Analisis Biomolekul
Analisis Biomolekul
ANALISIS BIOMOLEKUL
Penelusuran Unsur Pembentuk Makromolekul dan Analisis
Karbohidrat
Kelompok 18
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Karbohidrat berasal dari kata karbon dan air, serta secara sederhana
didefenisikan sebagai polimer gula yang mengandung sejumlah besar gugus
hidroksil, yang terdiri atas unsur C,H dan O. Karbohidrat yang paling sederhana
bisa berupa aldehid (disebut polihidroksilaldehid atau aldosa) atau berupa keton
(disebut polihidroksiketon atau ketosa), dengan rumus umum adalah C n(H2O)n
atau CnH2nOn (Wiratmaja et al. 2011). Seperti karbohidrat, polimer lain yang
disusun oleh unsur C, H dan O adalah lemak yang disusun oleh monomer berupa
tiga molekul asam lemak dan satu molekul gliserol. Asam lemak memiliki rantai
hidrokarbon yang setiap atom karbonnya mengikat satu atau dua atom hidrogen,
kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom hidrogen sedangkan atom
karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil. Apabila asam lemak pada
rantai hidrokarbon memiliki ikatan rangkap, maka disebut asam lemak tidak
jenuh, sedangkan asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap disebut asam
lemak jenuh (Pasaribu 2004).
Polimer protein yang juga memiliki unsur C, H dan O, namun protein
juga disusun oleh unsur O, S, P dan kadang juga Fe. Protein adalah molekul
makro yang terdiri atas rantai-rantai asam amino yang terikat satu dengan lainnya
dalam ikatan peptida yang terbentuk sebagai hasil dari reaksi gugus karboksil
asam amino, dimana ikatan peptida adalah ikatan tingkat primer (Primasoni
2012). Karbohidrat yang merupakan turunan aldehida atau keton dari alkohol
polihidrat, memiliki klasifikasi yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi lebih sederhana, yang berdasarkan atom karbonnya dapat diklasifikasikan
sebagai triosa, tetrosa, pentose, heksosa atau heptosa. Berdasarkan gugus aldehid
atau keton yang dimiliki, maka monosakarida dapat pula dibedakan menjadi
aldosa atau ketosa (Murray et al. 2006).
Disakarida merupakan produk kondensasi dari dua unit monosakarida,
contohnya adalah maltosa dan sukrosa, sedangkan oligosakarida adalah produk
kondensasi tiga hingga sepuluh monosakarida dan sebagian besar tidak dapat
dicerna oleh enzim dalam pencernaan manusia. Jenis polisakarida juga merupakan
produk kondensasi lebih dari sepuluh unit monosakarida, seperti pati dan dekstrin
yang mungkin merupakan polimer linear atau bercabang. Polisakarida kadang
diklasifikasikan sebagai heksosan atau pentosan, yang bergantung pada
monosakarida pembentuknya. Makanan yang mengandung polisakarida lain
secara kolektif dinamakan polisakarida nonpati yang merupakan komponen utama
dari serat dalam makanan. Contohnya adalah selulosa dari dinding sel tumbuhan
(Murray et al. 2006).
Menurut Hawab (2003), polisakaroda dapat pula dibedakan berdasarkan
monomer monosakaridanya, yaitu homopolisakarida yang memiliki satu macam
monosakarida, dan heterosakarida yang memiliki labih dari satu amcam monomer
monosakarida. Salah satu contoh homopolisakarida adalah pati atau amilum. Pati
atau amilum memiliki monomer berupa D-alfaglukosa dengan submonomer
maltosa. Rumus umum pati adalah (C6H10O5)n. Komponen penyusun pati yang
terdiri dari amilosa dan amilopektin dibedakan atas ikatan glukosa, dimana
amilosa tersusun atas satuan glukosa yang berikatan melalui 1-4 glukosida
sedangkan amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun atas 1-4
alfaglikosida yang memiliki rantai cabang 1-6 alfaglukosida (Astuti 2009).
Praktikum bertujuan menelusuri unsur pembentuk karbohidrat, protein dan
lipid dengan metode pemanasan. Kemudian praktikum juga bertujuan mengamati
kestabilan struktur gelung heliks pati dengan uji iodium terhadap pengaruh
pemanasan, serta membandingkan bentuk granula pati dari berbagai sumber
karbohidrat.
METODE
Bahan danAlat
Prosedur
Tepung Beras
(Perbesaran 40x10)
Tepung Jagung
(Perbesaran 40x10)
Tepung Gandum
(Perbesaran 10x10)
Pati memiliki bentuk khas yang berbeda-beda untuk setiap jenis pati,
dimana bentuk tersebut dinamakan granula, yang berhubungan dengan suhu
gelatinisasi. Warna biru dan kuning pada permukaan granula pati disebabkan
adanya perbedaan indeks refraktif yang dipengaruhi oleh struktur molekuler
amilosa dalam pati. Bentuk heliks amilosa dapat menyerap sebagian cahaya yang
melewati granula pati. Percobaan yang dilakukan terhadap tepung beras, tepung
jagung dan tepung gandum untuk melihat bentuk granula setelah ditetesi iod
(Astuti 2009).
Iod akan mendeteksi adanya pati, sehingga daerah yang berwarna gelap
menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan kumpulan pati yang menyerap
iod, dengan bagian kecil atau butiran kecil dari pati disebut granula(Astuti 2009).
Percobaan identifikasi granula pati menggunakan reagen iod 2% serta bahan-
bahan diantaranya tepung jagung, tepung beras dan tepung gandum. Hasil
percobaan dapat dilihat pada tabel 3.
Pati jagung memiliki granula yang cukup besar dan tidak homogen dengan
ukuran1-7 µm untuk yang keil, dan 15-20 µm untuk yang besar. Pati pada jagung
mengandung pati sebesar 54,1-71,7%, sehingga akan memperbesar daerah gelap,
dan memperjelas granula pada jagung (Sitompul 2014). Gambar yang tertera pada
tabel memperlihatkan warna biru gelap yang lebih banyak daripada beras dan
gandum dengan perbesaran 40x10. Kemudian, ukuran granula padi yang lebih
keci daripada granula jagung, namun memiliki ukuran yang lebih besar dari
granula gandum. Kecilnya ukuran granula pada gandum disebabkan gandum
memiliki komposisi yang mana sebagian besar gandum disusun oleh protein
gluten, dengan jumlah 80% (Zulaidah 2011).
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA