Anda di halaman 1dari 15

Makalah Tentang “Agama Tanpa Tuhan”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Sejarah Gereja

Dosen Pengampu: Damayanti Sihombing, M.Pd.K

Oleh:

Nico Anderson Hutabalian

200101250

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) TARUTUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, dan Taufik sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini, dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca
tentang “Agama Tanpa Tuhan”

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya berharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan ataupun kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Medan, November 2021

Nico Anderson Hutabalian

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………….………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………
1.1 Latar Belakang…………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………...........
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………….
1.5 Sistematika Penulisan…………………………………………….

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………....
2.1 Hakikat Agama……………………………….……......................
2.2 Hubungan Agama dan Tuhan ……………………………………
2.3 Sifat Agama………………………………………………………
2.4 Fungsi dan Peran Agama………………………….....................
2.5 Agama Tanpa Tuhan………..........................................................

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………….
3.1 Kesimpulan………………………………………………............
3.2 Daftar Pustaka………………………………………………........

II
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama merupakan aturan atau tatacara hidup manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan sesamanya. Agama dapat mencakup tata tertib upacara, praktek
pemujaan, dan kepercayaan kepada Tuhan. Agama juga berfungsi sebagai
pedoman hidup manusia, sehingga tercipta suatu hubungan serasi antar manusia
dan dengan Yang Maha Pencipta (Team, 1990: 125). Agama bagi pemeluknya
diyakini sebagai sesuatu yang luhur, yang dapat membawa ke jalan Tuhan dan
keselamatan hidup di dunia-akhirat. Agama merupakan kebutuhan yang sangat
menentukan dalam kehidupan pemeluknya, lebih dari kebutuhan yang lain
(Nashir, 1999: 102). Sidi Gazalba dalam Abu Ahmadi (1990: 14) menambahkan,
agama merupakan hubungan manusia dengan Yang Maha Kudus yang dinyatakan
dalam bentuk yang kultus berdasar doktrin-doktrin tertentu. Singkatnya, agama
bagi kehidupan manusia merupakan pedoman hidup (way of life). Dengan adanya
banyak agama di dunia ini, tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan
maupun persamaan (kesejajaran) konsep ajaran antara agama yang satu dengan
agama yang lain. Adakalanya perbedaan terdapat pada hal-hal yang tidak prinsip
seperti dalam hal peribadatan, namun tidak menutup kemungkinan perbedaan juga
terdapat dalam hal yang bersifat prinsip dan fundamental seperti dalam tataran
teologi.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mendalami serta mengulas tentang “Agama Tanpa Tuhan”,
maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penyusun
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Hakikat Agama?
2. Bagaimana Hubungan Agama dan Tuhan?
3. Bagaimana Sifat Agama?

1
4. Bagaimana Fungsi dan Peran Agama?
5. Bagaimana Agama Tanpa Tuhan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas “Dampak Karya
Roh Kudus Bagi Etika Kristen” dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan
masalah. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan penyusun dan pembaca tentang “Agama Tanapa Tuhan”
1.4 Metode Penulisan
Penyusun memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga
dari media media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang
diambil dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga Bab, yaitu Bab pendahuluan, Bab pembahasan,
dan Bab penutup. Adapun Bab pendahuluan terbagi atas: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan
dengan Hakikat Agama, Hubungan Agama dan Tuhan, Sifat Agama, Fungsi dan
Peran Agama, Agama Tanpa Tuhan, Terakhir, bab penutup terdiri atas
kesimpulan dan daftar pustaka.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Agama
Agama adalah suatu fenomena yang selalu hadir dalam sejarah umat manusia,
bahkan dapat dikatakan bahwa sejak manusia ada, fenomena agama telah hadir.
Walaupun demikian, tidaklah mudah untuk mendefinisikan apa itu agama.
Sebelum Hindhu, Budha, Islam masuk ke Nusantara, orang Jawa kuno
mempunyai sebuah kepercayaan yang bernama Kapitayan.

