penelitan menurut buku paduan PGSD/MI UMSB
(UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SUMATERA BARAT) :
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.    Identifikasi Masalah
C.    Rumusan Masalah
D.    Pembatasan Masalah
E.    Penjelasan Judul/Defenisi Operasional
F.    Tujuan Penelitian
G.    Manfaat Penelitian
H.    Objek Penelitian
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
A.    Kajian Teori
B.    Kerangka Konseptual
C.    Penelitian yang Relevan
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Setting Penelitian (Waktu Tempat dan Subjek Penelitian)
B.    Rancangan dan Prosedur Penelitian
C.    Jenis dan Sumber Data
D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
E.    Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
B.    Pembahasan
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.    Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-
perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan.
Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.
Perkemangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam
pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan
semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
pembaharuan dalam sistem pendidikan  yang mencakup seluruh komponen yang ada.
Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang
membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen
dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan
hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan
bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu
pengajaran menjadi lebeh efektif  juga  menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan
akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani,
juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal
semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional
akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru
dalam melaksanakan proses belajar  mengajar, karena guru secara langsung dapat
mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk
mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran
guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang
akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran
agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA.  Misalnya dengan
membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
membantu  siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat
dan motivasi.
Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk
itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu siswa
dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan
oleh guru adalah 90,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh
sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran
IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar
mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi
pelajaran tidak disampaikan secara kronologis. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan
membimbing siswa untuk terlibat  langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru
yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting
dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau
seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk
belajar sesuatu akan  menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas
penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3).
Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan
dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan siswa, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode
pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah
dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar
IPA.
Penulis memilih metode pembelajaan ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan,
mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam
metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk
menemukan sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul  "
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada
Siswa Kelas V di  SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun Pelajaran 2010/2011 "
B.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang akan
ditemukan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1.    Kenyataan menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa masih kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran.
2.    Masih rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi IPA.
3.    Banyak guru cenderung menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan pelajaran
IPA.
4.    Guru kurang bisa mengembangkan metode pembelajaran discovery.
C.    Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:  Masalah
peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
1.    Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V SD.
2.    Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 22 Ulak Karang Utara.
3.    Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2010/2011.
4.    Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
D.    Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini  adalah sebagai berikut:
1.    Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran IPA
pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara.  Tahun pelajaran 2010/2011.
2.    Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran
IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran 2010/2011.
E.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran
2010/2011?
2.    Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun
pelajaran 2010/2011?
F.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun
pelajaran 2010/2011.
2.    Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah  diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara.  Tahun
pelajaran 2010/2011.
G.    Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Guru SDN 22 Ulak Karang Utara : Memberikan informasi tentang metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi IPA. 
2. Siswa : Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA.
3. Sekolah : Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil
kebijakan di sekolah tersebut.
4. Bagi Peneliti : Bermanfaat sebagai sumber informasi ( referensi)  yang dapat digunakan  
untuk mengembangkan ilmu dan penelitian lanjutan tentang pendekatan discovery pada
mata pelajaran IPA.

H.    Pertanyaan Penelitian


Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-
pertanyan berikut ini adalah :

1. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran discovery


terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun
pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun
pelajaran 2010/2011?

