Mahasiswa dapat menjelaskan maksud dan tujuan dari seleksi dan peremajaan sapi
perah pada perusahaan sapi perah.
Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan seleksi sapi perah yang akan
digunakan/dipelihara dalam suatu perusahaan sapi perah
Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan peremajaan sapi perah yang akan
digunakan/dipelihara dalam suatu perusahaan sapi perah
Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan teknik pengadaan ternak
pengganti (Replacement Heifers) dalam peremajaan sapi perah yang akan
digunakan/dipelihara dalam suatu perusahaan sapi perah.
Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh perusahaan yang mengambil/melakukan teknik pengadaan ternak pengganti
yang diambilnya.
4.2 Pendahuluan
Bibit/ benih tanaman dan ternak yang baik adalah sangat krusial untuk memperoleh
produksi yang menguntungkan pada usaha tanaman maupun ternak. Pemupukan pada tanaman
yang mempunyai sifat unggul pada tanaman jagung jauk memberikan produksi lebih tinggi dari
pada bibit yang tidak unggul. Demikian pula pemberian konsentrat yang cukup tinggi pada sapi
yang telah terpilih karena mempunyai pertumbuhan tinggi akan jauh lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan pemberian konsentrat dengan sistem yang sama pada sapi-sapi
sebelumnya yang tanpa pemilihan sebelumnya. Hal yang sama akan terjadi apabila diterapkan
pada sistem produksi ternak perah.
Sapi perah dipelihara untuk produksi susunya dan anaknya, baik untuk ternak pengganti
sebagai kelanjutan perusahaan maupun untuk dikelola sebagai produksi daging. Setiap individu
sapi perah mempunyai kemampuan produksi yang berbeda-beda, walupun masih dalam satu
bangsa. Perbedaan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi faktor yang paling
berpengaruh terhadap perbedaan produksi ini adalah yang disebabkan oleh genetik dan
keturunan serta penerapan program pemberian pakannya yang meliputi kualitas, kuantitas dan
jenis pakan yang diberikan. Hal ini telah dibahas pada bab I.
Pada umumnya “cara-cara seleksi” atau dalam melakukan seleksi, yang harus diperhatikan
adalah: penampilan atau kinerja individu atau catatan produksi yang akan dicalonkan sebagai
bibit, atau keturunan-keturunann yang dijadikan bibit. Seleksi dapat dilakukan dengan
menyeleksi melalui data-data produksi yang berasal dari sumber informasi sebagai berikut:
1. Seleksi atas dasar catatan produksi susu individu.
2. Seleksi atas dasar silsilah atau pedigree.
3. Seleksi atas dasar catatan kerabat atau saudara satu generasi
4. Seleksi atas dasar catatan anak-anaknya.
Jumlah produksi susu sapi perah selama masa laktasi (305 hari atau 10 bulan), berbeda
beda tergantung dari umur atau periode laktasi. Apabila sapi beranak pertama pada umur 2 – 3
tahun dengan jarak beranak (calving interval) satu tahun, maka produksi susu tertinggi selama
masa laktasi dicapai pada umur 5 – 7 tahun (beranak ke IV – V), dengan masa selama 305 hari
dan produksi susu tertinggi ini disebut I”Mature Equivalent (ME)” dan diasumsikan 100 %.
Berdasarkan hasil penelitian produksi susu sebelum tercapainya ME diperoleh 70%, 80%, 90%
, 95% dan 100% masing-masing untuk Laktasi I (umur 2 – 3 tahun); laktasi II (umur 3 – 4
tahun); laktasi III (umur 4 - 5 tahun); laktasi IV (umur 5 – 6 tahun) dan laktasi V (umur 6 – 7
tahun). Setelah produksi susu tertinggi tertinggi (MR) tercapai makan pada periode laktasi
berikutnya produksinya akan menurun secara perlahan-lahan sekitar 99%; 98%; 96%; 94%;
dan 91% ME pada umur 8; 9; 10; 11; dan 12 tahun.. Angka persentase diatas adalah merupakan
hasil pembualatan. Apabila diteliti secara individu maka hasilnya akan sedikit berbeda.
Sapi-sapi yang sudah tidak ekonomis lagi atau sudah tidak dapat mempertahankan produksi
susunya agar dapat mensuplai susu secara kontinyu harus dikeluarkan atau diafkir. Sapi-sapi
yang harus dan pasti dikeluarkan adalah:
1. Sapi yang berumur diatas 12 tahun,
2. Sapi-sapi yang mengalami gangguan pada ambing atau penyakit lainnya,
3. Sapi-sapi yang kurang menguntungkan, walaupun umurnya masih muda (sebelum umur 12
tahun), bahkan ada yang baru melahirkan pertama atau kedua kali.
