Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASKEP OSTEOMIELITIS DAN TUMOR TULANG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

DOSEN PENGAJAR

Titi I.Afelya,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH

1. Rifqah Tiara Nabilah (2019081024059)

2.Enseale Matelda.Lohy (2019081024012)

3. Herlina Mariana Agustina Isir (2019081024006)

4.Mince A.Onna (2019081024030)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Cenderawasih

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
kamiharapkan untuk penyempurnaan makalah.

Jayapura, 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………………………………….

KATA

PENGANTAR........................................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB 1 (PENDAHULUAN)

1.1 LATAR

BELAKANG....................................................................................................................

1.2 RUMUSAN

MASALAH................................................................................................................

1.3 TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)

A.Konsep medis

2.1 Defenisi ........................................................................................

2.2 Anatomi fisiologi ……………………………………………………………

2.3 Etiologi .............................................................................................

2.4 Manifestasi klinis ........................................................................................

2.5 Patofisiologi …………………………………………………………………

2.6 Pemeriksaan fisik…………………………………………………………

2.7 PemeriksaanPenunjang daninterpretasi………………………………………………………

2.8 Pathway………………………………………………………..
B.Proses Keperawatan

1.Pengkajian

2.Diagnosis Keperawaratan(NANDA,SDIK)

3.Intervensi (EBNP)

a. Tujuan (NOC,SLKI)

BAB III (PENUTUP)

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………

SARAN……………………………………………………………………………………………
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Osteomyelitis adalah suatu penyakit infeksi pada tulang yang disebabkan adanya infeksi bakteri
pada jaringan tulang tersebut. Secara sederhana osteomyelitis dapat dibedakan menjadi
osteomyelitis akut dan kronis. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika, ditemukan sekitar
25 % osteomyelitis akut menjadi osteomyelitis kronis. Penanganan osteomyelitis kronis masih
merupakan masalah dalam bidang orthopedi karena penyakit ini banyak di temukan di
masyarakat, selain itu juga memubutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama, pemgalaman
yang cukup dari dokter bedah, dan penanganannya sulit, khususnya untuk menangani komplikasi
dan resistensi bakteri. (Adiwenanto & Sutejo, 2007)

Sedangkan Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel abnormal pada tulang. Tumor tulang bisa
jinak ataupun ganas. Tumor tulang bersifat ganas dapat merusak jaringan tulang. Tumor tulang
yang perkembangan jaringan abnormalnya berasal dari tulang disebut tumor tulang primer,
sedangkan tumor yang bermetastase ke tulang yang berasal dari bagian tubuh atau jaringan lain
di sebut tumor tulang sekunder. ( National Cancer Institute,2008)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan Askep Osteomyelitis?

2. Bagaimana konsep dan Askep Tumor tulang?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Konsep dan Askep Osteomyelitis

2. Mengetahui konsep dan Askep Tumor tulang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 konsep Osteomyelitis

A.Definisi

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka
atau reduksi (osteomielitis eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat
gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskulus dapat menyebabkan osteomielitsis
eksogen. (Corwin, 2001)

Osteomielitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada tulang dan struktur penyerta
yang terjadi sebagai akibat sekunder dari infeksi bakteri. (Chang, 2009)
Istilah osteomielitis menandakan peradangan tulang dan rongga sumsum tulang.
Meskipun peradangan tulang dapat disebabkan oleh beragam hal, berdasarkan perjanjian
pemakaian, kata ini dibatasi untuk lesi yang disebabkan oleh infeksi. Osteomielitis dapat
bersifat akut atau kronis dan menyebabkan debilitas (Robbins, 2007)

B.Anatomi Osteomyelitis
Pada umumnya penyusunan tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang
sama. Dari luar kedalam kita akan menemukan lapisan-lapisan berikut ini :

1. Periosteum, merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan
dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

2.Tulang kompak (compact Bone), merupakan lapisan kedua pada tulang yang memiliki
tekstur halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak
mengandung kapur (kalsium fosfat dan kalsium karbonat) sehingga tulang menjadi padat.

3.Tulang spongiosa(Spongy Bone), tulang yang memiliki banyak rongga. Rongga-rongga


tersebut diisi oleh

4.sumsum tulang (Bone Marrow


Sumsum tulang, wujudnya seperti jelly yang kental berfungsi memproduksi sel-sel darah yang
ada dalam tubuh. Undefined

C.Etiologi

Penyebab utama osteomeilitis adalah bakteri sthepilococcus aureus 70-80%,


proteus, pseudomonas, escerehia coli.

