Anda di halaman 1dari 2

Resensi Buku Ayah...

Judul Buku : Ayah... : Kisah Buya Hamka


Penulis : Irfan Hamka
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2013
Halaman : 321 halaman

Buku ini merupakan kisah Seorang Ulama Indonesia yang mahsyur bernama Buya Hamka,
kisahnya meliputi ketika masa mudanya, ketika menjadi Ulama, Sentrawan, Politisi, dan lain-lain
sebagai biografinya yang menarik dan penuh pelajaran.
Buya Hamka adalah anak dari Haji Malik Amrullah, yaitu Ulama dari Maninjau, Sumatera.
Kisah Mudanya Hamka yang sulit, ia bahkan pernah melawan pasukan belanda yang menyerang
tanah air. Beliau lalu pergi ke jawa untuk belajar, disana ia belajar dengan guru seperti A.R
Fakhruddin. Lalu ia ikut Syarikat Islam untuk mengembangkan Dakwahnya. Disana pun juga
beliau belajar ilmu bela diri.
Buya Hamka lalu balik lagi ke Sumatera dan dakwah bersama Ayahnya, setelah ia mengetahui
kelemahannya yaitu ilmu nahwu dan shorof ia pergi ke mekkah untuk belajar. Disana ia
membaca kitab yang sulit dan ketika balik ke Indonesia beliau menjadi Ulama.
Beliau menikah dengan Hajah Siti Raham Rasul yang dikaruniai 12 anak. Waktu itu, ketika
anak-anaknya sudah besar, Buya Hamka dan keluarganya harus pindah rumah setiap beberapa
hari demi menghindari pasukan Belanda, setelah Buya Hamka Ikut membantu Indonesia
merdeka. Buya Hamka juga harus pergi-pergi dan ikut beberapa perang kecil.
Buya Hamka adalah seorang Ayah yang baik dan sangat perhatian terhadap keluarganya,
ditengah kesibukannya ia masih tetap mengajar keluarganya. Keluarganya pindah tempat ke
kebayoran Baru, Jakarta.
Ada kisah yang menarik di buku “Ayah..” ini, yaitu ketika ada jin dirumah barunya. Beliau
dengan keberaniannya berdialog dengan jin tersebut dan mendamaikannya, Buya Hamka
menamakan jin tersebut Innyak Batungek.
Ada bagian yang menegangkan yaitu ketika dari Baghdad ke Mekkah melewati gurung sahara,
dikejar oleh angin topan gurun pasir. Dan ketika melewati rintangan di pegunungan granit hitam.
Lalu dikisahkan bagaimana akhlak Ummi (Istri Buya Hamka) yang santun dan kehebatannya
melawan fitnah dan cobaan, Namun Istrinya Buya Hamka terlebih dahulu meninggalkannya.
Ada juga cerita kucingnya yang beliau temukan di depan rumahnya, beliau membawanya ke
dapur dan memberinya susu. Ia menamakan kucing itu Si Kuning. Si Kuning menemani Buya
Hamka sampai akhir hayatnya menunggu di atas kuburan Buya Hamka. Dan akhirnya tidak
terlihat lagi.
Bagian yang terakhir, dikisahkan Ketulusan hati Buya Hamka terhadap Ir. Soekarno, Moh.
Yamin, dan Pramoediya Anata Toer. Soekarno mempenjarakan Buya Hamka di penjara selama 2
tahun 4 bulan. Tapi ketika Soekarno sakit dan meninggal, Buya Hamka yang mengimami sholat
Jenazahnya. Moh. Yamin yang menentang keputusan Buya Hamka terhadap UUD 45 dengan
dasar negara berdasarkan Islam. Tapi ketika Moh. Yamin sakit, beliaulah yang menemani dan
membacakan syahadat ketika meninggal. Dan yang terakhir ketika Hamka di fitnah terhadap
bukunya oleh Pramoediya Anata Toer. Buya Hamka menerima anaknya Pramoediya belajar
Islam kepada beliau.
Sebelum beliau wafat, beliau mengalami sakit paru-paru, ginjal dan otak. Dan akhirnya pun
beliau wafat, beliau disholatkan oleh ribuan jama’ah sampai dimakamkannya.
Pada dasarnya buku ini berdasarkan bagaimana menjadi seseorang yang disenangi oleh
lingkungan, juga mendekatkan diri kepada Allah. Buku ini membuat pembaca ingat bahwa setiap
masalah ada hikmahnya.
Kelebihannya bahwa buku ini diceritakan/dijelaskan dengan cara yang indah. Kekurangannya
yaitu cover bukunya kurang menarik.

Anda mungkin juga menyukai