2
Kapitayan ini percaya bahwa ada sesuatu yang tidak dapat 'dijelaskan' yang
disebut dengan Tuhan. Orang-orang Jawa kuno beribadah dengan melakukan
ritual di sebuah tempat yang disebut dengan Sanggar Pamujan/Sanggar Pemujaan,
di mana tempat/sanggar itu adalah tempat yang dikeramatkan. Ketika Ulama
Persia datang ke Gunung Tidar dan berdiskusi dengan Sabda Palon [versi lain],
Sabda Palon mengajukan 4 syarat yang wajib dipenuhi oleh Ulama Persia dalam
menyebarkan Agama Islam. Pertama, tidak boleh ada paksaan apapun kepada
masyarakat Jawa untuk menentukan pilihan mereka terhadap Islam. Kedua, ketika
akan dibuat sebuah tempat ibadah, harus dibuat bentuk yang memperlihatkan
identitas Hindhu/Budha/Jawa walau isinya Islam. Ketiga, jika ingin mendirikan
kerajaan yang berbasis Islam, harus ada unsur campuran utk Raja/Ratunya.
Keempat, Islam boleh masuk dan berkembang di Nusantara asalkan dengan
catatan bahwa orang Jawa tidak hilang Jawanya. Agama pada hakekatnya adalah
sebuah aturan, undang, membedakan mana yang baik dan mana yang benar,
memberikan batasan, menuntun kehidupan umat manusia agar sesuai dengan titah,
sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri terutama dalam urusan
sosial/kemanusiaan.  Konsep agama pada sejatinya sebagai undang-undang untuk
mengatur urusan hidup serta sosial pengikutnya. Sedangkan konsep KeTuhanan
bukanlah sebuah konsep yang mendapat stigma liberal oleh pembenci Darwin.
Konsep KeTuhanan ada dan lebih luas maknanya, karena setiap individu berhak
menentukan ke mana arah spiritual mereka akan mengalir dan mengarah. Satu
lagi, urusan pola pikir yang saya singgung di atas bukan serta merta tanggung
jawab Presiden seperti klaim dari sepupu saya. Untuk tingkatan paling rendah,
guru, akademisi maupun para intelektual harus berperan aktif dalam urusan yang
menyangkut kepercayaan. Tingkat yang paling rendah ini berkewajiban
memberikan edukasi agar sesama penganut agama/kepercayaan tidak saling
menyalahkan, mengklaim ajarannya yang paling benar.
2.2 Hubungan Agama dan Tuhan
Manusia itu merupakan ciptaan tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki
otak dan akal untuk berfikir secara cerdas agar bisa melanjutkan kehidupannya
kearah yang lebih baik.
3
Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia merupakan jenis makhluk hidup
terkuat yang ada dibumi ini. Dengan akal yang ada, manusia akan haus dengan
pengetahuan dan terus mencari tahu semua hal yang ada dialam semesta ini.
Selama mencari pengetahuan ini, manusia akan berfikir bagaimana dia diciptakan.
Dengan pemikiran ini, manusia terus melakukan eksperimen untuk mencari
kebenaran secara ilmiah asal usul manusia, penciptaannya, dan proses penciptaan
manusia. Dengan pencarian ini, manusia akan bertemu disuatu titik bahwasanya
semua proses penciptaan manusia dan alam semesta ini didalangi oleh sebuah zat
yang sangat hebat dan luar biasa. Zat yang luar biasa ini akan disebut sebagai kata
TUHAN. Dengan proses pencarian ini, manusia akan banyak berpendapat dan
beragumen berdasarkan data ilmiah yang telah ada. Sehingga muncullah AGAMA
yang bersifat mempercayai suatu tuhan. Dengan demikian, manusia akan berserah
diri kepada zat yang hebat dan luar biasa dengan cara kepercayaan masing-
masing. Tuhan, agama, dan manusia serta alam semesta merupakan suatu hal yang
tidak bisa dipisahkan. Tuhan menciptakan alam semesta dan seisinya, agama
menuntun manusia dalam tata cara kehidupan, dan manusia merupakan makhluk
ciptaan tuhan yang bertugas menjalani kehidupan serta menyembah tuhan. Jika
salah satu dari ketiga hal tersebut tidak terpenuhi, manusia tidak akan mencapai
keseimbangan hidup secara rohaninya. Meskipun jasmani manusia bisa hidup
secara seimbang, tetapi tanpa kehidupan rohani maka manusia akan mengalami
guncangan disetiap detik kehidupannya. Selalu jaga hubungan dengan sesama
manusia serta dengan tuhan. Semoga kita selalu diberkahi disetiap langkah
kehidupan kita.
2.3 Sifat Agama
Allah adalah Pencipta manusia yang adalah gambar dan rupaNya. Sebagai gambar
dan rupa Allah, manusia memiliki sifat dasar, salah satu nya yaitu sifat agama.
Manusia disebut manusia karena manusia mempunyai sifat budaya dan sifat
agama. Dengan demikian barulah manusia dapat hidup sebagai manusia di dunia.
Manusia adalah manusia karena dapat mandiri, dapat melampaui alam,
mengalahkan alam, kecuali sampai pada hari di mana batasan yang alam berikan
kepadanya telah sampai.
4
Manusia bukan hanya hidup selama beberapa puluh tahun di dunia, setelah
meninggal, sifat budaya masih bisa berpengaruh bagi generasi berikut, sedangkan
sifat agamanya membawa dia pulang ke tempat kekekalan dengan sejahtera.
Biasanya, religius adalah istilah yang berkaitan dengan keagamaan. Sifat religius
bisa menjadi sumber kenyamanan dan bimbingan. Sifat religius adalah sifat yang
bisa ditemukan di tiap agama. Religius adalah sikap yang bisa memberikan dasar
bagi keyakinan dan perilaku moral. Selain itu, religius adalah sikap yang dapat
berkontribusi pada rasa kebersamaan, memberikan dukungan, dan menawarkan
bimbingan. Sikap religius adalah salah satu bagian paling kuat dari pengalaman
manusia. Makna yang sama-sama dimiliki agama dalam sifat religius adalah
membantu pengikutnya menemukan makna di dunia.
2.4 Fungsi dan Peran Agama
Dalam kenyataan konkret kadang kala agama juga juga disalah mengerti dan
karena itu dapat berfungsi destruktif. Sudah ada sejarah yang panjang dalam
menilai dan usaha menjelaskan fungsi agama. Karl Marx dan Engels misalnya
berpendapat bahwa fungsi agama adalah untuk menutupi realitas yang mendasari
sistem ekonomi dan mengurangi rasa sakit penderitaan dari massa pekerja.
Durkheim berpendapat bahwa fungsi agama adalah untuk memungkinkan
terjadinya ritual-ritual yang mengikat atau menyatukan masyarakat bersama-sama.
Freud, pada pihak lain, mengatakan bahwa fungsi agama tak lebih dari mengatasi
rasa takut serta mencukupi kebutuhan-kebutuhan emosional. Silakan Anda
mengumpulkan informasi yang lain dari teolog-teolog mengenai fungsi agama.
Banyak ahli berpendapat bahwa fungsi agama adalah untuk memajukan serta
mempertahankan perilaku-perilaku moral. Para pendukung teori evolusi modern
melihat agama terutama sebagai adaptasi yang berfungsi untuk meningkatkan
kohesi kelompok, dan inilah juga yang dikemukakan oleh Durkheim.