Menurut Champbell dan Marshall (1975) bahwa selain hal diatas ada alasan-alasan lain kenapa
sapi induk harus diremajakan dengan tingkat persentase yang berbeda yaitu:
Berapa persen induk sapi harus diganti setiap tahun atau berapa tingkat peremajaan yang
harus dilakukan oleh suatu perusahan sapi perah sangat tergantung dari tingkat produksi susu
sapi perah yang dipelihara atau kualitas sapi yang dipelihara dalam suatu perusahaan dan
tingkat manajemen pengelolaannya, sehingga tingkat peremajaan yang diambil oleh suatu
perusahaan akan berbeda-beda.
1. Sepuluh persen dari jumlah induk yang dipelihara. Hal ini berarti bahwa induk yang
diremajakan setiap tahunnya berumur 13 tahun yaitu 10 tahun masa berproduksi
ditambah dengan 2,5 tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya
menjadi 12,5 tahun dan dibulatkan menjadi 13 tahun. Sebagai calon pengganti harus
disediakan sapi dara yang umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda)
sebanyak 10 persen dari jumlah induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi
30 persen dari jumlah induk yang dipelihara.
2. Lima belas persen dari jumlah induk. Hal ini berarti bahwa induk yang diremajakan
setiap tahunnya berumur 10 tahun yaitu 7 tahun masa berproduksi ditambah dengan 2,5
tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya menjadi 9,5 tahun dan
dibulatkan menjadi 10 tahun. Sebagai calon pengganti harus disediakan sapi dara yang
umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda) sebanyak 15 persen dari jumlah
induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi 45 persen dari jumlah induk yang
dipelihara
3. Dua puluh persen dari jumlah induk Hal ini berarti bahwa induk yang diremajakan
setiap tahunnya berumur 8 tahun yaitu 5 tahun masa berproduksi ditambah dengan 2,5
tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya menjadi 7,5 tahun dan
dibulatkan menjadi 8 tahun. Sebagai calon pengganti harus disediakan sapi dara yang
umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda) sebanyak 20 persen dari jumlah
induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi 60 persen dari jumlah induk yang
dipelihara
4. Dua puluh lima persen dari jumlah induk. Hal ini berarti bahwa induk yang diremajakan
setiap tahunnya berumur 7 tahun yaitu 4 tahun masa berproduksi ditambah dengan 2,5
tahun (target umur beranak pertama), sehingga jumlahnya menjadi 6,5 tahun dan
dibulatkan menjadi 7 tahun. Sebagai calon pengganti harus disediakan sapi dara yang
umurnya bertingkat-tingkat (umur yang berbeda-beda) sebanyak 25 persen dari jumlah
induk dan dikalikan tiga, sehingga jumlahnya menjadi 75 persen dari jumlah induk yang
dipelihara.
Dalam melaksanakan peremajaan ini ada tiga jalan atau cara yang dapat dipilih oleh suatu
perusahaan sapi perah, tergantung dari kondisi permodalan perusahaan dan ketrampilan
tenaga kerja yang dimilikinya yaitu:
a. Mempunyai pejantan unggul atau menggunakan IB, yang tujuannya adalah ingin
mendapatkan keturunan yang baik.
b. Mempunyai keahlian beternak, yang meliputi pemberian ransum, pengelolaan dan
pemulia-biakan. Apabila manajemen pengelolaannya cukup memadai, maka dapat
diharapkan mutu sapi yang dimiliki dari tahun ke tahun akan semakin meningkat.
c. Mempunyai catatan (recording) sapi induk dan pejantannya yang lengkap, sehingga
dapat memberikan informasi bahwa pedet yang disiapkan untuk peremajaan dapat
dipilih yang berasal dari bibit unggul, produksi yang dipilih dari sapi yang
mempunyai produksi susu diatas rata-rata dari sapi yang dimiliki. Dengan sistem
pencatatan yang lengkap, perusahaan dapat mengelola kelebihan pedet dan dara
sebagai bibit untuk dijual.
d. Mempunyai modal yang cukup besar untuk memelihara bibit muda dalam waktu
yang cukup lama, karena modal yang ditanam akan mengendap dalam waktu yang
relatif lama.
