Pengertian Mu’tazilah
• Aliran ini lahir atas tanggapan Wasil bin Ato’ Murid dari Hasan al-Basri, terhadap
pemikiran khawarij tentang pelaku dosa besar.
• Ketika gurunya bertanya tentang pemikiran khawarij, wasil bin ato menjawab
bahwa pelaku dosa besar “Bukan Mukmin juga bukan Kafir, mereka berada
diantara keduanya yaitu orang FASIK”
• Kemudian Wasil bin ato Memisahkan diri dari Gurunya Hasan al-Basri
• Kemudian pemikiran wasil bin ato ini dinamakan “MU’TAZILAH” yaitu corak
pemikiran yang lebih ke arah filsafat maka disebut juga aliran kalam rasional.
• Aliran ini menjadi aliran resmi pada masa daulah bani Abbasiyah pada masa
pemerintahan AL-MAKMUN (198-218 H), AL-MU’TASHIM (218-227 H), AL-WATSIQ
(227-232) dan berakhir pada masa AL-MUTAWAKIL (234 H).
Allah diakhirat kelak tidak dapat dilihat oleh panca indera mata manusia.
Allah akan memeberikan balasan kepada manusia sesuai amal perbuatannya. Jika
berlaku baik dapat kebaikan dan jika berlaku buruk dapat keburukan. Inilah yang
dianggap keadilan oleh Mu’tazilah.
Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari janjinya yang
baik diberi pahala dan yang buruk diberi siksa/azab.
Manusia yang baik akan dimasukkan ke surge dan yang berbuat buruk akan
dimasukan ke neraka selama-lamanya.
Karena Prinsip ini WASIL bin ATO memisahkan diri dari majlis gurunya hasan al-
Basri.
Menurutnya kaum muslimin yang melakukan dosa besar bukan mukmin tapi juga
tidak kafir tapi ada diantara keduanya antara kufur dan iman yaitu FASIK.
Orang mukmin yang melakukan dosa besar dan mati maka bukan mukmin dan
juga bukan kafir dan akan dimasukkan ke dalam neraka. Tapi nerakanya tidak
sepanas neraka orang kafir.
Dalam aliran ini konsepnya bernama MIHNAH, yaitu semua harus sependapat
dengan teologi ini, khusunya tentang “Kemakhlukan Kalamullah (Al-Qur’an)”
Para pejabat bahkan ulama yang tidak mengakui Al-Qur’an itu makhluk maka akan
disiksa bahkan dibunuh. Salah satu Korbannya yaitu IMAM AHMAD BIN HAMBAL
(IMAM HAMBALI) yang disiksa dan dipenjara karena tidak mengakui al-Qur’an itu
makhluk. Inilah konsep Amar ma’ruf Nahi Munkar menurut Mu’Tazilah
(Memaksakan kehendak Teologinya).
Karena corak pemikiran yang mudah difahami, maka aliran ini memperoleh
pengikut dan pendukung yang banyak.
Imam Abu Hasan Al-Asy’ari berjuang melawan mu’atzilah dengan lisan dan tulisan.
Berdebat dan bertanding melawan faham mu’tazilah. Sehingga beliau termasyur
sebagai ulama Tauhid yang dapat meruntuhkan faham Mu’tazilah.
Jadi Allah mendengar tetapi tidak seperti manusia mendengar, Allah melihat tetapi
tidak seperti penglihatan manusia dan seterusnya.
Pendapat ini berdasar Firman Allah SWT dalam AL-QUR’AN SURAH AL-QIYAMAH
AYAT 22-23.
Tuhan itu ada maka bias dilihat. Adapun tentang bagaimana cara-caranya
penghuni surga melihat tuhan, maka diserahkan kepada Tuhan.