5
Philip Goldberg yang merangkum berbagai fungsi agama memberi daftar fungsi
agama sebagai berikut:
1 Transmisi atau pewarisan: yakni untuk meneruskan ke setiap generasi suatu
“sense of identity” melalui kebiasaan-kebiasaan, cerita, dan kelanjutan historis
yang dimiliki bersama. 2 Translasi atau penerjemahan: yakni untuk menolong
individu-individu menafsirkan peristiwa-peristiwa kehidupan, mendapatkan suatu
rasa bermakna dan bertujuan, dan memahami hubungan-hubungannya dengan
keseluruhan yang lebih besar (baik dalam arti sosial maupun kosmis). 3 Transaksi:
yakni untuk menciptakan dan mempertahankan suatu komunitas yang sehat, dan
memberi penuntun terhadap perilaku-perilaku moral dan hubungan-hubungan etis.
4 Transformasi: yakni sebagai pengembangan kedewasaan dan pertumbuhan yang
terus- menerus, menolong umat beragama untuk merasa lebih penuh dan komplet.
5 Transendensi: yakni untuk memuaskan kerinduan untuk memperluas batasan-
batasan diri yang dipersepsikan, menjadi lebih sadar terhadap aspek kehidupan
yang lebih sakral, dan mengalami persekutuan/ penyatuan dengan dasar
keberadaan yang mutlak.
Itulah sebabnya ada ahli lain yang membuat daftar fungsi agama secara lebih
panjang lagi. Dalam suatu tulisan, ada ahli yang memberikan daftar mengenai 10
fungsi agama yang penting, baik dari segi individual maupun sosial. Delapan dari
10 fungsi agama tersebut akan dikemukakan di bawah ini. Dua fungsi agama yang
lain, Anda cari sendiri dari berbagai buku.
1. Agama memberikan kedamaian mental (mental peace). Menurut pendapat ini,
kehidupan manusia sangat tak menentu. Manusia bergumul untuk tetap hidup di
tengah-tengah ketidakpastian, ketidakamanan, dan bahaya- bahaya. Kadang-
kadang ia merasa tak berdaya maka agama lah yang memberikan penghiburan dan
dorongan dalam masa-masa krisis tersebut. Agama memberi tempat perlindungan
yang benar bagi manusia maka manusia memeroleh kedamaian mental dan
dukungan emosional. Agama memberi dorongan kepada manusia untuk
menghadapi kehidupan dan masalah-masalahnya.

6
2. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan sosial. Agama mempromosikan
kebajikan-kebajikan sosial yang utama, misalnya, kebenaran, kejujuran, sikap
nirkekerasan, pelayanan, cintakasih, disiplin, dsb. Seorang pengikut agama
tertentu menginternalisasi kebajikan-kebajikan ini dan menjadi warga masyarakat
yang berdisiplin.
3. Agama meningkatkan solidaritas sosial. Agama membangkitkan semangat
persaudaraan/persaudarian. Durkheim berpendapat bahwa agama memperkuat
solidaritas sosial. Ahli lain menunjukkan bahwa agama mempunyai kekuatan
mengintegrasikan dalam masyarakat manusia. Hal ini benar karena orang
beragama mempunyai kepercayaan yang sama, sentimen yang sama, ibadah yang
sama, berpartisipasi dalam ritual bersama dan seterusnya merupakan faktor-faktor
perekat yang penting yang memperkuat kesatuan dan solidaritas.
4. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol sosial. Dikatakan oleh Parson
Bahwa agama adalah salah satu agen paling penting untuk sosialisasi dan kontrol
sosial. Agama mempunyai peranan penting dalam mengatur/mengorganisasikan
dan mengarahkan kehidupan sosial.
Agama juga menolong menjaga norma-norma sosial dan kontrol sosial. Ia
mensosialisasikan individu dan melakukan kontrol baik terhadap individu maupun
kelompok dengan berbagai cara. Organisasi seperti gereja, masjid, dan sejenisnya
juga mengontrol perilaku dari individu pada tingkat yang berbeda-beda.
5. Agama meningkatkan kesejahteraan. Agama mengajarkan kepada umatnya agar
melayani masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masayarakat. Ia
mengajarkan bahwa pelayanan kepada sesama manusia adalah juga pelayanan
kepada Tuhan. Karena itulah manusia menggunakan uangnya untuk memberi
makan kepada yang miskin dan yang membutuhkan. Agama-agama tertentu
seperti Hindu, Islam dan Kristen, dan lain-lainnya, memberi tekanan kepada
tujuan memberi kepada yang miskin dan peminta-minta. Agama mengembangkan
sikap filantropis manusia dan dengan demikian mendorong ide saling menolong
dan bekerjasama.

7
Karena dipengaruhi oleh kepercayaan agamawi, berbagai organisasi agamawi
melibatkan diri dalam berbagai aktivitas menyejahterakan orang lain. Mungkin
saja tidak semua orang beragama sependapat dengan hal ini, tetapi hampir pasti
bahwa ada ajaran seperti ini ada dalam berbagai agama.
6. Agama memberikan rekreasi kepada manusia. Apa maksud dari fungsi ini?
Agama memainkan peranan yang mempesona atau mengagumkan dalam
memberikan rekreasi kepada umat. Misalnya, dalam ritus agamawi maupun
festival-festival/perayaan agamawi yang diselenggarakan oleh berbagai agama
memberikan kelegaan atau kebebasan kepada umatnya dari berbagai tekanan
mental. Hal ini juga terjadi bilamana ada kuliah atau khotbah-khotbah agamawi
atau konser musik agamawi yang diiringi oleh lagu-lagu pujian, memberikan lebih
banyak kesenangan kepada umat dan menyediakan rekreasi abadi kepada umat.
7. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya diri. Agama dianggap sebagai cara
efektif untuk mengukuhkan atau memperkuat rasa percaya diri. Ada kepercayaan-
kepercayaan tertentu seperti “kerja sebagai ibadah”, “tanggungjawab atau tugas
adalah bersifat ilahi,” dan lain-lain ajaran yang ada dalam berbagai agama
memberi penguatan kepada individuindividu dan sekaligus memperkuat rasa
percaya diri.
8. Agama juga mempunyai pengaruh kepada ekonomi serta sistem politik. Max
Weber misalnya mempunyai tesis yang membuktikan hubungan antara etika
Protestan dan perkembangan kapitalisme. Begitu pula ada yang kita kenal dengan
ekonomi syariah. Contoh bahwa agama memengaruhi sistem politik misalnya
sangat banyak, baik pada zaman dulu maupun pada zaman modern ini. Ada
negara yang didasarkan pada agama (negara agama), bahkan 13 dalam negara-
negara modern dan demokratis, pengaruh agama tak terhindarkan dalam dunia
politik. Agama berperan sangat penting dalam mengatur sendi-sendi kehidupan
manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Agama dan beragama
adalah satu kesatuan namun memiliki makna yang berbeda. Agama merupakan
sebuah ajaran kebaikan yang menuntun manusia kembali kepada hakekat
kemanusiaannya.

