Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

PEMILIHAN DAN PEREMAJAAN SAPI PERAH

4.1 Tujuan Institusional Khusus

 Mahasiswa dapat menjelaskan maksud dan tujuan dari seleksi dan peremajaan sapi
perah pada perusahaan sapi perah.
 Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan seleksi sapi perah yang akan
digunakan/dipelihara dalam suatu perusahaan sapi perah
 Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan peremajaan sapi perah yang akan
digunakan/dipelihara dalam suatu perusahaan sapi perah
 Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan teknik pengadaan ternak
pengganti (Replacement Heifers) dalam peremajaan sapi perah yang akan
digunakan/dipelihara dalam suatu perusahaan sapi perah.
 Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh perusahaan yang mengambil/melakukan teknik pengadaan ternak pengganti
yang diambilnya.

4.2 Pendahuluan
Bibit/ benih tanaman dan ternak yang baik adalah sangat krusial untuk memperoleh
produksi yang menguntungkan pada usaha tanaman maupun ternak. Pemupukan pada tanaman
yang mempunyai sifat unggul pada tanaman jagung jauk memberikan produksi lebih tinggi dari
pada bibit yang tidak unggul. Demikian pula pemberian konsentrat yang cukup tinggi pada sapi
yang telah terpilih karena mempunyai pertumbuhan tinggi akan jauh lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan pemberian konsentrat dengan sistem yang sama pada sapi-sapi
sebelumnya yang tanpa pemilihan sebelumnya. Hal yang sama akan terjadi apabila diterapkan
pada sistem produksi ternak perah.
Sapi perah dipelihara untuk produksi susunya dan anaknya, baik untuk ternak pengganti
sebagai kelanjutan perusahaan maupun untuk dikelola sebagai produksi daging. Setiap individu
sapi perah mempunyai kemampuan produksi yang berbeda-beda, walupun masih dalam satu
bangsa. Perbedaan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi faktor yang paling
berpengaruh terhadap perbedaan produksi ini adalah yang disebabkan oleh genetik dan
keturunan serta penerapan program pemberian pakannya yang meliputi kualitas, kuantitas dan
jenis pakan yang diberikan. Hal ini telah dibahas pada bab I.

4.3 Pemilihan (Seleksi) Ternak


Pengertian pemilihan seleksi dalam pemuliaan ternak adalah untuk menentukan ternak
mana yang akan dipilih untuk dipakai tetua pada generasi berikutnya dalam suatu perusahaan
peternakan.
Pada dasarnya fungsi seleksi adalah mengubah frekuensi gen dengan memilih ternak
yang dianggap seperior dalam suatu kelompok ternak. Sedangkan ternak yang tidak terpilih
sebagai penghasil bibit unggul dari sekelompok ternak tersebut akan dikeluarkan yang disebut
dengan “culling” atau “penyingkiran”.Ternak-ternak hasil “culling” biasanya masih produktif
sehingga dapat dikelola dengan tujuan tertentu selain untuk tujuan utama (sebagai penghasil susu
pada sapi perah), contohnya sebagai penghasil jenis-jenis kualitas daging tertentu seperti “bob
veal”; “veal”; “feeder calves”; dairy bulls” “dairy heifers” dan sebagainya. Apabila seekor atau
sekelompok ternak yang tidak dianggap produktif lagi yang disebut dengan “afkir” atau “tidak
terpakai”, biasanya langsung berakhir di pemotongan sebagai penghasil daging langsung atau
digemukkan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan utama seleksi ternak adalah untuk meningkatkan produksi ternak rata-rata dari
suatu kelompok atau populasi ternak. Sebagai contoh pada populasi sapi perah sesudah
dilakukan seleksi produksi susu rata-rata akan meningkat, dengan kata lain rata-rata produksi
susunya akan lebih baik dibandingkan dengan pada saat sebelum dilakukan seleksi.
Pada dasarnya seleksi ternak dibedakan menjadi dua cara, yaitu:
1. Seleksi secara alam (pengaruh alam) terjadi mulai dari suatu proses alam yang dikenal dengan
“ketahanan dari yang paling kuat atau tegar” atau “survival of the fitnest” terhadap pengaruh
lingkungan atau alam tertentu di alam terbuka, serperti: ayam kampung, sapi potong dan
lain-lain.
2. Seleksi buatan manusia adalah dilakukan oleh manusia dengan menggunakan suatu teknologi
tertentu untuk mencapai tujuan akhir seleksi tertentu, misalnya: sapi perah.

Pada umumnya “cara-cara seleksi” atau dalam melakukan seleksi, yang harus diperhatikan
adalah: penampilan atau kinerja individu atau catatan produksi yang akan dicalonkan sebagai
bibit, atau keturunan-keturunann yang dijadikan bibit. Seleksi dapat dilakukan dengan
menyeleksi melalui data-data produksi yang berasal dari sumber informasi sebagai berikut:
1. Seleksi atas dasar catatan produksi susu individu.
2. Seleksi atas dasar silsilah atau pedigree.
3. Seleksi atas dasar catatan kerabat atau saudara satu generasi
4. Seleksi atas dasar catatan anak-anaknya.

