TUJUAN PENGAJARAN
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu menjelaskan peran bedah endodontik
2. Mampu menjabarkan ruang lingkup bedah endodontik
3. Mampu menguraikan istilah drainase, insisi, bedah apeks, hemiseksi da n
re plantasi
4. Mampu menjabarkan penatala ksanaan drainase, insisi, bedah apeks, hemiseksi
dan re plantasi
5. Mampu menjelaskan macam -macam bentuk flap, indikasi dan kontra
indikasinya
6. Mampu menjelaskan prognosis tindakan bedah endodontik.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 29
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
I. PENDAHULUAN
II. INSISI
Tujuan insisi adalah untuk mengeluarkan eksudat purulen / pus dan darah
untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa sakit akibat tekanan serta
irita si yang toksik dari pembengkakan jaringan lunak.
Indikasi insisi jika drainase tidak dapat dilakukan melalui cavitas gigi, maka
diperlukan drainase melalui ja ringan lunak.
Prosedur insisi diawali dengan tindakan a nestesi. Kombinasi anestesi blok da n
infiltrasi regional lebih efektif dari pada infiltrasi subperiostal. Infiltrasi regional
dimulai di tepi pembengkakan dan selanjutnya pada pusat pembengkakan dengan
tekanan ringan. Selain itu dapat menggunakan e til khlorida se cara topical pada daerah
pembangkakan hingga jaringan yang disemprot berwarna putih.
Insisi dibuat secara horizontal/vertical dengan scalpel tepat melalui periosteum
ke tulang. Paling efektif jika pembengkakan yang timbul telah mengalami fluktuasi,
karena de ngan cepat eksudat purule n da pat dikeluarkan dan rasa nyeri cepat
berkurang. Apabila diperlukan drainase setelah insisi, dapat memakai karet isolator
yang dibentuk segitiga atau memakai sepotong iodoform tampon ke dalam insisi.
Drain harus diangkat setelah 2 -3 hari.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 30
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
II. BEDAH APEKS
Jika pengisian saluran akar secara ortograd (melalui mahkota) tidak dapat
dilakukan, maka alternatif pengisiannya secara retrograd melalui bedah apeks. Tujuan
bedah apeks adalah untuk menjamin penempatan suatu bahan pengisi untuk menutup
fora men apikal. Semakin baik penutupannya, maka semakin baik prognosisnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 31
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
3. Masalah kesehatan sistemis pada penderita dengan kel ainan darah, diabetus
yang tak terkontrol, penyakit jantung ya ng berat, atau kela inan imunologis
maupun adanya rasa takut yang berlebihan merupakan kontraindikasi untuk
pembedahan.
4. Tindakan bedah untuk perawatan ulang yang penyebab kegagalannya tidak
diketahui kemungkinan tidak akan berhasil.
2.3.1. Premedikasi
Premedikasi menjadi penting jika pasien tetap sangat gelisah dan tidak
terpengaruh konsultasi. Obat-obatan yang dipilih harus dapat mengurangi
kege lisahan, mempertinggi e fek anestesi dan mengurangi aliran saliva (antisialalog),
perdarahan (epinefrin), maupun infeksi sekunder (antibiotika).
Obat-obatan per oral yang sering digunakan sebagai penenang :
1. Golongan barbiturat seperti pentobarbital (Nembutal) dan secobarbital (Seconal),
sering digunakan untuk sedasi (obat penenang) de ngan dosis 50-150 mg diberikan
30 menit sebelum operasi.
2. Golongan meprobroma te (Equanil) dengan dosis 400 mg, 4 kali sehari diberika n
beberapa hari sebelum operasi.
3. Golongan diazepam (Valium) dengan dosis 5 mg dibe rikan 30 menit sebelum
ope rasi .
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 32
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
2.3.3. Pembuatan Flap
Dalam pembuatan desain flap perlu diperhatikan yaitu :
1. suplai darah pada jaringan lunak yang akan diangkat dengan cara
pembuatan dasar flap ya ng lebih lebar.
2. Desain flap dibuat secara maksimal untuk menghindari insisi di atas tulang
yang rusak atau di atas lesi peri apeks , karena resorpsi tulang periapeks
lebih besar diba nding gambaran radiolusens foto.
3. Dalam pembuatan flap jangan memotong p apila interdental. Jika diikutkan
dalam flap maka seluruh papila interdental ha rus di ikutkan, atau tidak sama
sekali.
4. Jika ada fistel, dimasukka n dalam pembuatan flap
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 33
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
menutup tulang, yaitu gingiva, mukosa dan periosteum. Insisi harus dibuat melalui
periosteum sampai ke tulang. Insisi dilakukan dengan gerak yang kua t dan kontinyu
tegak lurus dengan plat kortikal.
Refleksi jaringan menggunakan elevator dengan kekuatan terkontrol hingga
elevator benar-benar kontak dengan tulang . Refleksi jaringan dimulai dari insisi
vertikal kemudian ke horizontal sampai akses dan la pangan pandang ke daerah operasi
me madai. Refleksi jaringan mencakup periosteum, karena bagian yang tidak te rangkat
akan mengakibatkan perdarahan dan menghalangi pandangan serta menghambat proses
penyembuhan.
Jika desain flap tepat dan refleksi flap dilak ukan dengan hati-hati, maka akses
untuk pembedahan akan bagus dan proses penyembuha nnya aka n cepat.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 34
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
2.4. Indikasi Reseksi Apeks
1. adanya perforasi akar,
2. fraktur akar apikal,
3. faktor anatomi saluran akar adanya pengapuran, bercabang, saluran lateral da n
aksesori.
Tindakan ini meliputi pemotongan bagian apeks dan pengisian secara
o
retrograd. Pemotongan bagian apeks dilakukan dengan bentuk bevel dengan sudut 45
arah fasial lingual dengan menggunakan bur fisur dan irigasi salin. Selanjutnya
fora men saluran akar dipreparasi dengan bur inverted dengan kedalaman 2-3 mm dan
diisi dengan bahan pengisi seperti amalgam, gutta percha, dan komposit.
Selanjutnya daerah operasi dibersihkan dengan cermat dari sisa -sisa serpihan
tulang, jaringan lunak dan de bris mengg unakan salin steril. Kemudian flap
dikembalikan seperti posisi semula da n ditahan dengan tekanan sedang selama 5
menit, dengan tujuan untuk mengontrol timbulnya perdaraha n diba wah flap dan
persiapan untuk penjahitan.
2.5. Penjahitan
Tepi flap yang dijahit sedapat mungkin terletak pada tulang kortikal padat.
Penjahitan pada umu mnya dengan teknik terputus -putus menggunakan benang sutera.
Jarum jahit ditusukan ke dalam flap dahulu lalu ke jaringan yang cekat dan diikat
dengan simpul bedah. Simpul tidak boleh diletakkan di atas garis insisi karena dapat
menyebabkan iritasi dan inflamasi serta menghambat penyembuha n.
2.6.Pasca Operasi
Intruksi maupun penjelasan pasca operasi ditujukan untuk mengurangi
kege lisahan pasien. Kemungkinan timbulnya pembengkakan dan p erdarahan dapat
dikurangi dengan kompres menggunakan es selama 20 menit. Campuran garam
sebanyak 1 sendok teh ke dalam gelas berisi air hanga t dapat digunakan untuk kumur -
kumur setelah satu hari selesai operasi. Sebaiknya diperbanyak mi num dan makan
makana n yang lunak dan halus. Pemberian Antibiotik dan analgesik diperlukan untuk
mencegah inflamasi timbulnya rasa nyeri pasca operasi.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 35
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
III. AMPUTASI AKAR
Amputasi Akar adalah pengangkatan akar gigi salah satu atau lebih pada gigi
akar ganda, sedangkan mahkotanya dipertaha nkan tetap utuh. Setelah perawatan
saluran akar pada gigi yang dipertahankan selesai dan saluran akar gigi yang akan
dipotong diisi dengan amalgam sekitar orificenya hingga ke dalam saluran akar
sekitar 4 mm. Amputasi akar dilakukan dengan membuat potongan horizontal untuk
memisahkan akar dari mahkota .
3.3.Hemiseksi
Hemiseksi adalah pemisahan/pembelahan gigi akar ganda mulai mahkota
hingga furkasinya dan pencabutan salah satu / lebih belahan akar yang rusak atau
yang mengala mi kelainan periodonsium. Pada gigi molar bawah dibelah arah
bukolingual sedangkan pada molar atas arah mesiodistal melalui furkasi.
3.4. Bikuspidisasi
Bikuspidisasi adalah pemisahan/pembelahan gigi akar ganda mulai mahkota
hingga bifurkasi arah bukolingual secara bedah dan kedua belahan mahkota serta akar
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 36
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
tersebut tetap dipertahankan. Biasanya dilakukan pada gigi molar bawah yang
mengalami kerusakan tulang yang terbatas pada dae rah bifurkasi saja. Setelah gigi
dibelah secara hemiseksi dan dikuret di daerah bifurkasinya, masing -masing bagian
dapat direstorasi menyerupai premolar.
3.5. Prognosis
Setiap kasus prognosisnya berbeda -beda tergantung pada diagnosis, seleksi
kasus, ketepatan indikasi dan kontra indikasinya , hasil pemotongan gigi tanpa
menimbulkan kerusakan yang lain , restorasi yang jelek , adanya karies, tekanan
oklusal yang berlebihan, kesulitan perawatan saluran akar , atau penyakit
periodonsium.
Faktor utama yang menyebabkan kegagalan adalah higiene mulut penderita,
terutama adanya pengumpulan plak pada daerah furkasinya dan mengakibatkan
terjadinya karies dan penyakit periodonsium.
Semua prosedur bedah endodonsi memerlukan pelatihan, pengalaman dan
ketrampilan yang lebih tinggi.
Kemungkinan yang terjadi dan perlu diantisipasi dia ntaranya parestesi akibat
cedera syaraf, perforasi sinus, terbukanya jaringan lunak, perdarahan dan infeksi .
Bundel neurovaskuler di dekat premolar bawah dan apeks palatal molar atas
merupakan predisposisi untuk parestesi setelah operasi atau perdarahan yang
berlebihan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 37
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
IV. REPLANTASI INTENSIONAL
4.1. Indikasi
1. Kasus perawatan saluran akar yang tidak dapat dirawat se ca ra konvensional
akibat pembuntuan saluran akar, kesulitan membuka mulut, alat yang patah,
ada nya pasak, perforasi maupun karies.
2. Kasus bedah yang tida k dapat dilakukan karena kesukaran anatomis dekat
dengan syaraf atau sinus.
4.2. Kontraindikasi
1. Pasien dengan fraktur rahang atau alveolus
2. Penyakit periodonsium yang parah dan gigi goyang.
3. Penyakit sistemik seperti hipertensi yang parah, infark jantung, kelainan
darah, diabetus yang tak terkontrol, dll.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 38
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK
Setelah 7-14 hari dilakukan evaluasi untuk melihat tanda -tanda kegoyangan,
kerusakan pe riodonsium, resorpsi akar, maupun penyembuhannya. Kegagalan
replanta si yang dapat terjadi yaitu kerusa kan periodon sium atau ankilosis dengan
resopsi yang parah.
- oooOooo -
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------ 39
BAB 5. BEDAH ENDODONTIK