Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nur Afifah

NIM : 19080304036
Kelas : PAK19B

a) Faktor yang mempengaruhi ukuran sampel berdasarkan SAP


Jawab
Faktor yang mempengaruhi ukuran sampel dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Faktor yang mempengaruhi ukuran sampel untuk pengujian pengendalian
No Faktor Pengaruh terhadap ukuran sampel
1. Adanya peningkatan resiko auditor Semakin tinggi tingkat asurans yang akan
yang telah memperhitungkan diperoleh oleh auditor atas efektifitas
pengendalian yang relevan operasi penendalian, maka akan semakin
rendah resiko kesalahan penyajian
material yang dinilai oleh auditor, dan
semakin besar ukuran sampel yang
diperlukan
2. Suatu peningkatan dalam Semakn rendah tingkat penyimpangan
penyimpangan yang dapat diterima yang dapat diterima, maka akan semakin
besar ukuran sampel yang diperlukan
3. Suatu kenaikan dalam tingkat Semakin tinggi tingkat penyimpangan
penyimpangan yang diperkirakan yang diperkirakan terjadi, semakin besar
terjadi dalam populasi yang akan diuji ukuran sampel yang diperlukan sehingga
auditor dapat membuat estimasi yang
wajar tentang tingkat penyimpangan
yang sesungguhnya
4. Suatu kenaikan dalam tingkat asurans Semakin tinggi tingkat asurans yang
yang auditor harapkan bahwa tingkat audotor harapkan bahwa hasil sampel
penyimpangan yang dapat diterima benar – benar mencerminkan
tidak melebihi tingkat penyimpangan penyimpangan yang terjadi dalam
yang sesungguhnya dalam populasi populasi, maka semakin besar ukuran
sampel yang diperlukan
5. Suatu kenaikan dalam jumlah unit Jika populasi besar, maka ukuran aktual
1sampling dalam populasi populasi akan sedikit berdampak, jika
ada terhadap ukuran sampel. Namun jika
popilasi kecil, maka sampling audit tidak
dapat seefisien dibandingkan dengan cara
– cara altermatof dalam memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat.

2. Faktor yang mempengaruhi ukuran sampel dalam pengujian rinci


No Faktor Pengaruh terhadap ukuran sampel
1. Suatu kenaikan risiko yang telah Semakin tinggi tingkat resiko kesalahan
dinilai oleh auditor atas risio kesalahan penyajian material yang dinilai auditor,
penyajian material semakin besar ukuran sampel yang
diperlukan. penetuan risiko kesalahan
penyajian material oleh auditor
dipengaruhi oleh risiko bawaan dan
risiko pengendalian.
2. Suatu kenaikan dalam pengguaan Semakinn auditor mengandalkan pada
prosedur substantif lain yang prosedur substantif lain untuk
diarahkan ke asersi yang sama mengurangi risiko deteksi ke suatu
tingkat yang dapat diterima berkaitan
dengan suatu populasi terterntu, maka
akan semakin berkurang tingkat asurans
yang disyaratkan oleh auditor dari
sampling. Sehingga akan semakin kecil
ukuran sampel yang diperlukan
3. Suatu kenaikan tingkat asurans yang Semakin besar tingkat asurans yang
diharapkan oleh auditor bahawa diisyaratkab oleh auditor bahwa hasil
kesalahan penyajian yang dapat sampel pada kenyataannya
diterima tidak melebihi kesalahan mengindikasikan jumlah aktual
penyajian aktual dalam populasi kesalahan penyajian dalam populasi,
semakin besar ukuran sampel yang
diperlukan
4. Suatu kenaikan dalam kesalahan Semakin rendah kesalahan penyajian
penyajian yang dapat diterima yang dapat diterima, maka akan semakin
besar ukuran sampel yang diperlukan
5. Suatu kenaikan kesalahan penyajian Semakin besar jumlah kesalahan
yang diharapkan akan ditemukan oleh penyajian yang diharapkan akan
auditor dalam populasi ditemukan oleh auditor dalam popilasi,
maka akan semakin besar ukuran sampel
yang diperlukan untukmembuat estimasi
yang masuk akal tentang jumlah kesalhan
penyajian aktual dalam populasi .
6. Staratifikasi populasi jika tepat Jika terdapat suatu kisar lebar variabilitas
dalam ukuran moneter unsur – unsur
dalam populasi, adalah lebih bermanfaat
untuk melakukan stratifikasi populasi
tersebut. Ukuran sampel pada agregat
tersebut pada umumnya akan lebih
sedikti jika dibandingkan dengan ukuran
yang sampel yang diperlukan untuk
memperoleh tingkat risiko sampling
tertentu
7. Jumlah unit sampling dalam populasi Untuk populasi yang besar, ukuran aktual
populasi memiliki sedikit. Jika ada
dampak terhadap ukuran sampel. Jadi
untuk populasi yang kecil sampling audit
seringkali kurang efisien sebagai cara
alternatif pemerolehan bukti audit.
Namun jika menggunakan sampling unit
moneter, kenaikan nilai moneter dlam
populasi menaikkan ukuran sampel,
kecuali jika hal ini diimbangi dengan
kenaikan proporsional dalam materialitas
untuk laporan keuangan secara
keseluruhan
b) Metode pemilihan sampel berdasarkan SAP
Berikut ini beberapa metode pemilihan sampel :
1. Pemilihan acak
Pemilihan ini diterapkan melalui pencipta angka acak atau random, sebagai contoh tabel
angka atau random number tabics
2. Pemilihan sistematik
Pemilihan dengan cara jumlah unit sampling dalam populasi dbagi dengan ukuran sampel
untuk memperoleh suatu interval sampling. Ketika menggunakaan metode ini, auditor
perlu menentukan bahwa unit sampling dalam populasi tidak tersusun sedemikian rupa
sehinga interval sampling sesuai dengan suatu pola tertentu dalam populasi
3. Sampling unit moneter
Suatu jenis metode yang merupakan pemilihan nilai tertimbang, yang didalamnya
terdapat ukuran sampel, pemilihan, dan mengevaluasi hasilnya dalam menarik
kesimpulan jumlah moneter
4. Pemilihan sembarang
Auditor melakukan pemilihan sampel tanpa melalui suatu teknik yang berstruktur.
Meskipun tidak menggunakan teknik yang terstruktur, auditor wajb menghindari
keberpihakan yang disengaja atau yang dapat diprediksi
5. Pemilihan secara blok
Metode ini melibatkan pemilihan suatu blok yang tersusun atas unsur – unsur yang
letaknya berdekatan dalam populasi. Metode ini biasanya tidak dapat digunakan dalam
sampking audit karena sebagian besar populasi tersusun sedemikian rupa sehingga unsur-
unsur dalam sebuah urutan dapat diharapkan memiliki karakteristik yang sama

