Umat Islam terus mengisi ruang sejarah hingga sejarah itu sendiri
menghasilkan beberapa persoalan yang harus dihadapi umat Islam, termasuk
dalam lingkup teologi.
Pada akhir abad ke-3 Hijriyah. Muncul dua tokoh yang menonjol, yaitu Al
Asy'ari di Basrah dan Abu Mansur al-maturidi disamarkan. Aisyari adalah seorang
muktazilah yang memutuskan keluar dari aliran muktazilah. Al Asyari dibantu
almaturidi bersatu untuk melakukan bantahan terhadap muktazilah, meskipun
terdapat persamaan dan perbedaan di antara keduanya.
B. DOKTRIN AL-ASY'ARI
1. Perbuatan manusia
Artinya : padahal allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.
2. Melihat allah
Al-Asy'ari berpendapat bahwa setiap yang ada dapat di lihat. Allah juga ada,
maka dengan demikian dia dapat di lihat. Kami jiga tahu dari wahyu nya bahwa
kaum mukminin akan melihat tuhan di hari akhir nanti. Sebagaimana firman allah
(QS. ALQIYAMAH 75 : 22-23)
Artinya : wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri seri. Memandang tihan nya.
Banyak ayat dan hadits yang mirip dengan itu namun demikian, Al-Asy'ari
mengatakan bahwa dia dilihat oleh manusia itu tidak memerlukan tuang, tempat,
arah, bentuk, atau saling tatap muka (seperti kita), sebab itu mustahil.
Ada dua pandangan yang di miliki Al-Asy'ari tentang melihat wajah allah
Swt. Yang indah di hari akhir itu:
3. Sifat Tuhan
Menurut Al Asy'ari Jika Allah benar-benar mencipta dan tidak ada yang
berserikat dengannya (dalam penciptaan sesuatu) maka dia menciptakan sesuatu
itu dengan kekuasaannya. Inilah sebenarnya makna dari nama Allah SWT Abu
Ishak Al isfahani berpendapat bahwa karakteristik yang paling patut diberikan
kepada Allah adalah sifatnya yang maha ada, Kun, yang dengannya dia menjadi
berbeda dengan selainnya. Singkatnya Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana
disebutkan dalam Alquran seperti Allah mengetahui, berkuasa dengan kodratnya,
hidup dengan hayatnya. Sifat-sifat tersebut adalah Ajali dan berdiri di atas zat
tuhan.
4. Keadilan tuhan
5. Al-qura'n
Artinya :
Sesungguhnya firman kami terhadap sesuatu apabila kami menghendaki nya, kami
hanya mengatakan kepadanya ' jadilah ' maka jadilah sesuatu itu.
Untuk menciptakan itu perlu kata Kun, dan untuk terciptanya kun ini perlu
kata Kun yang lain, begitulah seterusnya sehingga terdapat rentetan Kun yang tak
berkesudahan, dan ini tak mungkin. oleh karena itu Al-qura'n tidak mungkin
diciptakan.
6. Masalah-masalah Gaib
Mengenai informasi yang diberikan kepada kita dalam Al-qura'n tentang hal-
hal gaib seperti fana, lauh, Arsy, surga (Jannah) dan neraka (an-nar) masih
dipahami secara harfiah saja, demikian pula mengimani semuanya. Sama halnya
mengenai informasi tentang hal-hal yang akan terjadi di akhirat seperti pertanyaan
dalam kubur, pahala dan Siksa di dalamnya, Mizan, Hisab, Sirat, pembagian
manusia ke dalam dua kelompok, yakni kelompok yang masuk surga dan yang
masuk neraka, semuanya itu benar adanya, semuanya dipahami secara tekstual
saja.
Artinya :
8. Anthropomorphisme (Musyabbibah)
kata-kata dalam Alquran seperti Tuhan duduk, wajah, dua tangan, sisit
daging, berada di atas, dan sebagainya dipahami secara harfiah, yakni kata-kata
tersebut dipahami seperti kata-kata itu diterapkan kepada fisik atau tubuh manusia
dengan demikian kata-kata yang serupa dengan itu terdapat dalam hadis seperti
hingga yang kuasa menginjakkan kakinya dalam neraka dipahami secara tekstual
atau secara literal
E. Daftar pustaka
Harun Nasution, imam muhamad Abu zahrah, Ahmad Amin, ibid, Abu
Hasan, al-ibanah a'n Usul Ad-dayanah (mesir maktabah wa Al-bayan) Yusran
Asmuni, Muhamad asyahrastani, Al-Mihal wa An-Nihal, Terjemah karsidi
Diningrat, (pustaka 1996), Yusuf Musa, Al-Quran dan filsafat, Terjemah M.
Thalib (Yogyakarta: tiara Wacana, 1991), Al-Ghazali, Aqa'id, Muhamad Ahmad,