Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ETIKA SEKSUAL”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4

1. Apona Pos Mengharap Manik (200101156)

2. Ernauli Maharani Marbun (200101165)

3. Selvia Marpaung (200101185)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Sandy Ariawan, S.M.G., S.Pd.K., M.A., M.Pd.K

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUG

TA 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya penyusunan
makalah ini dengan topik “Etika Seksual”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr.
Sandy Ariawan, S.M.G., S.Pd.K., M.A., M.Pd.K pada mata kuliah etika kristen. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang etika seksual pada zaman ini
yang sangat marak penyimpangannya.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran
dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan guna adanya perbaikan
yang lebih baik agar makalah ini lebih bermanfaat.

Jumat, 12 November 2021

TIM PENYUSUN

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah............................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
1. Kondisi Ideal Menurut Firman Tuhan.......................................................................5
2. Kondisi Real...................................................................................................................7
3. Penelitian Terdahulu....................................................................................................8
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................9
1. Kesimpulan....................................................................................................................9
A. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

3|P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk seksual. Identitas seksualitas kita sebagai
laki- laki maupun perempuan adalah bagian dari penciptaan awal yang sempurna dari
manusia. Namun laki- laki maupun perempuan diciptakan bukan hanya sebagai identitas
seksual saja, melainkan juga diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain.
Saat ini istilah seksualitas tidak asing lagi didengar. Namun sangat disayangkan
mengingat masih cukup banyak masyarakat yang berfikir tentang seksualitas hanya dalam
konteks seks saja. Kata seksualitas sendiri berasal dari kata seks, bahkan sebagian orang
melihat kata seks hanya pada aktifitas seksual dari sebuah hubungan saja. Dilain pihak,
seksualitas memiliki makna yang lebih luas. Seksualitas adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepribadian sebagai laki- laki maupun sebagai perempuan. Adapun
hubungan tersebut berkaitan dengan pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai fantasi dan
emosi
Dan tidak dapat dipungkiri banyaknya masyarakat saat ini yang diliputi rasa terobsesi
dengan seks. Sehingga mengakibatkan munculnya perilaku penyimpangan seksual karena
kesalahan dalam memandang seks secara sempit. Dari banyaknya fenomena perilaku
pelecehan seksual, hubungan seksual diluar nikah pada kalangan remaja, prostitusi, hingga
munculnya homoseksual, dan pedofilia. Perilaku tersebut tentu saja tidak dibenarkan dalam
ajaran agama manapun. Dan kita tidak memungkiri bahwa kehidupan masyarakat dan
kebudayaan sosial religius sekarang ini telah terkepung oleh segala ilusi seksual dan
kemilaunya segala wujud keduniawian. Dan pengendalian diri yang baik dari dorongan
seksual adalah solusinya.
Fenomena- femomena penyimpangan seksual banyak sekali terjadi disekitar kita. Salah
satu yang marak terjadi adalah free sex. Bahkan pelaku- pelaku penyimpangan tersebut tidak
hanya dari kalangan orang dewasa saja akan tetapi anak- anak yang dikatakan dibawah umur
juga masuk kedalam penyimpangan tersebut. Dan penyimpangan seksual tersebut menjadi
salah satu penyimpangan yang kini terlihat biasa saja di era modern saat ini. Bahkan pelaku
dapat dengan terang- terangan mengekspos kegiatan ini melalui internet dan sosial media.
Munculnya para pedofil, pelecehan seksual, dan lain sebagainya, memperlihatkan bahwa
permasalahan seksualitas selalu ada seiring perkembangan zaman. Dari kasus tersebut dapat
dilihat bahwa situasi moral pada saat ini mengajak kita untuk mendalami studi etika yang
merupakan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Etika Seksual?