8
Beragama artinya kita berupaya belajar untuk mengamalkan ajaran agama dalam
setiap aspek kehidupan, agar terjalin hubungan yang indah dan harmonis antar
sesama, alam semesta maupun dengan Tuhan.Bimbingan menempuh Jalan Suci
itulah dinamai agama. Tuntunan agar manusia dapat selaras dengan hakikat
kemanusiaannya itulah tujuan dari beragama. Manusia dibimbing oleh ajaran
mulia para Nabi agar segenap kehidupan yang dijalaninya harmonis, berupaya
menjaga agar ucapan senantiasa selaras dengan perbuatan. Secara lebih terperinci,
pentingnya peranan agama dalam kehidupan keseharian umat, akan dapat
dipahami dalam poin-poin berikut: Pertama, ajaran agama berperan dalam
menghidupkan nilai-nilai luhur moralitas. Agama Khonghucu mempunyai tujuan
untuk menghidupkan nilai-nilai moralitas agar umat menjadi Berbudi Pekerti,
dapat menjadi insan Confusian yang tidak hanya berguna buat dirinya pribadi,
tetapi akan dapat menjadikan dirinya berguna buat keluarga, masyarakat, agama,
bangsa, dan negara. Kedua, agama menjadi sumber kekuatan semangat bagi umat
dalam menjalani rutinitas kehidupan. Nilai-nilai spiritualitas agama dapat
menghidupkan kekuatan dalam diri umat untuk mampu menghadapi pelbagai
permasalahan hidup, dan berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya
dari serangan keputusasaan dan hilangnya harapan. Ketiga, agama berperan
menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi umatnya, sekaligus menjadi tolak
ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik
atau tidaknya tindakan seseorang, tergantung pada seberapa taat dan seberapa
dalam penghayatan terhadap ajaran agama yang diimaninya.  Di saat umat
menghadapi suatu cobaan dan penderitaan dalam hidupnya, iman yang kuasa
terhadap agama akan dapat menguatkannya. Penderitaan dan cobaan yang
dialaminya, diyakininya sebagai ujian dari Tuhan untuk menjadikannya orang
Besar (berhasil sukses). Keempat, agama berperan membentuk perilaku
keseharian umat. Peranan agama dalam hidup keseharian umat sangatlah besar.
Dalam menjalani rutinitas kehidupan ini, kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
menjadi kebutuhan dasar bagi manusia. 