e. Agar lebih cepat memenuhi target peremajaan, maka diperlukan induk yang baik,
minimal 50 % dari jumlah induk yang dipelihara harus mempunyai kualitas yang
unggul. Dengan jumlah induk ini persediaan calon bibit muda dapat dipenuhi dalam
waktu lebih kurang 2 – 3 tahun. Sebagai contoh kita ambil peremajaan 15 persen
dengan persediaan sapi dara sebanyak 45 persen dengan umur yang bertingkat-
tingkat. Misalnya kita mempunyai atau memelihara 100 ekor sapi induk. Angka
kelahiran sudah dikatakan baik kalau mencapai 75 persen pertahun. Maka jumlah
kelahiran anak setiap tahunnya rata-rata 75 ekor. Seperti telah dijelaskan terdahulu
bahwa rata-rata angka kematian dalam keadaan normal berkisar sekitar 5 persen
(5/100 X 75 ekor = 3,75 ekor dibulatkan menjadi 4 ekor), maka diharapkan ada 71
ekor anak sapi (75 ekor – 4 ekor) dengan anggapan bahwa 50 persen betina dan 50
persen sisanya adalah jantan. Yang jantan (36 ekor) dikeluarkan dengan manajemen
tersendiri, sedangkan yang betina sebanyak 36 ekor (50/100 X 71 ekor) dipelihara
sebagai calon pengganti. Kalau perusahaan itu mempunyai induk yang baik atau
unggul sebanyak 50 persen atau 50 ekor/tahun, maka anak betina yang bisa
diandalkan sebagai ternak pengganti yang unggul adalah 50 persen dari 36 ekor yaitu
18 ekor. Anak-anak dari induk yang kurang baik dikeluarkan sebagai ternak potong.
Oleh karena jumlah ternak pengganti yang dibutuhkan adalah 45 ekor (45 persen),
sedangkan tiap tahun hanya bisa disediakan 18 ekor, maka diperlukan waktu 2,5
tahun untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Mungkin benar dalam peremajaan
yang pertama, induk yang terkena peremajaan akan berumur lebih dari 10 tahun,
tetapi kondisi ini tidak perlu terjadi apabila induk-induk sapi masih cukup muda
(umur 2,5 tahun) sudah mulai laktasi, sehingga peremajaan ini tidak akan terlambat.
Anak sapi yang akan dipakai ternak pengganti haruslah mendapat perlakuan yang
serba cukup. Perlakuan yang serba kurang akan mengurangi kemampuan berproduksi
yang sebenarnya, dan hal ini bertentangan dengan tujuan peremajaan. Kadang-
kadang peternak atau perusahaan tidak mempunyai tanah yang cukup luas dan
fasilitas lainnya untuk memelihara anak sapi. Untuk mengatasi hal demikian biasanya
cara yang baik ialah menitipkan dengan sistem kadas atau bagi hasil. Cara bagi hasil
ini berbeda-beda, tergantung daerah atau tempat dimana sapi perah itu berada atau
dipelihara. Ada sistem kadas dengan menitipkan 3 ekor anak sapi, dan akan kembali
2 ekor. Ada pula sistem kadas dengan menitipkan 2 ekor, akan kembali hanya satu
ekor. Biasanya yang akan diberikan kepada si pemelihara adalah anak sapi dari induk
yang kurang baik. Kelemahan cara penitipan ini adalah:
Jika bagian anak sapi untuk dimiliki oleh si pemelihara sudah ditentukan, maka
anak sapi yang akan dikembalikannya biasanya lebih jelek pertumbuhan dan
kondisinya daripada sapi untuk miliknya sendiri, karena umumnya si pemelihara
lebih memperhatikan bagiannya sendiri.
Kondisi sapi calon pengganti kualitasnya menjadi tidak baik apabila pemilik
perusahaan tidak teliti mengawasinya.
Cara pemeliharaan sangat tergantung dari perilaku dan mental si pemelihara.
Selain penitipan diatas, ada pula cara menitipan sapi pada si pemelihara dengan
memberikan upah bulanan, seperti di daerah pegunungan subur yang tempatnya agak
terpencil yang biasanya upahnya masih sangat murah dibandingkan di daerah dekat
perkotaan. Anak sapi yang diserahkan itu biasanya dipelihara sampai menjadi dara atau
yang telah bunting muda, yaitu selama + 18 bulan. Ada pula yang dipelihara sampai 2
tahun. Selain itu ada pula yang menitipkan induk sapi perah yang sedang kering yang
terlambat bunting akibat manajemen yang salah. Demi pengamanannya, maka haruslah
dibuat suatu perjanjian dengan sepengetahuan kepala pemerintahan setempat.