I.    Defenisi Operasional


Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan
hal-hal sebagai berikut:
1.    Motivasi
Menurut Dessler (1993) dalam Kuswadi (2004:328) bahwa: “motivate to represent matter
modestly because people is basically motivated or impelled for berperilaku in way of certain felt
instruct at deserts acguirement” Artinya:  Motivasi merupakan hal yang sederhana karena orang-
orang pada dasarnya  termotivasi atau terdorong untuk berprilaku dalam cara tertentu yang
dirasakan mengarah pada perolehan, ganjaran.
2.    Prestasi Belajar
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa
mengikuti pelajaran.
Menurut Winkel (1996) bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukan
kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot
nilai yang berasil diraihnya. Winkel lebih menekankan prestasi belajar itu pada kemampuan
siswa secara umum.
3.    IPA
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya
adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau
Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan
proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara
untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses
yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint”
(Agus. S. 2003: 11). Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para
ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala
alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak
bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat
berbentuk kuantitas.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil
kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa
metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga
akan terus di sempurnakan.
4.    Metode Pembelajaran Discovery
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat
belajar sendiri.
Menurut Bruner menyatakan bahwa belajar penemuan merupakan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia berusaha untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1989:103)
Sedangkan menurut Sund bahwa discovery merupakan proses mental dimana siswa
mengamilasikan sesuatu konsep atau menggolong-golongkan,  membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Suryosubroto,2002:193).
Dari beberapa defenisi discovery di atas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa discovery
adalah model pembelajaran yang melibatkan berbagai proses mental siswa untuk menemukan
suatu pengetahuan (konsep dan prinsip) dengan cara mengasimilasi berbagai pengetahuan
(konsep dan prinsip) yang di miliki siswa.

BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A.    Kajian Teori
1.    Motivasi
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu
belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati
dan Mudjiono, 2006)
Pengertian motivasi telah banyak dikemukakan oleh beberapa penulis sesuai dengan tinjauan
atau sudut pandang serta tujuan masing-masing. Menurut Mangkunegara (2005:P.61) “motivasi
merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri siswa yang terarah atau tertuju untuk
mencapai tujuan yang diinginkan”. Sedangkan Amstrong (1994:P.68) mengatakan bahwa
“motivasi adalah sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara
tertentu”. Dengan kata lain motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan orang.
Gibson (1995:P.185) motivasi merupakan kekuatan yang mendorong siswa menimbulkan dan
mengarahkan perilaku. Sedang menurut pendapat Hamalik (1993;P.72) “motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan”.
Hasibuan (2005:P.95), mengartikan “motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja siswa agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas maka disimpulkan bahwa motivasi sebagai energi
untuk membangkitkan dorongan dari dalam diri siswa yang berpengaruh, membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku berdasarkan lingkungan. Jadi motivasi adalah dorongan
dari diri siswa untuk mencapai rasa puas, kemudian diimplimentasikan kepada orang lain.
a.    Macam - Macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)    Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar untuk
membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
a)    Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
b)    Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan
surnber belajar di sekolah.
c)    Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
d)    Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari
dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang merniliki
motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2)    Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya
ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh
orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik
antata lain:
a)    Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
b)    Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar
guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga
dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
c)    Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan,
makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam
melakuakan sesuatu perbuatan.
d)    Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan
kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.
Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih
sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
e)    Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
f)    Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak
belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan
ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik.
Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan,
untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
2.    Prestasi Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature, prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas
tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne (1988 : 65) bahwa dalam setiap proses akan
selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement)
seseorang.
Menurut Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai
oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport” Selanjutnya
Winkel (1997) mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang
dicapainya”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa
dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Sehubungan menurut Gagne (dalam syaiful, 2009 : 17 )
Mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang
terjadi setelah belajar terus menerus, bukan hanya di sebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu kewaktu setelah ia mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan, bahwa
belajar di pengaruhi oleh faktor dari diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku setelah mengalami suatu proses dimana perubahan ini akan mempengaruhi, tingkah laku
pada diri siswa yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan atau sikapnya. Setelah belajar siswa akan mendapatkan hasil belajar sesuai dengan
kemampuan yang di milikinya.
3.    IPA
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai
yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya
baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA.
Menurut  Kuslan Stone bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang
tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint” (Agus. S.
2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut
adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang
mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23)
merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-
hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode
dan berlaku secara universal”.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait
dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan
juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat
manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan
masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu
pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat
mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia
dan negara-negara maju.
4.    Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery).
Menurut Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif
dalam memecahkan untuk menemukan sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau
memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses
mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-
golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu
konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan
prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri   atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated
learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan
siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca
sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
5.    Kelebihan Metode Discovery
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
a.    Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
b.    Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar
mengajar para siswa.
c.    Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengankernampuannya masing-masing.
d.    Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk
belajar lebih giat.
e.    Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses penemuan sendiri.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu
pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka
memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat
menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.
Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang
demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau
dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu:
(a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau
pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk
menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari
jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.

Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses dari
pada hasil belajar.
6.    Cara Mengajar Dengan Metode Discovery
     Menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Adanya masalah yang akan dipecahkan.
b.    Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
c.    Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu
dikemukakan dan ditulis secara jelas.
d.    Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e.    Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f.    Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data.
g.    Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan
peserta didik.
B.       Kerangka Konseptual
a.    Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran  Penemuan
(Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa
itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg
memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan
pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang
diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer
yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum
belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan
jawaban (Syafi'udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam
pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi
optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
C.    Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul “Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA
Dengan Metode Pembelajaran Discovery pada siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara.
Penelitian ini pernah dilakukan  oleh Muhammad Gina (2007) dalam skripsinya yang berjudul 
“Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inguiry untuk Meningkatkan Kecakapan Berfikir
Rasional” menyimpulkan bahwa model pembelajaran discovery-inguiry dapat meningkatkan
kecakapan berfikir rasional siswa. Penelitian ini berhasil dilaksanakan oleh Muhammad Gina, 
maka peneliti pun tertarik meneliti penelitian ini.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Seting Penelitian


1.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I di kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara. dilaksanakan
selama 3 minggu. Penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara.
mata pelajaran IPA dengan Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup.
Dengan menggunakan  multiple choise, menjadi pilihan setelah melakukan observasi. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa mengeluarkan pendapat.
2.    Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 22 Ulak Karang Utara. Alasan penulis mengadakan penelitian di
Sekolah ini adalah sekolah bersedia menerima perubahan yang peneliti adakan dan dekat dengan
kampus peneliti sendiri.
3.    Subjek Penelitian
    Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 22 Ulak Karang Utara. sebagai subjek
dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V yang terdaftar pada semester I dengan 
jumlah siswa 37  orang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 20 orang siswa perempuan dengan 1
orang guru kelas. Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah :
a.    Peneliti sebagai praktisi pada kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara.
b.    Satu  orang  pengamat yaitu guru kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara.
B.    Rancangan dan Prosedur Penelitian
1.    Rancangan Pengumpulan Data
a.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif,
kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara
kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran.  PTK yaitu suatu kegaitan menguji
cobakan suatu  ide ke dalam  praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001).
Wardani, dkk (2007:1.4) mengatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan dalam kelasnya sendiri. Melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.
Sedangkan menurut wijaya, dkk (2009:9) mengemukakan “penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2)
melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan pastisifatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”. 
Peneliti memilih jenis penelitian dengan alasan, peneliti ingin mengetahui bagaimana cara
memberikan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar IPA dengan metode pembelajaran
discovery pada siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara.
b.    Alur Penelitian
Pada prinsipnya penerapan PTK untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di dalam kelas.
Sebagai salah satu penelitian yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di
dalam kelas, menyebabkan terdapatnya beberapa model yang diterapkan. Diantaranya Kurt lewin
(dalam wijaya,2009:20) “terdiri empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan
(acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting).   Model siklus yang
dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart ( dalam Sukardi, 2003: 214) ” mereka menggunakan
empat komponen penelitian (perencanaan, tindakan, observasi, refleksi) dalam suatu sistem
spiral yang saling terkait”.
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Setiap akhir siklus dilakukan tes akhir tindakan, pada
setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran yaitu selama 2x35 menit, setelah akhir siklus dilakukan tes hasil belajar.
        Alur penelitian di atas menggunakan model John elliott (dalam Wijaya,dkk. 2009:21)
“tampak bahwa didalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan,
yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3. Adanya langkah-langkah
untuk setiap tindakan ini dengan dasar pemikiran bahwa di dalam mata pelajaran terdiri dari
beberapa pokok bahasan, dan setiap pokok bahasan terdiri dari beberapa materi, yang tidak dapat
diselesaikan dalam satu kali tindakan”.
2.    Prosedur Penelitian
a.    Perencanaan
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan sebagai berikut :
1)    Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran.