9
2.5 Agama Tanpa Tuhan
Agama sekedar dijadikan keterangan pelengkap pada Kartu Tanda Penduduk
(KTP), tanpa ada lagi keyakinan teologis. Seseorang yang mengklaim dirinya
beragama, pastilah memiliki keyakinan tertentu yang sangat kuat terhadap Tuhan
atau sesuatu yang paling tertinggi dalam keyakinan spiritual. Ya, agama tanpa
bertuhan, menjadikan banyak orang berperilaku munafik. Bagaimana ciri khas
orang munafik itu? Yakni orang-orang yang tampak dari luar berperilaku alim,
religius, namun ternyata dalam hatinya tertanam rencana-rencana jahat yang
membahayakan publik. Jadi mereka menggunakan citra keagaman sebagai jubah
penyamar untuk memuluskan niat jahat tersebut.  Menurut Syed Hossein Nars,
semua agama adalah “Sang Agama” dan “Sebuah Agama”. Disebut “Sang
Agama”, karena di dalamnya terkandung kebenaran dan sekaligus cara untuk
mencapainya. Sementara “Sebuah Agama” adalah karena penekanannya terhadap
aspek tertentu dari istilah religio yang berarti ikatan yaitu: ikatan yang
menghubungkan manusia dengan kebenaran.
Hampir semua agama mempunyai dua esensi yang menjadi dasar agama yaitu:
Doktrin dan Metode. Doktrin berarti cara untuk membedakan antara yang mutlak
dan yang nisbi, antara yang nyata dan yang khayal. Sedangkan metode berarti cara
untuk mendekatkan diri kepada yang nyata, yang mutlak dan hidup sesuai dengan
kehendak-Nya. Hubungan antara manusia dan Tuhan ini. atau antara yang nisbi
dan yang mutlak, menduduki titik pusat di dalam setiap agama. Perbedaanya
terletak pada penekanan sesuatu agama pada aspek-aspek tertentu dalam
hubungan ini. Di dalam setiap agama, terkandung kebenaran meskipun kebenaran
ini terbatasi oleh bentuk agama itu sendiri.  Oleh karena itu, menjalani agama
secara penuh sama dengan menjalani semua agama dan tidak ada hal yang lebih
sia-sia dari pada usaha-usaha untuk menciptakan sinkretisme dengan tujuan
mendapatkan universalitas. Padahal dalam kenyataannya, usaha itu hanya akan
menghancurkan bentuk agama yang secara sendiri-sendiri, telah memungkinkan
pendekatan antara manusia dan Tuhan.

10
Tanpa “Petunjuk Langit” dalam artian umum, agama tidak mungkin ada dan
manusia tidak akan mampu mendekatkan diri pada Tuhan, tanpa Tuhan membuat
diri-Nya menyediakan cara bagi manusia untuk berlaku demikian. Setiap agama
yang menetap adalah anugrah Tuhan—selama masih tetap utuh mengandung
doktrin dan metode untuk menyelamatkan manusia dari kondisi duniawinya yang
serba tak menentu dan membukakan pintu sorga baginya. Hanya saja, kenapa
agama Islam lebih dominan di Indonesia, karena Islam melakukan legislasi atas
manusia sebagaimana adanya, dengan semua kemungkinan yang terkandung
dalam dirinya.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari makalah tersebut yaitu: Agama merupakan aturan atau
tatacara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
Agama dapat mencakup tata tertib upacara, praktek pemujaan, dan kepercayaan
kepada Tuhan. Agama juga berfungsi sebagai pedoman hidup manusia, sehingga
tercipta suatu hubungan serasi antar manusia dan dengan Yang Maha Pencipta
(Team, 1990: 125). Agama bagi pemeluknya diyakini sebagai sesuatu yang luhur,
yang dapat membawa ke jalan Tuhan dan keselamatan hidup di dunia-akhirat.
Agama merupakan kebutuhan yang sangat menentukan dalam kehidupan
pemeluknya, lebih dari kebutuhan yang lain (Nashir, 1999: 102). Sidi Gazalba
dalam Abu Ahmadi (1990: 14) menambahkan, agama merupakan hubungan
manusia dengan Yang Maha Kudus yang dinyatakan dalam bentuk yang kultus
berdasar doktrin-doktrin tertentu. Singkatnya, agama bagi kehidupan manusia
merupakan pedoman hidup (way of life). Dengan adanya banyak agama di dunia
ini, tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan maupun persamaan
(kesejajaran) konsep ajaran antara agama yang satu dengan agama yang lain.

11
Adakalanya perbedaan terdapat pada hal-hal yang tidak prinsip seperti dalam hal
Peribadatan, namun tidak menutup kemungkinan perbedaan juga terdapat dalam
hal yang bersifat prinsip dan fundamental seperti dalam tataran teologi.
3.2 Daftar Pustaka
https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Bab-1-2.pdf

https://www.kompasiana.com/hnirankara/5d7f32ee0d823041e15ca522/hakekat-agama

https://steemit.com/indonesia/@mujahud/hubungan-tuhan-agama-dan-manusia

https://nusahati.com/2015/07/sifat-budaya-dan-sifat-agama/

https://hot.liputan6.com/read/4688457/religius-adalah-sifat-keagamaan-fungsi-dan-
dimensinya

https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Bab-1-2.pdf

https://kemenag.go.id/read/peranan-agama-dalam-kehidupan-keseharian-umat-orvgw
https://www.kompasiana.com/supadiyanto/54f37ae1745513a12b6c76e1/agama-
tanpa-tuhan

12

Anda mungkin juga menyukai