Anda di halaman 1dari 5

BAB VII

ALIRAN KALAM ASYA'RIYYAH


A. ASAL USUL ASY'ARIYYAH

Umat Islam terus mengisi ruang sejarah hingga sejarah itu sendiri
menghasilkan beberapa persoalan yang harus dihadapi umat Islam, termasuk
dalam lingkup teologi.

Dalam perjalanan sejarah aliran mu'tazilah pernah mencapai masa jayanya


yaitu ketika Al Ma'mun, Khalifah Abbasiyah ke-7 (827 M) akan tetapi serangan
muktazilah terhadap fuqaha dan muhadisun semakin gencar. Tak seorangpun
pakar fiqih populer atau pakar hadis luput dari serangan itu. Suatu serangan dalam
bentuk pemikiran yang disertai dengan siksaan fisik dalam suasana mihnan
mihnan adalah ujian, tes aqidah atau keyakinan yang dilakukan pada masa
Khalifah Al Ma'mun (813-832M) kepada para ulama dan pejabat pemerintah
untuk memaksakan paham mu'tazilah kepada mereka. Paham tersebut adalah
paham bahwa Alquran itu makhluk ( diciptakan bukan Kodim)

Akibat dari mihnan timbul kebencian masyarakat terhadap muktazilah yang


berkembang menjadi permusuhan. Masyarakat melupakan jasa baik dan jerih
payah muktazilah membela Islam dengan melakukan perlawanan terhadap kaum
zindiq dan budak hawa nafsu. Masyarakat hanya mengingat hasutan mereka
kepada para khalifah untuk melakukan mihnan terhadap imam dan ahli hadis yang
bertakwa.

Pada akhir abad ke-3 Hijriyah. Muncul dua tokoh yang menonjol, yaitu Al
Asy'ari di Basrah dan Abu Mansur al-maturidi disamarkan. Aisyari adalah seorang
muktazilah yang memutuskan keluar dari aliran muktazilah. Al Asyari dibantu
almaturidi bersatu untuk melakukan bantahan terhadap muktazilah, meskipun
terdapat persamaan dan perbedaan di antara keduanya.

Pembahasan bab ini akan di tekankan dan di titikberatkan pada pemikiran


Al-Asy'ari serta latar belakang pemikiran nya, yg kemudian menjadi sebuah
madzhab kalam yang di kenal aliran ahlusunnah wa aljamaah.

B. DOKTRIN AL-ASY'ARI

poko poko pemikiran Al-Asy'ari yang kemudian dijadikan pegangan oleh


pengikut nya antara lain sebagai berikut.

1. Perbuatan manusia

Menurut Al Asy'ari perbuatan manusia diciptakan Tuhan bukan diciptakan


manusia sendiri. Gambaran tentang hubungan perbuatan manusia dengan
kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dikemukakan dalam teorinya yang disebut
al kasb. Yang dimaksud al-kasb adalah berbarengan nya perbuatan manusia
dengan kekuasaan Tuhan al kasb artinya keaktifan

Menurut nya, manusia memiliki kekuatan atas perbuatan perbuatannya, sebab ia


mengalami pada dirinya sendiri atau perbedaan yang nyata antara gerakan gerakan
seperti gemetar, kesemutan dan hal hal lain nya yang timbul secara sadar.
Perbedaan ini ada karena gerakan gerakan yang di sadari itu timbul memiliki
kekuatan, dan sebagai hasil dari pilihan orang yang memiliki kekuatan itu. Atas
dasar al-Asy'ari mengatakan bahwa perbuatan yang di perlukan oleh manusia
adalah perbuatan yang mungkin timbul melalui kekuatan manusia itu sendiri, dan
perbuatan tuhan.

Dasar yang di kemukakan oleh Al-Asy'ari yg mengatakan bahwa perbiatan


manusia di ciptakan tuhan adalah ( QS. AS-SAFFAT 37:96)

Artinya : padahal allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.