4.4. Seleksi Sapi Perah


Apabila kita akan menyeleksi sapi perah, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
bangsa (breed); catatan produksi susu (milk production record); penampilan phisik (physical
appearance); catatan asal-usul (pedigree record); dan kesehatan umum (general health).
Idealnya, semua faktor diatas sangat diperlukan baik oleh suatu perusahaan sapi perah yang akan
penyediakan bibit maupun oleh para pembeli bibitsangat memerlukan sumber informasi yang
baik untuk dipakai dasar pertimbangan untuk memastikan/menjamin kualitas bibit yang dibeli
cukup berkualitas.
Bangsa (breed). Seleksi yang berdasarkan bangsa sapi perah, maka ha-hal yang utama
yang harus diperhatikan adalah “karakteristik” dari masing-masing bangsa. Misalnya tanda-
tanda “karakteristik” untuk sapi Holstein antara lain kualitas kebetinaannya, warna hitam dan
putih atau merah dan putih. Berat badan sapi betina dewasa (mature cows) minimum 1.500 lb
(680 kg).
Pada umumnya peternak sapi perah hanya memelihara hanya satu bangsa sapi dalam
sekelompoknya. Namun, dengan adanya penggunaan IB memungkinkan peternak untuk
memelihara lebih dari satu bangsa sapi perah dengan menyediakan pemacek yang berkualitas
cukup bagus. Tabel dibawah menunjukkan karakteristik masing-masing bangsa.

Penampilan phisik (physical appearance). Telah ditemukan bahwa penampilan phisik


tertentu pada sapi perah berhubungan erat dengan kemampuan produksi susu yang tinggi.
Dengan adanya pengertian ini, maka memungkinkan kita untuk dapat menilai kemampuan
produksi susu secara individu, terutama pada ternak sapi perah yang tidak memiliki catatan
secara teratur. Sehingga penampilan phisik ini sangat penting dalam melakukan seleksi terutama
apabila ternak-ternak yang akan diseleksi tidak mempunyai catatan asal-usul maupun produksi
susu, penampilan phisik dapat dinilai dengan menggunakan skor. Skor ini didasarkan atas
pertimbangan dari karakteristik masing-masing bangsa seperti contoh pada tabel……
Catatan asal-usul dan produksi susu (pedigree). Yang dimaksud dengan catatan
asal-usul (pedigree) dari seekor ternak adalah meliputi sapi induk dan ayahnya serta nenek
maupun kakeknya. Catatan asal usul ini biasanya juga dilengkapi dengan catatan produksi susu
sapi induknya dan sapi-sapi saudara sapi pejantannya (bulls), serata catatan produksi susu
neneknya, sehingga pedet dan sapi dara keturunannya dapat diperkirakan produksi susu yang
akan dihasilkan oleh keturunan berikutnya. dari seekor ternakdan produksi susu
Catatan kesehatan (general health ). Catatan kesehatan ini sangat penting, terutama
pada saat dilakukannya transaksi jual-beli. Calon pembeli pasti akan menanyakan kepada
penjual mengenai program vaksinasi yang dilakukan, pernah sakit apa dan bagaimana cara
menanganinya. Kadang-kadang penjual sudah menjelaskan dengan detail kepada pembeli,
namun pembeli yang teliti tidak serta merta percaya dan pasti ingin pembuktian dengan
menanyakan catatan-catatan kesehatannya.
Tabel. Karakteristik masing-masing bangsa sapi perah.

Bangsa Sapi Ayrshire Guernsey Jersey Brown Swiss Frisien Holstein


Bentuk tubuh -Kuat dan tangguh -Kuat dengan kualitas karakter yang -Kompak dan kuat -Kuat dan aktif, tapi -Tenang, tidak galak
-Secara keseluruhan disukai peternak sebagai indikasi tidak galak. dan bentuk dan ukuran
bentuk tubuhnya simetri mempunyai efisiensi - sapi ini disukai, tubuhnya sangat
dengan pertautan otot yang produktif sedangkan yang disukai.
yang kuat. kurang aktif tidak
-Bentuk ambing sangat disukai.
bagus dan simetris
Warna -Merah buah cherry agak Bulunya kuning muda dengan belang - Bulunya kuning - Coklat, bervariasi -Warnanya cup jelas
terang sampai gelap putih yang dapat dibedakan dengan muda dengan atau dari coklat muda Putih belang hitam
-Coklat jelas. tanpa belang putih sampai coklat tua. - Warna hitam pada
-Kombinasi salah satu Kulitnya berwarna/ berpigmentasi - Warna putih atau perut, kaki dan kepala
warna dengan putih atau kuning keemasan ( disekitar ada bercak warna dengan bercak putih
putih saja hidung,mata,kuping, kaki, ambing, apapun ditolak. pada gidat (muka
-Warna merah mencolok ekor warnanya lebih lakan lebih - hidung ber warna bagian atas)
dengan bercak putih disukai) merah muda dan
lebih disukai daripada - Moncong (hidung dan mulut) lebih muka bergaris warna
warna coklat dengan disukai yang berwarna kuning terang yang lebih muda
bercak warna apapun dari pada warna lain atau/dan hitam tidak disukai/ditolak

Ukuran tubuh -600 kg - 550 kg - 500 kg - Minimum 700 kg -Minimum 750 kg


(dewasa laktasi)
Tanduk -melengkung keatas secara - Tidak bermasalah apabila tanpa -Melengkung halus, Melengkung keatas - Tidak bermasalah
perlahan-lahan tanduk ukuran sedang, secara perlahan- apabila tanpa tanduk
-ukuran panjangnya bergaris terang lahan, menecil ke
sedang,makin keujung menuju ke arah arah ujung tanduk,
makin mengecil ujung tanduk. ukuran sedang,
- Tidak bermasalah apabila - Tidak bermasalah - Tidak bermasalah
tanpa tanduk apabila tanpa tanduk apabila tanpa tanduk

Sumber: Diggins and Bundy, 1969


Tabel. Skor penilaian penampilan phisik (physical appearance) pada sapi perah.

Bangsa Sapi Ayrshire Guernsey Jersey Brown Swiss Frisien Holstein


Bentuk tubuh -Kuat dan tangguh -Kuat dengan kualitas karakter yang -Kompak dan kuat -Kuat dan aktif, tapi -Tenang, tidak galak
-Secara keseluruhan disukai peternak sebagai indikasi tidak galak. dan bentuk dan ukuran
bentuk tubuhnya simetri mempunyai efisiensi - sapi ini disukai, tubuhnya sangat
dengan pertautan otot yang produktif sedangkan yang disukai.
yang kuat. kurang aktif tidak
-Bentuk ambing sangat disukai.
bagus dan simetris
Warna -Merah buah cherry agak Bulunya kuning muda dengan belang - Bulunya kuning - Coklat, bervariasi -Warnanya cup jelas
terang sampai gelap putih yang dapat dibedakan dengan muda dengan atau dari coklat muda Putih belang hitam
-Coklat jelas. tanpa belang putih sampai coklat tua. - Warna hitam pada
-Kombinasi salah satu Kulitnya berwarna/ berpigmentasi - Warna putih atau perut, kaki dan kepala
warna dengan putih atau kuning keemasan ( disekitar ada bercak warna dengan bercak putih
putih saja hidung,mata,kuping, kaki, ambing, apapun ditolak. pada gidat (muka
-Warna merah mencolok ekor warnanya lebih lakan lebih - hidung ber warna bagian atas)
dengan bercak putih disukai) merah muda dan
lebih disukai daripada - Moncong (hidung dan mulut) lebih muka bergaris warna
warna coklat dengan disukai yang berwarna kuning terang yang lebih muda
bercak warna apapun dari pada warna lain atau/dan hitam tidak disukai/ditolak

Ukuran tubuh -600 kg - 550 kg - 500 kg - Minimum 700 kg -Minimum 750 kg


(dewasa laktasi)
Tanduk -melengkung keatas secara - Tidak bermasalah apabila tanpa -Melengkung halus, Melengkung keatas - Tidak bermasalah
perlahan-lahan tanduk ukuran sedang, secara perlahan- apabila tanpa tanduk
-ukuran panjangnya bergaris terang lahan, menecil ke
sedang,makin keujung menuju ke arah arah ujung tanduk,
makin mengecil ujung tanduk. ukuran sedang,
- Tidak bermasalah apabila - Tidak bermasalah - Tidak bermasalah
tanpa tanduk apabila tanpa tanduk apabila tanpa tanduk

Sumber: Diggins and Bundy, 1969


4.5. Peremajaan Sapi Perah (Replacement Heifers)
Pengertian peremajaan adalah menggantikan sapi perah yang dianggap tidak dapat
mempertahankan kontinyuitas produksi susu dalam suatu kelompok sapi (usaha) dengan sapi
yang dapat mempertahankan produksi susu untuk mempertahankan keuntungan yang diperoleh
suatu perusahaan.

Peremajaan (replacement) mempunyai maksud dan tujuan untuk:


1. Mengadakan penggantian sapi yang sudah tua atau yang sudah tidak produktif lagi
dengan sapi yang lebih baik dan masih muda.
2. Meningkatkan produksi dengan jumlah induk yang sama.
3. Menjaga kelestarian perusahaan dengan produksi yang mantap dan selalu dalam
keadaan baik dan stabil sepanjang waktu.

Jumlah produksi susu sapi perah selama masa laktasi (305 hari atau 10 bulan), berbeda
beda tergantung dari umur atau periode laktasi. Apabila sapi beranak pertama pada umur 2 – 3
tahun dengan jarak beranak (calving interval) satu tahun, maka produksi susu tertinggi selama
masa laktasi dicapai pada umur 5 – 7 tahun (beranak ke IV – V), dengan masa selama 305 hari
dan produksi susu tertinggi ini disebut I”Mature Equivalent (ME)” dan diasumsikan 100 %.
Berdasarkan hasil penelitian produksi susu sebelum tercapainya ME diperoleh 70%, 80%, 90%
, 95% dan 100% masing-masing untuk Laktasi I (umur 2 – 3 tahun); laktasi II (umur 3 – 4
tahun); laktasi III (umur 4 - 5 tahun); laktasi IV (umur 5 – 6 tahun) dan laktasi V (umur 6 – 7
tahun). Setelah produksi susu tertinggi tertinggi (MR) tercapai makan pada periode laktasi
berikutnya produksinya akan menurun secara perlahan-lahan sekitar 99%; 98%; 96%; 94%;
dan 91% ME pada umur 8; 9; 10; 11; dan 12 tahun.. Angka persentase diatas adalah merupakan
hasil pembualatan. Apabila diteliti secara individu maka hasilnya akan sedikit berbeda.
Sapi-sapi yang sudah tidak ekonomis lagi atau sudah tidak dapat mempertahankan produksi
susunya agar dapat mensuplai susu secara kontinyu harus dikeluarkan atau diafkir. Sapi-sapi
yang harus dan pasti dikeluarkan adalah:
1. Sapi yang berumur diatas 12 tahun,
2. Sapi-sapi yang mengalami gangguan pada ambing atau penyakit lainnya,
3. Sapi-sapi yang kurang menguntungkan, walaupun umurnya masih muda (sebelum umur 12
tahun), bahkan ada yang baru melahirkan pertama atau kedua kali.

Menurut Champbell dan Marshall (1975) bahwa selain hal diatas ada alasan-alasan lain kenapa
sapi induk harus diremajakan dengan tingkat persentase yang berbeda yaitu:

1 Karena produksi susu kurang memuaskan 32,5%


2 Gangguan reproduksi 26,6%
3 Gangguan ambing (mastitis, putting luka, pertautan ambing lemah) 23,4%
4 Penyakit atau kelainan (terdapat logam di perut, milk fever, kondisi lemah,
infeksi, gangguan pencernaan dan lain-lain 7,7%
5 Tipe kaki (jelek, kecil dan tidak simetris) 3,1%
6 Kesulitan dalam pelaksanaannya (posisi putting jelek/tidak simetris, 2,7%
kebocooran ambing, kesulitan dalam pemerahan)
7 Sebab-sebab lain (luka-luka, kecelakaan, patang tulang dan lain-lain) 4,0%
Total 100,0%
Biasanya peremajaan ditujukan untuk sapi-sapi yang betina yaitu sapi-sapi induk yang
dikeluarkan (diafkir) tersebut diatas digantikan dengan sapi dara untuk peremajaan
(replacement). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sapi yang berumur 7 tahun atau lebih
telah menurun kemampuan produksinya, maka perlu diganti dengan sapi yang lebih muda. Di
negara yang sudah maju dalam bidang peternakan seperti di Amerika Serikat, sapi betina hanya
dipelihara sampai laktasi ke empat, yang berarti bahwa peremajaan dilakukan pada umur 7
tahun. Sapi yang diganti pada peremajaan itu ada kalanya sapi yang masih muda tetapi rendah
produksinya dan yang mati karena beberapa macam sebab. Jumlah kematian yang normal
dalam suatu perusahaan sapi perah rata-rata berkisar 5 persen pertahun.
Biaya ransum, tenaga kerja dan kandang untuk memelihara calon bibit muda dalam rangka
peremajaan sangatlah mahal. Oleh karena alasan inilah, maka peternak mencurahkan
perhatiannya untuk mendapatkan sapi yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap pengaruh
lingkungan sehingga sapi-sapi tersebut bisa berumur panjang, Sapi yang produksinya tetap
tinggi dan panjang umurnya adalah idaman setiap peternak. Sapi yang demikian tidak lekas
memerlukan peremajaan, dan merupakan sapi perah yang termurah atau sapi perah yang paling
ekonomis. Lebih baik atau lebih beruntung memelihara sapi dengan jumlah sedikit tetapi
mempunyai produksi susu yang tinggi daripada memelihara sapi dengan jumlah yang banyak
tetapi mempunyai produksi susu yang rendah.
Berapa besar tingkat peremajaan yang harus diadakan setiap tahunnya, tergantung dari
jumlah ternak bermutu yang ada pada suatu perusahaan dan tingkat pengelolaan dalam
perusahaan tersebut. Makin banyak jumlah sapi perah yang bermutu dalam suatu perusahaan
dan semakin baik cara pengelolaannya, maka makin rendah tingkat peremajaan yang harus
dilakukan. Sebagai pengganti sapi perah yang akan diremajakan hendaknya sapi yang telah
berumur 2,5 tahun dan telah beranak pertama. Peremajaan dapat dilakukan sewaktu-waktu
sepanjang tahun menurut jumlah yang dikehendaki, asal saja sapi penggantinya telah mulai
laktasi.

Berapa persen induk sapi harus diganti setiap tahun atau berapa tingkat peremajaan yang
harus dilakukan oleh suatu perusahan sapi perah sangat tergantung dari tingkat produksi susu
sapi perah yang dipelihara atau kualitas sapi yang dipelihara dalam suatu perusahaan dan
tingkat manajemen pengelolaannya, sehingga tingkat peremajaan yang diambil oleh suatu
perusahaan akan berbeda-beda.

Tingkat peremajaan berkisar sebagai berikut:

1. Sepuluh persen dari jumlah induk yang dipelihara. Hal ini berarti bahwa induk yang
diremajakan setiap tahunnya berumur 13 tahun yaitu 10 tahun masa berproduksi
ditambah dengan 2,5 tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya
menjadi 12,5 tahun dan dibulatkan menjadi 13 tahun. Sebagai calon pengganti harus
disediakan sapi dara yang umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda)
sebanyak 10 persen dari jumlah induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi
30 persen dari jumlah induk yang dipelihara.

2. Lima belas persen dari jumlah induk. Hal ini berarti bahwa induk yang diremajakan
setiap tahunnya berumur 10 tahun yaitu 7 tahun masa berproduksi ditambah dengan 2,5
tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya menjadi 9,5 tahun dan
dibulatkan menjadi 10 tahun. Sebagai calon pengganti harus disediakan sapi dara yang
umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda) sebanyak 15 persen dari jumlah
induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi 45 persen dari jumlah induk yang
dipelihara
3. Dua puluh persen dari jumlah induk Hal ini berarti bahwa induk yang diremajakan
setiap tahunnya berumur 8 tahun yaitu 5 tahun masa berproduksi ditambah dengan 2,5
tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya menjadi 7,5 tahun dan
dibulatkan menjadi 8 tahun. Sebagai calon pengganti harus disediakan sapi dara yang
umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda) sebanyak 20 persen dari jumlah
induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi 60 persen dari jumlah induk yang
dipelihara

4. Dua puluh lima persen dari jumlah induk. Hal ini berarti bahwa induk yang diremajakan
setiap tahunnya berumur 7 tahun yaitu 4 tahun masa berproduksi ditambah dengan 2,5
tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya menjadi 6,5 tahun dan
dibulatkan menjadi 7 tahun. Sebagai calon pengganti harus disediakan sapi dara yang
umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda) sebanyak 25 persen dari jumlah
induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi 75 persen dari jumlah induk yang
dipelihara.

Dalam melaksanakan peremajaan ini ada tiga jalan atau cara yang dapat dipilih oleh suatu
perusahaan sapi perah, tergantung dari kondisi permodalan perusahaan dan ketrampilan
tenaga kerja yang dimilikinya yaitu:

A. Memelihara bibit sendiri (Self replacement).


B. Memperoleh bibit dari pendatang baru (New comer replacement).
C. Melakukan kombinasi dari antara memelihara bibit sendiri dengan
memcari bibit dari luar.

A. Memelihara bibit sendiri (Self replacement).

Perusahaan yang merencanakan untuk mengadakan ternak pengganti sendiri haruslah


memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai pejantan unggul atau menggunakan IB, yang tujuannya adalah ingin
mendapatkan keturunan yang baik.
b. Mempunyai keahlian beternak, yang meliputi pemberian ransum, pengelolaan dan
pemulia-biakan. Apabila manajemen pengelolaannya cukup memadai, maka dapat
diharapkan mutu sapi yang dimiliki dari tahun ke tahun akan semakin meningkat.
c. Mempunyai catatan (recording) sapi induk dan pejantannya yang lengkap, sehingga
dapat memberikan informasi bahwa pedet yang disiapkan untuk peremajaan dapat
dipilih yang berasal dari bibit unggul, produksi yang dipilih dari sapi yang
mempunyai produksi susu diatas rata-rata dari sapi yang dimiliki. Dengan sistem
pencatatan yang lengkap, perusahaan dapat mengelola kelebihan pedet dan dara
sebagai bibit untuk dijual.
d. Mempunyai modal yang cukup besar untuk memelihara bibit muda dalam waktu
yang cukup lama, karena modal yang ditanam akan mengendap dalam waktu yang
relatif lama.
e. Agar lebih cepat memenuhi target peremajaan, maka diperlukan induk yang baik,
minimal 50 % dari jumlah induk yang dipelihara harus mempunyai kualitas yang
unggul. Dengan jumlah induk ini persediaan calon bibit muda dapat dipenuhi dalam
waktu lebih kurang 2 – 3 tahun. Sebagai contoh kita ambil peremajaan 15 persen
dengan persediaan sapi dara sebanyak 45 persen dengan umur yang bertingkat-
tingkat. Misalnya kita mempunyai atau memelihara 100 ekor sapi induk. Angka
kelahiran sudah dikatakan baik kalau mencapai 75 persen pertahun. Maka jumlah
kelahiran anak setiap tahunnya rata-rata 75 ekor. Seperti telah dijelaskan terdahulu
bahwa rata-rata angka kematian dalam keadaan normal berkisar sekitar 5 persen
(5/100 X 75 ekor = 3,75 ekor dibulatkan menjadi 4 ekor), maka diharapkan ada 71
ekor anak sapi (75 ekor – 4 ekor) dengan anggapan bahwa 50 persen betina dan 50
persen sisanya adalah jantan. Yang jantan (36 ekor) dikeluarkan dengan manajemen
tersendiri, sedangkan yang betina sebanyak 36 ekor (50/100 X 71 ekor) dipelihara
sebagai calon pengganti. Kalau perusahaan itu mempunyai induk yang baik atau
unggul sebanyak 50 persen atau 50 ekor/tahun, maka anak betina yang bisa
diandalkan sebagai ternak pengganti yang unggul adalah 50 persen dari 36 ekor yaitu
18 ekor. Anak-anak dari induk yang kurang baik dikeluarkan sebagai ternak potong.
Oleh karena jumlah ternak pengganti yang dibutuhkan adalah 45 ekor (45 persen),
sedangkan tiap tahun hanya bisa disediakan 18 ekor, maka diperlukan waktu 2,5
tahun untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Mungkin benar dalam peremajaan
yang pertama, induk yang terkena peremajaan akan berumur lebih dari 10 tahun,
tetapi kondisi ini tidak perlu terjadi apabila induk-induk sapi masih cukup muda
(umur 2,5 tahun) sudah mulai laktasi, sehingga peremajaan ini tidak akan terlambat.
Anak sapi yang akan dipakai ternak pengganti haruslah mendapat perlakuan yang
serba cukup. Perlakuan yang serba kurang akan mengurangi kemampuan berproduksi
yang sebenarnya, dan hal ini bertentangan dengan tujuan peremajaan. Kadang-
kadang peternak atau perusahaan tidak mempunyai tanah yang cukup luas dan
fasilitas lainnya untuk memelihara anak sapi. Untuk mengatasi hal demikian biasanya
cara yang baik ialah menitipkan dengan sistem kadas atau bagi hasil. Cara bagi hasil
ini berbeda-beda, tergantung daerah atau tempat dimana sapi perah itu berada atau
dipelihara. Ada sistem kadas dengan menitipkan 3 ekor anak sapi, dan akan kembali
2 ekor. Ada pula sistem kadas dengan menitipkan 2 ekor, akan kembali hanya satu
ekor. Biasanya yang akan diberikan kepada si pemelihara adalah anak sapi dari induk
yang kurang baik. Kelemahan cara penitipan ini adalah:

 Jika bagian anak sapi untuk dimiliki oleh si pemelihara sudah ditentukan, maka
anak sapi yang akan dikembalikannya biasanya lebih jelek pertumbuhan dan
kondisinya daripada sapi untuk miliknya sendiri, karena umumnya si pemelihara
lebih memperhatikan bagiannya sendiri.
 Kondisi sapi calon pengganti kualitasnya menjadi tidak baik apabila pemilik
perusahaan tidak teliti mengawasinya.
 Cara pemeliharaan sangat tergantung dari perilaku dan mental si pemelihara.

Selain penitipan diatas, ada pula cara menitipan sapi pada si pemelihara dengan
memberikan upah bulanan, seperti di daerah pegunungan subur yang tempatnya agak
terpencil yang biasanya upahnya masih sangat murah dibandingkan di daerah dekat
perkotaan. Anak sapi yang diserahkan itu biasanya dipelihara sampai menjadi dara atau
yang telah bunting muda, yaitu selama + 18 bulan. Ada pula yang dipelihara sampai 2
tahun. Selain itu ada pula yang menitipkan induk sapi perah yang sedang kering yang
terlambat bunting akibat manajemen yang salah. Demi pengamanannya, maka haruslah
dibuat suatu perjanjian dengan sepengetahuan kepala pemerintahan setempat.
B. Mendatangkan/membeli bibit dari luar (New comer Replacement)

Cara ini dilaksanakan oleh peternak yang mengkhususkan diri atau berdomisili
ditempat-tempat yang padat penduduknya, dimana tanah untuk padang rumput terbatas dan
tenaga kerja terlalu mahal. Penyediaan ternak pengganti sudah tidak mungkin lagi
dilaksanakan, walaupun kadang-kadang tersedia modal. Perusahaan yang mempunyai
kondisi yang demikian biasanya memperoleh calon bibit ternak pengganti dari:

1. Daerah peternakan yang pemasaran susunya agak sulit. Yang cocok sebagai
tempat pembibitan ini adalah daerah pegunungan yang ketersediaan tanahnya
masih luas dan belum dipakai untuk usaha pertanian lainnya, serta penduduknya
sedikit. Usaha peternakan dalam kondisi demikian umumnya hanya
mengembang-biakan sapi perah dan menjual bibit saja.
2. Perusahaan kecil yang tidak mampu bersaing dengan perusahaan besar.
3. Peternakan yang sudah tua, yang tidak mampu meneruskan usahanya karena
sesuatu hal, sehingga ia menjual sapinya sedikit demi sedikit sampai habis.
4. Calo yang sampai saat ini masih menguasai pasaran ternak di pemotongan
hewan maupun di pasar hewan.

Dalam pelaksanaan pembelian sapi perah sebagai ternak pengganti, diperlukan orang yang
mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1. Trampil dan berjiwa kritis. Tidak mudah atau gegabah menerka kemampuan
berproduksi seekor sapi perah dengan hanya melihat tipenya atau dengan hanya
memperhatikan sekelumit informasi saja. Suatu saat ia akan berhadapan dengan sapi
dara yang bunting tua, sapi yang pernah melahirkan dan bunting tua, sapi dalam masa
laktasi, dan bermacam-macam sapi murni dan persilangan yang semuanya ini
membutuhkan pertimbangan yang berbeda, karena mempunyai keunikan tersendiri.
2. Menguasai medan atau daerah dan ulet dalam pergaulan untuk memperoleh apa yang
diinginkan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam proses mencari informasi
tentang sapi maupun harganya.
3. Mengenal daerah-daerah sapi perah yang terkenal dan peternak-peternak lain yang telah
memiliki sapi perah unggul.
4. Bisa memilih di antara banyak calo yang bisa dipercaya, sebagai alat pencari bibit sapi
perah yang baik. Sedapat mungkin dihindari transaksi dengan seorang perantara, kalau
memang tidak terpaksa.

Cara peremajaan yang kedua ini tidak memerlukan persyaratan seperti pada cara yang
pertama. Keburukan/kelemahan cara ini adalah:

1. Diperlukan dana kontan yang cukup besar setiap tahunnya untuk pembelian pedet, sapi
dara atau sapi laktasi
2. Pedet dan sapi dara pembelian dari luar sulit diperkirakan jumlah produksinya, karena
umumnya tidak mempunyai catatan/recording asal-usul (pedigree) yang lengkap untuk
mencantumkan produksi susu dari tetuanya (induk, ayah dan neneknya)
3. Apabila ada catatan/recording asal-usul (pedigree), biasanya tidak dapat dipercaya
sepenuhnya karena sering adanya pemalsuan catatan.
4. Pembelian pedet sapi dara dari luar yang berasal dari bibit unggul sangat sulit karena
pedet dan sapi dara bibit unggul biasanya dipertahankan oleh pemiliknya untuk
peremajaan sapinya sendiri.
5. Memungkinkan meraja-lelanya penyakit pada perusahaan yang menggunakan cara
membeli bibit dari luar ini, karena ke luar masuknya sapi yang tidak tentu asal-usulnya
dan tidak diketahui kesehatan ternaknya. Seperti kita telah ketahui bahwa penyakit
menular yang sangat ditakuti oleh peternak, sedangkan tanda-tanda penyakit menular
itu kebanyakan tidak tampak dari luar saja, seperti penyakit TBC dan penyakit Abortus
Bang. Sapi yang status penyakitnya masih dalam masa inkubasi tidak dapat diketahui
sebelumnya bahwa sapi itu sedang sakit, karena sapi tersebut belum menunjukkan
tanda-tanda klinisnya. Hal ini akan sangat merugikan peternak yang membeli sapi
tersebut.

C. Gabungan antara Cara Pertama (A) dan Cara Kedua (B)

Yang menempuh cara ini biasanya peternak yang kurang mampu, tetapi mempunyai cita-
cita ingin maju dan berhasil, ingin memiliki sapi-sapi yang unggul di kemudian hari, atau
peternak yang mempunyai bibit tetapi sangat terbatas jumlahnya dan dikemudian hari ingin
mengembangkan bibit unggul yang mereka punyai. Peternak yang demikian itu dituntut
mempunyai syarat-syarat yang lebih berat, yaitu semua syarat yang dibutuhkan pada cara
pengadaan sendiri (A) dan cara pengadaan dengan membeli dari luar (B). Sehingga manajernya
harus pinter dan cerdik, namun paling cerdik. Dengan kata lain, barang siapa yang merasa
lemah seharuslah lebih cerdik untuk mengejar ketinggalan.

4.6. Rangkuman
Bibit ternak perah yang baik sangat krusial untuk memperoleh produksi susu dan
kualitasnya agar menguntungkan usaha perusaan persusuan. Bibit yang mempunyai sifat
unggul pada bibit ternak akan memberikan produksi susu yang lebih tinggi dari pada bibit yang
tidak unggul. Sehingga manajemen pemeliharaan yang diterapkan akan memberikan respon
produksi susu lebih tinggi dari kemampuan genetiknya. Untuk mendapatkan bibit yang
berkualitas tinggi (unggul) maka harus dilakukan seleksi setiap melakukan peremajaan agar
produksi susu yang tinggi pada sapi yang telah terpilih dapat dipertahankan dengan
melihat/memilih bibit sapi yang mempunyai pertumbuhan tinggi selama proses pemeliharaan,
sehingga akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan jika tidak melakukan seleksi
pada sistem pemeliharaan yang sama.
Sapi perah dipelihara untuk produksi susu dan anaknya, baik untuk ternak pengganti
(replacement Heifer) untuk kelanjutan perusahaan persusuan maupun untuk dikelola sebagai
produksi daging. Setiap individu sapi perah mempunyai kemampuan produksi yang berbeda-
beda, walupun masih dalam satu bangsa. Perbedaan produksi ini disebabkan oleh beberapa
faktor, tetapi faktor yang paling dasar berpengaruh terhadap perbedaan produksi ini adalah
yang disebabkan oleh kualitas genetik dan keturunan serta perkembangan selanjutnya
dipengaruhi oleh penerapan program manajemen pemberian pakannya yang meliputi kualitas,
kuantitas dan jenis pakan yang diberikan.
Sistem penerapan peremajaan yang meliputi pengambilan keputusan dalan
menjalankan tingkat peremajaan dan system pengadaan ternak pengganti juga sangan
berpengaruh terhadap kelestarian perusahaan persusuan yang dibangun. Sehingga dalam
pengambilan keputusan kedua hal ini sangat mempengaruhi keuntungan perusahaan dan
kelanjutan serta kestabilan perusahaan yang kita bangun.

4.7. Soal latihan


1. Apa yang dimaksud dengan “Seleksi”?

2. Kenapa perusahaan persusuan harus melakukan seleksi untuk menyediakan ternak


penggantinya?

3. a. Apa yang dimaksud dengan replacement (peremajaan) serta apa tujuannya?


b. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat kebaikan dan keburukan dari pengadaan
replacement dengan mendatangkan dari luar atau membeli dari perusahaan lain?

4. Apabila anda ingin mengganti induk sapi perah anda yang berumur 8 tahun, berapa ekor
yang harus diganti setiap tahunnya, apabila jumlah induk sapi yang anda pelihara sebanyak
80 ekor? Dan berapa ekor jumlah ternak pengganti yang harus disediakan atau dipelihara
setiap tahun?

5. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
perusahaan sapi perah yang ingin memutuskan untuk melakukan pengadaan replacement
dengan cara memelihara sendiri (Self Replacement)!

6. Apabila anda ingin mengganti induk sapi perah anda yang berumur 7 tahun sebanyak 25
ekor pertahun, maka untuk mempertahankan jumlah produksi susu harian dalam
perusahaan anda, berapa ekor jumlah ternak pengganti yang harus disediakan setiap
tahunnya? Berapa jumlah induk sapi yang dipelihara seluruhnya?

7. Jelaskan dengan singkat bagaimana penanganan pedet sapi perah yang tidak digunakan
sebagai ternak pengganti atau yang tidak dipakai pejantan agar perusahaan ternak perah
memperoleh keuntungan yang lebih tinggi!

8. Apa bila anda memutuskan untuk mengunakan tingkatan peremajaan 20% dan anda hanya
memelihara induk sapi laktasi 200 ekor,
a. Berapa ekor harus anda sediakan ternak penganti setiap tahunnya?
b. Umur berapa induk sapi perah anda dikeluarkan?
c. Berapa ekor yang harus diganti setiap tahunnya?
d. Apabila jumlah induk sapi yang anda pelihara kualitasnya menurun, usaha apa yang
anda harus lakukan? Jelaskan!!!

Anda mungkin juga menyukai