c) Perbedaan statistical sampling dengan non statistical sampling


Statistical sampling menggunakan teknik pengukuran matematis dalam menghitung hasil
statistik. Sehingga auditor dapay mengkuantifikasi / mengukur risiko sampling dalam
perencanaan sampel dan dalam mengevaluasi hasil. Sedangkan untuk non statistical sampling
menggunakan unsur sampel yang diyakini dapat memberikan informasi yang berguna pada
populasi tersebut hal ini biasanya disebut dengan judgemental . Sehingga auditor tidak dapat
mengukur risiko sampling
d) Langkah – langkah menentukan sampel dengan menggunakan metode statistical sampling
berikut :
- Sampel atribut ( untuk uji pengendali )
1. Menentukan tujuan audit
2. Merumuskan populasi dan unit sampling
3. Menentukan atribut – atribut
4. Menentukan ukuran sampel
5. Menentukan metode pemilihan sampel
6. Melaksanakan rencana sampling
7. Mengevaluasi hasil sampel

- Sampel variabel ( untuk uji substantif )


1. Menetapkan tujuan rencana sampling
2. Merumuskan populasi dan unit sampling
3. Menentukan ukuran sample
4. Menetukan metode pemilihan sampel
5. Melaksanakan rencana sampling
6. Mengevaluasi hasil sampel

e) Langkah – langkah menentukan sampel dengan menggunakan metode non statistical


sampling pada pengujian berikut :
- Pengujian pengendalian
1. Menentukan ukuran sampel. Determinana utama dalam menentukan ukuran sampel
adalah : 1) risiko penetapan pengendalian terlalu rendah; 2) tingkat deviasi bisa
ditoleransi; 3) tingkat deviasi populasi diharapkan untuk setiap atribut. Selain itu
auditor juga harus secara subjektif mengenali pengaruh – pengaruh terhadap ukuran
sampel bila suatu faktor berubah
2. Menentukan metode pemilihan sampel. Dalam metode non statistik, auditor bisa
menggunakan sampling blok atau sampling sederhana, selain metode nomor acak dan
metode sistematik
3. Mengevaluasi hasil sampling. Auditor harus mengaitkan tingkat deviasi yang
ditemukan dalam sampel dengan tingkat yang bisa ditoleransi tertentu yang
bersangkutan dalam menentukan ukuran sampel.

- Pengujian substantif
1. Menentukan ukuran sampel. Dalam penentuan ukuran sampel, auditor harus
mempertimbangkan hubungan – hubungan sebagai berikut : 1) ukuran populasi
memiliki pengaruh langsung terhadap ukuran sampel; 2) variasi dalam populasi
memiliki pengaruh langsung terhadap ukuran sampel; 3) salah saji ditoleransi
memiliki pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel; 4) salah saji diharapkan
memiliki pengaruh langsung terhdapa ukuran sampel; 5) risiko keliru menerima
memiliki pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel; 6) risiko keliru menerima
memiliki pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel, analisis subyektif dan
professional judgement serta pengalaman audit akan menghasilkan ukuran sampel
yang lebih tepat dibandingkan dengan memilih sampel secara sembarang
2. Evaluasi hasil sampel. Seperti halnya dalam sampling statistik, auditor harus : 1)
mempoyeksi salah saji yang dijumpai dalam sampel ke populasi, dan 2)
mempertimbangkan risiko sampling dala mengevaluasi hasil sampel. Ada dua metode
yang dapat digunakan untuk memproyeksi salah saji dalam samping non statistik,
yaitu : 1) membagi jumlah total rupiah salah saji dalam sampel dalam bagian dari
total rupiah dalam populasi yang termasuk dalam sampel; 2) mengalikan rata – rata
selisih antara nilai audit dengan nilai buku dari unsur – unsur sampel dengan jumlah
unit dalam populasi