2. Melihat allah

Al-Asy'ari berpendapat bahwa setiap yang ada dapat di lihat. Allah juga ada,
maka dengan demikian dia dapat di lihat. Kami jiga tahu dari wahyu nya bahwa
kaum mukminin akan melihat tuhan di hari akhir nanti. Sebagaimana firman allah
(QS. ALQIYAMAH 75 : 22-23)

Artinya : wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri seri. Memandang tihan nya.

Banyak ayat dan hadits yang mirip dengan itu namun demikian, Al-Asy'ari
mengatakan bahwa dia dilihat oleh manusia itu tidak memerlukan tuang, tempat,
arah, bentuk, atau saling tatap muka (seperti kita), sebab itu mustahil.

Ada dua pandangan yang di miliki Al-Asy'ari tentang melihat wajah allah
Swt. Yang indah di hari akhir itu:

a. Manusia dapat melihat saja merupakan suatu jenis pengetahuan istimewa,


dalam artian bahwa pengetahuan itu berhubungan dengan yang bukan tidak ada.

b. Pengetahuan dapat melihat tuhan merupakan suatu presepsi di luar pengetahuan


yang tak memerlukan adanya suatu efek terhadap apa yang di persepsikan itu,
tidak pula memerluka efek yang berasal daripdanya.

3. Sifat Tuhan

Menurut Al Asy'ari Jika Allah benar-benar mencipta dan tidak ada yang
berserikat dengannya (dalam penciptaan sesuatu) maka dia menciptakan sesuatu
itu dengan kekuasaannya. Inilah sebenarnya makna dari nama Allah SWT Abu
Ishak Al isfahani berpendapat bahwa karakteristik yang paling patut diberikan
kepada Allah adalah sifatnya yang maha ada, Kun, yang dengannya dia menjadi
berbeda dengan selainnya. Singkatnya Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana
disebutkan dalam Alquran seperti Allah mengetahui, berkuasa dengan kodratnya,
hidup dengan hayatnya. Sifat-sifat tersebut adalah Ajali dan berdiri di atas zat
tuhan.

4. Keadilan tuhan

Al-Asy'ari percaya bahwa Allah tidak memiliki kewajiban untuk menghargai


ketaatan atau menghukum orang berdosa. Tetapi hal ini diserahkan kepada
kehendaknya, apakah dia akan memberi pahala atau menghukum yang taat, atau
menghukum atau memaafkan orang yang berdosa.

Imam Al-Haramaini berpendapat "pemberian pahala bukan lah merupakan


hak paten dan pembelaan sebagai yang di haruskan, tetapi merupakan karunia dari
allah. Hukuman pun tidak wajib adanya, hukuman dari allah merupakan keadilan
nya ". janji allah untuk memberi pahala atau ancaman untuk memberi hukuman
adalah firman nya yang benar dan janjinya pun pasti benar.

Al-Gazali menyebutkan bahwa tikad menjadi persoalan bagi allah sekiranya


mengampuni semua orang kafir dan menghukum orang mukmin. Hal semacam itu
tidak mustahil bagi dirinya dan tidak bertentangan dengan salah satu sifat
ketuhanan nya.

5. Al-qura'n

Al-qura'n menurut Al-Asy'ari adalah qodim bukan makhluk, sebab kalau ia


mamakhluk sesuai dengan AL-qura'n surat an-nahl :40

Artinya :

Sesungguhnya firman kami terhadap sesuatu apabila kami menghendaki nya, kami
hanya mengatakan kepadanya ' jadilah ' maka jadilah sesuatu itu.

Untuk menciptakan itu perlu kata Kun, dan untuk terciptanya kun ini perlu
kata Kun yang lain, begitulah seterusnya sehingga terdapat rentetan Kun yang tak
berkesudahan, dan ini tak mungkin. oleh karena itu Al-qura'n tidak mungkin
diciptakan.

6. Masalah-masalah Gaib

Mengenai informasi yang diberikan kepada kita dalam Al-qura'n tentang hal-
hal gaib seperti fana, lauh, Arsy, surga (Jannah) dan neraka (an-nar) masih
dipahami secara harfiah saja, demikian pula mengimani semuanya. Sama halnya
mengenai informasi tentang hal-hal yang akan terjadi di akhirat seperti pertanyaan
dalam kubur, pahala dan Siksa di dalamnya, Mizan, Hisab, Sirat, pembagian
manusia ke dalam dua kelompok, yakni kelompok yang masuk surga dan yang
masuk neraka, semuanya itu benar adanya, semuanya dipahami secara tekstual
saja.

