• Nama ini diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Hasan Ali bin
Ismail al-Asy‟ari (873 – 935 M). Dia adalah seorang pengikut
Mu‟tazilah, yakni murid dari al-Juba‟I (tokoh Mu‟tazilah).
• Alasan dia keluar dari Mu‟tazilah, tidak ada informasi yang tegas,
kecuali:
• Periode Pertama
• Al-Baqilany
• Al-Juwainy
• Al-Ghazali
• As-Sanusy
AJARAN ASY’ARIYAH
• Sifat Allah, menurutnya Allah SWT mempunyai sifat (sifat duapuluh)
sifat-sifat tersebut berada di luar zat Tuhan dan zat Tuhan itu sendiri.
Seperti al-‘ilm (mengetahui), al-qudrah (kuasa), al-hayah (hidup), as-sama’
(mendengar), al-basar (melihat), dan lainnya.
• Kedudukan Al-Qur‟an, Al-Qur‟an adalah firman Allah dan bukan
makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan demikian Al-Qur‟an
bersifat qadim (tidak baru).
• Melihat Allah di Akhirat, Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata
karena Allah mempunyai wujud.
• Perbuatan manusia, perbuatan-perbuatan manusia itu diciptakan Allah.
• Antropomorfisme, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan,
sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Qamar ayat 14 dan QS. Ar-
Rahman ayat 27. Akan tetapi, bagaimana bentuk Allah tidak dapat
diketahui.
• Dosa besar, orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin
selama ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
• Keadilan Allah, Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia memiliki
kehendak mutlak atas ciptaan-Nya.
KONSEP AKIDAHNYA
• Secara umum, konsep akidahnya lebih merupakan sebuah
antitesa dari akidah Mu‟tazilah, terutama berkaitan dengan
sifat Tuhan, hal melihat Tuhan, al-Qur‟an qadim, perbuatan
manusia, keadilan Tuhan, manzilah baina manzilatain.