2)    Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk
mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas.
3)    Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat .
4)    Melaporkan hasil penelitian.Pelaksanaan Tindakan.
b.    Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk
belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah – langkah yang
dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
c.    Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses - proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya
pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
d.    Refleksi
1)    Tahap-tahap Pelaksanaan
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model
pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan  dalam 2 siklus . Setiap siklus
tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
2)    Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :
a)    Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.
b)    Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang
ingin dicapai.
c)    Membuat  soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
d)    Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis
kelamin,maupun teknik.
e)    Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang
akan dilaksanakan
e.    Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk
mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
C.    Jenis dan Sumber Data
1.    Jenis Data Penelitian
          Untuk dapat menjelaskan secara sistematis mengenai peningkatan hasil pembelajaran IPA
melalui pendekatan discovery pada siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara. Maka jenis
penelitian yang di gunakan yaitu penelitian kualitatif.
Menurut Moleong (2009 : 6)
          Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong 2009:5) “Menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan di lakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada”.
Dari penjelasan pendapat di atas sesuai dengan penelitian ini, karena penelitian menggunakan
latar ilmiah yaitu kelas dengan melihat fenomena yang terjadi dalam pembelajaran, kemudian
menggunakan metode yang telah di tentukan.
2.    Sumber Data
Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara Sebagai obyek
penelitian.
Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati
munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan
diklasifikasikan menjadi C1 – C6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan
harian (test).
D.    Teknik dan Alat Pengupulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1.    Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2.    Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait
dengan respon  atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
3.    Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari
beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer.
4.    Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh
siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi
tercakup
5.    Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua  data
yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini.
E.    Tenik Analisis data
Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati
munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan
diklasifikasikan menjadi C1 – C6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan
harian (test).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan  analisis data kualitatif
dan kuantitatif. Menurut pendapat Bogdan, dkk (dalam Moleong 2009 : 5) “Mendefinisikan
Metodologi Kualitatif prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif  beberapa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Pendekatan ini di arahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh)”.
Sedangkan  Menurut Moleong  (2009 : 6) “penelitian kualitatif adalah  penelitiaan yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.,secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alami”.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data perencanaan, maupun data
evaluasi. Analisis data dilakukan dengan cara terpisah-pisah agar mendapat berbagai informasi
yang spesifik yang mendukung pembelajaran dan yang  menghambat pembelajaran, untuk itu
pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang
diteliti.
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang
dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan
pada siklus II.
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I  hanya saja perencanaan
kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan
pada pelaksanaan siklus I

1.    Kemampuan Berfikir


Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan berbagai soal ulangan IPA. Kemudian
untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah
dinilai dengan angka pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah
dinilai dengan KKM  pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
Skor riil    X    4
Skor maks
Keterangan:
Skor riil   : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor  total yang seharusnya diperoleh siswa
4                       : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran)

2.    Hasil Belajar


Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan
belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya
mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari
jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengertian-Ilmu-Pengetahuan-Alam,”/#ixzz1b9WqoiH3”, http://id.shvoong.com/exect-
sciences/bilogy, (21 Oktober 2011)
2. Ifzanul, Macam-macam Pembelajaran(HTML), http://blogspot.com. , (15 Desember
2009).
3. Wardani, Igak dkk. 2007. Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
4. Wijaya dan dedi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. jakarta : PT Malta Printindo.

EMAIL: IMALIADI
        Im4li4di@gmail.com
        M4lmotor@gmail.com
        http//www.imaliadi.blogspot.com
HP   : 081374605706

Anda mungkin juga menyukai