Al-qura'n menurut Al-Asy'ari menunjukkan mukjizat, baik bahasa, uslub, khabari,


dan uslub insyari maupun keindahannya. ini dapat dipahami dari adanya fakta
bahwa bangsa Arab, Ketika suatu kali diberi pilihan Apakah memilih leher ditebas
dengan pedang atau memilih membuat suatu (ayat atau surah) yang semisal
dengan Al-qura'n, ternyata mereka memilih yang pertama, Sebab mereka tidak
mampu untuk melakukan apa yang dikatakan pada pilihan kedua.

7. Muslim pendosa yang bertaubat

Menurut Al Asy'ari seorang muslim melakukan perbuatan dosa besar


kemudian meninggal dunia sebelum sempat bertaubat, tetap dihukumi Mukmin,
tidak kafir tidak pula berada di antara mukmin dan kafir, dan di akhirat ada
beberapa kemungkinan; Ia mendapat ampunan dari Allah dengan rahmatnya
sehingga pelaku dosa besar tersebut dimasukkan ke dalam surga, atau Ia mendapat
syafaat dari Nabi Muhammad SAW. sebagaimana sabdanya:

Artinya :

"Syafaat adalah untuk umatku yangmelakukan dosa besar " (al-hadits)

8. Anthropomorphisme (Musyabbibah)

Al-Asyari berpendapat bahwa Tuhan mempunyai muka, tangan, dan


sebagainya dengan tidak ditentukan Bagaimana bentuk dan batasannya.

kata-kata dalam Alquran seperti Tuhan duduk, wajah, dua tangan, sisit
daging, berada di atas, dan sebagainya dipahami secara harfiah, yakni kata-kata
tersebut dipahami seperti kata-kata itu diterapkan kepada fisik atau tubuh manusia
dengan demikian kata-kata yang serupa dengan itu terdapat dalam hadis seperti
hingga yang kuasa menginjakkan kakinya dalam neraka dipahami secara tekstual
atau secara literal

C. AS-YARIYYAH PASCA AL-ASYARI

Asy'ariyyah mempunyai banyak pengikut antara lain di Irak dan di wilayah-


wilayah Islam bagian barat. mazhab ini dikenal sebagai mazhab Ahlussunnah Wal
Jamaah. banyak tokoh terkemuka yang menguatkan pandangan Al Asy'ari bahkan
sebagian mereka berpegang pada pandangannya secara fanatik, bukan hanya
mengenai kesimpulan yang dicapainya melainkan juga pada premis premis yang
digunakan untuk sampai pada kesimpulan. mereka mengharuskan para
pengikutnya untuk mengikuti premis dan kesimpulannya.
D. Kesimpulan

Al Asyari mempunyai banyak pengikut di Irak dan wilayah-wilayah Islam


bagian barat. mazhab ini dikenal sebagai mazhab Ahlussunnah Wal Jamaah.
sesama pengikut Al Asy'ari mengharuskan untuk mengikuti premis dan
kesimpulan Al Asy'ari. doktrin aliran ini adalah masalah-masalah sebagai berikut
perbuatan manusia, melihat Allah, sifat Allah, keadilan Allah, Al-qura'n, masalah
gaib, Pendosa yang bertaubat, dan anthropomorphisme.

E. Daftar pustaka

Harun Nasution, imam muhamad Abu zahrah, Ahmad Amin, ibid, Abu
Hasan, al-ibanah a'n Usul Ad-dayanah (mesir maktabah wa Al-bayan) Yusran
Asmuni, Muhamad asyahrastani, Al-Mihal wa An-Nihal, Terjemah karsidi
Diningrat, (pustaka 1996), Yusuf Musa, Al-Quran dan filsafat, Terjemah M.
Thalib (Yogyakarta: tiara Wacana, 1991), Al-Ghazali, Aqa'id, Muhamad Ahmad,

Anda mungkin juga menyukai