f) Jelasakan dengan contoh yang dimaksud dengan professional judgement dalam menentukan
sampel
g) Berdasarkan ISA 200 ( Overall Objective of the Independent Auditor, and The Conduct of an
Audit in Accordance with International Standards on Auditing ) professional judgement
didefinisikan sebagai penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks
auditing, akuntansi, dan standar etika, untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi
atau keadaan selama berlangsungnya penugasan audit. Dalam jurnal yang memiliki judul “
Mengurai Profesional Judgement Auditor dalam Proses Audit Laporan Keuangan “
disebutkan bahwa ada beberapa poin mengenai professional judgement yang digunakan
untuk menentukan sampel dalam penelitian tersebut, antara lain :
1. Opini audit merupaka salah satu profesional judgement yang sangat penting dalam
seluruh rangkaian proses audit, oleh karena itu sudah seharusnya seorang auditor
melandaskan judgementnya dengan informasi berdasarkan keyakinan terhadap apa yang
menjadi keputusannya
2. Pengalaman akan memberikan pemahaman atas penilaian kesalahan serta treatment yang
akan dipergunakan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan audit
3. Memberikan sebuah keputusan audit tidak semata – mata auditor selalu mendasarkan
keputusannya pada informasi relevan. Terkadang auditor memberikan sebuah keputusan
menggunakan perasaannya
4. Karakter mempengaruhi akuntan publik dalammemutuskan untuk menolak atau
menerima client baru
5. Dalam menentukan dan menilai risiko audit serta memilih sampel, auditor menggunakan
instingnya sebagai dasar pertimbangan yang membuktikan bahwa insting terkadang
bermain dan memiliki peran di dalam serangkaian prosesi dan alur audit
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa professional judgement
merupakan suatu hal yang subjektif, artinya setiap auditor bisa memberikan pemahaman dan
persepsi yang berbeda terhadap suatu hal yang sama.
Contohnya : dalam memberikan opini kepada perusahaan yang telah diaudit, seorang auditor
pastinya akan memberikan opini tentang perusahaan it layak atau tidak sesuai dengan hasil
dari audit yang telah dilakukan sesuai dengan keyakinan selama melakukan audit di
perusahaan tadi
Daftar Pustaka

IAPI. (2008). Sa 530 (pp. 1–18) . https://iapi.or.id/standar-profesional-akuntan-publik/


Raharja, Surya. 2008. Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling Audit Dan Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit Oleh Auditor BPK.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol 15,No.1. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/24245-ID-studi-empiris-mengenai-
penerapan-metode-sampling-audit-dan-faktorfaktor-yang-mem.pdf
Isnaeni,Zakiatul. 2016. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling
Audit Oleh Akuntan Publik. Diakses dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35702/1/ZAKIATUL
%20ISNAENI-FEB.pdf
Azhar, Eratala Suprayogi. 2004. Evaluasi Pengendalian Intern Terhadap Pengeluaran Kas
Dengan Pendekatan Attribute Sampling Pada Perusahaan Perak Tom’s Silver
Yogyakarta. Diakses dari
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13397/97312176%20Eratala
%20Suprayogi%20Azhar.pdf?sequence=1
Alfia, Yulis Diana, SE., MSA.,Ak., CPA. 2017. Audit Sampling For Tests Of Controls And
Substantive Tests Of Transactions. Diakses dari
https://modul.mercubuana.ac.id/download.php?
f=NE4yYms1U1h5MEVWYkJTU0pCeVp1bEdkcFJXZEJCQ2IxUjJiTjlTWDBFRE13Q
XpOeEl6TVh0RklKbEVJbjVXYTBsR1oxRkVJdEFTWXBaR2JCQlNZdUZXYUVCeW
NweFdkWjlTYXo1V1kwNVdkckYwTHpsbWJ6bG1RZzRXWUVCU2F0OW1idnRXU
mdNWFkweFdkckZtUg==
Pardede, H. (2015). Influence Profesional Judgement, Experience, Expertise, Knowledge
Accounting And Auditing and Auditor Profesionalism to the accuracy of audit opinion By
Public Accounting. Jom FEKON, 2(2). Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/33861-ID-pengaruh-profesional-judgement-
pengalaman-keahlian-pengetahuan-akuntansi-dan-aud.pdf

Anda mungkin juga menyukai