2. Bagaimana etika seksual dalam Alkitab?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian etika seksual
2. Untuk memahami pandangan Alkitab terhadap etika seksual

4|P a g e
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kondisi Ideal Menurut Firman Tuhan


Etika berasal dari kata ethos atau ta ethika. ethos artinya kebiasaan adat dan
ethikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin atau kecendrungan hati seseorang
melakukan suatu perbuatan. Adapun etika seksual pada hakikatnya adalah suatu
upaya manusia untuk memahami seksualitas secara harfiah dan berupaya sedapat
mungkin menemukan nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia yang
terkandung didalamnya, dalam hal ini seksualitas sangat berkaitan dengan unsur-
unsur kejiwaan, pola pikir setiap individu pria atau wanita.
Etika seksual berusaha memahami, mengevaluasi, dan mengkritik perilaku
hubungan interpersonal dan aktivitas seksual dari perspektif sosial, budaya, dan
filosofis. Etika seksual juga melibatkan masalah- masalah seperti identifikasi gender,
orientasi seksual, persetujuan, hubungan seksual dan prokreasi. Secara historis,
gagasan yang berlaku tentang apa yang dianggap etis secara seksual telah dikaitkan
dengan nilai- nilai agama. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa etika seksual
bersentuhan dengan nilai- nilai agama. Sehingga dapat dikatakan etika seksual adalah
nilai atau norma- norma etis yang perlu diindahkan dalam perilaku seksual manusia.
Agar pada saatnya etika seksual dapat dijadikan sebagai patokan universal untuk
mengatur perilaku seksual manusia.
Etika seksual dalam Kristen, haruslah berdasarkan pada Alkitab. Dalam hal ini,
Alkitab menjelaskan dasar- dasar etika seksual dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Di dalam Alkitab, seksualitas berkaitan dengan penciptaan. Sebagai sarana
untuk mewujudkan rencana atau tujuan Tuhan menciptakan manusia. Seperti yang
terdapat didalam kitab kejadian. Kitab Kejadian memperlihatkan bagaimana tujuan
Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, serta diciptakan-Nya
laki- laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin yang diciptakan Tuhan bermaksud
agar keduanya saling melengkapi sehingga keduanya dipersatukan dengan kehidupan
seksual yang dibenarkan Tuhan yaitu melalui pernikahan.
Dan pada awal penciptaan dikatakan bahwa kehadiran perempuan bagi laki- laki
merupakan sebagai penolong yang sepadan. Dalam kitab Kejadian tertulis kesendirian
dan kesepian Adam diselesaikan dengan menghadirkan pasangan yang sepadan,
dengan kemunculan Hawa. Dalam hal ini peran perempuan pada hubungan ikatan
suami istri sebagai konteks penolong yang sepadan, mengarah kepada fungsional
melengkapi laki laki yang bertujuan agar keduanya dapat hidup bersama- sama untuk
memenuhi panggilan Tuhan.
Kemudian pembahasan etika seksual terlihat pada bab akhir kitab Kejadian pasal
dua. Yang memperlihatkan seksualitas berfungsi menyatukan antara laki- laki dan
perempuan. Dikisahkan bagaimana Tuhan menyatukan Adam dan Hawa menjadi
suami istri. Konteks ini memperlihatkan bahwa pernikahan adalah lembaga yang

5|P a g e
dianugerahkan Tuhan untuk pemersatu antara laki- laki dan perempuan. Dalam ikatan
tersebut seksualitas menjadi sebuah karunia Tuhan. Setelah memahami makna
pernikahan, maka manusia diarahkan pada makna penciptaan manusia yang bertujuan
untuk berkembang biak. (Barliyana 2020)
“Allah memberkati mereka dan Allah berfirman kepada mereka, ‘Beranakcuculah dan
berlipat gandalah, dan penuhilah bumi, dan kuasailah itu’”. (Kejadian 1:28).
Melalui hubungan suami istri, mereka dapat meneruskan anugerah kehidupan yang diberikan
Tuhan. Dalam agama Kristen penyebaran umat manusia merupakan sebuah berkat dari
Tuhan. Alkitab dengan jelas memperingatkan umat Kristiani untuk tidak melakukan zinah:
“ Jangan berzinah.”(Keluaran 20:14). Ayat tersebut merupakan salah satu bagian dari
Sepuluh Perintah Tuhan. Yang diulang beberapa kali dalam Alkitab. Perintah tersebut
haruslah dipatuhi umat Kristiani.
Selain dalam perjanjian lama pembahasan etika seksual juga dibicarakan di dalam
Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru akan terlihat bagian dari sepuluh perintah
Allah yang disebutkan kembali. Pada dasarnya sepuluh perintah Allah bersifat kekal
dan mencerminkan Tuhan yang tak pernah berubah. Pembahasan mengenai etika
seksual dibicarakan dalam definisi pernikahan yang dapat dilihat di kitab- kitab Injil.
Sejak awal Tuhan menetapkan bahwa pernikahan adalah bersatunya seorang laki- laki
dan perempuan sampai maut yang
memisahkan. ”Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia." (Matius 19:6).
Kemudian di dalam kitab- kitab Injil, Tuhan mengutuk percabulan dan pelacuran.
Percabulan dalam hal ini adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah.
Pelacuran adalah hubungan yang dilakukan orang yang sudah menikah.
“ Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Dalam hal mempertahankan
kesucian seksual, baik perempuan maupun laki-laki memiliki tanggung jawab.”
(Matius 5 : 27-28)
Dalam ayat tersebut dapat disimpulkan jika Tuhan tidak hanya menghakimi perbuatan
perzinaan yang hanya bersifat lahiriah, melainkan hawa nafsu yang tumbuh dari dalam hati.
Pada saat ini banyak orang yang tidak lagi memandang seks hanya untuk suami- istri. Mereka
memandang seksualitas hanya sekadar pemuas nafsu. Melalui kisah yang tercantum didalam
Alkitab yang menceritakan mengenai gambaran penyimpangan seksual yang tidak
dikehendaki Tuhan. Melalui kisah yang tercantum didalam Alkitab yang menceritakan
mengenai gambaran penyimpangan seksual yang tidak dikehendaki Tuhan.
1. “ Lamekh mengambil istri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain Zila.”
(Kejadian. 4:19). Didalam agama Kristen, hal ini menyalahi aturan Tuhan. Sebab
Tuhan hanya menentukan satu untuk Adam serta dalam sepuluh perintah Tuhan
berbicara tentang satu istri. Dan gagasan mengenai monogami terlihat dalam ayat
diatas dimana monogami adalah rancangan Tuhan yang memang seharusnya diikuti
oleh umat Kristiani.
2. Pelanggaran selanjutnya dapat dilihat dari kisah Ham, putra Nuh yang terlibat dalam
tindakan seksual yang memalukan dengan ayahnya yang sedang mabuk. Terlihat pula

6|P a g e
homoseksual dalam kejadian ini. Pada kisah ini Tuhan memberikan ganjaran pada
Kanaan, sebab peristiwa pelanggaran seksual tersebut terus terjadi.
3. Kemudian dalam Perjanjian Lama Tuhan menghakimi para pelaku homoseksualitas.
Yang dikisahkan dalam penghakiman Tuhan Terhadap Sodom dan Gomora.
Dikarenakan oleh dosa-dosa penduduk Sodom dan Gomora. Pada tragedi
pengepungan tempat kediaman Lot, yang disebut pelaku pengepungan rumah Lot itu
ialah para lelaki dari kota Sodom. Mereka melakukan pengepungan demi kekerasan
seksual terhadap tamu yang datang dirumah Lot. Dapat dilihat bagaimana penduduk
Sodom dengan tegas mengatakan kepada Lot untuk menyerahkan orang Ibrani yang
datang kerumah Lot sebagai tamu dan mereka memiliki hak untuk memakai tamu
tersebut. Dalam teks aslinya kata “pakai” dalam konteks ini adalah hubungan suami-
istri, sebab memiliki arti mengenal sedalam- dalamnya yang merujuk pada hubungan
seksual. Melalui makna pakai inilah, dosa penduduk Sodom secara turun- temurun
dipahami sebagai dosa homoseksualitas.
4. Inses yang dilakukan Yehuda dan Tama yang tercantum dalam kitab Kejadian 38: 1-
30. Dan Tindakan mereka juga mendapatkan hukuman dari Tuhan.
5. Pelanggaran seksual dalam kitab Kejadian yang terakhir adalah kisah istri Potifar
yang menggoda Yusuf. Dalam kisah ini memperlihatkan bagaimana keteguhan dan
keimanan Yusuf terhadap Tuhan. Bagaimana Yusuf menolak untuk menjaga nilai
monogamy dan kemurnian seksual. Kisah tersebut memberi himbauan agar manusia
mampu menjaga kemurnian seksual.(Barliyana 2020)

