Anda di halaman 1dari 2

Nama: Aminatus Zuhriyah

Judul cerita: Ayah


Pengarang: Buya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah seorang tokoh ulama, sastrawan dan politisi ternama .
Namanya menempati di sudut hati tidak hanya masyarakat Sumatera Barat (asal
kampungnya)melainkan lebih luas masyarkat Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan Buya Hamka.
Beruntung penulis memiliki kebiasaan menulis di buku harian nya, sehingga kita dapat meneladani
sosok Buya Hamka, seorang yang sangat lembut hati . Seorang yang tak pernah mengenal kata
“dendam” dalam hidupnya, seorang yang begitu pemaaf. Seorang Pramoedya Ananta Toer
memfitnahnya sebagai seorang plagiat di media yang di asuh sastrawan terkemuka berhaluan kiri itu.
Namun suatu ketika, Pram justru mengirim calon menantunya yang muallaf untuk belajar islam pada
Buya Hamka, dan Buya Hamka menerima nya dengan sangat wajar, seperti tak ada apa-apa. Yang tidak
kalah menyentuh adalah kala beliau membesuk Moh Yamin dan membimbingnya bersyahadat saat
sakaratul maut, lalu ikut mengantarkan jenazah nya ke kampung halaman nya di Sumatera Barat,
padahan Moh Yamin telah melontarkan kebencian pada buya selama berbulan-bulan saat sidang
Konstituante yang membahas penentuan dasar negara, akibat berbeda faham dalam penentuan dasar
negara tersebut. Tapi yang paling menakjubkan dari semua itu, yang paling menyentak nurani adalah
ketika Buya Hamka memenuhi permintaan terakhir seseorang yang telah memenjarakan dan
menyiksanya selama kurang lebih 2 tahun, atas tuduhan yang sangat tidka masuk akal. Buya Hamka
menjadi imam shalat jenazah untuk orang yang pernah membuat diri dan keluarganya begitu
menderita. Buya Hamka menjadi imam shalat jenazah Soekarno... Allah, terbuat dari apakah hatinya ?

Sosok yang begitu lembut hati ini adalah yang sangat berhati-hati dalam menjaga akidah. Beliau
mengundurkan diri dari ketua MUI ketika pemerintah memintanya memberikan fatwa yang
membolehkan seorang muslim ikut merayakan natal. “Kita ulama telah menjual diri kita kepada Allah
semata. Ulama yang telah menjual diri kepada Allah , tidak bisa dijual agi kepada pihak manapun” . Pun
ketika istri beliau meninggal, dan beliau begitu terkenang dengan istrinya sampai mengoyak hati ,beliau
segera melaksanakan shalat taubat ! Cintanya kepada istrinya tak boleh melampaui kecintaan seorang
hamka pada Allah, jelasnya kepada penulis ketika ditanya mengapa beliau sampai shalat taubat.. (Saya
merasa lumpur)
Buya Hamka yang mencintai membaca dan menulis, telah menelurkan banyak buku, dan yang paling
fenomenal adalah Tafsir Al-Ahzar , yang ditulisnya ketika berada dalam penjara. Mengapa sosok hamka
menjadi sedemikian hebat ? Ternyata ada sesosok istri yang hebat dibelakangnya. Buku ini juga
menceritakan seputar pengalaman menyakitkan Buya Hamka semasa kecil yang sangat berperan
membentuk pribadi beliau menjadi kokoh namun lembut itu. Antara lain perceraian kedua orangtuanya
ketika beliau masih kecil, celaan dari masyarakat karena beliau bahkan tidak tamat sekolah desa yang
hanya 3 tahun itu. Akhirnya beliau merantau belajar kepada tokoh-tokoh besar di Jawa, Mekkah dll. Dari
buku ini pula, kita dapat meneladani pegangan hidup utama seorang Buya Hamka , yaitu : “ Niat karena
Allah harus diyakini, tidak terombang-ambing dengan niat lain”.

Anda mungkin juga menyukai