Anda di halaman 1dari 20

ASAL USUL

• Jabariah berarti: terpaksa, tidak mampu.


Maksudnya yaitu: suatu aliran yang menyatakan
bahwa manusia tidak memiliki kebebasan atau
kemerdekaan dalam berbuat, semuanya
tergantung Tuhan. (predestination atau fatalism).
SEJARAH DAN PAHAMNYA
• Secara umum, muncul dan berkembangnya dua aliran
ini mengikuti perkembangan aliran teologi sebelumnya,
terutama aliran murji’ah.
• Karena itu tidak heran jika salah satu tokoh pelopor
aliran Jabariah adalah pengikut aliran murji’ah yakni
Jahm bin Shafwan dari Khurasan.
• Dalam konteks sosio-kultural masyarakat Arab, dapat
diduga bahwa aliran jabariah lebih dekat kepada
pemahaman bangsa Arab sebelum Islam, dimana
mereka hidup dalam kesederhanaan dan sangat
tergantung pada alam.
• Setelah Jahm bin Shafwan wafat karena terlibat
pertarungan politik dengan dinasti Umayyah, Aliran
murji’ah dilanjutkan oleh al-Husain bin Muhammad
an-Najar.
JABARIYAH
• Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang artinya
memaksa. Aliran Jabariyah muncul bersamaan dengan
munculnya aliran Qadariyah. Kemunculan dua aliran ini,
merupakan akibat tindakan kekejaman dan kesewenang-
wenangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Hanya kedua aliran
tersebut memberikan reaksi yang berbeda. Aliran
Qadariyah memberikan reaksi menentang dan menyerang.
Sedangkan aliran Jabariyah justru sebaliknya, yaitu pasrah,
menyerah, dan mengembalikan segala sesuatunya kepada
Allah SWT. Kondisi semacam ini yang dimanfaatkan oleh
Mu’awiyah sebagai pembenar segala tindakan politiknya.
Isu seperti ini juga yang diambil dan digunakan Mu’awiyah
untuk membenarkan semua tindakannya bahwa semua
yang telah mereka lakukan itu juga karena kehendak Allah.
TOKOH JABARIYAH
• Al-Ja’d bin Dirham
• Al-Ja’d adalah seorang Maulana Bani Hakim,
tinggal di Damaskus. Ia dibesarkan di
lingkungan orang Kristen yang senang
membicarakan teologi. Semula ia dipercaya
untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani
Umayah, tetapi setelah tampak pikiran-
pikirannya yang kontroversial, Bani Umayah
menolaknya. Kemudian Al-Ja’d lari ke Kufah
dan di sana ia bertemu dengan Jahm, serta
mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk
dikembangkan dan disebarluaskan.
TOKOH JABARIYAH
• Al-Ja’d bin Dirham
• Doktrin pokok Ja’d secara umum sama dengan
pikiran Jahm, Al-Ghuraby menjelaskan sebagai
berikut :
a. Al-Quran itu adalah makhluk. Oleh karena itu,
dia baru.sesuatu yang baru itu tidak dapat
disifatkan kepada Allah.
b. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan
makhluk, seperti berbicara, melihat dan
mendengar.
c. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.
TOKOH JABARIYAH
• Jaham bin Shafwan (131 H)

• Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin


Shafwan. Ia berasal dari Khurusan, bertempat tinggal
di Khufah, ia seorang da’i yang fasih dan lincah
(orator), ia menjabat sebagai sekretaris Harits bin
Surais, seorang mawali yang menentang pemerintah
Bani Umayah di Khurasan. Ia ditawan kemudian
dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya dengan
agama.
TOKOH JABARIYAH
• Jaham bin Shafwan (131 H)
• Sebagai seorang penganut dan penyebar faham
Jabariyah, banyak usaha yang dilakukan Jahm yang
tersebar ke berbagai tempat, seperti ke Tirmidz dan
Baik. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan
teologi adalah sebagai berikut :
• a) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia
tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak
sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm
tentang keterpaksaan ini lebih terkenal dibanding
dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep
iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan (nahyu as-
sifat), dan melihat Tuhan di akhirat.
TOKOH JABARIYAH
b) Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal
selain Tuhan. tentang keberadaan syurga-neraka, setelah
manusia mendapatkan balasan di dalamnya, akhirnya
lenyaplah syurga dan neraka itu. Dari pandangan ini
nampaknya Jaham dengan tegas mengatakan bahwa, syurga
dan neraka adalah suatu tempat yang tidak kekal
c) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.
Dalam hal ini, pendapatnya sama dengan konsep iman
yang dimajukan kaum Murji’ah.
d) Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha Suci dari
segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti
berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan
tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak
JABARIAH MODERAT

• Diimami oleh al-Husain Ibn Muhammad al-


Najjar.

• Baginya, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan-


perbuatan manusia, baik maupun jahat. Manusia
berperan mewujudkannya lewat kasb.

• Jabariah moderat menjembatani antara Jabariah


dan Qadariah.
 Masyarakat Arab sebelum Islam adalah penganut
Jabariah alami. Kehidupan Arab yang serba
sederhana dan jauh dari pengetahuan, menyesuaikan
dengan padang pasir dan kehendak alam.
 Yang pertama kali menonjolkan Jabariah adalah Ja`d
Ibn Dirham dan disyiarkan oleh Jahm Ibn Safwan.
Yang terakhir ini adalah pendiri Murji`ah al-
Jahmiyah.
 Jahm dipancung oleh pemerintah Banu Umayyah.
AJARAN JABARIYAH
• Menurut Jabariyah manusia itu tidak memiliki
kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya, dan
tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Semua
gerak dan perbuatan manusia itu hakikatnya sudah
ditentukan oleh Allah SWT. Meskipun demikian,
manusia tetap mendapatkan pahala dan siksa, akibat
perbuatan baik dan jahat yang mereka lakukan.
• Manusia tidak hanya bagaikan wayang yang digerakkan
oleh dalang, tetapi manusia juga tidak mempunyai
kewenangan sama sekali untuk mewujudkan
perbuatan dan angan-angannya. Sementara nasib
mereka di akhirat kelak, mutlak ditentukan oleh Allah
SWT.
PAHAM-PAHAMNYA
• ALIRAN JABARIAH.
• Menurut mereka bahwa manusia tidak memiliki
daya, kekuatan dan memilih dalam berbuat.
• Manusia melakukan suatu perbuatan semata-mata
hanyalah karena terpaksa atau dipaksa oleh
Tuhan.
• Dengan kata lain, manusia tidak lebih dari sebuah
robot, dimana pergerakannya ditentukan oleh
pemilik robot. Begitu juga manusia, yang
melakukan perbuatan baik dan jahat sebenarnya
adalah Allah dengan memakai manusia.
• Pokok-Pokok Pemikiran Jabariyah
1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Bahwa segala perbuatan
manusia merupakan paksaan dari Tuhan dan merupakan
kehendak-Nya yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Manusia
tidak punya kehendak dan pilihan. Ajaran ini dikemukakan oleh
jahm bin shofwan.
2. Surga dan neraka tidak kekal, begitu pun dengan yang lainnya,
hanya Tuhan yang kekal.
3. Iman adalah ma’rifat dalam hati dengan hanya membenarkan
dalam hati. Artinya, bahwa manusia tetap dikatakan beriman
meskipun ia meninggalkan fardhu dan melalkukan dosa besar,
tetap dikatakan beriman walaupun tanpa amal.
• Pokok-Pokok Pemikiran Jabariyah
4. Kalam Tuhan adalah makhluk, Allah SWT mahasuci dari segala sifat
keserupaan dengan makhluk-Nya, maka Allah tidak dapat dilihat
meskipun di akhirat kelak, oleh karena itu Al-Qur’an sebagai
makhluk adalah baru dan terpisah dari Allah, tidak dapat disifatkan
kepada Allah SWT.
5. Allah tidak mempunyai sifat serupa makhluk seperti berbicara,
melihat, dan mendengar.
6. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia
berperan dalam mewujudkan perbuatan itu. Teori ini dikemukakan
oleh Al-Asy’ari yang disebut teori kasah, sementara An-najjar
mengaplikasikannya dengan ide bahwa manusia tidak lagi seperti
wayang yang digerakkan, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam
diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya.
PERKEMBANGAN ALIRAN JABARIYAH
• Dilihat dari realitas yang ada aliran jabariayah masih
tetap ada sampai sekarang, akan tetapi bukan
berbentuk kelompok seperti dulu, pada zaman
muderen ini hanya keyakinan secara individual saja.

• Beberapa faham yang dikembangkan para ulama


jabariyah diantaranya:
• 1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Bahwa
segala perbuatan manusia merupakan paksaan dari
Tuhan dan merupakan kehendak-Nya yang tidak bisa
ditolak oleh manusia. Manusia tidak punya kehendak
dan pilihan. Ajaran ini dikemukakan oleh Jahm bin
Shofwan.
PERKEMBANGAN ALIRAN JABARIYAH
• 2. Surga dan neraka tidak kekal, begitu pun dengan
yang lainnya, hanya Tuhan yang kekal.
• 3. Iman adalah ma’rifat dalam hati dengan hanya
membenarkan dalam hati. Artinya bahwa manusia
tetap dikatakan beriman meskipun ia meninggalkan
fardhu dan melakukan dosa besar. Tetap dikatakan
beriman walaupun tanpa amal.
• 4. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah SWT
Mahasuci dari segala sifat keserupaan dengan makhluk-
Nya, maka Allah tidak dapat dilihat meskipun di
akhirat kelak, oleh karena itu Al-Qur’an sebagai
makhluk adalah baru dan terpisah dari Allah, tidak
dapat disifatkan kepada Allah SWT.
PERKEMBANGAN ALIRAN JABARIYAH
• 5. Allah tidak mempunyai sifat serupa makhluk seperti
berbicara, melihat, dan mendengar.

• 6. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi


manusia berperan dalam mewujudkan perbuatan itu.
Teori ini dikemukakan oleh Al-Asy’ari yang disebut teori
kasab, sementara An-Najjar mengaplikasikannya dengan
ide bahwa manusia tidak lagi seperti wayang yang
digerakkan, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam
diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan
perbuatannya.
• Terdapat tiga golongan dalam Jabariyah, yaitu :
1) Jahmiyah
• Jahmiyah adalah sekte para pengikut Jahm bin Sofwan, salah seotrang yang
paling berjasa besar dalam mengembangkan aliran Jabariyah. Ajaran
Jahmiyah yang terpenting adalah al Bari Ta’ala (Allah SWT Tuhan Maha
Pencipta lagi Maha Tinggi) Allah SWT tidak boleh disifatkan dengan sifat
yang dimiliki makhluk-Nya, seperti sifat hidup (hay) dan mengetahui (‘alim),
karena penyifatan seperti itu mengandung pengertian penyerupaan Tuhan
dengan makhluk-Nya, padahal penyerupaan seperti itu tidak mungkin
terjadi.
2) Najjariyah
• Sekte ini dipimpin oleh Al Husain bin Muhammad an Najjar (w. 230 H /
845 M). Ajaran yang dikemukakan bahwa Allah memiliki kehendak
terhadap diri-Nya sendiri, sebagaimana Allah mengetahui diri-Nya. Tuhan
menghendaki kebaikan dan kejelekan, sebagaimana ia menghendaki
manfaat dan mudzarat.
3) Dirariyah

• Sekte ini dipimpin oleh Dirar bin Amr dan Hafs al Fard. Kedua pemimpin tersebut
sepakat meniadakan sifat – sifat Tuhan dan keduanya juga berpendirian bahwa
Allah SWT itu Maha Mengetahui dan Maha Kuasa, dalam pengertian bahwa Allah
itu tidak jahil (bodoh) dan tidak pula ‘ajiz (lemah).

• Dari ketiga golongan ini, syahrastani mengklarifikasikan menjadi dua bagian besar.
Pertama, Jabariyah murni yang berpendapat bahwa baik tindakan maupun
kemampuan manusia melakukan seutu kemauan atau perbuatannya tidak efektif
sama sekali. Kedua Jabariyah moderat yang berpandangan bahwa manusia
mempunyai sedikit kemampuan untuk mewujudkan kehendak dan perbuatannya.

Anda mungkin juga menyukai