2. Kondisi Real
Dizaman Era globalisasi ini, kita bisa melihat adanya perubahan yang signifikan
dan telah terjadi degredasi moral dan sosial budaya yang cenderung kepada pola
perilaku yang menyimpang salah satunya terjadi penyimpangan seksual. Salah satu
contoh kasus terjadinya penyimpangan yaitu di Jakarta Internasional School ( JIS)
salah satu pelaku ialah Guru bidang studi dengan melakukan penyimpangan kepada
muridnya sendiri. Sehingga timbulnya  sifat protectivenya orang tua terhadap sang
anak dan kewaspadaan, terlebih ketidakpercayaan terhadap pihak sekolah dikarenakan
trauma terhadap penyimpangan seksual, bahkan meskipun keamanan sekolah sudah
sangat diperketat, tetap saja kasus ini berulang kali terjadi. Ada juga contoh kasus
penyimpangan yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya sendiri yang
masih berusia 10 tahun dan penyimpangan seksual ini juga saat peneliti melakukan
penelitian, ada juga yang melakukan penyimpangan seksual di Kecamatan Tikala,
pelaku ada yang Kristen dan Non Kristen. 
Ada juga kasus Ravi Zacharias adalah apologist yang amat dihormati dalam
kekristenan. Tahun 2017, seorang perempuan melaporkan bahwa Ravi
melecehkannya secara seksual. Hal ini disanggah Ravi dan timnya yaitu Ravi
Zacharias International Ministry (RZIM). Tahun 2020, beberapa bulan sesudah Ravi
meninggal, muncul cerita serupa lalu RZIM menunjuk Miller & Martin PLLC untuk
melakukan investigasi, dan ternyata laporan perempuan itu benar. Seseorang pernah
berkata,”Pemimpin adalah pembawa pesan sekaligus pesan itu sendiri.” Pemimpin
orang Kristen adalah Yesus bukan beliau. Kita sering mendengar kalimat seperti ini,

7|P a g e
”Payah, ke gereja tiap minggu tapi kelakuannya kayak begitu” namun tak pernah
mendengar, ”Waduh, main bola setiap hari tapi kok tingkahnya seperti itu.” Tuntutan
moral terhadap orang yang aktif dalam kegiatan beragama memang sangat tinggi. Di
Kristen apalagi. Jangankan menikah lagi, melirik pasangan orang lain saja sudah
dianggap berzinah. Berkenaan dengan kasus ini, gereja seharusnya mendukung
pengajaran dan pendidikan seksual pada keluarga-keluarga Kristen dan orang tua
Kristen mengajarkannya sejak dini pada anak-anak mereka. Rumah tangga Kristen
seharusnya menjadi lingkungan untuk mengajar anak-anak tentang hakekat
seksualitas manusia yang bersifat suci dan menunjukkan bagaimana artinya dipenuhi
dalam konteks kasih, kese-tiaan dan kesabaran. Hidup serumah tanpa ikatan,
homoseksual dan pernikahan sejenisadalah dosa dan penyimpangan terhadap
kekudusan Allah akan tetapi ada kasih karuniayang ditawarkan Allah bagi mereka
yang berbalik dari penyimpangan seksual itu danmereka dapat dipulihkan dan
diselamatkan. (TUGAS_KULIAH_ETIKA_TERAPAN_Makalah_Etika n.d.)