B. Mendatangkan/membeli bibit dari luar (New comer Replacement)
Cara ini dilaksanakan oleh peternak yang mengkhususkan diri atau berdomisili
ditempat-tempat yang padat penduduknya, dimana tanah untuk padang rumput terbatas dan
tenaga kerja terlalu mahal. Penyediaan ternak pengganti sudah tidak mungkin lagi
dilaksanakan, walaupun kadang-kadang tersedia modal. Perusahaan yang mempunyai
kondisi yang demikian biasanya memperoleh calon bibit ternak pengganti dari:
1. Daerah peternakan yang pemasaran susunya agak sulit. Yang cocok sebagai
tempat pembibitan ini adalah daerah pegunungan yang ketersediaan tanahnya
masih luas dan belum dipakai untuk usaha pertanian lainnya, serta penduduknya
sedikit. Usaha peternakan dalam kondisi demikian umumnya hanya
mengembang-biakan sapi perah dan menjual bibit saja.
2. Perusahaan kecil yang tidak mampu bersaing dengan perusahaan besar.
3. Peternakan yang sudah tua, yang tidak mampu meneruskan usahanya karena
sesuatu hal, sehingga ia menjual sapinya sedikit demi sedikit sampai habis.
4. Calo yang sampai saat ini masih menguasai pasaran ternak di pemotongan
hewan maupun di pasar hewan.
Dalam pelaksanaan pembelian sapi perah sebagai ternak pengganti, diperlukan orang yang
mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Trampil dan berjiwa kritis. Tidak mudah atau gegabah menerka kemampuan
berproduksi seekor sapi perah dengan hanya melihat tipenya atau dengan hanya
memperhatikan sekelumit informasi saja. Suatu saat ia akan berhadapan dengan sapi
dara yang bunting tua, sapi yang pernah melahirkan dan bunting tua, sapi dalam masa
laktasi, dan bermacam-macam sapi murni dan persilangan yang semuanya ini
membutuhkan pertimbangan yang berbeda, karena mempunyai keunikan tersendiri.
2. Menguasai medan atau daerah dan ulet dalam pergaulan untuk memperoleh apa yang
diinginkan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam proses mencari informasi
tentang sapi maupun harganya.
3. Mengenal daerah-daerah sapi perah yang terkenal dan peternak-peternak lain yang telah
memiliki sapi perah unggul.
4. Bisa memilih di antara banyak calo yang bisa dipercaya, sebagai alat pencari bibit sapi
perah yang baik. Sedapat mungkin dihindari transaksi dengan seorang perantara, kalau
memang tidak terpaksa.
Cara peremajaan yang kedua ini tidak memerlukan persyaratan seperti pada cara yang
pertama. Keburukan/kelemahan cara ini adalah:
1. Diperlukan dana kontan yang cukup besar setiap tahunnya untuk pembelian pedet, sapi
dara atau sapi laktasi
2. Pedet dan sapi dara pembelian dari luar sulit diperkirakan jumlah produksinya, karena
umumnya tidak mempunyai catatan/recording asal-usul (pedigree) yang lengkap untuk
mencantumkan produksi susu dari tetuanya (induk, ayah dan neneknya)
3. Apabila ada catatan/recording asal-usul (pedigree), biasanya tidak dapat dipercaya
sepenuhnya karena sering adanya pemalsuan catatan.
4. Pembelian pedet sapi dara dari luar yang berasal dari bibit unggul sangat sulit karena
pedet dan sapi dara bibit unggul biasanya dipertahankan oleh pemiliknya untuk
peremajaan sapinya sendiri.
5. Memungkinkan meraja-lelanya penyakit pada perusahaan yang menggunakan cara
membeli bibit dari luar ini, karena ke luar masuknya sapi yang tidak tentu asal-usulnya
dan tidak diketahui kesehatan ternaknya. Seperti kita telah ketahui bahwa penyakit
menular yang sangat ditakuti oleh peternak, sedangkan tanda-tanda penyakit menular
itu kebanyakan tidak tampak dari luar saja, seperti penyakit TBC dan penyakit Abortus
Bang. Sapi yang status penyakitnya masih dalam masa inkubasi tidak dapat diketahui
sebelumnya bahwa sapi itu sedang sakit, karena sapi tersebut belum menunjukkan
tanda-tanda klinisnya. Hal ini akan sangat merugikan peternak yang membeli sapi
tersebut.
Yang menempuh cara ini biasanya peternak yang kurang mampu, tetapi mempunyai cita-
cita ingin maju dan berhasil, ingin memiliki sapi-sapi yang unggul di kemudian hari, atau
peternak yang mempunyai bibit tetapi sangat terbatas jumlahnya dan dikemudian hari ingin
mengembangkan bibit unggul yang mereka punyai. Peternak yang demikian itu dituntut
mempunyai syarat-syarat yang lebih berat, yaitu semua syarat yang dibutuhkan pada cara
pengadaan sendiri (A) dan cara pengadaan dengan membeli dari luar (B). Sehingga manajernya
harus pinter dan cerdik, namun paling cerdik. Dengan kata lain, barang siapa yang merasa
lemah seharuslah lebih cerdik untuk mengejar ketinggalan.
4.6. Rangkuman
Bibit ternak perah yang baik sangat krusial untuk memperoleh produksi susu dan
kualitasnya agar menguntungkan usaha perusaan persusuan. Bibit yang mempunyai sifat
unggul pada bibit ternak akan memberikan produksi susu yang lebih tinggi dari pada bibit yang
tidak unggul. Sehingga manajemen pemeliharaan yang diterapkan akan memberikan respon
produksi susu lebih tinggi dari kemampuan genetiknya. Untuk mendapatkan bibit yang
berkualitas tinggi (unggul) maka harus dilakukan seleksi setiap melakukan peremajaan agar
produksi susu yang tinggi pada sapi yang telah terpilih dapat dipertahankan dengan
melihat/memilih bibit sapi yang mempunyai pertumbuhan tinggi selama proses pemeliharaan,
sehingga akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan jika tidak melakukan seleksi
pada sistem pemeliharaan yang sama.
Sapi perah dipelihara untuk produksi susu dan anaknya, baik untuk ternak pengganti
(replacement Heifer) untuk kelanjutan perusahaan persusuan maupun untuk dikelola sebagai
produksi daging. Setiap individu sapi perah mempunyai kemampuan produksi yang berbeda-
beda, walupun masih dalam satu bangsa. Perbedaan produksi ini disebabkan oleh beberapa
faktor, tetapi faktor yang paling dasar berpengaruh terhadap perbedaan produksi ini adalah
yang disebabkan oleh kualitas genetik dan keturunan serta perkembangan selanjutnya
dipengaruhi oleh penerapan program manajemen pemberian pakannya yang meliputi kualitas,
kuantitas dan jenis pakan yang diberikan.
Sistem penerapan peremajaan yang meliputi pengambilan keputusan dalan
menjalankan tingkat peremajaan dan system pengadaan ternak pengganti juga sangan
berpengaruh terhadap kelestarian perusahaan persusuan yang dibangun. Sehingga dalam
pengambilan keputusan kedua hal ini sangat mempengaruhi keuntungan perusahaan dan
kelanjutan serta kestabilan perusahaan yang kita bangun.
4. Apabila anda ingin mengganti induk sapi perah anda yang berumur 8 tahun, berapa ekor
yang harus diganti setiap tahunnya, apabila jumlah induk sapi yang anda pelihara sebanyak
80 ekor? Dan berapa ekor jumlah ternak pengganti yang harus disediakan atau dipelihara
setiap tahun?
5. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
perusahaan sapi perah yang ingin memutuskan untuk melakukan pengadaan replacement
dengan cara memelihara sendiri (Self Replacement)!
6. Apabila anda ingin mengganti induk sapi perah anda yang berumur 7 tahun sebanyak 25
ekor pertahun, maka untuk mempertahankan jumlah produksi susu harian dalam
perusahaan anda, berapa ekor jumlah ternak pengganti yang harus disediakan setiap
tahunnya? Berapa jumlah induk sapi yang dipelihara seluruhnya?
7. Jelaskan dengan singkat bagaimana penanganan pedet sapi perah yang tidak digunakan
sebagai ternak pengganti atau yang tidak dipakai pejantan agar perusahaan ternak perah
memperoleh keuntungan yang lebih tinggi!
8. Apa bila anda memutuskan untuk mengunakan tingkatan peremajaan 20% dan anda hanya
memelihara induk sapi laktasi 200 ekor,
a. Berapa ekor harus anda sediakan ternak penganti setiap tahunnya?
b. Umur berapa induk sapi perah anda dikeluarkan?
c. Berapa ekor yang harus diganti setiap tahunnya?
d. Apabila jumlah induk sapi yang anda pelihara kualitasnya menurun, usaha apa yang
anda harus lakukan? Jelaskan!!!