Infeksi dapat terjadi melalui:

1)Penyebabran hematogen dari fokus infeksi di tempat lain: tonsil yang terinfeksi,
infeksi gigi, infeksi saluran nafas bagian atas.
2)Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekuitus yang terinfeksi atau ulkus
vascular.
3)Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatic (luka
tembak, pembedahan tulang).
Sedangkan faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya osteomyelitis antara
lain:
1)Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan menurunkan imunitas individu yang akan
beresiko apabila terpapar bakteri.
2)Kegemukan
Obesitas atau kegemukan akan mengakibatan bertambahnya beban yang
ditanggung oleh sendi dan tulang, hal ini diduga juga dapat menambah resiko
terjadinya osteomielitis (Noor, 2016).
3)Diabetes miletus
Ostiomielitis merupakan komlikasi dari luka kaki diabetes. Dimana luka pada kaki
diabetes sebagai portal masuknya bakteri penyebab osteomyelitis ke dalam tulang.
Jika ditemukan adanya resiko osteomyelitis pada luka kaki diabetes akan
mengakibatkan resiko terjadinya amputasi sebesar 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan osteomyelitis saja (Malhotra, Rishi, dkk, 2014)
4)Mendapatkan terapi korikosteroid jangka panjang.
Obat-obat steroid diduga dapat menstimulasi enzim yang mencerna kolagen dan
membrane synovial (Kowalak, dkk, 2011).
5)Pernah menjalani pembedahan sendi atau pembedahan ortopedi
Jika mengalami cedera sendi atau fraktur terbuka akan membuka resiko infeksi.
Dimana luka terbuka akan menjadi tempat masuknya bakteri masuk ke dalam
jaringan lunak. Operasi ortopedi juga merupakan hal serupa dimana saat
pembedahan bisa menjadi peluang untuk masuknya bakteri jika prosedur tidak
baik.

D.Manifestasi Klinis

Menurut Smeltzer (2002)

1.Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara
lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan
berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan
pus yang terkumpul.

2.Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat,
nyeri dan nyeri tekan.

3.Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar
dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah.

Sedangkan manifestasi klinis menurut Betz (2009) adalah sebagai berikut:

1.nyeri tiba-tiba;
2.nyeri tekan diatas tulang dan pembengkakan dan rasa hangat diatas tulang;
3.demam;
4.kemungkinan dehidrasi;
5.keengganan menggerakkan tungkai atau menahan beban;
6.menahan ekstremitas dalam posisi semifleksi (spasme otot);
7.iritabilitas;
8.nafsu makan buruk;
9.tanda-tanda inflamasi dan infeksi lokal (hangat, eritema, drainase, penurunan rentang
pergerakan);
10.Letargi

E.Patofisilogi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,
dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik.

Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali
bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnyaterbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe
kronis.

F.Pemeriksaan Fisik
1.Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.

2.Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

3.Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada


osteomielitis akut)

4.Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan


purulen.

5.Identisikasi peningkatan suhu tubuh

6.Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
Palpasi

G.Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan osteomielitis


meliputi:
1.Pemeriksaan sinar-X yang menunjukkan pembengkakan jaringan lunak.
2.Hitung darah lengkap apabila leukositosis nyata dan Laju endap darah apabila
meningkat mengindikasikan adanya infeksi
3.Pemindaian adalah tes yang digunakan untuk mengidentifikasi area infeksi.
4.MRI atau CT scan adalah tes yang digunakan untuk membantu diagnostik definitif
awal, menunjukkan keterlibatan tulang
5.Pemeriksaan darah adalah tes yang digunakan untuk memperlihatkan peningkatkan
leokosit dan meningkatkan laju endap darah.
6.Kultur darah dan obses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai.
7.Studi Radiografis-X- Negatif untuk 10 sampai 12 hari pertama, smapai terjadi
perusakan tulang (pembengkakan jaringan lunak muncul sebagai awal tanda)
8.Aspirasi jarum langsung untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan bahan kultur
setempat (metode yang terbaik untuk diagnosis).

H.Pathway
2.2 konsep Tumor tulang
A.Definisi

Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari dalam tulang, jaringan, atau
sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang (Suratun, 2008).

Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus
secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor / incoplasma dapat berasal
dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel-sel kartilago yang berhubungan
dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum
tulang

B.Anatomi dan Fisiologi

1.Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari beragam bentuk dan ukuran, ada yang panjang, ada yang pipih, ada yang
bentuknya seperti biji. Secara garis besar tulang dapat di klasifikasikan berdasarkan bentuknya
yang panjang, pendek, pipih dan tidak beraturan.

a.Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari difisis dan epifisis
yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan.

b .Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan berkelompok
yang berfungsi memberikan kekuatan dan kekompakkan pada area yang pergerakannya terbatas.
Contoh tulang pergelangan tangan dan kaki

c.Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk memberikan
suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan perlindungan. Contoh
sternum, scapulae,iga, tulang tengkorak.

d.Tulang irreguler , yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur tulang yang
sama dengan tulang pendek. Contoh tulang vertebrae dan tulang panggul.

e.Tulang sesamoid,yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi persendian yang
bersambung dengan kartilago, ligamen atau tulang lainnya. Contoh patella.(Setiadi , 2007)

Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur yaitu matriks
tulang, dan 3 jenis sel yaitu osteosit, osteoblas, dan osteoklas.(Junqueira,2007)

1)Matriks tulang

50% dari berat matriks tulang adalah bahan anorganik, yang teristimewa dan banyak dijumpai
adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium juga
ditemukan . Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I da substansi dasar, yang
mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Glikoprotein
tulang bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain yang
mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung glikoprotein
tersebut. Karena kandungan kolagen tinggi, matriks tulang yang terdekalsifikasi terikat kuat
dengan pewarna serat kolagen (Junqueira, 2007)

Gabungan mineral dan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan
tulang. Setelah tulang terdekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun menjadi fleksibel mirip
tendon. Walaupun bahan organik dari matriks tulang sudah menghilang, bentuk tulang masih
tetap terjaga, namun menjadi rapuh, mudah patah dan hancur bila dipegang. (Junqueira, 2007).

2)Osteoblas
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I,
proteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung pada
adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya
berseblahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas memiliki
bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas sintesisnya menurun
seltersebut dapat menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan berkurang
(Junqueira,2007).

3)Osteosit

Osteosit berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak di antara lamela-lamela
matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Bila dibandingkan dengan osteoblas,
osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum endoplasma kasar
dan kompleks Golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk
mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut
(Junqueira, 2007).

4)Osteoklas

Sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel mengandung sampai 50 inti atau
bahkan lebih. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di dalam lekukan yang
terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal dengan lakuna Howsip. Osteoklas
berasal dari penggabungan sel-sel sumsum tulang belakang. Osteoklas mengeluarkan
kolagenase dan enzim proteolitik lain yang menyebabkan matriks tulang melepaskan substansi
dasar yang mengapur (Junqueira, 2007).
Tulang bagian dalam dan luar di lapisi oleh pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut
periosteum dan endosteum.

 Periosteum Terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat
kolagen periosteum memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang.
Lapisan periosteum yang lebih banyak mengandung sel berpotensi membelah melalui
mitosis dan berkembang menjadi osteoblas. Sel ini disebut sel osteoprogenitor dan sel ini
berperan penting pada pertumbuhan dan perbaikan tulang (Junqueira, 2007).
 Endosteum Melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel
osteoprogenitorgepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karenanya, endosteum lebih
tipis daripada periosteum. (Junqueira,2007) Fungsi utama periosteum dan endosteum
adalah memberi nutrisi kepada jaringan tulang dan menyediakan osteoklas beru secara
kontinu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang. (Junqueira,2007)

2.Fisiologi Tulang

Tulang berasal dari kata osteo sehingga sel tulang disebut osteosit. Matriks tulang yang tersusun
atas garam kalsium dan kolagen, yang membuatnya kuat, keras dan tidak fleksibel. Pada bedan
tulang panjang misalnya femur,osteosit matriks dan pembuluh darah terangkai amat rapi yang
disebut system havers. Tulang memiliki suplai darah yang bagus sehingga berperan sebagai
tempat penimbunan kalsium, dan ketika terjadi faktur ringan, tulang dapat memperbaiki dirinya
sendiri relatif cepat. Beberapa tulang , misalnya sternum dan tulang pelvis, mengandung sumsum
tulang merah, yang berperan sebagai jaringan hemopoietik yang menghasilkan darah (Scanlon,
2007).

Fungsi tulang antara lain adalah sebagai berikut:

1.Sebagai formasi kerangka yang menopang tubuh, membentuk tubuh dan ukuran tubuh, dan
sebagai tempat perlekatan otot sebagai alat gerak aktif.

2.Melindungi beberapa organ dalam dari kerusakan mekanis, misalnya, rangka dada melindungi
jantung dan paru-paru.

3.Mengandung dan melindungi sumsum tulang belakang yang berperan dalam proses
hematopoiesis (pembentukan sel-sel darah merah)

4.Menjadi tempat penyimpanan minelar teutama kalsium. Kalsium dapat dipindahkan dari tulang
untuk mempertahan kan kadar kalsium darah, yang penting bagi pembekuan darah serta fungsi
otot dan syaraf. (Scanlon, 2007)

Anda mungkin juga menyukai