3. Penelitian Terdahulu
James Dobson mengatakan bahwa orang tua amat bertanggung jawab dalam
membesarkan dan mendidik anak-anak mereka dimana bagi para orangtua yang
sanggup menanggani proses pengajaran dengan benar, tanggung jawab mengajarkan
pemahaman tentang hakekat seksual dan etika seksual seharusnya tetap ada di rumah.
Tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan kedudukan orang tua dalam hal ini,
namun para roha-niawan dapat bekerjasama dengan orang tua dalam pelaksanaan
pengajaran etika seksual ini. yang bersifat suci dan menunjukkan bagaimana artinya
dipenuhi dalam konteks kasih, kesetiaandan kesabaran. Keluarga harus menjadi
lingkungan yang menolong setiap anak untuk melihat seksualitas sesuai dengan
hakekatnya ketika seksualitas manusia diciptakan oleh Allah. (Sumeleh 2019)
Douglas Lewis B Smedes menyatakan pandangannya tentang keselamatan dan
seksuali-tas yang menghubungkan antara Injil Yesus Kristus yang adalah kabar baik
bagi semua manu-sia; tidak hanya membawa kepada keselamatan jiwani, tetapi Injil
juga akan memulihkan peran-an seksual dan mengangkat seksualitas kepada hakekat
dan fungsinya. Kabar baik dan anugerahAllah tidak menentang seksualitas, tetapi
penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalamnya, kemerdekaan di dalam anugerah
Allah adalah kemerdekaan dari, dan kemerdekaan untuk; karunia Allah membebaskan
dari penyimpangan-penyimpangan dan tekanan-tekanan; kemudianmendapatkan
kebebasan untuk mengasihi dan melayani di dalam kehendak Allah.
White menjelaskan Etika Kristen mengenai seksual haruslah didasarkan pada
Alkitab. Alkitab sendiri men- jelaskan bagaimana Allah menciptakan laki-laki dan
perempuan menurut gambar dan rupa-Nyaagar keduanya hidup bersama-sama dalam
persekutuan dengan-Nya, Allah membedakan keduamanusia tersebut melalui
perbedaan jenis kelamin agar keduanya saling melengkapi, saling me-layani dan
saling mengasihi satu sama lain. Kedua perbedaan manusia ini disatukan dalam ke-
hidupan seksual yang sehat, sebab kehidupan seksual kudus dimulai saat ikrar
pernikahan kudus.

8|P a g e
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Etika seksual merupakan suatu etika yang tidak lepas dari bagaimana nilai-nilai teladan
Kristus diaplikasikan dalam kehidupan setiap orang. Alkitab sendiri telah menu-liskan ada
penyimpangan seksual di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dimana banyak dari
mereka telah berdosa dan melanggar kekudusan Tuhan. Jika ingin melihat dasar seksualitas
manusia, maka kita harus kembali mengacu kepada konteks Kejadian 1:26-28, dimana
dengan jelas pada mulanya Allah menciptakan hanya dua jenis kelamin manusia yaitu laki-
laki dan perempuan, dan Allah melihat bahwa itu sungguh amat baik (Kej. 1:31). Sehingga,
berdasarkan keadaan tersebut, dapat dikatakan bahwa bentuk tindakan transgender dan
penyimpangan seksualitas lainnya merupakan suatu bentuk sikap menentang Allah, karena
menganggap Allah menciptakan diri mereka dalam keadaan seksual yang tidak baik.

A. Saran

Melalui karya ilmiah ini, penulis memberikan saran kepada pembaca untuk menanggapi
praktek transgender dan penyimpangan seksual lainnya dengan empat hal yang perlu
dilakukan berdasarkan etika Kristen, yaitu:
Pertama,berani mengatakan “tidak!” kepada praktek penyimpangan seksual baik dalam
bentuk apapun, karena itu bertentangan dengan Alkitab.
Kedua, orang Kristen sebaiknya menghindari pergaulan dan lingkungan yang buruk agar
tidak merusak tatanan dan nilai-nilai etika Kristen yang ada dalam diri kita.
Ketiga, hindarilah segala bentuk materi maupun media yang dapat membawa kepada dosa-
dosa seksualitas, baik berupa tontonan, bacaan, maupun media lainnya.
Keempat, bangunlah persekutuan yang intim dengan Allah dan senantiasa meminta
penyertaan-Nya.

9|P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Barliyana, Nur Fitri. 2020. Disusun Oleh : Nur Fitri Barliyana 1113032100048.
Sumeleh, Allan Rifandi. 2019. “Seksualitas: Suatu Tinjauan Etis Kristiani Terhadap
Pemahaman Mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon
Tentang Hubungan Seks.” Tumou Tou VI: 128–45.
“TUGAS_KULIAH_ETIKA_TERAPAN_Makalah_Etika.”
Abineno, J.L. CH, Seksualitas dan Pendidikan Seks (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2002).

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai